Anda di halaman 1dari 27

AKAD JUAL BELI EMAS ANTAM LOGAM MULIA ONLINE

DITINJAU DARI FIQIH MUAMALAH

Tugas Kelompok
Mata Kuliah Fiqih Muamalah
Dr. Erwandi Tarmizi, M.A

Disusun Oleh:
1. Nefianti Nur Aliah (2110405043)
2. Rilia Putri (2110405015)
3. Siti Maryam (2110405014)

MAGISTER EKONOMI SYARIAH


INSTITUT TAZKIA
2021 M/1442 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Situasi bencana alam non pandemic yang menimpa di seluruh dunia sejak
akhir tahun 2019 membuat setiap lini merubah strategi agar tetap bertahan.
Hampir seluruh kegiatan di awal pandemic berubah menjadi berbasis daring
baik dalam pekerjaan maupun pendidikan.
Salah satu lini yang juga terpengaruh adalah bidang jual – beli di kalangan
masyarakat. Banyak bermunculan e-commerce untuk mempermudah
kebutuhan customer dalam bertransaksi. Berbagai model jual – beli dengan
berbagai strategi dilancarkan agar menarik perhatian customer.
Bagi muslim tentu ini adalah peluang sekaligus tantangan. Muslim
bertransaksi tidak hanya melihat dari aspek kemudahan tapi harus melihat dari
sisi hukumnya dalam islam agar tidak melanggar aturan yang ada dan tetap
sesuai dengan syariah.
Salah satu kegiatan jual – beli yang menarik adalah emas logam mulia.
Bagaimana tidak, emas dikatakan sebagai salah satu barang yang nilainya
tetap, meski kondisi ekonomi menurun saat adanya pandemic ini. Dapat
dikatakan menabung emas adalah investasi yang aman di tengah krisis
ekonomi global. Tercatat pada pertengahan tahun 2020 kemarin harga emas
melonjak drastis. Tentunya kenaikan ini berbanding dengan jumlah permintaan
/ pembelian terhadap emas. Sesuai dengan hukum ekonomi, apabila permintaan
meningkat maka hargapun akan meningkat. Maka persoalan jual – emas ini
tentunya bukan hanya persoalan sedikit orang.
Transaksi jual – beli emas yang melibatkan banyak orang di kala pandemic
ini kebanyakan dilaksanakan melalui online untuk mematuhi aturan
pembatasan yang dibuat oleh pemerintah. Sebut saja salah satu perusahaan
besar yang berfokus pada emas dan logam mulia yakni Antam. Sejak Maret
2020, Antam memberlakukan transaksi jual – beli emas dan logam mulia
secara online dan menutup semua butik/tokonya. Baru di awal 2021 ini
beberapa butik mulai terbuka kembali namun di luar pulau Jawa.
Dikarenakan hal tersebut di atas, sebagai muslim tentunya kita harus
mencari tahu apakah transaksi jual – beli emas yang kita lakukan sudah sesuai
dengan syariah atau belum. Dalam hal ini kami selaku kelompok 7 ingin
meninjau transaksi jual – beli emas di Antam sebagai produsen emas terbesar
di Indonesia dari segi fiqih/ hukum syariah. Semoga dengan peninjauan ini,
muslim di Indonesia hususnya lebih paham dan berhati-hati dalam
bertransakasi/ berinvestasi emas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah


dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Perkembangan zaman dan teknologi menyebabkan maraknya sistem jual
beli emas secara online
2. Adanya pandemic menyebabkan sebagian besar butik antam logam mulia
tidak menerima pembelian offline dan merubah sistem ke penjualan online

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis dalam hal


ini membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Studi kasus pada jual – beli emas Antam Logam Mulia Online

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis


merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana skema transaksi jual – beli online emas Antam Logam Mulia?

2. Apakah transaksi jual – beli online emas Antam Logam Mulia sudah sesuai
dengan syariah?
E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui skema jual – beli emas Antam Logam Mulia

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum syariah / fiqih terhadap skema jual –

beli Antam Logam Mulia


BAB II
PEMBAHASAN

A. Produk Emas Antam Logam Mulia

1. Kelebihan Emas Antam Logam Mulia

a. Emas antam mempunyai kemurnian 99,99% dan sertifikat LBMA


(London Bullion Market Association) yang berstandard dan diakui
secara internasional.
b. Mudah diperjual belikan di toko emas dan luar negeri.

2. Produk yang Dapat Dibeli

Produk yang dapat dibeli melalui website yaitu emas batangan


certicard, emas batangan motif batik, emas batangan gift series, koin dinar,
koin dirham dan bezel dengan memperhatikan ketersediaan stok.

