Materi PT 1 Kmb2 Tuti Sahara
Materi PT 1 Kmb2 Tuti Sahara
DAFTAR ISI
CHAPTER I .................................................................................................................................... 2
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL ......................................................... 2
A. ANATOMI TULANG ......................................................................................................... 2
B. FISIOLOGI TULANG......................................................................................................... 3
C. PEMBAGIAN TULANG .................................................................................................... 3
CHAPTER 2 ................................................................................................................................. 15
ANATOMI FISIOLOGI OTOT ................................................................................................... 15
A. KEMAMPUAN OTOT ...................................................................................................... 15
B. JENIS OTOT .................................................................................................................... 15
C. CARA KERJA OTOT ....................................................................................................... 21
D. OTOT SKELETAL ............................................................................................................ 22
E. KARTILAGO .................................................................................................................... 25
F. LIGAMENT ....................................................................................................................... 25
G. PERAN SISTEM MUSKULUSKELETAL DALAM MOBILITAS SEHARI-HARI ..... 25
H. PERUBAHAN SISTEM TUBUH AKIBAT IMOBILITAS ............................................. 26
EVALUASI CHAPTER 1..........................................................Error! Bookmark not defined.
CHAPTER 3 ................................................................................................................................. 27
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT ................................................................ 27
PATOLOGIS SYSTEM MUSKULOSKLETAL ......................................................................... 27
A. PENGKAJIAN DAN DATA DASAR PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SYSTEM MUSKULOSKLETAL ............................................................................................ 27
1) Riwayat Keperawatan (nursing story) ............................................................................ 27
2) Pemeriksaan Fisik .......................................................................................................... 30
3) Pemeriksaan psikososial .................................................................................................... 39
4) Pemeriksaan Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 39
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
2
CHAPTER I
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
Tujuan pembelajaran :
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mamhasiswa mampu:
1. Menjelaskan anatomi sistem tulang, persendian dan otot dengan benar
Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan untuk melindungi dan menggerakkan
tubuh dengan jumlah tulang 206. Rangka merupakan pelindung organ internal dari kerusakan
dan pembentuk struktur tubuh. Sementara rangka tidak dapat bergerak sendirinya sehingga harus
dibantu oleh sendi, ligament dan tendon. Komponen muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot,
ligament, tendon, fascia, bursae dan persendian.
A. ANATOMI TULANG
Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang melalui proses “osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakkukan oleh sel-sek yang disebut “osteoblast”
Definisi Tulang merupakan jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah bila terdapat
tekanan yang mengenai tulang dan disebut juga jaringan dinamis karena terus menerus
memperbaiki diri. (Risnanto,
Tulang atau jaringan tulang merupakan jaringan penyambung dengan matriks yang
diperkuat oleh mineral (kalsium phospat).
Tulang membentuk sistem skeletal dari jaringan tulang, sumsum tulang, kartilago (tulang
rawan), dan periosteum.
Fungsi tulang yakni: Alat gerak pasif, Tempat melekatnya otot, Mendukung dan
melindungi jaringan lunak dan organ vital disekitarnya. Tulang juga berfungsi membentuk tubuh
dan memproduksi sel darah merah serta garam mineral seperti fosfor dan kalsium.
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organik (hidup) dan 70% endapan garam.
Bahan organik disebut matrik dan terdiri dari lebih 90% serat kolagen dan kurang dari 10%
proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama dalam bentuk kalsium, fosfat,
natrium, kalium, karbonat dan ion magnesium menyebabkan tulang resistensi terhadap
renggangan dan mampu menahan beban.
Setiap tulang terdapat kanal atau saluran Havers yakni berisi saraf, pembuluh darah dan
saluran limfe. (Pearce, 2009).
Pembentukan tulang terjadi secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan
penebalan tulang. Faktor yang mempengaruhi pembentukan tulang yaitu rangsangan hormon,
nutrisi dan jumlah stres yang dibebankan pada tulang dan pertumbuhan sel-sel pembentuk tulang
yang disebut osteoblas.
Terdapat dua jenis sel tulang yang terlibat dalm pembentukan tulang, yaitu osteoblas
yang membangun tulang dan osteoklas yang menghancurkan tulang.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
3
Osteoblas terdapat dipermukaan bangin luar dan dalam tulang yang dapat berespon
terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Pada saat pertama sekali
dibentuk osteoblas disebut matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari kalsium mulai
mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan. Sebagian dari
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteosit dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring
dengan terbentuknya tulang, osteosit memebntuk tonjolan yang menghubungkan osteosit satu
dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik ditulang.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorbsi yang terjadi bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penguraian tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas.
Osteoklas merupakan sel fagositik multinukleas besar yang berasal dari sel monosit yang
terdapat di tulang. Osteoklas terdapat di bagian kcil potongan tulang, memfagosittulang sedikit
demi sedikit. Kemudian Osteoblas mulai mengisi daerah yang kosong.
Keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus
memperbaharui atau mengalami remodeling. Pada usia anak dan remaja proses osteoblas
melebihi aktivitas osteoklas sehingga jika terjadi fraktur waktu penyembuhannya menjadi lebih
cepat. Sedangkan pada lansia kebalikannya sehingga kepadatan tulang mulai berkurang.
B. FISIOLOGI TULANG
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
1) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak dan paru-paru serta jaringan lunak).
