Anda di halaman 1dari 61

AKPER JABAL GHAFUR SIGLI

MATERI KULIAH KMB.B


NS.TUTI SAHARA S.KEP., M.KEP

2020

Ns. TUTI SAHARA S.Kep.,M.Kep

TIDAK DIZINKAN MENYEBARLUASKAN TANPA SEPENGETAHUAN PENULIS


1

KATA PENGANTAR

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
CHAPTER I......................................................................................................Error! Bookmark not defined.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN....................................................Error! Bookmark not defined.
A. DEFINISI.............................................................................................Error! Bookmark not defined.
CHAPTER 2.....................................................................................................Error! Bookmark not defined.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MYSCULOSKELETAL.......................................................................................3
A. DEFINISI.............................................................................................Error! Bookmark not defined.
B. PEMBAGIAN TULANG......................................................................................................................4
CHAPTER 3.................................................................................................................................................16
ANATOMI FISIOLOGI OTOT........................................................................................................................16
A. JENIS OTOT...................................................................................................................................16
CHAPTER 3.................................................................................................................................................46
ANATOMI FISIOLOGI PERSARAFAN............................................................................................................46
Otak dan sumsum tulang belakang adalah sistem saraf pusat, dan mereka mewakili organ utama sistem
saraf. Sumsum tulang belakang adalah struktur tunggal, sedangkan otak orang dewasa dijelaskan dalam
empat wilayah utama: otak besar, diencephalon, batang otak, dan otak kecil. Pengalaman sadar
seseorang didasarkan pada aktivitas saraf di otak. Regulasi homeostasis diatur oleh daerah khusus di
otak. Koordinasi refleks tergantung pada integrasi jalur sensorik dan motorik di sumsum tulang belakang
.................................................................................................................................................................. 46

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
3

CHAPTER I
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Tujuan pembelajaran :
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mamhasiswa mampu:
1. Menjelaskan anatomi sistem tulang, persendian dan otot dengan benar
2. Menjelaskan fisiologi sistem tulang, persendian dan otot dengan benar

Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan untuk melindungi dan menggerakkan
tubuh dengan jumlah tulang 206. Rangka merupakan pelindung organ internal dari kerusakan
dan pembentuk struktur tubuh. Sementara rangka tidak dapat bergerak sendirinya sehingga harus
dibantu oleh sendi, ligament dan tendon. Komponen muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot,
ligament, tendon, fascia, bursae dan persendian.

A. ANATOMI TULANG
Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang melalui proses “osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakkukan oleh sel-sek yang disebut “osteoblast”
Definisi Tulang merupakan jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah bila terdapat
tekanan yang mengenai tulang dan disebut juga jaringan dinamis karena terus menerus
memperbaiki diri. (Risnanto,
Tulang atau jaringan tulang merupakan jaringan penyambung dengan matriks yang
diperkuat oleh mineral (kalsium phospat).
Tulang membentuk sistem skeletal dari jaringan tulang, sumsum tulang, kartilago (tulang
rawan), dan periosteum.
Fungsi tulang yakni: Alat gerak pasif, Tempat melekatnya otot, Mendukung dan
melindungi jaringan lunak dan organ vital disekitarnya. Tulang juga berfungsi membentuk tubuh
dan memproduksi sel darah merah serta garam mineral seperti fosfor dan kalsium.
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organik (hidup) dan 70% endapan garam.
Bahan organik disebut matrik dan terdiri dari lebih 90% serat kolagen dan kurang dari 10%
proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama dalam bentuk kalsium, fosfat,
natrium, kalium, karbonat dan ion magnesium menyebabkan tulang resistensi terhadap
renggangan dan mampu menahan beban.
Setiap tulang terdapat kanal atau saluran Havers yakni berisi saraf, pembuluh darah dan
saluran limfe. (Pearce, 2009).
Pembentukan tulang terjadi secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan
penebalan tulang. Faktor yang mempengaruhi pembentukan tulang yaitu rangsangan hormon,

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
4

nutrisi dan jumlah stres yang dibebankan pada tulang dan pertumbuhan sel-sel pembentuk tulang
yang disebut osteoblas.
Terdapat dua jenis sel tulang yang terlibat dalm pembentukan tulang, yaitu osteoblas
yang membangun tulang dan osteoklas yang menghancurkan tulang.
Osteoblas terdapat dipermukaan bangin luar dan dalam tulang yang dapat berespon
terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Pada saat pertama sekali
dibentuk osteoblas disebut matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari kalsium mulai
mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan. Sebagian dari
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteosit dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring
dengan terbentuknya tulang, osteosit memebntuk tonjolan yang menghubungkan osteosit satu
dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik ditulang.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorbsi yang terjadi bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penguraian tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas.
Osteoklas merupakan sel fagositik multinukleas besar yang berasal dari sel monosit yang
terdapat di tulang. Osteoklas terdapat di bagian kcil potongan tulang, memfagosittulang sedikit
demi sedikit. Kemudian Osteoblas mulai mengisi daerah yang kosong.
Keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus
memperbaharui atau mengalami remodeling. Pada usia anak dan remaja proses osteoblas
melebihi aktivitas osteoklas sehingga jika terjadi fraktur waktu penyembuhannya menjadi lebih
cepat. Sedangkan pada lansia kebalikannya sehingga kepadatan tulang mulai berkurang.

B. FISIOLOGI TULANG
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
1) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak dan paru-paru serta jaringan lunak).

C. PEMBAGIAN TULANG
a. Menurut jaringan yang membentuk terdapat 2 jenis tulang

a. Tulang kompakta: secara makrokopis terlihat padat, namun jika diperikasa dengan
mikroskop tulang terdiri dari sistem Havers.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
5

b. Tulang spongiosa: tampak keras seperti tulang lainnya namun bila dilihat secara
microskopis terlihat berlubang- lubang.
b. Menurut bentuknya tulang terbagi 6 kategori
a. Tulang panjang (os longum)
b. Tulang pendek (os breve)
c. Tulang pipih (os planum)
d. Tulang tidak beraturan (os irregular)
e. Tulang berlobang/ berongga ( os pneumaticum/ os cavernosum)
f. Tulang/ jaringan yang mirip tulang (os sesamoideum)

c. Tulang (Skeleton humanum) dikelompokkan dalam dua bagian besar:


1. Axial skeleton ( tulang sumbu tubuh) dan apendicular skeleton ( yang melekat pada
sumbu tubuh)
a. Skeleton axial untuk memudahkan ditandai dengan berwarna kuning yakni tulang
pada kepala dan badan
Yang terdiri dari: skull (tulang kepala atau tengkorak), vertebrae ( tulang
belakang), sternum, costae (tulang rusuk) dan sacrum
b. Skeleton apendicular untuk memudahkan ditandai dengan berwarna biru yang
terdiri dari tulang tangan dan kaki.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
6

Yang terdiri dari:extremitas superior (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius,


telapak tangan) dan extremitas inferior (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak
kaki).

2. Skeleton axial
a. Skull (tengkorak)
i. Cranium dan tulang muka
1. Neurocranium ( tulang yang mengelilingi otak)
 Calvaria
o Os frontale ( tulang dahi)
o Os parietal (tulang ubun-ubun)
o Os occipitale (tulang belakang kepala)
o Os temporal (tulang pelipis)
 Basis cranii
o Sebagian os parietal, frontal dan temporal
o Os sphenoidale ( seperti kupu-kupu)
o Os etmoidale ( tulang tapis)
2. Splancho cranium ( tulang pembentuk otak)

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
7

a. Os lacrimale (tulang air mata)


b. Os nasal (tulang hidung)
c. Os zigomaticum (tulang pipi)
d. Os maxilare (tulang rahang atas)
e. Os mandibulare (tulang rahang bawah)
f. Os platinum (tulang langit- langit mulut)
g. Os conchalis (tulang concha hidung)

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
8

3. Columna vertebralis (tulang belakang)


 Vertebralis cervicalis
 Vertebralis thoracalis
 Vertebralis lumbalis
 Vertebralis sacralis
 Vertebralis coccygeus

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
9

Kelainan pada tulang vertebralis

 Costae (ribs) = 12 pasang


 Costae vera (rusuk sejati yaitu langsung melekat pada sternum)
ada 7 pasang
 Costae spuria (rusuk palsu yaitu tidak langsung melekat pada
sternum ada 3 pasang
 Costae fluctuantes (rusuk melayang) ada 2 pasang
 Sternum

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
10

 Extremitas superior
 Cingulum membri superior (shoulder Girdle) gelang bahu
 Os clavicula (tulang selangka)
 Os scapula (tulang belikat)

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
11

 Estremitas libera (tulang gerak)


 Os humerusos
 Os radius
 Os ulna
 Os metacarpalia
 Ossa digitorum manus ( tulang jari tangan)

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
12

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
13

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
14

 Extremitas inferior
 Cingulum membri inferior (pelvic Girdle) gelang panggul
 Extremitas libera
o Os femur
o Os fibula
o Patella
o Ossa tarsalia
o Ossa digitorum pedis

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
15

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
16

CHAPTER 2
ANATOMI FISIOLOGI OTOT

Otot merupakan jaringan peka rangsangan (eksitable) yang dapat dirangsang secara kimia,
listrik dan mekanik. Otot merupakan alat gerak aktif yang mmampu menggerakkan tulang, kulit
dan rambut setelah mendapat rangsangan.

A. Kemampuan otot
1. Kontraktibilitas: kemampuan untuk berkontraksi/ memendek
2. Ekstensibilitas: kemampuan untu melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang
ditimbulkan saat kontraksi
3. Elastisitas: kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi
yang disebut relaksasi.

B. JENIS OTOT
1. Otot lurik merupakan otot rangka/ otot serat lintang/ musculus striated atau otot
volunter. Strukturnya terdiri dari serabut panjang, berwarna lurik dengan garis terang dan
gelap memiliki inti dalam jumlah yang banyak dan terletak dipinggir. Otot lurik
berkontraksi menurut kehendak (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan nya
cepat , kuat, mudah lelah dan tidak beraturan. Bentuk luriknya silindris, lurik/garis
melintang, banyak intisel, melekat pada rangka,dan pengendaliannya secara sadar.
2. Otot polos merupakan otot alat- alat dalam/ viceral/ musculus nonstriated/ otot
involunter. Strukturnya beerbentuk serabut panjang seperti kumparan dengan ujung
runcing dengan inti berjumlah satu terletak dibagian tengah. Kontraksinya tidak menurut
kehendak atau diluar sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Yang dikendalikan oleh sistem syarat otonom, terdapat pada saluran pencernaan,
perkemihan, pembuluh darah dan lain-lain.
3. Otot jantung merupakan otot myocardium/ musculus cardiac/ jenis otot involunter.
Strukturnya berbentuk serabut memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis
terang dan gelap. Memiliki satu inti terletak ditengah. Kemampuan kontraksinya tidak
menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.