B. Skema dalam Transaksi Jual Beli Emas Antam Logam Mulia

Kegiatan jual beli emas antam secara online dapat dilakukan melalui 2
cara, yaitu melalui WhatsApp dan Website https://www.logammulia.com.
Berikut skema dari transaksi jual beli emas antam secara online:

1. Melalui WhatsApp
Kegiatan jual beli emas Antam Logam Mulia melalui WhatsApp
adalah sebagai berikut:
a. Chat Nomor Admin Butik Logam Mulia Terdekat
b. Kirim Foto KTP dan NPWP (jika ada)
c. Isi Format
Admin butik logam mulia akan mengirimkan S&K dan format
yang harus diisi oleh calon pembeli.
d. Pilih Produk yang Akan Dipesan (isi nama produk yang akan dipesan
dan jumlahnya)
e. Lanjutkan Proses Pembayaran (melalui Virtual Account) dan Kirim
Bukti Pembayaran
f. Tunggu Balasan Admin untuk Waktu Pengambilan Produk
Pengambilan di Butik tersedia minimal H+1 hingga maksimal
H+7 setelah pembayaran sesuai jam operasional butik.
Syarat dan Ketentuan Pembelian
a. Pelanggan perorangan, pengambilan emas tidak dapat dikuasakan dan
harus membawa KTP asli, NPWP asli (jika ada) serta bukti
pembayaran.
b. Pelanggan korporat, pengambilan emas wajib menyertakan surat
kuasa asli yang dibuat di atas kertas kop perusahaan disertai fotokopi
KTP pemberi kuasa dan KTP asli penerima kuasa.
c. Jika transkasi di atas 20 juta, dapat melakukan pengambilan di butik.
Pengambilan di Butik H+1 hingga maksimal H+7 terhitung sejak hari
pembelian, sesuai dengan jam operasional butik.
d. Antam LM berhak melakukan buyback secara otomatis jika produk
tidak diambil melewati waktu yang telah ditentukan. Nilai buyback
mengikuti harga saat hari pembelian. Pelanggan wajib memberikan
nomor rekening untuk buyback.
e. Transaksi online melalui WA dengan nilai di bawah 20 juta untuk
produk selain Certicard dan Gift Series, dapat melakukan
pengambulan produk di butik.

2. Melalui Website

Kegiatan jual beli emas antam logam mulia melalui website official
antam logam mulia adalah sebagai berikut:
a. Masuk ke www.logammulia.com
b. Buat Akun
c. Klik Menu Beli Emas
Ubah lokasi pembelian dengan memilihi lokasi Butik Antam
terdekat.
d. Pilih Produk, Masukkan Jumlah dan Tambahkan Keranjang
Jika muncul notifikasi pesanan gagal diproses, maka artinya
produk yang dipilih tidak tersedia atau pemesanan di luar jam
operasional butik. Jam operasional butik antam adalah hari Senin –
Jum’at pukul 09.15-14.30 WIB.
e. Klik “Check Out Now” untuk Pemesanan atau Klik Kembali untuk
Melanjutkan Belanja
f. Pilih Opsi untuk Mendapatkan Emas
Terdapat 2 opsi untuk memperoleh emas yang dibeli yakni
pengambilan di butik antam atau pengiriman ke alamat pembeli.
Centang “setuju” pada kolom S&K Logam Mulia.
g. Pilih Metode Pembayaran
Pembeli akan mendapatkan nomor Virtual Account dengan
batas waktu pembayaran maksimal 45 menit setelah konfirmasi
pembelian.
h. Konfirmasi Pesanan
Setelah melakukan konfirmasi pesanan, pembeli akan
mendapatkan email notifikasi berupa detail pesanan dan petunjuk
pembayaran.
Syarat dan Ketentuan Pembelian
a. Pengambilan emas tidak dapat dikuasakan dan harus membawa KTP
asli, NPWP asli (jika ada) serta bukti pembayaran (print/ screenchoot
bukti transaksi via website).
b. Pengambilan emas di butik khusus untuk transaksi di atas 20 juta,
transaksi di bawah 20 juta hanya bisa dilakukan pembelian dengan
pengiriman ekpedisi Paxel (transaksi s/d 5 juta) dan RPX (transaksi
s/d 100 juta).
c. Pengambilan di butik H+1 hingga maksimal H+7 terhitung sejak hari
pembelian, sesuai dengan jam operasional bukti.
d. Antam LM berhak melakukan buyback secara otomatis jika produk
tidak diambil melewati waktu yang telah ditentukan. Nilai buyback
mengikuti harta saat hari pembelian. Pelanggan wajib memberikan
nomor rekening untuk buyback.
e. Pembayaran menggunakan transfer virtual account (VA) dengan
masa berlaku 45 menit setelah konfirmasi pesanan. Dengan VA
pelanggan tidak perlu melakukan konfirmasi pembayaran.
Pembayaran melewati batas waktu tersebut dianggap batal.
f. Pembayaran langsung hanya dapat idlakukan via BCA
VA/Multipayment Mandiri/BRIVIA/Permata/VA
g. Untuk pembayaran dari bank lain, dilakukan melalui menu transfer
antar bank ke bank Permata dengan memasukkan nomor VA
tersebut.

