Anda di halaman 1dari 249

PE R PU S T

Direkton~t f'p"];ncl11?J!'1'1
/1 K A A N.
dan "erni)inaan
. .
l

Penini"galnn ·· .. ·,r-- 11 rl ·ri r'H 1J::lkala

NO. ft.lDUK ~0- . f{O ---- - - •


T G l. ~ - /l_ - lf{f{t
30 liA UN
INDO ESIA
-------..1 MER D KA

DITERBITKAN OLEH PT T IRA PUSTAKA, JAKARTA


Cetakan Kelima Tahun 1981

Tidak dibenarkan menyalin, mengutip, atau menyebarluaskan buku ini tanpa


persetujuan terlebih dahulu dari Sekretariat Negara Republik Indonesia.
SOEHARTO
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

KATA SAMBUTAN

Saya menyambut gembira terbitnya buku "30 tahun Ind on esia Merdeka" ini.

Buku in i berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai pengalaman bangsa Indonesia dalam masa
merdekanya selama 30 tahun ini. Dengan menyajikan berbagai peristiwa penting dihiasi dengan gambar-
gambar, buku ini menyegarkan ingatan kita akan perjoangan yang telah kita lakukan di masa lampau, yang
disertai dengan pengorbanan yang tidak terkirakan besarn ya, demi untuk cita-cita : Indonesia yang merde-
ka, berdaulat, adil dan mak mur. Buku ini juga menggamba kan kegigihan dan kepahlawanan bangsa Indo-
nesia dalam berjoang untuk mencapai cita-citanya itu, dengan tidak menutupi kesalahan-kesalahan yang te-
lah kita perbuat di masa lampau. Memang sebagai manusia sebagai bangsa, kita tidak lupu t dari kekurang-
an-kekurangan, namun yang penting adalah bahwa kita mampu menarik sari pelajaran dari pengalaman -
pengalaman di masa lam pau, untuk bekal kita menghadap dan membangun masa depan yang lebih baik.

Dari rangkaian peristiwa-peristiwa yang dilukiskan dalam buku ini, akan makin nyatalah bagi kita semua
betapa kuat dan ampuhnya Pancasila , yang menjadi landas. n serta menjiwai kehidupan negara dan bangsa
Indonesia. Demikian besar ri ntangan dan tantangan yang ki ta hadapi, akan tetapi Pancasila tetap tegak dan
kokoh, dalam masa 30 tahun ini dan lnsya Allah sampai ak h1r jaman.

Buku ini memperkaya kh asanah kepustakaan bangsa In donesia. Khususnya sebagai suatu dokumentasi ,
buku ini dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan guna lebi h jauh menggali sejarah bangsa Indonesia untuk
diwariskan kepada generasi yang akan datang.

Sudah barang tentu buku ini belum sepenuhnya semp .1 rna. Walaupun demikian buku ini diharapkan
dapat membantu para pem bacanya guna lebih menghayati hakekat perjoangan kita sebagai bangsa yang
merdeka. Oleh karena itu usaha menyajikan seperti ini pa ut disambut baik dan menjadi kewajiban kita
semua untuk selalu berusaha menyempurnakannya .

Jakarta, 17 Agustus 1975

PRESl7~0NESIA,

SOEHAR T O
MENTERl/SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDON ESI A

KAT A PENGANT A R

Tiga Dasawarsa Indonesia telah Merdeka!

Waktu 30 tahun cukup lama untuk merenungkan perjalanan sejarah suatu bangsa, karena ada jarak waktu
yang cu kup untuk meneliti ul ang perjalanan sejarah itu dengan sikap yang lebih jujur dan fikiran yang lebih
jernih. Sejarah bagi kita bukanlah semata-mata rentetan ken yataan-kenyataan tan pa arti. Sejarah bagi bang-
sa kita yang sedang membangun adalah juga berarti pasang naik dan pasang surutnya perjoangan, keberha-
silan dan kegagalannya, suka dan dukanya. Arti sejarah bagi bangsa ki ta yang terus membangun adalah ju-
ga sumber pengalaman dan pelajaran yang tid ak ternilai hargan ya untuk bekal melanjutkan perjoangan pem -
bangunan d i masa datang dal am pergumulan-pergumulan besar-besaran mendekati cita-cita Kemerdekaan .

Untuk tu juan itulah Pemeri nt ah menerbitkan buku bergamb ar "30 Tahun Indonesia Merdeka " ini.

Karena t uj uannya adalah untuk menggali kembali pengalaman dan pelajaran dari masa lampau, mak'a
buku ini dengan sekuat tenaga diusaha kan agar seobyektif m u ngkin penulisannya.

Buku seperti ini kita rasakan semakin pen ti ng artinya justru menjelang saat-saat bangsa kita mengalami
pergantia n generasi. Gen erasi yang lebih m uda perlu mengetahui apa yang dicita-citakan, apa yang dipikir-
kan, apa yang dikerjakan dan apa yang t idak dikerjakan oleh generasi sebelumnya dalam usaha besar untuk
menegakkan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan memb eri isi kepada kemerdekaan itu.

Buku bergambar ini t idak d imaksud kan sebaga i buk u sejarah, karena untuk itu diperlukan berbagai per-
syaratan il miah yang harus di penuhi. Nam un sejauh mu ngki n t elah di usahakan penelitian terhadap kenyata-
an-kenyataan dan peristi wa-peristiwa o leh para a khli sejarah, khususnya di lin gkungan Pusat Sejarah ABRI.

Uraian pada tiap peristiwa diberikan secara singkat. Bagi mereka yang ingin mengetahui lebih mendalam
mengenai sesuatu perist iwa perlu mem pelajarinya dari buk u sejarah atau sumber-sumber lain . Demikian
pula dengan gamba r-gam bar: ketiadaan bahan dokume ntasi mengenai berbagai peristiwa penting memaksa
buku ini memuat do ku men lain se perti gunti ngan surat kab ar , gambar-gambar yang tidak langsung meng-
abadikan peristiwa tersebut atau cara-cara lainnya lagi. Kend at ipun demikian buku ini berusaha membantu
memberikan keterangan dan gamb aran suasana berkenaan d engan terj adinya peristiwa yang bersangkutan .

Untuk memudahka n pembaca , peristiwa yang dicatat dal a m buku ini disusun secara kronologis dan dia-
dakan pengelompokan tahun demi tahun. Tetapi tidak dapat dihind arkan keterpaksaan untuk mengelom-
pokkan beberapa tah un dalam satu kelompok, semata-mata karena peristiwa-peristiwa yang dimuat dalam
buku ini dalam tahun-tahun yan g bersangkutan tidak terlalu banyak.

Gambar dan uraian mengenai pelaksanaan REPELITA I d en gan sengaja ditempatkan di bagian akhir dari
buku ini. De ngan cara demikian d iharapkan tidak menggan ggu urutan kronologis dari peristiwa-peristiwa
yang menjadi patokan dalam penyusunan buku ini; di samping itu juga agar lebih memudahkan kita dalam
menilai hasil pembangunan yang selama itu telah kita jalankan.

Banyak kesu litan dan hambatan dalam penyusunan buku ini, terutama karena terseraknya dokumentasi
gambar, tulisan dan keterangan-keterangan lain yang menyangkut sesuatu peristiwa di berbagai tangan. Na-
mun berkat kerjasama dari banyak fihak maka buku ini dapat terselesaikan juga dalam bentuknya yang se-
karang. Untuk itu kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
fihak, baik instansi Pemerintah maupun perorangan, yang telah membantu kami dalam menerbitkan buku
ini. Ucapan terima kasih yang khusus kami sampaikan kepada I PP HOS yang tel ah menyumbangkan foto-
foto yang sangat bersejarah itu, yang telah mengisi sebagian besar gambar dalam buku ini. Terima kasih ju-
ga kami sampaikan kepada para penyusun buku ini yang dengan tidak mengenal lelah te lah mengump ulkan
bahan, membahasnya dari berbagai sudut dan kemudian menyusunnya dalam rancangan pertama dari bu-
ku ini. Ucapan yang sama juga kami tujukan kepada para pejabat dan para akhli dari berbagai kala ngan
yang bersama-sama duduk dalam kelompok Penilai, yang telah memberikan penilaian dan pandangan serta
perbaikan-perbaikan pada rancangan pertama tadi , sehingga akhirnya buku ini terbit dengan bobot yang le-
bih dapat dipertanggungjawabkan.

Semoga buku ini bermanfaat dan memberi inspirasi bagi para pembaca, bagi mereka yang mengamb il ba-
gian dalam peristiwa-peristiwa sefarah Indonesia, bagi generasi yang lebih mud a yang akan melanjutkan se-
jarah itu, bagi kita semua.

Kita memang kaya akan berbagai pengalaman, yang menyenangkan ataupu n yang tidak menyenangkan,
yang secara juj ur dicoba· untuk diketengahkan dalam buku ini. Pengalaman adalah guru yan g paling bai k,
ya ng akan .meluruskan jalan kita bersama dalam melanjutkan perjoangan membangun masa depan yang
memberi kemajuan, k.esejahteraan dan keadilan sosial bagi sel uruh rakyat Indonesia.

Dengan pengantar ini kci.mi persembahkan buku ini kepada bangsa Indonesia.

Jakarta, 17 Agu stu s 1975


MENTER l /SEK RET AR IS NEGARA
selaku
KETUA PANI T IA NASIONA L PEN Y ELENGGA RA
PERINGATAN HUT K v1ERDEKA\N RI KE-XXX,

SUDHARMONO, SH
30TAH
INDON
MERDE

DAFTAR IS i

TAHUN 1950 17
TAHUN 1951-1955 55
TAHUN 1956- 1959 95
TAHUN 1960 157
TAHUN 1961 177
TAHUN 1962 199
TAHUN 1963 223
TAHUN 1964 241
30TAH
INDON
MERDE
Penanggung J awab :
Sudharmono, S.H., Menteri/Sekretoris Negara

Penanggung Jaw ab Penyusunan Naskah:


Brigjen TNI Drs. Nugroho Notos usanto, Kepolo Pusot Sejoroh ABR I Deportemen Pertohonon
Keomonon

Tim Penyusun:
Ketua: Ir. Ginandjar Kartasasmita. Anggota: Mayor Adm. A. Prabowo, Bambang Kesowo, S.H.,
Kapten Tit. Drs. Tanu Suherly, Drs. Wirawan Martoredjo, Kap ten Inf. Drs. Supardi R. , Drs.
Soegiarto, Drs. M. Hadijanto, Drs. Soedarto, A.C. Kale

Tim Penilai:
Ismail Saleh, S.H., (Wokil Sekretoris Kobinet). Anggota : Wang Suwandi, S.H., (Dirjen Pemerin-
tohon Umum don Otonomi Doeroh), Harsono/Soetikno Loekitodisastro, (Sekjen Deportemer.
Penerongon), Drs. T. Umar Al i, (Sekjen Deportemen Pendidikon don Kebudoyoon), Brigjen TNI
Suluh Dumadi, (Deputy I BAKIN), Brigjen TNI Sumrahadi, (Kepo/o Pusot Penerongon Deporte-
men Pertohonon Keomonon), Prof. Dr. Fuad Hasan, Drs. Moerdiono , ( Asisten Sekretoris Negara
Uruson Khusus), Drs. Yakob Oetama, Goenawan Moehamad

Editor Bidang Kebahasaan:


Prof. Dr. Amran Halim dan Dra. Yayah B. Lumintaintang (Pusot Pembinoon don Pengembongon
Bahasa, Jakarta)

PerancangTata Letak dan Juru IBM: PT Tira Pustaka, Jakarta


Editor KeP,ala: Drs. Willie Koen
Koordinator: Drs. Boedi Santosa
Anggota: Gunodo Sastroamidjojo, Tan Bok Tjoan, Jongky S., C. Kasmara
Juru IBM: Enggaryanti dan Djuri

Pencetak Cetakan Kelima: PT fnte rmasa Percetakan dan Penerbitan, Jakarta

Gambar Sampul:
Lukisan karya Duff ah, Reproduksi dari Buku " Lukison-/ukison don Potung-potung, Ko/eksi Pre-
siden Soekorno".

Cetakan Pertama Tahun 1977


Cetakan Kedua Tahun 1978
Cetakan Ketiga Tahun 1980
Cetakan Keempat, Mei Tahun 198 1
Cetakan Keli ma, J uni Tahun 1981

Cetakan Ketiga, Keempat dan Kel im a diterbitkan dalam empat buku


30 TAHUN
INDONESIA
ME ROE KA
1. 21 JANUARI Peleburan Bekas Anggota KN IL ke Dalam APRIS

1950 2. 23 JANUARI

3. 23 JANUARI
dan Pelaksanaan Persetujuan KMB dalam Bidang
Militer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kunjungan Pertama Presiden Indonesia ke Luar
Negeri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Peristiwa APRA di Bandung . . . . . . . . . . . . . . .
19

22
24
4. 29 JANUARI Jenderal Soedirman Wafat . . . . . . . . . . . . . . . . 28
5. 19 MARET Pengguntingan Uang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
6. 24 MARET Konferensi Tingkat Menteri dalam Rangka Uni ln-
donesia-Belanda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
7. 5 APRIL Peristiwa Andi Azis di Makassar . . . . . . . . . . . . . 35
8. 25 APRIL Peristiwa "RMS" (Republik Maluku Selatan) . . . . 38
9. 7JUNI Kunjungan Perdana Menteri India Shri Pandit
Jawaharlal Nehru. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
10. 15 AGUSTUS Kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia 42
11. 6 SEPTEMBER Pembentukan Kabinet Natsir, Kabinet Pertama se-
telah Kembali Menjadi Negara Kesatuan . . . . . . . 49
12. 27 SEPTEMBER Indonesia Menjadi Anggot} PerSe~lf;atan Bangsa-
Bangsa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . . . . 51
13. lOOKTOBER Pemberontakan lbnli Hadjar di Kalimantan Sel atan 53
21 JAN UARI 1950

PE L EBURA BEKAS
ANGGOTA NIL
KE DALAM PRIS DAN
PELAKSAN AAN PERSETU JU AN
KMB DALA
Bl DANG MI L ITER

Di bidang militer persetujuan yang dicapai dalam Konferensi Meja Bundar antara la-
1n memuat ketentuan-ketentu an mengenai pembentukan APRIS dengan TNI seba-
gai intinya, pembubaran KN IL dan pemasukan bekas anggota KN IL secara perorang-
an ke dalam APRIS.

Pembentukan APRIS ini kem ud ian diatur dengan Undang-undang Darurat Nomor 4
Tahun 1950. Pasal 1 Undang-u ndang tersebut menyebutkan :

"Yang dapat diterima menjadi anggota Angkatan Perang Republik Indonesia Seri-
kat ialah Warga Negara Rep ublik Indonesia Serikat bekas anggota Angkatan Pe-
rang Republik Indonesia dan Warga Negara Republik lndonesiaSerikatbekasang-
gota Angkatan Darat, yang di susun oleh atau di bawah kekuasaan Pemerintah Hin-
dia Belanda dan Warga Negara bekas anggota Angkatan Laut Kerajaan Belanda".

Di samping penyelesaian masalah personalia bangsa Indonesia bekas anggota tentara


Belanda, dalam rangka pelaksan aan persetujuan KMB di bidang militer telah dise-
rahterimakan pula peralatan-peralatan dan instalasi-instalasi militer dari Angkatan
Perang Belanda kepada APRIS

Serah terima tersebut dilakukan di berbagai tingkat, mulai dari Kementerian Perta-
hanan, Staf Angkatan Darat, An gkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian sam-
pai kepada eselon-eselon yang le bih rendah.
19
23 JANUARI 1950

KUNJUNGAN PERTAMA
PRESIDEN INDONESIA
KE LUAR NEGERI

Pada bu Ian Januari 1950 Presiden Soekarno mengadakan perlawatan ke India, Pa-
kistan, dan Birma. lni adalah kunjungan Presiden Indonesia yang pertama kalinya
ke luar negeri.

Di samping mempererat hubungan dengan negara-negara sahabat, kunjungan terse-


but dimaksudkan pula untuk memperkuat kedudukan Indonesia di dunia internasi-
onal. Ketiga negara yang dikunjungi oleh Presiden Soekarno ini telah banyak mem-
berikan bantuannya pada masa yang paling sulit bagi perjuangan Republik.

PM India Shri Pandit jawaharlal


Nehru menyambut kedatangan Presiden
Soekarno di lapangan terbang New
Delhi pada bulan januari 1950.

22
Presiden don /bu Fatmawati Soek• rno bergambar bersama dengan Gubernur /enderal Pakistan
Khwaja Nazamuddin da/am rangka k unjungannya ke Pakistan.

Presiden Soekarno disambut oleh Presiden Birm a Sao Sh we Thaike setibanya di Rangoon, Birma.

23
23 JANUARI 1950

PERISTIWA APRA DI BAND UNG

Pembentukan APRIS ternyata telah menimbulkan ketegangan-ketegangan yang


mengakibatkan terjadinya serentetan pertumpahan darah . Di kalangan TN I sendiri
ada tentangan dan keengganan untuk bekerja sama dengan bekas anggota tentara
Belanda KNIL, KL, KM, dan sebagainya yang dilebur ke dalam APRIS. Sebaliknya,
di pihak KN IL ada tun tu tan agar bekas-bekas kesatuannya ditetapkan sebagai a lat
negara bagian. Ketegangan ini dipertajam oleh pertentangan politi k antara golongan
"federalis" yang ingin tetap mempertahankan eksistensi negara bagian dengan go-
longan "unitaris" yang menginginkan negara kesatuan.

Di Bandung apa yang menamakan dirinya "Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)"
memberikan "ultimatum" kepada Pemerintah RIS dan Negara Pasundan supaya
mereka diakui sebagai ''T entara Pasundan" dan menolak usaha-usaha untuk mem-
bubarkan negara boneka tersebut. Ultimatum itu dengan sendirinya tid ak dihirau-
kan oleh Pemerintah RIS.

Pada pagi hari tanggal 23 Januari 1950 gerombolan APRA melancarkan serangan-
nya terhadap kota Bandung. Gerombolan ini dipimpin oleh Kapten Raymond
Westerling, yang pada bulan Desember tahun 1946 telah memimpin gerakan pembu-
nuhan masal terhadap rakyat Sulawesi Selatan. Gerombolan yang menyerang kota
Bandung berjumlah kurang lebih 800 orang dan terdiri dari bekas KN IL, pelarian
pasukan payung, barisan pengawal, "stoottroepen '~ dan polisi Belanda dengan dilin-
dungi oleh kendaraan berlapis baja. Untuk beberapa waktu lamanya mereka dapat
menguasai kota Bandung.

Setiap anggota TNI yang mereka temui, baik bersenjata maupun tidak , ditembak
24
mati di tempat. Perlawanan da pat dikatakan hampir tidak ada oleh karena penyer-
buan tersebut tidak terduga sama sekali dan mengingat kesatuan-kesatuan Siliwangi
baru beberapa saat saja memasuki kota Bandung setelah perdamaian tercapai seba-
gai hasil KMB. Bahkan, ketika peristiwa ini terjadi, Panglima Divisi Siliwangi, Kolo-
nel Sadikin, sedang mengadakan peninjauan ke luar kota, yaitu ke Subang, bersama
Gubernur Jawa Barat Sewaka.

Untuk memperkuat pertahanan kota Bandung, Pemerintah RIS segera mengirimkan


bala bantuan antara lain kesatuan-kesatuan Polisi dari Jawa Tengah dan Jawa Ti-
mur, yang ketika itu sedang berada di Jakarta. Pada hari itu juga gerombolan APRA
mengundurkan diri dari kota Bandung.

Operasi penumpasan dan pengej aran terhadap gerombolan APRA yan·g sedang mela-
kukan gerakan mundur segera dilakukan oleh TN I. Dal am suatu pertempuran di
daerah Pacet pada tanggal 24 Januari 1950, pasukan TN I berhasil menghancurkan
sisa-sisa gerombolan APRA.

Di kota Bandung juga diada:kan pembersihan dan penahanan terhadap mereka yang
terlibat, termasuk beberapa orang tokoh Negara Pasundan.

Setelah melarikan diri dari Ban du ng, Westerling masih melanjutkan petualangannya di
Jakarta. la merencanakan suatu gerakan untuk menangkap semua Menteri RIS yang
sedang menghadiri sidang kabinet, dan membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Mr. A. Budiardjo,
dan Pejabat Kepala Staf Angkatan Petang Kolonel T.B. Simatupang. Gerakan terse-
but dapat digagalkan dan kem udian diketahui bahwa otaknya adalah Sultan Hamid
11, yang juga menjadi anggota Kabinet RIS sebagai menteri tanpa portofolio. Sultan
Hamid 11 dapat segera ditangkap , sedangkan Westerling sempat melarikan diri ke lu-
ar negeri dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda.

Gerakan pasukan APRA yang sebagian


besar terdiri dari bekas anggota-<1nggota
KNIL di kota Bandung pada tanggal
23 januari 1950

25
Dalam serangannya di kota Bandung,

I
tentara APRA telah melakukan pula pe-
rampokan-perampokan. Dalam
gambar tampak harta benda milik
rakyat sedang dirampas don dimuat
:
ke dalam truk .
... .
~ ·~i
.

-'A· o ""J

Anggota TN/ yang menjadi korban


gerombolan teroris APRA Westerling di
jalan Perapatan Banceuy, Bandung,
pada tanggal 23 januari 7950.

Seorang warga TN I yang gugur dalam


peristiwa APRA, Letnan Kolonel
Lembong. Pada saat akan memasuki
kompleks Stafkwartier (Markos) Divisi
Siliwangi, Letnan Ko/one/ Lembong
tiba-tiba dihujani tembakan don gugur
seketika itu juga. Kemudian tubuh
almarhum dibacok don ditusuk-tusuk
dengan bayonet. Da/am peristiwa APRA
ini t el ah gugur 79 orang prajurit TN /.
GecJung Stafkwartier (Markos) Divisi
Siliwangi (yang pertama di Bandung) yang
m erupakan so/ah satu sasaran pokok
serangan gerombolan APRA di kota Ban-
dung pada tanggal 23 Januari 1950.
Gedung ini sekarang ditempati
Pada soot meletusnya pemberontakan o/eh SEMDAM VI Siliwangi don diguna-
APRA kekuatan tentara Be/anda dengan kan pu/a sebagai gedung Museum Per-
KNIL-nya di Indonesia dapat dikata- juangan Mandala Wangsit Si/iwangi.
kan masih utuh. Untuk m enghadapi sega-
la kemungkinan, beberapa kesatuan
dari doe rah te/ah ditarik ke Jakarta, an-
tara lain kesatuan-kesatuan tentara
pelajar. Tampak pada gambar Kompi I
TRIP Jawa Timur do/am persiapan-
nya ke Surabaya don Malang untuk selan-
jutnya dikirim ke Jakarta do/am r ang-
ka memperkuat pertahanan d1 Jakarta
menghadapi ancaman APRA.

27
29 JANUARI 1950

JENDERAL SOEDIRMAN WAFAT

Pada tanggal 29 Januari 1950 Jenderal Soedirman, Kepala Staf Angkatan Pe rang
Republik Indonesia Serikat, Panglima Besar TNI, men inggal dunia di Magelang da-
lam usia 34 tahun. jenazah beliau kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahla-
wan Semaki, Yogyakarta, pada tanggal 30 januari 1950.

Selama hidupnya pengabdian Pak Dirman kepada bangsa dan negara tiada terbilang
nilainya. Amat besar jasa dan peranannya di dalam perjuangan kemerdekaan, perju-
angan membela, mempertahankan, dan menegakkan kemerdekaan. Pengabdian dan
pengorbanan total yang telah diberikan Pak Dirman kepada rakyat, bangsa, dan ne-
gara menjadi suri teladan bagi bangsa Indonesia dari generasi ke generasi.

Kesetiaan beliau terhadap bangsa dan negara tercermin pada kata-kata mutiara yang
beliau ucapkan, yaitu:

"TNI lahir karena Proklamasi 17 Agustus 1945, hidup dengan proklamasi itu dan .
bersumpah mati-matian hendak mempertahankan kesuciannya proklamasi tersebut."
28
Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX disertai pejabat Sipil serta Militer memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah
jenderal Soedirman.

29
u,,_,,,,.
pemalttlman jenaztlh
Jentkrol Soedlrman di Tamon
Ma/tom Pahlawan Semoltl, YogJl(lifllrta
19 MARET 1950

PENGGUNTINGAN UANG

Perang Kemerdekaan selama lima tahun telah mengakibatkan perekonomian Indo-


nesia dalam keadaan terbengkalai. Maka salah satu Program Kabinet Hatta dalam
masa RIS adalah usaha memperbaiki keadaan ekonomi rakyat.

Dalam rangka ini, untuk menyehatkan keuangan negara dengan Keputusan Menteri
Keuang:rn Republik Indonesia Serikat Nomor PU I Tanggal 19 Maret 1950, dilaku-
kan pengguntingan uang atau sanering. Berdasarkan peraturan tersebut uang kertas
Rp 5,00 ke atas dinyatakan hanya bernilai separuh.

Sebagai tindak lanjut pengguntingan uang tersebut dikeluarkan uang kertas baru
berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 21 Tahun 1950 tentang Pengeluaran
Liang Kertas Baru.

Vang rupiah baru yang dike/uarkan se-


bagai a/at pembayaran yang sah dalam wi-
/ayah Republik Indonesia Serikat

32
24 MARET 1950

KON FE REN S I
T ·I NGKAT M ENTERI
DALAM RA NGKA
UNI INDON SIA-BELANDA

Sesuai dengan hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), sejak hari pengakuan ke-
daulatan Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, mulailah berjalan
Unie-statuut antara Indonesi a dan Belanda. Uni lndonesia-Belanda yang dikepalai
oleh Ratu Belanda mencakup kerja sama di bidang hubungan luar negeri, pertahan-
an, keuangan, perekonomian, dan kebudayaan. Konferensi Tingkat Menteri Uni ln-
donesia-Belanda pertama diadakan di Jakarta pada tanggal 24 Maret 1950.

Sementara itu, di kalangan masyarakat luas, partai-partai, dan organisasi-organisasi


timbul keinginan yang keras untuk menghapuskan Uni lndonesia- Belanda yang di-
anggap sebagai sisa penjajahan Belanda. Sebagian besar rakyat Indonesia mengang-
gap bahwa kemerdekaan belu m sempurna selama Indonesia masih menjadi anggota
Uni yang dikepalai oleh Ratu Belanda.
33
Suasana pada konferensi tingkat Menteri Uni lndonesia - Belanda di Jakarta pada tanggal 24 Maret 1950. Tampak Perdana Menteri RIS
Drs. Moh. Hatta sedang berbicara.

Konferensi Tingkat Menteri Uni /ndonesia - Belanda memutuskan untuk membentuk sebuah komisi, yang anggota-anggotanya terdiri
dari wakil-wakil Pemerintah Indonesia don Belanda untuk menyelidiki maso/oh Irion Borot. Hosil kerjo komisi tersebut di/oporkon kepodo
Konferensi Tingkat Menteri keduo di Den Haag pada bu/an Desember 1950. Pembicoroon do/om tingkat ini tidak menghasilkon
penyelesaion mengenoi masolah Irion Borot. Gombor: suosana sidong Komisi Irion Barat di Jakarta podo bu/an Mei 1950.

34
5 APRIL 1950

PERISTIWA NDI AZIS


DI M AKASS R

Pada tanggal 5 April 1950 di Makassar (sekarang Ujungpandang) terjadi pemberon-


takan yang dilaku kan oleh kesatuan-kesatuan bekas KN IL di bawah pimpinan Kap-
ten Andi Azis.

Andi Azis, yang sebelumnya menjadi Letnan Ajudan Wali Negara " Negara Indonesia
Timur" beserta satu kompi anak buahnya, bekas KNIL, pada tanggal 30 Maret 1950
telah diterima masuk APRIS dan diangkat sebagai Komandan Komp i dengan pang-
kat Kapten. Akan tetapi, be berapa hari setelah pelantikannya, Kapten Andi Azis
menggerakkan pasukannya den gan didukung oleh Batalyon KNIL di Makassar yang
tidak masuk APRIS menawan Pejabat Pan glima Teritorium Indonesia Timur, Let-
nan Kolonel Achmad Yunus Mokoginta, beserta seluruh stafnya. Ketika itu Terito-
rium Indonesia Timur baru merupakan organisasi kerangka dengan kekuatan hanya
satu peleton Polisi Militer, satu kompi rekrut, dan staf teritorium. Pasukan-pasukan
lainnya yang tidak tertawan telah mengun durkan diri dan kemudian mengadakan
konsolidasi di Pandan-pandan

Andi Azis menu ntut agar pasu kan-pasukan APRIS bekas KNIL saja yang bertang-
gung jawab atas keamanan di daerah NIT. la menentang dan menghalangi masuknya
pasukan AP RI S dari TNI yang sedang dikirim dari Jawa di bawah pimpinan Mayor
Worang. Andi Azis juga menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus diperta-
hankan supaya tetap berdiri.

Setelah batas waktu ultimatum yang diberikan oleh Pemerintah RIS kepada Andi
Azis untu k menghadap ke Jakarta guna mempertanggungjawabkan perbuatannya ti-
dak dipenuhi, Pemerintah men girimkan suatu pasukan ekspedisi untu k menumpas
pemberontakan itu.

Pasukan ekspedisi tersebut dipi mpin oleh Kolonel Alex Kawilarang dan terdiri dari
berbagai kesatuan dari ketiga angkatan dan kepolisian. Dengan didahu lui oleh Batal-
yon Worang yang telah men darat di Jeneponto pada tanggal 18 April 1950, seluruh
pasukan ekspedisi berhasi l di daratkan pada tanggal 26 April 1950.

APRIS segera bergerak dan menguasai kota Makassar dan sekitarnya. Meskipun Andi
Azis sendiri telah menyerahkan diri pada bulan April, pertempuran-pertempuran se-
ngit terjadi pada bulan Mei dan Agustus 1950 antara pasukan-pasukan APRIS dan
pasukan KNIL yang dibantu oleh pasukan-pasukan KL yang masih ada di sana.
35
25 APRIL 1950

PERISTIWA "RMS"
(REPUBLIK MALUKU SELATAN)

Dalam rentetan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh orang-0rang


Indonesia bekas KN IL dan pro Belanda, peristiwa berikutnya terjadi di Maluku. Di
Ambon pada tanggal 25 April 1950 diumumkan berdirinya Republik Maluku Sela-
tan yang terlepas dari Negara Indonesia Timur dan RIS, di bawah pimpinan Dr.
Soumokil, bekas Jaksa Agung Negara Indonesia Timur.

"Proklamasi RMS" itu sudah disiapkan secara matang oleh Soumokil dan kawan-ka-
wannya. Dalam tahap persiapannya, Soumokil berhasil memindahkan pasukan
KNIL dan pasukan Baret Hijau yang terlibat pemberontakan Andi Azis ke Ambon.
Pasukan-pasukan khusus itulah yang menjadi tulang punggung perlawanan RMS.

Pemerintah Pusat semula mencoba untuk menyelesaikan peristiwa ini secara damai
dan untuk itu telah mengirimkan suatu misi yang diketuai oleh Dr. Leimena. Sete-
lah usaha penyelesaian damai yang dilakukan Pemerintah Pusat tidak membawa
has ii, Pemerintah memutuskan untuk segera menumpasnya dengan kekuatan senja-
ta. Sebagai pelaksanaannya dibentuk sebuah pasukan ekspedisi di bawah pimpinan
Kolonel Kawilarang.

Pada tanggal 14 Juli pagi hari tahun 1950, pasukan ekspedisi APRIS/TNI tersebut
mendarat di Laha, Pulau Buru dengan dilindungi Korvet Patiunus. Dengan susah pa-
yah karena belum mengenal medannya, APRIS berhasil merebut pos-pos penting di
Pulau Buru. Setelah Pulau Buru dapat dikuasai, pasukan APRIS bergerak menuju
Seram. Sementara itu, pasukan-pasukan APRIS yang lain mendarat dan dapat segera
menguasai Tan imbar, Kepulauan Kei, dan Aru .

RMS ternyata memusatkan kekuatan pasukannya di Pulau Seram dan Ambon di


Maluku Tengah. Gerakan pasukan-pasukan APRIS di Seram mengalami kesulitan
dan banyak minta korban. Setelah Seram dapat dikuasai, gerakan selanjutnya diarah-
kan ke Ambon yang menjadi pusat kedudukan RMS.

Pada permulaan bulan November kota Ambon dapat dikuasai oleh pasukan-pasukan
APRIS setelah melalui pertempuran-pertempuran yang sengit dengan korban yang
besar. Dalam pertempuran jarak dekat memperebutkan benteng Nieuw Victoria,
Letnan Kolonel Slamet Rijadi telah tertembak dan gugur seketika.

Setelah kota Ambon jatuh ke tangan pasukan Pemerintah, sisa-sisa pasukan RMS
melarikan diri ke dalam hutan-hutan dan untuk beberapa tahun lamanya melakukan
kegiatan pengacauan .
38
Pemerintah segera bertindak untuk
menumpas pemberontakan RMS don me-
mulihkan keamanan. Prajurit-prajurit
TN/ yang be/um sempat mengalami la-
tihan beroperasl secara frontal dengan
peralatan modern sepertl kendaraan tem-
pur, terpaksa diberangkatkan juga.
Pertempuran-pertempuran yang harus
dlhadapi soma sekali lain slfatnya dengan
pertempuran gerllya yang merupakan
pengalaman terakhlr prajurit-prajurit ki-
ta. Akan tetapi, apa boleh buat, negara ado
dalam bahaya don tldak dapat ditun-
da. Tampak dalam gambar pasukan-pasu-
kan APRIS/TNI setelah berhasll men-
dudukl kota Nam/ea di Pu/au Buru.

