Anaotomi Fisiologi Muskuloskletal
Anaotomi Fisiologi Muskuloskletal
2020
KATA PENGANTAR
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
CHAPTER I......................................................................................................Error! Bookmark not defined.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN....................................................Error! Bookmark not defined.
A. DEFINISI.............................................................................................Error! Bookmark not defined.
CHAPTER 2.....................................................................................................Error! Bookmark not defined.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MYSCULOSKELETAL.......................................................................................3
A. DEFINISI.............................................................................................Error! Bookmark not defined.
B. PEMBAGIAN TULANG......................................................................................................................4
CHAPTER 3.................................................................................................................................................16
ANATOMI FISIOLOGI OTOT........................................................................................................................16
A. JENIS OTOT...................................................................................................................................16
CHAPTER 3.................................................................................................................................................46
ANATOMI FISIOLOGI PERSARAFAN............................................................................................................46
Otak dan sumsum tulang belakang adalah sistem saraf pusat, dan mereka mewakili organ utama sistem
saraf. Sumsum tulang belakang adalah struktur tunggal, sedangkan otak orang dewasa dijelaskan dalam
empat wilayah utama: otak besar, diencephalon, batang otak, dan otak kecil. Pengalaman sadar
seseorang didasarkan pada aktivitas saraf di otak. Regulasi homeostasis diatur oleh daerah khusus di
otak. Koordinasi refleks tergantung pada integrasi jalur sensorik dan motorik di sumsum tulang belakang
.................................................................................................................................................................. 46
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
3
CHAPTER I
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
Tujuan pembelajaran :
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mamhasiswa mampu:
1. Menjelaskan anatomi sistem tulang, persendian dan otot dengan benar
2. Menjelaskan fisiologi sistem tulang, persendian dan otot dengan benar
Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan untuk melindungi dan menggerakkan
tubuh dengan jumlah tulang 206. Rangka merupakan pelindung organ internal dari kerusakan
dan pembentuk struktur tubuh. Sementara rangka tidak dapat bergerak sendirinya sehingga harus
dibantu oleh sendi, ligament dan tendon. Komponen muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot,
ligament, tendon, fascia, bursae dan persendian.
A. ANATOMI TULANG
Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang melalui proses “osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakkukan oleh sel-sek yang disebut “osteoblast”
Definisi Tulang merupakan jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah bila terdapat
tekanan yang mengenai tulang dan disebut juga jaringan dinamis karena terus menerus
memperbaiki diri. (Risnanto,
Tulang atau jaringan tulang merupakan jaringan penyambung dengan matriks yang
diperkuat oleh mineral (kalsium phospat).
Tulang membentuk sistem skeletal dari jaringan tulang, sumsum tulang, kartilago (tulang
rawan), dan periosteum.
Fungsi tulang yakni: Alat gerak pasif, Tempat melekatnya otot, Mendukung dan
melindungi jaringan lunak dan organ vital disekitarnya. Tulang juga berfungsi membentuk tubuh
dan memproduksi sel darah merah serta garam mineral seperti fosfor dan kalsium.
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organik (hidup) dan 70% endapan garam.
Bahan organik disebut matrik dan terdiri dari lebih 90% serat kolagen dan kurang dari 10%
proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama dalam bentuk kalsium, fosfat,
natrium, kalium, karbonat dan ion magnesium menyebabkan tulang resistensi terhadap
renggangan dan mampu menahan beban.
Setiap tulang terdapat kanal atau saluran Havers yakni berisi saraf, pembuluh darah dan
saluran limfe. (Pearce, 2009).
Pembentukan tulang terjadi secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan
penebalan tulang. Faktor yang mempengaruhi pembentukan tulang yaitu rangsangan hormon,
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
4
nutrisi dan jumlah stres yang dibebankan pada tulang dan pertumbuhan sel-sel pembentuk tulang
yang disebut osteoblas.
Terdapat dua jenis sel tulang yang terlibat dalm pembentukan tulang, yaitu osteoblas
yang membangun tulang dan osteoklas yang menghancurkan tulang.
Osteoblas terdapat dipermukaan bangin luar dan dalam tulang yang dapat berespon
terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Pada saat pertama sekali
dibentuk osteoblas disebut matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari kalsium mulai
mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan. Sebagian dari
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteosit dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring
dengan terbentuknya tulang, osteosit memebntuk tonjolan yang menghubungkan osteosit satu
dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik ditulang.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorbsi yang terjadi bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penguraian tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas.
Osteoklas merupakan sel fagositik multinukleas besar yang berasal dari sel monosit yang
terdapat di tulang. Osteoklas terdapat di bagian kcil potongan tulang, memfagosittulang sedikit
demi sedikit. Kemudian Osteoblas mulai mengisi daerah yang kosong.
Keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus
memperbaharui atau mengalami remodeling. Pada usia anak dan remaja proses osteoblas
melebihi aktivitas osteoklas sehingga jika terjadi fraktur waktu penyembuhannya menjadi lebih
cepat. Sedangkan pada lansia kebalikannya sehingga kepadatan tulang mulai berkurang.
B. FISIOLOGI TULANG
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
1) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak dan paru-paru serta jaringan lunak).
C. PEMBAGIAN TULANG
a. Menurut jaringan yang membentuk terdapat 2 jenis tulang
a. Tulang kompakta: secara makrokopis terlihat padat, namun jika diperikasa dengan
mikroskop tulang terdiri dari sistem Havers.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
5
b. Tulang spongiosa: tampak keras seperti tulang lainnya namun bila dilihat secara
microskopis terlihat berlubang- lubang.
b. Menurut bentuknya tulang terbagi 6 kategori
a. Tulang panjang (os longum)
b. Tulang pendek (os breve)
c. Tulang pipih (os planum)
d. Tulang tidak beraturan (os irregular)
e. Tulang berlobang/ berongga ( os pneumaticum/ os cavernosum)
f. Tulang/ jaringan yang mirip tulang (os sesamoideum)
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
6
2. Skeleton axial
a. Skull (tengkorak)
i. Cranium dan tulang muka
1. Neurocranium ( tulang yang mengelilingi otak)
Calvaria
o Os frontale ( tulang dahi)
o Os parietal (tulang ubun-ubun)
o Os occipitale (tulang belakang kepala)
o Os temporal (tulang pelipis)
Basis cranii
o Sebagian os parietal, frontal dan temporal
o Os sphenoidale ( seperti kupu-kupu)
o Os etmoidale ( tulang tapis)
2. Splancho cranium ( tulang pembentuk otak)
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
7
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
8
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
9
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
10
Extremitas superior
Cingulum membri superior (shoulder Girdle) gelang bahu
Os clavicula (tulang selangka)
Os scapula (tulang belikat)
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
11
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
12
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
13
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
14
Extremitas inferior
Cingulum membri inferior (pelvic Girdle) gelang panggul
Extremitas libera
o Os femur
o Os fibula
o Patella
o Ossa tarsalia
o Ossa digitorum pedis
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
15
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
16
CHAPTER 2
ANATOMI FISIOLOGI OTOT
Otot merupakan jaringan peka rangsangan (eksitable) yang dapat dirangsang secara kimia,
listrik dan mekanik. Otot merupakan alat gerak aktif yang mmampu menggerakkan tulang, kulit
dan rambut setelah mendapat rangsangan.