Alur pembelian
C. Seputar Akad Jual – Beli (Bai’)

Akad yang digunakan pada transaksi jual beli emas antam online tentu saja
adalah akad jual beli (bai’) yaitu menerima sesuatu dan memberikan sesuatu
yang lain. Secara istilah bai’ adalah tukar menukar harta dengan tujuan
kepemilikan.
Dasar hukum bai’ adalah mubah, namun tergantung situasinya dapat
berubah menjadi wajib, haram, sunnah dan makruh.
Berikut adalah salah satu dalil yang menjadi dasar hukum bai’ (jual beli)
yaitu Q.S Al-Baqarah : 275

‫ط ُن ِمنَ ۡٱل َم ِ ِّۚس‬ َ ٰ ‫ش ۡي‬ ُ َّ‫ٱلر َب ٰواْ ََل َيقُو ُمونَ ِإ ََّل َك َما َيقُو ُم ٱلَّذِي َيتَ َخب‬
َّ ‫طهُ ٱل‬ ۡ
ِ َ‫ٱلَّذِينَ َيأ ُكلُون‬
ِّۚ َّ ‫ٱلر َب ٰو ْۗاْ َوأ َ َح َّل‬ ٰ
ُ‫ٱلر َب ٰواْ فَ َمن َجا ٓ َء ۥه‬ ِ ‫ٱَّللُ ۡٱل َب ۡي َع َو َح َّر َم‬ ِ ‫ذَ ِل َك ِبأَنَّ ُه ۡم قَالُ ٓواْ ِإنَّ َما ۡٱل َب ۡي ُع ِم ۡث ُل‬
ٓ
‫ب‬ ُ ‫عادَ فَأ ُ ْو ٰلَئِ َك أَصۡ ٰ َح‬ ِۖ َّ ‫ف َوأ َ ۡم ُر ٓۥهُ ِإلَى‬
َ ‫ٱَّللِ َو َم ۡن‬ َ َ‫سل‬ َ ‫ة ِمن َّر ِبِۦه فَٱنتَ َه ٰى فَلَ ۥه ُ َما‬ٞ ‫ظ‬ َ ‫َم ۡو ِع‬
٢٧٥ َ‫ار ُه ۡم فِي َها ٰ َخ ِلد ُون‬ ِ ِۖ َّ‫ٱلن‬
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.”
1. Rukun Bai’ (Jual Beli)
a. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli
b. Objek transaksi, meliputi harga dan barang
c. Akad transaksi, berupa kata-kata (ijab qabul) atau berupa perbuatan
(mu’athah) tanpa terucap kata-kata
2. Syarat Bai’ (Jual Beli)
a. Saling rela antar kedua belah pihak
b. Pelaku adalah yang diperbolehkan (baligh, berakal, mengerti)
c. Harta yang ditransaksikan sebelumnya telah dimiliki oleh kedua pihak
d. Objek transaksi, yaitu barang yang diperbolehkan dalam agama (tidak
haram)
e. Objek transaksi adalah barang yang dapat diserahterimakan
f. Harga harus jelas saat transaksi
3. Bentuk – Bentuk Bai’
a. Ditinjau dari Objek
1) Tukar menukar uang dengan barang
2) Tukar menukar barang dengan barang (muqayadhah/ barter)
3) Tukar menukan uang dengan uang (sharf)
b. Ditinjau dari Waktu Serah Terima
1) Barang dan uang serah terima dengan cara tunai
2) Uang dibayar di muka dan barang diberikan menyusul sesuai
dengan waktu yang disepakati (salam)
3) Barang diterima di muka dan uang menyusul (kredit)
4) Barang dan uang tidak tunai (bai’ dain bi dain / jual beli hutang
dengan hutang)
c. Ditinjau dari Cara Menetapkan Harga
1) Bai’ musawamah (jual – beli dengan tawar menawar)
2) Bai’ amanah (jual – beli dimana penjual menginformasikan kepada
pembeli harga pokok dan harga jual)
a) Bai’ Murabahah (penjual menyebutkan harga pokok dan laba
yang akan diambilnya)
b) Bai’ wadh’iyyah (penjual menyebutkan harga pokok dan
menjual objek jual dengan harga di bawah harga pokok)
c) Ba’i tauliyah (penjual menyebutkan harga pokok dan menjual
dengan harga pokok tersebut)
D. Akad transaksi Online Emas Antam

1. Akad

Jenis akad jual beli emas Antam Logam Mulia via online yang
berlangsung adalah akad bai’ al ghaib 'ala ash shifat, yaitu jual beli barang
yang tidak dihadirkan pada majlis akad/tidak disaksikan langsung
walaupun ada saat akad berlangsung, dan hanya dijelaskan spesifikasinya
dengan kata-kata.

2. Takyif Fiqhi

Terdapat pedoman jual - beli emas dan harta lainnya dalam sebuah
hadits, dari 'Ubadah bin Shamit radhiallahu’anhu, bahwa Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ِ ‫ب بِالذَّ َه‬
‫ب‬ ِ ‫ع ْن بَيْعِ الذَّ َه‬ َ ‫سلَّ َم يَ ْن َهى‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫اَّلل‬ َ ِ‫اَّلل‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ
ِ‫ير َوالت َّ ْم ِر ِبالت َّ ْم ِر َو ْال ِم ْلحِ ِب ْال ِم ْلح‬ َّ ‫ير ِبال‬
ِ ‫ش ِع‬ ِ ‫ش ِع‬ َّ ‫ض ِة َو ْالب ُِر ِب ْالب ُِر َوال‬
َّ ‫ض ِة ِب ْال ِف‬
َّ ‫َو ْال ِف‬
‫اس َما‬ ُ َّ‫ازدَادَ فَقَ ْد أ َ ْربَى فَ َردَّ الن‬ ْ ‫ع ْينًا ِب َعي ٍْن فَ َم ْن زَ ادَ أ َ ْو‬ َ ٍ‫س َواء‬ َ ‫س َوا ًء ِب‬ َ ‫ِإ ََّل‬
( ‫أ َ َخذُوا)صحيح مسلم‬
“Aku telah mendengar bahwa Rasulullah SAW telah melarang jual-beli
emas dengan emas, perak dengan perak, bur (gandum putih) dengan bur,
sya’ir (oat) dengan sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam,
kecuali sama dan sepadan takarannya, secara kontan antara dua
barang tersebut. Maka siapa saja yang menambahkan atau minta
tambahan, maka dia telah melakukan riba, maka manusia dilarang
untuk mengambilnya” (HR. Muslim).