Makam prajurlt tldak dikenal dari Ba-


ta/yon 3 Mei, yang gugur sewaktu menja-
lankan tugas operasi penumpasan RMS

39
Operosi penumposon RMS di/okukon terus dori koto ke koto, dori pulou ke pulou. Tompok do/om keduo gombor ini korbon-korbon pertem-
puron podo pihok RMS don posukon-posukon APRIS yang terus moju.

40
7JU Nl 1950

KUNJUNGAN PERDANA
MENTERI I DIA SHRI PANDIT
JAWAHAR LAL NEHRU

Pe rdana Menteri India Shri Pandit Jawaharlal Nehru disertai putrinya Indira Gandhi
berkun jung ke Indonesia pada tanggal 7 Juni 1950. Perdana Menteri Nehru, pemim-
pin perjuangan rakyat India, adalah juga seorang tokoh internasional yang banyak
jasanya dalam membantu perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia serta Afrika
dan merupakan kepala pemeri ntahan asing pertama yang berkunjung ke Indonesia
sebagai ·tamu negara. Dalam kesempatan tersebut ia telah meninjau pula Candi Bo-
robudur dan Pulau Bali. Di semua tempat yang dikunjunginya, Perdana Menteri
Nehru disambut dengan ha11gat oleh rakyat In donesia.

Perdana Menteri India Shri Pandit


jawaharlal Nehru don Indira Gandhi
(putrinya) sedang beramah tamah
dengan Presiden Soekarno don Perdana
Menteri Hatta di lstana Negara, Jakarta,
p ada tanggal 7 /uni 7950.

41
15AGUSTUS1950

KEMBALIKE
NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
Usaha-usaha untu k kembali ke negara kesatuan dilancarkan di mana-mana. Di ber-
bagai daerah timbul gerakan rakyat menuntut pembubaran negara/daerah bagian
dan penggabungannya dengan Republik Indonesia di Yogyakarta.

Penggabungan daerah yang satu ke daerah yang lain, atau negara bagian yang satu
ke negara bagian yang lain secara konstitusional dimungkinkan oleh Pasal 43 dan 44
Konstitusi RIS dengan ketentuan bahwa penggabungan tersebut dikehendaki oleh
rakyatnya dan diatur dengan Undang-undang Federal.

Pada tanggal 8 Maret 1950 Pemerintah RIS dengan persetujuan Parlemen (DPR)
dan Senat RIS mengeluarkan Undang-undang Darurat No. 11 Tahun 1950 tentang
Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Berdasarkan Undang-undang Daru-
rat tersebut berturut-turut negara-negara bagian menggabungkan diri dengan Repu-
blik lndonesia-Yogya sehingga pada tanggal 5 April 1950 RIS hanya tinggal terdiri
dari tiga negara bagian, yaitu Republik Indonesia, Negara Sumatra Timur {NST),
dan Negara Indonesia Timur {NIT).

Selanjutnya, untuk menanggapi keinginan rakyat yang makin meluas di negara-nega-


ra bagian yang masih berdiri, Pemerintah Republik Indonesia menganjurkan kepada
Pemerintah RIS, agar mengadakan perundingan dengan Negara Sumatra Timur dan
Negara Indonesia Timur tentang pembentukan kembali negara kesatuan. Setelah Pe-
merintah RIS mendapat kuasa penuh dari kedua Pemerintah negara bagian tersebut
untuk berunding dengan Pemerintah Republik Indonesia, pada bulan Mei 1950 di-
langsungkan perundingan antara RIS dan Republik Indonesia tentang pembentukan
negara kesatuan .

Pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai persetujuan antara kedua pemerintah yang ditu-
angkan dalam suatu "Piagam Persetujuan". Pada pokoknya kedua pemerintah sepa-
kat untuk membentuk negara kesatuan sebagai penjelmaan Republik Indonesia ber-
dasarkan .Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan Undang-undang Dasar yang dipero-
leh dengan mengubah Konstitusi RIS sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip po-
kok Undang-Undang Dasar 1945 dan "bagian-bagian yang baik" dari Konstitusi RIS
termasuk di dalamnya. Selanjutnya, oleh Pemerintah RIS dan Republik Indonesia
dibentuk sebuah panitia bersama yang diberi tugas untuk melaksanakan Piagam Per-
setujuan 19 Mei 1950 tersebut, khususnya untuk menyusun Rancangan Undang-un-
dang Dasar Negara Kesatuan.

Pada tanggal 14 Agustus 1950 Parlemen dan Senat RIS mengesahkan Rancangan
Undang-undan g Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia hasil panitia
42
bersama. Sadan Pekerja KNIP di Yogyakarta sebelumnya telah menyetujui Ran-
• cangan Undang-Undang Dasar Sementara tersebut pada tanggal 12 Agustus 1950.

Akhirnya, dalam rapat gabungan Parlemen dan Senat RIS pada tanggal 15 Agustus
1950, Presiden RIS Ir. Soekarno membacakan piagam terbentuknya negara kesatu-
an Republik Indonesia. Pada hari itu juga Presiden Soekarno terbang ke Yogyakarta
untuk menerima kembali jabatan Presiden Republik Indonesia dari Pemangku Se-
mentara Jabatan (Acting) Presiden Republik Indonesia Mr. Asaat. Dengan demiki-
an, tamatlah riwayat Republi k Indonesia Serikat. Sebaliknya, negara kesatuan se-
perti yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dan yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945 telah terwujud kembali.

Rakyat kota Bandung berdemon-


strasi di depan Parlemen Pasundan me-
nuntut pembubaran Negara Pasun-
dan don penyatuan kembali dengan
Republik Indonesia.

Demonstrasl rakyat jawa Timur me-


nuntut pembubaran Negara jawa Timur.
Usaha-usaha untuk membentuk kemba/I negara kesatuan makin meningkat. Raky at di dae-
rah.<Jaerah melakukan kegiatan-kegiatan seperti demonstrasi don pemogokan untuk menyatakon
keinginonnyo agar bergobung dengon Republik Indonesia Yogyo. Menghocfopi gerokon.gerok-
on rokyot tersebut penguoso-penguosa setempot, yang di berbogoi doeroh masih terdiri dori bong-
so Belonda, sering kali mengambil reoksi keros don mengodakon penangkopan. Golongon
federolis malahon mengodokan kon tra oksi don demonstrosi.

43
Suasana sidang Panitia Bersama yang
dibentuk oleh Pemerintah RIS don
Republik Indonesia untuk melaksanakan
Piagam Persetujuan 19 Mei 1950,
khususnya menyusun Rancangan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan.
Panitia ini dari pihak RIS diketuai
oleh Prof. Dr. Mr. Soepomo, Menteri
Kehakiman RIS, dengan anggota Mr.
Kosasih Purwanegara, Ir. Sakirman
Mr. A.M. Tambunan, B. Sahetapy Engel,
Ir. Lobo don Mr. Teuku Moh. Hassan.
Pihak Republik Indonesia diketuai oleh
Wakil Perdana Menteri Abdul Hakim,
beranggotakan Mr. A.A. Suhardi, Hutomo
Supardan, Djohan Sjahruzah, Harsoadi,
Dr. Rustamadji, don Rh. Kusnan.

46
Suasana pelantikan anggota DPR Negara
Kesatuan Republik Indonesia di Jakarta
pada tanggal 16 Agustus 1950.

Drs. Moh. Hatta meny erahkan mandat sebagai Perdana Menteri RIS kepada Presiden Soekarno
di Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1950. Setelah negara kesatuan terbentuk, Ir. Soekarno
don Drs. Moh. Hatta k embali menjadi Presiden don Wakil Presiden Republik Indonesia.

47
6 SEPTEM BER 1950

PEMBENTU AN
KABINET NATSIR,
KABINET PE TAMA
SETELAH K EMBALI MENJADI
NEGARA KE ATUAN

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara, pemerintahan Republik Indonesia


mengikuti sistem demokrasi p. rlementer, yang menyatakan bahwa kabinet dan
menteri-menteri bertanggung jawab kepada Parl emen.

Pada tanggal 7 September 1950 dilantik kabinet pertam a setelah kembali menjadi
negara kesatuan dengan Moh . Natsir {Masyumi) sebagai Perdana Menteri.

Program Kabinet Natsir adalah ebagai berikut:

1. mempersiapkan dan menyel cnggarakan pemilihan umum untuk Konstituante;


2. mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan serta mem-
bentuk peralatan negara yan bulat;
3. IT!enggiatkan usaha mencapa keamanan dan ketenteraman;
4. mengembangkan dan memper kokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi
melaksanakan ekonomi nas1onal yang seh at serta melakukan keragaman antara
buruh dan majikan;
5. rnembantu pembangunan pcrumahan rak yat serta memperluas usaha-usaha me-
ninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat;
6. menye mpurn akan organisas1 Angkatan Perang dan pemulihan bekas anggota-ang-
gota tentara dan gerilya ke d .l am masyarakat; dan
7. memperjuangkan penyelesai an soal lrian Barat dalam tahun ini.

Meskipun Kabinet Natsir adal a. suatu Zaken Kabinet, intinya adalah partai Masyu-
mi. Kabinet ini menyerahkan mandatnya pad a tanggal 21 Maret 1951 setelah De-
wan Perwakilan Rakyat Sementara menerima mosi Hadikusumo {PNI) mengenai
pencabutan PP. No. 39 Tahun 1950. Mr . Asaat sebagai Menteri Dalam Negeri dalam
Kabinet Natsir didukung oleh se lu ruh Kabinet menyatakan tidak dapat melaksana-
kan mosi mengenai pembekuar dan pembubaran Dewan-dewan Perwakilan Rakyat
Daerali Sementara.
49
Moh. Natsir tengah disumpah sebagai Perdana Menteri Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tangga/ 7 September 7950. Gambar ba-
wah: Sete/ah pelantikan anggota-onggota Kabinet Natsir bergambar bersama Presiden don Wakil Presiden.

50
27 SEPTEMBER 1950

IN DON ES IA M ENJAD I
ANGGOTA PE RSERIKATA N
BANGSA-BA GSA

Dalam sidangnya pada tanggal 27 September 1950, Majelis U~um PBB dengan sua-
ra bulat menerima Indonesia menjadi anggota PBB yang ke-60. Pada tanggal 28 Sep-
tember diadakan upacara pengi baran bendera Merah Putih di Markas Besar PBB di
samping bendera-bendera dari 59 negara anggota lainnya.

Setelah resmi menjadi anggota, maka Indonesia segera mengirimkan delegasinya un-
tuk mengikuti Sidang Umum PB B. Adapun susunan delegasi Republik Indonesia da-
lam Sidang Umum PBB tersebut terdiri dari:

Ke tu a Mr. Moh. Roem


Wakil Ketua L.N. Palar
Anggota Dr. Darmasetiawan
Mr. Soedjon o
Mr . Tambunan
Mr. Soemanang
Prawoto

Dengan diterimanya Indonesia menjadi anggota PBB berarti Indonesia telah dapat
duduk sama rendah dan berdi n sama tinggi dengan bangsa-bangsa lainnya dan dapat
turut serta memecahkan persoal an-persoalan dunia.
51
---
""'""'
• --· !f
fl
•-- to
f

Iii

Pengiboron Bendero Meroh Putih di depon Markos Besor PBB seteloh Indonesia diterimo sebogoi onggoto yang ke-60 PBB

52
10 OKTOBE R 1950

PEMBERON T AKAN
IBNU HADJAR
DI KA LIMANTA N SELATAN

lbnu Hadjar alias Haderi bin U"lar alias Angli adalah seorang bekas Letnan Dua TNI
yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian 01/Tll
Kartosuwirjo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat Yang Tertin-
das, lbnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan
melakukan ti ndakan-tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950.

Pemerintah masih memberika. kesempatan kepada lbnu Hadjar untuk menghenti-


kan petualangannya secara ba. -baik. la pern ah menyerahkan diri dengan kekuatan
pasukan beberapa peleton dan diterima kemb,ali ke dalam Angkatan Perang Repu-
blik Indonesia, tetapi setelah menerima perlengkapan, lbnu Hadjar melarikan diri la-
gi dan melanjutkan pemberont. kannya.

Perbuatan ini dilakukan lebih c 1ri satu kali sehingga akhirnya Pemerintah memutus-
kan untuk mengambil tindaka, tegas menggempur gerombolan lbnu Hadjar. Pada
lbnu H adjar, pemimpin pemberontakan akhir tahun 1959, pasukan ge ombolan lbnu Hadjar dapat dimusnahkan dan lbnu
DI/ Tl/ di Kalimantan Se/atan Hadjar sendiri dapat ditangkap
53
30 TAHUN
INDONESIA
MERDEKA
1. 27 APRIL 1951 Kabinet Soekiman ................... 57

1951 2. 17 AG UST US
3. 21 OKTOBER
4. DESEMBER
5. 3APRIL1952
Pemberontakan Dl/Tll Kahar Muzakar .......
Pekan Olah Raga Nasional (PON) II .........
Pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah ..
Kabinet Wilopo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
59
60
62
65
6. 17 JULI Kunjungan Presiden Filipina Alphidio Quirino .. 67
7. 17 OKTOBER Demonstrasi Menuntut Pembubaran Parlemen
(Peristiwa 17 Oktober) . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

1955 8.
9.
10.
11.
1 AG UST US 1953
20 SEPTEMBER
10 NOVEMBER 1954:
18APRIL1955
Kabinet Ali-Wongso . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pemberontakan DI/Tl I Daud Beureueh .......
Universitas Airlangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Konferensi Asia-Afrika di Bandung .........
72
74
77
79
12. 27 JUNI Masalah Penggantian Pimpinan Angkatan Darat;
"Peristiwa 27 Juni" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83
13. 12 AGUSTUS Kabinet Burhanuddin Harahap . . . . . . . . . . . . 86
14. 29 SEPTEMBER Pemilihan Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
15. 14 DESEMBER Peristiwa Komodor Muda Udara Suyono ...... 93
27 APRIL 1951

KABINET S EKIMAN
Kabinet berikutnya setelah Kabmet Natsir jatuh adalah suatu kabinet koalisi. Kedua
partai terbesar waktu itu, yakni Masyumi dan PNI (Partai Nasional Indonesia), du-
duk di dalamnya. Kabinet ini di pimpin oleh Perdana Menteri Soekiman dengan pro-
gramnya sebagai berikut.

1. Menjalankan tindakan-tin d kan yang tegas sebagai negara hukum untuk menja-
min keamanan dan keten t raman. Menyempurnakan organisasi alat-alat kekua-
saan negara.
2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek
untuk mempertinggi kehi du pan sosial ekonomi rakyat. Memperbaharui hukum
agraria sesuai dengan keper ti ngan petani. Mempercepat usaha penempatan bekas
pejuang dalam lapangan pembangunan.
3. Menyelesaikan persiapan pem ilihan umum untuk membentuk Konstituante dan
menyelenggarakan pemilihan umum itu dalam waktu yang singkat. Mempercepat
terlaksananya otonomi daerah.
4. Menyiapkan undang-undan& tentang:
a. pengakuan Serikat Buruh,
b. perjanjian kerja sama {co'/ectieve arbeidsovereenkomst};
c. penetapan upah minimuM; dan
d. penyelesaian pertikaian bu ruh .
5. Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif dan yang menuju perdamai-
an. Menyelenggarakan hubungan lndonesia- Belanda atas dasar Unie-statuut men-
jadi hubungan berdasarkan perjanjian internasional biasa. Mempercepat peninjau-
57
an kembali persetujuan lain-lain hasil Konferensi Meja Bundar dan meniadakan
perjanjian-perjanjian yang nyata merugikan rakyat dan negara.
6. Memasukkan lrian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia secepat-cepatnya.

Bel um cukup satu tahun, kabinet ini pun jatuh pula dan menjadi kabinet demisioner
sejak tanggal 23 Februari 1952 sampai terbentuknya kabinet baru pada bulan April.

Yang menjadi sebab jatuhnya Kabinet Soekiman ialah ditandatanganinya persetu-


juan bantuan ekonomi, teknik, dan persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indo-
nesia atas dasar Mutual Security Act 1951 (MSA). Persetujuan ini ditafsirkan bahwa
Indonesia telah memasuki Blok Barat (AS) sehingga bertentangan dengan salah satu
program Kabinet, yaitu melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif.

Dr. Soekiman Wirjosandjojo tengah


disumpah sebagai Perdana Menteri pada
bu/an April 795 7 (atas) .

Kabinet
Soekiman dengan Presiden Soekarno
don Wakil Presiden Hatta sete/ah
pe/antikan (bawah).
58
17 AGUSTUS 1951

PEMBERON T AKAN
Dl/Tll KAH A R MUZAKAR

Setelah selesai menumpas pemberontakan Andi Azis, Panglima Teritorium VII In-
donesia Timur mulai mengam bil langkah-langkah untuk memulihkan keamanan di
Sulawesi Selatan. Masalah pelrk yang dihadapi dalam usaha itu adalah penyaluran
laskar-laskar yang pernah berj uang dalam Perang Kemerdekaan.

Semen tara itu, Kahar Muzakar yang selama perjuangan kemerdekaan berjuang di Pu-
lau Jawa telah kembali ke Sul awesi Selatan. la berhasil menghimpun dan memimpin
laskar-laskar gerilya di Sulawesi Selatan yang kemudian bergabung dalam Komando
Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) . Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar me-
ngirim surat kepada Pemerin tah dan Pi mpi nan APRIS, yang antara lain menuntut
agar semua anggota KGSS d masukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade
Hasanuddin . Tu ntutan itu ditolak karena hanya mereka yang lulu s dalam penyaring-
an saja yang dapat diterima da lam APRIS. Pemerintah telah mengambil kebijaksana-
an untuk menyalurkan bekas-be kas gerilyawan ke dalam Korps Cadangan Nasional.

Pende katan-pendekatan yang dilakukan tampaknya akan membawa hasil setelah


Kahar Muzakar sendiri diberi pangkat Letnan Kolonel. Akan tetapi , pada saat pelan-
Kahar Muzakar, yang se/ama k urang
tikannya akan dilakukan, pada tanggal 17 Agustus 1945, Kahar Muzakar bersama
lebih 14 tahun me/akukan teror dan pe-
ngacauan di daerah Sulawesi Se/atan
dengan anak buahnya melarikan diri ke hutan dengan membawa peralatan yang te-
dan Tenggara. Pada bu/an Februari 1965 lah disiapkan untuk pelantikan tersebut. Kemudian pada bu Ian J anuari 1952 Kaha1
Kahar Muzakar berhasil ditembak Muzakar menyatakan daerah Su lawesi Selatan sebagai bagian dari Negara Islam In-
mati oleh pasukan TN/ dari Divisi Sili- donesia di bawah pimpinan Kartosuwirjo.
wangi. Keamanan di Sulawesi Selatan da-
pat dipulihkan sama seka/i setelah
Gerungan, orang kedua dalam gerakan
Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas dan mulai melancarkan
Kahar Muzakar, berhasil ditangkap operasi-operasi militer. Sama halnya dengan Dl/Tll di Jawa Barat, operasi penum-
pada bu/an Juli 1965. pasan pemberontakan Kahar Muzakar memakan \Vaktu yang lama.
59
21 OKTOBER 1951

PEKAN OLAH RAGA NASIONAL


{PON) II

Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang pertama kali diselenggarakan di kota Solo
pada masa Peran g Kemerdekaan, yaitu dalam bu Ian September 1948, memulai suatu
tradisi yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali.

PON 11 diadakan di Jakarta pada tanggal 21 sampai dengan tanggal 28 Oktober


1951. PON ini diikuti oleh propinsi-propinsi: Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Ja-
karta Raya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Selatan. Sulawesi Utara, dan Maluku.

Bendera PON tengah dikibarkan dalam


upacara pembukaan.

60
Upacara pembukaan PON II di lapangan
lkada Jakarta, pada tanggal 24 Okto-
ber 19 51. Di barisan de pan tamp ak Ke tua
Organizing Committee Federation Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, Presiden
Soekarno, Ny. Rachmi Hatta, don
Wakil Presiden Mohammad Hatta.

.
d

Pertandingan dilakukan dengan a/a t-


alat sederhana, tetapi tidak mengurangi
semangat y ang m enyala.

61
r

DESEMBER 1951

PEMBERONTAKAN
BAT AL YON 426
DI JAWA TENGAH

Seperti halnya di Jawa Barat, unsur-unsur pemberontakan Dl/Tll di Jawa Tengah


telah mulai ada semenjak masa Perang Kemerdekaan . Pada dasarnya di J awa Tengah
pemberontakan DI/Tl I terjadi di berbagai daerah yang satu sama lain terpisah peris-
tiwanya, tetapi saling berkaitan.

Pemberontakan Dl/Tll di J awa Tengah mu la-mu la pecah di bawah pimpinan Amir


Fatah yang bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Setelah bergabung de-
ngan Kartosuwirjo, Amir Fatah kemudian diangkat sebagai "Komandan Pertempur-
an Jawa Tengah " dengan pangkat "Jenderal Mayor Tentara Islam Indonesia". Untuk
menghancurkan gerombolan DI/Tl I tersebut, pad a bu Ian J anuari 1950 dibentuk sua-
tu Komando Operasi yang disebut "Gerakan Banteng Negara (GBN)" di bawah Let-
nan Kolonel Sarbini (selanjutnya diganti oleh Letnan Kolonel M. Bachrun dan kemu-
dian oleh Letnan Kolonel A. Yani). Daerah operasinya dikenal sebagai daerah GBN.

Sementara itu, di daerah Kebumen, segera setelah pengakuan kedaulatan, terjadi pem-
berontakan yang dilancarkan oleh "Angkatan Umat Islam (AUi )" yang dipimpin oleh

-· .,., _
Korban-korban yang ditimbulkan
o/eh pemberontakan Batalyon 426

Amir Fatah (paling kanan) pemimpin


DI/Tl/ jawa Tengah dengan para pem-
bantunya. Di belakang mereka terli-
hat pu/a bendera DI /Tl/, yang berlambang-
.k an sebuah bintang don bu/an sabit,

62
Kyai Moh . Mah fudz Abdurachman dan dikenal sebagai " Romo Pusat" atau lebih di-
kenal lagi sebagai Kyai Somal.,ngu. Gerombolan ini dapat ditumpas dalam waktu ti -
ga bulan, sedangkan sisa-sisanya menggabungkan diri dengan Dl/Tll di daerah GBN.

Pemberontakan DI/Tl I di Jawa Tengah yang semula tidak terlalu berarti menjadi
lebih besar dan luas setelah Batalyon 426 di daerah Kud~ dan Magelang pada bu-
Ian Desember 1951 memberontak dan menggabungkan diri dengan Dl/Tll. Divisi
Diponegoro segera melancarkan operasi penumpasan yang dinamakan "Operasi Mer-
deka Timur" di bawah Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo_ Ke-
kuatan batalyon pemberonta k tersebut dapat dihancurkan pada awal tahun 1952,
sedangkan sisa-sisanya melarik n diri ke Jawa Barat dan ke daerah GBN . Dalam ta-
hap terakhir Operasi Merdeka fi mur di daerah Sala telah dimintakan bantuan dari
AU RI dan kerja sama ini meru pakan operasi bersam'l yang pertama antara Angkatan
Darat dan Angkatan Udara_

Sementara itu, di daerah Merapi-Merbabu telah pula terjadi kerusuhan -kerusuhan


yang dilakukan oleh gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC). Setelah gerombol-
an ini dapat dihancurkan pada bulan Apri l 1952, sisa-sisanya menggabungkan diri
Untuk menghancurkan p emberon tak- pul a dengan Dl/Tll di daerah GB N.
an Batalyon 4 26 y ang bergabung dengan
DI/ Tl! di ja wa Tengah, di/ancarkan
" Operasi Merdeka Timur" di ba wah pim -
Dengan demikian., kekuatan DI T ll di daerah GBN yang semula sudah hampir dapat
p inan L etnan K o/one/ Soeharto. K esa- dipatahkan menjadi kuat lagi setelah bergabungnya sisa-sisa AUi, pelarian bekas
tuan-k esatuan y ang dikerahkan terdiri da- anggota Yon 426, dan sisa ge ombolan MM C. Untuk meningkatkan operasi peng-
ri Yo n 42 7, 422, 424, dan 425 diban- hancuran Dl/Tll di daerah GBN dibentuk suatu pasukan khusus yang diberi nama
tu a/eh satuan-satuan K avaleri, Artileri, Banteng Raiders.
Zeni, dan AU R /. Pada gambar ba wah
tampak Le tnan K o/one/ Soeharto
sedang mengadakan briefin 11 rlengan per-
Akhirnya, setelah pusat kekuatan gerombolan dihancurkan di perbatasan Pekalongan-
wira-perwira stafnya. Banyu mas pada bulan J un i 19 'i4, gerakan Dl/Tll di Jawa Tengah dapat dipatahkan.

63
Pasukan-pasukan TN/ sedang bergerak untuk melakukan operasi pada bu/an januarl 1951.

Anggota "Dl/T/I" eks Batalyon 426 yang


berhasif ditawan oleh TN/

64
3 APRIL 1952

KABINET WILOPO

Setelah Kabinet Soekiman jatuh, dibentuk kabinet di bawah Perdana Menteri Wilopo
(PNI) yarig juga merupakan koalisi kedua partai terbesar, yaitu Masyumi dan PNI.

Program Kabinet Wilopo tidak banyak berbeda dengan kabinet sebelumnya, yaitu
meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Organisasi Negara:
a. melaksanaka.n pemilihan umum untuk Konstituante dan Dewan<lewan Daerah;
b. menyelesaikan penyelenggaraan dan mengis i otonomi daerah; dan
c. menyederhanakan organisasi Pemerintah Pusat.
2. Kemakniuran:
a. memajukan tingkat penghi dupan rakyat dengan mempertinggi produksi nasio-
nal, terutama bahan makan an rakyat; dan
b. melanjutkan usaha perubahan agraria.
3. Keamanan:
Menjalankan segala sesuatu untuk mengatasi masalah keamanan dengan kebijak-
sanaan sebagai negara huku m, menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan
negara, dan mengembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan
ketenteraman.
4. Perburuhan:
Memperlengkap perundang-undangan perb uruhan untuk meningkatkan derajat
kaum buruh guna menjamin proses produksi nasional.
5. Pendidikan dan Pengajaran:
Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan penga-
jaran.
6. Luar negeri:
a. mengisi pol itik luar negeri yang bebas dengan aktivitas yang sesuai dengan kewa-
jiban kita dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan denga!l kepentingan nasional
dalam hubungan dengan perdamaian dun ia;
b. menyelesaikan penyelenggaraan perhubungan lndonesia-Belanda atas dasar
Unie-statuut menjadi hub ungan berdasarkan perjanjian internasional biasa dan
menghilangkan hasil-hasil Konferensi Mej a Bundar yang merugikan rakyat dan
negara; dan
c. meneruskan perjuangan memasukkan lrian Barat ke dalam wilayah Indonesia
secepatnya.
65
Di antara kesukaran-kesukaran yang dihadapi Kabinet Wilopo ialah timbulnya ge-
rakan-gerakan kedaerahan dan benih-benih perpecahan yang akan mengganggu sta-
bilitas politik di Indonesia selama beberapa tahun berikutnya.

Di Sumatra terjadi peristiwa Tanjung Morawa, yang ditunggangi oleh PKI, yang ber-
hubungan dengan masalah pembagian tanah dan yang telah menimbulkan rasa tidak
puas terhadap Pemerintah Pusat, sedangkan di Sulawesi mulai timbul masalah a\oka-
si keuangan yang diberikan o\eh Pusat kepada Daerah.

Masalah-masalah tersebut, rentetan peristiwa 17 Oktober 1952, serta keretakan di


dalam kabinet itu sendiri menyebabkan jatuhnya Kabinet Wilopo pada tanggal 3
juni 1953.

Mr. Wi/opo disumpah sebagai Per-


dana Menteri pada tanggal 3 April 1952.

Dalam gambar bawah tampak


anggota-anggota Kabinet Wilopo bersa-
ma-sama Presiden dan Wakil Presiden.

66
17 JULI 195 2

KUNJUNGA PRESIDEN
FILIPINA A LPHIDIO QUIRI NO

Presiden Filipina dan Nyonya Alphidio Quirino berkunjung ke Indonesia pada tang-
gal 17 da:n 18 Juli 1952.

Kunjungan Presiden Filipina ini merupakan kunjungan tamu negara yang kedua se-
jak Indonesia merdeka. Tamu negara yang pertama adalah Perdana Menteri India,
Shri Pandit Jawaharlal Nehru, pada tahun 1950.

Presiden Filipina Alphidio Quirino


tiba di lstana Merdeka, disambut oleh
Presiden Soekarno serta /bu Fatmawati
pada tanggal 7 7 j uli 795,,.,

Presiden Alphidio Quirino dengan


didampingi oleh Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta sedang
menerima penghormatan menjelang
keberangkatannya kembali ke
negaranya di depan /stana Merdeka
pada tanggal 78 Juli 7952.

67
17 OKTOBER 1952

DEMONSTRASI MENUNTUT
PEMBUBARAN PARLEMEN
{PERISTIWA 17 OKTOBER)

Pada tanggal 17 Oktober 1952 terjadi demonstrasi rakyat menuntut dibubarkannya


Parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara) dan penggantiannya dengan Parle-
men baru. Demonstrasi bergerak ke gedung DPR di Jal an Dr. Wahidin I dan kemudian
menu ju ke lstana Merdeka untuk menyampaikan tuntutan tersebut kepada Presiden.

Di hadapan par!! demonstran Presiden Soekarno menolak membubarkan Parlemen


dan menyatakan bahwa ia bukan diktator. Masalah ini akan dibicarakannya dengan
Pemerintah dan Pemerintah akan memintanya mempercepat pemilihan umum. Di
samping itu, Presiden Soekarno juga menyatakan akan menyelidiki dahulu keingin-
an rakyat di Iuar Jakarta.

Kejadian ini, yang kemudian dikenal sebagai "Peristiwa 17 Oktober", mempunyai


latar belakang yang luas dan menyangkut persoalan-persoalan di dalam tubuh Ang-
katan Perang. Angkatan Perang, yang sedang melakukan konsolidasi di dalam proses
peralihan dari tentara gerilya, pada waktu itu dihinggapi oleh berbagai masalah. Se-
lain masalah psikologis yang timbul sebagai akibat pelaksanaan persetujuan KMB,
antara lain masalah bekas KN IL dan adanya misi militer Belanda, juga timbul per-
soalan-persoalan politik karena sistem liberal pada waktu itu yang menempatkan
Angkatan Perang sebagai "alat sipil" serta adanya usaha-usaha kekuatan politik
yang mencoba menguasai atau memperalatnya.

Sebagai akibat permainan politik itu, dalam tubuh Angkatan Perang terjadi pergo-
lakan-pergolakan, khususnya di lingkungan TN I-AD.

Beberapa orang perwira TNl-AD yang tidak sependapat dengan kebijaksanaan Ke -


pala Staf Angkatan Darat telah meminta kepada Presiden Soekarno untuk meng-
ganti KSAD Kolonel A.H. Nasution. Kolonel Bambang Supeno, tokoh kelompok
perwira tersebut, pada tanggal 13 Juli 1952 menulis surat kepada Menteri Pertahan-
an dengan tindasan kepada Parlemen dan menyatakan tidak setuju atas beberapa
kebijaksanaan pimpinan Angkatan Darat.

Dal am pada itu, di luar TN I-AD dua orang anggota Parlemen, yaitu Bebasa Daeng
Lalo dan Rondonuwu, telah mengirimkan surat kepada Pemerintah yang mencela
68
kebijaksanaan Kolonel Gatot Su broto, Panglima Tentara Teritorium VII/Indonesia
Timur, dalam melaksanakan pemulihan keamanan di Sulawesi Selatan. Surat ini te-
lah menimbulkan kegemparan di kalangan anggota Parlemen .

Dengan rentetan peristiwa-per stiwa tersebut, maka di Parlemen terjadilah perdebat-


an yang hangat mengenai masal ah Angkatan Perang. Terjadi tuduh-menuduh bahwa
ada partai atau golongan tertentu yang hendak menguasai Angkatan Perang dan Ke-
menterian Pertahanan.

Pembicaraan di Parlemen kemudian berkisar pada tiga buah usu I mosi, yaitu usu I mo-
si Baharuddin .dan kawan-kawan , 1.J. Kasi mo dan kawan-kawan, dan Manai Sophi an
dan kawan-kawan. Setelah melal ui pemungutan suara, Parlemen menerima usul mosi
Manai Sophian yang isinya anrara lain me ndesak Pemerintah agar membentuk suatu
panitia yang terdiri dari anggota-anggota Parlemen dan wakil-wakil Pemerintah un-
tuk mempelajari masalah-masalah yang timbul dalam perdebatan-perdebatan di Par-
lemen mengenai Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang, serta menyampai-
kan usul-usul konkret mengen ai penyelesaiann ya kepada Pemerintah .

Pimpinan TNl -A D menganggap bahwa Parlemen telah melakukan campur tangan


dalam urusan intern TN l-AD Hal tersebut telah membangkitkan rasa tidak puas di
kalangan tentara dan di kalangan masyarakat terhadap DPRS yang sebagai kelanjut-
an DPR RIS banyak di antara anggotanya adalah orang-orang Federal yang mewa-
kili daerah/negara bagian dalam RIS, dan dipandang tidak mempunyai andil dalam
Perang Kemerdekaan.