Figure 1. The Three Types of Muscle Tissue. The body contains three types of muscle tissue: (a) skeletal muscle,
(b) smooth muscle, and (c) cardiac muscle. From top, LM × 1600, LM × 1600, LM × 1600. (Micrographs
provided by the Regents of University of Michigan Medical School © 2012)

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
17

Ketiga jaringan otot memeliki beberapa sifat yang sama yang disebut excitability yakni
ketikanya menunjukkan kemampuan rangsangan membran plasma yang dapat mengubah
keadaan listrik (dari terpolarisasi menjadi terdepolarisasi) dan mengirimkan gelombang listik
yang disebut potensial aksi disepanjang membran. Sementara sistem saraf pada ketiga otot
berbeda-beda. Pada otot jantung dan otot polos sampai pada batas tertentu sedangkan otot rangka
sepenuhnya bergantung pada sistem saraf untuk bisa merespon dengan baik namun pada otot
polos dan otot jantung mampu merepon rangsangan lain seperti hormon dan rangsangan lokal.

Otot memulai proses kontraksi (pemendekan) yang sebenarnya ketika protein yang disebut
actin ditarik oleh protein yang disebut myosin. Ini terjadi pada otot lurik (skeletal dan jantung)
setelah bagian pengikatan spesifik pada actin telah diekspos sebagai respons terhadap interaksi
antara ion kalsium (Ca ++) dan protein (troponin dan tropomyosin) yang “melindungi” bagian
pengikatan actin. Ca ++ juga diperlukan untuk kontraksi otot polos, walaupun perannya berbeda:
di sini Ca ++ mengaktifkan enzim, yang pada gilirannya mengaktifkan kepala myosin. Semua
otot membutuhkan adenosin trifosfat (ATP) untuk melanjutkan proses kontraksi, dan semua otot
rileks ketika Ca ++ dilepaskan dan situs pengikatan aktin dilindungi kembali.

Otot dapat kembali ke panjang aslinya ketika keadaan rileks karena kualitas jaringan otot
yang disebut elastisitas yang kembali ke panjang aslinya karena serat elastis. Jaringan otot juga
memiliki kualitas ekstensibilitas; itu bisa meregang atau memanjang. Kontraktilitas
memungkinkan jaringan otot untuk menarik titik perlekatannya dan memendek dengan kekuatan.

Kemampuan dari otot rangka yaitu mampu berkontraksi dan menyebabkan gerakan, dan
menghentikan gerakan seperti menahan gravitasi untuk mempertahankan postur tubuh dan dapat
seimbang dalam posisi apapun. Otot juga mencegah terjadinya pergerakan sendi yang
berlebihan, menjaga stabilitas tulang dan mencegah kerusakan atau deformasi struktur rangka.

Otot rangka terletak diseluruh tubuh selain di saluran internal yang berfungsi untuk
mengontrol pergerakan berbagai subtansi. Otot-otot ini memungkinkan fungsi, seperti menelan,
buang air kecil, dan buang air besar, berada di bawah kendali sukarela. Otot rangka juga
melindungi organ dalam (terutama organ perut dan panggul) dengan bertindak sebagai
penghalang eksternal atau perisai terhadap trauma eksternal dan dengan mendukung berat organ.

Otot rangka berkontribusi pada pemeliharaan homeostasis dalam tubuh dengan menghasilkan
panas. Kontraksi otot membutuhkan energi, dan ketika ATP rusak, panas dihasilkan. Panas ini
sangat terlihat selama latihan, ketika gerakan otot yang berkelanjutan menyebabkan suhu tubuh
meningkat, dan dalam kasus dingin yang ekstrem, ketika menggigil menghasilkan kontraksi otot
rangka acak untuk menghasilkan panas.

Otot rangka adalah organ yang terdiri dari berbagai jaringan terintegrasi. Jaringan-jaringan
ini termasuk serat otot rangka, pembuluh darah, serabut saraf, dan jaringan ikat. Setiap otot
rangka memiliki tiga lapisan jaringan ikat (disebut "mysia") yang melingkupinya dan
memberikan struktur pada otot secara keseluruhan, dan juga memisah-misahkan serat otot dalam

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
18

otot (Gambar 1). Setiap otot dibungkus dalam selubung jaringan ikat padat dan tidak teratur yang
disebut epimysium, yang memungkinkan otot berkontraksi dan bergerak kuat sambil
mempertahankan integritas strukturalnya. Epimysium juga memisahkan otot dari jaringan dan
organ lain di daerah tersebut, memungkinkan otot untuk bergerak secara independen

Figure 1. The Three Connective Tissue Layers.


Bundles of muscle fibers, called fascicles, are
covered by the perimysium. Muscle fibers are
covered by the endomysium

Di dalam setiap otot rangka, serat-serat otot diorganisasikan ke dalam kumpulan individu,
masing-masing disebut fasikula, oleh lapisan tengah jaringan ikat yang disebut perimysium.
Organisasi fasikuler ini umum terjadi pada otot anggota tubuh; itu memungkinkan sistem saraf
untuk memicu gerakan otot tertentu dengan mengaktifkan subset serat otot dalam satu bundel,
atau fascicle otot. Di dalam setiap fasikula, setiap serat otot terbungkus dalam lapisan jaringan
ikat tipis dari kolagen dan serat retikuler yang disebut endomisium. Endomisium mengandung
cairan ekstraseluler dan nutrisi untuk mendukung serat otot. Nutrisi ini disuplai melalui darah ke
jaringan otot.

Pada otot rangka yang bekerja dengan tendon untuk menarik tulang, kolagen dalam tiga
lapisan jaringan (mysia) terjalin dengan kolagen tendon. Di ujung tendon lainnya, ia menyatu
dengan periosteum yang melapisi tulang. Ketegangan yang diciptakan oleh kontraksi serat otot
kemudian ditransfer melalui mysia, ke tendon, dan kemudian ke periosteum untuk menarik
tulang untuk pergerakan tulang. Di tempat lain, mysia dapat menyatu dengan selembar tendon
yang luas yang disebut aponeurosis, atau ke fascia, jaringan penghubung antara kulit dan tulang.
Lembaran luas jaringan ikat di punggung bawah tempat otot latissimus dorsi ("lat") menyatu
adalah contoh dari aponeurosis.

Setiap otot rangka juga kaya dipasok oleh pembuluh darah untuk makanan, pengiriman
oksigen, dan pembuangan limbah. Selain itu, setiap serat otot dalam otot rangka disuplai oleh
cabang akson dari motor neuron somatik, yang memberi sinyal serat untuk berkontraksi. Tidak
seperti otot jantung dan otot polos, satu-satunya cara untuk berkontraksi otot rangka secara
fungsional adalah melalui pensinyalan dari sistem saraf.

Penampilan lurik serat otot rangka disebabkan oleh pengaturan miofilamen aktin dan miosin
secara berurutan dari satu ujung serat otot ke ujung lainnya. Setiap paket mikrofilamen ini dan
proteinSpesialisasi lain dari otot rangka adalah tempat terminal neuron motorik bertemu dengan
serat otot — disebut neuromuscular junction (NMJ). Di sinilah serat otot pertama merespons

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
19

sinyal oleh neuron motorik. Setiap serat otot rangka di setiap otot rangka dipersarafi oleh neuron
motorik di NMJ. Sinyal eksitasi dari neuron adalah satu-satunya cara untuk mengaktifkan serat
secara fungsional untuk berkontraksi.

Figure 4. Motor End-Plate and Innervation. At the NMJ, the axon terminal releases ACh. The motor end-plate is
the location of the ACh-receptors in the muscle fiber sarcolemma. When ACh molecules are released, they
diffuse across a minute space called the synaptic cleft and bind to the receptors

Pemberian sinyal dimulai ketika potensial aksi neuron berjalan di sepanjang akson neuron
motorik, dan kemudian sepanjang cabang individu untuk berakhir di NMJ. Di NMJ, terminal
akson melepaskan kurir kimia, atau neurotransmitter, yang disebut asetilkolin (ACh). Molekul
ACh berdifusi melintasi ruang semenit yang disebut celah sinaptik dan berikatan dengan reseptor
ACh yang terletak di dalam pelat ujung motor dari sarcolemma di sisi lain sinaps. Setelah ACh
mengikat, saluran dalam reseptor ACh terbuka dan ion bermuatan positif dapat melewati serat

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
20

otot, menyebabkannya terdepolarisasi, artinya potensi membran dari serat otot menjadi kurang
negatif (mendekati nol).

Urutan proses yang mengakibatkan kontraksi serat otot individu dimulai dengan sinyal —
neurotransmitter, ACh — dari neuron motor yang menginervasi serat itu. Membran lokal serat
akan mendepolarisasi saat ion natrium bermuatan positif (Na +) masuk, memicu potensial aksi
yang menyebar ke seluruh membran akan mendepolarisasi, termasuk tubulus-T. Ini memicu
pelepasan ion kalsium (Ca ++) dari penyimpanan di retikulum sarkoplasma (SR). Ca ++
kemudian memulai kontraksi, yang ditopang oleh ATP (Gambar 1). Selama ion Ca ++ tetap
berada di dalam sarkoplasma untuk berikatan dengan troponin, yang membuat situs pengikatan
aktin "tidak terlindung", dan selama ATP tersedia untuk menggerakkan lintas-jembatan dan
menarik untaian aktin oleh myosin, otot serat akan terus memendek hingga batas anatomis.

Figure 1. Contraction of a
Muscle Fiber. A cross-bridge
forms between actin and the
myosin heads triggering
contraction. As long as Ca++
ions remain in the sarcoplasm to
bind to troponin, and as long as
ATP is available, the muscle
fiber will continue to shorten.