‫ير بالش ِعير‬ ُ ‫ والش ِع‬. ‫ والب ُُّر بالب ُِر‬. ‫ض ِة‬ َّ ‫ضةُ بال ِف‬ ِ ‫هب بالذَّه‬
َّ ‫ والف‬. ‫ب‬ ُ َّ‫ِالذ‬
. ‫ يدًا ِبيَد‬. ٍ‫سواء‬ َ . ‫ ِمثْ ًًل ِب ِمثْ ٍل‬. ِ‫بالملح‬
َ ‫سوا ًء ِب‬ ِ ‫والمل ُح‬
ِ . ‫بالتم ِر‬
ْ ‫ِوالتم ُر‬
ْ
‫ إذَا كانَ يدًا ِب َيد‬، ‫كيف شئْت ُ ْم‬
َ ‫ فبيعوا‬، ‫َاف‬
ُ ‫صن‬ْ ‫اختَلَفَت هذ ِه األ‬
ْ ‫فإذَا‬
“Emas dengan emas, perak dengan perak, burr (gandum putih) dengan
burr, sya’ir dengan sya’ir, tamr dengan tamr, garam dengan garam,
kadarnya harus semisal dan sama, harus dari tangan ke tangan. Jika
jenisnya berbeda, maka jual lah sesuka kalian, selama dilakukan dari
tangan ke tangan ” (HR. Al Bukhari, Muslim no. 1587, dan ini adalah
lafadz Muslim).
‫ب ِتب ُْرهُ َو َع ْينُهُ َو ْزنًا ِب َو ْز ٍن‬ ِ ‫َب ِبالذَّ َه‬ ُ ‫ الذَّه‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫اَّلل‬ َ ‫اَّلل‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫ع ْينُهُ َو ْزنًا بِ َو ْز ٍن َو ْال ِم ْل ُح بِ ْال ِم ْلحِ َوالت َّ ْم ُر بِالت َّ ْم ِر َو ْالب ُُّر‬ َّ ‫ضةُ بِ ْال ِف‬
َ ‫ض ِة تِب ُْرهُ َو‬ َّ ‫َو ْال ِف‬
‫ازدَادَ فَقَ ْد أ َ ْر َبى‬ ْ ‫س َواءٍ ِمثْ ًًل ِب ِمثْ ٍل َف َم ْن زَ ادَ أ َ ْو‬ َ ‫س َوا ًء ِب‬ َ ‫ير‬ َّ ‫ير ِبال‬
ِ ‫ش ِع‬ َّ ‫ِب ْالب ُِر َوال‬
ُ ‫ش ِع‬
(‫)سنن النسائي‬
“Emas dengan emas, biji dan zatnya harus sebanding timbangannya.
Perak dengan perak, biji dan zatnya harus sebanding timbangannya.
Garam dengan garam, kurma dengan kurma, bur dengan bur, sya’ir
dengan sya’ir, sama dan sepadan. Maka siapa saja yang menambahkan
atau minta tambahan, maka dia telah melakukan riba” (HR. An Nasa’i).

Dari hadits diatas, kita mengetahui bahwa tidak hanya emas/perak,


setidaknya ada 6 harta yang memungkinkan terjadinya riba, atau dalam
kajian fiqih biasa disebut al amwal ar ribawiyyah. Enam harta tersebut
adalah: Emas, perak, burr, sya’ir, tamr, garam.

Terdapat perbedaan pendapat antara ulama, apakah harta ribawi


hanya terbatas pada enam komoditi diatas ataukah dapat diqiyaskan
kepada harta-harta lain yang mempunyai illat yang sama. Dalam hal ini,
penulis lebih condong kepada pendapat jumhur ulama yang mengatakan
bahwa harta ribawi tidak hanya sebatas 6 harta yang disebutkan oleh
hadits, namun juga berlaku pada semua harta yang memiliki illah yang
sama.

Sampai sini muncul lah pertanyaan. Apa illah emas/perak yang


membuatnya menjadi salah satu harta ribawi?

Disini juga terdapat perbedaan pendapat antar ulama, madzhab hanafi


dan hanbali berpendapat bahwa 'illahnya adalah al kail (sesuatu yang
ditimbang), sedangakan pendapat imam malik yang terdahulu menyatakan
bahwa illahnya adalah logam mulia yang digunakan sebagai mata uang,
namun penulis condong kepada pendapat madzhab syafi'i dan pendapat
terbaru imam malik yang menyatakan bahwa illah emas/perak adalah ats-
tsamaniyah, dengan kata lain karena sifatnya sebagai alat tukar dalam
proses jual-beli.
Jadi, semua harta yang biasa dijadikan alat tukar dalam proses jual-
beli dapat diqiyaskan kepada emas/perak, diantaranya adalah uang.