C. PEMBAGIAN TULANG
a. Menurut jaringan yang membentuk terdapat 2 jenis tulang
a. Tulang kompakta: secara makrokopis terlihat padat, namun jika diperikasa dengan
mikroskop tulang terdiri dari sistem Havers.
b. Tulang spongiosa: tampak keras seperti tulang lainnya namun bila dilihat secara
microskopis terlihat berlubang- lubang.
b. Menurut bentuknya tulang terbagi 6 kategori
a. Tulang panjang (os longum)
b. Tulang pendek (os breve)
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
4
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
5
2. Skeleton axial
a. Skull (tengkorak)
i. Cranium dan tulang muka
1. Neurocranium ( tulang yang mengelilingi otak)
Calvaria
o Os frontale ( tulang dahi)
o Os parietal (tulang ubun-ubun)
o Os occipitale (tulang belakang kepala)
o Os temporal (tulang pelipis)
Basis cranii
o Sebagian os parietal, frontal dan temporal
o Os sphenoidale ( seperti kupu-kupu)
o Os etmoidale ( tulang tapis)
2. Splancho cranium ( tulang pembentuk otak)
a. Os lacrimale (tulang air mata)
b. Os nasal (tulang hidung)
c. Os zigomaticum (tulang pipi)
d. Os maxilare (tulang rahang atas)
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
6
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
7
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
8
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
9
Extremitas superior
Cingulum membri superior (shoulder Girdle) gelang bahu
Os clavicula (tulang selangka)
Os scapula (tulang belikat)
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
10
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
11
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
12
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
13
Extremitas inferior
Cingulum membri inferior (pelvic Girdle) gelang panggul
Extremitas libera
o Os femur
o Os fibula
o Patella
o Ossa tarsalia
o Ossa digitorum pedis
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
14
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
15
CHAPTER 2
ANATOMI FISIOLOGI OTOT
Otot merupakan jaringan peka rangsangan (eksitable) yang dapat dirangsang secara kimia,
listrik dan mekanik. Otot merupakan alat gerak aktif yang mmampu menggerakkan tulang, kulit
dan rambut setelah mendapat rangsangan.
A. KEMAMPUAN OTOT
1. Kontraktibilitas: kemampuan untuk berkontraksi/ memendek
2. Ekstensibilitas: kemampuan untu melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang
ditimbulkan saat kontraksi
3. Elastisitas: kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi
yang disebut relaksasi.
B. JENIS OTOT
1. Otot lurik merupakan otot rangka/ otot serat lintang/ musculus striated atau otot
volunter. Strukturnya terdiri dari serabut panjang, berwarna lurik dengan garis terang dan
gelap memiliki inti dalam jumlah yang banyak dan terletak dipinggir. Otot lurik
berkontraksi menurut kehendak (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan nya cepat
, kuat, mudah lelah dan tidak beraturan. Bentuk luriknya silindris, lurik/garis melintang,
banyak intisel, melekat pada rangka,dan pengendaliannya secara sadar.
2. Otot polos merupakan otot alat- alat dalam/ viceral/ musculus nonstriated/ otot
involunter. Strukturnya beerbentuk serabut panjang seperti kumparan dengan ujung
runcing dengan inti berjumlah satu terletak dibagian tengah. Kontraksinya tidak menurut
kehendak atau diluar sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Yang dikendalikan oleh sistem syarat otonom, terdapat pada saluran pencernaan,
perkemihan, pembuluh darah dan lain-lain.
3. Otot jantung merupakan otot myocardium/ musculus cardiac/ jenis otot involunter.
Strukturnya berbentuk serabut memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis
terang dan gelap. Memiliki satu inti terletak ditengah. Kemampuan kontraksinya tidak
menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Figure 1. The Three Types of Muscle Tissue. The body contains three types of muscle tissue: (a)
skeletal muscle, (b) smooth muscle, and (c) cardiac muscle. From top, LM × 1600, LM × 1600, LM
× 1600. (Micrographs provided by the Regents of University of Michigan Medical School © 2012)
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
16
Ketiga jaringan otot memeliki beberapa sifat yang sama yang disebut excitability yakni
ketikanya menunjukkan kemampuan rangsangan membran plasma yang dapat mengubah
keadaan listrik (dari terpolarisasi menjadi terdepolarisasi) dan mengirimkan gelombang listik
yang disebut potensial aksi disepanjang membran. Sementara sistem saraf pada ketiga otot
berbeda-beda. Pada otot jantung dan otot polos sampai pada batas tertentu sedangkan otot rangka
sepenuhnya bergantung pada sistem saraf untuk bisa merespon dengan baik namun pada otot
polos dan otot jantung mampu merepon rangsangan lain seperti hormon dan rangsangan lokal.
Otot memulai proses kontraksi (pemendekan) yang sebenarnya ketika protein yang disebut
actin ditarik oleh protein yang disebut myosin. Ini terjadi pada otot lurik (skeletal dan jantung)
setelah bagian pengikatan spesifik pada actin telah diekspos sebagai respons terhadap interaksi
antara ion kalsium (Ca ++) dan protein (troponin dan tropomyosin) yang “melindungi” bagian
pengikatan actin. Ca ++ juga diperlukan untuk kontraksi otot polos, walaupun perannya berbeda:
di sini Ca ++ mengaktifkan enzim, yang pada gilirannya mengaktifkan kepala myosin. Semua
otot membutuhkan adenosin trifosfat (ATP) untuk melanjutkan proses kontraksi, dan semua otot
rileks ketika Ca ++ dilepaskan dan situs pengikatan aktin dilindungi kembali.