Kontraksi otot biasanya berhenti ketika pensinyalan dari ujung motor neuron, yang
merepolarisasi sarcolemma dan tubulus-T, dan menutup saluran kalsium tegangan-gated di SR.
Ion Ca ++ kemudian dipompa kembali ke SR, yang menyebabkan tropomyosin untuk
membentuk kembali (atau menutup kembali) situs pengikatan pada untaian aktin. Otot juga dapat
berhenti berkontraksi saat ATP habis dan menjadi lelah (Gambar 2)

. Figure 2. Relaxation of a
Muscle Fiber. Ca++ ions are
pumped back into the SR, which
causes the tropomyosin to
reshield the binding sites on the
actin strands. A muscle may also
stop contracting when it runs out
of ATP and becomes fatigued.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
21

Jaringan otot bisa berubah menjadi hipertrofi dan atrofi


Latihan memengaruhi otot dengan meningkatkan pembentukan miofibril, sehingga
meningkatkan ketebalan serat otot. Struktur tambahan ini menyebabkan hipertrofi, atau
pembesaran otot, dicontohkan oleh otot rangka besar yang terlihat pada pembangun tubuh dan
atlet lainnya (Gambar 2). Karena pembesaran otot ini dicapai dengan penambahan protein
struktural, atlet yang berusaha membangun massa otot sering menelan protein dalam jumlah
besar.

Figure 2. Hypertrophy. Body builders have a


large number of FG fibers and relatively few FO
and SO fibers. (credit: Lin Mei/flickr

Atrofi terjadi karena tidak digunakan dan kondisi otot dapat dikembalikan dengan olahraga,
atrofi otot seiring bertambahnya usia, disebut sebagai sarkopenia, bersifat ireversibel. Ini adalah
alasan utama mengapa bahkan atlet yang sangat terlatih menyerah pada penurunan kinerja
dengan usia. Penurunan ini terlihat pada atlet yang olahraganya membutuhkan kekuatan dan
gerakan yang kuat, seperti berlari, sedangkan efek usia kurang terlihat pada atlet yang memiliki
daya tahan seperti atlet lari maraton atau pesepeda jarak jauh. Seiring bertambahnya usia otot,
serat otot mati, dan mereka digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan adiposa (Gambar 3).

Gambar ini menunjukkan atrofi otot. Panel kiri menunjukkan otot normal dan panel kanan
menunjukkan otot yang berhenti berkembang.

Figure 3. Atropi. Massa otot berkurang


ketika otot mengalami atrofi dengan tidak
digunakan.

Karena jaringan-jaringan itu tidak dapat berkontraksi dan menghasilkan kekuatan seperti
otot, otot kehilangan kemampuan untuk menghasilkan kontraksi yang kuat. Penurunan massa
otot menyebabkan hilangnya kekuatan, termasuk kekuatan yang dibutuhkan untuk postur dan
mobilitas. Ini mungkin disebabkan oleh pengurangan serat FG yang menghidrolisis ATP dengan

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
22

cepat untuk menghasilkan kontraksi pendek dan kuat. Otot pada orang tua kadang-kadang
memiliki jumlah serat SO yang lebih besar, yang bertanggung jawab untuk kontraksi yang lebih
lama dan tidak menghasilkan gerakan yang kuat. Mungkin juga ada pengurangan dalam ukuran
unit motorik, menghasilkan lebih sedikit serat yang distimulasi dan lebih sedikit ketegangan otot
yang dihasilkan.

Sarkopenia dapat ditunda sampai batas tertentu dengan berolahraga, karena pelatihan
menambahkan protein struktural dan menyebabkan perubahan seluler yang dapat mengimbangi
efek atrofi. Peningkatan olahraga dapat menghasilkan jumlah mitokondria seluler yang lebih
besar, meningkatkan kepadatan kapiler, dan meningkatkan massa dan kekuatan jaringan ikat.
Efek atrofi yang berkaitan dengan usia terutama diucapkan pada orang-orang yang menetap,
karena hilangnya sel-sel otot ditampilkan sebagai gangguan fungsional seperti masalah dengan
penggerak, keseimbangan, dan postur. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
masalah medis, seperti masalah persendian karena otot yang menstabilkan tulang dan persendian
melemah. Masalah dengan penggerak dan keseimbangan juga dapat menyebabkan berbagai
cedera karena jatuh.

C. Cara kerja otot

1) Tonus ketegangan akibat mengerutnya otot (kontraksi)


2) Fleksi:membengkokkan/ gerakan yang membentuk atau mengurangi sudut sendi.
3) Ekstensi: meluruskan
4) Abduksi: menjauhu badan
5) Adduksi: mendekati badan
6) Rotasi: memutar pada sumbu panjang tubuh
7) Rotasi medial: rotasi ke sisi medial tubuh
8) Rotasi lateral: rotasi ke sisi lateral tubuh
9) Sirkumdiksi: kombinasi fleksi-abduksi-ekstensi-aduksi
10) Elevasi: keatas
11) Supinasi:memutar telapak tangan dengan menengadah
12) Pronasi telungkup
13) Protaksi: gerakan menuju ke depan

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
23

D. Otot skeletal

Figure 1. Overview of the Muscular System . On the anterior and posterior views of the muscular system
above, superficial muscles (those at the surface) are shown on the right side of the body while deep muscles (those underneath
the superficial muscles) are shown on the left half of the body. For the legs, superficial muscles are shown in the anterior view
while the posterior view shows both superficial and deep muscles.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
24

Figure 1. Muscles of Facial Expression. Many of the muscles of facial expression


insert into the skin surrounding the eyelids, nose and mouth, producing facial
expressions by moving the skin rather than bones.

Figure 2. Muscles of the Eyes. (a) The extrinsic eye muscles originate outside of the eye on the skull.
(b) Each muscle inserts onto the eyeball.

Figure 4. Muscles that Move the Tongue

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
25

Figure 5. Muscles of the Anterior Neck . The anterior muscles of the neck facilitate swallowing
and speech. The suprahyoid muscles originate from above the hyoid bone in the chin region. The infrahyoid
muscles originate below the hyoid bone in the lower neck.

Figure 6. Posterior and Lateral Views of the Neck . The superficial and deep muscles of the
neck are responsible for moving the head, cervical vertebrae, and scapulas

Figure 3. Muscles of the Diaphragm. Figure 4. Intercostal Muscles. The external


The diaphragm separates the thoracic and intercostals are located laterally on the sides of the body. The
abdominal cavitie internal intercostals are located medially near the sternum.
The innermost intercostals are located deep to both the
Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB internal
B AkperandJabal Ghafur
external Sigli
intercostals
26

E. KARTILAGO
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi
fleksibel dan avaskuler. Suatu zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang
berada di perikondrium (jaringan fibrous yang menutupi kartilago atau melalui cairan
sinovial. Yang membentuk kartilago adalaj fibrous, hyaline dan elastic. Fibrokartilago
ditemukan pada intervertebral disk, artikular atau hyaline lembut, putih yang menutupi
permukaan tulang. Elastic kartilago bisa ditemukan di telinga luar.
F. LIGAMENT
Ligamen adalah pembalut/ selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan
elasts penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang
. Figure 6. Muscles of the Perineum. The perineum muscles play roles in urination in both sexes,
yangin diikat
ejaculation oleh
men, and sendi.
vaginal contraction in women

G. PERAN SISTEM MUSKULUSKELETAL DALAM MOBILITAS SEHARI-HARI

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dngan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
1. Jenis mobilitas yaitu:
a) Mobilitas penuh : fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh sseorang.
b) Mobilitas sebagian: ketidakmampuan bergerak secara bebas karena dipengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh yang dibagi menjadi
dua yaitu temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskulusskeletal misalnya dislokasi sendi dan tulang. Dan yang kedua mobilitas
sebagian permanen yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf yang reversibel
seperti hemiplegia karena stroke, peraplegia karen cedera tulang belakang,
poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Faktor yang mempengaruhi mobilitas yaitu:

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
27

a) Usia dan tingkat perkembangan tubuh


b) Pekerjaan
c) Gaya hidup
d) Kesehatan fusuk
e) Keadaan nutrisi
f) Emosi
g) Kelemahan neuromuskuler dan skeletal
h) Kebudayaan

H. PERUBAHAN SISTEM TUBUH AKIBAT IMOBILITAS


Immobilitas atau imobilisasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengnganggu pergerakan (aktivitas) misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas
dan sebagainya. Adapun jenis imobilitas yaitu:
1) Immobilita fisik
Pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
gangguan pergerakan seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu
mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi
tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
2) Immobilitas intelektual
Keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir
3) Immobilitas emosional
keadaam dimana sseorang mengalami pembatasan secara emosional karena
perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
4) Immobilitas sosial
Keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial
karena penyakitnya.

Dampak dari imobilitas tbuh dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti


perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem
pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan
kulit, perubahan eliminasi BAK dan BAB serta adanya perubahan perilaku.

Perubahan sistem muskulosskeletal sebagai dampak dari immobilisasi diantaranya


adalah gangguan muskular dan gangguan skeletal. Gangguan muskular dapat berupa
menurunnya massa otot sebagai dampak immobilitas dapat menyebabkan turunnya massa

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
28

otot secara langsung. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada
otot. Sedangkan gangguan pada skeletal dapat menyebabkan terjadinya kontraktur sendi
dan osteoporosis. Kontraktur merupakan suatu kondisi yang abnormal dengan kriteria
adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan oleh atrofi dan memendeknya otot.