Dalam bertransaksi antar harta ribawi, para ulama telah menjelaskan


secara rinci ketentuan-ketentuannya. Salah satu ulama kontemporer,
Syekh Kholid Al Musyaiqih dalam karyanya Dhowabith fi Baab ar Riba,
menyebutkan beberapa ketentuan, diantaranya:

1) Ketentuan Pertama

‫ فإنه يشترط عند مبادلة أحدهما باآلخر‬، ‫ان كل ربويين اتحدا في الجنس والعلة‬
‫ والحلول والتقابض‬، ‫ التماثل‬: ‫شرطان‬

“Jika ada dua harta ribawi yang sama jenis dan illah-nya, maka
dalam transaksinya disyaratkan dua syarat: sama nilainya dan
langsung diserah terima kan di majlis akad/kontan”.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam


setelah menyebutkan komoditi riba yang sejenis:

‫ يدًا بِيَد‬. ٍ‫سواء‬ َ . ‫ِمثْ ًًل ِب ِمثْ ٍل‬


َ ِ‫سوا ًء ب‬ ِ
“kadarnya harus semisal dan sama, harus dari tangan ke tangan”

Misalnya: menukar emas dengan emas, atau perak dengan perak.

2) Ketentuan Kedua

‫ فيشترط عند مبادلة‬، ‫كل ربويين اتحدا في علة واختلفا في الجنس‬


‫ الحلول والتقابض‬: ‫ وهو‬، ‫أحدهما باآلخر شرط واحد‬

“Jika ada dua harta ribawi yang sama illah-nya, namun berbeda
jenisnya, maka dalam transaksinya disyaratkan satu syarat: al hulul
wat taqabudh (langsung serah terima di majlis akad)”
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam

‫ إذَا كانَ يدًا ِب َيد‬، ‫كيف شئْت ُ ْم‬


َ ‫ فبيعوا‬، ‫َاف‬
ُ ‫صن‬ْ ‫اختَلَفَت هذ ِه األ‬
ْ ‫ِفإذَا‬
“Jika jenisnya berbeda, maka juallah sesuka kalian, selama
dilakukan dari tangan ke tangan (kontan)."
Contoh: membeli emas dengan uang, membeli emas dengan perak,
membeli perak dengan uang.

3) Ketentuan ketiga:

‫ فًل يشترط عند مبادلة أحدهما باآلخر‬، ‫كل ربويين اختلفا في العلة‬
‫ وَل التساوي والتماثل‬، ‫َل الحلول والتقابض‬

“Jika dua harta ribawi berbeda illah-nya, maka dalam transaksinya


tidak disyaratkan apa-apa, tidak disyaratkan sama nilainya ataupun
kontan”
Contoh: membeli kurma dengan uang, membeli beras dengan uang

4) Ketentuan Keempat

، ‫ أو مبادلة عوضين غير ربويين‬، ‫عند مبادلة ربوي بغير ربوي‬


‫فإنه َل يشترط الحلول والتقابض وَل التساوي والتماثل‬

“Transaksi harta ribawi dengan non-ribawi, atau transaksi dua alat


tukar yang non-ribawi, tidak disyaratkan apapun baik kontan
maunpun sama nilainya.”

Contoh: Membeli sawah dengan emas, membeli motor dengan uang.


Contoh dua alat tukar non ribawi: membeli rumah dengan kebun.1

3. Takhrij Hukum

Sebelum membahas hukum membeli emas antam secara online,


penulis akan merincikan terlebih dahulu hukum jual beli emas dengan
jenis-jenis nya terlebih dahulu, karena masyarakat kita cenderung
mengeneralisir semua jenis emas.

1
https://muslim.or.id/24811-hukum-jual-beli-emas-secara-online.html
Dalam bahasa arab jenis emas dibagi menjadi dua, ada adz dzahab
al mashnu' / al mashugh yaitu emas yang disepuh atau dibentuk untuk
berbagai macam perhiasan, dan ada emas ghair al mashnu' yaitu emas
murni yang tidak dibentuk, biasanya berupa batangan.
Para ulama sepakat bahwa jual beli emas ghair al mashnu' atau emas
murni dengan uang disyaratkan al hulul wat taqabudh atau serah terima
kontan di majlis akad. Dan ini adalah ijma' ulama berdasarkan hadits
'Ubadah bin As Shamit yang telah disampaikan dalam penjelasan
sebelumnya.
Namun para ulama berbeda pendapat mengenai hukum jual beli
emas yang sudah dibentuk perhiasan. Apakah harus kontan di majlis akad
ataukah tidak.
a. Ijma' ulama berpendapat harus kontan karena proses pembuatan
tidak merubah illah nya.

