Oleh:
NIM 1700113025
Oleh:
NIM 1700113025
“Jangan takut mencoba meskipun hasilnya belum sesuai, takutlah bila tidak
pernah mencoba sama sekali”
PERSEMBAHAN
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 1700113025
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Tugas Akhir Penciptaan
ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
dan sepanjang pengetahuan saya tidak ada karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis mengacu pada laporan
Tugas Akhir ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian pernytaan ini penulis buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan.
NIM 1700113025
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Subkultur Punk
Sebagai Sumber Ide Penciptaan Motif Batik Busana Ready To Wear”, sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di program Studi Batik dan
Fashion. Selama penulisan Tugas Akhir ini, banyak sekali arahan dan bimbingan,
terutama dari pembimbing akademik dan pihak lain, baik yang diberikan secara
lisan maupun tulisan.
1. Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum., Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta;
2. Dr. Timbul Raharjo, M.Hum., Dekan Fakultas Seni Rupa, Institut Seni
Indonesia Yogyakarta;
3. Alvi Lufiani, S.Sn., M.FA., Ketua Jurusan Kriya, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta;
4. Anna Galuh Indreswari, S.Sn., M.A., Ketua Prodi D3 Batik Fashion, Institut
Seni Indonesia Yogyakarta;
5. Aruman, S.Sn., M.A., selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir Penciptaan;
6. Esther Mayliana, S. Pd. T., M. Pd. selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir
Penciptaan;
7. Seluruh Dosen, staf, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu
dalam proses Tugas Akhir ini hingga selesai.
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB IV. TINJAUAN KARYA ................................................................... 64
1. Tinjauan Umum ................................................................................. 64
2. Tinjauan Khusus ............................................................................... 65
BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 73
DAFTAR LAMAN ..................................................................................... 74
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 31. Motif Batik yang Ditetapkan pada Desain Busana 4 ....................... 32
Gambar 32. Desain Busana 5 ............................................................................... 33
Gambar 33. Pecah Pola Desain Busana 5 ............................................................ 34
Gambar 34. Motif Batik yang Diterapkan pada Desain Busana 5 ....................... 35
Gambar 35. Desain Busana 6 ............................................................................... 36
Gambar 36. Pecah Pola Desain Busana 6 ............................................................ 37
Gambar 37. Motif Batik yang Diterapkan pada Desain Busana 6 ....................... 38
Gambar 38. Desain Busana 7 ............................................................................... 39
Gambar 39. Pecah Pola Desain Busana 7 ............................................................ 40
Gambar 40. Motif Batik yang Diterapkan pada Desain Busana 7 ....................... 41
Gambar 41. Proses Mordanting Kain ................................................................... 55
Gambar 42. Proses Pembuatan Pola Busana ........................................................ 55
Gambar 43. Proses Pembuatan Desain Motif Batik ............................................. 56
Gambar 44. Proses Nyanting Kain ....................................................................... 56
Gambar 45. Proses Pewarnaan Kain .................................................................... 57
Gambar 46. Proses Nemboki ............................................................................... 57
Gambar 47. Proses Ngecap .................................................................................. 58
Gambar 48. Proses Pewarnaan Celup .................................................................. 59
Gambar 49. Proses Pelorodan Malam Batik ........................................................ 59
Gambar 50. Proses Menjahit Kain Menjadi Busana ............................................ 60
Gambar 51. Proses Pemasangan Aksesoris .......................................................... 60
Gambar 52. Karya Busana 1 ................................................................................ 65
Gambar 53. Karya Busana 2 ................................................................................ 67
Gambar 54. Karya Busana 3 ................................................................................ 69
xi
DAFTAR LAMPIRAN
A. CV
B. Poster
C. Katalog
D. CD
xii
INTISARI
Punk sebagai sebuah subkultur telah diadaptasi oleh para remaja Indonesia
bukan hanya sebagai semangat bermusik, namun merambah sebagai ideologi dan
gaya hidup. Punk merupakan warisan budaya dari barat yang awalnya bergerak
pada bidang musik, namun seiring berjalannya waktu punk telah menjadi sebuah
identitas global yang mewakili para remaja radikal yang memiliki visi anti
kemapanan dan anti pemerintah. Selain ideologinya yang kontroversi, punk
mempengaruhi dinamika fesyen. Saat ini punk telah menjadi bagian dari dunia
fesyen di seluruh dunia. Pada fesyen punkers juga menjadi simbol perlawanan,
punk mencoba menyindir masyarakat awam dengan sikap anti-kemapanan yang
ditunjukan dengan cara berpakaian, gaya rambut, aksesoris yang dikenakan, hingga
memodifikasi tubuh. Atribut fesyen punk ini menjadi sumber ide motif batik
sebagai bahan pembuatan busana ready to wear.
Dalam pembuatan karya menggunakan metode penciptaan yang dapat
membantu proses pengerjaan. Metode penciptaan meliputi metode pengumpulan
data, analisis data, perancangan karya, dan pewujudan karya. Penerapan metode
penciptaan digunakan untuk memperkuat konsep mulai dari observasi hingga
pewujudan karya.
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini hanya membuat tiga buah karya dari
tujuh buah desain karena mengingat kondisi dunia yang sedang mengalami wabah
Covid-19 termasuk Indonesia. Keseluruhan karya memiliki judul yang sama
dengan penggambaran sederhana dari subkultur punk tetapi setiap karya memiliki
bentuk dan karaktersitik yang berbeda-beda. Penerapan pada busana ready to wear
dengan tujuan menjadi wadah baru untuk menyampaikan pesan semangat
pergerakan subkultur punk.
xiii
ABSTRACT
Punk as a subculture has been adapted by Indonesian teenagers not only as
a musical spirit, but also as an ideology and lifestyle. Punk is a cultural heritage
from the west which was originally engaged in music, but over time punk has
become a global identity that represents radical teenagers who have anti-
establishment and anti-government visions. In addition to its controversial
ideology, punk influences the dynamics of fashion. Currently, punk has become part
of the world of fashion around the world. Punkers' fashion has also become a
symbol of resistance, punk tries to insult the common people with an anti-
establishment attitude that is shown by dressing, hairstyle, accessories worn, and
even modifying the body. This punk fashion attribute is a source of ideas for batik
motifs as a material for making ready-to-wear clothing.
In making works using the method of creation that can help the processing
process. The method of creation includes methods of data collection, data analysis,
work design, and work creation. The application of the creation method is used to
reinforce concepts from observation to the manifestation of works.
In completing this final project, he only made three works out of seven
designs because considering the world conditions that are experiencing the Covid-
19 outbreak, including Indonesia. The entire work has the same title with a simple
depiction of the punk subculture but each work has a different form and
characteristics. The application of ready-to-wear clothing aims to become a new
platform to convey the message of the spirit of the punk subculture movement.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
amba yang bermakna menulis dan tik yang bermakna titik (Musman &
Arini, 2011:1).
Motif batik yang terinspirasi dari subkultur punk, kemudian
diwujudkan menjadi kain batik dan selanjutnya diwujudkan menjadi busana
ready to wear. Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini hanya membuat tiga
buah karya dari tujuh buah desain karena mengingat kondisi dunia yang
sedang mengalami wabah Covid-19 termasuk Indonesia. Keseluruhan karya
memiliki judul yang sama dengan penggambaran sederhana dari subkultur
punk tetapi setiap karya memiliki bentuk dan karaktersitik yang berbeda-
beda. Penerapan pada busana ready to wear dengan tujuan menjadi wadah
baru untuk menyampaikan pesan semangat pergerakan subkultur punk.
Busana ready to wear adalah busana yang bisa langsung dipakai dengan
mudah tanpa harus melakukan pengukuran badan dan memesan desainnya
terlebih dulu. Busana ready to wear dipilih karena saat ini sedang menjadi
trend dikalangan anak-anak muda khususnya generasi milenial. Selain itu
busana ready to wear yang diciptakan menggunakan kain batik yang
merupakan warisan budaya bangsa Indonesia. Harapannya hal ini bisa
menjadikan kampanye untuk melestarikan batik dan menjadikan jembatan
untuk menggiring generasi milenial bangga menggunakan batik.
B. Rumusan Penciptaan
1. Tujuan
a. Membuat motif batik dengan sumber ide subkultur punk.
b. Mengaplikasikan motif batik subkultur punk ke dalam busana ready
to wear.
2. Manfaat
a. Menambah wawasan tentang subkultur punk.
4
D. Metode Penciptaan
nantinya dari beberapa sketsa yang ada akan dipilih sketsa yang terbaik
untuk direalisasikan. Dalam desain busananya menggunakan teknik
gambar sketsa manual, kemudian teknik scan, kemudian hasil dari scan
tersebut akan diwarnai dan dirapikan dengan menggunakan teknik
digital painting yaitu menggunakan aplikasi photoshop dan coreldraw.
3. Metode Perwujudan Karya
Tahap perwujudan merupakan tahap untuk menuangkan ide,
konsep, landasan, dan rancangan akhir menjadi sebuah karya hingga
ditemukan kesempurnaan yang diinginkan. Perwujudan karya memiliki
beberapa proses dan teknik meliputi: desain, memindahkan desain pada
kain, nglowong, ngisen-isen, pewarnaan, nglorod, pembuatan pola
busana, menjahit, dan menghias.
BAB II
IDE PENCIPTAAN
A. Subkultur Punk
Secara konseptual, subkultur diartikan atau disebutkan sebagai
sebuah gerakan, tindakan, kegiatan kolektif, atau budaya yang merupakan
bagian dari budaya induk. Subkultur biasanya digunakan sebagai bentuk
perlawanan atau memberikan tawaran baru pada kultur mainstream.
Perlawanan ini bisa berupa politik, ekonomi, negara, institusi, musik, gaya
hidup dan segala yang dianggap mainstream (Barker 2003:374-409). Punk
secara etimologis berasal dari bahasa inggris, yaitu “Public United not
Kindom” kemudian disingkat P.U.N.K, atau dalam bahasa Indonesia berarti
sebuah kesatuan/komunitas diluar kerajaan/pemerintahan. Punk merupakan
subkultur yang lahir di London, Inggris pada tahun 1960-an sebagai bentuk
perlawanan segelintir orang terhadap “kemapanan” yang kemudian
berkembang pesat dan menyebar ke seluruh dunia (Hebdige, 1976:107).
Subkultur punk lahir dari gerakan perlawanan dan pemberontakan
generasi anak muda kelas pekerja di Inggris dan Amerika pada masa-masa
krisis dunia yaitu masa perang dingin, krisis minyak, konflik kelas, dan
permasalahan sosial politik dan ekonomi yang carut marut pada kelas
pekerja. Subkultur punk merupakan sikap kaum muda terhadap budaya
induk yang dianggap dominan. Reaksi kritis kelas pekerja yang merasa
dirugikan atas dominasi kapitalisme yang hanya menguntungkan kaum
borjuis dan kemudian dilampiaskan pada beragam aktivitas dalam ranah
seni dan budaya di komunitas punk (Hebdige:1979). Hebdige juga
menerangkan kapan subkultur punk mulai mendapat perhatian khusus dari
masyarakat karena kontroversialnya gaya dan perilaku kaum punk.
Seringkali punk dianggap meresahkan, mengancam, mengganggu
keamanan, dan ketertiban masyarakat. Punk terasingkan karena sesuatu
yang mereka tampakan pada gaya hidup, busana, musik, dan ideologi punk.
Berbagai atribut yang dikenakan, maupun perilaku yang ditampilkan
menjadi dimensi simbolik, menjadi bentuk stigma, bukti dari pengasingan
diri yang disengaja. Di dalam punk juga terdapat berbagai macam sukultur
6
7
seperti straight Edge, SKA, Punk Gothict, Skinhead, dll (Huq, 2006:10). Inti
dari ideologi punk adalah pada motto “D.I.Y (Do It Yourself)”, motto ini
begitu diyakini dan dihidupi oleh mereka. “Do It Yourself” artinya semua
dapat dikerjakan sendiri atau pola hidup mandiri. Sebuah semangat
kemandirian yang berusaha melawan budaya dominan dalam bentuk
praktek-praktek keseharian. Do It Yourself mendasarkan diri pada etos
kemandirian dan menekankan pemahaman bahwa manusia hidup untuk
saling melengkapi. Landasan hidup tersebut menekankan prinsip kerjasama
yang menitikberatkan pada solidaritas, anti kemapanan, anti penindasan,
kebebasan, dan saling menguntungkan, atau digunakan untuk menghidupi
dan memberi penghidupan tanpa ada paksaan orang lain. Bukan hanya
mengkonsumsi secara aktif untuk menguntungkan sebagian orang, lembaga
atau perusahaan tertentu (John Martono dan Arsita Pinandita: 2009).
Di Indonesia, punk telah ada sejak akhir 1980-an dan tersebar di
kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan juga Bali.
Bentukan budaya punk sebagai counter-culture didasari oleh empat unsur
utama yaitu musik, fesyen, komunitas, serta pemikiran. Penyebaran budaya
punk di Indonesia melalui keempat unsur tersebut (Fathun: 2009). Punk
semakin banyak dari tahun ketahun karena adanya band-band punk yang
sukses seperti Rancid dari California dan Sex Pistol dari Inggris.
Keberadaan mereka yang mengglobal membuat punk menjadi trend
diseluruh dunia, bahkan muncul pengimitasian gaya punk yang akhirnya
melahirkan fesyen punk, yaitu mengadaptasi gaya kostum punk tanpa
menganut ideologinya. (Bondan: 2020). Selain itu di Indonesia banyak
anak-anak yang masih dibawah umur yang mengaku serta mengidentifikasi
bahwa dirinya punk, mereka juga berpakaian dan bergaya hidup punk,
namun perilakunya tidak mencerminkan punk. Bahkan mereka tidak
memahami apapun tentang ideologi punk itu sendiri. Hal seperti ini disebut
dengan punk imitasi atau bahasa jalanannya adalah punk gorong-gorong.
Selain itu fesyen punkers juga menjadi simbol perlawanan, punk
mencoba menyindir masyarakat awam dengan sikap anti kemapanan yang
ditunjukan dengan cara berpakaian, gaya rambut, aksesoris yang dikenakan,
8
lilit, kain panjang, sarung, deraperi, bentuk dasar kemeja poncho, tunika,
kaftan dan celana. Busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan
lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan
untuk penutup tubuh (Marwiyah, 2011:61). Menurut proses produksi
busana dibagi menjadi 2 jenis yaitu busana couture dan busana ready to
wear. Busana couture yaitu busana yang harus dipesan dulu dan diambil
ukuran badannya secara langsung oleh penjahit. Sedangkan busana ready to
wear merupakan busana siap pakai yang tidak perlu mengambil ukuran
langsung dengan penjahit. Pengertian busana ready to wear istilah dalam
bahasa inggris disingkat RTW untuk busana siap pakai, yang keberadaannya
di antara adibusana dan produksi massal. Dalam industri mode, RTW terbagi
dalam berbagai tingkatan berdasarkan mutuharga dari yang tertinggi
couture, designerfirst linetop-line, disusul bridge, secondseondary line,
tingkat menengah better dan moderate. Desainer rumah mode biasa
menggelar koleksi RTW dalam kegiatan seperti Fashion Week, dsb
(Hadisurya, 2010: 177). Istilah Ready to wear ini digunakan para desainer
untuk menamakan busana mereka yang bisa langsung dibeli dan
dipakai dengan mudah tanpa harus melakukan pengukuran badan dan
memesan desainnya terlebih dahulu, seperti saat membuat
busana couture atau memesan baju ke penjahit. Busana siap pakai juga tidak
membutuhkan fitting berkali-kali untuk menyesuaikan dengan tubuh. Tapi
busana siap pakai tidak hanya terbatas pada busana sederhana dan praktis
saja, misalnya kemeja, kaos, cardigan atau t-shirt. Cocktail dan evening
dress serta gaun pengantin berpayet juga bisa dikategorikan sebagai busana
siap pakai. Sekarang sudah banyak desainer atau rumah mode yang
menyediakan gaun pengantin yang bisa langsung dibeli dan dipakai tanpa
harus meminta desain secara khusus pada perancangnya dan tanpa harus
mengukur badan. Ukuran busana ini tidak berdasarkan pesanan pelanggan,
melainkan menggunakan ukuran yang telah standar seperti S-M-L- XL-
XXLA atau 11, 12, 13, 14, 15, 16 atau 30, 32, 34, 36, 38, 40, dan 42 (Adam
Jerussalem, 2011:18).
13
PROSES PENCIPTAAN
A. Data Acuan
Data acuan adalah sekumpulan data yang menjadi acuan penulis
dalam proses penciptaan karya. Dalam proses penciptaan karya seni, data
acuan merupakan faktor penting guna membantu proses pemunculan ide
agar karya yang diciptakan sesuai dengan tema dan tidak menyimpang dari
konsep awal. Dalam proses penciptaan karya ini, data acuan diperoleh
penulis dari hasil eksplorasi, observasi dan mengambil gambar dari internet.
Berikut data acuan yang digunakan dalam penciptaan karya tersebut
diantaranya :
1. Atribut Fesyen Subkultur Punk
14
15
C. Rancangan Karya
Rancangan karya dibuat menggunakan ide sketsa dengan
menggunakan konsep yang diambil. Pembuatan busana menerapkan dasar-
dasar etika dan estetika berbusana. Pembuatan pola busana menggunakan
teknik pola dasar praktis. Namun, pada dasarnya sebelum membuat karya
terlebih dahulu membuat sketsa alternatif, kemudian mengambil sketsa
yang terpilih dengan mempertimbangkan keselarasan desain.
19
1. Sketsa Alternatif
2. Sketsa Terpilih
3. Desain Karya
a. Desain Karya 1
1. Desain Busana
2. Pecah Pola
4. Diskripsi Desain
Desain motif batik yang diterapkan adalah visualisasi
gaya rambut mohawk, tato bunga terong, rantai dan piercing.
Gaya rambut mohawk melambangkan wujud ekspresi
pemberontakan yang lebih ekstrim. Model rambut ini digunakan
sebagai pembeda antara anak punk dengan masyarakat pada
umumnya, simbol solidaritas terhadap kaum Indian yang selalu
ditindas oleh masyarakat kulit putih yang datang ke Amerika
Serikat, dan sebagai simbol anti kemapanan. Motif tato bunga
terong suku Dayak dan Piercing merupakan simbol kebebasan
penguasaan penuh pada diri sendiri. Motif rantai merupakan
simbol solidaritas yang kuat antara sesama subkultur punk.
Desain ini diwujudkan menjadi karya busana ready to wear.
24
b. Desain Karya 2
1. Desain Busana
P
u
n
k
RIOT
2. Pecah Pola
4. Diskripsi Desain
Desain motif batik yang diterapkan adalah visualisai
gaya rambut mohawk yang dikombinasi dengan motif truntum
sebagai latarnya. Gaya rambut mohawk melambangkan wujud
ekspresi pemberontakan yang lebih ekstrim. Model rambut ini
digunakan sebagai pembeda antara anak punk dengan
masyarakat pada umumnya, sebagai simbol perlawanan kepada
penindas dan keinginan untuk hidup bebas, simbol solidaritas
terhadap kaum Indian yang selalu ditindas oleh masyarakat kulit
putih yang datang ke Amerika Serikat, dan sebagai simbol anti
kemapanan. Dikombinasikan dengan motif truntum karena
motif truntum bermakna abadi. Seperti halnya semboyan
subkultur punk yaitu punks not dead. Karya ini diwujudkan
menjadi karya busana ready to wear.
27
c. Desain Karya 3
1. Desain Busana
2. Pecah Pola
4. Diskripsi Desain
Desain motif batik yang diterapkan adalah visualisai
gaya rambut mohawk yang dikombinasi dengan motif api dan
parang sebagai latarnya. Gaya rambut mohawk melambangkan
wujud ekspresi pemberontakan yang lebih ekstrim. Model
rambut ini digunakan sebagai pembeda antara anak punk dengan
masyarakat pada umumnya, sebagai simbol perlawanan kepada
penindas dan keinginan untuk hidup bebas, simbol solidaritas
terhadap kaum Indian yang selalu ditindas oleh masyarakat kulit
putih yang datang ke Amerika Serikat, dan sebagai simbol anti
kemapanan. Dikombinasikan dengan motif parang karena motif
parang mempunyai makna semangat yang tidak pernah padam
seperti halnya semangat pergerakan subkultur punk. Desain ini
diwujudkan menjadi karya busana ready to wear.
30
d. Desain Karya 4
1. Desain Busana
2. Pecah Pola
4. Diskripsi Desain
Desain motif batik yang diterapkan adalah visualisai tato
bunga terong, rantai dan piercing. Motif tato bunga terong suku
Dayak dan Piercing merupakan simbol kebebasan penguasaan
penuh pada diri sendiri. Motif rantai merupakan simbol
solidaritas yang kuat antara sesama subkultur punk.
Dikombinasikan dengan motif api yang bermakna semangat
yang membara, seperti halnya semangat pergerakan subkultur
punk. Desain busana ini tidak diwujudkan menjadi karya busana
ready to wear karena adanya dispensasi pengurangan karya
akibat kondisi dunia yang sedang mengalami wabah Covid-19
termasuk Indonesia.
33
e. Desain Karya 5
1. Desain Busana
2. Pecah Pola
4. Diskripsi Desain
Desain motif batik yang diterapkan adalah visualisasi
gaya rambut mohawk, tato bunga terong, dan piercing. Gaya
rambut mohawk melambangkan wujud ekspresi pemberontakan
yang lebih ekstrim. Model rambut ini digunakan sebagai
pembeda antara anak punk dengan masyarakat pada umumnya,
simbol solidaritas terhadap kaum Indian yang selalu ditindas
oleh masyarakat kulit putih yang datang ke Amerika Serikat, dan
sebagai simbol anti kemapanan. Motif tato bunga terong suku
Dayak dan Piercing merupakan simbol kebebasan penguasaan
penuh pada diri sendiri. Desain busana ini tidak diwujudkan
menjadi karya busana ready to wear karena adanya dispensasi
pengurangan karya akibat kondisi dunia yang sedang mengalami
wabah Covid-19 termasuk Indonesia.
36
f. Desain Karya 6
1. Desain Busana
2. Pecah Pola
4. Diskripsi Desain
Desain motif batik yang diterapkan adalah visualisasi
gaya rambut mohawk, tato bunga terong, dan piercing. Gaya
rambut mohawk melambangkan wujud ekspresi pemberontakan
yang lebih ekstrim. Model rambut ini digunakan sebagai
pembeda antara anak punk dengan masyarakat pada umumnya,
simbol solidaritas terhadap kaum Indian yang selalu ditindas
oleh masyarakat kulit putih yang datang ke Amerika Serikat, dan
sebagai simbol anti kemapanan. Motif tato bunga terong suku
Dayak dan piercing merupakan simbol kebebasan penguasaan
penuh pada diri sendiri. Desain busana ini tidak diwujudkan
menjadi karya busana ready to wear karena adanya dispensasi
pengurangan karya akibat kondisi dunia yang sedang mengalami
wabah Covid-19 termasuk Indonesia.
39
g. Desain Karya 7
1. Desain Busana
2. Pecah Pola
4. Diskripsi Desain
Desain motif batik yang diterapkan adalah visualisai
gaya rambut mohawk, tato bunga terong, rantai dan piercing.
Gaya rambut mohawk melambangkan wujud ekspresi
pemberontakan yang lebih ekstrim. Model rambut ini digunakan
sebagai pembeda antara anak punk dengan masyarakat pada
umumnya, simbol solidaritas terhadap kaum Indian yang selalu
ditindas oleh masyarakat kulit putih yang datang ke Amerika
Serikat, dan sebagai simbol anti kemapanan. Motif tato bunga
terong suku Dayak dan piercing merupakan simbol kebebasan
penguasaan penuh pada diri sendiri. Motif rantai merupakan
simbol solidaritas yang kuat antara sesama subkultur punk.
Desain busana ini tidak diwujudkan menjadi karya busana ready
to wear karena adanya dispensasi pengurangan karya akibat
kondisi dunia yang sedang mengalami wabah Covid-19
termasuk Indonesia.
42
D. Proses Perwujudan
1. Pemilihan Bahan dan Alat
a. Bahan
Tabel 3. Bahan
No. Nama Bahan Keterangan Gambar Bahan
b. Alat
Tabel 4. Alat
No. Nama Alat Keterangan Gambar Alat
2. Teknik Pengerjaan
a. Teknik perancangan desain
Pada tahap ini pemikiran tentang bagaimana kontruksi
karya yang akan diciptakan sangatlah diperlukan. Mulai dari
pemilihan bahan, teknik pengerjaan dan bagaimana eksekusi
karya nantinya.
b. Teknik mordanting
Menghilangkan lapisan kanji dan membuka serat kain.
Untuk nantinya mempermudah proses perintangan malam dan
juga memudahkan penyerapan warna pada kain.
c. Teknik jiplak dan gambar motif
Pada tahap ini dilakukan pembuatan motif dan pola yang
sudah dirancang sebelumnya kedalam ukuran sebenarnya.
Tahap ini sangatlah penting, karena pada tahap inilah yang
menentukan bagaimana hasil akhir dari karya yang sudah
dirancang.
d. Teknik canting tulis
Merupakan teknik tradisional dalam penciptaan sebuah
kain batik. Setelah kain sudah selesai digambar motif kemudian
dilanjutkan proses pencantingan. Proses ini dimulai dengan
klowong ngengreng atau nglowongi dan nerusi. Kemudian
setelah selesai proses nglowongi, dilanjutkan dengan proses
membatik isen-isen.
e. Teknik canthing cap
Merupakan teknik tradisional dalam penciptaan sebuah
kain batik dengan cara menekan canting cap pada kain yang
sebelumnya canting cap telah di celupkan kedalam wajan cap
yang berisi malam/lilin panas.
f. Teknik pewarnaan colet dan tutup celup
Tahap pewarnaan batik dengan cara dicolet atau
menggoreskan pewarna tekstil pada kain dengan menggunakan
kuas. Dan tutup celup yang merupakan proses pewarnaan batik
54
3. Tahap Pengerjaan
a. Proses Mordanting
Proses mordanting adalah proses menghilangkan lapisan
kanji dan pembukaan serat kain sebelum nantinya kain dapat di
batik dan diwarna. Pada proses ini kain katun primisima dibasahi
dengan air kemudian direndam dalam air detergen selama satu
malam, kemudian keesokan harinya dibilas dan dijemur sampai
kering.
55
f. Proses Nemboki
Motif yang sebelumnya sudah diwarna, kemudian
ditutup bagian-bagian yang warnanya ingin dipertahankan
dengan menggunakan malam batik agar nantinya tidak terkena
warna pada proses pewarnaan latar (warna dasar).
g. Proses Ngecap
Motif pendukung yang digunakan untuk latar motif
utama menggunakan teknik cap. Motif yang dipilih adalah motif
parang, alat yang digunakan yaitu canting cap yang terbuat dari
tembaga. Pada tahap ini malam dipanaskan terlebih dahulu
diwajan cap, setelah malam panas canting cap dicelupkan
kedalam wajan yang berisi malam lalu diangkat dan ditiriskan
kemudian dicap dengan cara diberi sedikit tekanan ke kain
kemudian diangkat.
Naphtol AS 4 gram
1 Merah Naphtol AS-D 6 gram
Garam Merah B 20 gram
Kaustik 2 gram
Naphtol OL 5 gram
2 Hitam Naphtol BR 5 gram
Garam Biru B 10 gram
Garam Hitam B 10 gram
Kaustik 2 gram
59
i. Proses Pelorodan
Tahap akhir yang dilakukan yaitu pelorodan. Pelorodan
dilakukan untuk menghilangkan seluruh malam yang menempel
pada kain. Pada proses pelorodan digunakan campuran air dan
soda abu agar malam mudah lepas dari kain. Setelah pelorodan
selesai, kain dicuci sampai bersih lalu dikeringkan dengan cara
dijemur ditempat yang teduh.
k. Finishing
Merupakan tahap terakhir dalam proses penciptaan
karya yang tidak boleh tertinggal. Pada tahap ini dilakukan
pemasangan aplikasi dan aksesoris yang mampu menunjang
karya. Tetapi, pemasangan harus dipertimbangkan apakah
sesuai dengan konsep atau tidak. Selain itu juga pengecekan
pada busana agar busana nyaman dipakai dan membersihkan
busana dari sisa-sisa benang yang menempel atau menjuntai
agar terlihat rapi. Proses ini membutuhkan ketelitian agar hasil
akhir sesuai yang diharapkan.
2. Karya 2
Tabel 7. Kalkulasi Biaya Karya 2
Harga (Rp)
No. Nama Bahan Volume Satuan
Harga Satuan Jumlah
1 Kain Primisima 1,5 meter 27.000
18.000
2 Kain Tile 3 meter 45.000
15.000
3 Kain Denim 2 meter 80.000
40.000
4 Kain Keras 0,25 meter 7.000
28.000
5 Kancing 10 buah 2.000
200
6 Mata Ayam 10 gram 2.000
200
7 Spike 4 bungkus 20.000
5.000
8 Malam Batik 0,25 kilogram 8.000
32.000
9 Pewarna Remasol 10 gram 6.000
600
10 Pewarna Naphtol 40 gram 20.000
500
11 Waterglass 1 kilogram 8.000
8.000
12 Soda Abu 50 gram 14.000
280
Total
239.000
63
3. Karya 3
Tabel 8. Kalkulasi Biaya Karya 3
No. Nama Bahan Volume Satuan Harga (Rp)
Harga Satuan Jumlah
1 Kain Primisima 1,5 meter 18.000 27.000
2 Kain Erro 1 meter 14.000 14.000
3 Kain Keras 0,25 meter 28.000 7.000
4 Tricot 1 meter 15.000 15.000
5 Kain Jaring 0,5 meter 10.000 10..000
6 Ziper 1 buah 8.000 8.000
7 Kancing 1 buah 200 200
8 Mata Ayam 10 gram 200 2.000
9 Ring 4 buah 1.000 4.000
10 Aksesoris 1 bungkus 10.000 10.000
Tengkorak
11 Rantai Kecil 2 meter 3.000 6.000
12 Rantai Akrilik 8 buah 500 4.000
13 Malam Batik 0,25 kilogram 32.000 8.000
14 Pewarna Remasol 10 gram 600 6.000
15 Pewarna Naphtol 40 gram 500 20.000
16 Waterglass 1 kilogram 8.000 8.000
17 Soda Abu 50 gram 280 1.400
Total 158.200
4. Kalkulasi Total
Tabel 9. Kalkulasi Total
No. Karya Biaya
1 Kalkulasi Biaya Karya 1 Rp. 276.400
2 Kalkulasi Biaya Karya 2 Rp. 239.000
3 Kalkulasi Biaya Karya 3 Rp. 158.200
Total Biaya Rp. 673.600
BAB IV
TINJAUAN KARYA
A. Tinjauan Umum
Tijauan karya dibuat untuk mengevaluasi karya yang telah dibuat,
seperti menguraikan makna dan maksud dari pembuatan dari setiap karya
tersebut. Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini yang pada awalnya membuat
tujuh karya desain dengan tiga desain terpilih diwujudkan menjadi karya
busana. Seluruh busana yang dibuat merupakan sebuah kesatuan dalam
koleksi yang diberi judul “RIOT”. Dalam bahasa Indonesia riot berarti
kerusuhan, kata tersebut cukup jelas menggambarkan bahwa busana ini
merupakan busana batik, dimana motif yang dituangkan terinspirasi dari
subkultur punk yang lahir dari sebuah kondisi negara yang kacau. Busana
ini dipadukan dengan kombinasi warna hitam, merah dan kuning. Setiap
karya busana sengaja dibuat dengan motif utama yang sama dan
dikombinasi dengan motif pendukung yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan
untuk memberikan variasi terhadap setiap karya busana agar terlihat tidak
sama persis antara satu dengan yang lainnya. Karya busana ini merupakan
karya busana ready to wear jenis couture yaitu yang berkualitas bagus
dengan pemilihan kain yang digunakan adalah kain katun primisima, yang
dikombinasikan dengan kain drill, denim, corduroy dan tile. Dalam
perwujudannya, menggunakan teknik batik tulis dan cap sedangkan teknik
pewarnaan yang digunakan yaitu teknik colet menggunakan zat pewarna
remasol dan teknik celup dengan zat warna naphtol. Karya busana
didominasi dengan warna dasar hitam yang merupakan simbol kekuatan,
dikombinasikan dengan warna merah dan kuning. Warna merah merupakan
simbol keberanian sedangkan warna kuning merupakan simbol percaya diri.
Pemilihan warna tersebut terinspirasi dari karakter subkultur punk. Kain
yang sudah selesai dibatik kemudian digunting sesuai pola yang sudah
dibuat sebelumnya. Pola busana menggunakan ukuran standar M wanita.
Setelah pemotongan kain kemudian dijahit untuk menggabungkan setiap
bagian pola sehingga menjadi sebuah busana. Untuk menambah keunikan
busana dihias menggunakan rantai, mata ayam dan spike.
64
65
B. Tinjauan Khusus
1. Karya 1
Judul : RIOT 1
Bahan : Kain katun primisima, Drill, Tartan, Corduroy
Pewarna : Remasol, Naphtol
Teknik : Batik tulis dengan pewarnaan colet dan tutup celup
Tahun : 2021
66
2. Karya 2
Judul : RIOT 2
Bahan : Kain katun primisima, Tile, Denim
Pewarna : Remasol, Naphtol
Teknik : Batik tulis dengan pewarna colet dan tutup celup
Tahun : 2021
68
3. Karya 3
Judul : RIOT 3
Bahan : Kain katun primisima, Kain jaring
Pewarna : Remasol, Naphtol
Teknik : Batik tulis dan cap dengan pewarna colet dan tutup celup
Tahun : 2021
70
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses penciptaan busana ready to wear dengan sumber ide
subkultur punk sebagai motif batik ini diawali dengan mengkaji sumber ide
dan melakukan wawancara secara langsung untuk benar-benar mengetahui
agar nantinya memudahkan proses visualisasi dan penerapan dari sumber
ide tersebut kedalam busana. Selanjutnya penulis mengumpulkan dan
mengkaji data tentang busana ready to wear. Kemudian kedua data tersebut
dijadikan satu dan penulis mampu menentukan seperti apa moodboard dari
penciptaan karya ini. Selanjutnya penulis membuat 12 sketsa alternatif yang
kemudian dikerucutkan menjadi 7 sketsa terpilih dan 3 diantaranya
diwujudkan kedalam karya busana. Setelah melakukan hal tersebut, desain
motif yang sudah dibuat dipindahkan diatas lembaran kain dengan ukuran
sesungguhnya. Kain yang sudah terdapat pola kemudian dilanjutkan ke
proses pembatikan, pewarnaan, pelorodan hingga kain siap dipotong sesuai
pola dan dijahit menjadi sebuah karya busana. Bahan utama yang digunakan
pada karya ini adalah kain katun primisima. Pemilihan bahan tersebut
dikarenakan kualitas kain primisima jika diproses batik hasilnya cukup
memuaskan dan harganya terjangkau. Saat proses nyanting malam batik
lebih mudah tembus, selain itu saat proses pewarnaan, warna yang
dihasilkan juga lebih muncul dan mudah meresap ke kain. Pada saat
dikenakan bahan ini juga memberikan rasa dingin, mudah menyerap
keringat dan tidak kaku sehingga nyaman untuk dikenakan. Busana ini
dikombinasikan dengan kain drill, corduroy, denim, tile, dan kain jaring
dengan pemilihan warna panas yaitu merah dan kuning supaya menambah
karakter kuat busana ini. Beberapa motif batik juga dipotong dan dibuat
patch kemudian ditempelkan dengan cara dijahit pada bagian outter busana.
71
72
kegelisahan sehingga penulis mampu sampai tahap ini. Selain itu meskipun
karya ini belum sempurna, namun secara keseluruhan dalam penciptaan
karya seni batik ini penulis merasa sudah cukup baik secara teknik maupun
visual dengan pemilihan teknik batik tulis dan cap dengan pewarnaan teknik
colet dan tutup celup. Teknik tersebut dirasa tepat untuk memvisualisasikan
karya busana ini, bahkan selama proses pengerjaan juga dirasa aman dan
nyaman digunakan dibandingkan dengan teknik lainnya.
B. Saran
Berakhirnya proses pembuatan karya busana dan laporan yang
berjudul “Subkultur Punk Sebagai Sumber Ide Penciptaan Motif Batik
Busana Ready To Wear” memberikan sebuah pesan dan kesan yang patut
digunakan sebagai pembelajaran. Dalam menciptakan sebuah karya jangan
pernah setengah-setengah dalam mengambil langkah dan jujur pada diri kita
sendiri. Jalani setiap prosesnya dengan semaksimal mungkin. Dalam proses
penciptaan sebuah karya pengelolaan waktu yang baik sangatlah perlu
untuk hasil yang lebih maksimal. Setelah terselesaikannya karya Tugas
Akhir, diharapkan bisa menambah pengetahuan, wawasan, dan dapat
motivasi untuk terus berkarya. Semoga dengan karya ini dapat
mengembangkan apresiasi seni dikalangan mereka yang tertarik dan ingin
belajar tentang batik dan fesyen.
73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMAN
A. CV (Curriculum Vitae)
1. Data Pribadi
Nama : Yasinta Laila Febriana
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 18 Febuari 1999
Alamat : Nglarang, Triharjo Pandak Bantul
Yogyakarta
Telepon/WA : 0895806402825
Email : yasintalaila@gmail.com
Instagram : yasintart_
2. Pendidikan
2004-2006 : TK Pamardisiwi Pandak
2006-2012 : SD N 1 Pandak
2012-2015 : SMP N 3 Bantul
2015-2017 : SMK N 1 Sewon
2017-Sekarang : ISI Yogyakarta (Fak. Seni Rupa-Kriya
Batik dan Fashion)
3. Organisasi
2018-2021 : HMJ KRIYA ISI Yogyakarta
Karya/ kegiatan berkesenian :
1) Owner Sahabat Canthing Studio
2) Instruktur Pelatihan Batik Kegiatan P3Wilsen ISI Yogyakarta di
Desa Karanganyar Musuk Boyolali (2018)
3) Instruktur Pelatihan Batik, Jumputan dan Ecoprint di Kampung
Batik Desa Petir A Gunungkidul (2018)
4) Peserta Pameran Jogja International Batik Biennale (2018)
5) Instruktur Pelatihan Batik,Jumputan dan Ecoprint di Kegiatan
P3Wilsen ISI Yogyakarta di Kelurahan Terban Yogyakarta
(2019)
6) Tim Edukasi Batik, Batik Iwak Yogyakarta (2019)
7) Peserta Pameran Seni Rupa Metafora ISI Surakarta (2019)
8) Peserta Pameran Seni Rupa Bantul Art To Day (2019)
9) Narasumber Pembatik Muda di Chanel Komplit Tv (2019)
10) Peserta Pameran Batik Oleh Disperindag (2019)
11) Instruktur Workshop Ecoprint di Acara Art Market ISI
Yogyakarta. (2019)
12) Peserta Uji Kopetensi Membatik Dengan Pewarna Sintetis
Tingkat II (2019)
13) Instruktur Pelatihan Membuat Kaos Batik Dengan Teknik Lukis
dan Shibori di Kampung Batik Desa Petir A Gunungkidul (2019)
14) Instruktur Pelatihan Batik di Acara Harlah Sanggar Nuun ke-27
UIN Yogyakarta (2019)
15) Instruktur Pelatihan Batik, Ecoprint dan Shibori di Festifal
Metamorfosart Kampung Koi Paingan Magelang Jawa Tengah
(2019)
16) Instruktur Pelatihan Ecoprint Acara Imdi Exibition di Jogja
National Museum (2020)
17) Instruktur Pelatihan Batik Kontemporer di Festifal Tekamuda ISI
Yogyakarta (2020)
18) Partisipasi Royal World Records-2020 Wanita Berkebaya Dengan
Batik Nusantara Untuk Perdamaian Dunia (2020)
19) Narasumber Founder Sahabat Canthing di Acara Ngobrol Asik
Kresna Tv (2020)
20) Narasumber “Jadikan Batik sebagai Media Pergerakan” di Koran
Harian Jogja (2020)
21) Narasumber di Sesi “NGOPENI” Ngobrol Perkara Seni Pameran
Stay Conection (2020)
22) Instruktur Workshop TieDye di Pameran Seni Rupa
RESURRECTION (2020)
23) Tim Produksi International Craft Day (2020)
24) Instruktur Pelatihan Batik Kegiatan P3WILSEN ISI
YOGYAKARTA di Desa Semin Gunungkidul (2020)
25) Penyelenggara Acara “NGANYARI” Dalam Rangka
Memperingati Hari Batik 2020
26) Instruktur Pelatihan Ecoprint Ibu-Ibu PKK Desa Bogoran Bantul
(2020)
27) Instruktur Workshop Ecoprint di Acara “NGOLET EXIBITION”
(2020)
28) Penyelenggara Pelatihan Batik Tulis Untuk Anak Pesisir
Parangkusumo Yogyakarta Sebagai Media Positif Pengembangan
Bakat, Fasilitasi Bidang Kebudayaan Tahap II Tahun 2020
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. (2020)
29) Peserta Pameran Seni Rupa “Bolak & Balik” Exibition (2020)
30) Instruktur Workshop Ecoprint di Acara Bolak & Balik Exibition
(2020)
31) Narasumber Talk Show Bincang-Bincang Santai Mahasiswa
Amikom Yogyakarta (2021)
32) Narasumber Ekspedisi Maritim Mahasiswa ITB (2021)
33) Instruktur Pelatihan Tiedye UMKM Desa Wonokromo Bantul
KKN IT 129 UMY (2021)
34) Instruktur Workshop Ecoprint & Tiedye Pameran Setara di Galeri
RJ Katamsi ISI Yogyakarta (2021)
35) Peserta Inkubasi Innovating Jogja (2021)
B. Poster
C. Katalog
D. CD