CHAPTER 3
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT
PATOLOGIS SYSTEM MUSKULOSKLETAL

A. PENGKAJIAN DAN DATA DASAR PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SYSTEM


MUSKULOSKLETAL

Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan pengkajian umum sistem skeletal, persendian dan otot dengan benar
2. Menjelaskan gejala yang ditemukan pada klien gangguan muskuloskeletal
3. Melakukan pengkajian kekuatan otot dengan benar
4. Mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada klien gangguan
sistem muskulo skeletal.

a. Pengkajian Umum Sistem Skeletal, Persendian Dan Otot Dengan Benar

Perawatan menggunakan riwayat kesehatan dan pengkajian fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seseorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan
riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikologi pasien.
Riwayat kesehatan akan diperoleh pada saat kontak pertama kali dengan pasien untuk
menetapkan informasi dasar dan merumuskan diagnosa kesehatan meliputi informasi tentang
aktivitas hidup sehari-hari dan mencatat alat bantu juga mengkaji pola ambulasi klien dan
mencatat alat bantu ambulasi seperti kursi roda, tongkat, walker atau nyeri pada beberapa sendi
dan tetapkan lokasi, lama, faktor pencetus, nyeri otot, kram atau kelemahan.
Riwayat kesehatan yang dulu juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
kelainan muskuloskeletal sebelumnya berupa data kelainan kongenital, trauma, peradangan atau
faktor lain. Data yang didapatkan dapat dikaitkan dengan data dari sistem lain seperti nutrisi
yang dapat mengungkapkan definisi diet kelebihan berat badan dapat menambah stress pada
skeletal.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
29

Sebelum memulai pengkajian sebaiknya perawat melakukan persiapan. Persiapan bagi


klien buatlah klien nyaman sebelum/ selama melakukan pemeriksaan dan hindari membuka
bagian tubuh yang tidak diperlukan.
Untuk memaksimalkan waktu dan proses pengkajian maka pengkajian harus dilakukan
secara sistematis yakni mulailah dari kepala sampai jari, dari proksimal ke distal atau dari tengah
ke bagian luar.
Ada tiga (3) hal yang perlu dikaji yaitu Nursing History, Physical Assessment dan
Diagnostic Study.
Pengkajian secara sistematis, teliti dan terarah dengan mengumpulkan data subyektif atau
data objektif dengan cara melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik.
1) Riwayat Keperawatan (nursing story)
a) Data biografi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, tempat tingal, jenis
transportasi yang digunakan, orang terdekat dengan klien. Beberapa penyakit
sering terjadi pada usia tertentu seperti 85% org >70th osteoarthritis, Sebagian
besar wanita post menopause osteoporosis dan Carpal tunnel syndrome lebih
sering wanita.
b) Riwayat perkembangan menggambarkan tingkat perkembangan mulai pada
neonatus, bayi, prasekolah, usia sekolah, remaja, dewasa dan tua.
c) Riwayat sosial meliputi pendidikan dan pekerjaan.
d) Riwayat kesehatan masa lalu meliputi kondisi kesehatan yang mempunyai
efek langsung terhadap muskuloskeletal misalnya, penyakit masa kanak-kanak,
trauma kecelakaan: (fraktur, dislokasi, subluksasi, strain, sprain), kerusakan
tulang rawan, arthritis, osteomilitis, riwayat pengobatan misalnya kortikosteroid
dapat menimbulkan kelemahan otot. Riwayat hospitalisasi, pembedahan
tulang/sendi sebelumnya.
e) Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal –hal yang
menimbulkan gejala mendadak atau prlahan serta timbul untuk pertama kalinya
atau perlahan serta timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu
ditanyakan pula tentang ada tidaknya gangguan pada sistem lainnya.
f) Masalah-masalah saat ini.
Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri/
mengunjungi fasilitas kesehatan. keluhan utama pasien-pasien gangguan
muskuloskeletal adalah: sakit/nyeri deformitas kelainan fungsi. Namun
demikian perawat dapat memfokuskan pertanyaan pada adanya nyeri, kulit
dirasakan menipis, kram, sakit tulang belakang, kemerahan, bengkak,
deformitas, pengurangan gerakan atau faktor- faktor lain yang mempengarufi
aktifitas sehari-hari. Untuk masing-masing gejala dimaksud gunakan
pertanyaan- pertanyaan sistem PQRST yaitu 1) provokative/paliative (apa
penyebabnya dan apa yang dapat membuta lebih baik gejalanya atau lebih
buruk; 2) Quality/quantity, kualitas/kuantitas (bagaimana klien merasakan
gejala yang timbul); 3) region/radiation lokasi /penyebaran (dimana saja terjadi
penyebaran); 4) scale saverity, skala nyeri, tingkat beratnya masalah
(bagaimana aktivitas sehari- hari dipengaruhi oleh sakitnya); 5) timing/ waktu
(kapan terjadinya, bagaimana terjadinya tiba-tiba atau bertahap).

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
30

Manifestasi klinik umum muskuloskeletal:


– Nyeri
– Tendernes
– Kelemahan otot
– Kaku sendi
– Spasme otot
– Pembengkakan
– Kemerahan
– Deformitas
– Penurunan ROM

Berikut ini contoh pengkajian untuk mengidentifikasi gejala-gejala gangguan


sistem muskuloskeletal. Dalam mengkaji buatlah perbandingan antara sisi yang sakit
dengan yang tidak (bilateral).
I. Nyeri
Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh
darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah nyeri
sakit yang menusuk, nyeri berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya
berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan
nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur dan infeksi tulang.
Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas/ gerakan.
Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian.
Degenrasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada
sendi tersebut. Degenerasi lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah
berjalan. Nyeri pada osteoarthritis makin meningkat pada suhu dingin.
Tanyakan kapan nyeri semakin meningkat apakah pagi atau malam hari.
Inflamasi pada tendon makin meningkat pada malam hari. Tentukan juga
apakah nyeri menghilang setelah istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi
dengan aspirin. Apakah pernah jatuh atau lainnya.
II. Kekuatan sendi
Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya, apakah selalu
terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti spondibilitis ankilosis terjadi
remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit penyakit degenerasi
sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah
bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan
aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan
kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasme otot.
III. Bengkak
Tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai
dengan nyeri karena bengkak dan nyeri sering kali menyertai cidera otot.
Penyakit-penyakit degenerasi sendi seringkali tidak menimbulkan
bengkak pada awal-awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa
minggu setelah terjadi nyeri. Dengan istrihat dan meninggikan yang
sakit dapat mengurangi bengkak. Apakah bagian tubuh ada yang

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
31

dipasang Gips. Identifikasi apakah panas atau kemerahan karena tanda


tersebut menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau injury.
IV. Deformitas
Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah
menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan
aktivitas, apakah dengan posisi dan aktivitas tertentu. Apakah klien
menggunakan alat bantu misalnya kruk.
V. Perubahan sensori
Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu.
Apakah rasa seperti terbakar. Apakah menurunnya rasa/ sensasi dan
pembuluh darah akibat bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan
menurunnya sensasi.
a. Keadaan tubuh lainnya
Tanyakan pada klien tentang kondisi sistem tubuh lainnya. pengkajian pada
sistem tubuh yang lain bisa menjadi indikasi problem muskuloskeletal, sebagai
contoh gejala-gejala kardiovaskuler seperti takhikardi dan hipertensi biasanya
mendukung adanya gout/ pirai, perubahan kulit misalnya kondisi kulit kering
pada ibu jari tangan dan jari telunjuk dan tengah menandai adanyan carpal
tunnel syndrome.
b. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga untuk menentukan hubungan genetik perlu diidentifikasi
misalnya adanya predisposisi seperti arthritis, spondilitas angkilosis, gout/pirai.
c. Riwayat diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan strees pada sendi-sendi penyangga tubuh dan presisposisi
terjadinya ketidak stabilan ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah,
kurangnya intake kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya
dekalsifikasi. Bagaiman menu makanan sehari- hari, bagaimana konsumsi
vitamin A,D , Kalsium dan protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
musculoskeletal.
d. Aktivitas kegiatan sehari hari
Identifikafi pekerjaan klien dan aktifitasnya sehari hari. Kebiasaan membawa
benda –benda berat yang dapat menimbulkan strain oto dan jeni-jenis trauma
lainnya. orang yang beraktivitas mengakibatkan tonus ototnya menurun. Fraktur
atau trauma dapat timbul pada saat olah raga berlebihan. Pemakaian hak sepatu
yang tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon akhiles dan dapat terjadi
dislokasi.
e. Revie secara sistem yang dapat menunjukkan adanya problem muskuloskeletal
seperti: Tachicardia, hipertensi—gout, Perubahan kulit (kering ibu jari, telunjuk)
—carpal tunnel syndrome/CTS

2) Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara sistematis untuk
menghindari kesalahan. Bila mungkin gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien
dapat bergerak bebas saat dilakukan periksaan gerak/ berjalan.
Alat yang diperlukan yaitu: Meteran pita, pulpen (penanda kulit), dan Goniometri.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
32

a) Inspeksi dan palpasi lakukan LMF(LOOK, FEEL, dan Move).


Inspeksi Cara Berdiri & Berjalan:
– Dasar topangan: BB tersebar merata
– Stabilitas: mampu berdiri dg jari kaki, kaki kiri/kaki kanan
– Fostur: tegak
– Posisi kaki: ibu jari lurus ke depan
Inspeksi Anggota Gerak Atas & Bawah
- Catat ukuran & kontur sendi.
- Inspeksi kulit & jaringan sekitar sendi: warna, pembengkakan, & massa atau
deformitas.
- Inspeksi kelompok otot: ukuran dan kesimetrisannya. Adanya pembengkakan
bermakna adalah tanda iritasi sendi.

Palpasi Anggota Gerak Atas & Bawah


- Palpasi tulang dan otot disekitarnya: suhu, tenderness, pembengkakan, fluktuasi,
krepitasi, resistensi terhadap tekanan, dan tonus otot.
b) Range of Motion
ROM aktif dan pasif untuk setiap sendi dan kelompok otot terkait, catatlah:
- Adanya nyeri
- Keterbatasan gerak
- Spastis
- Instabiltas sendi
- Deformitas
- Kontraktur
Bandingkan otot-otot dan sendi-sendi kanan dan kiri (bilateral) ukur gerak sendi/ ROM
dengan goniometer.

NILAI KETERANGAN

0 (zero) Tidak ada kontraksi saat dipalpasi, paralisis


1 (trace) Terasa adanya kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan
3 (poor) Dengan bantuan/ menyangga sendi dapat melakukan ROM secara
penuh
3 (fair) Dapat melakukan ROM secara penuh denagn melawan gravitasi
tetapi tidak dapat melawan tahanan
4 (good) Dapat melaukan ROM secaar penuh dan dapat melawan tahanan yang
sedang
5 (normal) Gerakan ROM penuh dengan melawan gravitasi dan tahanan

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
33

Lakukan perkusi untuk mengetahui adanya cairan dalam rongga sndi. Lakukan auskultasi guna
mengetahui adanya kelainan pada vaskuler dan krepitasi. Selama pengkajian lakukan dengan
cara duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontraindikasi pada klien.
Pertama, pada waktu duduk lakukan pengamatan secara umum dan tegaknya tubuh.
Periksa kepala, leher, bahu dan ekstrmitas atas. Berikutnya klien berdiri dan periksa dada,
punggung dan illium. Observasi juga hubungan antara tubuh yang lain, misalnya hubungan
anatar kaki dengan tungkai, tungkai dengan panggul dan panggul dengan pelvis. Mintalah pasien
untuk berjalan dan observasi mobilitas tumpuannya, gerakan sendi, amati adanya
ketidaknyamanan, kekakuan sendi dan kelemahan otot, kurangnya kordinasi atau deformitas.
Observasi adanya deformintas spinal misal kifosi, skoliosis, lordosi. Observasi pula danya
genuvarum dan valgum.
Terakhir klien diperiksa dengan posisi tidur, lakukan pemeriksaan pada panggul, lutut,
tumit dan kaki. Kemampuan fisik banyak dipengaruhi oleh sistem persyarafan untuk itu perlu
memahami konsep persyarafan guna mempermudah pemeriksaan fisik. Misalnya untuk
ekstremitas atas dipersyarafi oleh percabangan pleksus brakhialis. Untuk fleksi siku dipengaruhi
oleh saraf C5, C 6 sedangkan eksistensi siku oleh C7, C8 demikian seterusnya.