A. Kemampuan otot
1. Kontraktibilitas: kemampuan untuk berkontraksi/ memendek
2. Ekstensibilitas: kemampuan untu melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang
ditimbulkan saat kontraksi
3. Elastisitas: kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi
yang disebut relaksasi.
B. JENIS OTOT
1. Otot lurik merupakan otot rangka/ otot serat lintang/ musculus striated atau otot
volunter. Strukturnya terdiri dari serabut panjang, berwarna lurik dengan garis terang dan
gelap memiliki inti dalam jumlah yang banyak dan terletak dipinggir. Otot lurik
berkontraksi menurut kehendak (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan nya
cepat , kuat, mudah lelah dan tidak beraturan. Bentuk luriknya silindris, lurik/garis
melintang, banyak intisel, melekat pada rangka,dan pengendaliannya secara sadar.
2. Otot polos merupakan otot alat- alat dalam/ viceral/ musculus nonstriated/ otot
involunter. Strukturnya beerbentuk serabut panjang seperti kumparan dengan ujung
runcing dengan inti berjumlah satu terletak dibagian tengah. Kontraksinya tidak menurut
kehendak atau diluar sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Yang dikendalikan oleh sistem syarat otonom, terdapat pada saluran pencernaan,
perkemihan, pembuluh darah dan lain-lain.
3. Otot jantung merupakan otot myocardium/ musculus cardiac/ jenis otot involunter.
Strukturnya berbentuk serabut memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis
terang dan gelap. Memiliki satu inti terletak ditengah. Kemampuan kontraksinya tidak
menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Figure 1. The Three Types of Muscle Tissue. The body contains three types of muscle tissue: (a) skeletal muscle,
(b) smooth muscle, and (c) cardiac muscle. From top, LM × 1600, LM × 1600, LM × 1600. (Micrographs
provided by the Regents of University of Michigan Medical School © 2012)
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
17
Ketiga jaringan otot memeliki beberapa sifat yang sama yang disebut excitability yakni
ketikanya menunjukkan kemampuan rangsangan membran plasma yang dapat mengubah
keadaan listrik (dari terpolarisasi menjadi terdepolarisasi) dan mengirimkan gelombang listik
yang disebut potensial aksi disepanjang membran. Sementara sistem saraf pada ketiga otot
berbeda-beda. Pada otot jantung dan otot polos sampai pada batas tertentu sedangkan otot rangka
sepenuhnya bergantung pada sistem saraf untuk bisa merespon dengan baik namun pada otot
polos dan otot jantung mampu merepon rangsangan lain seperti hormon dan rangsangan lokal.
Otot memulai proses kontraksi (pemendekan) yang sebenarnya ketika protein yang disebut
actin ditarik oleh protein yang disebut myosin. Ini terjadi pada otot lurik (skeletal dan jantung)
setelah bagian pengikatan spesifik pada actin telah diekspos sebagai respons terhadap interaksi
antara ion kalsium (Ca ++) dan protein (troponin dan tropomyosin) yang “melindungi” bagian
pengikatan actin. Ca ++ juga diperlukan untuk kontraksi otot polos, walaupun perannya berbeda:
di sini Ca ++ mengaktifkan enzim, yang pada gilirannya mengaktifkan kepala myosin. Semua
otot membutuhkan adenosin trifosfat (ATP) untuk melanjutkan proses kontraksi, dan semua otot
rileks ketika Ca ++ dilepaskan dan situs pengikatan aktin dilindungi kembali.
Otot dapat kembali ke panjang aslinya ketika keadaan rileks karena kualitas jaringan otot
yang disebut elastisitas yang kembali ke panjang aslinya karena serat elastis. Jaringan otot juga
memiliki kualitas ekstensibilitas; itu bisa meregang atau memanjang. Kontraktilitas
memungkinkan jaringan otot untuk menarik titik perlekatannya dan memendek dengan kekuatan.
Kemampuan dari otot rangka yaitu mampu berkontraksi dan menyebabkan gerakan, dan
menghentikan gerakan seperti menahan gravitasi untuk mempertahankan postur tubuh dan dapat
seimbang dalam posisi apapun. Otot juga mencegah terjadinya pergerakan sendi yang
berlebihan, menjaga stabilitas tulang dan mencegah kerusakan atau deformasi struktur rangka.
Otot rangka terletak diseluruh tubuh selain di saluran internal yang berfungsi untuk
mengontrol pergerakan berbagai subtansi. Otot-otot ini memungkinkan fungsi, seperti menelan,
buang air kecil, dan buang air besar, berada di bawah kendali sukarela. Otot rangka juga
melindungi organ dalam (terutama organ perut dan panggul) dengan bertindak sebagai
penghalang eksternal atau perisai terhadap trauma eksternal dan dengan mendukung berat organ.
Otot rangka berkontribusi pada pemeliharaan homeostasis dalam tubuh dengan menghasilkan
panas. Kontraksi otot membutuhkan energi, dan ketika ATP rusak, panas dihasilkan. Panas ini
sangat terlihat selama latihan, ketika gerakan otot yang berkelanjutan menyebabkan suhu tubuh
meningkat, dan dalam kasus dingin yang ekstrem, ketika menggigil menghasilkan kontraksi otot
rangka acak untuk menghasilkan panas.
Otot rangka adalah organ yang terdiri dari berbagai jaringan terintegrasi. Jaringan-jaringan
ini termasuk serat otot rangka, pembuluh darah, serabut saraf, dan jaringan ikat. Setiap otot
rangka memiliki tiga lapisan jaringan ikat (disebut "mysia") yang melingkupinya dan
memberikan struktur pada otot secara keseluruhan, dan juga memisah-misahkan serat otot dalam
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
18
otot (Gambar 1). Setiap otot dibungkus dalam selubung jaringan ikat padat dan tidak teratur yang
disebut epimysium, yang memungkinkan otot berkontraksi dan bergerak kuat sambil
mempertahankan integritas strukturalnya. Epimysium juga memisahkan otot dari jaringan dan
organ lain di daerah tersebut, memungkinkan otot untuk bergerak secara independen
Di dalam setiap otot rangka, serat-serat otot diorganisasikan ke dalam kumpulan individu,
masing-masing disebut fasikula, oleh lapisan tengah jaringan ikat yang disebut perimysium.
Organisasi fasikuler ini umum terjadi pada otot anggota tubuh; itu memungkinkan sistem saraf
untuk memicu gerakan otot tertentu dengan mengaktifkan subset serat otot dalam satu bundel,
atau fascicle otot. Di dalam setiap fasikula, setiap serat otot terbungkus dalam lapisan jaringan
ikat tipis dari kolagen dan serat retikuler yang disebut endomisium. Endomisium mengandung
cairan ekstraseluler dan nutrisi untuk mendukung serat otot. Nutrisi ini disuplai melalui darah ke
jaringan otot.