Pimpinan TNl -AD kemudian memanggil Panglima-panglima Tentara dan Teritori-


um untuk membicarakan masalah tersebut, dan diputuskan untuk mendesak kepada
Presiden untuk membubarkan Parlemen dan membentuk Parlemen baru. Pimpinan
Angkatan Darat dengan disertai Kepala Staf Angkatan Perang Jenderal Mayor T.B.
Simatupang menghadap Presiden Soekarno pada tanggal 17 Oktober 1952 untuk
menyampaikan pernyataan te rse but. Presiden kembali menolak membubarkan Par-
lemen dan membentuk Parlemen baru .

Peristiwa ini telah mempertajam pertentangan-pertentangan yang ada di dalam TNI


Angkatan Darat. Di beberapa daerah terj ad i pengambilalihan pimpinan Teritorium
dari Panglima yang menduku ng pernyataan Pimpinan Angkatan Darat pada tanggal
17 Oktober 1952. Kolonel AH. Nasution sebagai KSAD menyatakan bertanggung
jawab atas terjadinya peristi wa tersebut, dan mengajukan permohonan berhenti ke-
pada Pemerintah. Permohonan tersebut dikabul kan, dan pada tanggal 19 Desember
1952 dilakukan serah terima jabatan KS AD dari Kolonel Nasution kepada penggan-
tinya Kolonel Bambang Sugeng. Juga Jenderal Mayor Simatupang mengundurkan
diri, dan jabatan KSAP selanj utnya ditiadakan .

Penyelesaian peristiwa in i beqalan berlarut-larut. Adanya golongan-golongan yang


pro dan kontra telah menimbul kan suasana krisis dalam tubuh Angkatan Darat. Un-
tuk mengakhiri krisis dan perpecahan di dalam tubuh Angkatan Darat ini, para per-
wira Angkatan Darat mengadakan "Rapat Collegiaal" (Raco) di Yogyakarta pada
tanggal 21-25 Februari 1955 Raco ini menghasilkan "Piagam Keutuhan Angkatan
Darat Republik Indonesia" yang ditandatangani oleh 29 perwira senior Angkatan
Darat. Dengan ditandatangani nya Piagam tersebut selesailah "Peristiwa 17 Okto-
ber" dalam li ngkungan Angkatan Darat.
69
----
/, • 6
1

Demonstrasi rakyat menuntut pem-


bubaran Parlemen di halaman lstana
pada tangga/ 7 7 Oktober 7952.

Selain di Jakarta, di Bandung juga


terjadi demonstrasi menuntut
pembubaron Parlemen. Tompok suasa-
na rakyat yang sedang berdemonstrasi
pada bu/an November 7962.
70
Pemondongon dori oroh /stono Mer-
deko podo woktu terjodi demonstrosi rok-
yot menuntut pembuboron Porlemen
podo tonggal 17 Oktober 1952

Suosono sidong Porlemen yang pertomo


sesudoh peristiwo 17 Oktober

Upocoro pelontikon Pemongku joboton


K5AD Ko/one/ Bombong Sugeng di
ha/omon Jstono Merdeko podo
bu/on Desember 1952
71
1 AGUSTUS 1953

KABINET ALl-WONGSO

Setelah melalui masa krisis 58 hari lamanya, kabinet berikutnya terbentuk pada
tanggal 1 Agustus 1953, dengan Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo (PNI) dan
Wakil Perdana Menteri Mr. Wongsonegoro (Partai Indonesia Raya, PIR) . Kabinet ini
dikenal dengan nama Kabinet Ali-Wongso. Dalam kabinet ini Masyumi tidak turut
serta, tetapi Nahdlatul Ulama (NU) duduk di dalamnya.

Program Kabinet Ali-Wongso juga tidak jauh berbeda dengan kabinet-kabinet sebe-
lumnya, yaitu melipu.ti:

1. program dalam negeri yang mencakup soal keamanan, pemilihan umum, kemak-.
muran dan keuangan, organisasi negara, perburuhan, dan perundang-undangan;
2. pengembalian Irian Barat; dan
3. politik luar negeri bebas dan aktif.

Pada masa Kabinet ini gangguan keamanan makin meningkat. Selain aksi teror dan
pengacauan-pengacauan yang makin gencar oleh Dl(Tll di jawa Barat, pecah pula
pemberontakan Daud Beureueh di Aceh dan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.
Di 'samping itu, gerakan-gerakan daerah makin meningkat pula.

Meskipun dihinggapi oleh kesulitan-kesulitan tersebut, pada masa kabinet ini dilak-
sanakan Konferensi Asia- Afrika di Bandung dan persiapan-persiapan pemilihan
umum. Pemilihan umum itu sendiri dilakukan pada masa kabinet berikutnya karena
Kabinet Ali-Wongso jatuh sebelum dapat melaksanakannya.

Berhubung dengan terjadinya masalah pergantian Pimpinan AD, yang dikenal seba-
gai "Peristiwa 27 ]uni 1955", beberapa anggota Parlemen mengajukan mosi tidak
percaya yar:g diterima oleh Parlemen. Sebagai akibatnya, kabinet mengembalikan
mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955.
72
Pelantikan M r. Ali Sascroamid;ojo sebagai Perdana Menteri pada bu/an Agusrus 195"3

Para anggota kabinet bergambar bersama Presiden Soekarno.

73
20 SEPTEMBER 1953

PEMB ERONTA KA N Dl / Tl l
DAUD BEUREUEH

Pemberontakan DI/Tl I di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bah-


wa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah Imam Kartosuwirjo
pada tanggal 20 September 1953.

Daud Beureueh pernah memegang jabatan Gubernur Militer Daerah lstimewa Aceh
sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai gu-
bernur militer, ia berkuasa penuh atas pertahanan keamanan daerah Aceh dan me-
nguasai seluruh aparat pemerintahan, baik sipil maupun militer.

Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas gubernur militer, Daud Beureueh tidak sulit
memperoleh pengikut. Daud Beureueh juga berhasil mem pengaruhi pejabat-pejabat
Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk beberapa waktu lamanya Daud
Beureueh dan pengikut-pengikutnya dapat menguasai sebagian besar daerah Aceh,
termasuk sejumlah kota.

Sesudah bantuan datang dari Sumatra Utara dan Sumatra Tengah, operasi pemulih-
an keamanan segera dimulai. Satu demi satu kota-kota yang dikuasai pemberontak
direbut kembali. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud Beureueh meneruskan
perlawanannya di hutan-hutan.

Penyelesaian terakhi r pemberontakan Daud Beureueh ini di lak u kan de nga n suatu
"Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bu Ian Desember 1962 atas prakarsa
Panglima Kodam l/lskandar Muda, Kolonel M. Jasin. Dengan kembal inya Daud
Bendera "DI /Tl I" di A ceh Beureueh ke masyarakat, keamanan di daerah Aceh sepenuhnya pulih kembali.
74
s: . !, • I \ 1 .~

...,,m im l at 1l"ija l' 10 au 11ei •cr u., !11111.n: In <>n .!11 •


d! At 1ct '11on ••• d 11ek 1·ta rn 11 ,mu11 lP-JlJ .. pl trJ. ko1ah111o1m
Jant j a ~11- d1 At,j er d •n rJ " •ii rn 1,.1t11 rn J1, d !.g40nt1!.111 ole
fonitr1nt1Jl' d 111 t ! L(IP ft l 1 ••
""n.! t.u .:u am&k l Wl:k • t kera d a e t1l ~n·u 11.iLJ t,ba.n -
11 • fi ~ .11111" , r,t;u:ttl ul' c rri•tJ .Ag· a 1 pei:•wa1 nvger1 ,aauda-
~11r r-!111 a e h• F. 41~nja.

'"~:.·~ •l'I many:C 11arlr,:21 ge 1111'.&n "'enter11. lslu InCloovs1a,


t:flhJ1i h enct•klah memb r i b•ntua,n dan bek:erdj11 11111u
untuk mene f! .. kk• l!euan1n (h.n lf•aedjahteraan "{epu •·
2. fe gllWl!i J eper1 hendak b bekerdja terus sep'!r 1
biau , be\(et·d,hlah deni:-an sunl'rub2 supa,1 a rod a peme-
? 1n t:•hari teru, ~rdjal lantJar.
Para a11ud11p1r haru1lah <1mbuka toko, lak:un1k .&:1l ar,
pekerrtj aan 1tu eepert1 l • sa,1'E>it.• r1ntah I11llllll u n-
dja1111n ke.unltllan tuan2.
Rakjat selm'llhn.ja d3ane l men11adalc•n "•bot61.f ff ,11,.J r u -
&•~kan harta v1taal,~er. l•1lik ,mt1 l"llt1J;'Ok,111e1n j ia 1 k•n
kabar b-ohonE 1 1nvntrat1 prcrak••1 dan·, o.,~~1n J •
janp. dara t :n..,ne-e;anpe-•1 k e la.n.lit..a . • "'.,.

"i•iia :u~j• jan~ l!!elak:Uksn ked.laT.11t nJ tsb a '. 1>n !.l i-


r•1lmm ~·"' 1m !':J1'W1'.Cllt"I
t:111tE-r.

'i . !Ci..'~4d• '..lli.n i! t-.. nps11 Asir t.r no .. klal i e11.._1;1, d en t .. r,-
tet·i.111, l
i;k.:icnak&olah l{e"11 .Hban tuan2 s p<Ht1 bla<11•
luuzr:ion1>n d "n keselu:stan tll.11112 o 1djamin.

6. tte:rad111 tti6'n2 hnr be:rag


a sslain Isl.zri cl.Ian an ri.f.•i 2
dan aja~ *•sanpka,jaki nl •h bah~a Pemer1nt-h ".J. !.
"11>nrlj .. 1n Jre9el11n•t1111 tu 1 2 "'n •ear• 1-'Ul/i' t ii.n r• luk,
kar •a Jsl• mell'erint•hk art unt11lc ir,el 1nd·lllf'1 t1 sp2 t'm•t
dan •F.amanj a sepert1 "'el 1nrh.1n ' 1 ,...l'i'•t dan Ta1 (J!) . s no1r1 •
.l'cbtrn.h ka111i 1Jf1r111ten lre -11d1.1 selu.ru}· lar1n:i 1111 .Jr,ra-
lt•t •ll'•l' t.ntcn•llJ!l dln tenantr setrt a lakaanaka:nlah ke ·••-
~J1ba.n maft1nt2 se'.l)ert1 bla aa,

!re ar a 1111•.tt Tru:lon&si11


IJU rn•~r ~1pil/M1l1t1n
AtJ ~ dan D•~rail sekit•rnja.

Sa/inan suatu maklumat Doud Beureueh. Disebutkan dalam maklumat tersebut bahwa "Dengan
/ahirnya Prok/amasi Negara /slam Indonesia di Aceh ~an sekit~rnya, maka /~?yap/ah kekuasaan Pancasila
di Aceh don daerah sekitarnya, digantikan ol eh Pemermtah dari Negara Islam .

75
Potroli posukon polisi Brigade Mobil
do/am meloksanakan tugas pemulihan ke-
omanan di Aceh Timur pada
tahun 7954

Tengku Doud Beureueh don pengikut-


pengikutnya sewaktu memenuhi panggil-
an Pemerintoh dol•m rangko penye-
/esoian pemberontokonnyo
76
10 NOVEMBER 1954

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Dengan selesainya perjuangan fisik membela dan mempertahankan kemerdekaan,


sejumlah pemuda pejuang kembali ke bangku sekolah untuk meneruskan pendidik-
annya. Kebutuhan masyarakat akan sarana pendidikan makin meningkat dan dira-
sakan di mana-mana.

Khususnya untuk memenuhi kebutu han pendidikan tinggi di daerah, Pemerintah te-
lah mendirikan sejumfah perguruan tinggi di daerah-daerah, baik yang sebelumnya
telah ada maupun yang baru sama sekali.

Pada tanggal 10 November 1954 di Surabaya didirikan Universitas Airlangga, yang


terdiri dari:
1. Fakultas Kedokteran dan Lembaga Ked okteran Gigi di Surabaya (berasal dari
Fakultas Kedokteran dan Lembaga Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, yang
berkedudukan di Surabaya)
2. Fakultas Hu kum, Sosial dan Politik di Surabaya (berasal dari Cabang Bagian Hu-
kum di Surabaya dari Faku ltas Hukum, Ekonomi, dan Sosial - Politik Universitas
Gadjah Mada);
3. Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Malang; dan
4. Fakultas Ekonomi di Surabaya.

Pada tahun-tahun berikutnya Pemerintah mendirikan berbagai universitas di hampir


semua propinsi di selllruh Indon esia, antara lain Universitas Hasanuddin di Makassar
pada tahun 1956, Universitas Andalas di Bu kittinggi pada tahun 1956, Universitas
Pajajaran di Bandung pada tah un 1957, dan Universitas Sumatra Utara di Medan pa-
da tahun 1957.
77
Pelantikan Prof. Mr. Abdul Gaffar Pringgodigdo sebagai Rektor Universitas Airlangga oleh Presiden Soekarno pada tanggal 23 Desember 7954

78
18 AP RI L 1955

KONF EREN I ASIA-AFR IKA


DIBANDU G
Dengan diprakasai oleh lima negara Asia, yaitu Indonesia, Indi a, Pakistan, Birma,
dan Sri Langka, pada tanggal 18 sampai dengan tanggal 25 April 1955 di Bandung
diselenggarakan Konferensi A ~1a- Afrika. Konferensi ini diikuti oleh 29 negara Asia-
Afrika, yaitu Afghanistan. B1 ma, jepang, Ethiopia, Filipina, Gold Coast (Ghana),
India, Indonesia, lrak, Iran, Kamboja, Laos, Libanon, Liberia, Libia, Muangthai ,
Mesir , Nepal, Pakistan, Repu bltk Rakyat Cina, Saudi Arabia, Sri Langka, Sudan, Su-
riah, Turki, Vietnam Selatan, Vietnam Utara, Yaman, dan Yordania.

Sebelum konferensi tersebut c1adakan, kelima negara pemrakarsa telah mengadakan


serangkaian pertemuan persia 1 an pertama di Kolombo pada bulan April 1954 dan
kemudian di Bogor pada bular Desember dalam tahun yang sama.

Konferensi Asi a-Afrika disel enggarakan dalam suasana makin meningkatnya perju-
angan bangsa-bangsa terjajah ntuk memperoleh kemerdekaannya serta usaha-usaha
untuk menggalang persatuan dan solidaritas di antara negara-negara yang berkem-
bang dan merdeka. Situasi in t rnasional pada masa itu diliputi oleh kecemasan ada-
nya perlombaan senjata antara Blok Barat dan Blok Timur dan kecemasan akan tim-
bulnya perang atom. Situasi ini mendorong negara-negara yang sedang berkembang
untuk mencari jalan membamu meredakan ketegangan dunia dan memelihara per-
damaian.

Dalam agenda konferensi ter.,antum pokok-pokok pembicaraan yang mencermin-


kan masalah-masalah internas1onal yang hangat pada waktu itu . Agenda tersebut
antara lain mencantumkan u aha-usaha untuk meningkatkan kerja sama ekonomi
dan kebudayaan ; hak asasi rnanusia dan hak menentukan nasib sendiri, termasuk
soal rasialisme; masalah raky.-. -rakyat terjajah, antara lain soal Afrika Utara dan lri-
79
an Barat; perdamaian dunia dan kerja sama internasional, termasuk beberapa aspek
mengenai PBB; hidup berdampingan (co-existence); soal lnd.ocina, Aden; masalah
perlucutan senjata (disarmament); dan masalah senjata penghancur yang dahsyat
(weapons of mass destruction).

Konferensi ini menghasil kan berbagai keputusan pen ting yang dituangkan di dalam
suatu komunike bersama. Di samping itu, telah pula disetujui prinsip-prinsip hu-
bungan internasional dalam rangka memelihara dan memajukan perdamaian dunia.
Prinsip-prinsip tersebut dikenal dengan "Dasasila Bandung".

Lengkapnya Dasasila Bandung adalah sebagai berikut.

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang ter-
muat dalam Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3. Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar mau-
pun keeil.
4. Tidak melakukan iQtervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri
negara lain .
5. Menghormati hak tiap -tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara
sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. a. Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertin-
dak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar;
b. Tidak melaku kan tekanan terhadap negara lain .
. 7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi atau pun penggunaan
kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti pe-
rundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum atau cara damai la-
in-lain lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan
Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama. •
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

Penaikan bendera negara-negara peserta


Konferensi Asia - Afrika di Bandung
pada tanggal 78 April 7955

80
Presiden Soekarno sedang membuka
Xonferensi Asia- Afrika di Bandung
pada tanggal 18 April 1955.

Suasana sidang Konferensi Asia-Afrika


yang berlangsung dari tanggal
18 April sampai dengan tanggal
24 April 1955 di Bandung. Konferensi
re/ah memilih Perdana Menteri Indonesia
Ali Sastroamidjojo sebagai Ketua
dan Roes/an Abdu/gani
sebagai Sekretaris jenderal.

81
Dalam gambar ini tampak Perdana
Menteri India Shri Pandit jawaharlal
Nehru sedang bertukar pikiran de-
ngan Perdana Menteri U Nu dari Birma
di luar sidang.

Para anggota delegasi Konferensi


Asid-Afrika sedang menyaksikan
senam pelajar di lapangan Tegal/ega,
Bandung, pada tanggal 18 April 1955.
Tampak di barisan depan ant.ara lain
Perdana Menteri Nasser dari Mesir
dan Perdana Menteri Nehru dari India.

82
27 JU NI 1955

MASA LAH PENGGANTIAN


PIMPINAN A GKATAN DARAT ;
"PERISTIWA 27 JUNI "

Setelah "Rapat Col/egiaa/" d Yogyakarta_yang menghasilkan Piagam Keutuhan


Angkatan Darat pada bu Ian Feb ruari 1955, pertentangan di dalam tub uh Angkatan
Darat sehubungan dengan "Peristiwa 17 Oktober" telah dapat diakhiri.

Meskipun demikian , antara Angkatan Darat dan Pemerintah tetap tidak tercapai ke-
sepakatan mengenai penyelesa1an peristiwa 17 Oktober 1952. Oleh karena itu, pada
tanggal 1 Mei 1955 Jenderal Mayor Barn bang Sugeng mengundurkan diri dari jabat-
an KSAD. Selama jabatan KSA D belum terisi, pimpinan Angkatan Darat oleh Peme -
rintah diserahkan kepada Wak i Kepala Staf Angkatan Darat Kolonel Zulkifli Lubis.

Untuk mengisi kekosongan jab1tan KSAD, Pemerintah kemudian mengangkat Kolo-


nel Bambang Utojo, Panglima Tentara dan Teritorium 11/Sriwijaya sebagai KSAD.
Pimpinan Angkatan Darat tidak dapat menyetujui keputusan Pemerintah itu sehing-
ga pelantikan Kolonel Barn bang Utojo sebagai KSAD pad a tanggal 27 Juni 1955 ber-
langsung tanpa dihadiri oleh perwira-perwira Angkatan Darat. "Peristiwa 27 juni"
ini mengakibatkan jatuhnya Kabi net Ali - Wongso.

Masalah penggantian pimpinan Angkatan Darat ini akhirnya diselesaikan oleh Kabi -
/enderol Mayor Bombong Sugeng
net Burhanuddin Harahap yang menggantikan Kabinet Ali - Wongso. Pada tanggal
sedong membocokon lkror Persotuon
Seluruh Ke/uorgo Angkoton Dorat do/om
28 Oktober 1955 Kabinet memutuskan untuk mengangkat Kolonel A.H. Nasution,
bentuk "Piogom Keutuhon" podo bu/on . salah satu dari enam orang cal on yang diaju kan oleh pimpinan Angkatan Darat seba-
Februori 1955 di koto Yogyakorto. gai KSAD. Pelantikannya dilak ukan pada tanggal 7 November 1955.
83
12AGUSTUS1955

KABINET
BURHANUDDIN HARAHAP

Kabinet Ali-Wongso digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap pada tanggal


12 Agustus 1955 . Kabinet ini ad al ah kabinet koalisi dengan Masyumi sebagai inti -
nya, sedangkan PN I menjadi partai oposisi.

Salah satu program Kabinet Burhanuddin Harahap adalah "mengembalikan kewiba-


waan (gezag) moral Pemerintah, dalam pal ini kepercayaan Angkatan Darat dan ma-
syarakat kepada Pemerintah ".

Selain daripada itu, kabinet ini juga mencantumkan dalam prograrnnya pelaksanaaliJ
pemilihan umum, desentralisasi, masalah inflasi, pemberantasan korupsi, perjuangan
lrian Barat, dan politik kerja sama Asia- Afrika berdasarkan politik bebas dan aktif.

Dalam masa Kabinet Burhanuddin Harahap inilah disefenggarakan pemilihan umum


yang pertama sejak Indonesia merdeka.

Kabinet ini mengembalikan mandatnya setelah Dewan Perwakilan Rakyat hasil pe-
milihan umum terbentuk pada bulan Maret 1956.
86
Suasana pelantikan don pengambilan sumpah Mr. Burhanuddin Harahap sebagai ·rdana Menteri di /stana pada tangga/ 72 Agustus
1955. Setelah pelantikan, anggota Kabinet Burhanuddin Harahap bersama-sama dengan bekas anggota K obinet A li-Wongso bergambar ber-
sama dengan Presiden don Wakil Presiden.

87
29 SEPTEMBER 1955

PEMILIHAN UMUM
Setelah beberapa tahun lamanya menjadi program Pemerintah dari kabinet yang sa-
tu ke kabinet beri kutnya, akhirnya selesailah persiapan-persiapan untuk melaksana-
kan pemilihan umum.

Pada tanggal 29 September 1955 diselenggarakan pemilihan umum untuk memilih


anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pada tanggal 15 Desember
1955 untuk pemilihan anggota-anggota Konstituante (Sidang Pembuat Undang-Un-
dang Dasar). Puluhan partai, organisasi massa, dan perorangan ikut serta mencalon-
kan diri dalam pemilihan umum yang pertama kali diadakan sejak Indonesia merde-
ka itu.

Dal am pelaksanaannya, Indonesia dibagi dalam 16 daerah pemilihan yang meliputi


208 kabupaten , 2 .139 kecamatan, dan 43.429 desa.

DPR hasil pemilihan umum beranggota 272 orang, yaitu dengan perhitungan bahwa
satu orang anggota DPR mewakili 300.000 orang penduduk, sedangkan anggota
konstituante berjumlah 542 orang. Pelantikan anggota DPR hasil pemilihan umum
dilakukan pada tanggal 20 Maret 1956, sedangkan anggota konstituante pada tang-
gal 10 November 1956.

Tondo-tonda gombor podo Pemilihon


Umum Pertomo tohun 1955, yang diikuti
oleh puluhon portoi, org,misosi,
don perorongon

88
Sebagai akibat banyaknya parta1 , organisasi, dan perorangan yang ikut dalam pemilih-
an umum, DPR terbagi dalam banyak fraksi yang susunannya adalah sebagai berikut.

1. Fraksi Masyumi 60 anggota


2. Fraksi PNI 58 anggota
3. Fraksi NU 47 anggota
4. Fraksi PKI 32 anggota
5. Fraksi Nasional Progresif, yakni gabungan partai/organisasi:
Baperki, Permai, Acoma, rvl urba, PRN, Gerindo, Pl R. Wongsonegoro,
dan anggota perorangan R Soedjono Prawirosoedardjo 11 anggota
6. Fraksi Pendukung Proklamasi yang terdiri dari wakil-wakil partai/
organisasi: IPKI , Partai Buruh, PRI, dan PRD 11 anggota
7. Fraksi PSll g anggota
8. Fraksi Parkindo 9 anggota
9. Fraksi Katolik yang bergabung dengan wakil Persatuan Daya 8 anggota
10. Fraksi Pembangunan yang terdiri dari anggota-anggota yang di
dalam pemilihan umum dicalonkan oleh PKI 7 anggota
11. Fraksi PSI 5 anggota
12. Ftaksi Perti 4 anggota
13. F raksi Gerakan Pembela P ncasila 2 anggota
14. Friksi P3 RI (Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia) 2 anggota
15. Fraksi Perorangan AKUI 1 anggota
16. Fraksi PPTI 1 anggota
17. Fraksi Pl R Hazairin 1 anggota
18. Fraksi Persatuan yang mewakili daerah lrian Barat 3 anggota
19. Tidak berfraksi 2 anggota

Jumlah seluruhnya 272 anggota

Pemondongon di TPS (Tempot Pe-


munguton Suoro) Bendungon I/Ir, Jakarta;
tompok keslbukon beberopo onggo to
P3S (Ponltio Pemillhon don Pemungut-
on Suoro).

89
Pengambilan sumpah anggota-anggota
DPR hasil pemilihan umum oleh
Presiden Soekarno di /stana Negara
pada tanggal 25 Maret 1956

Para anggota konstituante sedang


menyambut kedatangan Kepala Negara
di depan gedung Gubernuran Bandung
pada tangga/ 8 November 1956.

Pe/antikan anggota-anggota
konstituante di Bandung pada tanggal
10 November 1956
92
14 DESEM BE R 1955

PERISTIWA
KOMO DOR UDA UDARA
SU YONO

Pertentangan-pertentangan dalam tubuh Angkatan Perang pada tahun-tahun ini ti-


dak hanya terbatas di lingkungan Angkatan Darat.

Suatu peristi wa yang menarik perhatian masyarakat terjadi pada waktu akan dilaku-
kan pelantikan Komodor Mu da Udara Hubertus Suyono menjadi Wakil Kepala Staf
Angkatan Udara di Pangkalan Udara Cilil itan (sekarang Halim Perdanakusumah) pa-
Gambar-gambar ini menunjukkan
peristiwa yang terjadi ketika Komodor
da tanggal 14 Desember 1955
Muda Udara Hubertus Suyono akan
dilantik sebagai Wakil KSA U di Pada saat Komodor Muda Ud ara Suyono akan diambil sumpahnya oleh Menteri Per-
Pangkalan Udara Cililitan pada tanggal tahanan Burhanuddin Harahap tiba-tiba segerombolan prajurit dari pasukan kehor-
74 Desember 7955. Do/am kericuhan matan bersama-sama maju dar berteriak: "tidak setuju, tidak setuju". Mereka me-
yang terjadi pada peristiwa ini, seorang
Perwira Tinggi A URI Komodor Udara
ninggalkan barisan diikuti oleh pasukan pembawa panji-panji Angkatan Udara.
Muda Wiweko Supono te/ah diserang
a/eh Sersan Udara Kalebos. Karena adanya insiden itu upacara pelantikan dibatalkan.

93
30 TAHUN
IN DO NE SIA
MERDEKA
1. 24 MARET 1956 Kabinet Ali 11

1956
97
2. 3 MEI Pembatalan Perjanjian KMB . . . . . . . . . . . . . . 99
3. 17 AGUSTUS Pembentukan Propinsi lrian Barat ....... .. . 100
4. 1 DESEMBER Bung Hatta Mengundurkan Diri sebagai Wakil
Presiden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 101
5. 20 DESEMBER Pengambilalihan Pemerintahan Daerah Sumatra
Barat oleh "Dewan Banteng" .......... .. . 103

1959 6. 1 JANUARI 1957


7. 21 FEBRUARI
8. 14 MARET
9. 9 APRIL
10. 6 MEI
Pengirim.an Misi Garuda I . ......... ... . . .
Konsepsi Presiden Soekarno . . . . . . . . . . . . . .
Keadaan Darurat Perang . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kabinet Djuanda/Kabinet Karya ..... .... . .
Kunjungan Presiden Uni Soviet Vorosyilov ... .
105
107
109
110
111
11. 10 SEPTEMBER Musyawarah Nasional (Munas) ...... .... . . 112
12. 18 NOVEMBER Gerakan Pembebasan I rian Barat . ...... . . . . 114
13. 25 NOVEMBER Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) . . . 118
14. 30 NOVEMBER Usaha Pembunuhan Terhadap Presiden Soekarno
("Peristiwa Cikini") . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119
15. 13 DESEMBER Penetapan Wilayah Perairan Negara Republik In-
donesia dan Wawasan Nusantara . . . .... ... . 121
16. 20 JANUARI 1958 Perjanjian Perdamaian antara Republik Indonesia
dan jepang ..... . .. .. .... ..... .. ... . 123
17. 15 FEBRUARI Pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia) dan Permesta (Piagam Perju-
angan Semesta) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 124
18. 15JUNI Indonesia Merebut Piala Thomas (Thomas Cup) . 132
19. 8 DESEMBER Kunjungan Presiden India Rajendra Prasad dan
Presiden Yugoslavia josip Bross Tito ..... . .. 134
20. 9 FEBRUARI 1959 Kunjungan Perdana Menteri Kamboja Pangeran
Norodom Sihanouk dan Tamu Negara Lainnya
dalam Tahun 1959 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 136
21. 28 FEBRUARI lnstitut Teknologi Bandung ....... . .... .. 138
22. 30 MEI Pemungutan Suara dalam Konstituante mengenai
Undang-Undang Dasar 1945 . . . . . . . . . . . . . . 139
23. 5JULI Dekrit Presiden Kembali ke Undang-Undang Da-
sar 1945 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 142
24. 10 JULI Pelantikan Kabinet Kerja Pertama .... . . _,, . .. 145
25. 22 JULI .;. Penetapan Presiden mengenai DPR menurut Un-
dang-Undang Dasar 1945 . . . . . . . . . . . . . . . . 147
26. 17 AGUSTUS Pidato Presiden Soekarno "Penemuan Kembali
Revolusi Kita" (Manipol) . ..... . . .... .... 149
27. 11 NOVEMBER Konferensi Rencana Kolombo di Yogyakarta . . . 151
28. 12 NOVEMBER Komando Pemberantasan Malaria . . . . . . . . . . 152
29. 31 DESEMBER Pembentukan Front Nasional .. . .......... 153
24 MARET 1956

KABIN ET AL I 11

Kabinet pertama setelah DPR hasil pemilihan umum terbentuk adalah kabinet di
bawah Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo, yang kemudian dikenal sebagai Kabinet
Ali II .

Program Kabinet Ali 11 adalah se bagai beri kut.


I. Pembatalan KMB
Menyelesaikan pembatala seluruh perjanjian yang dihasilkan Konferensi Meja
Bundar secara unilateral tai k formal maupun material dan mengadakan tindak-
an-tindakan untuk menam pung akibat-akibatnya.

II. lr ian Barat


a. Meneruskan perjuangan mewujudkan kekuasaan de facto Indonesia atas lri-
an Barat bersandarkan kekuatan Rakyat dan kekuatan-kekuatan antikolo-
nialisme di dunia inten iasional.
b. Membentuk Propinsi Inan Barat.

111. Luar Negeri


a. Menjalankan politi k ludf negeri yang bebas dan aktif, berdasarkan kepenting-
an rakyat dan menuju ke perdamaian dunia.
b. Meneruskan kerja sama dengan negara-negara Asia- Afrika dan melaksana-
kan keputusan-keputu san Konferensi Asia-Afrika Pertama di Bandung.

Kabinet ini pun .tidak berum u1 lebih dari satu tahun . Pemilihan umum ternyata ti-
dak dapat membawa perbaikan dalam kehidupan politik. Kestabilan Pemerintah ti-
dak dapilt tercapai karena DP R hasil Pemilu, seperti juga Dl?~S, terpecah-pecah da-
lam sekian banyak partai. Setiap kabinet menjadi bergantung kepada dukungan par-
tai. yang turut serta dalam koal si ,
97
Mr. Ali Sastroamidjojo tengah
disumpah sebagai Perdana Menteri
pada Kabinet Ali II di lstana Merdeka
pada tanggal 24 Maret 7956. Gambar
bawah: anggota-anggota Kabinet Ali II
bergambar bersama dengan Presiden
dan Wakil Presiden setelah pelantikan.

98
3 ME I 1956

PEMBATAL N
PERJANJIA KMB

Pada tanggal 3 Mei 1956 Indonesia membatalkan hubungan lndonesia- Belanda ber-
dasarkan Perjanjian KMB. Pembatalan tersebut dilakukan secara sepihak oleh Indo-
nesia dengan Undang-undang No. 13 Tahun 1956.

Undang-undang tersebut men etapkan bahwa hubungan selanjutnya antara Indonesia


dan Belanda adalah hubungan yang lazim antara negara-negara yang berdaulat pe-
nuh berdasarkan hukum intern asional. Kepentingan Belanda di Indonesia diperlaku-
kan sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Sementara itu, hubungan ln donesia-Belanda makin memburuk sebagai akibat terli-


batnya orang-orang Belanda dalam berbagai pemberontakan karena Belanda tidak
mau juga menyerahkan lrian Barat {sekarang lrian Jaya) .

'
Presiden Soekarno mengesahkan
Rancangan Undang-undang tentang pem-
batalan hubungan lndonesia - Belanda
I
berdasarkan perjanjian KM 8 di
Jakarta p ada tangga/ 3 Mei 7956, yang
kemudian menjadi Undang-undang
No. 13 Tahun 1956.

99
17 AGUSTUS 1956

PEMBENTUKAN
PROPINSI IRIAN BARAT

Sesuai dengan programnya, Kabinet Ali membentuk propinsi lrian Barat yang ibu
kotanya berkedudukan di Soa Siu. Peresmian pembentukan propinsi lrian Barat di-
lakukan bertepatan dengan hari ulang tahun Kemerdekaan, yaitu pada tanggal 17
Agustus 1956.