Six Basic Type of Joint Motion:


- Flexion and extention
- Dorsiflexion and plantar flexion
- Adduction and abduction
- Inversion and eversion
- Internal and external rotation
- Pronation and supination

c) Inspeksi dan Palpasi TMJ


Temporo-mandibular Joint (TMJ)
- Inspeksi area di depan telinga
- Tempatkan ujung-ujung 2 jari (telunjuk dan tengah) di bagian depan telinga dan
mintalah pasien untuk membuka dan menutup mulut
- Turunkan jari-jari anda ke bagian depresi di area sekitar sendi, dan catat kehalusan
gerakan dari mandibula
- Catat adanya nyeri, kripitasi, dan keadaan tekunci
- Kaji ROM: Buka & tutup mulut (3-6 cm), Gerakan lateral (1-2 cm) dan Protrusi &
kontraksi
- Kaji kekuatan otot: Temporalis dan Masseter

d) Inspeksi-Palpasi Cervical Spine


- Inspeksi: kelurusan kepala, kesimetrisan otot dan lipatan kulit.
- Palpasi prosesus spinosus dan sternomastoid, trapezius, dan otot paravertebral.
- Kaji ROM Cervical-spine:
a. Flexion : 45 °
b. Extension : 45 °
c. Rotation : 70 °

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
34

e) Inspeksi-Palpasi Toraks & Lumbal Spine


Inspeksi: kelurusannya (alignment), ketegak-annya ( straightness), lengkungnya (curves),
lordosis, kiposis, gibbous dan scoliosis. Palpasi: tenderness, Kaji ROM Torak & Lumbal
spine:
a. Flexion : 70-90 °
b. Hyperextension : 30 °
c. Lateral bending : 35 °
d. Rotation upper trunk: 30 °

f) Inspeksi-Palpasi Bahu
- Inspeksi: ukuran, kesimetrisannya, kontur, dislokasi atau lempeng skapula.
- Palpasi: sendi dan otot, catat adanya spasme atau atropi otot, pembengkakan, panas atau
tenderness.
- Kaji ROM:
a. Forward flexion : 180 °.
b. Hyperextension : 50 °.
c. Abduction : 180 °.
d. Adduction : 50 °.
e. Internal &external rotation: 90 °
f. Shrug: evaluate shoulder girdle muscles and cranial nerve XI.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
35

g) Inspeksi-Palpasi Bahu: Kekuatan otot:


a. Mengankat bahu
b. Fleksi kedepan dan ke atas
c. Abduksi melawan tahanan
d. Mengangkat bahu juga menguji integritas saraf kranial XI, asesoris spinal

h) Inspeksi-Palpasi Siku
- Inspeksi: kontur, sudut gerakan, nodul subcutan.
- Palpasi: prosesus olecranon dan epicondyles medial &lateral, note tenderness,
pembengkakkan, penebalan.
- Kaji ROM Siku:
a. Flexion : 160°
b. Extension : 180°
c. Pronation : 90°
d. Supination : 90°
- Kekuatan otot:
- Menstabilkan lengan orang dengan satu tangan.
- Mintalah memfleksikan siku melawan tahanan yang anda berikan pada bagian
proksimal pergelangan tangan. Kemudian meminta orang tersebut untuk meng-
ekstensi-kan siku melawan tahanan anda

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
36

i) Inspeksi-Palpasi Hand & Wrist


- Inspeksi: kontur, posisi, bentuk, jumlah & kelengkapan jari-jari tangan, deviasi jari.
- Palpasi sendi: tekstur, pembengkakan, tenderness, nodules, pertumbuhan tulang
berlebihan.
- Kaji ROM:
a. Fleksijari : 90°
b. Hiperekstensi jari : 30°
c. Fleksi wrist : 90°
d. Hiperkestensi wrist: 70°
e. Rotation of hand : gerak ke radial: 20° : gerak ulnar : 55°
- Phalen test—
o Mintalah pasien tersebut memfleksikan kedua sendi pergeralngan tangan
sehingga kedua punggung tangan bertemu (90°).
o Fleksi akut dari pergelangan tangan selama 60 detik tidak menghasilkan gejala
di tangan normal.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
37

- Tinel sign—
Perkusi langsung pada lokasi saraf median di pergelangan tangan tidak menghasilkan
gejala di tangan normal.

j) Inspeksi-Palpasi Hip
- Inspect: kesimetrisannya, ukuran, lipatan gluteal.
- Palpasi: stabilitas, tenderness.
- Kaji ROM:
o Flexion : 90 °
o Hyperextension : 30 °
o Abduction and adduction
o Internal rotation : 40 °
o External rotation : 45 °
- Patrick’s test.

k) Inspeksi-Palpasi Legs and Knees

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
38

- Inspeksi: Bentuk dan kontur sendi lutut, lalu cek tanda pembengkakan, dan otot
kuakdisep di anterior femur akan adanya atropi.
- Palpasi: Mulai pada bagian depan femur, sekitar 10 cm di atas peleta. Palpasi dengan ibu
jari kiri anda dan area suprapatela. Catat konsistensi jaringan.
- Kaji ROM:
o Flexion : 130 °
o Extension : 30 ° untuk ekstensi penuh
o Hyperextension: 15 °
- Menilai kekuatan otot: meminta paien untuk mempertahankan fleksi lutut saat Anda
melawan dengan mencoba untuk menarik kaki ke depan.
Bulge sign
a) Gerakan dengan hati-hati pada bagian medial lutut dua atau tiga kali untuk mengetahui
pergerakan cairan.
b) Tekan bagian lateral.
c) Perhatikan sisi medial di untuk mengenali adanya gelombang cairan.

Ballottement Patella-
1. Gunakan tangan kiri Anda untuk menekan kantong suprapatellar untuk memindahkan
cairan yang ada ke dalam sendi lutut.
2. Dengan tangan kanan, dorong patela ke tulang paha.

McMurray test-

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
39

1. Pegang tumit, dan fleksi-kan lutut dan pinggul.


2. Tempatkan tangan anda lainnya di lutut dengan jari di sisi medial.
3. Rotasikan kaki ke dalam dan keluar untuk melonggarkan sendi.
4. Rotasikan kaki secara eksternal, dan dorong valgus pada lutut.
5. Kemudian secara perlahan ekstensikan lutut

Straight leg raising test—


• Kaki lurus naik, sementara itu, pertahankan lutut ekstensi, normalnya tidak menimbulkan
nyeri

l) Inspeksi-Palpasi Feet and Ankle


- Inspeksi: kontur dan posisi, ukuran dan jumah jari-jari kaku, kelurusan, pembebanan
berat badan, dan lengkung-nya.
- Palpasi: panas, pembengkakan, tenderness.
- Kaji ROM:
o Dorsifleksi & plantar fleksi
o Inversion & eversion
o Abduction & adduction
- Kaji kekuatan otot:
o Pertahankan dorsipleksi dan plantarpleksi melawan tahanan yang anda berikan

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
40

Beriku ini gambaran tentang kelainan-kelainan yang banyak terjadi pada masing-masing
regio yang mengalami sakit.
1. Regio leher, kelainan yang terjadi antara lain: servical spondilitas, trauma, rhematoid
arthritis, infeksi dan neoflasma.
2. Regio bahu, kelainan yang menyertai antara lain frozenshoulder trauma, calcifying
tendinitis, dislokasi sendi bahu, dan infeksi
3. Regio siku berupa trauma, tennis, elbow, bursitis olekranon, pulled elbow, infeksi, myositis
ossificans.
4. Regio pergelangan tangan, berupa trauma ganglion, peradangan dan carpal tunnel syindrom.
5. Regio tangan, berupa trauma, inflamasi, tumor, penyakit degeneratif.
6. Regio tulang belakang berupa skoliosis, infeksi HNP (hernia Nucleus Pulposus), metastase
tumor, trauma, kelainan kongenital, osteoarthritis.
7. Regio panggul, berupa congenital dislocation of hip, infeksi, slipped capital epiphysis,
transien synovitas, trauma.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
41

8. Regio lutut, berupa trauma, infeksi, penyakit degeneratif, dislokasi patela berulang, normal
variasi genu valgum atau genu varum.
9. Regio pergelangan kaki, berupa trauma, infalamasi, ruptur tendon akhiles
10. Regio kaki, berupa CTEV (congenital talipes equino varus), flat foot, hallux valgus
inflamasi, plantas fasciitis.

3) Pemeriksaan psikososial
Berdasarkan data riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik maka perawat dapat
mengantisipasi masalah-masalah psikososial. Contohnya pasien dngan multiple fraktur
yang harus imobilisasi lama dan pengobatan yang lama beresiko terjadi perubahan
sensori. Menjalani perawatan yang lama atau cacat permanen menyebabkan klien
kehilangan pekerjaan. Stress dapat terjadi pada klien yang mengalami nyeri kronis.
Deformitas akibat penyakit atau muskuloskeletal dapat menimbulkan perubahan
“body image” dan konsep diri. Serta perasaan lain berupa cemas, ketakutan, merasa tak
berdaya dan lain lain.

b. Pemeriksaan Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang Yang Diperlukan Pada Klien


Gangguan Sistem Muskulo Skeletal.

Klien biasanya akan merasakan cemas dengan prosedur diagnostik yang akan dilakukan
khususnya bila yang belum tahu sama sekali. Untuk itu jelaskan prosedur dengan cara yang tepat
pada klien dengan kluarganya. Jika memungkinkan tunjukkan lebih dulu peralatan yang akan
digunakan. Jelaskan secaar detil suara- suara peralatan tersebut dan perasaan –perasaan selama
dilakukan tindakan. Adapun pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah:
1) Pemeriksaan radiologi/ radiografi
Rontgen diawali dengan posisi anteropoterior (AP). Posisi atau proyeksi lain yaitu lateral
atau obligue tergantung dari bagian skeletal mana yang akan dievaluasi. Pemeriksaan rotgen
ini tidak melalui persiapan khususnya bagi pasien namun perawat perlu menjelaskan
tujuannya dan prosedur pemeriksaannya.