Pada otot rangka yang bekerja dengan tendon untuk menarik tulang, kolagen dalam tiga
lapisan jaringan (mysia) terjalin dengan kolagen tendon. Di ujung tendon lainnya, ia menyatu
dengan periosteum yang melapisi tulang. Ketegangan yang diciptakan oleh kontraksi serat otot
kemudian ditransfer melalui mysia, ke tendon, dan kemudian ke periosteum untuk menarik
tulang untuk pergerakan tulang. Di tempat lain, mysia dapat menyatu dengan selembar tendon
yang luas yang disebut aponeurosis, atau ke fascia, jaringan penghubung antara kulit dan tulang.
Lembaran luas jaringan ikat di punggung bawah tempat otot latissimus dorsi ("lat") menyatu
adalah contoh dari aponeurosis.
Setiap otot rangka juga kaya dipasok oleh pembuluh darah untuk makanan, pengiriman
oksigen, dan pembuangan limbah. Selain itu, setiap serat otot dalam otot rangka disuplai oleh
cabang akson dari motor neuron somatik, yang memberi sinyal serat untuk berkontraksi. Tidak
seperti otot jantung dan otot polos, satu-satunya cara untuk berkontraksi otot rangka secara
fungsional adalah melalui pensinyalan dari sistem saraf.
Penampilan lurik serat otot rangka disebabkan oleh pengaturan miofilamen aktin dan miosin
secara berurutan dari satu ujung serat otot ke ujung lainnya. Setiap paket mikrofilamen ini dan
proteinSpesialisasi lain dari otot rangka adalah tempat terminal neuron motorik bertemu dengan
serat otot — disebut neuromuscular junction (NMJ). Di sinilah serat otot pertama merespons
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
19
sinyal oleh neuron motorik. Setiap serat otot rangka di setiap otot rangka dipersarafi oleh neuron
motorik di NMJ. Sinyal eksitasi dari neuron adalah satu-satunya cara untuk mengaktifkan serat
secara fungsional untuk berkontraksi.
Figure 4. Motor End-Plate and Innervation. At the NMJ, the axon terminal releases ACh. The motor end-plate is
the location of the ACh-receptors in the muscle fiber sarcolemma. When ACh molecules are released, they
diffuse across a minute space called the synaptic cleft and bind to the receptors
Pemberian sinyal dimulai ketika potensial aksi neuron berjalan di sepanjang akson neuron
motorik, dan kemudian sepanjang cabang individu untuk berakhir di NMJ. Di NMJ, terminal
akson melepaskan kurir kimia, atau neurotransmitter, yang disebut asetilkolin (ACh). Molekul
ACh berdifusi melintasi ruang semenit yang disebut celah sinaptik dan berikatan dengan reseptor
ACh yang terletak di dalam pelat ujung motor dari sarcolemma di sisi lain sinaps. Setelah ACh
mengikat, saluran dalam reseptor ACh terbuka dan ion bermuatan positif dapat melewati serat
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
20
otot, menyebabkannya terdepolarisasi, artinya potensi membran dari serat otot menjadi kurang
negatif (mendekati nol).
Urutan proses yang mengakibatkan kontraksi serat otot individu dimulai dengan sinyal —
neurotransmitter, ACh — dari neuron motor yang menginervasi serat itu. Membran lokal serat
akan mendepolarisasi saat ion natrium bermuatan positif (Na +) masuk, memicu potensial aksi
yang menyebar ke seluruh membran akan mendepolarisasi, termasuk tubulus-T. Ini memicu
pelepasan ion kalsium (Ca ++) dari penyimpanan di retikulum sarkoplasma (SR). Ca ++
kemudian memulai kontraksi, yang ditopang oleh ATP (Gambar 1). Selama ion Ca ++ tetap
berada di dalam sarkoplasma untuk berikatan dengan troponin, yang membuat situs pengikatan
aktin "tidak terlindung", dan selama ATP tersedia untuk menggerakkan lintas-jembatan dan
menarik untaian aktin oleh myosin, otot serat akan terus memendek hingga batas anatomis.
Figure 1. Contraction of a
Muscle Fiber. A cross-bridge
forms between actin and the
myosin heads triggering
contraction. As long as Ca++
ions remain in the sarcoplasm to
bind to troponin, and as long as
ATP is available, the muscle
fiber will continue to shorten.
Kontraksi otot biasanya berhenti ketika pensinyalan dari ujung motor neuron, yang
merepolarisasi sarcolemma dan tubulus-T, dan menutup saluran kalsium tegangan-gated di SR.
Ion Ca ++ kemudian dipompa kembali ke SR, yang menyebabkan tropomyosin untuk
membentuk kembali (atau menutup kembali) situs pengikatan pada untaian aktin. Otot juga dapat
berhenti berkontraksi saat ATP habis dan menjadi lelah (Gambar 2)
. Figure 2. Relaxation of a
Muscle Fiber. Ca++ ions are
pumped back into the SR, which
causes the tropomyosin to
reshield the binding sites on the
actin strands. A muscle may also
stop contracting when it runs out
of ATP and becomes fatigued.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
21
Atrofi terjadi karena tidak digunakan dan kondisi otot dapat dikembalikan dengan olahraga,
atrofi otot seiring bertambahnya usia, disebut sebagai sarkopenia, bersifat ireversibel. Ini adalah
alasan utama mengapa bahkan atlet yang sangat terlatih menyerah pada penurunan kinerja
dengan usia. Penurunan ini terlihat pada atlet yang olahraganya membutuhkan kekuatan dan
gerakan yang kuat, seperti berlari, sedangkan efek usia kurang terlihat pada atlet yang memiliki
daya tahan seperti atlet lari maraton atau pesepeda jarak jauh. Seiring bertambahnya usia otot,
serat otot mati, dan mereka digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan adiposa (Gambar 3).
Gambar ini menunjukkan atrofi otot. Panel kiri menunjukkan otot normal dan panel kanan
menunjukkan otot yang berhenti berkembang.
Karena jaringan-jaringan itu tidak dapat berkontraksi dan menghasilkan kekuatan seperti
otot, otot kehilangan kemampuan untuk menghasilkan kontraksi yang kuat. Penurunan massa
otot menyebabkan hilangnya kekuatan, termasuk kekuatan yang dibutuhkan untuk postur dan
mobilitas. Ini mungkin disebabkan oleh pengurangan serat FG yang menghidrolisis ATP dengan
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
22
cepat untuk menghasilkan kontraksi pendek dan kuat. Otot pada orang tua kadang-kadang
memiliki jumlah serat SO yang lebih besar, yang bertanggung jawab untuk kontraksi yang lebih
lama dan tidak menghasilkan gerakan yang kuat. Mungkin juga ada pengurangan dalam ukuran
unit motorik, menghasilkan lebih sedikit serat yang distimulasi dan lebih sedikit ketegangan otot
yang dihasilkan.
