Pengendalian vektor
DBD:
1. Kimiawi
2. Biologi
3. Manajemen
lingkungan
Pengetahuan Ibu
Pencegahan penyebaran
Virus Dengue
25
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan
Deli Kecamatan Medan Marelan yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi:
1. Memiliki anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Salsabila.
b. Kriteria eksklusi:
1. Tidak bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian.
26
Dimana:
n = besar sampel
Zα = deviat baku alpha (tabel Z)
P = perkiraan proporsi pada populasi dari penelitian sebelumnya
Q = 1-P
d = tingkat ketepatan absolut
n= (1,960)²(0,67)(0,33)
(0,1)²
4.4.2 Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara yaitu
suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden,
atau bercakap - cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Hasil percakapan
tersebut didokumentasi menjadi sebuah data primer, yaitu materi atau kumpulan
fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung.
Data primer yang diambil adalah data tentang nama responden, jenis kelamin
responden usia responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, serta
pengetahuan responden.
4.4.3 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi
pertanyaan umur, status pekerjaan, pendidikan, kejadian, serta pengetahuan
tentang demam berbarah dengue (DBD). Kuisioner yang digunakan adalah
kuisioner yang telah divalidasi dan diuji reliabilitasnya dalam penelitian yang
dilakukan oleh Anindia Larasati (2009).18 Kuesioner ini sebanyak 20 pertanyaan
dengan pilihan jawaban berganda maupun isian. Masing-masing item telah diberi
nilai.
kesehatan, media
cetak, media
elektronik,
kegiatan setempat,
keluarga, dan
tetangga
5. Sumber informasi Analisa a. <3 Sumber Kuisioner/ Ordinal
paling berkesan kuisioner b. 3-5 Sumber wawancara
adalah sumber c. >5 Sumber
informasi dimana
responden
mendapatkan
informasi
terbanyak tentang
DBD sehingga
responden
memahami
penyakit DBD.
6. Pernah mendengar Analisa a. Tidak Kuisioner/ Nominal
DBD adalah kuisioner b. Ya wawancara
kejadian masa
lampau dimana
responden pernah
mendapatkan
informasi tentang
DBD
7. Anggota keluarga Analisa a. Tidak Kuisioner/ Nominal
pernah DBD kuisoner b. Ya wawancara
adalah ada
tidaknya kejadian
DBD di dalam
keluarga
8. Tingkat Analisa a. Pengetahuan Kuisioner/ Ordinal
pengetahuan kuisioner kurang adalah wawancara
adalah pemahaman jika nilai ≤ 21
yang dimiliki b. Pengetahuan
responden tentang cukup adalah
demam berdarah jika nilai 22-
yang meliputi 27
pengertian, tanda c. Pengetahuan
dan gejala, baik adalah
pengobatan, cara jika nilai ≥ 28.
penularan,
pemberantasan
vektor, dan
pemberantasan
sarang nyamuk.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Salsabila Jalan Young Panah Hijau
Lingkungan IX, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota
Medan. SD Salsabila merupakan Sekolah Dasar swasta yang terdiri dari kelas 1
hingga kelas 6. SD Salsabila terletak kurang lebih 30 meter dari sungai Deli.
Peserta didik sekolah ini merupakan masyarakat setempat di kelurahan Labuhan
Deli dan sekitarnya.
Dari penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar
Salsabila, Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan,
didapati jumlah sampel 90 orang dari sampel minimal 85 orang, didapati
karakteristik sebagai berikut:
Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa responden terbanyak usia 26-45 tahun
yaitu 66 orang (73,3%) dan responden terendah usia 21-25 tahun yaitu 9 orang
(10%). Responden usia 46-65 tahun sebanyak 15 orang (16,7%). Sebaran
responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Usia N %
1 21-25 tahun 9 10
2 26-45 tahun 66 73,3
3 46-65 tahun 15 16,7
Total 90 100
33
No Tingkat Pendidikan N %
1 Tidak tamat SD 23 25,6
2 Tamat SD atau sederajat 18 20
3 Tamat SMP atau sederajat 24 26,7
4 Tamat SMA atau sederajat 24 26,7