‫ (َل تبيعوا الذهب‬:- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ «قوله‬:‫قال النووي‬


‫ هذا‬:‫ قال العلماء‬.) ‫ وَل الورق بالورق إَل سواء بسواء‬،‫بالذهب‬
‫ وصحيح‬،‫يتناول جميع أنواع الذهب والورق من جيد ورديء‬
‫ وسواء الخالص والمخلوط‬،‫ وغير ذلك‬،‫ وحلي وتبر‬،‫ومكسور‬
‫ وهذا كله مجمع عليه‬،‫» بغيره‬

“Imam Nawawi berkata: perkataan nabi : Janganlah kalian menjual


emas dengan emas, uang dengan uang kecuali semisal. Para ulama
berkata: ini mencangkup semua jenis emas dan mata uang baik yang
masih bagus ataupun sudah jelek, yang utuh maupun yang sudah
belah, yang sudah dibentuk perhiasan maupun yang belum dibentuk
dan sebagainya, dan yang murni maupun sudah tercampur dan
hukum ini sudah ijma' antar ulama.”2
Dari kalangan kontemporer ada banyak ulama yang mengambil
pendapat ini. Diantaranya Dr. Shalih al Munajjid.

2
Syarh Nawawi 'Ala Shahih Muslim 11/10
Dalam situsnya di Islamqa pernah ditanya, “sebuah perusahaan
menjual emas lewat internet. Bolehkah membeli darinya? Atau
bolehkan saya merekomendasikan pelanggan kepada perusahaan
tersebut sehingga saya mendapatkan komisi dari hal itu?”.
Beliau menjawab:

‫الحمد هلل من المعلوم أن من شروط بيع وشراء الذهب بالنقود في‬


‫اإلسًلم أن يحصل التقابض عند العقد لقول النبي صلى هللا عليه‬
‫ ( الذهب بالذهب والفضة بالفضة مثًلً بمثل سواء بسواء يد‬: ‫وسلم‬
‫ فإذا اختلفت هذه األصناف فبيعوا كيف شئتم إذا كان يدا ً بيد‬، … ‫بيد‬
‫ ( ) رواه مسلم‬1578 ) .
‫وأنا أظن أن شراء الذهب عبر اإلنترنت َل يحصل يدا ً بيد ألنك‬
‫ فإذا كان األمر‬، ‫ترسل لهم القيمة ثم يرسلون لك الذهب بعد مدة‬
‫ ويحرم عليك أن تجلب الزبائن‬، ‫كذلك فالبيع بهذه الطريقة محرم‬
‫ ( وَل تعاونوا على اإلثم والعدوان‬: ‫ لقول هللا تعالى‬، ‫) لهذه الشركة‬
‫لكن لو حصل اَلستًلم والتسليم فورا ً في مجلس العقد يجوز لك‬
‫القيام بالدَللة وجلب زبائن لهذه الشركة وأخذ أجرة على هذه الدَللة‬
“Alhamdulillah, telah diketahui bersama bahwa salah satu
syarat jual-beli emas dengan uang dalam Islam adalah adanya
taqabudh (serah-terima langsung) ketika akad. Berdasarkan sabda
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam: “emas dengan emas, perak
dengan perak, kadarnya harus semisal dan sama, harus dari tangan
ke tangan. Jika jenisnya berbeda, maka juallah sesuka kalian,
selama dilakukan dari tangan ke tangan” (HR. Muslim 1578). Dan
saya rasa, jual-beli emas lewat internet tidak dapat terjadi serah
terima dari tangan ke tangan. Karena anda menyerahkan
pembayaran, kemudian penjual mengirimkan emasnya kepada anda
setelah beberapa waktu. Jika demikian, maka jual beli dengan cara
ini adalah haram. Dan diharamkan pula bagi anda
merekomendasikan pelanggan kepada perusahaan ini berdasarkan
firman Allah Ta’ala (yang artinya): “janganlah tolong menolong
dalam dosa dan permusuhan”.
Namun jika dapat terjadi serah-terima barang secara langsung
di majelis akad, hal tersebut dibolehkan berdasarkan dalil-dalil.
Dan dibolehkan juga bagi anda untuk merekomendasikan
pelanggan kepada perusahaan tersebut serta mengambil komisi
darinya, berdasarkan dalil-dalil tersebut”.

Imam Asy Syinqithi dalam Adhwaul Bayan juga berpendapat


bahwa proses pembuatan emas dari murni ke perhiasan tidak
merubah illah.

،‫َل يجوز بيع المصوغ من الذهب والفضة بجنسه بأكثر من وزنه‬


‫ وهذه النصوص‬:‫ ثم قال بعد ذلك‬،‫وذكر األدلة على ذلك القول‬
‫الصحيحة تدل على أن الصناعة الواقعة في الذهب أو الفضة َل أثر‬
‫ وهذا هو‬،‫ وَل تبيح المفاضلة بقدر قيمة الصناعة كما ذكرنا‬،‫لها‬
‫المذهب الحق الذي َل شك فيه‬
Tidak boleh jual-beli emas/perak yang sudah dibentuk dengan
sejenisnya melebihi beratnya, kemudian beliau menyebutkan dalil-
dalil atas perkataannya. Kemudian beliau berkata: bahwasanya nash-
nash yang shahih ini menunjukan bahwasanya proses pembuatan
emas yang terjadi pada emas ataupun perak tidak berpengaruh (pada
illah nya) dan tidak dibolehkan ada kelebihan lebih dari harga upah
pembuatan, dan ini adalah madzhab yang haq yang tidak diragukan
lagi.3
Selain beliau ada lagi deretan ulama kontemporer seperti Dr
Wahbah Zuhaili, dll.
b. Beberapa ulama kontemporer membolehkan jual beli emas/perak
dengan uang dengan tidak mensyaratkan kontan di majlis akad.
Pendapat ini disandarkan pada pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnu
Qayyim. Namun menurut para ulama pendapat ini syadz karena telah
menyelisihi ijma' ulama.