Sarkopenia dapat ditunda sampai batas tertentu dengan berolahraga, karena pelatihan
menambahkan protein struktural dan menyebabkan perubahan seluler yang dapat mengimbangi
efek atrofi. Peningkatan olahraga dapat menghasilkan jumlah mitokondria seluler yang lebih
besar, meningkatkan kepadatan kapiler, dan meningkatkan massa dan kekuatan jaringan ikat.
Efek atrofi yang berkaitan dengan usia terutama diucapkan pada orang-orang yang menetap,
karena hilangnya sel-sel otot ditampilkan sebagai gangguan fungsional seperti masalah dengan
penggerak, keseimbangan, dan postur. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
masalah medis, seperti masalah persendian karena otot yang menstabilkan tulang dan persendian
melemah. Masalah dengan penggerak dan keseimbangan juga dapat menyebabkan berbagai
cedera karena jatuh.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
23
D. Otot skeletal
Figure 1. Overview of the Muscular System . On the anterior and posterior views of the muscular system
above, superficial muscles (those at the surface) are shown on the right side of the body while deep muscles (those underneath
the superficial muscles) are shown on the left half of the body. For the legs, superficial muscles are shown in the anterior view
while the posterior view shows both superficial and deep muscles.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
24
Figure 2. Muscles of the Eyes. (a) The extrinsic eye muscles originate outside of the eye on the skull.
(b) Each muscle inserts onto the eyeball.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
25
Figure 5. Muscles of the Anterior Neck . The anterior muscles of the neck facilitate swallowing
and speech. The suprahyoid muscles originate from above the hyoid bone in the chin region. The infrahyoid
muscles originate below the hyoid bone in the lower neck.
Figure 6. Posterior and Lateral Views of the Neck . The superficial and deep muscles of the
neck are responsible for moving the head, cervical vertebrae, and scapulas
E. KARTILAGO
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi
fleksibel dan avaskuler. Suatu zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang
berada di perikondrium (jaringan fibrous yang menutupi kartilago atau melalui cairan
sinovial. Yang membentuk kartilago adalaj fibrous, hyaline dan elastic. Fibrokartilago
ditemukan pada intervertebral disk, artikular atau hyaline lembut, putih yang menutupi
permukaan tulang. Elastic kartilago bisa ditemukan di telinga luar.
F. LIGAMENT
Ligamen adalah pembalut/ selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan
elasts penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang
. Figure 6. Muscles of the Perineum. The perineum muscles play roles in urination in both sexes,
yangin diikat
ejaculation oleh
men, and sendi.
vaginal contraction in women
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dngan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
1. Jenis mobilitas yaitu:
a) Mobilitas penuh : fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh sseorang.
b) Mobilitas sebagian: ketidakmampuan bergerak secara bebas karena dipengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh yang dibagi menjadi
dua yaitu temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskulusskeletal misalnya dislokasi sendi dan tulang. Dan yang kedua mobilitas
sebagian permanen yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf yang reversibel
seperti hemiplegia karena stroke, peraplegia karen cedera tulang belakang,
poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Faktor yang mempengaruhi mobilitas yaitu:
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
27
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
28
otot secara langsung. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada
otot. Sedangkan gangguan pada skeletal dapat menyebabkan terjadinya kontraktur sendi
dan osteoporosis. Kontraktur merupakan suatu kondisi yang abnormal dengan kriteria
adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan oleh atrofi dan memendeknya otot.
CHAPTER 3
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT
PATOLOGIS SYSTEM MUSKULOSKLETAL
Perawatan menggunakan riwayat kesehatan dan pengkajian fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seseorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan
riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikologi pasien.
Riwayat kesehatan akan diperoleh pada saat kontak pertama kali dengan pasien untuk
menetapkan informasi dasar dan merumuskan diagnosa kesehatan meliputi informasi tentang
aktivitas hidup sehari-hari dan mencatat alat bantu juga mengkaji pola ambulasi klien dan
mencatat alat bantu ambulasi seperti kursi roda, tongkat, walker atau nyeri pada beberapa sendi
dan tetapkan lokasi, lama, faktor pencetus, nyeri otot, kram atau kelemahan.
Riwayat kesehatan yang dulu juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
kelainan muskuloskeletal sebelumnya berupa data kelainan kongenital, trauma, peradangan atau
faktor lain. Data yang didapatkan dapat dikaitkan dengan data dari sistem lain seperti nutrisi
yang dapat mengungkapkan definisi diet kelebihan berat badan dapat menambah stress pada
skeletal.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
29
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
30
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
31
2) Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara sistematis untuk
menghindari kesalahan. Bila mungkin gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien
dapat bergerak bebas saat dilakukan periksaan gerak/ berjalan.
Alat yang diperlukan yaitu: Meteran pita, pulpen (penanda kulit), dan Goniometri.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
32
NILAI KETERANGAN
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
33
Lakukan perkusi untuk mengetahui adanya cairan dalam rongga sndi. Lakukan auskultasi guna
mengetahui adanya kelainan pada vaskuler dan krepitasi. Selama pengkajian lakukan dengan
cara duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontraindikasi pada klien.
Pertama, pada waktu duduk lakukan pengamatan secara umum dan tegaknya tubuh.
Periksa kepala, leher, bahu dan ekstrmitas atas. Berikutnya klien berdiri dan periksa dada,
punggung dan illium. Observasi juga hubungan antara tubuh yang lain, misalnya hubungan
anatar kaki dengan tungkai, tungkai dengan panggul dan panggul dengan pelvis. Mintalah pasien
untuk berjalan dan observasi mobilitas tumpuannya, gerakan sendi, amati adanya
ketidaknyamanan, kekakuan sendi dan kelemahan otot, kurangnya kordinasi atau deformitas.
Observasi adanya deformintas spinal misal kifosi, skoliosis, lordosi. Observasi pula danya
genuvarum dan valgum.
Terakhir klien diperiksa dengan posisi tidur, lakukan pemeriksaan pada panggul, lutut,
tumit dan kaki. Kemampuan fisik banyak dipengaruhi oleh sistem persyarafan untuk itu perlu
memahami konsep persyarafan guna mempermudah pemeriksaan fisik. Misalnya untuk
ekstremitas atas dipersyarafi oleh percabangan pleksus brakhialis. Untuk fleksi siku dipengaruhi
oleh saraf C5, C 6 sedangkan eksistensi siku oleh C7, C8 demikian seterusnya.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
34
f) Inspeksi-Palpasi Bahu
- Inspeksi: ukuran, kesimetrisannya, kontur, dislokasi atau lempeng skapula.
- Palpasi: sendi dan otot, catat adanya spasme atau atropi otot, pembengkakan, panas atau
tenderness.
- Kaji ROM:
a. Forward flexion : 180 °.
b. Hyperextension : 50 °.
c. Abduction : 180 °.
d. Adduction : 50 °.
e. Internal &external rotation: 90 °
f. Shrug: evaluate shoulder girdle muscles and cranial nerve XI.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
35
h) Inspeksi-Palpasi Siku
- Inspeksi: kontur, sudut gerakan, nodul subcutan.
- Palpasi: prosesus olecranon dan epicondyles medial &lateral, note tenderness,
pembengkakkan, penebalan.
- Kaji ROM Siku:
a. Flexion : 160°
b. Extension : 180°
c. Pronation : 90°
d. Supination : 90°
- Kekuatan otot:
- Menstabilkan lengan orang dengan satu tangan.
- Mintalah memfleksikan siku melawan tahanan yang anda berikan pada bagian
proksimal pergelangan tangan. Kemudian meminta orang tersebut untuk meng-
ekstensi-kan siku melawan tahanan anda
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
36
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
37
- Tinel sign—
Perkusi langsung pada lokasi saraf median di pergelangan tangan tidak menghasilkan
gejala di tangan normal.
j) Inspeksi-Palpasi Hip
- Inspect: kesimetrisannya, ukuran, lipatan gluteal.
- Palpasi: stabilitas, tenderness.
- Kaji ROM:
o Flexion : 90 °
o Hyperextension : 30 °
o Abduction and adduction
o Internal rotation : 40 °
o External rotation : 45 °
- Patrick’s test.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
38
- Inspeksi: Bentuk dan kontur sendi lutut, lalu cek tanda pembengkakan, dan otot
kuakdisep di anterior femur akan adanya atropi.
- Palpasi: Mulai pada bagian depan femur, sekitar 10 cm di atas peleta. Palpasi dengan ibu
jari kiri anda dan area suprapatela. Catat konsistensi jaringan.
- Kaji ROM:
o Flexion : 130 °
o Extension : 30 ° untuk ekstensi penuh
o Hyperextension: 15 °
- Menilai kekuatan otot: meminta paien untuk mempertahankan fleksi lutut saat Anda
melawan dengan mencoba untuk menarik kaki ke depan.
Bulge sign
a) Gerakan dengan hati-hati pada bagian medial lutut dua atau tiga kali untuk mengetahui
pergerakan cairan.
b) Tekan bagian lateral.
c) Perhatikan sisi medial di untuk mengenali adanya gelombang cairan.
Ballottement Patella-
1. Gunakan tangan kiri Anda untuk menekan kantong suprapatellar untuk memindahkan
cairan yang ada ke dalam sendi lutut.
2. Dengan tangan kanan, dorong patela ke tulang paha.
McMurray test-
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
39
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
40
Beriku ini gambaran tentang kelainan-kelainan yang banyak terjadi pada masing-masing
regio yang mengalami sakit.
1. Regio leher, kelainan yang terjadi antara lain: servical spondilitas, trauma, rhematoid
arthritis, infeksi dan neoflasma.
2. Regio bahu, kelainan yang menyertai antara lain frozenshoulder trauma, calcifying
tendinitis, dislokasi sendi bahu, dan infeksi
3. Regio siku berupa trauma, tennis, elbow, bursitis olekranon, pulled elbow, infeksi, myositis
ossificans.
4. Regio pergelangan tangan, berupa trauma ganglion, peradangan dan carpal tunnel syindrom.
5. Regio tangan, berupa trauma, inflamasi, tumor, penyakit degeneratif.
6. Regio tulang belakang berupa skoliosis, infeksi HNP (hernia Nucleus Pulposus), metastase
tumor, trauma, kelainan kongenital, osteoarthritis.
7. Regio panggul, berupa congenital dislocation of hip, infeksi, slipped capital epiphysis,
transien synovitas, trauma.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
41
8. Regio lutut, berupa trauma, infeksi, penyakit degeneratif, dislokasi patela berulang, normal
variasi genu valgum atau genu varum.
9. Regio pergelangan kaki, berupa trauma, infalamasi, ruptur tendon akhiles
10. Regio kaki, berupa CTEV (congenital talipes equino varus), flat foot, hallux valgus
inflamasi, plantas fasciitis.
3) Pemeriksaan psikososial
Berdasarkan data riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik maka perawat dapat
mengantisipasi masalah-masalah psikososial. Contohnya pasien dngan multiple fraktur
yang harus imobilisasi lama dan pengobatan yang lama beresiko terjadi perubahan
sensori. Menjalani perawatan yang lama atau cacat permanen menyebabkan klien
kehilangan pekerjaan. Stress dapat terjadi pada klien yang mengalami nyeri kronis.
Deformitas akibat penyakit atau muskuloskeletal dapat menimbulkan perubahan
“body image” dan konsep diri. Serta perasaan lain berupa cemas, ketakutan, merasa tak
berdaya dan lain lain.
Klien biasanya akan merasakan cemas dengan prosedur diagnostik yang akan dilakukan
khususnya bila yang belum tahu sama sekali. Untuk itu jelaskan prosedur dengan cara yang tepat
pada klien dengan kluarganya. Jika memungkinkan tunjukkan lebih dulu peralatan yang akan
digunakan. Jelaskan secaar detil suara- suara peralatan tersebut dan perasaan –perasaan selama
dilakukan tindakan. Adapun pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah:
1) Pemeriksaan radiologi/ radiografi
Rontgen diawali dengan posisi anteropoterior (AP). Posisi atau proyeksi lain yaitu lateral
atau obligue tergantung dari bagian skeletal mana yang akan dievaluasi. Pemeriksaan rotgen
ini tidak melalui persiapan khususnya bagi pasien namun perawat perlu menjelaskan
tujuannya dan prosedur pemeriksaannya.
2) Myelografi
Myelografi dilaksanakan dengan memasukkan zat kontras ke rogga sucarachnoid pada
spinal, biasanya melalui lumbal pungsi. Pemeriksaan ini untuk melihat kondisi kolumna
vertebralis, rongga intervertebra, syaraf-syaraf spinal dan pembuluh darah. Untuk
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
42
pemeriksaan ini pasien terlebih dahulu dipersiapkan yaitu malam sampai pagi sebelum
pemeriksaan, perawat meningkatkan kebutuhan cairan secara oral atau intravena untuk
mempertahankan hidrasi. Dalam hal ini dibutuhkan cairan yang edekuat untuk
mempertahankan keseimbangan cairan serebrospinal, mencegah dehidrasi, persiapan bila
setelah pemeriksaan pasien muntah ( dibutuhkan cairan kurang lebih 3000cc). phenothiazin
dan obat- obat depresan atau stimulan tidak boleh diberikan pada 48 jam sebelum
pemeriksaan. Perawat perlu menanyakan riwayat alergi terhadap “iodine” atau makanan
laut, riwayat gangguan hepar atau ginjal, karena sebagian media didasari “iodine” yang
dapat menimbulkan alergi (anafilaksis). Sedangkan metabolisme dan eksresi zat kontras
tergantung pada fungsi hati dan ginjal.