5 Tamat Perguruan Tinggi 1 1,1
Total 90 100
No Pekerjaan N %
1 Bekerja 17 18,9
2 Tidak Bekerja 73 81,1
Total 90 100
No Sumber Informasi N %
1 < 3 sumber 71 78,9
2 3 – 5 sumber 10 11,1
3 > 5 sumber 9 10
Total 90 100
Pernah Mendengar
No N %
DBD
1 Tidak 12 13,3
2 Ya 78 86,7
Total 90 100
Anggota Keluarga
No N %
Pernah DBD
1 Tidak 86 95,6
2 Ya 4 4,4
Total 90 100
No Tingkat Pengetahuan N %
1 Rendah 39 43,3
2 Cukup 40 44,4
3 Tinggi 11 12,2
Total 90 100
Penilaian
Pertanyaan
Benar % Salah %
Mengetahui nyamuk sebagai penular DBD 78 86,7 12 13,3
Mengetahui virus sebagai penyebab DBD 18 20 72 80
Mengetahui tempat peristirahatan nyamuk
79 87,8 11 12,2
penular DBD
Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular DBD 72 80 18 20
Mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk
72 80 18 20
penular DBD
Mengetahui waktu nyamuk penular DBD
66 73,3 24 26,7
menggigit manusia
Mengetahui pola demam DBD 26 28,9 64 71,1
Mengetahui tindakan jika pasien mengalami
29 32,2 61 67,8
demam tinggi
Mengetahui indikasi membawa pasien ke rumah
10 11,1 80 88,9
sakit
Mengetahui penurunan nilai trombosit sebagai
37 41,1 53 58,9
penanda DBD
Mengetahui pertolongan pertama DBD 61 67,8 29 32,2
Mengetahui gerakan 3M 61 67,8 29 32,2
Mengetahui frekuensi pengurasan tempat
84 93,3 6 6,7
penampungan air
Mengetahui cara membersihkan bak mandi 1 1,1 89 98,9
Mengetahui perlunya menebar bubuk
67 74,4 23 25,6
pemberantas jentik
Mengetahui serbuk abate 72 80 18 20
Mengetahui waktu dilakukannya pengasapan
15 16,7 75 83,3
(fogging)
Mengetahui cara pengasapan (fogging) 36 40 54 60
mual dan muntah, lemah lesu, dan sakit kepala. Sebaran jawaban responden
berdasarkan pertanyaan 7 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Pertanyaan 7 N %
1 Tahu <3 gejala 18 20
2 Tahu 3-5gejala 58 64,4
3 Tahu >5 gejala 14 15,6
Total 90 100
Tabel 5.11 Pertanyaan 18: Cara mencegah gigitan nyamuk penular DBD
No Pertanyaan 18 N %
1 Tahu <2 cara 10 11,1
2 Tahu 2-3cara 45 50
3 Tahu >3cara 35 38,9
Total 90 100
Tingkat Pengetahuan
Usia Total %
Rendah % Cukup % Tinggi %
<25 tahun 5 55,6 1 11,1 3 33,3 9 100
26-45 tahun 27 40,3 33 49,3 7 10,4 67 100
>45 tahun 7 50,0 6 42,9 1 7,1 14 100
Total 39 40 11 90
Tingkat Pengetahuan
Pekerjaan Total %
Rendah % Cukup % Tinggi %
Bekerja 8 47,1 7 41,2 2 11,8 17 100
Tidak Bekerja 31 42,5 33 45,2 9 12,3 73 100
Total 39 40 11 90
mendapat informasi lebih dari 5 sumber yaitu dengan persentase 44,4%. Adapun
tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tingkat Pengetahuan
Sumber Informasi Total %
Rendah % Cukup % Tinggi %
<3 Sumber 34 47,9 32 45,1 5 7 71 100
3-5 Sumber 3 30 5 50 2 20 10 100
>5 Sumber 2 7,7 3 33,3 4 44,4 9 100
Total 39 40 11 90
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa usia terbanyak responden adalah 26-45
tahun yaitu sebanyak 73,3%. Hal ini dikarenakan usia ibu-ibu yang memiliki anak
yang masih bersekolah SD umumnya berusia 26-45 tahun. Tingkat pendidikan
responden sebagian besar adalah tamat SMP dan SMA sederajat yaitu masing-
masing sebnyak 26,7%. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden
tergolong rendah dimana menurut Kemendikbud persentase tamat pendidikan
SMA atau sederajat ≤55% tergolong rendah.23 Dari hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 73%. Sebagian
besar responden mendapat informasi mengenai DBD hanya kurang dari 3 sumber
yaitu sebnyak 78,9%. Sebagian besar responden sudah pernah mendengar
informasi tentang DBD yaitu sebanyak 86,7%. Dari data hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar anggota keluarga responden tidak pernah menderita DBD
yaitu sebanyak 95,6%. Hal ini dapat disebabkan genangan air tanah di sekitar
lingkungan Kelurahan Labuhan Deli bukan menjadi habitat yang baik bagi
nyamuk Aedes dimana umumnya nyamauk tersebut lebih menyukai genangan air
bersih seperti pada bak mandi dan genangan air pada kaleng-kaleng bekas.