2) Myelografi
Myelografi dilaksanakan dengan memasukkan zat kontras ke rogga sucarachnoid pada
spinal, biasanya melalui lumbal pungsi. Pemeriksaan ini untuk melihat kondisi kolumna
vertebralis, rongga intervertebra, syaraf-syaraf spinal dan pembuluh darah. Untuk

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
42

pemeriksaan ini pasien terlebih dahulu dipersiapkan yaitu malam sampai pagi sebelum
pemeriksaan, perawat meningkatkan kebutuhan cairan secara oral atau intravena untuk
mempertahankan hidrasi. Dalam hal ini dibutuhkan cairan yang edekuat untuk
mempertahankan keseimbangan cairan serebrospinal, mencegah dehidrasi, persiapan bila
setelah pemeriksaan pasien muntah ( dibutuhkan cairan kurang lebih 3000cc). phenothiazin
dan obat- obat depresan atau stimulan tidak boleh diberikan pada 48 jam sebelum
pemeriksaan. Perawat perlu menanyakan riwayat alergi terhadap “iodine” atau makanan
laut, riwayat gangguan hepar atau ginjal, karena sebagian media didasari “iodine” yang
dapat menimbulkan alergi (anafilaksis). Sedangkan metabolisme dan eksresi zat kontras
tergantung pada fungsi hati dan ginjal.
Perawat memberikan penjelasan tentang prosesdur selama dan setelah pemeriksaan.
Sebagian klien merasa cemas dengan prosedur penusukan jarum ke spinal yang
dikhawatirkan akan terjadi paralisis. Perawat menjelaskan bahwa resiko untuk terjadinya
kerusakan neurologik adalah kecil karena suntikan dibawah spinal cord. Setelah
pemeriksaan posisi tidur klien lurus terlentang minimal 8 jam dan ada yang 24 jam baru
dizinkan miring kiri dan kanan. Namun tetap mengikuti kebijakan dari rumah sakit.
Pengamatan posisi ini tergantung pula pada jenis zat/media yang digunakan, misalnya pasien
yang mendapatkan metrizimade posisi 15-450 selama 8-16 jam. Selain hal tersebut perawat
mengevaluasi/ memonitor status neutrologi pasien selama 24 jam biasanya setiap 4 jam
sekali.
Sebelum melakukan pemeriksaan Myelografi ini pasien harus melakukan persiapan
sebagai berikut :
· Puasa 5 jam sebelum pemeriksaan
· Berikan penjelasan tentang prosedure pemeriksaan
· Foto pendahuluan : posisi AP dan Lateral dari objek yang akan diperiksa.
· Premedikasi ( bila diperlukan, mis : Scopolamine / Omnopon )

3) Computed Tomography (CT- Scan)


CT digunakan untuk mendeteksi masalah muskuloskeletal khususnya yang mengenai
kolumna vertebralis. Pemeriksaan ini dapat atau tidak menggunakan zat kontras. Bila
menggunakan diberikan secara oral atau intravena. Prosedur ini tidak invasif maak tindakan
keperawatan tidak terlalu rumit. Namun tetap diberikan penjelasan bahwa meja
pemeriksaannya keras dan terdengar suara dari mesin CT yang perlu diyakinakan bahwa hal
tersebut tidak membahayakan.

4) Biobsi Tulang
Spesimen pada biopsi tulang diambil secara mikroskopik. Ada dua tehnik yang
digunakan yaitu tertutup dengan menggunakan jarum dan terbuka yaitu insisi. Persiapan
klien yaitu dengan menjelaskan tentang prosedur yang digunakan. Tehnik terbuka lebih
memerlukan persiapan.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
43

Setelah pemeriksaan perawat melakukan pengamatan apakah terjadi perdarahan, bengkak


dan hematom yang merupakan komplikasi biopsi tulang. Untu menurunkan perdarahan
ekstremitas dimaksud di mobilisasi 12-24 jam. Tanda-tanda vital diukur setiap 4 jam untuk
24 jam pertama. Pemberian analgetik dapat menurunkan rasa tidak nyaman akibat prosedur
tersebut. Ganti balutan tiap hari sambil mengobservasi tanda- tanda peradangan atau infeksi.

5) Biopsi otot
Biopsi otot dilakukan untuk mendiagnosa adanya atrofi (distrofi otot) dan peradangan
(polimiositis). Prosedur biopsi otot sama dengan biopsi tulang.

6) Elektromiografi (EMG)
EMG biasanya dilakukan untuk menentukan potensi elektrolit otot. EMG membantu
untuk mendiagnosa adanya kerusakan neuromuskular, LMN (low Motorik Neuron), dan
syaraf-syaraf tepi. Klien perlu diberitahukan bahwa pemeriksaan ini dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman karena jarum elektroda yang masuk ke otot. Setelah pemeriksaan perawat
memebantu mengatasi rasa tidak nyaman dan mengobservasi apakah terdapat hematom pada
bekas tususkan jarum. Untuk itu dapat diberikan kompres dingin.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
44

7) Arthroscopy
Pemeriksaan ini menggunakan arthroscope yang dimasukkan ke persendian dan dapat
dilihat langsung kelainan yang nampak. Kilen diberikan informasi sebelum pemeriksaan
yaitu akan dilakukan tususkan pada lutut (biasanya pemeriksaan ini sering untuk memeriksa
lutut). Pasien akan dianastesi secara epidural atau spinal. Setelah pemeriksaan dilakukan
observasi khususnya 24 jam setelah pemeriksaan. Biasanya pasien dapat segera melakukan
aktivitas sehari.
Arthroscopy, yaitu tindakan minimalis pasif untuk menangani cedera sendi termasuk
lutut. Arthroscopy dilakukan oleh dokter spesialis orthopedi dengan cara memasukkan alat
kamera (endoscopic camera) ke bagian persendian seperti bahu, siku, panggul, angkle dan
lutut yang mengalami cedera. Dalam dunia ortopedi, Arthroscopy difungsikan untuk
menegakkan diagnosa dokter tanpa harus MRI. “Arthroscopy memungkinkan dokter
spesialis Orthopedic untuk melihat ke dalam sendi anda tanpa harus membuat sayatan besar”
Umumnya Arthroscopy digunakan pada pasien yang mengalami cedera saat berolahraga
seperti cedera lutut, cedera miniscus, hingga ligamen. Untuk cedera bahu, biasanya untuk
pasien yang mengalami bahu nyeri dan kaku (frozen shoulder). Selain itu, Arthroscopy dapat
digunakan pada orang lanjut usia atau pada kelainan degeneratif untuk membersihkan
pengapuran.

-hari.

8) Magnetik Resonance Imaging (MRI)


Prosedur pemeriksaan MRI merupakan interaksi antara bahan magnetik, gelombang
radio, dan inti atom yang menggambarkan densitas hidrogen. Untuk beberapa jaringan
dengan gambaran “Cross Sectional” menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan radio-
grafi atau CT. Pemeriksaan ini khususnya digunakan untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pada otot, tendon dan ligamen.
Prawat memastikan bahwa pasien tidak menggunankan bahan- bahan dari metal dan
pakaiannya tidak menggunakan ritsleting. Demikian juga bahan lain dalam tubuh misal
titanium atau stainles steel yang ditanam pada persendian atau bahan elektronik dalam tubuh
(pace –Maher). Meskipun MRI bukan tindakan invasif, namun pasien dapat merasakan
kurang nyaman karena harus berbaring 30-60 menit.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
45

9) Ultrasonagrafi
Pada gangguan muskuloskeletal USG digunakan untuk mendeteksi gangguan pada
jaringan yang lunak seperti adanya masa dan akumulasi cairan. Pemeriksaan ultrasound
menggunakan sistem gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan yang
diperiksa. Sebelum pemeriksaan diolesi jelly pada kulit diatas jaringan yang akan diperiksa
untuk memudahkan gerakan alat. Untuk pemeriksaan USG tidak ada persiapan maupuan
perawatan khusus.

Referensi :

Risnanto dan Uswani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish
Anatomi and physiology I diakses melalui: https://courses.lumenlearning.com/suny-ap1/
Evelyn C. Pearce. (2009). Anatomy and physiologi for nurses. Jakarta: Gramedia.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
46

CHAPTER 4
ANATOMI FISIOLOGI PERSARAFAN

Otak dan sumsum tulang belakang adalah sistem saraf pusat, dan mereka mewakili organ
utama sistem saraf. Sumsum tulang belakang adalah struktur tunggal, sedangkan otak orang
dewasa dijelaskan dalam empat wilayah utama: otak besar, diencephalon, batang otak, dan otak
kecil. Pengalaman sadar seseorang didasarkan pada aktivitas saraf di otak. Regulasi homeostasis
diatur oleh daerah khusus di otak. Koordinasi refleks tergantung pada integrasi jalur sensorik dan
motorik di sumsum tulang belakang.
A. Cerebrum (Otak besar)
Mantel abu-abu ikonik otak manusia, yang tampaknya membentuk sebagian besar massa
otak, adalah otak besar (Gambar 1). Bagian yang keriput adalah korteks serebral, dan sisa
struktur berada di bawah lapisan luar itu. Ada pemisahan besar antara kedua sisi serebrum yang
disebut fisura longitudinal. Ini memisahkan otak menjadi dua bagian yang berbeda, belahan otak
kanan dan kiri. Jauh di dalam otak, materi putih dari corpus callosum menyediakan jalur utama
untuk komunikasi antara dua belahan korteks serebral

Figure 1. This figure shows the lateral view on the left panel and anterior view on the right panel of the brain.
The major parts including the cerebrum are labeled

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
47

B. Cerebral Cortex
Otak ditutupi oleh lapisan terus-menerus dari materi abu-abu yang membungkus di
kedua sisi otak depan — korteks serebral. Bagian tipis dan luas dari materi abu-abu keriput ini
bertanggung jawab atas fungsi sistem saraf yang lebih tinggi. Gyrus (jamak = gyri) adalah
punggungan dari salah satu kerutan itu, dan sulkus (jamak = sulci) adalah alur antara dua gyri.
Pola lipatan jaringan ini menunjukkan daerah spesifik korteks serebral. Kepala dibatasi oleh
ukuran jalan lahir, dan otak harus masuk ke dalam rongga tengkorak

Figure 2. Lobes of the Cerebral Cortex. The


cerebral cortex is divided into four lobes.
Extensive folding increases the surface area
available for cerebral function

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
48

CHAPTER 5
GANGGUAN SISTEM MUSCULOSKELETAL

A. PEMERIKSAAN FISIK DAN


B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Mengkaji dan mendiskusikan lima proses keperawatan tentang masalah gangguan pada system
muskuloskletal :

i. Osteomielitis
ii. Osteoporosis
iii. Fraktur
iv. Amputasi
v. Stroke

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
49

CHAPTER 6
GANGGUAN SISTEM MUSCULOSKELETAL

Mengkaji dan mendiskusikan lima proses keperawatan tentang masalah gangguan pada
system muskuloskletal :

A. Osteomielitis
B. Osteoporosis
C. Fraktur
D. Amputasi
E. Stroke

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
50

CHAPTER 7
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
MUSKULOSKLETAL, PERSARAFAN DAN INDERA

Daftar Isi
Pengkajian Keperawatan Sistem Persarafan
Anamnesis
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Diagnostik

A. Pengkajian Keperawatan Sistem Persarafan


Pengkajian Keperawatan Sistem Persyarafan adalah salah satu komponen dari asuhan keperawatan
meliputi usaha pengumpulan data, membuktikan data tentang status kesehatan seorang klien, baik fisik,
emosi, pertumbuhan, sosial, kebudayaan, intelektual maupun aspk spiritual. Pada tahapan pengkajian
seorang perawat membutuhkan keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara dan
permeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan seluruh fase pada asuhan keperawatan.
Pengkajian keperawatan teutama melakukan evaluasi fungsional. Kedalaman pengkajian bergantung
pada keluhan fisik dan riwayat kesehatan klien . Selama pengkajian perawat mengkaji fungsi neorologis
klien seperti pola bicara, status mental, gaya berjalan, cara berdiri, kekuatan motorik dan koordinasinya.
Kom ponen pengkajian keperawatan secara komprehensif yang dilakukan oleh perawat secara
umum meliputi melakukan anamnesis pada klien, keluarga dan perawat lainnya, memeriksa kesehatan,
meninjau catatan atau status klien untu melihat pemeriksaan diagnostik, melakukan konsultasi dengan
anggota tim kesehatan lainnya dan meninjau literatur yang terkait dengan kondisi klien. Berikut ini skema
sistem pengkajian keperawatn sistem prsarafan.

Pengkajian keperawatan
Sistem persarafan

Pemeriksaan Pemeriksaan Studi literatur


Anamnesis Konsultasi dengan
kesehatan diagnostik
Sistem Sistem persarafan tim kesehatan lain

Studi pada status MRS sebelumnya,


Keluhan utama,
Pemeriksaan fisik interpretasi pemeriksaan: Rontgen foto, CT
riwayat kesehatan,
umum, scan, PET, MRI, angiografi serebral, EEG
pengkajian
pemeriksaan mielografi, elektromiografi, lumbal pungsi
psikososial,
neurologis dan pmeriksaan cairan serebrospinal,
spiritual
laboratorium

Analisa data

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
51

B. Anamnesis

Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem persyarafan


merupakan hal utama yang dilakukan oleh perawat.
Anamnesis secara umum meliputi pengumpulan informasi tentang status kesehatan klien yang
menyeluruh mengenai fisi, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan,
status ekomoni, kemampuan fungsi dan gaya klien.
Pengakian umum neorologis meliputi identitas umum, keluhan utama, riyawat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga yang berhubungan dengan neorologis
klien.
a) Identitas Umum
Identitas klien mencakup nama, usia (masalah disfungsi neorologis kebanyakan terjadi
pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register dan diagnosis medis.

b) Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya akan terlihat bila terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang
sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk,
sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS<15) akral dingin dan ekspresi rasa
takut.

c) Riyawat Penyakit Sekarang


Pada gangguan neorologis riwayat Penyakit Sekarang yang mungkin didapatkan meliputi
adanya riwayat trauma, riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh pada saat klien
melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal seperti mula, muntah, kejang sampai
tidak sadarkan diri, gejala lumpuh sebelah atau seluruh badan, gangguan fungsi otak yang
lain, gelisah, latergi, lelah apatis, perubahan pupil, pemakaian obat –obatan (sedatif,
antipsikotik, perangsang saraf) dan lain-lain

d) Riwayat Penyakit Dahulu


Beberapa pertanyaan yang mengarah pada riwayat penyakit dahulu dalam pengkajian
neurologi:
- Apakah klien menggunakan obat-obatan, seperti analgesik, sedatif, hipnotis, antipsikotik,
antidepresan atau perangsang sistem persarafan.
- Apakah klien mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang, tremor, pusing, vertilago, kebas
atau kesemutan pada bagian tubuh, kelemahan nyeri atau perubahan dalam bicara dimasa
lalu.
- Diskusikan dengan keluarga mengenai prilaku klien akhir0akhir ini contoh: peningkatan
iritabilitas, perubahan suasana hati, atau kehilangan ingatan.
- Menanyakan riwayat perubahan penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
- Riwayat trauma kepala atau batang spinal, meningitis, kelainan kongenital, penyakit
neurologis, atau konseling psikiatri
- Riwayat peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah tinggi.
- Riwayat tumor, baik yang ganas maupun jinak pada sistem persarafan.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
52

e) Penyakit Keluarga Yang Berhubungan Dengan Neorologis Klien


Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus yang
memberikan hubungan dengan beberapa masalah disfungsi neurologis seperti stroke
hemoragis dan neuropati perifer.

f) Pengkajian psikososial
Pengkajian psikologis klien dilakukan untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan perilaku klien. Suatu pemeriksaan mental kecil meliputi
penampulan, prilaku, afek, suasana hati, lafal, isi dan kecepatan berpikir, persepsi serta
kognitif. Pengkajian status emosional dan mental secara fisik lebih banyak termasuk
pengkajian fungsi serebral meliputi tingkat kesadaran, perilaku dan penampilan, bahasa,
dan fungsi intelektual termasuk ingatan, pengetahuan, kemampuan berpikir abstrak,
asosiasi dan penilaian.

g) Kemampuan koping normal


Pengkajian ini untuk mengetahui mekanisme koping yang digunakan oleh klien dalam
merespon emosinya dan dampak yang ditimbulkan seperti ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan
trhadap dirinya yang salah ( gangguan citra tubuh).

h) Pengkajian sosioekonomispiritual.
Terdapat dua perspektif keperawatan dalam mengkaji ini yaitu keterbatasan yang
diakibatkan oleh defisit neorologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan
rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis didalam
sistem dukungan individu

C. Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan fisik pasien dengan gangguan sistem persyarafan secara umum biasanya
menggunakan tehnik per sistem yang meliputi B1 (breathing), B2 (bleeding), B3 (Brain), B4
(bladder), B5 (bowel) dan B6 (Bone). Perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik sistem
persyarafan memerlukan pengetahuan tentang anatomi fisiologi dari sistem persyarafan dan
neuroanatomi dasar.
Secara umum pemeriksaan fisik pada sistem persarafan ditujukan untuk area fungsi mayor
meliputi:
 Tingkat kesadaran
Kesadaran yang sehat dan edekuat dikenal sebagai kewaspadaan, yaitu aksi dan reaksi
terhadap apa yang diserap (dilihat, didengar, di hidu, dikecap dan seterusnya) bersifat
sesuai dan tepat. Keasadaran yang terganggu dapat menonjolkan kedua seginya, yaitu
unsur tingkat dan unsur kualitasnya.

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
53

Tabel . Responsivitas Tingkat Kesadaran


TINGKAT RESPON KLINIS

Terjaga Normal
Sadar Datap tidur lebih dari biasanya atau sedikit bingung saat terjaga
tetapi berorientasi sempurna ketika bangun
Latergi Mengantuk tetapi dapat mengikuti perintah sederhana ketika
dirangsang
Stupor Sangat sulit dibangunkan, tidak konsisten mengikuti perintah
sedrhana atau berbicara satu kata frasa pendek
Semikomatosa Gerak bertujuan ketiga dirangsang atau tidak mengikuti perintah
atau brbicara koheren
Koma Dapat berespon dengan postur secara reflek ketika distimulasi
atau tidak ada berespon pada stimulus
(Sumber Carolyn M.Hudak dan Barbara M. Gallo. Keperawatan Kritis pendekatan
holistik, Jakarta EGC,1996).

Pada keadaan perawatan pengumpulan data untuk menilai kesadaran dapat menggunakan
Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Score) yang memungkinkan pemeriksa membuat tiga
tingkat respon utama klien terhadap lingkungan yaitu membuka mata, mengucap kata dan
melakukan gerakan. Nilai total masikum dalam keadaan sadar penuh adalah 15. Nilai minimum
3 menandakan klien tidak berespon dan jika nilai kkurang dari 8 maka dinyatakan koma.

Glasgow Coma Score


Respon Motorik Respon Verbal Membuka Mata
Menurut 6 Orientasi 5 Spontan 4
Terlokalisasi 5 Bingung 4 Terhadap Panggilan 3
Menghindar 4 Kata Tidak Mengerti 3 Terhadap Nyeri 2
Fleksi Abnormal 3 Hanya Suara 2 Tidak Dapat 1
Ekstensi 2 Tidak Ada 1
Tidak Ada 1

 Fungsi serebri
Pemeriksaan fungsi serebral secara ringkas mencakup pemeriksaan status mental, fungsi
intelektual, daya pikir status emosional dan kemampuan bahasa.
1. Status Mental
Secara ringkas, prosedur pengkajian status mental klien dapat dilakukan sebagai berikut.
- Observasi penampilan klien dan tingkah lakuknya dengan melihat cara berpakaian
klien, kerapian dan kebersihan diri.
- Observasi postur, sikap gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah dan aktivitas motorik
- Observasi gaya bicara klien dan tingkat kesadaran
- Apakah gaya bicara klien dan tingkat kesadarannya

Untuk melihat lebih jauh penilaian status mental bagi perawat lihat tabel berikut ini:

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
54

PENILAIAN RESPON

Perhatian Rentang perhatian kedepan dan kebelakang


Daya ingat - Jangka pendek: mengingat kembali tiga buag benda setelah lima
menit
- Jangka panjang: mengingat nama depan ibunya, mengingat
kembali menu makanan pagi, kejadian pada hari sebelumnya dan
sebagainya
Perasaan (afektif ) - Amati susana hati yang tercermin pada tubuh, ekspresi tubuh
- Deskripsi verbal afektif
- Verbal sesuai dengan indikator tubuh tentang suasana hati
Bahasa - Isi dan kualitas ucapan spontan
- Menyebutkan benda-benda yang umum, bagian dari suatu benda
- Pengulangan kalimat
- Kemampuan untuk membaca dan menjelaskan pesan-pesan
singkat pada surat kabar majalah
- Kemampuan menulis secara spontan
Pikiran - Informasi dasar (seperti presiden terbaru dan tiga presiden
terdahulu
- Pengetahuan tentang kejadian baru
- Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu
- Menghitung menambahkan dua angka mengurangi 100 dengan 7
Persepsi - Menyalin gambar: persegi, tanda silang, kubus dimensi
- Menggambar bentuk jam membuat peta ruangan
- Menunjuk kesisi kanan dan kiri tubuh
- Memperangakan: mengenakan jaket, meniup peluit dan
menggunakan sikat gigi

2. Fungsi Intelektual
Pengkajian fungsi intelektual yang dilakukan adalah a) mengingat atau memori, b)
pengetahuan umum, c) menghitung atau kalkulasi d) mengenal persamaan dan perbedaan
dan e) mempertimbangkan.