Otot dapat kembali ke panjang aslinya ketika keadaan rileks karena kualitas jaringan otot
yang disebut elastisitas yang kembali ke panjang aslinya karena serat elastis. Jaringan otot juga
memiliki kualitas ekstensibilitas; itu bisa meregang atau memanjang. Kontraktilitas
memungkinkan jaringan otot untuk menarik titik perlekatannya dan memendek dengan kekuatan.
Kemampuan dari otot rangka yaitu mampu berkontraksi dan menyebabkan gerakan, dan
menghentikan gerakan seperti menahan gravitasi untuk mempertahankan postur tubuh dan dapat
seimbang dalam posisi apapun. Otot juga mencegah terjadinya pergerakan sendi yang
berlebihan, menjaga stabilitas tulang dan mencegah kerusakan atau deformasi struktur rangka.
Otot rangka terletak diseluruh tubuh selain di saluran internal yang berfungsi untuk
mengontrol pergerakan berbagai subtansi. Otot-otot ini memungkinkan fungsi, seperti menelan,
buang air kecil, dan buang air besar, berada di bawah kendali sukarela. Otot rangka juga
melindungi organ dalam (terutama organ perut dan panggul) dengan bertindak sebagai
penghalang eksternal atau perisai terhadap trauma eksternal dan dengan mendukung berat organ.
Otot rangka berkontribusi pada pemeliharaan homeostasis dalam tubuh dengan menghasilkan
panas. Kontraksi otot membutuhkan energi, dan ketika ATP rusak, panas dihasilkan. Panas ini
sangat terlihat selama latihan, ketika gerakan otot yang berkelanjutan menyebabkan suhu tubuh
meningkat, dan dalam kasus dingin yang ekstrem, ketika menggigil menghasilkan kontraksi otot
rangka acak untuk menghasilkan panas.
Otot rangka adalah organ yang terdiri dari berbagai jaringan terintegrasi. Jaringan-jaringan
ini termasuk serat otot rangka, pembuluh darah, serabut saraf, dan jaringan ikat. Setiap otot
rangka memiliki tiga lapisan jaringan ikat (disebut "mysia") yang melingkupinya dan
memberikan struktur pada otot secara keseluruhan, dan juga memisah-misahkan serat otot dalam
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
17
otot (Gambar 1). Setiap otot dibungkus dalam selubung jaringan ikat padat dan tidak teratur yang
disebut epimysium, yang memungkinkan otot berkontraksi dan bergerak kuat sambil
mempertahankan integritas strukturalnya. Epimysium juga memisahkan otot dari jaringan dan
organ lain di daerah tersebut, memungkinkan otot untuk bergerak secara independen
Di dalam setiap otot rangka, serat-serat otot diorganisasikan ke dalam kumpulan individu,
masing-masing disebut fasikula, oleh lapisan tengah jaringan ikat yang disebut perimysium.
Organisasi fasikuler ini umum terjadi pada otot anggota tubuh; itu memungkinkan sistem saraf
untuk memicu gerakan otot tertentu dengan mengaktifkan subset serat otot dalam satu bundel,
atau fascicle otot. Di dalam setiap fasikula, setiap serat otot terbungkus dalam lapisan jaringan
ikat tipis dari kolagen dan serat retikuler yang disebut endomisium. Endomisium mengandung
cairan ekstraseluler dan nutrisi untuk mendukung serat otot. Nutrisi ini disuplai melalui darah ke
jaringan otot.
Pada otot rangka yang bekerja dengan tendon untuk menarik tulang, kolagen dalam tiga
lapisan jaringan (mysia) terjalin dengan kolagen tendon. Di ujung tendon lainnya, ia menyatu
dengan periosteum yang melapisi tulang. Ketegangan yang diciptakan oleh kontraksi serat otot
kemudian ditransfer melalui mysia, ke tendon, dan kemudian ke periosteum untuk menarik
tulang untuk pergerakan tulang. Di tempat lain, mysia dapat menyatu dengan selembar tendon
yang luas yang disebut aponeurosis, atau ke fascia, jaringan penghubung antara kulit dan tulang.
Lembaran luas jaringan ikat di punggung bawah tempat otot latissimus dorsi ("lat") menyatu
adalah contoh dari aponeurosis.
Setiap otot rangka juga kaya dipasok oleh pembuluh darah untuk makanan, pengiriman
oksigen, dan pembuangan limbah. Selain itu, setiap serat otot dalam otot rangka disuplai oleh
cabang akson dari motor neuron somatik, yang memberi sinyal serat untuk berkontraksi. Tidak
seperti otot jantung dan otot polos, satu-satunya cara untuk berkontraksi otot rangka secara
fungsional adalah melalui pensinyalan dari sistem saraf.
Penampilan lurik serat otot rangka disebabkan oleh pengaturan miofilamen aktin dan miosin
secara berurutan dari satu ujung serat otot ke ujung lainnya. Setiap paket mikrofilamen ini dan
proteinSpesialisasi lain dari otot rangka adalah tempat terminal neuron motorik bertemu dengan
serat otot — disebut neuromuscular junction (NMJ). Di sinilah serat otot pertama merespons
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
18
sinyal oleh neuron motorik. Setiap serat otot rangka di setiap otot rangka dipersarafi oleh neuron
motorik di NMJ. Sinyal eksitasi dari neuron adalah satu-satunya cara untuk mengaktifkan serat
secara fungsional untuk berkontraksi.