Tingkat pengetahuan responden umumnya rendah-cukup dimana persentase
tingkat pengetahuan rendah 43,3% dan pengetahuan cukup sebanyak 44,4%.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan responden tentang nyamuk
sebagai penular DBD sudah baik yaitu dengan persentase 86,7%. Namun,
pengetahuan responden tentang virus sebagai penyebab DBD sangat kurang yaitu
hanya 20%. Hal ini menandakan informasi mengenai vektor penular DBD telah
sampai pada responden namun umumnya responden belum dapat memahami
bahwa virus sebagai penyebab penyakit DBD. Pengetahuan responden tentang
pola demam DBD kurang, yaitu hanya 20%. Pengetahuan tentang kapan
seharusnya pasien dibawa ke rumah sakit juga sangat kurang, hanya 11,1%
pasien yang mampu menjawab benar. Hal ini menandakan bahwa umumnya
responden belum dapat memahami ciri khas demam pada penyakit DBD dan tidak
tahu kapan harus membawa tersangka DBD ke rumah sakit. Hal ini cukup
menghawatirkan karena jika informasi mengenai pentingnya membawa tersangka
DBD ke rumah sakit jika tanda tanda bahaya DBD sudah ditemukan, maka akan
mempengaruhi hasil akhir berupa meningkatnya resiko kematian pada tersangka
DBD. Hal yang cukup menarik perhatian adalah sebanyak 93,3% responden
sudah mengetahui minimal seminggu sekali harus menguras bak mandi, namun,
cara membersihkan bak mandi dengan menggosok bagian dalam dinding bak
mandi, hanya 1,1% saja responden yang mengetahuinya. Umumnya pengetahuan
pasien tentang serbuk abate untuk memberantas jentik sudah baik.
Pengetahuan responden tentang pengasapan (fogging) kurang. Responden
yang tahu fogging dilakukan setelah seseorang terjangkit DBD di lingkungan
rumah hanya 16,7% dan pengetahuan mengenai fogging dilakukan di dalam dan
di luar rumah hanya 40 responden saja yang menjawab benar. Selanjutnya,
responden dianggap mampu membedakan gejala DBD dari gejala demam biasa
jika responden mampu mengenali 5 gejala DBD, namun persentase responden
yang mengetahui gejala DBD lebih dari 5 sebanyak 15,6%. Pengetahuan
responden tentang cara mencegah DBD baik dimana responden yang mengetahui
cara pencegahan DBD 2-3 cara sebanyak 50% dan lebih dari 3 cara sebanyak
38,9%. Dari hasil tersebut, kemungkinan kejadian DBD yang rendah disebabkan
oleh pengetahuan responden yang baik tentang 3M (67,8%), pengetahuan tentang
tempat perkembang biakan nyamuk penular DBD yang baik (80%), pengetahuan
tentang frekuensi pengurasan tempat penampungan air yang baik (93,3%), serta
pengetahuan tentang bubuk abate sebagai pemberantas jentik (80%). Pengetahuan
tentang cara mencegah gigitan nyamuk demam berdarah juga cukup baik dimana
responden yang mentahui 2-3 cara pencegahan sebanyak 50% dan mengetahui
lebih dari 3 cara sebanyak 38,9%. Pengetahuan yang baik tentang 3M dapat
memutus rantai perkembangbiakan nyamuk penular DBD sehingga tidak
mencapai stadium dewasa.19
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pengetahuan tinggi terbanyak
pada responden usia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 33,3%. Ibu-ibu dengan
usia 26-45 tahun dan lebih dari 45 tahun umumnya memiliki tingkat pengetahuan
rendah-cukup. Kemampuan responden berusia muda dalam mendapatkan
informasi baik dari tempat kerja, majalah, maupun media elektronik seperti
internet akan lebih baik dibandingkan dengan responden berusia lebih tua. Dalam
era globalisasi, umumnya usia muda lebih mudah mendapatkan informasi dari
gadget dibandingkan dengan usia tua karena umumnya penggunaan gadget pada
usia tua lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anugerahwati N tahun 2010 di Sidoarjo dimana dengan bertambahnya umur
seseorang mepengaruhi tingkat pengetahuannya.24 Namun tidak selamanya
semakin tua usia maka pengetahuan semakin tinggi. Hal ini seseuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur dimana tidak
ada hubungan yang bermakna terhadap umur responden. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi seperti mendapat informasi tentang DBD dari berbagai
media elektronik dan cetak juga petugas kesehatan yang lebih mudah didapatkan
oleh responden berumur lebih muda.25
Dari hasil penelitian diketahui tingkat pendidikan memiliki korelasi positif
terhadap tingkat pengetahuan responden. Sebagian besar responden tidak tamat
SD memiliki tingkat pengetahuan rendah (73,9%). Sebagian besar responden
tamat SD memiliki tingkat pengetahuan rendah (55,6%) dan cukup (44,4%).