3. Daya Pikir
Pengkajian kemampuan berpikir klien dapat dilakukan selama wawancara:
- Apakah pikiran klien bersifat spontan, alamiah, jernih, relevan dan masuk akal?
- Apakah klien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan dan keasyikan sendiri?
- Apa yang menjadi pikiran klien?

4. Status Emosional
Pertanyaan- pertanyaan yang paling efektif memancing reaksi emosional ialah pertanyaan
mengenai keadaan dirumah, bisnis dan perusahaan, situasi negara dan kesehatan diri klien.
Secara ringkas pengkajian status emosional klien yang dapat dilakukan perawat, meliputi:
- Apakah tingkah laku klien alamiah, datar, peka, pemarah, cemas, apatis atau euforia?

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
55

- Apakah alam perasaan klien berubah ubah secara normal atau iramanya tidak dapat di
duga dari gembira menjadi sedih selama wawancara?
- Apakah tingkah laku klien sesuai dengan kata-kata atau isi dari pikiran
- Apakah komunikasi verbal klien sesuai dengan tampilan komunikasi nonverbal?

5. Kemampuan Bahasa
Orang yang sehat mampu mengerti dan berkomunikasi dalam pembicaraan dan bahasa
tulisan. Pada pengkajian ini, perawat mungkin menemukan beberapa hal sebagai berikut:
 Disfasia/ afasia,
Defesiensi fungsi bahasa akibat lesi atau kelaianan korteks serebri. Berikut ini beberapa
jenis disfasia:
Disfasia rseptif (posterior), adalah suatu keadaan saat klien tidak dapat memahami
bahasa lisan atau bahasa tertulis. Kelainan ini dicurigai bila klien ternyata tidak dapat
memahami setiap perintah atau pertanyaan yang diajukan. Bicaranya lancar tetapi tidak
teratur. Hal ini terjadi karena adanya lesi (infark, perdarahan atau tumor) pada hemisfer
yang dominan pada bagian posterior girus temporalis superior (area Wernicke).
Disfasia ekspresif (anterior), adalah suatu keadaan saat klien dapat mengerti, tetapi
tidak dapat menjawab dengan tepat. Bicaranya tidak lancar. Kelainan ini terjadi karena
adanya lesi pada bagian posterior girus frontalis inferior (area Broca).
Disfasia nominal, adalah suatu keadaan saat klien tidak mampu menyebutkan nama
benda tetapi aspek lain dari fungsi bicara klien normal. Klien dapat menggunakan
kalimat yang panjang untuk mengatasi kegagalan menemukan kata yang tepat
(sirkomlokusi). Kelainan ini disebabkan oleh lesi pada daerah temporoparietal posterior
kiri. Penyebab lain meliputi: ensafalopati atau efek tekanan intracranial akibat lesi desak
ruang. Oleh karena itu makna lokalisasinya masih diragukan. Semua tipe disfasia
menyebabkan kesulitan dalam menyebutkan nama-nama benda.
Disfasia konduktif adalah suatu keadaan saat klien tidak dapat mengulangi kalimat-
kalimat dan sulit menyebutkan nama-nama benda, tetapi dapat mengikuti perintah.
Kelainan ini disebabkan oleh lesi pada fasikulus arkuatus yang menghubungkan area
Wernicke dan area Broca.
 Disartria, yaitu kesulitan artikulasi, tidak ditemukan kelaianan isi percakapan tetapi
terdapat kesulitan artikulasi. Penyebab tersering dari disartria adalah intoksikasi
alkohol. Disartria juga dapat disebabkan oleh penyakit serebelum karena kehilangan
koordinasi yang menyebabkan bicara pelo dan sering berbicara eksplosif atau bicara
dengan kalimat terpenggal-penggal yang disebut scaming speech.
 Disfonia yaitu kualitas suara yang berubah (parau) dengan volume yang kecil akibat
penyakit pita suara. Kelainan ini disebabkan oleh penyakit laring.

b) Saraf kranial
Pemeriksaan saraf kranial dimulai dengan mengatur posisi klien sehingga duduk di tepi
tempat tidur bila memungkinkan, perhatikan kepala, wajah dan leher klien. Catat apakah
terdapat hidrosefalus (kepala dan wajah menyerupai segitiga terbalik) atau akromegali.
 Saraf kranial I
Saraf olfaktorius (saraf kranial I) menghantarkan rangsang bau menuju otak dan
kemudian diolah lebih lanjut. Tehnik pemeriksaan dimulai dengan mata klien ditutup
dan pada saat yang sama satu lubang hidung ditutup, lalu klien diminta membedakan zat

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
56

aromatis seperti cengkeh, minyak kayu putih. Kemudian klien diminta menyebutkan
nama zat tersebut. Penyebab gangguan penghidu tersering misalnya alerg, sinusistis dan
infeksi saluran pernapasan atas.
 Saraf kranial II
Saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Tes yang
dilakukan berupa:
Tes ketajaman penglihatan biasanya menggunakan Snellen Chart dengan cara
menggantungkan Snellen chart sejauh 6 meter dari klien dan minta klien membaca
huruf yang ada pada snelen chart.
Tes konfrontasi dilakukan dengan kerja sama klien. Jika ingin memeriksa salah satu
mata maka mata sebelahnya harus ditutup. Tes ini menggunakan jari pemeriksa dan
jarak pemeriksa dengan klien harus sejauh 30-40 cm. pemeriksa menggerakan jarinya
di salah satu lapang pandang klien kemudian meminta klien menyebutkan apa yang
dilihat. Dikatakan normal jika klien dapat melihat jari yang digerakkan oleh pemeriksa.
 Saraf III, IV dan VI
Saraf okulomotorius, troklearis, dan abdusens diperiksa secara bersama-sama, karena
saraf ini bekerja sama dalam mengatur otot-otot ekstraokular (EOM). Saraf
okulomotorius juga berfungsi mengangkat kelopak mata atas dan mempersarafi otot
konstriktor yang mengubah ukuran pupil. Persarafan EOM diperiksa dengan meminta
klien mengikuti gerakan tangan atau pensil dengan mata bergerak ke atas, kebawah,
medial dan lateral. Kelemahan otot diketahui jika mata tidak dapat mengikuti gerakan
pada arah tertentu.
Pemeriksaan fungsi reaksi pupil. Pupil normal mempunyai diameter yang berkisar
antara 2 sampai 6 mm dengan rata-rata diameter pupil adalah 3 ½ mm. pupil yang
sempit disebut miosis yang sering terjadi dalam keadaan tidur, koma yang dalam dan
intrakranial yang tinggi. Pupil yang lebar disebut midriasis terjadi akibat keadaan
nyeri, ketakutan dan cemas.
 Saraf kranial V
Saraf trigeminus terdiri dari serabut sensorik dan serabut motorik. Adapun
pemeriksaannya sebagai berikut:
Pemeriksaan Reflek Trigeminal, pada pemeriksaan reflek ini paling sering diperiksa
yaitu reflek kornea
kkkk

 kkk
c) Sistem motorik
d) Respon reflek
e) Sistem sesnsorik

D. Pemeriksaan Diagnostik

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
57

1. Pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktfitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
58

E. Masalah perawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
F. Rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
G. Implementasi pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem muskuloskletal,
persarafan dan indera
H. Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien gangguan aktifitas patologis sistem muskuloskletal,
persarafan dan indera
I. Dokumenatasi asuhan keperawatan pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
J. Praktik anamnesa pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem muskuloskletal,
persarafan dan indera
K. Prosedur pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera
1) Bentuk dan gait tubuh
2) Fungsi sensorik, motoric dan keseimbangan
3) Pemeriksaan reflek dan visus
L. Prosedur pemeriksaan diagnostic pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
muskuloskletal, persarafan dan indera : persiapan pemeriksaan CT Scan otak, MS, MRI, EEG,
angografi cerebral dan fungsi lumbal
M.Prosedur tindakan untuk memenuhi kebutuhan gangguan aktivitas :
1) Melatih pasien menggunakan alat bantu jalan : kursi roda,
2) Mengukur kekuatan otot
3) Melatih ROM
Memberikan obat sesuai program terapi

CHAPTER 8
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
PERSARAFAN DAN INTEGUMEN

a. Pengkajian

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
59

1) Anamnesa pada pasien gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem persarafan dan
integument
2) Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem persarafan
dan integument
3) Pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem
persarafan dan integumen
b. Masalah perawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem
persarafan dan integumen:
a) Nyeri
b) Askep Insomnia
c. Rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem
persarafan dan integumen
d. Implementasi pada pasien gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem persarafan dan
integument
e. Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien gangguan istirahat patologis sistem persarafan dan
integumen
f. Dokumenatasi asuhan keperawatan pasien gangguan kebutuhan istirahat patologis sistem
persarafan dan integument

CHAPTER 8
PRAKTIK ANAMNESA PADA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN
TIDUR PATOLOGIS SISTEM PERSARAFAN DAN INTEGUMENT

A. Prosedur pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan aktifitas patologis sistem
persarafan dan integument

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli
60

1) Pemeriksaan fisaik terhadap kekurangan kebutuhan tidur


2) Pemeriksaan skala nyeri
3) Pemeriksaan PQRST

B. Prosedur tindakan untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur :


1) Melakukan tindakan relaksasi dan destraksi (massage, imaginary)
2) Membantu melaksanakan ritual tidur
Melaksanakan program terapi sesuai program terapi

Ns.Tuti Sahara S.Kep.,M.Kep. Materi Kuliah KMB B Akper Jabal Ghafur Sigli

Anda mungkin juga menyukai