Figure 3. Motor End-Plate and Innervation. At the NMJ, the axon terminal releases ACh. The
motor end-plate is the location of the ACh-receptors in the muscle fiber sarcolemma. When ACh
molecules are released, they diffuse across a minute space called the synaptic cleft and bind to
the receptors
Pemberian sinyal dimulai ketika potensial aksi neuron berjalan di sepanjang akson neuron
motorik, dan kemudian sepanjang cabang individu untuk berakhir di NMJ. Di NMJ, terminal
akson melepaskan kurir kimia, atau neurotransmitter, yang disebut asetilkolin (ACh). Molekul
ACh berdifusi melintasi ruang semenit yang disebut celah sinaptik dan berikatan dengan reseptor
ACh yang terletak di dalam pelat ujung motor dari sarcolemma di sisi lain sinaps. Setelah ACh
mengikat, saluran dalam reseptor ACh terbuka dan ion bermuatan positif dapat melewati serat
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
19
otot, menyebabkannya terdepolarisasi, artinya potensi membran dari serat otot menjadi kurang
negatif (mendekati nol).
Urutan proses yang mengakibatkan kontraksi serat otot individu dimulai dengan sinyal —
neurotransmitter, ACh — dari neuron motor yang menginervasi serat itu. Membran lokal serat
akan mendepolarisasi saat ion natrium bermuatan positif (Na +) masuk, memicu potensial aksi
yang menyebar ke seluruh membran akan mendepolarisasi, termasuk tubulus-T. Ini memicu
pelepasan ion kalsium (Ca ++) dari penyimpanan di retikulum sarkoplasma (SR). Ca ++
kemudian memulai kontraksi, yang ditopang oleh ATP (Gambar 1). Selama ion Ca ++ tetap
berada di dalam sarkoplasma untuk berikatan dengan troponin, yang membuat situs pengikatan
aktin "tidak terlindung", dan selama ATP tersedia untuk menggerakkan lintas-jembatan dan
menarik untaian aktin oleh myosin, otot serat akan terus memendek hingga batas anatomis.
Figure 4. Contraction of a
Muscle Fiber. A cross-bridge
forms between actin and the
myosin heads triggering
contraction. As long as
Ca++ ions remain in the
sarcoplasm to bind to
troponin, and as long as
ATP is available, the muscle
fiber will continue to
shorten.
Kontraksi otot biasanya berhenti ketika pensinyalan dari ujung motor neuron, yang
merepolarisasi sarcolemma dan tubulus-T, dan menutup saluran kalsium tegangan-gated di SR.
Ion Ca ++ kemudian dipompa kembali ke SR, yang menyebabkan tropomyosin untuk
membentuk kembali (atau menutup kembali) situs pengikatan pada untaian aktin. Otot juga dapat
berhenti berkontraksi saat ATP habis dan menjadi lelah (Gambar 2)
. Figure 5. Relaxation of a
Muscle Fiber. Ca++ ions are
pumped back into the SR,
which causes the
tropomyosin to reshield the
binding sites on the actin
strands. A muscle may also
stop contracting when it
runs out of ATP and
becomes fatigued.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
20
Atrofi terjadi karena tidak digunakan dan kondisi otot dapat dikembalikan dengan olahraga,
atrofi otot seiring bertambahnya usia, disebut sebagai sarkopenia, bersifat ireversibel. Ini adalah
alasan utama mengapa bahkan atlet yang sangat terlatih menyerah pada penurunan kinerja
dengan usia. Penurunan ini terlihat pada atlet yang olahraganya membutuhkan kekuatan dan
gerakan yang kuat, seperti berlari, sedangkan efek usia kurang terlihat pada atlet yang memiliki
daya tahan seperti atlet lari maraton atau pesepeda jarak jauh. Seiring bertambahnya usia otot,
serat otot mati, dan mereka digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan adiposa (Gambar 3).
Gambar ini menunjukkan atrofi otot. Panel kiri menunjukkan otot normal dan panel kanan
menunjukkan otot yang berhenti berkembang.
Karena jaringan-jaringan itu tidak dapat berkontraksi dan menghasilkan kekuatan seperti
otot, otot kehilangan kemampuan untuk menghasilkan kontraksi yang kuat. Penurunan massa
otot menyebabkan hilangnya kekuatan, termasuk kekuatan yang dibutuhkan untuk postur dan
mobilitas. Ini mungkin disebabkan oleh pengurangan serat FG yang menghidrolisis ATP dengan
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
21
cepat untuk menghasilkan kontraksi pendek dan kuat. Otot pada orang tua kadang-kadang
memiliki jumlah serat SO yang lebih besar, yang bertanggung jawab untuk kontraksi yang lebih
lama dan tidak menghasilkan gerakan yang kuat. Mungkin juga ada pengurangan dalam ukuran
unit motorik, menghasilkan lebih sedikit serat yang distimulasi dan lebih sedikit ketegangan otot
yang dihasilkan.
Sarkopenia dapat ditunda sampai batas tertentu dengan berolahraga, karena pelatihan
menambahkan protein struktural dan menyebabkan perubahan seluler yang dapat mengimbangi
efek atrofi. Peningkatan olahraga dapat menghasilkan jumlah mitokondria seluler yang lebih
besar, meningkatkan kepadatan kapiler, dan meningkatkan massa dan kekuatan jaringan ikat.