Perawat memberikan penjelasan tentang prosesdur selama dan setelah pemeriksaan.
Sebagian klien merasa cemas dengan prosedur penusukan jarum ke spinal yang
dikhawatirkan akan terjadi paralisis. Perawat menjelaskan bahwa resiko untuk terjadinya
kerusakan neurologik adalah kecil karena suntikan dibawah spinal cord. Setelah
pemeriksaan posisi tidur klien lurus terlentang minimal 8 jam dan ada yang 24 jam baru
dizinkan miring kiri dan kanan. Namun tetap mengikuti kebijakan dari rumah sakit.
Pengamatan posisi ini tergantung pula pada jenis zat/media yang digunakan, misalnya pasien
yang mendapatkan metrizimade posisi 15-450 selama 8-16 jam. Selain hal tersebut perawat
mengevaluasi/ memonitor status neutrologi pasien selama 24 jam biasanya setiap 4 jam
sekali.
Sebelum melakukan pemeriksaan Myelografi ini pasien harus melakukan persiapan
sebagai berikut :
· Puasa 5 jam sebelum pemeriksaan
· Berikan penjelasan tentang prosedure pemeriksaan
· Foto pendahuluan : posisi AP dan Lateral dari objek yang akan diperiksa.
· Premedikasi ( bila diperlukan, mis : Scopolamine / Omnopon )
4) Biobsi Tulang
Spesimen pada biopsi tulang diambil secara mikroskopik. Ada dua tehnik yang
digunakan yaitu tertutup dengan menggunakan jarum dan terbuka yaitu insisi. Persiapan
klien yaitu dengan menjelaskan tentang prosedur yang digunakan. Tehnik terbuka lebih
memerlukan persiapan.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
43
5) Biopsi otot
Biopsi otot dilakukan untuk mendiagnosa adanya atrofi (distrofi otot) dan peradangan
(polimiositis). Prosedur biopsi otot sama dengan biopsi tulang.
6) Elektromiografi (EMG)
EMG biasanya dilakukan untuk menentukan potensi elektrolit otot. EMG membantu
untuk mendiagnosa adanya kerusakan neuromuskular, LMN (low Motorik Neuron), dan
syaraf-syaraf tepi. Klien perlu diberitahukan bahwa pemeriksaan ini dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman karena jarum elektroda yang masuk ke otot. Setelah pemeriksaan perawat
memebantu mengatasi rasa tidak nyaman dan mengobservasi apakah terdapat hematom pada
bekas tususkan jarum. Untuk itu dapat diberikan kompres dingin.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
44
7) Arthroscopy
Pemeriksaan ini menggunakan arthroscope yang dimasukkan ke persendian dan dapat
dilihat langsung kelainan yang nampak. Kilen diberikan informasi sebelum pemeriksaan
yaitu akan dilakukan tususkan pada lutut (biasanya pemeriksaan ini sering untuk memeriksa
lutut). Pasien akan dianastesi secara epidural atau spinal. Setelah pemeriksaan dilakukan
observasi khususnya 24 jam setelah pemeriksaan. Biasanya pasien dapat segera melakukan
aktivitas sehari.
Arthroscopy, yaitu tindakan minimalis pasif untuk menangani cedera sendi termasuk
lutut. Arthroscopy dilakukan oleh dokter spesialis orthopedi dengan cara memasukkan alat
kamera (endoscopic camera) ke bagian persendian seperti bahu, siku, panggul, angkle dan
lutut yang mengalami cedera. Dalam dunia ortopedi, Arthroscopy difungsikan untuk
menegakkan diagnosa dokter tanpa harus MRI. “Arthroscopy memungkinkan dokter
spesialis Orthopedic untuk melihat ke dalam sendi anda tanpa harus membuat sayatan besar”
Umumnya Arthroscopy digunakan pada pasien yang mengalami cedera saat berolahraga
seperti cedera lutut, cedera miniscus, hingga ligamen. Untuk cedera bahu, biasanya untuk
pasien yang mengalami bahu nyeri dan kaku (frozen shoulder). Selain itu, Arthroscopy dapat
digunakan pada orang lanjut usia atau pada kelainan degeneratif untuk membersihkan
pengapuran.
-hari.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
45
9) Ultrasonagrafi
Pada gangguan muskuloskeletal USG digunakan untuk mendeteksi gangguan pada
jaringan yang lunak seperti adanya masa dan akumulasi cairan. Pemeriksaan ultrasound
menggunakan sistem gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan yang
diperiksa. Sebelum pemeriksaan diolesi jelly pada kulit diatas jaringan yang akan diperiksa
untuk memudahkan gerakan alat. Untuk pemeriksaan USG tidak ada persiapan maupuan
perawatan khusus.
Referensi :
Risnanto dan Uswani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish
Anatomi and physiology I diakses melalui: https://courses.lumenlearning.com/suny-ap1/
Evelyn C. Pearce. (2009). Anatomy and physiologi for nurses. Jakarta: Gramedia.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
46
CHAPTER 4
ANATOMI FISIOLOGI PERSARAFAN
Otak dan sumsum tulang belakang adalah sistem saraf pusat, dan mereka mewakili organ
utama sistem saraf. Sumsum tulang belakang adalah struktur tunggal, sedangkan otak orang
dewasa dijelaskan dalam empat wilayah utama: otak besar, diencephalon, batang otak, dan otak
kecil. Pengalaman sadar seseorang didasarkan pada aktivitas saraf di otak. Regulasi homeostasis
diatur oleh daerah khusus di otak. Koordinasi refleks tergantung pada integrasi jalur sensorik dan
motorik di sumsum tulang belakang.
A. Cerebrum (Otak besar)
Mantel abu-abu ikonik otak manusia, yang tampaknya membentuk sebagian besar massa
otak, adalah otak besar (Gambar 1). Bagian yang keriput adalah korteks serebral, dan sisa
struktur berada di bawah lapisan luar itu. Ada pemisahan besar antara kedua sisi serebrum yang
disebut fisura longitudinal. Ini memisahkan otak menjadi dua bagian yang berbeda, belahan otak
kanan dan kiri. Jauh di dalam otak, materi putih dari corpus callosum menyediakan jalur utama
untuk komunikasi antara dua belahan korteks serebral
Figure 1. This figure shows the lateral view on the left panel and anterior view on the right panel of the brain.
The major parts including the cerebrum are labeled
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
47
B. Cerebral Cortex
Otak ditutupi oleh lapisan terus-menerus dari materi abu-abu yang membungkus di
kedua sisi otak depan — korteks serebral. Bagian tipis dan luas dari materi abu-abu keriput ini
bertanggung jawab atas fungsi sistem saraf yang lebih tinggi. Gyrus (jamak = gyri) adalah
punggungan dari salah satu kerutan itu, dan sulkus (jamak = sulci) adalah alur antara dua gyri.