Propinsi lrian Barat tersebut meliputi wilayah lrian yang masih diduduki Belanda
dan daerah Tidore, Oba, Weda, Patani, serta Wasile di Maluku Utara.

Sebagai Gubernur lrian Barat yang pertama, pada bulan September 1956 diangkat
Sultan Tidore, Zainal Abidin Syah.

Di dalam sejarah tercatat bahwa sampai dengan akhir abad ke-19 Irian berada di ba-
wah kekuasaan Sultan Tidore.

Pelantikan Zaino/ Abidin Syah, Sultan


Tidore, sebagai Gubernur Irion Barat
berkedudukan di Soa Siu, Tidore,
pada tanggal 23 September 1956.

100
1 DESEMBER 1956

BUNG HATT A
MENGUND RKAN DIRI
SEBAGAI W KIL PRESIDEN

Pada tanggal 1 Desember 1956 Mohammad Hatta mengundurkan diri dari jabatan-
nya sebagai Wa kil Presiden.

Meskipun telah mengundurka, diri, banyak orang Indonesia yang menghendaki agar
Bung Hatta aktif kembali. An tara lain di dalam musyawarah nasional yang diseleng-
garakan pada bulan September 1957 dibahas pula "Masalah Dwitunggal Soekarno-
Hatta". Demikian juga di DP R, beberapa anggota DPR mengajukan mosi mengenai
"pemulihan kerja sama Dwi tu nggal Soekarno-Hatta". DPR kemudian menerima
mosi mengenai pembentukan Panitia Ad Hoc untuk mencari "bentuk kerja sama
Soekarno-Hatta". Panitia ter ebut dibentuk pada tanggal 29November1957 dan di-
kenal sebagai "Panitia Sembilan", yang diketuai oleh Ahem Erningpradja, dengan ang-
gota-anggotanya: Anwar Tjok oaminoto, Achmad Sjaichu, Mr. Memet Tanumidjaja,
Asrarudin, Katamsi Sutisna Sendjaja, M. Siregar, Anwar Harjon<j, dan 1.J. Kasi mo.
Panitia Sembilan dibubarkan pada bu Ian Maret 1958 tan pa menghasil kan sesuatu
yang konkret.
101
20 DESE MB ER 1956

PENGAMBI LALIHAN
PEMERINTAH AN
DAERAH S MATRA BARAT
OLEH " DE WAN BAN TE NG"

Pada tanggal 20 November 1c56 di Padang diadakan reuni eks Divisi Banteng, di-
pimpin oleh Kolonel (pensiun ) Ismail Lengah. Reuni ini merupakan kelanjutan dari
pertemuan anggota-anggota el<:s Divisi Banteng yang diadakan di Jakarta pada bu Ian
September 1956. Dalam reuni di Padang ini disetujui pembentukan Dewan Banteng
yang diketuai oleh Letnan Kolonel Achmad Husein, Komandan Resimen IV Tenta-
ra dan Teritorium (TT) I, yan)! berkedud ukan di Padang. Dewan Banteng kemudian
mengajukan tuntutan kepada Pemerintah Pusat yang meliputi berbagai bidang, khu-
susnya mengenai masalah otonomi daerah.

Pada tanggal 9 Desember 1956 KASAD mengeluarkan pengumuman yang melarang


perwira-perwira Angkatan Darat melakukan kegiatan politik. Larangan tersebut ti-
dak diindahkan; bahkan, pada tanggal 20Desember1956 Achmad Husein mengam-
bil alih pemerintahan daerah Sumatra Tengah dari Gubernur Ruslan Muljohardjo.

Bersamaan dengan atau tidak berapa lama setelah Dewan Banteng mengambil alih
kekuasaan pemerintah daerah di beberapa daerah lain timbu l pula dewan-dewan se-
rupa, seperti:
103
a. Dewan Gajah di Sumatra Utara di bawah pimpinan Kolonel M. Simbolon, Pangli-
ma Tentara dan Teritorium I;
b. Dewan Garuda di Sumatra Selatan di bawah pimpinan Letnan Kolonel Barlian,
Panglima Tentara dan Teritorium II;
c. Dewan Manguni di Sulawesi Utara di bawah pimpinan Letnan Kolonel H. N. V.
Sumual, Panglima Tentara dan Teritorium VII.

Berbagai jalan telah ditempuh untuk menyelesaikan perselisihan antara Pemerintah


Pusat dan daerah-<laerah dengan cara musyawarah. Pemerintah mengirimkan utusan-
utusan ke daerah-<laerah yang bergolak untuk mengadakan pembicaraan guna men-
cari penyelesaian. Ke Sumatra Tengah dikirim misi-misi yang dipimpin oleh Kolonel
Dahlan Djambek {ternyata kemudian ikut memberontak), kemudian anggota Parle-
men Zainal Abidin Achmad dan Menteri Eni Karim. Ke Sumatra Selatan dikirim mi-
si Sumarman, sedangkan ke Sulawesi Utara dikirim misi Maengkom.

Selanjutnya, pada bu Ian Maret 1957 diadakan konferensi Panglima Tentara dan Teri-
torium seluruh Indonesia {termasuk Panglima-panglima daerah yang bergolak} untuk
menyelesaikan masalah antara Pusat'dan Daerah secara musyawarah. Kemudian dise-
Ko/one/ Simbo/on Ponglimo TT I lenggarakan musyawarah nasional {Munas} pada bu Ian September 1957, yang disusul
sebogoi Ketuo Dewan Gojoh sedong meng- oleh musyawarah nasional pembangunan {Munap} pada bulan November 1957, yang
umumkon pengombi/o/ihon semuo
bertujuan mempersiapkan usaha pembangunan di daerah-daerah secara integral.
kekuosoon yang berodo di wiloyoh TT I
serto tidok mengokui Kobinet Ali
Sostroomidjojo me/olui Studio RR/ Me- Usaha-usaha tersebut di atas ternyata tidak berhasil mengatasi masalah daerah yang
don podo tonggo/ 22 Desember 1956. semakin bergolak.

104
1 JANU AR I 1957

PENGIRIMA MISI GARUD A I

Semenjak Perang Dunia II berakhir, Ti mu r Tengah selalu bergolak sebagai akibat


didirikannya negara Israel di Pdlestina.

· Pada tahun 1956 masalah Timur Tengah menjadi lebih hangat setelah Terusan Suez
dinasionalisasi oleh Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser pada tanggal 26 Juli 1956.
Sebagai akibatnya, pertikaian menjadi meluas dan melibatkan negara-negara di luar
kawasan tersebut yang berkepentingan dalam masalah Suez. Pada bulan Oktober
1957 lnggris, Perancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir.

Beberapa kota di sepanjang Terusan Suez dibom dan wilayah Mesir di Sinai didu-
duki. Situasi ini mengancam perdamaian dunia sehingga Dewan Kemanan PBB tu-
run tangan dan mendesak pihak-pihak yang bersengketa untu k berunding. Perun-
dingan-perun dingan ternyata t1dak berjalan lancar.

Dalam sidang umum PBB Menteri Luar Negeri Kanada Lester B. Pearson mengusul-
kan agar dibentuk suatu pasu kan PBB untuk memelihara perdamaian di Timur Te-
ngah. Usu! ini disetujui sidang dan pada tanggal 5 November 1956 Sekjen PBB
membentuk sebuah Komando PBB dengan nama United Nations Emergency Forces
(UNEF). Pada tanggal 8 November 1956 Indonesia menyatakan kesediaannya un-
tuk turut serta menyumbangkan pasukan dalam UNEF.

Sebagai pelaksanaannya, pada tanggal 28 Desember 1956 dibentuk sebuah pasukan


yang berkekuatan satu detasemen (550 orang), yang terdiri dari kesatuan-kesatuan
Teritorium IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Sebagai Komandan Kon-
tingen ditunjuk Kolonel Hartofo, yang kemudian diganti oleh Letnan Kolonel Suadi .

Kontingen Indonesia untuk UNEF yang diberi nama Pasukan Garuda ini diberang-
katkan ke Timur Tengah pada bulan januari 1957.
105
Upacara pe/epasan Pasukan Garuda o/eh Presiden Soekarno di halaman /stana Merdeka pada tanggal 37 Desember 7956

Anggota Pasukan Garuda I


bergambar bersama di /stana Merdeka
pada tangga/ 37 Desember 7956.

106
Massa rakyat yang memberikan dukungan terhadap Konsepsi Presiden Soekarno di muka lstana Merdeka pada bu/an Februari 7957
21 FEBRUARI 1957

KONSE PS I
PR ESID EN S EKA RNO
Dalam suasana politik yang makin memburuk dengan meluasnya pemberontakan-
pemberontakan daerah dan tidak tercapainya pemerintahan yang stabil meskipun
telah dilakukan pemilihan umu m, Presiden Soekarno melontarkan suatu gagasan un-
tuk memperbaiki keadaan peme 'intahan.

Di hadapan para pemimpin partai dan tokoh masyarakat di lstana Merdeka pada
tanggal 21 Februari 1957 Presiden Soekarno mengemukakan konsepsinya yang ke-
mudian dikenal sebagai "Konsepsi Presiden Soekarno" atau "Konsepsi Presiden".

Konsepsi Presiden ini pada pok knya berisi hal-hal sebagai berikut.
1. Sistem demokrasi parlemen er secara Barat tidak sesuai dengan kepribadian In-
donesia, oleh karena itu, si tern ini harus diganti dengan sistem demokrasi ter-
pimpin.
2. Untuk pelaksanaan sistem demokrasi terpimpin perlu dibentuk suatu kabinet go-
tong royong yang anggotan ya terdiri dari semua partai dan organisasi berdasar-
kan perimbangan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Konsepsi Presiden ini
mengetengah kan pula perlu nya pembentukan "Kabinet Kaki Empat" yang me-
ngandung arti bahwa keempat partai besar, yakni PNI, Masyumi , NU, dan PKI
turut serta di dalamnya untuK menciptakan kegotongroyongan nasional.
3. Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri dari golongan-golongan fungsional da-
lam masyarakat. Tugas utama Dewan Nasional ini adalah memberi nasihat kepa-
da kabinet baik diminta maupun tidak diminta.

Konsepsi Presiden ini men imbulkan perdebatan yang hangat dalam masyarakat dan
dalam DPR. Partai-partai sepert Masyumi, NU , PSll, Katolik, dan PRI menolak kon-
sepsi ini dan berpendapat bah wa mengubah sistem pemerintahan dan susunan keta-
tanegaraan secara radikal sepert itu adalah wewenang konstituante.

Suasana makin tegang setelah usaha-usaha untuk melaksanakan Konsepsi Presiden


(berpusat di ibu kota) mendapat tentangan di daerah-daerah, yang mengakibatkan
gerakan daerah semakin memu ncak dan semakin meluas. Tidak lama kemudian, pada
bulan Maret 1957, Perdana Men teri Ali Sas~roamidjojo mengembalikan mandatnya.
107
Massa rakyat yang memberikan dukungan terhadap Konsepsi Presiden Soekarno di muka lstana Merdeka pada bu/an Februari 1957

108
14MARET1957

KEADAAN ARURATPERANG
Setelah Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo menyerahkan mandatnya pada tanggal
14 Maret 1957, Presiden menyatakan seluruh wilayah Republik Indonesia, terma-
suk semua perairan teritorialnya, dalam keadaan darurat perang.

Keadaan dan,irat perang tersebu t kemudian ditingkatkan menjadi keadaan bahaya


tingkat keadaan perang pada tanggal 17 Desember 1957.

Keadaan perang ini telah memu ngkinkan Angkatan Perang lebih leluasa mengambil
tindakan-tindakan tegas dal~m menanggulangi pemberontakan-pemberontakan dae-
rah serta pengacauan yang di lakukan oleh gerombolan DI/Tl I di berbagai tempat,
yang sementara itu juga telah ma kin meningkat.

Satu setengah jam setelah Kabinet


Ali menyerahkan mandat, Presiden Soe-
karno menyatakan negara dalam
keadaan darurat perang.

Sidang Penguasa Perang


Tertinggi (Peperti) di lstana Bogor
pada tanggal 72 Juli 7959

109
9 APRIL 1957

KABINET DJUANDA/
KABINET KARYA

Setelah Kabinet Ali Sastroamidjojo jatuh, Presiden Soekarno menunjuk Soewirjo


menjadi formatur. Dua kali Soewirjo berusaha, tetapi gagal membentuk kabinet.
Dengan gagalnya Soewirjo, akhirnya Presiden Soekarno menunjuk Ir. Soekarno sen-
diri sebagai formatur.

Formatur Ir. Soekarno membentuk Kabinet Darurat Ekstraparlementer dengan Ir.


Djuanda sebagai Perdana Menteri. Kabinet Djuanda ini diberi nama Kabinet Karya
dan di dalamnya duduk dua orang anggota Angkatan Bersenjata.

Program Kabinet Karya disebutpancakarya, yaitu:


1. membentuk Dewan Nasional;
2. normalisasi keadaan Republik Indonesia;
3. melanjutkan pembatalan KMB;
4. memperjuangkan lrian Barat; dan
5. mempercepat pembangunan.

Ir. Djuanda tengah disumpah sebagai


Perdana Menteri Kabinet Karya
pada tanggal 9 April 7957.

Anggota-anggota Kabinet Kar-


ya bergambar bersama dengan Presi-
den Soekarno.

110
6 ME I 1957

KUNJUNGA PRESIDEN
UNI SOVIET V OROSYILOV

Presiden USSR Vorosyilov ber unjung ke Indonesia dari tanggal 6 sampai dengan
tanggal 19 Mei 1957. Dal am ~ esempatan kunjungan ini Presiden Vorosyilov juga
meninjau Bogor, Cipanas, dan Bandung. Dalam perjalanan dari Cipanas ke Bandung
ini tamu negara dan rombongan dicegat oleh gerombolan DI/Tl I Kartosuwirjo. Pen-
cegatan tersebut dapat digagal an dan tamu negara melangsungkan perjalanannya
dengan aman sampai ke Bandu n .

Tamu negara Presiden Uni Soviet


K.E. Vorosyilov sedang menyaksikan
tari-tarian Indonesia yang
diselenggarakan di lstana Negara
pada tanggal 6 Mei 795 7.

111
10 SEPTEMBER 1957

MUSYAWARAH NASIONAL
{MUNAS)

Dalam usaha untuk mencari penyelesaian masalah-masalah daerah secara musyawa-


rah pada tanggal 10-14 September 1957 diselenggarakan musyawarah nasional yang
dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional baik di pusat maupun di daerah, termasuk bekas
Wakil Presiden Moh. Hatta, d.i Jakarta.

Di dalam musyawarah nasional tersebut dibicarakan antara lain masalah-masalah pe-


merintahan, soal-soal daerah, ekonomi keuangan, angkatan perang, kepartaian, dan
juga masalah yang menyangkut Dwitunggal Soekarno- Hatta.

Musyawarah nasional ini berhasil mengambil beberapa keputusan yang mencermin-


kan suasana saling pengertian selama musyawarah tersebut berlangsung. Pada penu-
tupannya pada tanggal 14 September dikeluarkan suatu pernyataan bersama yang
ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan bekas Wakil Presiden Moh. Hatta.

Suasana pengucapan Pernyataan


Bersama dalam musyawarah nasional di
Jakarta pada tanggal 14 September 1957

112
Teks Pernyataan Bersama

113
18 NOVEMBER 1957

GERAKAN PEMBEBASAN
IRIAN BARAT

Segera setelah pengakuan kedaulatan, usaha-usaha dilancarkan untuk mengembali-


kan lrian Barat ke pangkuan Republik Indonesi a.

Antara tahun 1950 dan tahun 1953 usaha tersebut dilaku kan terutama melalui meja
perundingan secara bilateral dalam lingkungan ikatan Uni lndonesia-Belanda. Sete-
lah usaha-usaha tersebut terbukti tidak membawa hasil, maka sejak tahun 1953 per-
juangan pembebasan lriar:i Barat mulai dilakukan di forum-forum internasional, ter-
utama PBB dan forum-forum solidaritas Asia-Afri ka seperti Konferensi Asia- Afri ka.

Usaha-usaha di bidang diplomasi tersebut ternyata tidak juga membawa hasil sehing-
ga Pemerintah mulai mengambil sikap yang keras terhadap Belanda. Pembatalan Uni
lndonesia-Belanda pada tahun 1954 diikuti pembatalan secara sepihak persetujuan
KMB oleh Indonesia pada tahun 1956.

Di dalam suasana anti Belanda yang makin meningkat, pada tanggal 18 November
1957 diadakan rapat umum pembebasan frian Barat di Jakarta. Rapat umum itu di-
i kuti oleh aksi pemogokan total oleh buruh yang bekerja pada perusahaan-perusa-
haan Belanda pada tanggal 2 Desember 1957. Pada hari itu juga Pemerintah mela-
rang beredarnya semua terbitan dan film yang menggunakan bahasa Belanda. Kemu-
dian KLM dilarang mendarat dan terbang di atas wilayah Indonesia. Pada tanggal 5
Desember semua kegiatan perwakilan konsuler Belanda di Indonesia diminta untuk
dihentikan.

Selanjutnya, terjadilah serentetan aksi pengambilalihan modal dan milik Belanda di


Indonesia, yang semula dilakukan secara spontan oleh rakyat dan buruh yang beker-
ja pada perusahaan-perusahaan Belanda, dan kemudian ditampung dan dilakukan se-
cara teratur oleh Pemerintah. Pengambilalihan modal perusahaan-perusahaan dan
milik Belanda tersebut oleh Pemerintah kemudian diatur dengan Peraturan Pemerin-
tah Nomor 23 Tahun 1958.

Dalam suasana ini, untuk menggalang kesatuan gerak rakyat dalam perjuangan pem-
bebasan lrian Barat, pada tanggal 10 Februari 1958 dibentuk Front Nasional Pem-
bebasan frian Barat.
114
Suosono ropot um um pembebason Ir/on Borot di Jakarta po do tonggo/ T8 November 195 7

115
51 1
BELRN·
l I I I

Slfftlp Belonda do/am m(JS(lfafi lr/fliJ-~


t&W1 mtngaklbotkon memburulinYtf
IHl#ltll1g(lfl ontoro keduo negoro. DI mona-
mono rokyat meloncorkan aksl-aksl
terhadap Belanda, yang memuncak podo
penflfltrlb/lallhon modal-modal perusaha-
"" dan mlllk Belando di Indonesia. Poda
f'lll'bar tampak Nederlandsche Handel
Jlaatschapplj N. V, yal1fTtelolt dlilmbll
'tlllll (sekarong men/ad/ Bank Dogong
Net/Ora) pada bu/an Desember 1957.
Pengllmbllal/lttlfl {.Wrcetakan De Unle
di Jakarta Yl/llltllklkulfan oleh kaum
buruh patltJ bu/1111 Desember 195 7

Aksi-aksi pengambilallhan milik don


perusahaan Belanda kemudian
ditampung don diatur oleh
Pemerintah. Tampak do/am gambar
mi pengambila/ihan Perusahaan
Philips (atas) don KLM (kiri) yang
dilakukan di Jakarta pada
bu/an Desember 1957.

117
25 NOVEMBER 1957

MUSYAWARAH NASIONAL
PEMBANGUNAN (MUNAP)

Sebagai kelanjutan dan untuk melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah na-


sional dalam bidang ekonomi dan pembangunan, dari tanggal 25 November sam-
pai dengan tanggal 4 Desember 1957 dilangsungkan musyawarah nasional pemba-
nguna~ (Munap) di Jakarta. Tujuannya terutama adalah membahas dan merumus-
kan usaha-usaha pembangunan sesuai dengan keinginan daerah-daerah.

Musyawarah nasional pembangunan diikuti oleh para ahli ekonomi, wakil-wakil par-
tai dan organisasi, tokoh-tokoh pusat dan daerah, serta pejabat-pejabat militer. Pe-
nguasa-penguasa militer dari segenap teritorium hadir dalam musyawarah ini, kecua-
li Letnan Kolonel Achmad Husein dari Komando Daerah Mi liter Sumatra Tengah.

Usaha-usaha untuk secara sungguh-sungguh melakukan pembangunan tidak pernah


dapat berjalan dengan lancar. Rencana-rencana pembangunan dalam masa perang
kemerdckaan terhalang pelaksanaannya karena perjuangan fisik meminta pencurah-
an segala daya dan dana yang ada pada waktu itu. Setelah pengakuan kedaulatan,
usaha-usaha mulai dilakukan untuk secara sungguh-sungguh melaksanakan pemba-
ngunan yang berencana. Dalam masa ini antara lain telah disusun suatu Rencana
Pembangunan Lima Tahun (1956- 1960). Namun, usaha-usaha dan rencana pemba-
ngunan tersebut tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena situasi politik dan ke-
amanan di dalam negeri yang selalu bergolak.

Presiden Soekarno sedang memberikan


amanat di muka musyawarah
nasional pembangunan (Munap).
Tampak pula dalam gambar atas bekas
Wakil Presiden Ors. Moh. Hatta dan
Perdona Menteri Ir. Djuanda.

118
30 NOVEM BER 1957

USAHA PEM BUNUHAN


TERHADA R
PRESIDEN S .EKARNO
("PERISTIWA CIKINI")

Pada tanggal 30 November 195 terjadi suatu usaha pembunuhan terhadap Presiden
Soekarno, yang dikenal sebaga " Peristiwa Cikini", ketika Presiden Soekarno meng-
hadi ri pesta se kolah di Cikini, tl mpat putra-putri beliau bersekolah .

Percobaan pembunuhan itu di l ak ukan dengan menggunakan granat tangan sehingga


menimbulkan banyak korban , erutama anak-anak sekolah yang berada di muka ha-
laman sekolah. Presiden Soekar'lo sendiri terhindar dan dapat diselamatkan.

Para pelaku peristiwa percoba.. ri pembunuhan tersebut dapat segera ditangkap dan
diajukan ke pengadilan. Merek , yang terbukti bersalah kemudian dijatuhi hukuman
mati.

Gedung sekolah di }a/an Cikini, Jakarta,


tempat kejadian usaha pembunuhan ter-
hadap Presiden Soekarno, Lampak dalam
k eadaan rusak setelah penggranatan.

119
Anok-onok yang menjodi korbon "Peristiwo Cikini"

Soodon bin Mohamad Tosrif bin Husein I usuf Ismail

Peloku-peloku peristiwo Cikini dihodopkon ke muko Pengodilon Militer podo tonggol 28 April 7958. Poro terdokwo,- yoitu jusuf Ismail, Soodon
bin Mohamad, Tosrif bin Husein, don Moh. Tosin bin Abubokor dijotuhi hukumon moti. Podo gombor tompok tigo dori empot orang terdokwo
di pengodilon.

l 20
13 DESEMBE R 1957

PEN ET APA
WILAYAH PERAIRAN
NEGARA R PUBLIK INDON ESIA
DAN WAW SAN NUSANTARA
Pada tanggal 13 Desem ber 1957 Pemeri ntah Indonesia mengumumkan suatu per-
nyataan tentang wilayah pera ran negara Republik Indonesia. Dalam pengumuman
Pemerintah tersebut dinyataka

"Segala perairan di sek itar, d1 antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang
termasuk negara Indonesia de'lgan tidak memandang luas atau lebarnya, adalah ba-
gian-bagian yang wajar dari wilayah daratan negara Indonesia dan dengan demikian
bagian dari perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedau-
latan mutlak negara Indonesia.
Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin sela-
ma dan sekedar tidak bertent ngan dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamat-
an negara Indonesia. Penentu n batas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil) diu-
kur dari garis yang menghubu ngkan titik-titik ujung terluar pada pulau-pulau negara
Indonesia".

Pengumuman Pemerintah yar g kemudian di kenal dengan nama "Deklarasi Djuan-


da" itu, dalam menetapkan batas perairan nasional mempergunakan prinsip-prinsip
yang dikenal sebagai "archipelago principle" atau "Wawasan Nusantara". Dasar-da-
sar pokok pertimbangan pene rapan wilayah perairan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bentuk geografi Indonesi a se bagai suatu negara kepulauan yang terdiri dari (beri-
bu-ribu) pulau mempunya sifat dan corak tersendiri.
2. Bagi keutuhan teritorial d·m untuk melindungi kekayaan negara Indonesia semua
kepulauan serta laut yang terletak di antaranya harus dianggap sebagai satu kesa-
tuan yang bulat.
3. Penentuan batas lautan t ritorial seperti termaktub dalam Territoriale Zee en
Maritieme Kringen Ordonnantie 1939 (Stbl. 1939 No. 442) Artikel 1 Ayat (1) ti-
dak lagi sesuai dengan pe ti mbangan-pertimbangan tersebut di atas karena mem-
bagi wilayah daratan Ind<nesia dalam bagian-bagian yang terpisah dengan perair-
an teritorialnya sendiri-send iri.

Prinsip-priosip dalam de kl a, asi ini kemudian dikukuhkan dengan Undang-undang


No. 4/Prp. Tahun 1960 tent. ng Perairan Indonesia.
121
L .. OT IUL.AWlfl

..r:...
+
L A U T I A .¥ 0 A

·"

51CAL4 11 H.lS'0.000

Batas wi/ayah negara Republik Indonesia.


Di dunio internasional Indonesia terus memperjuangkan prinsip Wawasan Nusantora ini muloi dari Konferensi PBB tentang Hukum Laut pertama di fenewa pada tahun 1957
sompoi pada Konferensi ketiga pada tahun 1973 di Caracas, don konferensi-konferensi hukum taut berikutnya.

N
N
20 JANUA RI 1958

PERJANJIA N PERDAMAIAN
ANT ARA R PUBLI K INDON ESIA
DAN JEPAN

Pada tanggal 20 Januari 1958 ditandatangani Perjanjian Perdamaian antara Repu-


blik Indones ia dan jepang, yang mengakhi ri keadaan perang yang diwarisi dari Hin-
dia Belanda dalam Perang Dun ia 11.

Perjanjian itu juga mengatur pembayaran pampasan oleh jepang kepada Republik
lndohesia gu na mengganti kerusakan dan penderitaan yang disebabkan oleh Jepang
selama perang.

Mengenai masalah pampasan dalam perjanjian tersebut disetujui jumlah pampasan


yan g akan dibayarkan kepada Republik Indonesia sebesar Y 80.308.800.000 atau
US$ 223.080.000 dalam ben tu k barang dan jasa. Pembayaran pampasan perang ter-
sebut dibayar secara berangsu r selama 12 tahun. Sebagai pelaksanaannya antara lain
telah dikirim ratusan pemuda dan mahasiswa Indonesia untuk belajar di jepang.

Perjanjian Perdamaian antara Indonesia dan Jepang tersebut kemudian disahkan de-
ngan Undang-undang No. 13 ~ahun 1958.

Suasana penandatanganan Perjanjian


Perdamaian an tara Indonesia dan jepang
di Jakar ta pada tangga/ 20 januari
1958. Indonesia diwakili oleh Menlu Dr.
Soebandrio dan pihak j epang diwa-
kili a/eh Men/u Aichir o Fujiyam a.

123
15 FEBRU ARI 1958

PEMBERONT AKA N PRRI


{PEMERINTAH REVOLUSION ER
REP U BLI K INDONESIA )
DAN PERMESTA (PIAGAM
PER JUA NGAN SEMEST A )

Pertentangan antara Pemerintah Pusat dan beberapa daerah yang berpokok pangkal
pada masalah otonomi serta perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah makin
hari makin meruncing.

Pembentukan dewan-dewan seperti Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Manguni,


dan pengambilan kekuasaan pemerintah setempat akhirnya pecah menjadi pembe-
rontakan terbuka pada bu Ian Februari 1958, yang di ken al sebagai pemberontakan
"PRRl-Semesta".

Pemberontakan ini terjadi di tengah-tengah pergolakan politik di ibu kota, ketidak-


stabilan pemerintahan, masalah korupsi, perdebatan-perdebatan dalam Konstituante,
serta pertentangan dalam masyarakat mengenai Konsepst Presiden .

Pada tanggal 9 januari 1958 suatu pertemuan diselenggarakan di Sungai Dareh, Su-
matra Barat, yang dihadiri oleh Letnan Kolonel Achmad Husein, Letnan Kolonel
Sumual, Kolonel Simbolon, Kolonel Dachlan Djambek, dan Kolonel Zulkifli Lubis,
sedangkan dari pihak sipil hadir antara lain M. Natsir, Sjarif Usman , Burhanuddin
Harahap, dan Sjafruddin Prawiranegara. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan soal
pembentukan pemerintahan baru serta hal-hal yang berhubungan dengan itu.

Keesokan harinya pada tanggal 10 Februari 1958 diadakan rapat raksasa di Padang.
Letnan Kolonel Achmad Husein dalam pidatonya di rapat raksasa itu memberi ulti-
matum kepada Pemerintah Pusat.

Ultimatum tersebut menuntut hal-hal sebagai berikut.

1. Dalam waktu 5 x 24 jam Kabinet Djuanda menyerahkan mandat kepada Presi-


den atau Presiden mencabut mandat Kabinet Djuanda.
2. Presiden menugaskan Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX untuk
membentuk Zaken Kabinet.
124
3. Meminta kepada Preside'l supaya kembali kepada kedudukannya sebagai Presi -
den konstitusional.

Sidang Dewan Menteri pada .anggal 11 Februari mengambil keputusan untuk meno-
lak ultimatum tersebut dan memecat dengan tidak hormat Letn an Kolonel Achmad
Husein, Kolonel Zulkifli Lu '1i s, Kolonel Dachlan Djambek, dan Kolonel Simbolon .
Komando Daerah Militer Sumatra Tengah kemudian dibekukan dan ditempatkan
langsung di bawah KSAD.

Pemberontakan tersebut mencapai puncaknya ketika pada tanggal 15 Februari 1958


Achmad Husein memaklum ka n berdirinya "Pemerintah Revolusioner Republik In-
donesia" (PRRI) berikut pembentukan kabinetnya dengan Sjafruddin Prawiranegara
sebagai Perdana Menteri. Proklamasi PRRI segera mendapat sambutan di Indonesia
bagian timur. Pada tanggal 17 Februari 1958 Letnan Kolonel D.j. Somba, Koman-
dan Daerah Militer Sulawesi Utara dan Tengah, menyatakan diri putus hubungan
dengan Pemerintah Pusat dan mendukung sepenuhnya PRRI. Gerakan di Sulawesi
ini dikenal dengan nama Gerakan Piagam Perjuangan Semesta, atau Permesta.

Dengan diproklamasikannya PRRI di Sumatra yang diikuti oleh Permesta di Indo-


nesia bagian timur, Pemerin ah memutuskan untuk tidak membiarkan masalah ini
berlarut-larut dan segera men- ·elesaikannya dengan kekuatan senjata.

OPERAS! PENUMPASAN PRRI

Untuk menumpas pemberon ta kan PRRI di Sumatra segera disiapkan operasi gabung-
an yang terdiri dari unsur-unsur darat, laut, dan udara.

Pertama-tama, untuk mengu sai daerah Riau, dilancarkan Operasi Tegas di bawah
pimpinan Letnan Kolonel i"aharuddin Nasution . Pertimbangannya adalah untuk
mengamankan instalasi-instal si minyak asing di daerah tersebut dan untuk mence-
gah campur tangan asing dengan dalih menyelamatkan negara dan miliknya. Kota
Pakanbaru berhasil dikuasai pada tanggal 12 Maret 1958.

Untuk mengamankan daerah Sumatra Barat dilancarkan Operasi 17 Agustus di ba-


wah pimpinan Kolonel Ahmad Yani . Pada tanggal 17 April Padang dapat dikuasai
oleh pasukan Angkatan Perang dan pada tanggal 4 Mei menyusul kota Bukittinggi.

Sementara itu, di daerah Su matra Utara dilancarkan Operasi Saptamarga di bawah


pimpinan Brigadir jenderal Djatikusumo. Untuk daerah Sumatra Selatan dilancar-
kan Operasi Sadar di bawah pi mpinan Letnan Kolonel Dr. lbnu Sutowo.

Pimpinan PRRI akhirnya menyerah satu per satu. Pada tanggal 29 Mei 1961 secara
resmi Achmad Husein melaporkan diri dengan pasukannya, disusul oleh tokoh PRRI
yang lain, baik militer maupu n sipil.

Dalam usaha penumpasan pP.m berontakan in i, patut dicarat mereka yang berada di
daerah-daerah pemberontakan, tetapi tetap setia kepada Pemerintah, kepada Sapta-
marga, dan Sumpah Prajurit, antara lain Komisaris Polisi Kaharuddin Dt. Rangkajo
Basa dan Mayor Nurmathias di Sumatra Barat, Letnan Kolonel Djamin Ginting, dan
Letnan Kolonel Wahab Makm ur di Sumatra Utara, serta Letnan Kolonel Harun
Sohar di Sumatra Selatan .
125
OPERASI PENUMPASAN PERMESTA

Untuk menumpas pemberontakan Permesta di Indonesia bagian timur dilancarkan


sebuah operasi gabungan dengan nama Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letnan
Kolonel Rukmito Hendraningrat. Operasi ini terdiri dari beberapa bagian, yakni:

1. Operasi Saptamarga I di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soemarsono dengan


daerah sasaran Sulawesi Utara bagian tengah;
2. Operasi Saptamarga 11 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Agus Prasmono de-
ngan sasaran Sulawesi Utara bagian selatan;
3. Operasi Saptamarga Ill di bawah pimpinan Letnan Kolonel Magenda dengan dae-
rah sasaran kepulauan sebelah utara Manado;
4. Operasi Saptamarga IV di bawah pimpinan langsung Letnan Kolonel Rukmito
Hendraningrat dengan daerah sasaran Sulawesi Utara;
5. Operasi Mena I di bawah pimpinan Letnan Kolonel Pieters dengan daerah sasaran
jailolo; dan
6. Operasi Mena 11 di bawah pimpinan Letnan Kolonel KKO Hunholz untuk mere-
but lapangan udara Morotai di sebelah utara Halmahera.

Sebelum operasi pokok itu dilancarkan, di Sulawesi Tengah telah bergerak kesatu-
an-kesatuan yang tergabung dalam Operasi lnsyaf yang dikoordinasi oleh Koman do
Antar daerah Indonesia bagian timur (Koandait). Termasuk ke dalam operasi ini ge-
rakan-gerakan yang dilakukan oleh kesatuan-kesatuan yang setia kepada Pemerintah
yang dipimpin oleh Kapten Frans Karangan dan kesatuan Palisi di bawah pimpinan
lnspektur Palisi Suaeb. Operasi ini berhasil menguasai kota-kota Donggala dan Pari-
gi, sedangkan kesatuan-kesatuan yang dipimpin oleh Nani Wartabone (Pasukan Rim-
ba) berhasil menyiapkan pancangan kaki bagi pendaratan pasukan-pasukan Operasi
Saptamarga 11· di Gorontalo.

Operasi-operasi militer APRI di Indonesia bagian timur menghadapi perlawanan


yang lebih berat dibandingkan dengan operasi di Sumatra karena situasi daerah yang
menguntungkan pemberontak dan persenjataan mereka yang cukup kuat. Namun,
akhirnya Pemerintah berhasil menguasai daerah-daerah tersebut. Pada pertengahan
tahun 1961 sisa-sisa Permesta menyerahkan diri, memenuhi seruan Pemerintah dan
keamanan dapat dipulihkan sepenuhnya.
128
Di Indonesia bagian timur pada tanggal 7 Maret 7957 ma/am hari panglima TT VII Indonesia Timur Letnan Ko/one/ H.N. Ventje Sumua/
mengadakan suatu pertemuan di Gubernuran Makassar, yang dihadiri oleh tokoh -to koh sipil dan militer. Pada pertemuan tersebut diikrarkan
Piagam Perjuangan Semesta, yang dikenal dengan singkatan Permesta, dan dipro klamasikan keesokan harinya pada tangga/ 2 Maret. Tampak
pada gambar tokoh-tokoh "Permesta" (dari kiri ke kanan) Letnan Ko/one/ Sum ual, Mayor Gerungan, Mayor Runturambi, dan Letnan Ko/o-
ne/ Saleh Lahade.

129
Untuk mencari penyelesaian secara damai, Pemerintah telah mengirimkan misi ke Sulawesi Utara di bawah pimpinan Maengkom. Gambar
atas: utusan Pemerintah sedang memberikan penjelasan kepada masyarakat di Manodo dalam rangka penyelesaian masalah "Permesta" pada
bu/an September 1957. Pada gambar brJwah kelihatan Letnan Ko/one/ Sumuat sedang berbicara dalam rapat tersebut.
Pada masa permulaan pemberontakan-
nya, keunggulan udara berada di tangan
"Permesta" karena kekuatan APR/
dikerahkan ke Sumatra. Pemberon takan
dengan "Angkatan Udara Revo/usio-
ner"-nya pada waktu itu memi/iki pesa-
wat-pesawat pembom 8-26 don pembu-
ru Mustang dengan mempergunakan pe-
nerbangan asing. Mereka melakukan
pemboman terhadap beberapa kota, an ta-
ro lain kota Ambon. Namun, akhirn)iO
keunggu/an udara dapat dikuasai kembali
o/eh Angkatan Udara Republik Indone-
sia. A UR I berhasil menghancurkan pesa-
wat-pesawat tersebut di landasan-landas-
an mereka don menembak jatuh sebuah
pesawat pembom 8-26 yang dikemudi-
kan oleh Allan Pope (be rkebangsaan Ame-
rika). Pada gambar ini sebuah pesawat
terbang 8-26 kepunyaan "Permesta",
y ang berhasi/ dihancurkan o/eh A URI do-
/am suatu serangan pada bu/an Juli 1958.

Setelah sega/a usaha yang ditempuh


untuk mencari penye/esaian dengan ja/an
damai tetap tidak mem bowa hasil, Pe-
merintah memutuskan untuk mengambil
tindakan tegas dalam memulihkan ke-
amanan. Do/am gambar tampak gerakan
pasukan do/am pe/aksanaan
Operasi Merdeka.

Satu Kompi Mobrig pem-


berontak yang menyerahkan
diri kepada APR/ di dekat
Tondano. Mereka sebelumny a
dipaksa turut memberontak
oleh "Permesta".

131
15 JUNI 1958

INDONESIA MEREBUT
PIALA THOMAS {THOMAS CUP}

Pada bu Ian Juni 1958 Indonesia mengirimkan regu nasional bulu tangkis ke Singapura
untuk turut serta dalam perebutan Piala Thomas. Regu Indonesia yang terdiri dari
pemain-pemain Ferry Sonneville, Tan Yoe Hok, Eddy Yusuf, Tan King Gwan, dan
Nyoo Kim Bie, meskipun baru pertama kali mengikuti pertandi ngan Piala Thomas,
telah berhasil keluar sebagai pemenang dan memboyong Piala T homas ke tanah air.

Regu bulu tangkis Indon esia


bergambar bersama Pia/a Thomas y ang
direbutny a p ada tahun 1958.

132
Pia/a Thomas, /ambang supremasi
bulu tangkls sedunia. Indonesia berturut-
turut berhasi/ mempertahankan Pia/a
Thomas tersebut dalam pertandingan-
pertandingan pada tahun 1961 don
tahun 1964. Do/am pertandingan di
Jakarta pada tahun 1967 Indonesia ter-
paksa melepaskan Pia/a Thomas ke
tangan Malaysia setelah do/am so/ah satu
pertandingan pemain Indonesia
dinyatakan kalah, karena penonton
dianggap telah mengganggu jalannya
permainan. Tetapi, pada tahun 19 70
piala tersebut dapat direbut kembali
don berhasil dipertahankan lagi
pada tahun 1973.

Regu bu/u tangkis lndoi;esia dengan


membawa Pia/a Thomas diterima Presi-
den Soekarno di /stana Merdeka, Jakarta.

133
8 DESEMB ER 1958

KUNJUNGAN PRESIDEN INDIA


RAJ ENDRA PRASAD DAN
PRESIDEN YUGOSLAVIA
JOSIP BROSS TITO

Rajendra Prasad, Presiden India yang pertama, mengadakan kunjungan kenegaraan


ke Indonesia dari tanggal 8 sampai dengan tanggal 17 Desember 1958.

Selanjutnya, setelah kunjungan Presiden India Rajendra Prasad, dalam tah un 1958
ini berkunjung pula ke Indonesia Presiden Yugoslavia Josip Bross Tito dari tanggal
23 Desember 1958 sampai dengan tanggal 2 Januari 1959. Presiden Tito adalah pe-
mimpin perjuangan rakyat Yugoslavia melawan penjajahan Jerman dan tokoh gerak-
an nonblok.

Suasana penyambutan kunjungan


kenegaraan Presiden India Rajendra
Prasad pada tangga/ 8
Desember 7958

134
Presiden Tito dari jugos/avia sedang menaiki lstana Merdeka, diamar oleh Presiden Soekarno pada tanggal 23 Desember 7958.

135
9 FEBRUARI 1959

KUNJUNGAN
PERDANA MENTERI KAMBOJA
PANG ERAN
NORODOM SIHANOUK DAN
T AMU NEGARA LAIN NY A
DALAM TAHUN 1959
Pangeran Norodom Sihanouk, Perdana Menteri/Ketua Dewan Menteri Kerajaan
Kamboja, berkunjung ke Indonesia dari tanggal 8 sampai dengan tanggal 14 Februa-
ri 1959.

Setelah kunjungan Perdana Menteri Kamboja Pangeran Norodom Sihanouk, dalam


tahun 1959 telah berkunjung pula ke Indonesia:

1. Presiden Republik Demokrasi Rakyat Vietnam Ho Chi Minh, dari tanggal 27 Fe-
bruari sampai dengan tanggal 8 Maret 1959;
2. Perdana Menteri Selandia Baru Walter Nash, dari tanggal 15 sampai dengan tang-
gal 19 November 1959;
3. Perdana Menteri Australia Robert Gordon Menzies, dari tanggal 1 sampai dengan
tanggal 7 Desember 1959.

Presiden Soekarno bersama tamu


negara Pangeran Norodom Sihanouk
dari Kamboja di /stana Merdeka
pada tangga/ 10 Februari 1959

136
Presiden Republik Demokras/ Rakyat
Vietnam, Ho Chi Minh, do/am perjalanan
dari pe/abuhan udara Kemayoran
menuju /stana pada tanggal
2 7 Februari 7959 .

Tamu dari Selandia Boru, Per-


dana Menteri Walter Nash, meninjau
sebuah pabrik asbe~ di Jakarta
pada tangga/ 79 November 7959.

Pembicaraan antara Perdana Menteri


R.G. Menzies (do/am gambar: ketiga
dari kiri) don Menteri Pertama Djuanda
pada tanggal 5 Desember 7959

137
28 FEBRUARI 1959

INSTITUT TEKNOLOGI
BANDUNG

lnstitut Teknologi Bandung didirikan pada tanggal 28 Februari 1959. lnstitut Tek-
nologi Bandung rnerupakan gabungan darl Fakultas-fakultas Teknik, llrnu Pasti, dan
llrnu Hayat Universitas Indonesia yang berkedudukan di Bandung. Pada rnasa itu,
Universitas Indonesia rnernpunyai cabang-cabang dan fakultas-fakultas yang terse-
bar di luar kota Jakarta.

Suasana do/am suatu kuliah


kerja Fakultas Seni Rupa, /nstitut
Teknologi Bandung

Lembaga pendidikan tinggi serupa


ini, yaitu berupa suatu institut don
bukan universitas, baru pertama
kali ini didirikan di Indonesia setelah
merdeka. Sistem ini kemudian hari
berkembang dengan dibentuknya lnstitut
Pertanian Bogor, /nstitut Tekno/ogi
Surabaya, serta berbagai /nstitut Kegu-
ruan don I/mu Pendidikan (!KIP). Pada
gambar ini tampak mahasiswa-maha-
siswa Fakultas Pertanian lnstitut Perta-
nian Bogor sedang berkuliah kerja.
138
30 MEI 1959

PEMUNGUT N SUARA
DALAM KO N STITUANTE
MENG ENA I
UNDANG-U N DANG DASAR 1945
Konstituante mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956 dalam keadaan nega-
ra yang diliputi awan gelap, y,n g ditimbulkan oleh pergolakan-pergolakan di daerah.

Seperti juga DPR hasil pemi l 1-ian umum pad a tahun 1955, anggota-anggota Konsti-
tuante terdiri dari wakil-wak dari puluhan partai. Partai-partai tersebut terpecah -
pecah dalam berbagai ideol ogi yang sukar dipertemukan sehingga setelah lebih dari
dua tahun bersidang. Dewan ni belum juga dapat menghasilkan Undang-Undang
Dasar.

Sementara itu, di kalangan r~asyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada

Keinglnan rakyat untuk kembali ke


Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan
dengan berbagai cara: rapat-rapat
umum, demonstrasi, petisi, don
sebagainya. Dalam gambar ini tampak
barisan yang tergabung dalam BKS
(Badon Kerja Sama) Wanita-Militer
dalam pawai raksasa di halaman
/stana Merdeka pada bu/an Maret 1959.

139
Undang-Undang Dasar 1945 makin kuat. Petisi dan demonstrasi dilancarkan di ma-
na-mana yang menuntut agar Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan kembali se-
bagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Dalam suasana demikian Presiden Soekarno pada tanggal 25 April 1959 menyampai-
kan amanat kepada Konstituante yang memuat anjuran Kepala Negara dan Pemerin-
tah untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Amanat Presiden tersebut diper-
debatkan dalam Konstituante dan akhirnya diputuskan untuk melakukan pemu-
ngutan suara.

Pada tanggal 30 Mei dilangsungkan pemungutan suara untuk menetapkan Undang-


Undang Dasar 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Hasil pemungutan suara tersebut menunjukkan bahwa mayoritas dalam Konstituan-


te menghendaki kembalinya Undang-Undang Dasar 1945. Namun, jumlah suaranya
tidak mencapai dua pertiga dari jumlah suara yang masuk sebagaimana disyaratkan
dalam Pasal 137 Undang-Undang Dasar Sementara 1950.

Pemungutan suara diadakan dua kali lagi pada tanggal 1 dan 2 Juni , tetapi kembali
gagal mencapai dua pertiga ju ml ah suara yang dibutuhkan.

Keesokan harinya, pada tanggal 3 J uni, Penguasa Perang Pusat mengeluarkan larang-
an kegiatan politik dengan peraturan No. PRT/PEPERPU/040/1959. Pada hari itu
juga Konstituante mengadakan reses. Berbagai fraksi dalam Konstituante kemudian
berturut-turut menyatakan tidak akan menghadiri sidang KoAstituante lagi .

Kegagalan Konstituante untuk menetapkan Undang-Undang Dasar, serta perdebat-


an-perdebatan di dalamnya, menyebabkan situasi politik di dalam negeri yang telah
bergolak karena adanya pemberontakan-pemberontakan daerah dan ·gan gguan-gang-
guan keamanan menjadi semakin gawat.

Pemungutan suara pertama untuk


menetapkan Undang-Undang Dasar 7945
sebagai Undang-Undang Dasar Repu-
blfk Indonesia do/am sidang Konstituan-
te pada tanggal 30 Mei 7959 di Ban-
dung. Sebagian besar menghendaki kem-
bali ke Undang-Undang Dasar 45, tetapi
tidak mencapai mayoritas duo pertiga
dari suara y ang masuk.

140
Pemunguton suoro keduo do/om sidong
podo tonggol 1 jun/ 7959 jugo gaga/.

Pemunguton suoro ketigo don terokhir


podo tonggol 2 ]uni 1959

5uosono seteloh pemunguton suoro ter-


okhir podo tonggol 2 ]uni 1959. Keesok-
on horinyo Konstituonte mengodokon
reses, yang ternyoto untuk se/omonyo.
141
5JUL11959

DEKR IT PRESIDEN
KEMBALIKE
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Setelah Konstituante gagal menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi Un-
dang-Undang Dasar Negara Republik Indonesi a, Presiden Soekarno menetapkan ber-
lakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 dengan suatu dekrit pada tanggal 5
Juli 1959.

Dekrit Presiden tersebut mendapat dukungan dari masyarakat.KSAD mengeluarkan


Perintah Harian yang ditujukan kepada-seluruh anggota TNI untuk melaksanakan
dan mengamankan dekrit tersebut. Mahkamah Agung kemudian juga membenarkan
Dekrit Presiden tersebut. DPR hasil Pemilihan Umum dalam sidangnya pada tanggal
22 Juli 1959 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk bekerja terus berda-
sarkan Undang-Undang Dasar 1945.

Lengkapnya Dekrit Presiden tersebut berbunyi sebagai berikut.

Suasana di muka lstana Merdeka


pada tanggal 5 Juli 1959. Massa rakyat
mendengarkan Dekrit Presiden kemba/i
ke Undang-Undang Dasar 1945.

142
DEKRIT

Dengan Rahmat Tuhan Yang rvl aha Esa


KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDON LSIA/PANGLIMA
TERTINGGI ANGKATAN PE RANG

Dengan mi menyatakan dengan khidmat:


Bahwa anjuran Presiden dan Pemerintah untuk embali kepada Undang-Undang
Dasar 1945 yang disampai kan kepada segenap raky t Indonesia dengan am an at Pre-
siden pada tanggal 22 April 1959 tidak memperol eh keputusan dari Konstituante
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Das. r Sementara;
Bahwa berh ubung dengan pernyataan sebagian besar anggota-anggota Sidang
Pembuat Undang-Undang Dasar untuk tidak lagi menghadiri sidang, Konstituante ti-
dak mungkin lagi menyelesaikan tugas yang dipercayakan oleh rakyat kepadanya;
Bahwa hal yang demikian menimbulkan keadaan ketatanegaraan yang membaha-
yakan persatuan dan keselamatan Negara, Nusa dar Bangsa, serta merintangi pem-
bangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur;
Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakyat In donesia dan didorong oleh ke-
yakinan kami sendiri, kami terpaksa menempuh sa u-satunya jalan untuk menyela-
matkan Negara Proklamasi :
Bahwa kami berkeyakinan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menji-
wai Undang-Undang Dasar 1945 dan adalah meru pakan suatu rangkaian kesatuan
dengan Ko nstitusi tersebut.
Maka atas dasar-dasar tersebut di atas,

KAM I PRESIDEN REPUBLIK INDOf\E SIA/PANGLIMA


TERTINGGI ANGKATAN PE RANG

Menetapkan pembubaran Konstituante.


Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berla ~ u lagi bagi segenap bangsa Indo-
nesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitu ng mulai hari tanggal penetapan
dekrit ini dan tidak berlakunya lagi Undang-Undan Dasar Sementara.
Pemben tu kan Maj el is Permusyawaratan Rakyat Sementara, yang terdiri atas ang-
gota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat di tam bah c engan utusan dari daerah-daerah
dan golongan-golongan serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara
akan disel enggarakan dalam waktu yang sesingkat-s ngkatnya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Juli 1959.

J tas nama Rakyat Indonesia


Presi den Republik lndonesia/Panglima
Tertinggi Angkatan Perang

SOEKARNO

143
Presiden Soekorno sedong membocokon Dekrit Presiden 5 Juli 7959 di lstono Merdeko. Do/om kesempoton tersebut hodir pejobot-pejobot
sipil don militer serto tokoh-tokoh mosyorokot (gombor bowoh).

144
10 JU LI 1959

PELANTIKA
KABIN ET K RJA PERTAM A

Dengan berlakunya kembali U'ldang-Undang Dasar 1945, maka Kabinet Djuanda


(Kabinet Karya) dibubarkan terhi tung mulai tanggal 10 Juli 1959.

Kemudian dibentuk Kabir:iet ydng Perdana Menterinya adalah Presiden sendiri, se-
dangkan Ir. Djuanda ditunjuk sebagai Menteri Pertama.

Para anggota kabinet yang dinamai Kabinet Kerja ini dilantik pada tanggal 10 Juli
1959. Program Kabinet Kerja d1K.enal sebagai "Triprogram", yaitu :
1. sandang pangan ;
2. keamanan; dan
3. lrian Barat.

Sete/ah Undang-Undang Dasar 1945


ditetapkan sebagai Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, pada tanggal
IO j uli 7959 Perdana Menteri Djuanda
menyerahkan kembali mandat Kabinet
Karya kepada Presiden Soekarno.

145
Presiden Soekarno kemudian membentuk Kabinet Kerja pada tanggal 70 Juli 7959 dengan Presiden sebagai Perdana Menteri. Pada gambar
tampak Ir. Djuanda sedang dilantik sebagai Menteri Pertama do/am Kabinet Kerja.

146
22JULl1959

PENETAPAN PRESIDEN
MENGENA I DPR MENU RU T
UNDANG-U DANG DASAR 1945

Dengan adanya kesediaan DPR hasil Pemil ihan Umum untuk bekerja terus, pada
tanggal 22 Juli 1959 dikeluarkan Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1959 yang mene-
tapkan bahwa sementara DPR menurut Un dang-Undang Dasar 1945 belum tersu-
sun, maka DP R yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 ter-
sebut menjalankan tugas DPR me nurut Undang-Undang Dasar 1945.

Bentuk peraturan berupa Penetapan Presiden (Penpres) yang dipergunakan untuk


menyusun DP R 1959 ini meru pakan suatu hal yang baru. Menurut Penjelasan Pene-
tapan Presiden No. 1Tahun1959 tersebut,

"Penetapan Presiden ialah Pe raturan Presiden sebelum adanya DPR dan MPR
dan in concreto dalam rangka pelaksanaan Dekrit Presiden Rl/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang tanggal 5 Ju li 1959. Tindakan yang dilakukan dengan Penetap-
an Presiden itu akan dipertanggungjawabkan hanya kepada MPR yang melaku-
kan kedaulatan rakyat sepenu hnya."

Dalam surat Presiden tanggal 20 Agustus 1959, No. 2262/HK/59 yang ditujukan ke-
pada Dewan Perwakilan Rakyat dinyatakan bahwa semenjak berlakunya kembali
Undang-Undang Dasar 1945, dikenal bentuk Peraturan-peraturan Negara yang baru.
Di samping tiga bentuk Peratu ran-peraturan Negara menurut Undang-Undang Dasar
1945, ada lima bentu k Peraturan-peraturan Negara yang baru, yaitu:

1. Penetapan Presiden untuk melaksanakan Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi


Angkatan Perang tanggal 5 Ju li 1959;
2. Peraturan Presiden ;
3. Peraturan Pemerintah untu k melaksanakan Peraturan Presiden ;
4. Keputusan Presiden; serta
5. Peraturan Menteri dan Kep utusan Menteri.
147
Dewan Perwakilan Rakyat te/ah menyatakan kesediaannya untuk bekerja terus di bawah Undang-Undang Dasar 7945. Mr. Sartono, Ketua
DPR, menyampaikan keputusan tersebut kepada Presiden Soekarno pada tanggal 22 Juli 7959.

Pe/antikan anggota DPR hasil Pemilihan Umum menjadi anggota DPR Pada tanggal 24 Juli 7959 DPR mengadakan sidang istimewa untuk
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 oleh Presiden Soekarno mendengarkan penjelasan Presiden Soekarno tentang Dekrit 5 Juli
di lstana Negara pada tanggal 23 Juli 7959. 7959.

148
17 AGUSTUS 1959

PIDATO PRE IDEN SOEKARNO


"PENEMUA KEMBALI
REVOLUSI K IT A" {MAN IPOL)

Dalam rangka peringatan Hari k..emerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1959, Presi-
den Soekarno mengucapkan pid ato yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Ki-
ta". Pidato ini kem udian dikenal dan diberi sebutan "Manifesto Politik Republik In-
donesia" (Manipol).

Dewan Pertimbangan Agung Sementara dalam sidangnya pada tanggal 23-25 Sep-
tember 1959 mengusul kan agar Mani pol dijadi kan Garis-garis Besar Haluan Negara.
Penetapan Manipol menjadi Ga is-garis Besar Haluan Negara pertama-tama dilaku-
kan dengan Penpres Nomor 1 Tahun 1960, kemudian dikukuhkan oleh MPRS de-
ngan Ketetapan Nomor 1/MPRS.1 960.

Sementara itu, dalam pidato pembukaan Kongres Pemuda di Bandung pada bulan
Februari 1960, Presiden menyatakan bahwa intisari Mani pol ada lima, yaitu Undang-
Undang Dasar 1945, Sosialisme In donesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpim-
pin, dan Kepribadian Indonesia (U SDEK).

Presiden Soekarno sedang berpidato


pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 7959. Pidato ini kemudian dike-
nal sebagai Manifesto Po/itik Republik
Indonesia dan ditetapkan menjadi
Garis-garis Besar Ha/uan Negara.

149
Pada tanggal 15 Agustus 1959, di /stana
Negara secara berturut-turut
Presiden Soekarno melantik Wakil Ketua
Dewan Pertimbangan Agung Sementara,
Roes/an A bdu/gani (gambar atas),
Ketua Dewan Perancang Nasional,
Mr. Mohammad Yamin (gambar tengah),
don Ketua Badon Pengawas Kegiatan
Aparatur Negara, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX (gambar bawah).

--

150
11 NOVEMBER 1959

KONFEREN SI
RENCANA K LOMBO
DIYOGYAK RTA

Pada bu Ian Novem ber 1959 In donesia menjadi tu an rumah bagi Colombo Plan Con-
sultative Committee Meeting (sidang tahunan tingkat menteri untuk kerja sama eko-
nomi dan pembangunan). Sidang tersebut diselenggarakan di Yogyakarta dan dibu-
ka pada tanggal 11 November 1959.

Rencana Kolombo terbentuk pada bulan Januari 1950. Semula Rencana Kolombo
adalah wadah kerja sama dan usaha bersama di dalam memajukan ekonomi dan
pembangunan negara-negara bN kembang di kawasan Asia dan Pasifik y ang berada
dalam lingku ngan negara-negara anggota Persemakmuran . Kerja sama ini kemudian
meluas dan diikuti oleh negara negara berkembang lainnya di kawasan te rsebut, juga
oleh negara-negara maju lain di luar Persemakmuran lnggris, seperti Amerika Serikat
dan Jepang. Indonesia memutuskan menjadi anggota pada tahun 1953.

Konferensi Tingkat Menteri Rencana


Kolombo (Colombo Plan Consultative
Commi ttee Meeting) di Yogyakarta
dibuka oleh Presiden Soekarno
pada tanggal 11 November 1959.

151
12 NOVEMBER 1959

KOMAN DO
PEMBERANTASAN MALARIA

Di Kalasan, Yogyakarta, Presiden Soekarno pada tanggal 12November1959 mem-


berikan komando untuk membebaskan Indonesia dari penyakit malaria. Pada ke-
sempatan itu Presiden Soekarno melakukan penyemprotan pertama dengan meng-
gunakan DDT.

Tanggal 12 November kemudian ditetapkan oleh Menteri Kesehatan sebagai Hari


Kesehatan.

Penyemprotan pertama dengan


DDT dalam rangka pemberantasan
penyakit malaria a/eh Presiden
Soekarno pada salah satu rumah
penduduk di Ka/asan, Yogyakarta,
pada tanggal 12 November 1959.

152
31 DESEMBER 1959

PEMBENTU KAN
FRONT NAS IONAL

Dengan Peraturan Presiden No. 13 Tahun 1959 pada tanggal 31 Desember 1959 di-
bentu k Front Nasional.

Menu rut Peratu ran Presiden tersebut, tujuan Front Nasional adalah:
1. menyelesaikan revolusi nas ional Indonesia ;
2. melaksanakan pembangunan semesta nasional ; dan
3. mengembalikan lrian Barat ke dalam wilayah Republ ik Indonesia.

Front Nasional yang dibentuk untuk menghimpun seluruh kekuatan nasional itu ke-
mudian dapat dipengaruhi dan akhirnya dikuasai oleh PKI serta simpatisannya dan
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik mereka.
153
Suasana pada waktu pe/antikan Pengurus Besar Front Nasional o/eh Presiden Soekarno di /stana Negara pada tanggal 8 September 7960

154
Sidang Pengurus Besar Front Nasional di lstana Negara, Jakarta, pada tanggal 9 September 1960

155
30 TAHUN
INDONESIA
MER~DEKA
1. 1 JANUARI Pengadilan Allan Lawrence Pope . . . . . . . . . . . 159

1960 2. 19 JANUARI

3. 9 MARET
Kunjungan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan
Yew dan Tamu Negara Lainnya dalam Tahun
1960 ...... . .. . . . . . . . . . . . . . . ....... 160
" Peristiwa Maukar" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 163
4. 24 JUNI Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....... 165
5. 17 AGUSTUS Pembubaran Partai Masyumi dan PSI . . . . . . . . 166
6. 17 AGUSTUS Pemutusan Hubungan Diplomatik dengan Belanda - 168
7. 10 SEPTEMBER M isi Garuda 11 ke Kongo . . . . . . . . . . . . . . . . 170
8. 30 SEPTEMBER Pidato Presiden Soekarno di Depan Si dang Um urn
PBB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 173
9. 10 NOVEMBER Sidang Umum Pertama Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 174
1JANUARI1960

PENGADIL A N
ALLAN LA RENCE POPE
Allan Lawrence Pope, seoran penerbang sewaan berkebangsaan Amerika Serikat
yang digunakan untuk memb ntu pemberontak "PRRl/Permesta", mulai tanggal 1
Januari 1960 diadili oleh Mahkamah Angkatan Udara dalam Keadaan Perang di Ja-
karta.

Pesawat B-26 yang dikemudi ~ nnya berhasil ditembak jatuh oleh anak buah RI (se-
karang KRI) Sawega dan pen ·rbang pesawat Mustang AURI Kapten Udara Pener-
bang l.Dewanta di Pulau Tiga Teluk Ambon) pada tanggal 18 Mei 1958.

Pada sidang pengadilannya yang terakhir, tanggal 29 April 1960, Pope dijatuhi hu-
kuman mati oleh Mahkamah An gkatan Udara dalam Keadaan Perang.

Suosono sidong pengodilon A.L. Pope


podo tonggol TT jonuori T960 di
jokorto. Mayor (Pe/out) R. Soedomo
sedong memberikon kesoksionnyo.

159
19 JANUARI 1960

KUN JU NGAN
PERDANA MENTERI SINGAPURA
LEE KUAN YEW DAN
T AMU NEGARA LAIN NY A
DALAM TAHUN 1960
Pada tanggal 19 sampai dengan tanggal 23 januari 1960, Perdana Menteri Republik
Singapura Lee Kuan Yew berkunjung ke Indonesia atas undangan Pe merintah Indo-
nesia.

Setelah kunjungan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, dalam tahun 1960
telah pula berkunjung ke Indonesia:
1. Raja Muangthai, Sri Baginda Bhumibol Adulyadej, dari tanggal 8 sampai dengan
tanggal 16 Februari 1960;
2. Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Khrushchev, dari tanggal 27 Februari sampai
dengan tanggal 2 Maret 1960;
3. Presiden Guinea, Sekou Toure, dari tanggal 19 sampai dengan tanggal 23 Sep-
tember 1960; dan
4. Presiden Pakistan, Ayub Khan, dari tanggal 4 sampai dengan tanggal 11 Desem-
ber 1960.
160
Perdana Menteri Lee Kuan Yew beser-
ta Nyonya don anggota rombongan keti·
ka bertemu dengan Presiden Soekarno
di lstana Negara pada bu/an januari 1960

Sri Baginda Bhumibo/ Adu/yadej


bersama Ra tu Sirikit disambut o/eh
Presiden Soekarno setibanya di lstana
Merdeka pada tangga/ 8 Februari 7960.

161
Perundingan Indonesia-Uni Soviet di
lstana Bogor pada tanggal 27 Februari
7960. Delegasi Indonesia dipimpin
oleh Presiden Soekarno dan Delegasi Uni
Soviet oleh Perdana Menteri Nikita
Khrushchev (tampak pada gambar duduk
di tengah-tengah delegasinya).

Pada tanggal 28 Februari 7960 di lstana Bogor dilangsungkan upacara penandatanganan tiga
Naskah Persetujuan Bersama antara Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Presiden
Soekarno dan Pemerintah Uni Soviet yang diwakili oleh Perdana Menteri Nikita Khrushchev.
Ketiga Naskah Persetujuan Bersama tersebut adalah sebagai berikut.

7. Pernyataan bersama antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Uni Soviet.
2. Perjanjian kerja sama kebudayaan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Uni Soviet.
3. Perjanjian kerja sama ekonomi antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Uni
Soviet.

Dalam perjanjian di bidang ekonomi tersebut, Pemerintah Uni Soviet memberikan kredit sebe-
sar US$ 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta dolar Amerika) untuk pembangunan berbagai
proyek, antara lain industri besi/baja, kimia, reaktor atom, tekstil, dan pertanian.

Gambar kiri: dalam rangka kunjungannya di Indonesia, Presiden Sekou Toure mengadakan konferensi pers di lstana Negara.pada tanggal 22
September 7960. Sesudah Konferensi Asia-Afrika, ia adalah Tamu Negara pertama dari Afrika yang berkunjung ke Indonesia.
Gambar kanan: upacara penyambutan Presiden Ayub Khan di lapangan terbang Kemayoran pada tanggal 4 Desember 7960.

162
9MARET1960

"PE RI STI WA M A U KA R"

Pada tanggal 9 Maret 1960, seorangperwi raA URI, Letnan Udara II Daniel Alexander
Maukar dengan menggu nakan pesawat Mig-17 telah melakukan penembakan dari
udara terhadap lstana Merdeka, lstana Bogor, dan Kompl eks BPM di Tanjung Priok.
Maukar kemudian mendaratkan pesawatnya di daerah persawahan di Kadungora,
Leles (Garut, Jawa Barat).

Tindakan Maukar, yang kemud ian disusul dengan gerakan yang dilakukan oleh bebe-
rapa anggota Pusat Kavaleri di Bandung pada tanggal 27 Maret 1960, merupakan bagi-
an dari rencana suatu kelompo k gelap yang bernama "Manguni" yang bersama-sama
unsur-unsur gerakan daerah lai nnya yang ada di Jakarta dan Bandung bermaksud
memaksa Pemerintah agar men gadakan perundingan dengan pihak PRRl/Permesta_·

Pada tanggal 16 Juli 1960, D.A Maukar dijatuhi hukuman mati atas perbuatannya
terse but oleh Mah kamah Angkatan Udara dalam Keadaan Perang.

, !ZlT ! ef_!erbang
1 Wi!!. I'; .lou!J. fur11 ·
/Jjfi ,., ru/, l,f'I,"

Gombor konon memperlihotkon


pem beri toon m engenoi "Peristiwo
Moukor" o leh surot kobor. Tampok
on toro loin p esowot Mig-1 7 No. 1 112
yang dipergunokon D.A. Moukor
ketik o mosih berodo di Le/es, Gorut.