Efek atrofi yang berkaitan dengan usia terutama diucapkan pada orang-orang yang menetap,
karena hilangnya sel-sel otot ditampilkan sebagai gangguan fungsional seperti masalah dengan
penggerak, keseimbangan, dan postur. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
masalah medis, seperti masalah persendian karena otot yang menstabilkan tulang dan persendian
melemah. Masalah dengan penggerak dan keseimbangan juga dapat menyebabkan berbagai
cedera karena jatuh.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
22
D. OTOT SKELETAL
Figure 8. Overview of the Muscular System. On the anterior and posterior views of
the muscular system above, superficial muscles (those at the surface) are shown on the right side of the body
while deep muscles (those underneath the superficial muscles) are shown on the left half of the body. For the
legs, superficial muscles are shown in the anterior view while the posterior view shows both superficial and
deep muscles.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
23
Figure 10. Muscles of the Eyes. (a) The extrinsic eye muscles originate outside of the
eye on the skull. (b) Each muscle inserts onto the eyeball.
Figure 12. Muscles of the Anterior Neck. The anterior muscles of the neck
facilitate swallowing and speech. The suprahyoid muscles originate from above the hyoid bone
in the chin region. The infrahyoid muscles originate below the hyoid bone in the lower neck.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
24
Figure 13. Posterior and Lateral Views of the Neck. The superficial and deep
muscles of the neck are responsible for moving the head, cervical vertebrae, and scapulas
Figure 3.
Muscles of the Figure 4. Intercostal Muscles. The
external intercostals are located laterally on the
Diaphragm. The diaphragm separates sides of the body. The internal intercostals are
the thoracic and abdominal cavitie located medially near the sternum. The innermost
intercostals are located deep to both the internal and
external intercostals
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
25
E. KARTILAGO
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi
fleksibel dan avaskuler. Suatu zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang
berada di perikondrium (jaringan fibrous yang menutupi kartilago atau melalui cairan
sinovial. Yang membentuk kartilago adalaj fibrous, hyaline dan elastic. Fibrokartilago
ditemukan pada intervertebral disk, artikular atau hyaline lembut, putih yang menutupi
permukaan tulang. Elastic kartilago bisa ditemukan di telinga luar.
F. LIGAMENT
Ligamen adalah pembalut/ selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan
elasts penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang
yang diikat oleh sendi.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dngan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
1. Jenis mobilitas yaitu:
a) Mobilitas penuh : fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh sseorang.
b) Mobilitas sebagian: ketidakmampuan bergerak secara bebas karena dipengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh yang dibagi menjadi
dua yaitu temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskulusskeletal misalnya dislokasi sendi dan tulang. Dan yang kedua mobilitas
sebagian permanen yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf yang reversibel
seperti hemiplegia karena stroke, peraplegia karen cedera tulang belakang,
poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Faktor yang mempengaruhi mobilitas yaitu:
a) Usia dan tingkat perkembangan tubuh
b) Pekerjaan
c) Gaya hidup
d) Kesehatan fusuk
e) Keadaan nutrisi
f) Emosi
g) Kelemahan neuromuskuler dan skeletal
h) Kebudayaan
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
26
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
27
CHAPTER 3
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT
PATOLOGIS SYSTEM MUSKULOSKLETAL
Perawatan menggunakan riwayat kesehatan dan pengkajian fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seseorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan
riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikologi pasien.
Riwayat kesehatan akan diperoleh pada saat kontak pertama kali dengan pasien untuk
menetapkan informasi dasar dan merumuskan diagnosa kesehatan meliputi informasi tentang
aktivitas hidup sehari-hari dan mencatat alat bantu juga mengkaji pola ambulasi klien dan
mencatat alat bantu ambulasi seperti kursi roda, tongkat, walker atau nyeri pada beberapa sendi
dan tetapkan lokasi, lama, faktor pencetus, nyeri otot, kram atau kelemahan.
Riwayat kesehatan yang dulu juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
kelainan muskuloskeletal sebelumnya berupa data kelainan kongenital, trauma, peradangan atau
faktor lain. Data yang didapatkan dapat dikaitkan dengan data dari sistem lain seperti nutrisi
yang dapat mengungkapkan definisi diet kelebihan berat badan dapat menambah stress pada
skeletal.
Sebelum memulai pengkajian sebaiknya perawat melakukan persiapan. Persiapan bagi
klien buatlah klien nyaman sebelum/ selama melakukan pemeriksaan dan hindari membuka
bagian tubuh yang tidak diperlukan.
Untuk memaksimalkan waktu dan proses pengkajian maka pengkajian harus dilakukan
secara sistematis yakni mulailah dari kepala sampai jari, dari proksimal ke distal atau dari tengah
ke bagian luar.
Ada tiga (3) hal yang perlu dikaji yaitu Nursing History, Physical Assessment dan
Diagnostic Study.
Pengkajian secara sistematis, teliti dan terarah dengan mengumpulkan data subyektif atau
data objektif dengan cara melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
28
d) Riwayat kesehatan masa lalu meliputi kondisi kesehatan yang mempunyai efek
langsung terhadap muskuloskeletal misalnya, penyakit masa kanak-kanak, trauma
kecelakaan: (fraktur, dislokasi, subluksasi, strain, sprain), kerusakan tulang rawan,
arthritis, osteomilitis, riwayat pengobatan misalnya kortikosteroid dapat
menimbulkan kelemahan otot. Riwayat hospitalisasi, pembedahan tulang/sendi
sebelumnya.
e) Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal –hal yang menimbulkan
gejala mendadak atau prlahan serta timbul untuk pertama kalinya atau perlahan serta
timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada
tidaknya gangguan pada sistem lainnya.
f) Masalah-masalah saat ini.
Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri/ mengunjungi
fasilitas kesehatan. keluhan utama pasien-pasien gangguan muskuloskeletal adalah:
sakit/nyeri deformitas kelainan fungsi. Namun demikian perawat dapat memfokuskan
pertanyaan pada adanya nyeri, kulit dirasakan menipis, kram, sakit tulang belakang,
kemerahan, bengkak, deformitas, pengurangan gerakan atau faktor- faktor lain yang
mempengarufi aktifitas sehari-hari. Untuk masing-masing gejala dimaksud gunakan
pertanyaan- pertanyaan sistem PQRST yaitu 1) provokative/paliative (apa
penyebabnya dan apa yang dapat membuta lebih baik gejalanya atau lebih buruk; 2)
Quality/quantity, kualitas/kuantitas (bagaimana klien merasakan gejala yang timbul);
3) region/radiation lokasi /penyebaran (dimana saja terjadi penyebaran); 4) scale
saverity, skala nyeri, tingkat beratnya masalah (bagaimana aktivitas sehari- hari
dipengaruhi oleh sakitnya); 5) timing/ waktu (kapan terjadinya, bagaimana terjadinya
tiba-tiba atau bertahap).
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
29
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
30
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan
strees pada sendi-sendi penyangga tubuh dan presisposisi terjadinya ketidak stabilan
ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah, kurangnya intake kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaiman menu makanan sehari-
hari, bagaimana konsumsi vitamin A,D , Kalsium dan protein yang merupakan zat
untuk menjaga kondisi musculoskeletal.
d. Aktivitas kegiatan sehari hari
Identifikafi pekerjaan klien dan aktifitasnya sehari hari. Kebiasaan membawa benda –
benda berat yang dapat menimbulkan strain oto dan jeni-jenis trauma lainnya. orang
yang beraktivitas mengakibatkan tonus ototnya menurun. Fraktur atau trauma dapat
timbul pada saat olah raga berlebihan. Pemakaian hak sepatu yang tinggi dapat
menimbulkan kontraksi pada tendon akhiles dan dapat terjadi dislokasi.
e. Revie secara sistem yang dapat menunjukkan adanya problem muskuloskeletal
seperti: Tachicardia, hipertensi—gout, Perubahan kulit (kering ibu jari, telunjuk)—
carpal tunnel syndrome/CTS
2) Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara sistematis untuk
menghindari kesalahan. Bila mungkin gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien
dapat bergerak bebas saat dilakukan periksaan gerak/ berjalan.
Alat yang diperlukan yaitu: Meteran pita, pulpen (penanda kulit), dan Goniometri.
a) Inspeksi dan palpasi lakukan LMF(LOOK, FEEL, dan Move).
Inspeksi Cara Berdiri & Berjalan:
– Dasar topangan: BB tersebar merata
– Stabilitas: mampu berdiri dg jari kaki, kaki kiri/kaki kanan
– Fostur: tegak
– Posisi kaki: ibu jari lurus ke depan
Inspeksi Anggota Gerak Atas & Bawah
- Catat ukuran & kontur sendi.
- Inspeksi kulit & jaringan sekitar sendi: warna, pembengkakan, & massa atau
deformitas.
- Inspeksi kelompok otot: ukuran dan kesimetrisannya. Adanya pembengkakan
bermakna adalah tanda iritasi sendi.
Palpasi Anggota Gerak Atas & Bawah
- Palpasi tulang dan otot disekitarnya: suhu, tenderness, pembengkakan, fluktuasi,
krepitasi, resistensi terhadap tekanan, dan tonus otot.
b) Range of Motion
ROM aktif dan pasif untuk setiap sendi dan kelompok otot terkait, catatlah:
- Adanya nyeri
- Keterbatasan gerak
- Spastis
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
31
- Instabiltas sendi
- Deformitas
- Kontraktur
Bandingkan otot-otot dan sendi-sendi kanan dan kiri (bilateral) ukur gerak sendi/ ROM
dengan goniometer.
NILAI KETERANGAN
Lakukan perkusi untuk mengetahui adanya cairan dalam rongga sndi. Lakukan auskultasi guna
mengetahui adanya kelainan pada vaskuler dan krepitasi. Selama pengkajian lakukan dengan
cara duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontraindikasi pada klien.
Pertama, pada waktu duduk lakukan pengamatan secara umum dan tegaknya tubuh.
Periksa kepala, leher, bahu dan ekstrmitas atas. Berikutnya klien berdiri dan periksa dada,
punggung dan illium. Observasi juga hubungan antara tubuh yang lain, misalnya hubungan
anatar kaki dengan tungkai, tungkai dengan panggul dan panggul dengan pelvis. Mintalah pasien
untuk berjalan dan observasi mobilitas tumpuannya, gerakan sendi, amati adanya
ketidaknyamanan, kekakuan sendi dan kelemahan otot, kurangnya kordinasi atau deformitas.
Observasi adanya deformintas spinal misal kifosi, skoliosis, lordosi. Observasi pula danya
genuvarum dan valgum.
Terakhir klien diperiksa dengan posisi tidur, lakukan pemeriksaan pada panggul, lutut,
tumit dan kaki. Kemampuan fisik banyak dipengaruhi oleh sistem persyarafan untuk itu perlu
memahami konsep persyarafan guna mempermudah pemeriksaan fisik. Misalnya untuk
ekstremitas atas dipersyarafi oleh percabangan pleksus brakhialis. Untuk fleksi siku dipengaruhi
oleh saraf C5, C 6 sedangkan eksistensi siku oleh C7, C8 demikian seterusnya.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
32
f) Inspeksi-Palpasi Bahu
- Inspeksi: ukuran, kesimetrisannya, kontur, dislokasi atau lempeng skapula.
