Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TELAH DIKELUARKAN

I. UNDANG-UNDANG (UU)
1. UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

II. PERATURAN PEMERINTAH (PP)


1. PP 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
2. PP 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi
3. PP 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan

III. PERATURAN PRESIDEN (PERPRES)


1. Perpres No 83 Tahun 2016 tentang Dewan Ketahanan Pangan
2. Perpres No 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal
3. Perpres No 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi
4. Perpres Nomor 46 Tahun 2020 tentang Pengesahan Protocol to Amend The ASEAN
Plus Three Emergency Rice Reserve Agreement (Protocol untuk Mengubah
Persetujuan Cadangan Beras Darurat ASEAN Plus Tiga)

IV. INSTRUKSI PRESIDEN


1. Inpres No 08 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengamanan Cadangan Beras yang
dikelola oleh Pemerintah Dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim
2. Inpres No 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah Beras dan Penyaluran
Beras oleh Pemerintah

V. PERATURAN MENTERI

1. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/5/2007 tentang


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan
Angka Kreditnya.
2. Permentan No 43/Permentan/OT/140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem
Pertanian Organik
4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 05/Permentan/OT.140/2/2015 tentang
Pedoman Formasi Jabatan Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian.
5. Peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No
47 /Permentan/KP.240/8/2015; No 28 Tahun 2015 Tentang Petujuk Teknis
PermenPANRB No 38 Tahun 2014 Tentang Jabatan Fungsional Analis Ketahanan
Pangan
6. Permentan No 69/Permentan/OT.110/12/2015 tentang Pedoman Penghitungan
Kebutuhan Jabatan Fungsional Analisis Ketahanan Pangan
7. Permentan 71/Permentan/PP.200/12/2015 tentang Pedoman Harga Pembelian
Gabah Dan Beras Di Luar Kualitas Oleh Pemerintah.
8. Permentan No 40/Permentan/OT.010/08/2016 tentang Pemetaan Urusan
Pemerintah Bidang Pangan dan Bidang Pertanian
9. Permentan No 43/Permentan/OT.010/08/2016 tentang Pedoman Nomenklatur, Tugas
dan Fungsi Dinas Urusan pangan Dan Urusan Pertanian Daerah Prov/Kab/Kota
10. Permentan No 03/Permentan/PP.200/3/2017 tentang Perubahan Ketiga Atas
Permentan Selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan No
71/Permentan/PP.200/12
11. Permentan No 09/Permentan/OT.110/3/2017 tentang Tata Cara Penyesuian/Inpassing
Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional Bidang Pertanian
12. Permentan No 31/Permentan/PP/130/8/2017 tentang Kelas Mutu Beras
13. Permentan No 48/Permentan/PP130/12/2017 tentang Beras Khusus
14. Permentan No 11/Permentan/KN.130/4/2018 tentang Penetapan Jumlah Cadangan
Beras Pemerintah Daerah
15. Permentan No 38/Permentan/KN.130/8/2018 tentang Pengelolaan Cadangan Beras
Pemerintah
16. Permentan No 53/Permentan/KR.040/12/2018 tentang Keamanan dan Mutu Pangan
Segar Asal Tumbuhan

VI. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN (Kepmentan)


1. Kepmentan No 45 Tahun 2019 tentang Kriteria Penurunan Mutu Cadangan Beras
Pemerintah
2. Kepmentan No 670/Kpts/OT.040/9/2018 tentang Uraian Tugas Jabatan Pelaksana
Di Lingkungan Kementerian Pertanian

VII. SK KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

1. SK TIM Penilai Kinerja Instansi Jabatan Fungsional Analis Ketahanan Pangan


2. SK Pejabat Pengelola Informasi Dan Dokumen (PPID)
3. SK PPID Pembantu Pelaksana BKP
4. SK TIM SPI Badan Ketahanan Pangan 2019

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat.
Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana
tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan
tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan
salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi
kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya
dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga
terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat
membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.

Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini
merupakan makanan pokok utama. Pengalaman telah membuktikan kepada kita bahwa
gangguan pada ketahanan pangan seperti meroketnya kenaikan harga beras pada waktu krisis
ekonomi 1997/1998, yang berkembang menjadi krisis multidimensi, telah memicu kerawanan
sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.