163

Sidang pengadilan perkara D.A. Maukar (kiri depan) di Jakarta pada tanggal 20 }uni 7960

164
24 JUNI 1960

PEMBENTU AN
DEWAN PER AKILAN RAKYAT
GOTONG ROYONG

Dengan Penetapan Presiden No 4 Tahun 1960 tanggal 24 juni 1960 dibentuk De-
wan Perwakilan Rakyat Goton t, Royong (DPRGR). DPRGR ini menggantikan DPR
hasil Pemilu ya11g dibubarkan pada tanggal 5 Maret 1960 dengan Penetapan Presi-
den No. 3 Tahun 1960. DPR asil Pemilu tersebut dibubarkan karena timbulnya
perselisihan pendapat antara Pemerintah dan DP R mengenai Penetapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ntu k tah un 1961.

Susunan DPRG R tidak lagi didasarkan atas perimbangan kekuatan partai-partai/or-


ganisasi yang dihasilkan oleh Pemilihan Umum, melainkan diatur sedemikian rupa
untuk menjamin "adanya kerja sama secara gotong royong antara Pemerintah dan
Dewan Perwak il an Rakyat". DPRGR ini terdiri atas wakil-wakil dari golongan poli-
tik, golongan-golongan karya d ri seorang wakil dari lrian Barat. Anggota-anggota,
demikian pula Ketua dan Wakil- ·akil Ketuanya , dipilih, diangkat, dan diberhentikan
oleh Presiden Soekarno.

Pe/antikan para anggota Dewan Per-


wakilan Rakyat Gotong Royong oleh Pre-
siden Soekarno di /stana Negara,
Jakarta, pada tangga/ 25 /uni 1960

165
17 AGUSTUS 1960

PEMBUBARAN
PARTAI MAS Y UM I DAN PSI

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 200 Tahun 1960 dan No. 201 Tahun 1960,
pada tanggal 17 Agustu s 1960 Pemerintah membubarkan partai-partai politik Ma-
syumi dan PSI.

Pertimbangan pembubaran kedua partai politik tersebut menurut kedua Keputusan


Presiden itu adalah sebagai berikut.

"Organisasi (partai) itu melakukan pemberontakan, karena pemimpin-pemimpin-


nya tu rut serta dengan pemberontakan apa yang disebut dengan "Pemerintah Re-
volusioner Republik Indonesia" atau "Republik Persatuan Indonesia" atau telah
jelas memberikan bantuan terhadap pemberontakan, sedangkan organisasi (par-
tai} itu tidak resmi menyalahkan perbuatan anggota-anggota pimpinan tersebut".

Wewenang Presiden untuk membubarkan partai-partai politik sebelumnya telah dia-


tur dengan Penetapan Presiden No. 7 Tahun 1959 tanggal 31 Desember 1959. Pasal
9 Ayat (1) Penpres tersebut menetapkan bahwa:

"Presiden, sesudah mendengar Mahkamah Agung, dapat melarang dan/atau membu -


barkan partai yang :
1. bertentangan dengan asas dan tujuan negara;
2. programnya bermaksud merombak asas dan tujuan negara;
3. sedang melakukan pemberontakan karena pemimpin -pemimpinnya turut serta
dalam pemberontakan-pemberontakan atau telah jelas memberikan bantuan, se-
dangkan partai itu tidak dengan resmi menyalah kan perbuatan anggota-anggota-
nya itu; dan
4. tidak memenuhi syarat-syarat lain yang ditentukan dalam Penetapan Presiden itu" .
166
Podo gombor di otos tompok Presiden Soekorno, didompingi Stof Penguoso Peron; Tertinggi, sedong menerlmo pimpinon portoi Mosyumi don
PSI menjelong pembuboron keduo portal tersebut.

Gombor konon memperlihotkon


pimpinon portal Mosyumi don PSI (dori
kiri ke konon): Junon Nosution, Prowoto
Mongkusosmito, St. Sjahrir, Murad don
Subadio Sastrosatomo, Jakarta,
pada tanggol 24 Juli 1960. Keduo portal
tersebut kemudion dinyatakon sebogai
partai terlarang.

167
17 AGUSTUS 1960

PEMUTUSAN
HUBUNGAN DIPLOMATIK
DENGAN BELANDA
Dalam pidato pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
yang ke-15, Presiden Soekarno memaklumkan pemutusan hubungan diplomatik de-
ngan Belanda.

Pemutusan hubungan diplomatik tersebut merupakan tanggapan atas sikap Pemerin-


tah Belanda yang dianggap tidak menghendaki penyelesaian secara damai mengenai
pengembalian wilayah lrian Barat kepada Indonesia. Menjelang bulan Agustus 1960,
Pemerintah Belanda mengirimkan kapal induk Karel Doorman ke lrian Barat mela-
lui jepang. Di samping memperkuat Armada Lautnya, Belanda juga telah mening-
katkan kekuatan Angkatan Udara dan Angkatan Daratnya di lrian Barat.

Usaha untuk merebut kembali lrian Barat, yang sebelumnya dititikberatkan pada
bidang diplomasi dan tekanan-tekanan dalam bidang ekonomi, antara lain dengan
pengambilalihan serta nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indone-
sia, mulai ditingkatkan ke arah perjuangan dengan kekuatan bersenjata.

Kekuatan Angkatan Bersenjata Indonesia mulai disusun untuk mempersiapkan sega-


la kemungkinan. Masa konfrontasi dimulai.
' I OPllUIE TG 28-8-
1 DI HAY[ II SOROMli

KOllTDIAAI

Kapoi induk Karel Doorman di ontoro


kopol perong Belondo loinnyo yang
dipergunokon untuk mempertohonkon
kekuosoonnyo di Irion Borot

168
Presiden Soekarno sedang mengu capkan pidato dalam upacara peringatan Hori Jiang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1960 di halaman lstana Merdeka. Di dalam pidatonya yang berjudi. " jalanny a Re volusi Kita Bagaikan Malaikat Turun dari La-
ngit (Jarek}" ini dimaklumkanlah pemu tusan hubungan diplomatik dengan Belar.da.

169
10 SEPTEMBER 1960

MISI GARUDA II
KE KONGO

Kekacauan dan perang saudara meletus di Republik Kongo (sekarang Zaire) ketika
bekas jajahan Belgia tersebut memperoleh kemerdekaannya pada bu Ian J uni 1960.

Untuk membantu memulihkan keamanan dan ketertiban di negara tersebut atas


prakarsa Sekretaris Jenderal PBB Dag Hammarskjold, PBB mengirimkan pasukan
yang dinamakan "United Nations Operation for The Congo" (UNOC). Indonesia,
untuk kedua kalinya, turut serta menyumbangkan kontingennya dalam pasukan ke-
amanan PBB.

Kontingen Indonesia di dalam UNOC yang diberi nama Pasukan Garuda II dipimpin
oleh Kolonel Prijatna dan terdiri dari Batalyon 330/Siliwangi, Detasemen Polisi Mi-
liter dan Peleton STB/KKO-AL. Pasukan ini diberangkatkan dengan kapal dari Tan-
jung Priok pada tanggal 10 September 1960. Batalyon Garuda 11 menyelesaikan tu-
gasnya dan kembali ke tanah air pada pertengahan bulan Mei 1961.

Kontingen Indonesia dalam UNOC kemudian diperbesar kekuatannya menjadi satu


brigade dan diberi nama Kontingen Indonesia Garuda 111 (kemudian diganti nama
menjadi Komando Pasukan Indonesia Garuda Ill (disingkat Kopasindo), dipimpin
oleh Brigadir Jenderal (lokal) Kemal Idris. Pasukan Garuda Ill terdiri dari Batalyon
530/Brawijaya, Batalyon BB-1/Bukit Barisan, Batalyon 7 Kavaleri, satu baterai Arti-
leri Serangan Udara (ARSU), dan unsur-unsur bantuan seperti Detasemen Peralatan,
Detasemen Perhubungan, Detasemen Kesehatan. Pasu kan Garuda 111 ini bertugas di
Kongo dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
170
Menteri Keamanan Nasional/Kasad jenderal A.H. Nasution sedang melantik K omandan Batalyon Garuda II Letnan Ko/one/ Solichin Gautama
Purwanegara pada tangga/ 9 September 1960 di Jakarta.

171
Letnan fenderal Carl Carlson von Horn, Panglima (Supreme Commander) UNOC dari Swedia menerima Letnan Ko/one! Solichin Gautama
Purwanegara, Komandan Batalyon Garuda II, setibanya di Leopoldville, Kongo (sekarang Kinshasa, Zaire), pada bu/an Oktober 1960.

Men/Pangad Mayor jenderal A. Yani


sedang memeriksa Pasukan Garuda Ill di
ha/aman Ge/ora Senayan pada waktu
upacara pe/antikan Garuda Ill pada tang-
ga/ 3 Desember 1962. Tampak di be/a-
kangnya memakai baret, Ko/one/ Sabirin
Mochtar, Komandan Brigade Garuda Ill.

172
30 SEPTE MBER 1960

PIDATO PR ESIDEN SOEKARNO


DI DEPAN SI DANG UMUM PBB

Pada tanggal 30 September 1960 Presi den Soekarno berpidato di depan Majelis
Umum PBB. Pidato ini diberi 1udul "To Build the World Anew". Dalam pidato ini
Presiden Soekarno menguraikan Pancasi la, perjuangan Indonesia untuk membebas-
kan lrian Barat, masalah kolonialisme, usaha memperbaiki organisasi PBB, serta usa-
ha untuk meredakan ketegangan perang dingin dan ketegangan antara Amerika Seri-
kat dan Uni Soviet.

Pidato tersebut ditutup dengan suatu seruan untuk membangun dunia baru.

Presiden Soekarno sedang mengucap-


kan pidato "Membangun Dunia K emba/i "
di muka Sidang Umum PBB pada tang-
gal 30 Septem ber 1960. Pida to ini kemu-
dian o /eh MPRS dengan Ketetapan
No. 1/MP RS/ 1960 di te tapkan sebagai
pedoman pelaksanaan Manifesto Politik
Republik Indonesia sebagai Garis-
garis Besar Ha/uan Negara.

173
10 NOVEMBER 1960

SIDANG UMUM PERTAMA


MAJ ELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYATSEMENTARA

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang dibentuk dengan Penetapan Presi-


den Nomor 2 Tahun 1959 mengadakan sidang umum yang pertama di Bandung dari
tanggal 10 November 1960 sampai dengan tanggal 7 Desember 1960.

Anggota-anggota majelis ini terdiri dari anggota-anggota DPR, utusan-utusan daerah,


serta wakil dari golongan-golongan masyarakat.

Sidang umum MPRS ini menghasilkan dua ketetapan, yaitu:

1. Ketetapan (TAP) MPRS Nomor l/MPRS/1960, yang menetapkan Manifesto Poli-


tik Republik Indonesia sebagai Garis-garis Besar Haluan Negara; dan
2. Ketetapan (TAP) MPRS Nomor ll/MPRS/1960 tentang Garis-garis Besar Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969.

Di samping kedua ketetapan itu, MPRS mengangkat Presiden Soekarno sebagai "Pe-
mimpin Besar Revolusi". Mulai sidang ini pula kepada Presiden Soekarno diberikan
predikat "Mandataris MPRS".

Presiden Soekarno sedang berpidato


di muka sidang umum pertama MPRS
pada tanggal UJ November 7960.
Sidang umum MPRS ini diadakan
di Gedung Merdeka Bandung,
yang sebelumnya menjadi tempat
bersidang Dewan Konstituante.

174
.]

I
/ l

Pimpinon MPRS menghadap Presiden Soekorno di lstana Merdeko do/om rongko sidang umum pertomo MPRS poda tonggo/ 24 November
1960 di Jakarta.

175
I I
196 \
I

\ t

l,

I .,;:;..· •
'i-'':'1''
30 TAHUN
INDONESIA
MERDEKA
1. 1 JANUARI Peresmian Dimulainya Pelaksanaan Pembangunan

1961 2.

3.
4.
24 JANUARI

4 MARET
14 AGUSTUS
Nasional Semesta Berencana . . . . . . . . . . . . . . .
Kecelakaan Pesawat Garuda lndelnesian Airways di
Burangrang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pembelian Senjata dari Uni Soviet . . . . . . . . . . .
Gerakan Pramuka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
179

181
183
185
5. 15 AGUSTUS Kunjungan Perdana Menteri Hongaria Ferenc
Munich dan Tamu Negara Lainnya dalam Tahun
1961 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 188
6. 17 AGUSTUS Pembangunan Tugu Nasional . . . . . . . . . . . . . . 189
7. 1 SEPTEMBER Konferensi Tingkat Tinggi Pertama Negara-negara
Nonblok di Beograd ...... ......... ..... 190
8. 15 NOVEMBER "Peristiwa Jengkol ": Aksi Sepihak PKI ... ... .. 192
9. 19 DESEMBER Tri Komando Rakyat (Trikora) . . . . . . . . . . . . . 194
1 JANUA RI 1961

PERESMIA N DIMULAINY A
PELAKSAN AANPEMBANG UNAN
NASIONAL SEMEST A
BERENCAN A

Presiden Soekarno meresmikan dimulainya Pembangunan Nasional Semesta Beren-


cana Tahapan Pertama 1961 - 1969 dalam suatu upacara pencangkulan tanah di Ja-
lan Pegangsaan Timur 56, Ja karta. Di halaman belakang Gedung Proklamasi, yang
kemudian dirobohkan, diban gun Gedung Pameran Pola Pembangunan Nasional Se-
mesta (Gedung Pola).

Pada masa ini dimulai perencanaan dan pembangunan berbagai proyek yang tersebar
di seluruh Indonesia, terutama di bi dang industri dan prasarana. Di bi dang industri,
titik berat diletakkan kepada pembangunan industri berat dan industri kimia dasar.
Antara lain, mulai dibangun pab rik superfosfat di Cilacap (Jawa Tengah), pabrik pe-
leburan baja di Cilegon (Jawa Barat), pabrik semen, pabrik gula, Jan pabrik kertas
di berbagai tempat di Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan.

Namun , di dalam pelaksanaannya Pembangunan Nasional Semesta Berencana tidak


berjalan sebagaimana yang di harapkan, bukan saja karena terdapat banyak kelemah-
an dalam penyusunan rencananya, tetapi juga karena terjadi penyimpangan-penyim-
pangan di dalam pelaksanaan nya. Penyimpangan-penyimpangan itu terdapat baik
dalam aspek-aspek pembiayaan maupun dalam aspek-aspek fisiknya. Proyek-proyek
pembangunan sering kali kuran g persiapannya, misalnya dalam hal survai atau studi
pendahuluan (preinvestment studies atau feasibility studies) sehingga acap kali tim-
bul kesulitan setelah proyek- proyek tersebut selesai dibangun.
179
Upocoro pencongkulon Gedung Polo oleh Presiden Soekorno yang menondoi dimuloinyo pembongunan Nasional Semesto Berencono Tohopon
Pertomo podo tonggo/ 7 jonuori 7967. Gedung bersejoroh di /a/on Pegongsoon Timur 56, Jakarta, di mono podo tonggol 7 7 Agustus 7945 Ke-
merdekoon Indonesia diproklomosikon, teloh dirobohkon don di holomon belokongnyo dibongun Gedung Polo tersebut.

180
24 JANUAR I 1961

KECELAKA N PESAWAT
GARUDAI DONESIAN AIRWAYS
DIBURANG ANG

Pada tanggal 24 J anuari 1961 sebuah pesawat jenis Douglas C-4 7 Norn or PK/GD J
milik GIA (Garuda Indonesian Airways) mengalami kecelakaan setelah menubruk
lereng Gunung Burangrang di awa Barat. Kecelakaan tersebut terjadi karena buruk-
nya cuaca sewaktu pesawat tersebut sedang melayani dinas penerbangan rutin dari
Jakarta ke Bandung dan seten.snya ke Yogyakarta.

Dalam kecelakaan yang terjad pada pukul 10.18 (waktu setempat) tersebut, tel ah
jatuh korban sebanyak 21 orangtewas, yaitu selu ruh awak pesawat yang berjumlah
lima orang dan seluruh pen mpang seban yak 16 orang, masing-masing sembilan
orang untuk jurusan Bandung dan tujuh orang untuk jurusan Yogyakarta.

Poro anggota regu penolong sedang


berusaha mencari don mengumpu/kan
para korban kece/akaan.

181
Bagian pesawat yang jatuh berkeping-
keping. Dalam gambar atas kanan
tampak salah seorang anggota regu
penolong sedang memeriksa bagian
pesawat tersebut.

Sa/ah satu di antara korban yang


berhasil dftemukan tampak dalam
gambar diangkat dari tempat kecelakaan.

182
4 MARET 1961

PEMBE LIAN SENJATA


DARI UNI SOVIET

Pad a tanggal 4 Maret 1961, d1 Jakarta dilangsungkan penandatanganan perjanjian


pembelian senjata dari Un i Soviet atas dasar kredit jangka panjang. Pembelian senja-
ta tersebut adalah pembelian ttrbesar yang pernah dilakukan dari luar negeri sampai
saat itu.

Tujuannya adalah mempersiap kan potensi militer Indonesia dengan kekuatan yang
diperhitungkan mampu, jika perlu, membebaskan lrian Barat dengan kekuatan ber-
senjata. Penyusunan kek uatan militer ini juga dimaksudkan untuk menekan Belanda
secara terus-menerus agar bersedia menyerah kan kembali wilayah Irian Barat kepa-
da Indonesia secara damai.

Suasana pada upacara penanda-


tanganan perjanjian pembe/ian senjata
dari Uni Soviet di Jakarta pada tangga/
4 Maret 7967. Tampak pada gambar Men-
ter/ Keam anan Nasional jenderal A.H.
Nasution yang mewakili pihak Indonesia.

183
Gambar-gambar ini menunjukkan sebagian dari peralatan perang
yang dibeli dari Uni Soviet untuk memperkuat Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia da/am rangka perjuangan pembebasan lrian Barat.

Kapa! selam

Pesawat Pembom TU-76

Upacara penyerahan kapa/ penje!ajah RI lrian dari Uni Soviet kepa-


da Angkatan Laut Republik Indonesia di Tanjung Priok pada tanggal
3 Oktober 7962.

Kapa/ penje/ajah RI lrian

184
14 AGUSTU S 1961

GERAKAN P AMUKA

Pada tanggal 14 Agustus 1961 Presiden Soekarno melantik Ketua Majelis Pimpinan
Nasional Gerakan Pramuka. Pramuka {Praja Muda Karana) adalah leburan dari selu-
ruh kegiatan kepanduan di In do nesia, yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden
Nomor 238 Tahun 1961.

Kegiatan kepanduan di Indon esia telah dimulai sebelum Perang Dun ia 11 dalam or-
ganisasi-organisasi kepanduan yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pergerakan nasional pada wa ktu itu.

Perhimpunan kepanduan bangsa Indonesia yang pertama dibentuk adalah Jong Java
Padvinderij (J JP), yang disusu l oleh organisasi-organisasi lain seperti Hizbul Wathon,
Sarekat Islam Afdeling Padvinderij (SIAP), Surya Wirawan. Pada umumnya perhim-
punan kepanduan masa itu meru pakan anak organisasi-organisasi politik atau partai-
partai yang ada pada waktu itu

lstilah pandu dan kepanduan itu sendiri digunakan oleh K.H. Agus Salim untuk
185
mengganti istilah asingpadvinder atau padvinderij.

Dalam masa pendudukan Jepang, semua organisasi kepanduan dilarang oleh peme-
rintah pendudukan Jepang. Kegiatan pemuda dan remaja disaiurkan ke dalam orga-
nisasi-organisasi bentukan J epang seperti Seinendan dan Keibodan.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan · 1ndonesia, pada masa berkobarnya Perang Ke-


merdekaan dibentuk Pandu Rakyat Indonesia, sebagai satu-satunya organisasi ke-
panduan di dalam wilayah Republi k Indonesia. Setelah pengakuan kedaulatan, ter-
bu ka kebebasan untuk membentuk organisasi-organisasi kepanduan.

Menjelang tahun 1961, terdapat lebih dari 100 organisasi kepanduan. Banyak di an-
tara organisasi kepanduan tersebut yang berinduk atau mengikuti garis dari partai-
partai politik yang ada pada masa itu. Sebagian dari organisasi-organisasi pandu ter-
himpun di dalam tiga federasi, yaitu satu federasi organisasi-organisasi kepanduan
putra dan dua federasi organisasi-organisasi kepanduan putri: lkatan Pandu Indone-
sia (lpindo), Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia (Popindo), dan Perserikat-
an Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI).

Ketiga federasi tersebut kemudian melebur diri menjadi satu federasi yang diberi na-
ma Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo), tetapi dari 100 lebih organisasi ke-
panduan itu hanya 64 buah saja yang ikut berhimpun di dalam federasi Perkindo.

Perkindo kemudian membentuk suatu panitia untuk memikirkan usaha-usaha per-


baikan. Panitia itu menyimpulkan bahwa selain terpecah-pecah, gerakan kepanduan
Indonesia lemah karena terpaku dalam gaya tradisional kepanduan lnggris. Sebagai
akibatnya, pendidikan yang diselenggarakan oleh gerakan kepanduan Indonesia ke-
tika itu tidak sesuai dengan keadaan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Gerakan ke-
panduan kurang memperoleh tanggapan dari masyarakat luas dan hanya bergerak di
kota-kota besar.

Akhirnya, dengan sebuah Keputusan Presiden, Gerakan Pramuka ditetapkan sebagai


satu-satunya badan di wilayah Republik Indonesia yang diperbolehkan menyeleng-
garakan pendidikan dan kegiatan kepanduan.
Suasana pada upacara pelantikan Maje/is
Pimpinan Nasional Gerakan Pramuka di
lstana Merdeka pada tanggal 74 Agustus
7967. Maje/is Pimpinan Nasional yang
anggotanya terdiri dari 45 orang
merupakan pimpinan umum tertinggi
Gerakan Pramuka. Anggota Maje/is
Pimpinan Nasional yang anggotanya
terdiri dari 7 7 orang merupakan Kuartir
Nasional yang tugasnya ado/ah
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksa-
naan yang ditetapkan Maje/is Pimpinan
Nasional don membuat peraturan-
peraturan serta mengawasi pelaksanaan-
nya oleh daerah-daerah, cabang-cabang,
don satuan-satuan. Delapan orang
anggota Kuartir Nasional merupakan
Kuartir Nasional Harian yang melaksana-
kan tugas Kuartir Nasional sehori-hari.
Tanggal 74 Agustus kemudian ditetap-
kan sebagai hari jadi Gerakan Pramuka.

186
Upocoro penyerohon ponji-ponfi Gerokon Promuko oleh Pres/den Soekorno seloku K etuo Maje/is Pimp/non Nasional (Mopinos) l'/epodo Sri Sul-
ton Homengkubuwono IX seloku Ketuo Kuortir Nasional Gerokon Promuko di holomon lstono Merdeko podo tonggol 74 Agustus 7967

Powoi Promuko di /okorto seteloh upocoro peresmion kelohironnyo podo tonggol 7 Agustus 7967

187
15 AG USTUS1 961

KUNJ UNGAN
PERDANA MENTERI HONGARIA
FERENC MUNICH
DAN T AMU NEGARA LAIN NY A
DA LAM T AHUN 1961

Pada tanggal 15 sampai dengan tanggal 23 Agustus 1961, Perdana Menteri Hongaria
Ferenc Munich mengadakan kunjungan ke Indonesia.

Beberapa bu Ian kemudian, tel ah berkunjung pula ke Indonesia Presiden Polandia


Alexander Zawadski dari tanggal 3 sampai dengan tanggal 10 November 1961.

Perdana Menteri Hongaria Ferenc Munich yang baru saja mem- Presiden Polandia Alexander Zawadski di Toman Makam
peroleh Bintang Repub/ik Indonesia Ke/as I di /stana Negara, Pahlawan Kalibata do/am rangka kunjungan kenegaraannya
Jakarta, pada tangga/ 78 Agustus 796 7 pada tanggal 4 November 7967

188
17AGU STUS 1961

PEMBANGU AN
TUGU NASI AL
Pem bangunan T ugu Nasional secara resmi dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 de·
ngan pemancangan tiang pertama oleh Presiden Soekarno.

Pembangunan t ugu ini diselesaikan pada tahu n 1965, namun pengisian dan peman-
faatanny a baru dil akukan setelah t ahun 1966.

LE GCNOA :
A. MUSEUM SEJARAH .
B. l':AMAR MESIN.
C. RUAN G TENANG .
0. CEFlOBONG ELEVATOR .
E. API NYALA REVOLUS I.

Ll

Gambar irisan tegak Tugu Nasional ketika direncanakan, yang ke- Tugu Nasional do/am tahap penyelesaian terakhir pada permulaan
mudian disempurnakan do/am pe/aksanaannya tahun 1966

189
1 SEPTEMBER 1961

KONFERENSI
TING KAT TINGGI PERT AMA
NEGARA-NEGARA NON BLOK
DI BEOGRAD

Dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 6September1961 di Beograd (Yugoslavia) dise-


lenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara nonblok (non-aligned).

Konsepsi nonblok atau non-alignment timbul di kalangan negara-negara berkem-


bang yang tidak ingin melibatkan diri dalam kancah pertentangan antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet yang terjadi segera setelah Perang Dunia 11 berakhir. Perang
dingin antara kedua negara besar tersebut telah membagi dunia ke dalam dua ke-
lompok yang saling berhadapan.

Sejumlah negara berkembang yang tidak mau terseret dalam pengelompokan terse but
berusaha turut serta meredakan ketegangan dunia. Dengan bersatu padu mereka
menghimpun kekuatan agar mempunyai pengaruh dalam percaturan politik dunia.

Konferensi Tingkat Tinggi ini diprakarsai oleh Afghanistan, India, Indonesia, Repu-
blik Arab Persatuan (Mesir), dan Yugoslavia.

Presiden Soekarno sedang menyam-


paikan pidatonya pada sidang KTT
Nonblok di Beograd.

190
Presiden Soekarno sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam KTT Nonblok yang pertama di Beograd tampak duduk berdampingan
dengan Perdana Menteri jawaharlal Nehru dari India pada bulan September 1961.

191
15 NOVEMBER 1961

"PERISTIWA JENGKOL"
AKSI SEPIHAK PKI

Pada bulan November 1961, di Kediri terjadi peristiwa yang dikenal sebagai "Peris-
tiwa Jengkol", yang menyangkut persoalan tanah milik Pemerintah (Perusahaan
Perkebunan Negara/PPN) yang digarap secara liar oleh para petani.

Di daerah tersebut suatu bidang tanah milik Pemerintah yang cocok untuk perke-
bunan telah digarap oleh sejumlah petani. Untuk menyelesaikan masalah tersebut
para petani telah diberi ganti tanah lain di samping uang pesangon . Tanah-tanah ter-
sebut kemudian mulai dikerjakan untuk perkebunan. Sewaktu pentraktoran sedang
berjalan, tiba-tiba kurang lebih 3.000 orang anggota BTI, Pemuda Rakyat, dan Ger-
wani dari desa-desa lain, yang sebenarnya bukan penggarap tanah PPN, datang de-
ngan membawa senjata-senjata tajam, arit, sabit, cangkul, dan kelewang, mengan-
cam, dan menyerang para petugas. Peristiwa ini mengakibatkan beberapa petugas
dan penduduk Iuka-Iuka.

Dengan adanya kejadian ini, Komandan Resimen 16, Letnan Kolonel Soekertijo,
memutuskan untuk membekukan/membubarkan PKI, BTI, Pemuda Rakyat, dan
Gerwani setempat. Keputusan tersebut kemudian diambil alih oleh Penguasa Perang
Daerah (Peperda) Jawa Timur sehingga menjadi Keputusan Peperda jawa Timur.

Aksi-aksi serupa itu, yang dikenal sebagai "aksi sepihak", dilancarkan di berbagai
tempat oleh PKI dalam rangka mengembangkan "situasi revolusioner" sebaiai persi-
apan untuk merebut kekuasaan.
192
Aksi-oksi sepihok secoro terotur diloncorkon PK/ di mono-mono, ontoro loin di jowo Borot
terjod/ Peristiwo /ndromoyu (Oktober 1964}; di jow1 Tengoh Peristiwo Boyo/oli
(November 1964); don di Sumatra Utoro Peristiwo Bandar Betsi (Mei 1965).

193
19 DESEMBER 1961

TRI KOMANDO RAKYAT


(TRI KORA)

Dalam pidato di muka rapat raksasa di Yogyakarta, pada tanggai 19 Desember


1961, Presiden Soekarno dalam rangka perjuangan pembebasan lrian Barat menge-
luarkan suatu komando, yang dikenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora). Leng-
kapnya Trikora berbunyi sebagai berikut:

TRI KOMANDO RAKYAT

Kami, Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, dalam


rangka politik konfrontasi dengan pihak Belanda untuk membebaskan lrian Barat
telah memberikan instruksi kepada Angkatan Bersenjata untuk pada setiap waktu
yang kami akan tetapkan menjalankan tugas kewajiban membebaskan lrian Barat
Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda.
Dan kini, oleh karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme di ta-
nah air kita lrian Barat, dengan memecah belah Bangsa dan Tanah Air Indonesia,
maka kami perintahkan kepada rakyat Indonesia, juga yang berada di daerah lrian
Barat, untuk melaksanakan Tri Komando sebagai berikut.
1. Gagal kan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda Kolonia!.
2. Kibarkanlah Sang Merah Putih di lrian Barat Tanah Air Indonesia.
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan
Tanah Air dan Bangsa.
Semoga Tuhan yang Mahaesa memberkati perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Yogyakarta, 19 Desember 1961


Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia/
Pemimpin Besar Revolusi lndonesia/Panglima Besar
Komando Tertinggi Pembebasan lrian Barat

SOEKARNO

Sebagai suatu siasat untuk mengalihkan masalah lrian Barat, Belanda menyatakan
akan memberikan "kemerdekaan" kepada lrian Barat sebagai negara sendiri dengan
nama "Negara Papua". Dalam bulan September 1961 Belanda mencoba menjadikan
lrian Barat sebagai masalah dekolonisasi di dalam forum PBB, yaitu sebagai koloni
yang akan dimerdekakan. Usaha tersebut dapat digagalkan oleh Indonesia.
194
Presiden Soekarno sedang berpidato pada rapat raksasa di Yogyakarta pada tanggal 19 Oesember 7961. Da/am kesempatan ini Presiden
Soekarno mengumandangkan Tri Komando Rakyat.

195
Dengan perumbangan makin memuncaknya pertentangan antara Indonesia don Belanda dalam masalah Irion Barat, pada tanggal 7 7 De-
sember 7967 dibentuk Dewan Pertahanan Nasional (Depertan). Dalam sidang Depertan pada tanggal 74 Desember 7967, diputuskan untuk
membentuk Komando Tertinggi Pembebasan Irion Barat. Depertan ini pula yang merumuskan Tri Komando Rakyat yang diucapkan oleh
Presiden Soekarno pada tanggal 79 Desember 7967. Kemudian untuk pelaksanaan Trikora dalam sidang Depertan pada akhir Desember 7967
diputuskan untuk membentuk Komando Mandala Pembebasan Irion serta Propinsi Irion Barat (gaya baru) dengan seorang putra Irion Barat
sebagai gubernurnya. Dalam gambar tampak suasana sidang Dewan Pertahanan Nasional tersebut di Bogor pada tanggal 37 Desember 7967.

Wakil Menteri Pertama Bidang Hankam/


Kasab jenderal A.H. Nasution sedang ber-
p/da:o pada rapat umum Trikora di
lapangan Karebosi, Makassar (sekarang
Ujungpandang), pada bu/an januari 7962.

196
Untuk koordinasi don integrasi pe/aksanaan Trikara do/am bidang ekonomi pada tanggal 24 April 1962 dibentuk Komando Tertinggi Opera-
si Ekonom/ (KOTOE). Oalam gambar tampak upacara pelantikan anggota-anggota KOTOE di lstana Negara pada tangga/ 25 April 1962.

197
30 TAHUN
INDONESIA
MERDEKA
1. 2 JANUARI Pembentukan Komando Mandala Pembebasan

1962 2.
3.
4.
5.
15 JANUARI
6 MARET
10APRIL
4 JUNI
lrian Barat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Peristiwa Aru . .. . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
Regrouping Kabinet: Kabinet Kerja 111 . . • . . . •
Pembangunan Jembatan Ampera di Palemban g . .
Tertangkapnya Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo,
201
206
209
211

Punahnya Pemberontakan "DI/Tl I" ....... 212


6. 15 AGUSTUS Persetujuan New York: Penyerahan I rian Barat
oleh Belanda kepada Indonesia ..... . ..... . 214
7. 24 AGUSTUS Asian Games IV di Jakarta . . . . . . . . . . . . . . . 217
8. 15 OKTOBER Kunjungan Presiden Mexico Albarda Lopez dan
Tamu Negara Lainnya dalam Tahun 1962 ..... 220
9. 19 NOVEMBER Dekrit Presiden mengenai Penghapusan Keadaan
Bahaya (Perang) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 221
2 JA NUARI 1962

PEMBENTUK N
KOMAN DOM NDALA
PEMBEBASA N IRIAN BARAT

Langkah pertama pelaksanaan Tri ora adalah pembentukan suatu komando operasi,
yang diberi nama Komando Man d la Pembebasan lrian Barat.

Komando ini dibentuk pada tang: I 2 Januari 1962 dengan tugas sebagai berikut.