3
Adhwaul Bayan, Asy Syinqithi 1/223-224
Pendapat ini beralasan karena emas sudah berubah fungsinya
dari alat tukar menjadi sil'ah/komoditas. Dalam kitab Al Ikhtiarat Al
fiqhiyyah Ibnu Taimiyah tertulis perkataan beliau tentang riba:

‫ويجوز بيع المصوغ من الذهب والفضة بجنسه من غير اشتراط‬


‫ سواء كان البيع حاَل او‬،‫التماثل ويجعل الزأىد في مقابلة الصنعة‬
‫مؤجًلمالم يقصد كونها ثمنا‬.
Dan dibolehkannya jual beli emas/perak yang sudah disepuh dengan
sejenisnya tanpa disyaratkan semisal. Dan dijadikannya kelebihan
(harga) sebagai upah pembuatan baik itu jual beli kontan maupun
diangsur selama emas/perak tidak dimaksudkan sebagai alat tukar.4

Sedangkan pendapat Ibnu Qayyim terdapat pada kitab I'lamul


Muaqi'in:

‫ان الحلية المباحة صارت بالصنعة المباحة من جنس الثياب‬


‫ َل من جنس اَلثمان‬.‫والسلع‬
Bahwasanya perhiasan emas dan perak diperbolehkan karena
proses pembuatannya menjadikannya dia sebagai jenis pakaian dan
perhiasan bukan lagi sebagai alat tukar.5
Dari kalangan ulama kontemporer salah satunya adalah syeikh
Ali jumu'ah, mufti Ad Diyar Al Mishriyah, syekh Abdullah bin
Sulaiman Al Mani'. Dalam Buhuts Fil Iqhtishad Al Islamiy (Beirut:
Al Maktab Al Islamiy 1996 hal 322 beliau mengatakan:
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa status emas dan perak
lebih dominan fungsinya sebagai tsaman (alat tukar, uang) dan
bahwa nash sudah jelas menganggap keduanya sebagai harta
ribawi, yang dalam mempertukarkannya wajib adanya kesamaan
dan saling serah terima di majelis akad sepanjang jenisnya sama,
dan saling serah terima di majelis akad dalam hal jual beli
sebagiannya (emas,misalnya) dengan sebagian yang lain (perak),
kecuali emas atau perak yang sudah dibentuk (menjadi perhiasan)
yang menyebabkannya telah keluar dari arti (fungsi) sebagai tsaman
4
Al ikhtiarat Al-fiqhiyah Lisyaikh Ibn Taimiah 1/127
5
I'lamul Muaqi'in 'an Rabbil 'alamin, Ibnul Qayyim 407
(harga, uang); maka ketika itu, boleh ada kelebihan dalam
mempertukarkan antara yang sejenis (misalnya emas dengan emas
yang sudah menjadi perhiasan) tetapi tidak boleh ada penangguhan,
sebagaimana telah dijelaskan pada keterangan sebelumnya.

4. Fatwa DSN MUI

Dalam keputusan fatwanya, MUI membolehkan praktik jual beli emas


yang terjadi di masa sekarang dengan pertimbangan bahwa emas dewasa
ini tidak lagi berfungsi sebagai alat tukar, akan tetapi sudah menjadi sil'ah.
Setelah penulis meneliti, penulis menemukan ketidakcocokkan antara
pendapat ulama yang dirujuk dan hasil keputusan fatwa. Contohnya
pendapat Ibnul Qoyyim, Ibnu Taimiyah, Syekh Ali jum'ah, dan Syekh
Abdullah bin Sulaiman. Bahwa yang dimaksudkan para tokoh diatas
adalah emas yang sudah dibentuk perhiasan bukan emas murni.
Menurut isi fatwa DSN tersebut mengeneralisir semua jenis emas dan
perak, dengan tidak membedakan antara emas/ perak murni atau yang
sudah dibentuk menjadi perhiasan.
Saran penulis -al faqir ilallah- jikapun MUI ingin membolehkan
transaksi jual beli emas/ perak secara online maka MUI mendeskripsikan
emas yang seperti apa sesuai yang dimaksudkan para ulama rujukannya.
Untuk lebih lengkapnya berikut fatwa DSN MUI mengenai jual beli
emas online”
F. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa jika transaksi yang


terjadi adalah membeli emas ghair al mashnu' maka syaratnya sudah disepakati
antar ulama yaitu harus adanya al hulul wa taqabudh / diserah - terimakan dan
dibayar kontan di majelis akad. Hal ini karena emas dan uang adalah dua harta
ribawi yang illah nya sama yaitu ats-tsamaniyah (alat tukar) namun beda
jenisnya. Sedangkan syarat ini tidak terpenuhi dalam jual beli emas secara
online sebagaimana digambarkan di atas. Maka, jual beli emas secara online
termasuk yang terlarang dalam syariat.

Dan jika transaksi yang terjadi adalah membeli perhiasan emas/ perak
secara online maka sudah menjadi ijma' ulama' juga yaitu tidak dibolehkan
karena illahnya tidak berubah menjadi sil'ah.

Selain mengacu kepada dalil - dalil yang dikemukakan jumhur, pendapat


ini diperkuat dengan beberapa hal diantaranya:

1. Dari sisi 'illah, bahwasanya emas/ perak yang sudah dibentuk menurut
pendapat kedua illah ats - tsamaniah nya sudah hilang dan sudah menjadi
barang yang diperjual-beli kan.

Dalam ushul fiqh illah dibagi menjadi 3:

Tertulis illah nya dalam nash -‫ما دل النص على أنه هو علة الحكم‬.

Diketahui lewat isyrarat -‫ما علم أنه هو العلة بواسطة دَللة اإليماء والتنبيه‬.

Diketahui berdasarkan istinbath dari nash-‫العلة‬ ‫ما استنبط استنباطا ً أنه هو‬.

Dari sisi kekuatan nya, illah yang tertulis dalam nash lebih kuat dibanding
dengan dua illah setelah nya. Kita ketahui bahwasanya keharaman riba
dalam emas/perak tertulis dalam nash hadits, sedangkan illah ats-
tsamaniyah diketahui dari istinbath ulama terhdap nash hadits. Para ulama
telah merumuskan bahwa 'illah yang dihasilkan dari istinbath hukum tidak
bisa menggugurkan hukum yang sudah jelas tertulis dalam nash. Karena
nash bersifat qathiy sedangkan illah mustanbathah sifatnya dzanni. Dahulu
alat tukar menukar adalah emas/perak, dan keharaman ribanya sudah tertulis
dalam nash. Zaman sekarang alat tukar menukar sudah berganti menjadi
mata uang. Jadi mata uang diqiyaskan hukumnya kepada emas dengan illah
sama sama alat tukar, dan hukum keharaman riba nya pun diqiyaskan
kepada hukum keharaman riba dalam emas/perak. Jika ada yang
berpendapat bahwa sekarang emas sudah bukan menjadi alat tukar dan biasa
diperjual-belikan seperti barang lainnya, maka hal ini akan langsung
diterima penulis jika illah ats tsamaniah nya tertulis di nash, tapi
kenyataannya illah tersebut adalah hasil istinbath yang tidak mungkin
menggugurkan hukum asli jual beli emas/perak yang tersurat dalam nash.
Jadi penulis mengambil pendapat bahwa emas tetaplah emas walaupun
sudah dibentuk sedemikian rupa karena dalil pelarangannya qathi'.
Selain itu ada kaidah fiqih:
‫باَلبطال وجب إلغاء حكمها أو تأثيرها‬
ٕ ‫إن العلة المستنبطة إذا عادت إلى النص‬

2. Dalam hadits 'ubadah bin Shamit, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam


menyebutkan adz dzahabu bi dzahabi/ emas dengan emas, dan tidak
mengatakan dinar dengan dinar. Hal ini dipahami bahwasanya yang
dimaksud rasulullah adalah semua jenis emas, baik dinar maupun perhiasan
emas.

G. Solusi

Solusi dari permasalahan ini adalah :


1. Membeli emas secara langsung di toko emas yang menjual emas antam.
2. Untuk pembelian secara online maka, diharapkan pihak Antam dapat
memberikan pelayanan pembelian sistem COD (Cash On Delivery)/
sistem pembayaran ketika barang sampai di tempat.
Adapun sistem COD ini memiliki dua bentuk :
a. Setelah tercapai kesepakatan harga antara penjual dan pembeli secara
online, penjual mengantar sendiri barangnya ke tempat pembeli, lalu
diulangi kembali ikrar akad jual-beli sebagaimana yang disepakati
secara online tersebut. Setelah itu baru dilakukan pembayaran dan
serah-terima barang terjadi di tempat pembeli.
b. Setelah tercapai kesepakatan harga antara penjual dan pembeli secara
online, penjual menggunakan kurir khusus yang disewa oleh penjual
untuk melakukan COD. Kemudian ketika kurir sampai di tempat,
diulangi kembali ikrar akad jual-beli sebagaimana yang disepakati
sebelumnya, lalu pembeli menerima barang dan membayar kepada
kurir tersebut. Ini termasuk at taukil fil ba’i (menggunakan sistem
perwakilan dalam jual-beli), dan ini diperbolehkan. Namun atas
sistem COD tersebut adanya isti’naf (pengulangan ikrar akad jual-
beli) di majelis akad, ketika penyerahan barang kepada pembeli,
karena inilah akad jual-beli sebenarnya dan dilakukan secara langsung
(yadan-bi-yadin) yang merupakan salah satu syarat sah pertukaran
komoditi riba.
Catatan : Tidak diperbolehkan apabila pembeli mewakilkan dirinya
pada karyawan antam . Hal ini disebabkan karyawan antam tersebut
akan berfungsi ganda yaitu sebagai penjual dan pembeli (sebagai
wakil dari pembeli sesungguhnya).
3. Memberi rekomendasi kepada DSN MUI agar tidak mengeneralisir
definisi emas dalam fatwanya.

Anda mungkin juga menyukai