Pola lipatan jaringan ini menunjukkan daerah spesifik korteks serebral. Kepala dibatasi oleh
ukuran jalan lahir, dan otak harus masuk ke dalam rongga tengkorak
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
48
CHAPTER 5
GANGGUAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
Mengkaji dan mendiskusikan lima proses keperawatan tentang masalah gangguan pada system
muskuloskletal :
i. Osteomielitis
ii. Osteoporosis
iii. Fraktur
iv. Amputasi
v. Stroke
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
49
CHAPTER 6
GANGGUAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
Mengkaji dan mendiskusikan lima proses keperawatan tentang masalah gangguan pada
system muskuloskletal :
A. Osteomielitis
B. Osteoporosis
C. Fraktur
D. Amputasi
E. Stroke
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
50
CHAPTER 7
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
MUSKULOSKLETAL, PERSARAFAN DAN INDERA
Daftar Isi
Pengkajian Keperawatan Sistem Persarafan
Anamnesis
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian keperawatan
Sistem persarafan
Analisa data
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
51
B. Anamnesis
b) Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya akan terlihat bila terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang
sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk,
sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS<15) akral dingin dan ekspresi rasa
takut.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
52
f) Pengkajian psikososial
Pengkajian psikologis klien dilakukan untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan perilaku klien. Suatu pemeriksaan mental kecil meliputi
penampulan, prilaku, afek, suasana hati, lafal, isi dan kecepatan berpikir, persepsi serta
kognitif. Pengkajian status emosional dan mental secara fisik lebih banyak termasuk
pengkajian fungsi serebral meliputi tingkat kesadaran, perilaku dan penampilan, bahasa,
dan fungsi intelektual termasuk ingatan, pengetahuan, kemampuan berpikir abstrak,
asosiasi dan penilaian.
h) Pengkajian sosioekonomispiritual.
Terdapat dua perspektif keperawatan dalam mengkaji ini yaitu keterbatasan yang
diakibatkan oleh defisit neorologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan
rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam
sistem dukungan individu
C. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan fisik pasien dengan gangguan sistem persyarafan secara umum biasanya
menggunakan tehnik per sistem yang meliputi B1 (breathing), B2 (bleeding), B3 (Brain), B4
(bladder), B5 (bowel) dan B6 (Bone). Perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik sistem
persyarafan memerlukan pengetahuan tentang anatomi fisiologi dari sistem persyarafan dan
neuroanatomi dasar.
Secara umum pemeriksaan fisik pada sistem persarafan ditujukan untuk area fungsi mayor
meliputi:
Tingkat kesadaran
Kesadaran yang sehat dan edekuat dikenal sebagai kewaspadaan, yaitu aksi dan reaksi
terhadap apa yang diserap (dilihat, didengar, di hidu, dikecap dan seterusnya) bersifat
sesuai dan tepat. Keasadaran yang terganggu dapat menonjolkan kedua seginya, yaitu
unsur tingkat dan unsur kualitasnya.
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
53
Terjaga Normal
Sadar Datap tidur lebih dari biasanya atau sedikit bingung saat terjaga
tetapi berorientasi sempurna ketika bangun
Latergi Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana ketika
dirangsang
Stupor Sangat sulit dibangunkan, tidak konsisten mengikuti perintah
sedrhana atau berbicara satu kata frasa pendek
Semikomatosa Gerak bertujuan ketiga dirangsang atau tidak mengikuti perintah
atau brbicara koheren
Koma Dapat berespon dengan postur secara reflek ketika distimulasi
atau tidak ada berespon pada stimulus
(Sumber Carolyn M.Hudak dan Barbara M. Gallo. Keperawatan Kritis pendekatan
holistik, Jakarta EGC,1996).
Pada keadaan perawatan pengumpulan data untuk menilai kesadaran dapat menggunakan
Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Score) yang memungkinkan pemeriksa membuat tiga
tingkat respon utama klien terhadap lingkungan yaitu membuka mata, mengucap kata dan
melakukan gerakan. Nilai total masikum dalam keadaan sadar penuh adalah 15. Nilai minimum
3 menandakan klien tidak berespon dan jika nilai kkurang dari 8 maka dinyatakan koma.
Fungsi serebri
Pemeriksaan fungsi serebral secara ringkas mencakup pemeriksaan status mental, fungsi
intelektual, daya pikir status emosional dan kemampuan bahasa.
1. Status Mental
Secara ringkas, prosedur pengkajian status mental klien dapat dilakukan sebagai berikut.
- Observasi penampilan klien dan tingkah lakuknya dengan melihat cara berpakaian
klien, kerapian dan kebersihan diri.
- Observasi postur, sikap gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan aktivitas motorik
- Observasi gaya bicara klien dan tingkat kesadaran
- Apakah gaya bicara klien dan tingkat kesadarannya
Untuk melihat lebih jauh penilaian status mental bagi perawat lihat tabel berikut ini:
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
54
PENILAIAN RESPON
2. Fungsi Intelektual
Pengkajian fungsi intelektual yang dilakukan adalah a) mengingat atau memori, b)
pengetahuan umum, c) menghitung atau kalkulasi d) mengenal persamaan dan perbedaan
dan e) mempertimbangkan.
3. Daya Pikir
Pengkajian kemampuan berpikir klien dapat dilakukan selama wawancara:
- Apakah pikiran klien bersifat spontan, alamiah, jernih, relevan dan masuk akal?
- Apakah klien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan dan keasyikan sendiri?
- Apa yang menjadi pikiran klien?
4. Status Emosional
Pertanyaan- pertanyaan yang paling efektif memancing reaksi emosional ialah pertanyaan
mengenai keadaan dirumah, bisnis dan perusahaan, situasi negara dan kesehatan diri klien.
Secara ringkas pengkajian status emosional klien yang dapat dilakukan perawat, meliputi:
- Apakah tingkah laku klien alamiah, datar, peka, pemarah, cemas, apatis atau euforia?
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
55
- Apakah alam perasaan klien berubah ubah secara normal atau iramanya tidak dapat di
duga dari gembira menjadi sedih selama wawancara?
- Apakah tingkah laku klien sesuai dengan kata-kata atau isi dari pikiran
- Apakah komunikasi verbal klien sesuai dengan tampilan komunikasi nonverbal?
5. Kemampuan Bahasa
Orang yang sehat mampu mengerti dan berkomunikasi dalam pembicaraan dan bahasa
tulisan. Pada pengkajian ini, perawat mungkin menemukan beberapa hal sebagai berikut:
Disfasia/ afasia,
Defesiensi fungsi bahasa akibat lesi atau kelaianan korteks serebri. Berikut ini beberapa
jenis disfasia:
Disfasia rseptif (posterior), adalah suatu keadaan saat klien tidak dapat memahami
bahasa lisan atau bahasa tertulis. Kelainan ini dicurigai bila klien ternyata tidak dapat
memahami setiap perintah atau pertanyaan yang diajukan. Bicaranya lancar tetapi tidak
teratur. Hal ini terjadi karena adanya lesi (infark, perdarahan atau tumor) pada hemisfer
yang dominan pada bagian posterior girus temporalis superior (area Wernicke).