1. Merencanakan, mempersiapka. dan menyelenggarakan operasi-operasi militer


dengan tujuan mengembalikan wilayah Propinsi lrian Barat ke dalam kekuasaan
Negara Republik Indonesia.
2. Mengembangkan situasi militet di wilayah Propinsi lrian Barat:
a. sesuai dengan taraf-taraf pe uangan di bi dang diplomasi;
b. supaya dalam wa ktu yang esin gkat-sin gkatnya di wilayah Propinsi lrian Ba-
rat dapat secara de facto di pta kan daerah-daerah bebas atau didudukkan un-
sur kekuasaan/pemerin tah c..aerah Re pub lik Indonesia.

Sebagai Pangl ima diang kat Briga r Jenderal (kemudian dinaikkan pangkatnya men-
jadi Mayor Jen deral) Soeharto, \/a ki l I Panglima Kolonel (Laut) Subono, Wakil 11
Panglima Kolonel (Udara) Leo \\n ttimena, dan sebagai Kepala Staf Gabungan Kolo-
nel Achmad Tahir.

Ko mando Mandala merencanaka operasi-operasi pembebasan lrian Barat dalam ti-


ga fase:
1. Sampai akhir 1962: Fase lnfil asi
Memasukkan 10 kompi ke s itar sasaran-sasaran tertentu untuk menciptakan
daerah bebas de facto. Kesa ruan-kesatuan ini harus dapat mengembangkan pe-

Markos Kom ando Man dala Pem bebasan


Irion Barat di Makassar (Ujungpandang)

201
nguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat lrian Barat dalam perjuangan fi-
sik untuk membebaskan wilayah tersebut.
2. Mulai awal 1963: Fase Eksploitasi
Mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua
pos pertahanan musuh yang penting.
3. Awai 1964: Fase Konsolidasi
Menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh lrian Barat.

Antara bulan Maret sampai bulan Agustus 1962 oleh Komando Mandala dilakukan
serangkaian operasi-operasi pendaratan melalui laut dan penerjunan dari udara di
daerah lrian Barat. Operasi-operasi infiltrasi tersebut berhasil mendaratkan pasukan-
pasukan ABRI dan sukarelawan di berbagai tempat di lrian Barat, antara !<).in Opera-
si Banteng di Fak-Fak dan Kaimana, Operasi Srigala di sekitar Sorong dan Temina-
buan, Operasi Naga dengan sasaran Merauke, serta Operasi Jatayu di Sorong, Kai-
mana, dan Merau ke.

Sementara itu, mulai disusun suatu rencana serangan terbuka merebut lrian Barat
sebagai suatu operasi penentuan yang dinamai Operasi J ayawijaya. Un t u k melaksa-
nakan operasi-operasi tersebut Angkatan Laut Mandala di bawah pimpinan Kolonel
Soedomo membentuk Angkatan Tugas Amfibi 17, terdiri atas tujuh gugus tugas, se-
dangkan Angkatan Udara membentuk enam kesatuan tempur baru.
Serah terima jabatan Deputy Wi/ayah Sementara itu, di meja perundingan tercapai persetujuan antara Pemerintah Repu-
(Deyah) Indonesia Timur dari
Mayor jenderal A. Yani kepada
bl i k Indonesia dan Kerajaan Belanda mengenai Irian Barat di Markas Besar Perseri-
Mayor }enderal Soeharto di /apangan
katan Bangsa-Bangsa pada tanggal 15 Agustus 1962 sehingga sebelum Operasi Jaya-
Karebosi, Makasar (Ujungpandang), wijaya dilaksanakan , datanglah perintah untuk menghentikan tembak-menembak
pada tangga/ 73 januari 7962. pada tanggal 18 Agustus 1962.

202
Ponglimo Mandala Mayor jenderol Soehorto sedong memberikon briefing kepodo komondon-komondon posukan yang segera okan diterjun-
kon di Irion Borot.

203
15 JANUARI 1962

PERISTIWA ARU

Beberapa hari setelah Komando Mandala Pembebasan lrian Barat dibentuk, terjadi
suatu pertempuran laut di dekat wilayah perairan Irian Barat antara satuan kapal
ALRI dan armada kapal perang Belanda.

Pada tanggal 12 Januari 1962, tiga buah Motor Torpedo Boat (MTB) yang terga-
bung dalam Kesatuan Patroli Cepat (Fast Patrol Unit), yakni RI Macan Tutul, RI
Harimau, dan RI Macan Kumbang, mengadakan patroli rutin di Laut Arafuru. Pe-
megang Komando Satuan MTB itu adalah Kapten Wiratno, yang juga adalah Ko-
mandan RI Macan Tutul.

Dalam patroli ini turut pula pejabat-pejabat tinggi dari Markas Besar Angkatan Laut
(MBAL), yaitu Komodor Yos Soedarso, - Deputy KSAL, Kolonel Soedomo, - Ke-
pala Direktorat Operasi MBAL, Kolonel Moersid, - Asisten II Kasad, serta perwira-
perwira staf lainnya. Para perwira tinggi dan senior ini bermaksud meninjau lebih
dekat medan laut terdepan di daerah perbatasan Trikora untuk penyusurian renca-
na-rencana operasi selanjutnya.
206
Oleh karena MTB-MTB itu kec , maka tim dari MBAL dibagi-bagi : Komodor Yos
Soedarso menempati RI Macar Tutul dan Kolonel Soedomo ditempatkan di kapal
RI Harimau.

Pada tanggal 15 Januari 1962 k tika jam menunjukkan pukul 12.15 waktu I (zone
time) malam hari, di angkasa te lihat dua buah pesawat yang terbang pada ketinggi-
an 3.000 kaki melintasi formas patroli ALRI. Dari bayangan yang terlihat dipe'r ki-
rakan bahwa pesawat-pesawat 1 'rbang itu adalah milik Belanda jenis Neptune dan
Firefly.

Sementara itu, radar MTB mendngkap dar> memberikan tanda-tanda dua buah kapal
yang bergerak cepat sejauh tuju mil dari satuan patroli MTB tersebut. Ternyata ke-
dua kapal itu adalah dua buah k.1pal perusak, yang segera. setelah berada dalam jarak
pandang melepaskan peluru-pelJ ru suar dan tembakan-tembakan meriam ke arah
MTB-MTB tersebut.

Keadaan menjadi lebih terang benderang karena kedua pesawat terbang itu juga
menjatuhkan peluruh-peluru su. r tepat di atas satuan patroli.

Melihat situasi yang membahay kan karena mendapat serangan tiba-tiBa itu, Komo-
dor Yos Soedarso mengambil ali h pimpinan satuan dan memerintah kan penembakan
balasan. Akan tetapi, oleh karena kedua kapal perusak tersebut mempunyai persen-
jataan yang lebih kuat dan me gambil posisi pengepungan terhadap MTB-MTB itu,
Komodor Yos Soedarso memer 'ltahkan RI Macan Tutu I untuk melakukan manouvre
sedemikian rupa sehingga mer l:>uat RI Macan Tutul menjadi satu-satunya sasaran
tembakan perusak-perusak mus h untuk menyelamatkan MTB-MTB lainnya.

Siasat RI Macan Tutul ini berhasil, tetapi juga menyebabkan terbakar dan tengge-
lamnya kapal tersebut bersam , sama dengan Komodor Yos Soedarso dan Kapten
Wiratno, serta beberapa awak k. palnya.

Sebelum RI Macan Tutul tenggtlam, melalui radio telefoni Komodor Yos Soedarso
masih sempat mengomandokar combat message: "Kobarkan semangat pertempur-
an". Pada pukul 21.35 tampak RI Macan Tutul tenggelam dalam keadaan terbakar.

RI Macon Tutu/ yang melakukan per-


/awanan untuk me/epaskan kepungan duo
buah kapal perusak Belanda do/am


pertempuran di Laut Aru. Karena per-
senjataan yang tidak seimbang, akhirnya
RI Macon Tutu/ terbakar don teng-

gelam pada tanggal 75 j anuari 7962.

207
Komodor Yos Soedarso, Deputy
Kepala Staf Angkatan Laut, gugur
da/am pertempuran di Laut Ari.!
pada tanggal 15 j anuari 1962.

Kapten (L) Wiratno, Komandan RI


Macan Tutu!, yang bersama Komodor
Yos Soedarso dan beberapa awak ka-
pol lainnya gugur dalam pertempuran di
Laut Aru.

208
6MA RE T1962

REGROUPIN G KABINET :
KABINET KE JA Ill

Pada tanggal 6 Maret 1962 diada kan regrouping Kabinet Kerja II. Regrouping ini
menghasilkan terbentuknya Kabi net Kerja 111.

Di dalam Kabinet Kerja Ill ini, un tuk pertama kalinya didudukkan pimpinan Lem-
baga-lembaga Tertinggi Negara yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 seharus-
nya berdiri di luar Pemerintah. Ketua MPRS, ketua DPRGR dan Wakil Ketua DPA
mendapat kedudukan sebagai Wakil Menteri Pertama (Wampa). Ketua Mahkamah
Agung, Wakil-wakil Ketua MPRS dan DPRG R mendapat kedudu kan sebagai Menteri.

Kemudian dengan adanya kekosongan jabatan Menteri Pertama karena meninggal-


nya Ir. Djuanda pada tanggal 7 November 1963, sekali lagi Presiden Soekarno meng-
adakan regrouping kabinet. Regrouping ini menghasilkan terbentuknya Kabinet
Kerja IV pada tanggal 13 Novem ber 1963. Dalam kabinet ini jabatan Menteri Perta-
ma dihapuskan dan sebagai ganti nya diadakan jabatan Wakil Perdana Menteri (Wa-
perdam) yang berjumlah tiga orang, yaitu Dr. Soebandrio, Dr. J. Leimena, dan
Chairul Saleh. Dalam kabinet ini pula, untuk pertama kalinya digunakan istilah Pre-
sidium Kabinet, yang anggota-anggotanya terdiri dari ketiga Waperdam tersebut.
209
Upacara pelantikan Ketua don para Wakil Ketua MPRS serta DPRGR sebagai Wakil Menteri Pertama don Menteri-menteri dalam Kabinet
Kerja Ill di lstana Merdeka,Jakarta, pada tanggal 9 Maret 1962

Sidang paripurna pertama Kabinet


Kerja Ill di lstana Negara, Jakarta,
pada tanggal 9 Maret 1962

210
10 APRIL 1962

PEMBANGU NANJEMBATAN
AMPERA DI PALEMBANG
Pembangunan sebuah jembatan yang melintasi Sungai Musi dimulai pada tanggal 10
April 1962 dan selesai pada tahu n 1964. Jembatan yang dinamakan Jembatan Am-
pera ini sangat penting artinya bagi kelancaran lalu lintas dan pere konomian daerah
Sumatra Selatan umumnya, kota Palembang khususnya.

Upacara permulaan pembangunan


jembatan Ampera (sebelu mnya pernah
diberi nama "jembatan Soekarno") di
Palembang pada tanggal 70 April 7962

211
4
JuNi
1962 TERT ANGKAPNY A
SEKARMADJI MARIDJAN
KARTOSUWIRJO,
PUNAHNYA
PEMBERONTAKAN "Dl/Tll"

Di samping operasi-operasi merebut kembali lrian Barat, ABRI secara bersamaan te-
lah meningkatkan pula operasi-operasi pemulihan keamanan di dalam negeri dengan
hasil yang gemilang.

Di Jawa Barat operasi-operasi militer dilancarkan dengan mengikutsertakan rakyat,


yang kemudian dikenal sebagai "Pagar Betis ". Kerja sama dengan rakyat ini mem-
percepat berhasilnya penumpasan DI/Tl I di J awa Barat.

Pad a tanggal 4 J uni 1962 Kartosuwirjo, yang ditinggal kan oleh anak buahnya, di-
tangkap beserta keluarga dan pengawalnya di atas Gunung Geber di daerah Majalaya
oleh kesatuan-kesatuan Siliwangi dalam rangka Operasi Bratayudha.

Pada tanggal 14 Agustus 1962 Kartosuwirjo diajukan ke muka Mahkamah Angkatan


Darat dalam Keadaan Perang untuk Jawa-Madura dan dijatuhi hukuman mati pada
tanggal 16 Agustus 1962. Dengan ditangkapnya gem bong DI/Tl I ini, berakhirlah
pemberontakan Dl/Tll di Jawa Barat yang telah berlangsung sejak masa Perang Ke-
merdekaan.

Demikian pula, gerakan-gerakan DI/Tl I di daerah-daerah lainnya pun satu per satu
dihancurkan: lbnu Hadjar di Kalimantan Sel atan, Daud Beureueh di Aceh, dan Kahar
Muzakar di Sulawesi Sel atan.

Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo


ditangkap hidup-hidup di Gunung Geber,
Maja/aya, jawa Barat, pada
tanggal 4 j uni 7962.

212
Sekarmadji "1aridjan Kartosuwirjo,
gembong D /Tl/ sete/ah ditangkap.

lbnu Hadjar, pemimpin gerombolan


DI/Tl/ "Kesatuan Rakyat Yang
Tertindas (KR YT)'; dihadapkan ke
sidang Mahkamah Militer Luar Biasa di
au/a MBA D, Jakarta. la dijatuhi hukuman
mati pada tanggal 22 Maret 7965.

213
15AGUSTUS1962

PERS ET UJU AN NEW YORK :


PENY ERAHAN IRIAN BARAT
OLEH BELANDA
KEPADA INDONESIA
Perjuangan pembebasan lrian Barat mencapai puncaknya dalam tahun 1962. Bersa-
maan dengan usaha-usaha di bidang diplomasi, dilakukan pul a serangkaian operasi-
operasi militer yang di lancarkan oleh Komando Mandala.

Akhirnya, perjuangan ini berhasil memaksa Belanda me lepaskan lrian Barat kembali
ke pangkuan Republik Indonesia. Di New York, pada tanggal 15 Agustus 1962, ber-
tempat di Markas Besar PBB dilakukan penandatanganan persetujuan antara Repu-
blik Indonesia dan Kerajaan Belanda mengenai masalah lrian Barat.

Persetujuan tersebut pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut.

1. Setelah pengesahan persetujuan antara Indonesia dan Belanda, selambat-lambat-


nya pada tanggal 1 Oktober 1962 Penguasa/Pemerintah Sementara PBB (United
Nations Temporary Executive Authority - UNTEA) akan tiba di lrian Barat un-
tuk melakukan serah terima pemerintahan dari tangan Belanda. Sejak itu, bende-
ra Belanda diturunkan dan diganti dengan bendera PBB.
2. Pemerintah Sementara PBB akan memakai tenaga-tenaga Indonesia baik sipil
maupun alat-alat keamanan, bersama-sama de ngan alat-alat keamanan putra-pu-
tra lrian Barat sendiri dan sisa-sisa pegawai Belanda yang masih diperlukan.
3. Pasukan-pasukan Indonesia yang sudah ada di lrian Barat tetap tinggal di lrian
Barat, tetapi berstatus di bawah kekuasaan Pemerintah Sementara PBB.
4. Angkatan Perang Belanda secara berangsur-angsur dikembalikan. Yang be lum pu-
lang ditempatkan di bawah pengawasan PBB dan tidak boleh dipakai untuk ope-
rasi-operasi militer.
5. Antara lrian Barat dan daerah Indonesia lainnya berlaku lalu lintas bebas.
6. Pad a tanggal 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar di samping
bendera PBB.
7. Pemulangan anggota-anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai pada
tanggal 1 Mei 1963 dan selambat-lambatnya pada tanggal 1 Mei 1963 Pemeri ntah
Republik Indonesia secara resmi menerima pemerintahan di lrian Barat dari Pe-
merintahan Sementara PBB.
214
Sebagai bagian dari Persetujuan Ne N York terse but, Indonesia menerima kewajiban
untuk mengadakan "penentuan pendapat rakyat" (Ascertainment of the wishes of
the people) di Irian Barat sebelum khir 1969 dengan ketentuan bahwa kedua belah
pihak, Indonesia dan Belanda, akan menerima keputusan hasil penentuan pendapat
rakyat lrian Barat tersebut.

Selanjutnya, untuk menjamin kear'lanan di wilayah lrian Barat dibentuk suatu pa-
sukan keamanan PBB yang dinama kan United Nations Security Forces (UNSF) di
bawah pimpinan Brigadir Jenderal Said Uddin Khan dari Pakistan .

Wakil Pemerintah Republik Indonesia


untuk Irion Barat pada masa UNTEA,
Mr. Sudjarwo Tjondronegoro, tiba di
/apangan terbang Biak pada tanggal
7 Oktober 7962 dan disambut oleh
pejabat-pejabat UNTEA dan UNSF.

Kapa/ SS "Patris" yang tiba di Kota-


baru/Hollandia (sekarang Jayapura) pada
tangga/ 4 Oktober 1962 untuk meng-
angkut warga negara Belanda yang
akan pulang ke negerinya,

215
Kunjungan singkat Mayor jenderal Soeharto ke lrian Barat. Setibanya di lapangan udara
Sentani, Mayor fenderal Soeharto disambut oleh Panglima Pasukan Keamanan PBB (UNSF)
Brigadir jenderal Said Uddin Khan pada tanggal 3 Desember 1962.

Men/Pangad Mayor jenderal A. Yani dalam kunjungan singkat- Herlina, salah seorang sukarelawati Trikora yang telah berhasil me-
nya ke lrian Barat memeriksa pasukan kehormatan yang terdiri dari nyusup ke lrian Barat dalam masa konfrontasi, bergambar bersama
pasukan Indonesia, Pakistan (UNSF), serta Kepolisian lrian Barat. dengan beberapa orang anggota Pasukan PBB {UNSF) dari Pakistan.

216
24 AGUSTUS 1962

ASIAN GAM ES IV DI JAKARTA

Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Asian Games IV.

Khusus untuk menyelenggarakan Asian Games IV tersebut, di Jakarta dibangun sua-


tu kompleks olah raga yang membentang di atas tanah seluas kurang lebih 270 ha,
lengkap dengan venues serta akomodasi bagi olahragawan dan olahragawati, official,
dan wartawan. Kompleks olah raga yang sekarang dinamakan Gelora Senayan ini
dapat menampung penghuni sebanyak 2.500 orang, dengan stadion utama yang da-
pat memuat 100.000 orang serta istana olah raga tertutup untuk 15.000 orang.

Dengan motto Ever Onward, mulai tanggal 24 Agustus sampai tanggal 4 September
1962 diselenggarakanlah Asian Games IV. Indonesia berhasil meraih kedudukan ke-
2 dalam pengumpulan medali l<ejuaraan umum, mengikuti Jepang sebagai pemenang
umum I. Medali yang dapat dikumpulkan oleh Indonesia seluruhnya berjumlah 51,
di antaranya 11 medali emas. lni merupakan prestasi yang terbaik dalam sejarah
Indonesia m~ngikuti Asian Games.

Namun, telah timbul masalah dalam pelaksanaannya. Dengan alasan-alasan politik,


Pemerintah Indonesia telah menolak permintaan visa bagi kontingen -kontingen Tai-
wan dan Israel sehingga kedu a negara itu tidak dapat mengikuti pesta olah raga Asia
tersebut. Berhubung dengan 1tu, Komite Olimpiade lnternasional (International
Olympic Commlttee/IOC) menarik diri sebagai badan pelindungAs/an Games Jakar-
ta dan melarang pengibaran bendera IOC di antara bendera-bendera peserta Asian
Games. Puncak persoalan ini adalah keluarnya Indonesia dari Komite Olimpiade ln-
ternasional pada bulan Februa i 1963.
217
Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Ketua Umum Asian Games Federation sedang menyampaikan /aporan mengenai penyelenggaraan
Asian Games do/am upacara pembukaan Asian Games IV di Jakarta pada tanggal 24 Agustus 7962. Tampak berdiri di samping kiri Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Brigadir Jenderal Dr. Soemarno Gubernur/Kepa!a Daerah Khusus /bu Kota Jakarta Raya, selaku Wakil Ketua
Organizing Committee Asian Games IV don di sebe/ah kanan ado/ah Sri Pakua/am, selaku Ketua Organizing Committee.

Api Abadi Asian Games dinyalakan o/eh seorang at/it Indonesia, Ir. Effendi Saleh,
dalam upacara pembukaan Asian Games IV di Jakarta pada tanggal 24 Agustus
7962. Api Abadi ini dibawa dengan lari berantai dari Mojokerto (Jawa Timur).

Pembacaan Sumpah Olahragawan oleh


Ferry Sonnevil/e dalam upacara
pembukaan Asian Games IV di Jakarta
pada tanggal 24 Agustus 7962.
Seorang peloncat galah sedan, beraksi da/am Asian Games IV di Jakarta.

Seorang pemba/ap
sepeda tertawa riang se te/ah berhasil
mencapai finish .

219
15 OKTOB ER 1962

KUNJUNGAN
PRESIDEN MEXICO
ALBARDA LOPEZ
DAN T AMU NEGARA LAIN NY A
DALAM TAHUN 1962

Presiden Mexico Albarda Lopez berkunjung ke Indonesia pada tanggal 15 sam pai
dengan tanggal 20 Oktober 1962. Dalam kesempatan kunjungan ini Presiden A lbarda
Lopez menyampaikan pidato di depan sidang DPRGR di Jakarta.

Dalam bulan November tahun 1962 itu pula, untuk kedua kal inya Perdana Menteri/
Ketua Dewan Menteri Kerajaan Kamboja Pangeran Norodom Sihanouk berkunjung
ke Indonesia .

Presiden Mexico Albarda Lopez sedang Pangeran Norodom Sihanouk berkunjung lagi ke Indonesia pada bu-
menyampaikan pidato di depan sidang /an November 1962. Pada kesempatan kunjungan tersebut Pangeran
DPRGR di Jakarta pada tanggal Norodom Sihanouk dianugerahi gelar Doktor Ho noris Causa a/eh
76 Oktober 1962. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada bu/an November 7962.

220
19 NOVEM BER 1962

DE KR IT PRE SI DE N
M ENG ENAIP ENGHAPUSAN
KEAD AA N BAHAY A (PERANG }

Pada tanggal 19 November 1962, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Pengha-


pusan Keadaan Bahaya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Dekrit tersebut ke-
mudian diatur lebih lan jut dengan Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1962 tanggal 28
Desember 1962.

Pasal 1 Penpres No. 4 Tahun 1962 tersebut menetapkan bahwa:


"Keadaan bahaya dengan berbagai-bagai tingkatannya di bagian-bagian wilayah
Negara Republik ln donesi .. diturunkan tingkatannya/dihapuskan keadaan baha-
yanya, hingga selam bat-lambatnya pada tanggal 1 Mei 1963 keadaan bahaya itu
telah dihapuskan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia".

Selanjutnya pasal 6 Penpres tersebut menetapkan pula bahwa Presiden/Panglima


Tertinggi Angkatan Bersenjata sebagai Pemimpin Besar Revolusi dibantu oleh Mu-
syawarah Pembantu Pimpinan Revolusi dalam hal "menentukan kebijaksanaan
pengaturan khusus dan daru rat dalam rangka pengamanan mencapai penyelesaian
tujuan Revolusi Indonesia".

Suasana pe/antikan anggota-anggota


Musyawarah Pembantu Pimpinan
Revo/usi o/eh Presiden Soekarno di
/stana Bogar pada tahun 7963.
Musyawarah Pembantu Pimpinan
Revo/usi ini diketuai oleh Presiden
dengan anggota-anggota yang terdiri
dari Waperdam/Ketua MPRS, Waperdam/
Ketua DPRGR, Waperdam Bidang
Pertahanan Keamanan/Kepala Staf
Angkatan Bersenjata, Waperdam/
Menteri Luar Negeri, Menteri-menteri
Panglima Angkatan, Menteri
Pemerintahan Umum dan Otonomi
Daerah, serta menteri-menteri lainnya.

221
30 TAHUN
INDONESIA
MERDEKA
Kunjungan Presiden Chekoslovakia Antonin No-

1963
1. 12 JANUARI
votny dan Tarnu Negara Lainnya dalarn Tahun 1963 225
2. 28 MARET Deklarasi Ekonorni . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 227
3. 1 MEI Penyerahan Kekuasaan di I rian Barat dari PBB ke-
pada Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 229
4. 15 MEI Sidang Urnurn 11 Majelis Perrnusyawaratan Rakyat
Sernentara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 233
5. 18 SEPTEMBER Pernbakaran Gedung Kedutaan Besar lnggris dan
Konfrontasi terhadap Malaysia . . . . . . . . . . . . . 234
6. 10 NOVEMBE R Ganefo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 237
7. 2 DESEMBER Gernbong "RMS" Dr. Ch . R. Sournokil Ditangkap 239
12 JANUARI 1963

KU NJ UNGA
PRESIDEN HEKOSLOV AK IA
ANTONIN N VOTNY DAN
TAMU - TA U NEGARA
LAINNYA DALAM TAHUN 1963

Presiden Antonin Novotn y da 1 Republik Demokrasi Rakyat Chekoslovakia menga-


dakan kunjungan kenegaraan e Indonesia pada tanggal 12 sampai dengan tanggal
18 januari 1963.

Setelah kunjungan Presiden Ch ek oslovaki~ Antonin Novotny, dalam tahun 1963 te-
lah berkunjung pula ke I ndone ~ ia:
1. Presiden Republik Rakyat Ci na Liu Shao Chi, dari tanggal 12 April sampai de-
ngan tanggal 20 April 1963;
2. Presiden Republik Federasi Jerman Dr. Heinrich Luebke, dari tanggal 28 Okto-
ber sampai dengan tanggal 3 November 1963.

jamuan makan kenegaraan guna


menghormati kunj ungan Presiden
Antonin Novotny di /stana Negara
pada tanggal 13 f anuari 1963.

225
Suasana setelah ma/am kesenian do/am rangka penyambutan Presiden Liu Shao Chi di lstana Negara pada tanggal 19 April 1963

Suasana jamuan makan kenegaraan menghormati Presiden Repub/ik Federasi Jerman Dr. Heinrich Luebke di /stana Negara pada tangga/ 28
Oktober 1963

226
28 MARET 1963

DEKLARASI EKONOM I

Dalam suatu pidato di lstana Negara pada tanggal 28 Maret 1963, Presiden Soekarno
mengumumkan langkah-langkah sebagai usaha untuk menanggulangi persoalan eko-
nomi nasional, yang dikenal sebagai Deklarasi Ekonomi (Dekon). Sebagai pelaksana-
annya, pada tanggal 26 Mei 1963 dikeluarkan serangkaian peraturan di bidang eks-
por-impor, harga, dan lain-lain yang seluruhnya berjumlah 14 buah peraturan yang
dikenal sebagai "Peraturan-peraturan 26 Mei".

Semua peraturan tersebut dalam pelaksanaannya ternyata tidak mampu mengatasi


kesulitan ekonomi, sebaliknya, malahan memperberat beban hidup rakyat dengan
makin meningkatnya harga dan tarif. Kritik-kritik makin keras-terdengar di kalang-
an masyarakat um urn sehingga pada bu Ian Mei 1964 DPRG R meminta penjelasan
Pemerintah mengenai kebijaksanaan di bidang ekonomi tersebut.

Dalam penjelasannya, Pemerintah mengakui bahwa Peraturan 26 Mei ternyata tidak


mencapai tujuannya mengatasi kesulitan ekonomi karena inflasi tidak juga berku-
rang sebagaimana yang diharap kan, bahkan menjadi berganda. ·Selanjutnya, dalam
keterangannya itu Pemerintah mengemukakan beberapa sebab tidak berhasilnya
Peraturan 26 Mei tersebut, an tara lain ti dak terwujudnya pinjaman dari Interna-
tional Monetary Fund (IMF) sebesar US$400 juta serta adan"ya keharusan menam-
pung kesulitan-kesulitan ekonomi yang timbul sebagai akibat pemutusan hubungan
dengan Singapura dan Malaysia dalam rangka aksi Dwikora.

Sebagai pengganti Peraturan 26 Mei tersebut, Pemerintah mengeluarkan tiga buah


peraturan di bidang ekonomi pada tanggal 17 April 1964. Peraturan-peraturan itu
ternyata tidak juga mampu mengatasi kesulitan-kesuli tan ekonomi yang makin ber-
timbun .
227
Presiden Soekorno sedong menyom-
poikon pidotonyo yang kemudion dike-
no/ sebogoi Deklorosi Ekonomi
(DE KON) di /stono Negara podo tong-
gol 28 Moret 7963. DE KON ini oleh
MPRS do/om sidong umumnyo yang
keduo ditetopkon menjodi "Pedomon
Pe/oksonoon Goris-goris Besor Pembo-
ngunon Bidong Ekonomi".

K eodoon ekonomi terus merosot. Bo-


hon./Johon pokok untuk kehidupon seho-
ri-hori serto borong loinnyo y ang dibu-
tuhkon untuk berbogoi kegioton ekonomi
muloi su/it didopot. Horgonyo pun
terus membubung tinggi. Podo keduo
gombor ini tompok 'suosono rokyot di Ja-
karta y ang sedong ontri untuk mem-
peroleh kebutuhon-kebutuhon pokok.

228
1 MEI 1963

PENYERAHAN KEKUASAAN
DI IRIAN BA RAT
DARI PBB K PADA INDONE SIA

Sesuai dengan Persetujuan New Y ork, pada tanggal 1 Mei 1963 dilaku kan penyerah-
an kekuasaan pemerintahan atas l rian Barat dari UNTEA kepada Indonesia di Kota-
Selama masa pemerintahan sementara
baru/Hollandia.
PBB, rakyat Irion Barat sudah tidak
sabar untuk segera bergabung dengan Dengan kembalin ya lrian Barat secara resmi ke pangkuan Republik Indonesia, maka
saudara-saudaro kandungnya di bagian pada hari yang sama, yaitu pada tanggal 1 Mei 1963, Komando Mandala juga dibu-
lain di Indonesia. Tampak di sini barkan. Operasi terakhir _yang dil aksanakan oleh Komando Mandala adalah Operasi
demonstrosi rakyatdi Kotabaru /Hollandia
menuntut perpendekan masa pemerintah-
Wisnumurti untuk menyelenggara kan penyerahan kekuasaan pemerintahan di lrian
an PBB pada tanggal 14 Februari 1963. Barat dari UNTEA kepada Pemcr intah Republik Indonesia.

229
Untuk memperingati perjuangan bangsa Indonesia membebaskan
Irion Barat, di Lapangan Banteng, Jakarta, didirikan Tugu
Pembebasan Irion Barat. Upacara peresmiannya, dilakukan
pada tanggal 18 Agustus 1963.

Untuk menggantikan uang Belanda yang berlaku di Irion Barat,


Pemerintah Indonesia mengeluarkan rupiah yang berlaku
khusus untuk daerah Irion Barat mulai tanggal 7 Mei 1963.

232
15 MEI 1963

SIDANG UM UM II
MA_JELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYATSE ENTARA

Majelis Perm usyawaratan Rak at sementara (MPRS) menyelenggarakan sidang


umumnya yang kedua di Bandu ng dari tanggal 15 sampai tanggal 22 Mei 1963.

Dengan TAP MPRS No. IIl/MP RS/1963, sidang ini mengangkat Presiden Soekarno/
Mandataris MPRS menjadi Presiden seumur hidup.

Pengan gkatan Presiden seumur hi dup merupakan penyelewengan terhadap Undang-


Undang Dasar 1945. Pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 menentukan bahwa "Presi-
den dan Wakil .Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun dan sesudah-
nya dapat dipilih kembali'.'

Pada masa berlangsuhgnya Sidang Umum


II MPRS, di alun-alun kota Bandung
diadakan rapat umum pada tangga/ 20
Mei 1963. Di m uka rapat umum tersebut
Presiden Soekarng mengucapkan pidato
y ang berjudu/ "Sosialisme bukan Benda
y ang jatuh darl Langit", di mono la
menyatakan menerima pengangkatan
sebagai Presiden seumur hidup.
Bersama-sama Presiden Soekarno, yang
memegang Ketetapan MPRS mengenai
pengangkatannya sebagal Presiden
seumur hidup, dalam gambar inf tampak
pu/a Chalrul Saleh, Ketua MPRS.

Presiden Soekarno sedang berpidato di


muka Sidang Umum II MPRS di Bandung.
233
18 SEPTEMBER 1963

PEMBAKARAN GEDUNG
KEDUTAAN BESAR INGGRIS
DAN KONFRONTASI
TERHADAP MALAYSIA

Dalam tahun 1961 lahir rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia. Pemben-
tukan negara tersebut, yang akan terdiri dari Persekutuan Tanah Melayu , Singapura,
Serawak, Brunai, dan Sabah, ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap
bahwa Malaysia adalah "Proyek Neokolonialisme (Nekolim} lnggris yang membaha-
yakan revolusi Indonesia yang belum selesai". Sebaliknya, Presiden Soekarno me-
nyokong berdirinya Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang diproklamasikan di
Manila oleh A.M. Azhari, seorang penduduk Brunai.

Kecuali Indonesia, Filipina juga menentang pembentukan Negara Malaysia. Alasan-


nya adalah karena menurut Filipina, secara historis dan yuridis Sabah yang akan di-
masukkan ke dalam Federasi Malaysia itu adalah milik Sultan Sulu yang disewakan
kepada lnggris. Sebagai akibatnya, timbul ketegangan antara Indonesia serta Filipi-
na di satu pihak dan Persekutuan Tanah Melayu di pihak lain.

Pertemuan antara Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Tengku Abdul Rachman
dari Persekutuan Tanah Melayu yang diadakan di Tokyo pada tanggal 31 Mei sam-
pai tanggal 1 J uni 1963 berhasil meredakan ketegangan antara kedua negara terse-
but untuk sementara waktu.

Kemudian diadakan serangkaian pertemuan lainnya antara pejabat-pejabat ketiga ne-


gara. Dal am pertemuan para Menteri Luar Negeri yang diadakan di Manila pad a tanggal
7 -11 juni 1963, dihasilkan pokok-pokok pengertian mengenai masalah-masalah yang
timbul di antara ketiga negara itu dan disepakati adanya suatu konferensi puncak.

Sementara suasana sudah hampir mereda, pada tanggal 9 Juli 1963 Perdana Menteri
Tengku Abdul Rachman di London menandatangani dokumen persetujuan dengan
Pemerintah lnggris mengenai pembentukan Negara Federasi Malaysia yang direnca-
nakan akan dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 1963. Tindakan ini menimbul kan
ketegangan baru.
234
Meskipun demikian, dilangsungkan juga Konferensi Tingkat Tinggi ketiga negara itu
pada bulan Juli - Agustus 1963 di Manila. KTT tersebut menghasilkan tiga doku-
men : Deklarasi Manila, Persetu juan Manila, dan Komunike Bersama. Mengenai pem-
bentukan Federasi Malaysia, keti ga negara mufakat untuk meminta Sekretaris Jen-
deral PBB menyelidiki keinginan rakyat di daerah-daerah yang akan dimasukkan ke
dalam Federasi Malaysia. Indonesia dan Filipina akan menyambut baik pembentuk-
an negara Malaysia bilamana dHehendaki oleh rakyat-rakyat bersangkutan.

Sesuai dengan hasil KTT Mani la, Sekretaris Jenderal PBB U Thant membentuk se-
buah tim yang dipimpin oleh Michelmore (seorang diplomat Amerika Serikat) un-
tuk mengadakan penyelidikan di Serawak dan Sabah guna memastikan kehendak
rakyat di kedua daerah itu mengenai pem bentukan Federasi Malaysia. Misi ini be-
kerja mulai bulan Agustus 1963. Akan tetapi sebelum PBB secara resmi meng-
umum kan hasil penyelidikan m si Michelmore, Negara Malaysia telah terbentuk.

Federasi Malaysia dinyatakan berdiri pada tanggal 16 September 1963 dengan Nas-
kah Penggabungan Empat Nega a Bagian, yang ditandatangani oleh wakil-wakil dari
Persekutuan Tanah Melayu , Si ngapura, Serawak, dan Sabah, sedangkan Brunai tidak
jadi bergabung. Pembentukan federasi Malaysia itu ditentang keras oleh Indonesia
karena dianggap telah melanggar Perjanjian Manila.

Hari berikutnya, setelah perny1taan berdirinya Negara Federasi Malaysia tersebut,


pada tanggal 17 September 1963 Indonesia memutuskan hubungan diplomatik de-
ngan Kuala Lumpur.

Terjadilah gel om bang demonst. asi di kedua negara. Di Kuala Lumpur Kedutaan Be-
sar Republik Indonesia didemonstrasi. Di Jakarta pada tanggal 18 September 1963
Kedutaan Besar lnggris dan Ked utaan Besar Persekutuan Tanah Melayu didemon-
strasi dan akhirnya Kedutaan Besar lnggris dibakar oleh demonstran. Mulailah masa
· konfrontasi terhadap Malaysia, 1uga terhadap lnggris.

Suasana demonstrasi menentang


Malaysia di Jakarta pada bu/an
September 1963

235
Do/am "aksi-(]ksi mengganyang Malaysia'~ Kedutaan Besar Rombongan pertama ke/uarga perwakilan Republik Indonesia
/nggris di Jakarta menjadi sasaran. Pada gambar ini tampak gedung di Malaysia tiba di /apangan udara Kemayoran, Jakarta,
Kedutaan Besar lnggris setelah dir11sak don dibakar o/eh demonstran pulang karena konfrontasi dengan Malaysia
pada tanggal 18 September 7963. pada tanggal 21 September 1963.

Di samping konfrontasi di bidang militer, usaha-usaha penye/esaian secara dip/omasi di/akukan juga untuk menyelesaikan sengketa
Indonesia- Malaysia. Ketika Presiden Soekarno mengunjungi Jepang pada bu/an Januari 1964, Presiden Amerika Serikat telah mengirimkan
Jaksa Agung Amerika Serikat Robert F. Kennedy untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Soekarno di Tokyo. Pembicaraan
ini kemudian dilanjutkan di Jakarta ketika Robert F. Kennedy mengunjungi Indonesia dari tangga/ 22 sampai dengan tangga/ 25 Januari
1964. Do/am gambar tampak Presiden Soekarno diapit oleh Jaksa Agung Robert F. Kennedy don Nyonya Ethel Kennedy
di /stana Merdeka, Jakarta, pada bu/an Januari 1964.

236
10 NOVEMBER 1963

GANE FO

Setelah keluar dari Komite Ol1mpiade lnternasional (International Olympic Com-


mittee/IOC) Indonesia mengal hkan kegiatan olah raga internasionalnya ke dalam
Games of the New Emerging Forces (Ganefo).

Ganefo adalah pertandingan 01ah raga internasional antara bangsa-bangsa yang dise-
but the New Emerging Forces (Nefo), yaitu "bangsa-bangsa yang tertindas dan bangsa-
bangsa yang progresif revolus1oner menentang imperialisme dan neokolonialisme".

Ganefo diselenggarakan di Jakarta dari tanggal 10 sampai dengan tanggal 22 Novem-


ber 1963. Pesta olah raga ini dii kuti oleh 48 kontingen.

Upacara Pembukaan Ganefo di


stadion utama Gelanggang Olah Raga
Senayan, Jakarta, pada tanggal
70 November 7963

237
Mohammad Sarengat dari Indonesia sedang memusatkan kekuatannya untuk mencapai garis finish dalam perlombaan lari gawang 7 70 meter.
Dalam pertandingan lni ia berhasil meraih medali emas.

Suasana pertandingan dalam Ganefo. Gambar kiri: Seorang peloncat lndah sedang beraksi. Gambar kanan: Pertandingan sepak bola.

238
2 DESEM BER 1963

GEMBONG" MS"
DR. CH . R. S UMOKIL
DITAN GKAP

Pada tanggal 2 Desember 1963 Dr. Ch. R. Soumokil, gembong "Republik Maluku
Selatan (RMS)'', berhasil ditangkap di Pulau Seram oleh kesatuan-kesatuan Angkat-
an Perang. Tokoh gerakan separatis ini diadi li di Jakarta oleh Mahkamah Militer Lu-
ar Biasa pada tanggal 21 April 1964 dan dijatuhi hukuman mati.

Se belumnya, tokoh-tokoh "RMS" lainnya, termasuk Manuhutu, telah menyerahkan


di ri kepada Pemerintah dalam tah un 1951 dan dijatuhi hukurnan penjara oleh Peng-
adilan Tentara pada tanggal 8 Juni 1958 di Yogyakarta.

Mes kipun di dalarn negeri pern berontakan RMS telah dimusnahkan, di luar negeri
pel arian-pelarian RMS di bawah pimpinan Manusarna, serta bekas-bekas serdadu
KNI L yang "turut pulang" dengan Belanda, masih melanjutkan petualangannya.

Dr. Ch. R. Soum okil sedang menaiki


KM Duvri II di p antai Seram untuk diang-
k ut ke Ambon.

Suasana sidang pengadilan per kara


Soumokil di Jakarta pada tangga/ 21
April 1964. Persidangan berlangsung di
au/a Markos Besar Angkatan Dorat di
Jakarta. Maje/is Hakim diketuai oleh Let-
nan Ko /one/ Hendrotomo S.H.

239
30 TAHUN
INDONESIA
MERDEKA
1. 10 FEBRUARI Pembentukan Badan Musyawarah Pengusaha Swas-

1964 2.

3.
4.
22 FEBRUARI

8 MARET
3 MEI
ta Nasional ..........................
Kunjungan Presiden Diosdado Macapagal dari Fili-
pina dan Tamu Negara Lainnya dalam Tahun 1964
Kunjungan Muhibah Keliling Dunia RI Dewa Ruci
Dwi Komando Rakyat ..... . . . . . . . . . . . . . .
243

244
246
247
5. 14 AGUSTUS Peluncuran Roket llmiah Kartika I ........... 250
6. 27 AGUSTUS Kabinet Dwikora . ..................... 252
10 FEBRUARI 1964

PEMBE NTUK N
BADAN M USYAWA RA H
PENGU SAHA SWA STA
NASIONAL

Dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 1964, pada tanggal 10 Februari 1964
dibentuk Badan Musyawarah Pengusaha Swasta Nasional (Bamunas) sebagai wadah
organisasi bagi seluruh pengusah swasta nasional.

Menurut Peraturan Presiden terse but, tugas Bamunas terutama adalah " membim-
bing dan menggerakkan semua oengusaha swasta nasional dengan pengalaman, mo-
dal, dan keahlian yang ada pada mereka untuk menyelesaikan Revolusi Nasional".

Selain itu, Bamunas diberi we 'enang menunjuk wakil-wakil pengusah a swasta na-
sional untuk duduk dalam lemb ga-lembaga Negara dan badan-badan lainnya.

Upocoro pe/ontlkon Bodon Musyoworoh


Pengusaho Swosto Nasional (Bomunos)
o/eh Presiden Soekarno di /stono
Merdeka podo tonggol 20 Februori 1964

243
22 FEBRUARI 1964

KUNJUNGAN PRESIDEN
DIOSDADO MACAPAGAL
DARI FILIPINA
DAN TAMU NEGARA LAINNY A
DALAM TAHUN 1964

Presiden Filipina Diosdado Macapagal pada tanggal 22 sampai dengan tanggal 28 Fe-
bruari 1964 mengunjungi Indonesia. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Macapagal
berpidato di muka sidang paripurna DPRGR.

Pada tahun yang sama telah berkunjung pula ke Indonesia Presiden Mali Modibo
Keita dan Nyonya, dari tanggal 8 sampai dengan tanggal 10 November 1964.

Presiden Filipino Diosdado Macapagal


sedang berada di mimbar kehormatan un-
tuk menyampaikan pidatonya dalam
rapat umum di Bandung pada tanggal
25 Februari 1964.

244
Presiden Mali Modibo Keita don Nyonya setibanya di pefabuhan udara Kemayoran disambut oleh Presiden Soekarno pada tanggal 8 Novem-
ber 7964.

245
8MARET1964

KUNJUNGAN
MUHIBAH KELILING DUNIA
RI DEWA RUCI

RI Dewa Ruci , sebuah kapal latih bagi para calon perwira ALRI, pada tanggal 8 Ma-
ret 1964 memulai pelayarannya dalam rangka kunjungan muhibah keliling dunia.
Kunjungan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Soemantri dan berlangsung hingga
tanggal 4 November 1964.

Kapa( latih ini dibeli dari Jerman Barat dan menjadi bagian Armada ALRI sejak ta-
hun 1953. Beratnya 810 ton dalam keadaan kosong (berisi muatan penuh 1.500
... ton), kekuatan jalan dengan mesin 10,5 knots dan kekuatan jalan dengan layar 8 -
12 knots. Awak kapal berjumlah 110 orang, di antaranya 78 orang taruna. Pada
tanggal 21 Mei 1957 untuk pertama kalinya RI Dewa Ruci mengadakan muhibah
ke luar negeri, yaitu ke Pulau Christmas dan Singapura.

Kapoi RI Dewa Ruci, yang bertugas m e-


latih para taruna.

Tampak RI Dewa Ruci sedang bersandar


di so/ah satu pe/abuhan di Amerika Seri-
kat. Do/am pelayaran samudera yang ke-
lima ini, yang disebut Operasi Sang Saka
Joya, Dewa Ruci mengikuti lomba layar
internasional yang diselenggarakan do/am
rangka World Trade Fair di New York
bersama peserta dari 72 negara lainnya.

246
3 MEI 1964

DWI KOMANDO RAKYAT

Pada tanggal 3 Mei 1964 dalam pidatonya di muka apel besar sukarelawan di Jakar-
ta, Presiden Soekarno membe rikan komando pengganyangan Malaysia yang dikenal
sebagai D.wikora. Komando tersebut berisikan : "Perhebat ketahanan revolusi dan
bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak,
dan Brunai untuk menggagalkan Negara Boneka Malaysia".

Untuk pelaksanaan Dwikora, pad a tanggal 16 Mei 1964 dibentuk Koman do Gabung-
an untuk wilayah Indonesi a bagian barat yang diberi nama Komando Siaga. Sebagai
panglima Komando Siaga ditunj uk Men/ Pangau Laksamana Madya Udara Omar
Dhani, sebagai Wakil Panglima I Laksamana Muda Laut Muljadi, dan Wakil Panglima
II Brigadir Jenderal Achmad Wiranatakusumah. Dengan meningkatnya operasi-ope-
rasi militer, Komando Siaga kem udian disempurnakan menjadi Komando Mandala
Siaga (Kolaga). Kolaga memba\Vahi dua Komando Mandala, yaitu Komando Manda-
la I dan Komando Mandala II.

Dal am pada itu, perundingan-perundingan tetap dilakukan . Pada bulan J uni 1964 di-
selenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi ketiga negara yang bersengketa, yaitu Indo-
nesia, Malaysia, dan Filipina di To kyo, tetapi tidak menghasilkan suatu penyelesaian.

Konfrontasi terh adap Malaysia berjalan terus sampai tahun 1966.


247
14 AGUSTUS 1964

PELUNCURAN ROKET ILMIAH


KARTIKA I
Untuk memberi sumbangan data pe- Pada tanggal 14 Agustus 1964 roket "Kartika I" berhasil diluncurkan dari pantai Ci-
roketan bagi IQS Y (International Quiet lauteureum, Kewedanaan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat.
Sun Year) tahun 7964 - 7965, pada
awal tahun 7965 didirikan Pusat Antarik-
sa Pamengpeuk secara crash program Roket itu merupakan hasil kerja sama antara Angkatan Udara Republik Indonesia
yang diselesaikan pada bu/an Juli (AURI), Lembaga Penelitian Angkasa Luar Nasional (Lapan), lnstitutTeknologi Ba~­
tahun itu juga. Di bawah pimpinan dung (ITB), dan Pusat lndustri Angkatan Darat (Pindad), yang digabung dalam Pro-
Dr. A. Baiquni dari Universitas Gadjah yek PRIMA, singkatan dari Proyek Pengembangan Roket llmiah dan Militer Awai.
Mada, dalam bu/an Agustus 7965 di-
lakukan eksperimen pengukuran kepa-
datan ion, sinar kosmos, suhu, dan Proyek Prima sebagai salah satu subproyek dari Proyek Roket lonosfer Angkasa Lu-
angin dengan menggunakan roket-roket ar yang dikenal sebagai Proyek S, dipimpin oleh Laksamana Muda Udara Budiardjo
Kappa 8 yang dibeli dari jepang. dan Kolonel Udara J. Salatun.

250
Roket "Kartika !" sedang /epas
landas di Pameungpeuk, jawa Barat,
pada bu/an Agustus 1964.

Roket Kappa 8

Kartika I, roket ilmiah buatan dalam negeri. Panjang roket Kartika I adalah 10,5 meter
dan beratnya 22f! kilogram. Dengan muatan ilmiah lima kilogram, Kartika I dapat
mencapai ketinggian 60 kilometer. Dengan Kartika I tersebut Indonesia adalah negara
kedua di Asia sete!ah jepang (Roket Kappa) y ang dapat membuat roket sendiri.
251
27 AGUSTUS 1964

KABINET DWIKORA

Pada tanggal 27 Agustus 1964 Kabinet Dwikora terbentuk, menggantikan Kabinet


Kerja IV.

Kabinet Dwikora merupakan kabinet yang besar dan jumlah menterinya bertambah
terus. Pada bulan September 1965, kabinet ini beranggotakan 99 orang menteri, ter-
bagi dalam 14 kompartemen, 4 7 departemen, dan 111 jabatan.

Upacara pelantikan menteri-menteri


Kabinet Dwikora di /stana Negara
pada tangga/ 27 Agustus 1964

252
INDEKS FOTO
1950-1964
l n deks foto ini disusun do/am duo caro:
1. menurut sumbernya secora a/fabetis yang dilengkapi dengan nomor holaman don /etaknya;
2. menuru t nomor halaman, /etak don sumbernya

Si ngkatan y ang dipakai adalah: a.= atas ; b. = bawah; t. = tengah; kr . =kiri; kn . = kan an; ab.= atas bawah; akr. = atas kiri; akn . = atas kanan;
at.= atas tengah; bkr. = bawah kiri; bkn . = bawah kanan; tkr . = tengah kiri; tkn. = ten gah kanan; kra. = kiri atas; krt. = kiri tengah ; krb. =kiri
bawah . kn a . = kanan atas; knt . =kan a n tengah; knb. = kanan bawah.

Si ngkatan sumber foto ad al ah:


A lbum Perjuangan Kemerdekaan = Departemen Kesehatan = DEPKES Harian Berita Yudha & Yudha
A PK Departemen Keuangan = DEP KEU Minggu = HBY&YM
Badan Urusan Logistik = BU LOG Departemen Luar Negeri = Harian Duta Masyarakat =HOM
BAKN = BAKN DEPLU Harian Hidup = HH
Bank Indonesia= Bl Departemen Nakertranskop = Harian Kompas = HK
BATAN = BATAN DEPNAKERTRANSKOP Harian Kompas & Harian Angkatan
Biro Pu sat Statisti k = BPS Departemen Penerangan = Bersenjata = HK& HAB
BKKBN = BKKBN DEPPEN Harian Merdeka = HM
Buku Antara = BA Departemen Perhubungan = Harian Suara Karya = HSK
Buku Ganefo = GANEFO DEPHUB Harian Warta Bhakti = HWB
Buku Indonesia Memilih = BIM Departemen Perindustrian = Humas DPR =HU MAS DPR
Buku Peristiwa Madiun= BPM DEPPERIN Humas MPR = HUMAS MPR
Buku PON Ill= PON Ill Departemen Pertambangan = lpphos = IPPHOS
Buku PON VIII= PON VIII DEPERTAM lsti mewa = IST
Buku Siliwangi dari Masa ke Masa = Departemen Pertanian = Kapten CPM lsnaen = ISNAEN
BS DEPT AN Lembaga Administrasi Negara=
Buku Tugu Nasional, Laporan Ke- Departemen P&K = P&K LAN
dua 17- 8- 1962/1963 = BTN Departemen PUTL= PUT L Lukisan Revolusi =LR
Departemen Agama = DEPAG Departemen Sosial = DEPSOS PN. GIA= GIA
Departemen Dalam Negeri = Detik-detik dan Peristiwa =DP PN. Pertamina =PERT AMINA
DE POAG RI Dokumentasi PT. Masa Merdeka = PN . Pupuk Sriwijaya = PUSRI
Departemen Hankam = DEPHANKAM DOK M.M. Preanger Studio Bandung= PSB
Departemen Kehakiman = Gedung Juang 45 = G J 45 Pusat Se jarah ABRI = PUSJARAH
DEPKEH Harian Angkatan Bersenjata = HAB
Departemen Kesehatan = DEPKES Harian Serita Yudha = HBY Sekretariat Negara= SEKNEG

IN DEKS MENU RUT SUM BER FOTO SECARA ALFABETIS :

BANK INDON ES IA: Foto haIaman 59; 62 kr. 83; 84 DEPARTEMEN LUAR NEGERI:
Foto halaman 32 akr.; 104; 106 a.; 126-127 tb.; Foto halaman 52; 173; 215 b.;
126~1 27 tt.; 127 a.; 127 knt.; 216 a.; 216 bkr.
BUKU INDONE SIA MEMILIH: 159; 168; 184 a.; 184 tkn.; 201;
Foto halaman 92a.; 92 b. 202; 203; 204 b.; 204-205 ta.; DEPA RTEMEN PENERANGAN :
204-205 tkr.; 205 akn. ; 205 t.; Foto halaman 22; 23 b.; 26-27
BUKU TUGU NASIONAL: 207; 208 b.; 212; 213 a.; 229 b.; 30-31 a.; 43 a.; 43 b.; 53; 67
Foto halaman 189 kr. kr.; 229 kn.; 230 akr.; 230 tkr .; a.; 67 b.; 71 b.; 74 ; 75; 76 a.; 76
230-231 ta.; 239 kr.; 246 kn.; b.; 78 ; 80; 82 a.; 82 b.; 84 akn.;
DE PAR TEME N HANKAM: 246 kr.; 250; 251; 251 kr. 85 akr.; 87 a. ; 88 ; 89; 90 akr.;
253
90 akn.; 90 b.; 91 akn.; 91 b.; 98 182 akn.; 182 b. 85 b.; 87 b.; 91 akr.; 92 t.; 93
a.; 98 b.; 100 kn.; 100 kr.; 102; kn.; 93 kr.; 99; 106 b.; 108 b.;
109 b.; 110 kr.; 120 b.; 126 b.; DEPARTEMEN PERTANIAN: 109 a.; 110kn.;111; 112; 115;
131 b.; 131 t.; 133 a.; 133 b.; Foto halaman 1 22 116 kr.; 116-117at.;116-117 bt.;
137 b.; 137 t.; 138 kn.; 138 kr.; 117 akn.; 117 b.; 117 tkn.; 118;
140; 141 a.; 141 b.; 141 .t.; 142; GANEFO: 123; 126 a.; 127 knb.; 129; 130
144 a.; 144b.;145; 146; 148 a.; Foto halaman 238 a. a.; 130b.;131a.;134; 135; 136;
148 kr.; 150 a.; 150 b.; 150 t.; 137 a.; 139; 148 kn.; 149; 154
1~1; 152; 155; 161a.;161 b.; GEDUNG JUANG 45: a.; 154 b.; 164; 167 a.; 167 b.;
162 a.; 162 bkn.; 162bkr.;165; Foto ha!aman 26 b. 172 b.; 174; 175; 190; 191; 196
169; 171; 172a.;180; 183;184 a.; 197, 215 a.; 219 akn.; 219
b.; 184 tkr.; 186; 187 a.; 187 HARIAN MERDEKA: bkn.; 221; 226 b.; 228 a.; 228
bkn.; 187bkr.;188kn.;188 kr.; Foto halaman 163 b.; 228 t.; 231 knt.; 235; 236
189 kn.; 195; 196 b.; 204 a.; akr.; 236 b.; 238 bkr.; 238 bkn.;
208 a.; 210 a.; 210 b.; 211 a.; IPPOS: 239 kn.; 243; 245; 248-249; 249
211 b.; 214 b.; 216 bkn.; 218- Foto halaman 20 akr.; 20 tkr.; akn.; 249 bkn.
219 a.; 218 bkr .; 218-219 tb.; 20-21 a.; 20-21 t.; 21 b.; 21 t.;
220 kn.; 220 kr.; 225; 226 a.; 25; 26-27 a.; 26 a.; 26 t.; 29 a.; ISTIMEWA:
230 at.; 230 bkn.; 230 bkr.; 231 29 b.; 30-31 b.; 31 kn.; 34 a.; 34 Foto ha!aman 62 kn.; 113
akn.; 231 akr.; 231 bkn.; 231 b.; 36 b.; 36-37 a.; 37 b.;37 tkn.;
bkr.; 231tkr.;232 akn.; 232 akr.; 37 tkr.; 39 a.; 39 b.; 40 a.; 40 b.; LUKISAN REVOLUSI:
232 b.; 233 kn.; 233 kr.; 236 41; 44 a.; 44 b.; 44-45 a.; 44-45 Foto ha!aman 21 akn.; 21 akr.;
akn.; 237; 244; 248 b.; 248-249 b.; 46-47 a.; 46-47 b.; 47 a.; 47 20 bkn.; 20 bkr.; 23 a.; 30 bkr.;
t.; 248-249 tb.; 252 b.; 50 a.; 50 b.; 58 a.; 58 b.; 61 36 a.; 48
a.; 61 t.; 63; 64 a.; 64 b.; 66 a.;
DEPARTEIVIEN PERHUBUNGAN: 66 b.; 70-71 a.; 71 a.; 70-71 b.; PON Ill:
Foto ha!aman 181 ; 182 akr .; 71 t.; 73 b.; 81 a.; 81 b.; 84 b.; Foto halaman 60; 61 b.
INDEKS MENURUT HALAMAN DAN LETAK FOTO:
20 akr. IPPHOS; 20 tkr. IPPHOS; 20-21 a. IPPHOS; 20- HANKAM; 84 b. IPPHOS; 84 akr. DEPHANKAM; 84 akn.
21t.IPPHOS;21t.IPPHOS;21 b. IPPHOS;21 akn. LR; DEPPEN; 85 akr. DEPPEN: 85 b. IPP HOS; 87 a. DEPPEN;
21 akr. LR; 20 bkn . LR; 20 bkr. LR; 22 DEPPEN; 23 a. 87 b. IPPHOS; 88 DEPPEN; 90 akr. DEPPEN; 90 akn.
LR; 23 b. DEPPEN; 25 IPPHOS; 26-27 a. IPPHOS; 26 a. DEPPEN; 89 DEPPEN; 90 b. DEPPEN; 91 b. DEPPEN; 91
IPPHOS; 26 t. IPPHOS; 26 b. GJ 45; 26-27 b. DEPPEN; akr. IPPHOS; 91 akn. DEPPEN; 92 a. BIM; 92 t. IPPHOS ;
29 a. IPPHOS; 29 b. IPPHOS; 30 bkr. LR; 30-31 a. 92 b. BIM; 93 kr. IPPHOS; 93 kn. IPPHOS; 98a. DEPPEN ;
DEPPEN; 30-31 b. IPPHOS; 31 kn. IPPHOS; 32 Bl; 34 a. 98 98 b. DEPPEN;99IPPHOS;100 kr. DEPPEN; 100 kn.
IPPHOS; 34 b. IPPHOS; 36 a. LR; 36 b. IPPHOS;36-37 a. DEPPEN; 102 DEPPEN; 104 DEPHANKAM; 106 b. IPP-
IPPHOS; 37 tkn. IPPHOS; 37 tkr. IPPHOS; 37 b. IPPHOS; HOS; 106 a. DEPHANKAM; 108 IPPHOS;l 09 a. IPPHOS ;
39 a. IPPHOS; 39 b. IPPHOS ;40 a. IPPHOS; 40 b. IPPHOS; 109 b. DEPPEN; 110 kn. IPPHOS; 110 kr. DEPPEN; 111
41 IPPHOS;43 a. DEPPEN;43 b. DEPPEN;44a. IPPHOS; IPPHOS; 112IPPHOS;113SI;115 IPPHOS;116 kr. IPP-
44 b. IPPHOS; 44-45 a. IPPHOS;44-45 b. IPPHOS;46- HOS; 116-117 at. IPPHOS; 116-117 bt. IPPHOS; 117
47 a. IPPHOS; 46-47 b. IPPHOS; 47 a. IPPHOS; 47 b. akn. IPPHOS; 117 b. IPPHOS; 117 tkn. IPPHOS; 118 IPP-
IPPHOS;48 LR;50a. IPPHOS;50b. IPPHOS;52DEPLU; HOS; 120 b. DEPPEN; 120 b. DEPPEN; 122 DEPERTAM;
53 DEPPEN; 58 a. IPPHOS; 58 b. IPPHOS; 59 HANKAM; 123 IPPHOS; 126 a. IPPHOS; 126 b. DEPPEN ;126-127
60 PON 111; 61 a. IPPHOS; 61 b. PON 111;61 t. IPPHOS; tb. DEPHANKAM; 126-127 t. DEPHANKAM; 127 a.
62 kn. S. IST; 62 kr. DEPHANKAM; 63 IPPHOS; 64 a. DEPHANKAM; 127 knb. IPPHOS; 127 knt. DEPHAN -
IPPHOS; 64 b. IPPHOS; 66 a. IPPHOS; 66 b. IPPHOS; 67 KAM; 129 IPPHOS; 130 a. IPPHOS; 130 b. IPPHOS; 131
a. DEPPEN; 67 b. DEPPEN; 70-71 a. IPPHOS; 71 a. IPP"- a. IPPHOS; 131 b. DEPPEN; 131 t. DEPPEN; 133 a. DEP-
HOS; 70-71 b. IPPHOS; 71 t. IPPHOS; 71 b. DEPPEN; PEN; 133 b. DEPPEN; 134 IPPHOS; 135 IPPHOS; 136
73 b. IPPHOS; 74 DEPPEN ; 75 DEPPEN; 76 a. DEPPEN; IPPHOS; 137 a. IPPHOS; 137 b. DEPPEN; 137 t. DEP-
76 b. DEPPEN; 78 DEPPEN; 80 DEPPEN;81 a. IPPHOS; PEN; 138 kn. DEPPEN; 138 kr. DEPPEN; 139 IPPHOS;
81 b. IPPHOS; 82 a. DEPPEN; 82 b. DEPPEN; 83 DEP- 140 DEPPEN; 141 a. DEPPEN; 141 b. DEPPEN; 141 t.

254
DEPPEN; 144 a. DEPPEN; 144b .DEPPEN ;142 DEPPEN ; HANKAM; 213 a. DEPHANKAM; 214 b. DEPPEN; 215
145 DEPPEN; 146 DEPPEN ; 148 a. DEPPEN; 148 kn. IPP- a. IPPHOS; 215 b. DEPL U;216 a. DEP LU ;216 bkr. DEP-
HOS; 148 kr. DEPPEN; 149 IPPHOS; 150 a. DEPPEN ; 150 LU; 216 bkn. DEPPEN; 218 bkr. DEPPEN ; 218-219 a.
b. DE PP EN; 150 t. DEPPEN; 151 DEPPEN ; 152 DEPPEN ; DEPPEN 218-219 tb. DEPPEN; 219 akn . IPPHOS; 219
154 a. IPPHOS; 154 b. IPPHOS; 155 DEPPEN ;159 DEP- bkn. IPP t-105; 220 kr. DE PPEN; 220 kn. DEPPEN; 221
HAN KAM ; 161 a. DEPPEN; 161 b. DEPPEN; 162 a. DEP- IPPHOS 225 DEPPEN; 226 a. DEPPEN; 226 b. IPPHOS;
PEN; 162 bkn. DEPPEN; 162 bkr. DEPPEN; 163 HM; 164 228 a. IPPHOS; 228 t. IPPHOS ; 228 b. IPPHOS; 229 kr.
IPPHOS ; 165 DEPPEN ; 167 a. IPPHOS; 167 b. IPPHOS ; DEPHANKAM; 229 kn. DE PH ANKAM; 230 at. DEPPEN;
168 DEPHANKAM ; 169 DEPPEN; 171 DEPPEN ; 172 a. 230 tkr. DE PHANKAM; 230 tkr. DEPHANKAM ; 230 akr.
DEPPEN ; 172 b. IPPHOS;173 DEPLU; 174 IPPHOS;175 DEPHAl'iKAM; 230 bkr. DEPPEN; 230 bkn. DEPPEN;
IPPHOS; 180 DEPPEN; 181 DEPHUB; 182 akr. DEPHUB; 230-23 ta. DEPHAN KAM; 231 akr. DEPPEN;231 akn.
182 akn. DE PHUB ; 182 b. DEPHUB; 183 DEPPEN ; 184 DEPPEN 231 tkr. DEPPEN; 231 bkr. DEPPEN ; 231 bkn.
a. DEPHANKAM; 184 tkn. DEP HAN KAM; 184 tkr. DEP- DEPPEN · 231 knt. IPPHOS ; 232 akn. DEPPEN; 232 akr.
PEN; 184 b. DEPPEN; 186 DE PPEN ; 187 a. DEPPEN ; DEPPEN 232 b. DEPPEN ; 233 kn. DEPPEN ; 233 kr.
187 bkr. DE PP EN ; 187 bkn. DE PPEN; 188 kr. DEPPEN ; DEPPEf\I 235 IPPHOS; 23 6 akr. IPPHOS; 236 akn. DEP-
188 kn. DEPPEN ; 189 kn. DEPPEN; 189 kr. BTN ; 190 PEN ; 236 b. IPPHOS; 236 DEPPEN ; 238 a. GANEFO;
IPPHOS; 191 IPPHOS; 193 HM ; 195 DEPPEN ; 196 b. 238 bkr IPPHOS; 238 bkn. IPPHOS; 239 kr. DEPHAN-
DEPPEN; 196 a. IPPHOS ; 197 IPP HOS ; 201 DEPHAN- KAM; 2. 0 kn. IPPHOS; 243 IPPHOS ; 244 DEPPEN; 245
KAM; 202 DEPHANKAM; 203 DE PHANKAM ; 204 a. IPPHOS 246 kr. DEPHANKAM ; 246 kn. DEPHANKAM;
DEPPEN; 204 b. DEPHANKAM ; 204-205 ta. DEPHAN - 248 b. DE PPEN; 248-249 IPPHOS ; 248-249 t. DEP-
KAM; 204-205 tkr. DE PHAN KAM; 205 akn. DEPHAN- PEN; 248-249 tb. DEPPEN; 249 akn. IPPHOS ; 249 bkn.
KAM; 205 t. DEPHANKAM; 207 DEPHANKAM; 208 a. IPPHOS 250 DEPHAN KAM; 251 kr. DEPH AN KAM; 251
DEPPEN; 208 b. DEPHANKAM ; 210 a. DEPPEN; 210 b. DEPHAl'JKAM; 25 1 DEPHANKAM ; 252 DEPPEN
DEPPEN; 211 a. DEPPEN ; 211 b. DEPPEN; 212 DEP-

Anda mungkin juga menyukai