Nilai strategis beras juga disebabkan karena beras adalah makanan pokok paling penting.
Industri perberasan memiliki pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi (dalam hal
penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan dan dinamika ekonomi perdesaan, sebagai wage
good), lingkungan (menjaga tata guna air dan kebersihan udara) dan sosial politik (sebagai
perekat bangsa, mewujudkan ketertiban dan keamanan). Beras juga merupakan sumber utama
pemenuhan gizi yang meliputi kalori, protein, lemak dan vitamin.

Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No. 18/2012 tentang Pangan.


Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah “kondisi terpenuhinya
Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.

 “Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan
kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak
bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya
lokal”.

“Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi


Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan
pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber
daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat”.

“Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi”.

definisi ketahanan pangan dari FAO yang menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai
suatu kondisi dimana setiap orang sepanjang waktu, baik fisik maupun ekonomi, memiliki
akses terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi
sehari-hari sesuai preferensinya.

SGDs

Sebagai wujud komitmen politik pemerintah untuk melaksanakan SDGs, Presiden Jokowi
telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) SDGs Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Perpres tersebut juga
merupakan komitmen agar pelaksanaan dan pencapaian SDGs dilaksanakan secara
partisipatif dengan melibatkan seluruh pihak.

Sustainable Development Goals(SDGs) telah menjadi isu sentral sejak tahun 2016. SDGs
yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke
depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi
kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi seluruh negara (universal),
sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk
mencapai Tujuan dan Target SDGs.

NERACA BAHAN MAKANAN (NBM)


Neraca Bahan Makanan (NBM) merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
menganalisis situasi ketersediaan pangan di suatu negara/wilayah dalam kurun waktu tertentu
berdasarkan aspek penyediaan dan pemanfaatan pangan. Hasil dari Neraca Bahan Makanan
tersebut adalah jumlah pangan yang tersedia di pasar untuk dikonsumsi pada kurun waktu
tertentu dalam bentuk energi per kg/kapita/hari, protein per g/kapita/hari dan lemak per
g/kapita/hari.

HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)

Harga pokok penjualan atau disingkat hpp adalah gambaran mengenai perkiraan biaya yang
dikeluarkan oleh usaha secara langsung maupun tidak langsung pada proses produksi.

Unsur yang termasuk kedalam harga pokok penjualan seperti biaya-biaya yang dikeluarkan
secara langsung selama proses produksi, misalnya bahan baku, tenaga pekerja, dan lainnya.

HPP merupakan  langkah dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras. Salah satu
instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan
harga maksimum, yang selanjutnya konsep harga dasar disesuaikan menjadi harga pembelian
pemerintah (HPP). Saat ini melalui Inpres No.1/2010 HPPgabah-beras adalah sebagai berikut
: GKP (Rp.2.640./kg), GKG (Rp.3.300/kg), dan beras(Rp.5.060/kg).

Kebijakan HPP tersebut didukung oleh perangkat kebijakan, institusi dan pembiayaan.  
Esensi (dari penerapan) HPP tersebut adalahinsentif yang diberikan pemerintah kepada petani
padi dengan cara memberikan jaminan harga di atas harga keseimbangan (price market
clearing) terutama pada saat panen raya.   Melalui kebijakan HPP ini pemerintah
mengharapkan :

(a) produksi padi dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan dalam negeri;

(b) stabilitas harga padi; dan

(c) pendapatan petani dan usaha tani padi meningkat. Kebijakan penetapan HPP gabah yang
dilakukan selama ini berdasarkan kadar air dan kadar hampa, sedangkan HPP beras adalah
kadar air dan butir patah beras.

HARGA ECERAN TERTINGGI (HET)

Untuk melindungi produsen dan konsumen pangan dalam negeri, pemerintah melakukan
penetapan harga eceran tertinggi sebagai bagian dari kebijakan harga komoditas pangan.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk menstabilkan harga pangan, mengurangi ketidakpastian
petani, dan menjamin konsumen memperoleh pangan yang cukup dengan harga yang wajar.
Tindakan pemerintah dalam menetapkan HET merupakan perbuatan pemerintah
(bestuurhandeling) sesungguhnya merupakan salah satu contoh intervensi negara dalam
rangka mewujudkan hak konstitusional atas kedaulatan pangan. Dengan demikian, elemen
negara kesejahteraan terutama menyangkut perlindungan hak-hak konstitusional setiap
warganegara akan dapat dilaksanakan.

NILAI TUKAR PETANI (NTP)

1. Pengertian Umum :
o NTP merupakan indikator proxy kesejahteraan petani
o NTP merupakan perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan
Indeks harga yg dibayar petani (Ib)

2. Arti Angka NTP :


o NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari
kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari
pengeluarannya.
o NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga
produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi.
Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
o NTP< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih
kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani
turun, lebih kecil dari pengeluarannya.