Sebagian besar responden tamat SMP memiliki tingkat pengetahuan rendah
(33,3%) dan cukup (58,3%). Sebagian besar responden tamat SMA memiliki
tingkat pengetahuan cukup (54,2%) dan tinggi (29,2%). Sementara responden
tamat perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan tinggi (100%). Semakin
tinggi tingkat pendidikan, informasi yang sampai kepadanya akan lebih banyak.
Selain itu rasa ingin tahu tentang penyakit yang berbahaya akan semakin tinggi
didukung dengan lebih mudahnya mendapat informasi tentang penyakit tersebut.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanti A tahun 2008 di
Salatiga menyatakan dimana terdapat korelasi positif tingkat pendidikan dengan
pengetahuan responden dimana semakin tinggi maka pendidikan semakin tinggi
pula pengetahuan tentang DBD.26 Makin tinggi pendidikan seseorangan, semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya.24 Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan
lebih tinggi mengetahui lebih banyak masalah kesehatan, dan memiliki status
kesehatan yang lebih baik. 27
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak jauh berbeda antara responden
yang bekerja dan tidak bekerja pada tingkat pengetahuan rendah, cukup, dan
tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh profesi responden dimana umumnya
responden yang bekerja memiliki profesi sebagai nelayan. Kemungkinan
informasi tentang DBD tidak begitu berkembang di kalangan nelayan sehingga
tidak memperngaruhi tingkat pengetahuan pada responden yang bekerja. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukana oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur
dimana tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan faktor pekerjaan.25 Namun
hal ini berbeda menurut Mubarak dimana Lingkungan pekerjaan dapat membuat
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.20
Dari penelitian diketahui semakin banyak sumber informasi yang didapatkan
oleh responden mengenai DBD, maka semakin baik tingkat pengetahuannya. Hal
ini dapat dilihat dari responden yang mendapat kurang dari 3 sumber sebagian
besar memiliki tingkat pengetahuan rendah (47,9%). Responden yang mendapat
3-5 sumber informasi sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup (50%).
Responden yang mendapat lebih dari 5 sumber sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan tinggi (44,4%). Semakin banyak informasi yang pernah didapatkan
oleh responden maka semakin banyak pula informasi yang sampai kepadanya,
semakin mudah pula ia mengidentifikasi informasi yang benar amupun informasi
yang salah sehingga tingkat pengetahuannya akan semakin meningkat. Hal ini
sesuai menurut Mubarak yang mengatakan kemudahan untuk memperoleh
informasi dapat mempercepat seseorang meperoleh pengetahuan yang baru.20 Hal
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati A tahun 2009 di
Jakarta yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan
jumlah sumber informasi.18
Dari penelitian diketahui bahwa responden yang anggota keluarganya sudah
pernah menderita DBD memiliki persentase tingkat pengetahuan tinggi paling
banyak yaitu 25%. Responden yang anggota keluarganya belum pernah menderita
DBD umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah (44,2%) dan cukup
(44,2%). Responden yang memiliki anggota keluarga serumah yang pernah
terjangkit DBD maka ia pernah memiliki pengalaman merawat pasien DBD. Dari
pengalaman tersebut, informasi dari tenaga kesehatan seperti perawat, bidan,
maupun dokter akan sampai kepadanya sehingga pengetahuan tentang DBD akan
lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerahwati N
tahun 2010 di Sidoarjo yang mengatakan bahwa apabila keluarga sebelumnya
sudah pernah menderita DBD, secara tidak langsung dapat meningkatkan
informasi mengenai penyakit ini.25 Kejadian DBD yang cukup rendah (4,4%) pada
anggota keluarga responden dinilai dalam dua tahun terakhir.
Penelitian ini dilakukan secara sekaligus dalam satu waktu, oleh karena itu
memperoleh kelemahan sebagai berikut:
Akan tetapi, hal-hal tersebut tidak berpengaruh terlalu besar pada hasil yang
diperoleh. Secara umum, tidak ada kesulitan berarti yang dialami selama
pengambilan data.
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
6.2 Saran
Sebagai saran dari penelitian, dapat diperluas dalam empat aspek yaitu:
Bagi Bidang Pelayanan Masyarakat
48
Bagi Masyarakat
1. Masyarakat hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan mengenai DBD
secara aktif.
2. Masyarakat diharapkan dapat berbagi pengalaman dan informasi yang
telah dimilikinya mengenai DBD untuk disebarluaskan kepada orang lain.
3. Masyarakat hendaknya lebih meningkatkan kepedulian terhadap penyakit
DBD, terutama untuk lebih mengetahui cara pencegahan agar dapat
menghentikan rantai penularan DBD di lingkungan masyarakat.