- Palpasi: sendi dan otot, catat adanya spasme atau atropi otot, pembengkakan, panas atau
tenderness.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
33
- Kaji ROM:
a. Forward flexion : 180 °.
b. Hyperextension : 50 °.
c. Abduction : 180 °.
d. Adduction : 50 °.
e. Internal &external rotation: 90 °
f. Shrug: evaluate shoulder girdle muscles and cranial nerve XI.
h) Inspeksi-Palpasi Siku
- Inspeksi: kontur, sudut gerakan, nodul subcutan.
- Palpasi: prosesus olecranon dan epicondyles medial &lateral, note tenderness,
pembengkakkan, penebalan.
- Kaji ROM Siku:
a. Flexion : 160°
b. Extension : 180°
c. Pronation : 90°
d. Supination : 90°
- Kekuatan otot:
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
34
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
35
- Tinel sign—
Perkusi langsung pada lokasi saraf median di pergelangan tangan tidak menghasilkan
gejala di tangan normal.
j) Inspeksi-Palpasi Hip
- Inspect: kesimetrisannya, ukuran, lipatan gluteal.
- Palpasi: stabilitas, tenderness.
- Kaji ROM:
o Flexion : 90 °
o Hyperextension : 30 °
o Abduction and adduction
o Internal rotation : 40 °
o External rotation : 45 °
- Patrick’s test.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
36
- Inspeksi: Bentuk dan kontur sendi lutut, lalu cek tanda pembengkakan, dan otot
kuakdisep di anterior femur akan adanya atropi.
- Palpasi: Mulai pada bagian depan femur, sekitar 10 cm di atas peleta. Palpasi dengan ibu
jari kiri anda dan area suprapatela. Catat konsistensi jaringan.
- Kaji ROM:
o Flexion : 130 °
o Extension : 30 ° untuk ekstensi penuh
o Hyperextension: 15 °
- Menilai kekuatan otot: meminta paien untuk mempertahankan fleksi lutut saat Anda
melawan dengan mencoba untuk menarik kaki ke depan.
Bulge sign
a) Gerakan dengan hati-hati pada bagian medial lutut dua atau tiga kali untuk mengetahui
pergerakan cairan.
b) Tekan bagian lateral.
c) Perhatikan sisi medial di untuk mengenali adanya gelombang cairan.
Ballottement Patella-
1. Gunakan tangan kiri Anda untuk menekan kantong suprapatellar untuk memindahkan
cairan yang ada ke dalam sendi lutut.
2. Dengan tangan kanan, dorong patela ke tulang paha.
McMurray test-
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
37
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
38
Beriku ini gambaran tentang kelainan-kelainan yang banyak terjadi pada masing-masing
regio yang mengalami sakit.
1. Regio leher, kelainan yang terjadi antara lain: servical spondilitas, trauma, rhematoid
arthritis, infeksi dan neoflasma.
2. Regio bahu, kelainan yang menyertai antara lain frozenshoulder trauma, calcifying
tendinitis, dislokasi sendi bahu, dan infeksi
3. Regio siku berupa trauma, tennis, elbow, bursitis olekranon, pulled elbow, infeksi, myositis
ossificans.
4. Regio pergelangan tangan, berupa trauma ganglion, peradangan dan carpal tunnel syindrom.
5. Regio tangan, berupa trauma, inflamasi, tumor, penyakit degeneratif.
6. Regio tulang belakang berupa skoliosis, infeksi HNP (hernia Nucleus Pulposus), metastase
tumor, trauma, kelainan kongenital, osteoarthritis.
7. Regio panggul, berupa congenital dislocation of hip, infeksi, slipped capital epiphysis,
transien synovitas, trauma.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
39
8. Regio lutut, berupa trauma, infeksi, penyakit degeneratif, dislokasi patela berulang, normal
variasi genu valgum atau genu varum.
9. Regio pergelangan kaki, berupa trauma, infalamasi, ruptur tendon akhiles
10. Regio kaki, berupa CTEV (congenital talipes equino varus), flat foot, hallux valgus
inflamasi, plantas fasciitis.
3) Pemeriksaan psikososial
Berdasarkan data riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik maka perawat dapat
mengantisipasi masalah-masalah psikososial. Contohnya pasien dngan multiple fraktur yang
harus imobilisasi lama dan pengobatan yang lama beresiko terjadi perubahan sensori.
Menjalani perawatan yang lama atau cacat permanen menyebabkan klien kehilangan
pekerjaan. Stress dapat terjadi pada klien yang mengalami nyeri kronis.
Deformitas akibat penyakit atau muskuloskeletal dapat menimbulkan perubahan “body
image” dan konsep diri. Serta perasaan lain berupa cemas, ketakutan, merasa tak berdaya dan
lain lain.
2) Myelografi
Myelografi dilaksanakan dengan memasukkan zat kontras ke rogga sucarachnoid pada
spinal, biasanya melalui lumbal pungsi. Pemeriksaan ini untuk melihat kondisi kolumna
vertebralis, rongga intervertebra, syaraf-syaraf spinal dan pembuluh darah. Untuk
pemeriksaan ini pasien terlebih dahulu dipersiapkan yaitu malam sampai pagi sebelum
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
40
pemeriksaan, perawat meningkatkan kebutuhan cairan secara oral atau intravena untuk
mempertahankan hidrasi. Dalam hal ini dibutuhkan cairan yang edekuat untuk
mempertahankan keseimbangan cairan serebrospinal, mencegah dehidrasi, persiapan bila
setelah pemeriksaan pasien muntah ( dibutuhkan cairan kurang lebih 3000cc). phenothiazin
dan obat- obat depresan atau stimulan tidak boleh diberikan pada 48 jam sebelum
pemeriksaan. Perawat perlu menanyakan riwayat alergi terhadap “iodine” atau makanan
laut, riwayat gangguan hepar atau ginjal, karena sebagian media didasari “iodine” yang
dapat menimbulkan alergi (anafilaksis). Sedangkan metabolisme dan eksresi zat kontras
tergantung pada fungsi hati dan ginjal.