3. Kegunaan dan Manfaat


o Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani (It), dapat dilihat fluktuasi harga barang-
barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang
dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
o Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-
barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari
masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk
memproduksi hasil pertanian. Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan
perkembangan inflasi di pedesaan.
o NTP mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual
petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah
tangga.
o Angka NTP menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan
produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas
produk pertanian dapat dilakukan.

4. Cakupan Komoditas
o Sub Sektor Tanaman Pangan seperti: padi, palawija
o Sub Sektor Hortikultura seperti : Sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias &
tanaman obat-obatan
o Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) seperti: kelapa, kopi robusta,
cengkeh, tembakau, dan kapuk odolan. Jumlah komoditas ini juga bervariasi antara
daerah
o Sub Sektor Peternakan seperti : ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing,
domba, babi, dll), unggas (ayam, itik, dll), hasil-hasil ternak (susu sapi, telur, dll)
o Sub Sektor Perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya

1. GKP (Gabah Kering Panen)


GKP adalah singkatan dari Gabah Kering Panen , gabah GKP ini mempunyai kandungan
kadar air lebih besar dari 18% namun lebih kecil atau sama dengan 25% dari kadar air pada
gabah, hampa/kotoran lebih besar dari 6% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10%, butir
hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10%, butir
kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

2. GKS (Gabah Kering Simpan)


GKS (Gabah Kering Simpan) adalah gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari
14% tetapi lebih kecil atau sama dengan 18%, ciri lainnya memiliki kotoran/hampa lebih
besar dari 3% tetapi lebih kecil atau sama dengan 6%, butir hijau/mengapur lebih besar dari
5% tetapi lebih kecil atau sama dengan 7%, dan butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir
merah maksimal 3%. Gabah dengan cara tersebut diperuntukan untuk disimpan sebelum
dilakukan penggilangan.

3. GKG (Gabah Kering Giling)


GKG (Gabah Kering Giling) adalah gabah yang mempunyai kandungan kadar air
maksimal 14% karena jika lebih akan terjadi pecah saat penggilingan, selanjutnya
mempunyai kandungan kotoran/hampa maksimal 3%, butir hijau/mengapur maksimal 5%,
dan mempunyai butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

CADANGAN PANGAN NASIONAL


UU PANGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 (Pasal 23 dan 27)
Cadangan Pangan Nasional adalah persediaan Pangan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia untuk komsumsi manusia dan untuk menghadapai masalah kekurangan
pangan, gangguan pasokan dan harga serta keadaan darurat 
Cadangan Pangan Pemerintah adalah persediaan pangan yang dikuasai dan dikelola oleh
Pemerintah 
Cadangan pangan Pemerintah Provinsi adalah persediaan pangan yang dikuasai dan dikelola
oleh pemerintah provinsi 
Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah persediaan Pangan yang dikuasai dan
dikelola oleh pemerintah kabupaten/kota

TUJUAN CADANGAN PANGAN


Sesuai UU Pangan No. 18/2012, Pasal 24-25:
1 • Antisipasi kekurangan/kelebihan ketersediaan pangan
2 • Antisipasi gejolak harga pangan
3 • Keadaan darurat
4 • Kerja sama internasional
5 • Bantuan pangan luar negeri

POLA PANGAN HARAPAN (PPH))

PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan
energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya, baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. 3 Panduan Penghitungan Pola Pangan
Harapan (PPH) PPH merupakan instrumen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan
penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang dinyatakan
dalam skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin beragam dan bergizi
seimbang (maksimal 100). Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman
konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi
pangan pada tahun-tahun mendatang. PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam evaluasi
dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik secara
kuantitas, kualitas, maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama dan cita rasa.

Tujuan Tujuan dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah untuk menghasilkan suatu
komposisi norma (standar) pangan guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang
mempertimbangkan
keseimbangan gizi (nutritional balance) berdasarkan :
1. cita rasa (palatability),
2. daya cerna (digestability),
3. daya terima masyarakat (acceptability),
4. kuantitas dan kemampuan daya beli (affortability).

Kegunaan Kegunaan dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah sebagai berikut
1. Untuk menilai situasi konsumsi atau ketersediaan pangan, baik jumlah dan
komposisi/keragaman pangan.
2. Untuk perencanaan konsumsi atau ketersediaan pangan

Anda mungkin juga menyukai