Disfasia ekspresif (anterior), adalah suatu keadaan saat klien dapat mengerti, tetapi
tidak dapat menjawab dengan tepat. Bicaranya tidak lancar. Kelainan ini terjadi karena
adanya lesi pada bagian posterior girus frontalis inferior (area Broca).
Disfasia nominal, adalah suatu keadaan saat klien tidak mampu menyebutkan nama
benda tetapi aspek lain dari fungsi bicara klien normal. Klien dapat menggunakan
kalimat yang panjang untuk mengatasi kegagalan menemukan kata yang tepat
(sirkomlokusi). Kelainan ini disebabkan oleh lesi pada daerah temporoparietal posterior
kiri. Penyebab lain meliputi: ensafalopati atau efek tekanan intracranial akibat lesi desak
ruang. Oleh karena itu makna lokalisasinya masih diragukan. Semua tipe disfasia
menyebabkan kesulitan dalam menyebutkan nama-nama benda.
Disfasia konduktif adalah suatu keadaan saat klien tidak dapat mengulangi kalimat-
kalimat dan sulit menyebutkan nama-nama benda, tetapi dapat mengikuti perintah.
Kelainan ini disebabkan oleh lesi pada fasikulus arkuatus yang menghubungkan area
Wernicke dan area Broca.
Disartria, yaitu kesulitan artikulasi, tidak ditemukan kelaianan isi percakapan tetapi
terdapat kesulitan artikulasi. Penyebab tersering dari disartria adalah intoksikasi
alkohol. Disartria juga dapat disebabkan oleh penyakit serebelum karena kehilangan
koordinasi yang menyebabkan bicara pelo dan sering berbicara eksplosif atau bicara
dengan kalimat terpenggal-penggal yang disebut scaming speech.
Disfonia yaitu kualitas suara yang berubah (parau) dengan volume yang kecil akibat
penyakit pita suara. Kelainan ini disebabkan oleh penyakit laring.
b) Saraf kranial
Pemeriksaan saraf kranial dimulai dengan mengatur posisi klien sehingga duduk di tepi
tempat tidur bila memungkinkan, perhatikan kepala, wajah dan leher klien. Catat apakah
terdapat hidrosefalus (kepala dan wajah menyerupai segitiga terbalik) atau akromegali.
Saraf kranial I
Saraf olfaktorius (saraf kranial I) menghantarkan rangsang bau menuju otak dan
kemudian diolah lebih lanjut. Tehnik pemeriksaan dimulai dengan mata klien ditutup
dan pada saat yang sama satu lubang hidung ditutup, lalu klien diminta membedakan zat
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
56
aromatis seperti cengkeh, minyak kayu putih. Kemudian klien diminta menyebutkan
nama zat tersebut. Penyebab gangguan penghidu tersering misalnya alerg, sinusistis dan
infeksi saluran pernapasan atas.
Saraf kranial II
Saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Tes yang
dilakukan berupa:
Tes ketajaman penglihatan biasanya menggunakan Snellen Chart dengan cara
menggantungkan Snellen chart sejauh 6 meter dari klien dan minta klien membaca
huruf yang ada pada snelen chart.
Tes konfrontasi dilakukan dengan kerja sama klien. Jika ingin memeriksa salah satu
mata maka mata sebelahnya harus ditutup. Tes ini menggunakan jari pemeriksa dan
jarak pemeriksa dengan klien harus sejauh 30-40 cm. pemeriksa menggerakan jarinya
di salah satu lapang pandang klien kemudian meminta klien menyebutkan apa yang
dilihat. Dikatakan normal jika klien dapat melihat jari yang digerakkan oleh pemeriksa.
Saraf III, IV dan VI
Saraf okulomotorius, troklearis, dan abdusens diperiksa secara bersama-sama, karena
saraf ini bekerja sama dalam mengatur otot-otot ekstraokular (EOM). Saraf
okulomotorius juga berfungsi mengangkat kelopak mata atas dan mempersarafi otot
konstriktor yang mengubah ukuran pupil. Persarafan EOM diperiksa dengan meminta
klien mengikuti gerakan tangan atau pensil dengan mata bergerak ke atas, kebawah,
medial dan lateral. Kelemahan otot diketahui jika mata tidak dapat mengikuti gerakan
pada arah tertentu.
Pemeriksaan fungsi reaksi pupil. Pupil normal mempunyai diameter yang berkisar
antara 2 sampai 6 mm dengan rata-rata diameter pupil adalah 3 ½ mm. pupil yang
sempit disebut miosis yang sering terjadi dalam keadaan tidur, koma yang dalam dan
intrakranial yang tinggi. Pupil yang lebar disebut midriasis terjadi akibat keadaan
nyeri, ketakutan dan cemas.
Saraf kranial V
Saraf trigeminus terdiri dari serabut sensorik dan serabut motorik. Adapun
pemeriksaannya sebagai berikut:
Pemeriksaan Reflek Trigeminal, pada pemeriksaan reflek ini paling sering diperiksa
yaitu reflek kornea
kkkk
kkk
c) Sistem motorik
d) Respon reflek
e) Sistem sesnsorik
D. Pemeriksaan Diagnostik
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
57
1. Pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktfitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
58
E. Masalah perawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
F. Rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
G. Implementasi pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem muskuloskletal,
persarafan dan indera
H. Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien gangguan aktifitas patologis sistem muskuloskletal,
persarafan dan indera
I. Dokumenatasi asuhan keperawatan pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
J. Praktik anamnesa pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem muskuloskletal,
persarafan dan indera
K. Prosedur pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
1) Bentuk dan gait tubuh
2) Fungsi sensorik, motoric dan keseimbangan
3) Pemeriksaan reflek dan visus
L. Prosedur pemeriksaan diagnostic pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera : persiapan pemeriksaan CT Scan otak, MS, MRI, EEG,
angografi cerebral dan fungsi lumbal
M.Prosedur tindakan untuk memenuhi kebutuhan gangguan aktivitas :
1) Melatih pasien menggunakan alat bantu jalan : kursi roda,
2) Mengukur kekuatan otot
3) Melatih ROM
Memberikan obat sesuai program terapi
CHAPTER 8
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
PERSARAFAN DAN INTEGUMEN
a. Pengkajian
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
59
1) Anamnesa pada pasien gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem persarafan dan
integument
2) Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem persarafan
dan integument
3) Pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem
persarafan dan integumen
b. Masalah perawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem
persarafan dan integumen:
a) Nyeri
b) Askep Insomnia
c. Rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem
persarafan dan integumen
d. Implementasi pada pasien gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem persarafan dan
integument
e. Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien gangguan istirahat patologis sistem persarafan dan
integumen
f. Dokumenatasi asuhan keperawatan pasien gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem
persarafan dan integument
CHAPTER 8
PRAKTIK ANAMNESA PADA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN
TIDUR PATOLOGIS SISTEM PERSARAFAN DAN INTEGUMENT
A. Prosedur pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
persarafan dan integument
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
60
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli