Disusun Oleh :
Disusun Oleh
Cewang Yuliantini (2005112648)
Kelompok 4
KELAS 3B TAHUN 2020
Disusun oleh
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
DAFTAR ISI …………………..………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………
A. Latarr Belakang ……………………………………………
B. Rumusan Masalah ………………………………………….
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….
A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ………………………
B. Pembelajaran Kontekstual ………………..…………………
C. Asas-Asas Pembelajaran Kontekstual ………………………
D. Penerapan Pembelajaran Kontekstual ………………………
BAB III PENUTUP ……………………………………………………..
A. Kesimpulan ………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kegiatan pembelajaran adalah sebuah proses perolehan ilmu ataupun
pengetahuan baru. Apabila seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tidak mendapatkan pengetahuan baru, maka guru belum optimal
berperan sebagai fasilitator.
Guru memerlukan wawasan yangmencakup keseluruhan yang luas dan utuh
tentang kegiatan belajar mengajar agar bisa melaksanakan tugasnya secara profesional.
Guru harus mengetahui gambaran yang menyeluruh mengenai bagaimana proses
belajar mengajar itu terjadi, serta langkahlangkah apa yang diperlukan sehingga
tugas-tugas keguruan dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil sesuai
tujuan yang diharapkan. Salah satu wawasan yang perlu dimiliki guru menurut
Mansyur adalah tentang strategi pembelajaran yang merupakan garis-garis besar
haluan bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang digariskan. (Mufarokah, 2013:
28).
Berdasarkan pandangan tersebut, maka berkembanglah sebuah strategi
pembelajaran yang bersifat kontekstual dimana hal ini dapat mendorong peserta didik
mengkonstruksikan pengetahuan yang dimilikinya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penyaji, maka rumusan
masalah dapat dirangkum sebagai berikut
1) Apa pengertian pendekatan kontekstual?
2) Apa asas-asas pembelajaran kontekstual?
3) Apa saja penerapan pembelajaran kontekstual?
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan dari makalah
ini sebagai berikut
1) Mengetahui apa pengertian pendekatan kontekstaul;
2) Mengetahui apa asas-asas pembelajaran kontekstual;
3) Mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Suatu inovasi pendidikan berupa strategi pembelajaran dengan memberikan
konsep pada situasi nyata yang dapat mendorong peserta didik membangun
pengetahuan agar dapat ia terapkan dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan
pendekatan kontekstual (Contekstual Teaching and Learning). (Hamruni, 2009: 172).
Kata konstekstual berasal dari Bahasa Inggris yakni contextual yang kemudian
diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi kontekstual. Kontekstual sendiri memiliki
arti berhubungan konteks atau dalam konteks.
Berdasarkan makna yang terkandung dalam kata kontekstual, maka muncullah
kaidah kontekstual. Kaidah kontekstual yaitu kaidah yang disusun berdasarkan oleh
makna kontekstual itu sendiri. Seperti dalam pembelajara, yaitu dapat membawa
peserta didik meraih tujuan pembelajaran (penguasaan materi pembelajaran) yang
berkenaan atau relevan bagi mereka, dan bermakna dalan kehidupannya.
Menurut Hamruni (2009), pembelajaran kontekstual; adalah pembelajaran
yang menitikberatkan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk dapat
menemukan materi yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan keadaan
pada kehidupan nyata, dimana hal dapat mendorong peserta didik untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka kelak.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewey (1916), peserta didik
akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari terkait apa yang telah diketahui
dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya.
Pembelajaran kontekstual melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses
pembelajaran. Peserta didik didorong untuk beraktivitas mempelajari pelajaran sesuai
topik yang akan dipelajarinya. Dalam pembelajaran kontekstual ini, belajara tidak
hanya berupa mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar juga sebuah proses
mengalami secara langsung. Melalui proses ini diharapkan perkembangan peserta
didik terjadi secarra utuh, tidak hanya dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek
afektif dan psikomotorik.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yangmembantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik
5
dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
B. Pendekatan Kontekstual
Peran guru mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat
memberdayakan potensi peserta didik merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstaul. Pendekatan kontekstual bertujuan membekali peserta didik
dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan
ke permasalahan lain.
Menurut Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama (2002) bahwa pendekatan
kontekstual mengasaskan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar, sebagai
berikut
1. Proses Belajar
a. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa dapat berperan sebagai subjek aktif
dalam proses belajar, sehingga memiliki kemampuan untuk dapat
mengkonstruksikan pengetahuan yang ada dalam pikiran mereka sendiri.
b. Anak belajar dari mengalami tentang apa yang dipelajarinya dan bukan
mengetahuinya. Denga demikian, anak akan mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru dari yang dipelajarinya, dan bukan di beri begitu saja dari
guru.
c. Belajar merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan dan pengetahuan
dimiliki oleh seseorang yang terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang
mendalam tentang sesuatu persoalan.
d. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
e. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
f. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak berjalan
seiring perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Untuk
itu perlu dipahami, strategi belajar yang salah dan terus menerus dipajankan akan
mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara orang
berprilaku
g. Peserta didk perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
2. Transfer belajar
6
a. Peserta didik belajar dari mengalami sendiri, dan bukan dari hasil pemberian
orang lain atau gurunya.
b. Keterampilan dan pengetahuan itu dimulai dari konteks yang terbatas, terdekat,
dan sederhana, ke arah yang lebih luas, sedikit demi sedikit.
c. Hal yang penting bagi peserta didik adalah mengetahui untuk apa belajar, dan
bagaimana menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu yang diperolehnya
dari hasil belajar.
7
membangun pengetahuan melalui share dan diskusi. Guru perlu memandang peserta
didik sebagai subjek belajar dengan segala keunikannya. Peserta didik adalah
organisme yang aktif serta memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya
sendiri. Kalaupun guru memberikan informasi kepada siswa, guru harus memberiakan
kesempatan kepada peserta didik untuk menggali informasi itu agar lebih bermakna
utuk kehidupan mereka.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki
tujuh asas (komponen). Asas-asas inilah yang melandasi pelaksanaan pembelajarann
kontekstual (CTL), yaitu:
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang didasari premis
bahwa dengan merefleksikan pengalaman, peserta didik membangun,
mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuan tentang dunia tempat mereka hidup.
(Suyono, 2013: 105).
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Filsafat konstruktivisme
menganggap bahwa pengetahuan terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi
juga dari kemampuan individusebagai subjek yang menangkap setiap objek yang
diamatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar,
akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu
pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan
pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut.
Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis,
tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.
2. Inkuiri
Inkuiri berarti proses pembelajaran didasarkan pada pencaraian dan penemuan
melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil
mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam
proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus
dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar padadasarnya merupakan
proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental
itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional,
maupun pribadinya.
8
3. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, melainkan
memancing agar peserta didik dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya
sangat penting, sebab melalui pertanyaanpertanyaan guru dapat membimbing dan
mengarahkan peserta didik untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kemampuan bertanya sangat
penting, karena digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasan materi pelajaran
b. Membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar.
c. Merangsang keingintahuan peserta didik terhadap sesuatu
d. Memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang diinginkan
e. Membimbing peserta didik untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
(Suyono, 2013: 183)
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi
membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat
dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar (Learning
Community) dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, baik dalam kelompokbelajar secara formal maupun dalam
lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil
sharing dengan orang lain, antara teman, antar kelompok, yang sudah tahu memberi
tahu kepada yang belum tahu, yang memiliki pengalaman membagi pengalamannya
kepada yang lain. Inilah hakikat masyarkat belajar, masyarakat yang saling membagi.
5. Pemodelan (Modelling)
Modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat ditiru oleh peserta didik. Misalnya guru PAI yang memperagakan
gerakan sholat, guru olah raga memperagakan gerakan senam dan guru kesenian yang
memeparagakan gerakan tari. Proses Modelling tidak terbatas dari guru saja, akan
tetapi dapat juga guru memanfaatkan peserta didik yang dianggap memiliki
9
kemampuan. Seperti peserta didik yang memiliki kemampuan bagus dalam membaca
Al-Quran, siswa tersebut dapat mencontohkan kepada teman-temanya bagaimana cara
membaca Al-Quran yang baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwidnya, dengan
demikian siswa dapat dikatakan sebagai model. Modelling merupakan asas yang
cukup penting dalam pembelajaran siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
teoretik-abstrak.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dan
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian- kejadian atau peristiwa
pembelajan yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu
akan dimasukkan dalam struktur kognitif peserta didik pada akhirnya akan menjadi
bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui refleksi peserta didik
akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah khazanah
pengetahuannya.
Dalam pembelajaran kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran, guru
memberikan kesemp[atan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa
yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas peserta didik menafsirkan pengalaman
belajarnya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkannya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini,
biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi
yang digunakan terbatas pada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi
yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa
jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam pelajaran. Dalam pembelajaran
kontekstual, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan
kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu
penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes,
melaikan juga proses belajar melalui penilain nyata.
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta
didik penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar
atau tidak; apakah pengalaman belajar peserta didik memiliki pengaruh positif
terhadap perkembangan intelektual dan mental siswa. Penilaian yang autentik
dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan
10
secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu
tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
11
mengukur panjang dengan jangka sorong, peserta didik dapat belajar dengan
menirukan cara mengukur panjang dengan jangka sorong yang dicontohkan oleh guru.
Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini terutama adalah
penguasaan pengetahuan prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu
misalnya mengukur panjang dengan jangka sorong, mengerjakan soal-soal yang
terkait dengan hukum kekekalan energi, dan menimbang benda dengan neraca
Ohauss), dan atau pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu misal nama-
nama bagian jangka sorong, pembagian skala nonius pada micrometer sekrup, dan
fungsi bagian-bagian neraca Ohauss), serta keterampilan belajar peserta didik (misal
menggarisbawahi kata kunci, menyusun jembatan keledai, membuat peta konsep, dan
membuat rangkuman).
Model pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru, sehingga sebagian
besar siswa cenderung bersikap pasif, maka perencanaan dan pelaksanaan hendaknya
sangat hati-hati. Sistem pengelolaan permbelajaran yang dilakukan oleh guru harus
menjamin keterlibatan seluruh peserta didik khususnya dalam memperhatikan,
mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab). Pengaturan lingkungan mengacu pada
tugas dan memberi harapan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
12
Tujuan yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah
keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi
kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri.
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran berbasis
masalah ini dicirikan oleh adanya sifat terbuka, proses demokrasi, dan peranan aktif
siswa. Keseluruhan proses diorientasikan untuk membantu siswa menjadi mandiri,
otonom, percaya pada keterampilan intelektual sendiri melalui keterlibatan aktif
dalam lingkungan yang berorientasi pada inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan
pendapat.
13
lingkungan diusahakan agar materi pembelajaran yang lengkap tersedia dan dapat
diakses setiap peserta didik, serta guru menjauhi kesalahan tradisional yakni secara
ketat mengelola tingkah-laku peserta didik dalam kerja kelompok.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembelajaran kontekstual, selain mendapatkan kemampuan pema-
haman konsep, siswa juga mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Kelas bukan tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, kan tetapi
kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Pembelajaran lebih menekankan pada
aktivitas siswa Secara penuh baik fisik maupun mental. Kelas bukan sebagai tempat
untuk memperoleh informasi, melainkan tempat untuk menguji data hasil temuan
mereka di lapangan. Belajar bukan menghafal, tetapi proses mengalami dalam
kehidupan nyata. Materi pelajaran dipelajari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik,
bukan dari pemberian orang lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Muhtar S. . 2012. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran.Vol. 17.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. INSANIA .
Ningrum, Epon. 2009. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Karawang. RSBI
Hamruni. 2015. Konsep Dasar dan Implementasi Pembelajaran Kontekstual. Jurnal
Pendidikan Agama ISlam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015. Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga Yogayakarta.
Jumadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya. Yogyakarta: UNY
16