Perawat memberikan penjelasan tentang prosesdur selama dan setelah pemeriksaan.
Sebagian klien merasa cemas dengan prosedur penusukan jarum ke spinal yang
dikhawatirkan akan terjadi paralisis. Perawat menjelaskan bahwa resiko untuk terjadinya
kerusakan neurologik adalah kecil karena suntikan dibawah spinal cord. Setelah
pemeriksaan posisi tidur klien lurus terlentang minimal 8 jam dan ada yang 24 jam baru
dizinkan miring kiri dan kanan. Namun tetap mengikuti kebijakan dari rumah sakit.
Pengamatan posisi ini tergantung pula pada jenis zat/media yang digunakan, misalnya pasien
yang mendapatkan metrizimade posisi 15-450 selama 8-16 jam. Selain hal tersebut perawat
mengevaluasi/ memonitor status neutrologi pasien selama 24 jam biasanya setiap 4 jam
sekali.
Sebelum melakukan pemeriksaan Myelografi ini pasien harus melakukan persiapan
sebagai berikut :
· Puasa 5 jam sebelum pemeriksaan
· Berikan penjelasan tentang prosedure pemeriksaan
· Foto pendahuluan : posisi AP dan Lateral dari objek yang akan diperiksa.
· Premedikasi ( bila diperlukan, mis : Scopolamine / Omnopon )
4) Biobsi Tulang
Spesimen pada biopsi tulang diambil secara mikroskopik. Ada dua tehnik yang
digunakan yaitu tertutup dengan menggunakan jarum dan terbuka yaitu insisi. Persiapan
klien yaitu dengan menjelaskan tentang prosedur yang digunakan. Tehnik terbuka lebih
memerlukan persiapan.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
41
5) Biopsi otot
Biopsi otot dilakukan untuk mendiagnosa adanya atrofi (distrofi otot) dan peradangan
(polimiositis). Prosedur biopsi otot sama dengan biopsi tulang.
6) Elektromiografi (EMG)
EMG biasanya dilakukan untuk menentukan potensi elektrolit otot. EMG membantu
untuk mendiagnosa adanya kerusakan neuromuskular, LMN (low Motorik Neuron), dan
syaraf-syaraf tepi. Klien perlu diberitahukan bahwa pemeriksaan ini dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman karena jarum elektroda yang masuk ke otot. Setelah pemeriksaan perawat
memebantu mengatasi rasa tidak nyaman dan mengobservasi apakah terdapat hematom pada
bekas tususkan jarum. Untuk itu dapat diberikan kompres dingin.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
42
7) Arthroscopy
Pemeriksaan ini menggunakan arthroscope yang dimasukkan ke persendian dan dapat
dilihat langsung kelainan yang nampak. Kilen diberikan informasi sebelum pemeriksaan
yaitu akan dilakukan tususkan pada lutut (biasanya pemeriksaan ini sering untuk memeriksa
lutut). Pasien akan dianastesi secara epidural atau spinal. Setelah pemeriksaan dilakukan
observasi khususnya 24 jam setelah pemeriksaan. Biasanya pasien dapat segera melakukan
aktivitas sehari.
Arthroscopy, yaitu tindakan minimalis pasif untuk menangani cedera sendi termasuk
lutut. Arthroscopy dilakukan oleh dokter spesialis orthopedi dengan cara memasukkan alat
kamera (endoscopic camera) ke bagian persendian seperti bahu, siku, panggul, angkle dan
lutut yang mengalami cedera. Dalam dunia ortopedi, Arthroscopy difungsikan untuk
menegakkan diagnosa dokter tanpa harus MRI. “Arthroscopy memungkinkan dokter
spesialis Orthopedic untuk melihat ke dalam sendi anda tanpa harus membuat sayatan besar”
Umumnya Arthroscopy digunakan pada pasien yang mengalami cedera saat berolahraga
seperti cedera lutut, cedera miniscus, hingga ligamen. Untuk cedera bahu, biasanya untuk
pasien yang mengalami bahu nyeri dan kaku (frozen shoulder). Selain itu, Arthroscopy dapat
digunakan pada orang lanjut usia atau pada kelainan degeneratif untuk membersihkan
pengapuran.
-hari.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
43
9) Ultrasonagrafi
Pada gangguan muskuloskeletal USG digunakan untuk mendeteksi gangguan pada
jaringan yang lunak seperti adanya masa dan akumulasi cairan. Pemeriksaan ultrasound
menggunakan sistem gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan yang
diperiksa. Sebelum pemeriksaan diolesi jelly pada kulit diatas jaringan yang akan diperiksa
untuk memudahkan gerakan alat. Untuk pemeriksaan USG tidak ada persiapan maupuan
perawatan khusus.
Referensi :
Risnanto dan Uswani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish
Anatomi and physiology I diakses melalui: https://courses.lumenlearning.com/suny-ap1/
Evelyn C. Pearce. (2009). Anatomy and physiologi for nurses. Jakarta: Gramedia.
Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli