Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja aparatur pada kantor Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur pada kantor Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah pegawai pada kantor Dispora Kabupaten Sidrap. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik non probability sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini lebih tepatnya penulis menggunakan teknik sampling jenuh. pengertian sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 23 orang. Adapun teknik pengumumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner/angket, interview/wawancara, dan Study Kepustakaan (Library Research). Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan skala likert dan tabel frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan terhadap kinerja aparatur pada kantor Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang adalah Gaya kepemimpinan Konsultatif dengan nilai 83,4% dengan kategori baik. Sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi gaya kepemimpinan adalah kerjasama Tim dengan nilai 82,6%. Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Kinerja Aparatur
Pendahuluan
Kebijakan pembangunan disektor pariwisata merupakan salah satu
rancangan yang masuk dalam kategori prioritas serta unggulan pemerintahan nasional. Oleh karena itu pemerintah daerah Kabupaten Sidenreng Rappang
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 1
Desember 2018 seharusnya mendukung program tersebut dengan cara membangun atau mengembangkan objek pariwisata di daerah yang menghasilkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Kebijakan merupakan suatu keputusan dan sifatnya hirarkis mulai dari tingkat paling tinggi sampai paling bawah (street level). Kebijakan pengembangan atau pembangunan sektor wisata di Kabupaten Sidenreng Rappang dapat dipahami sebagai satu kesatuan kebijakan yang dijalankan oleh segenap jajaran pemerintahan mulai tingkatan paling tinggi yaitu Bupati sampai yang terendah yaitu Desa. Organisasi pemerintah adalah sebuah organisasi yang mempunyai tujuan untuk memberikan pelayanan atau melayani masyarakat (public service). Mulai dari lapisan masyarakat bawah sampai pada lapisan masyarakat paling atas tanpa melihat status sosial dan latar belakang mereka. (Hasbar.2014:25) Di Indonesia terdapat beberapa isu penting yang berkaitan dengan dimensi kebijakan, yaitu isu tentang kualitas, efektivitas, dan kapasitas kebijakan. Kualitas suatu kebijakan diketahui melalui beberapa parameter penting seperti proses, isi dan konteks atau suasana dimana kebijakan itu dihasilkan atau dirumuskan. Dilihat dari segi proses, suatu kebijakan dapat dikatakan berkualitas kalau kebijakan tersebut diproses dengan data dan informasi yang akurat, menggunakan metode dan teknik yang sesuai, mengikuti tahapan-tahapan yang rasional dan melibatkan para ahli serta masyarakat yang berkepentingan atau stakeholders. Dilihat dari segi isi, suatu kebijakan dapat dikatakan berkualitas apabila kebijakan tersebut merupakan alternatif atau jalan keluar terbaik dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Sedangkan dilihat dari segi konteks maka suatu kebijakan dapat dikatakan berkualitas apabila kebijakan tersebut dirumuskan dalam suasana yang benar-benar bebas dari rekayasa, bebas dari tekanan atau paksaan pihak- pihak yang berpengaruh. (Keban. 2008:86) Informasi adalah suatu masalah kebijakan publik dapat diperoleh lewat berbagai sumber tertulis seperti indikator sosial (social indicators), data sensus, laporan-laporan survei nasional, jurnal, koran dan sebagainya, dan juga melalui interview langsung dengan masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan yang paling penting untuk dijawab dalam tahap ini adalah: Apakah isu itu benar-benar merupakan masalah? Siapa sasarannya? Apa alasannya, dan apa buktinya? Apakah masalah ini sudah urgen/mendesak? Apakah terjadi akibat negatif yang signifikan bila tidak
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 2
Desember 2018 segera dilakukan intervensi?. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat analis tidak hanya berpikir rasional tetapi juga etis. (Keban. 2008:68) Kebijakan itu tidak ditetapkan begitu saja, melainkan melalui serangkaian upaya yang dilakukan secara terarah, sistematis dan sesuai kebutuhan, sebab kebijakan itu tidak lain adalah keputusan rencana kerja yang siap dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan. Kebijakan pengembangan dan pembangunan pariwisata merupakan program unggulan dan prioritas pemerintah nasional serta adanya potensi yang dimiliki Kabupaten Sidenreng Rappang terkait sektor pariwisata, serta adanya lokasi wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah namun sepi pengunjung dibandingkan lokasi wisata yang dikelola pihak swasta yang hampir setiap harinya selalu ramai pengunjung. Kebijakan wisata tercantum dalam Rencana Strategi Kebudayaan dan Kepariwisataan Repubulik Indonesia Tahun 2010-2014, yang dituangkan dalam arah kebijakan dan strategi nasional dalam rangka meningkatkan keunggulan komparatif menuju keunggulan kompetitif, mencakup pengelolaan sumber daya maritim, ketahanan pangan dan antisipasi perubahan iklim. Memasuki era yang penuh dengan kesibukan seperti yang terjadi saat sekarang ini, maka kebijakan disektor pariwisata merupakan salah satu langkah strategis, disamping itu kebijakan ini juga merupakan langkah strategis untuk meningkatkan daya saing daerah serta menambah pendapatan asli daerah (PAD). Sebuah organisasi pemerintahan, Sumber Daya Manusia (SDM) terdiri dari pemimpin dan pegawai. Dispora merupakan suatu organisasi pemerintah yang memiliki personil berjumlah 23 pegawai. Untuk mewujudkan sikap kerja pegawai yang baik, diperlukan berbagai cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin suatu organisasi pemerintah, yaitu dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat. Peranan seorang pemimpin penting untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan termasuk organisasi pemerintahan di Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang, terutama berkaitan dengan peningkatan kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Faktor kepemimpinan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 3
Desember 2018 kinerja pegawai karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat meningkatkan kinerja semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi pelayanan publik. Rivai, Viethzal (2014:42) Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari filsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya. Gaya kepemimpinan terbaik bersyarat adalah gaya pemimpin yang menggunakan kombinasi perilaku komunikatif yang berbeda ketika menanggapi keadaan sekelilingnya; dalam keadaan tersebut pemimpin berusaha membantu yang lainnya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Gaya kepeminpinan yang sesuai dengan keadaan pemerintahan dan keinginan pegawai akan mendorong dalam peningkatan kinerja pegawai dalam pencapaian sasaran dan tujuan pemerintahan. Dalam pelaksanaan kegiatannya para pemimpin mempunyai gaya tersendiri dalam proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan pegawainya, sehingga diharapkan mau bersama-sama berusaha mencapai tujuan pemerintahan melalui pelaksanaan pekerjaan yang telah di tentukan. Karena permasalahan yang dihadapi bervariasi, maka para pemimpin dituntut untuk manpu menerapkan gaya kepeminpinan yang bervariasi pula sesuai dengan keadaan yang dihadapi Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan keinginan instansi pemerintahan dan keinginan bawahan akan mendorong peningkatan kerja bagi pegawai. Karena kinerja yang baik akan dapat menunjang pencapaian sasaran dan tujuan instansi pemerintahan. Namun seringkali banyak didapat bahwa pimpinan gagal untuk mempengaruhi orang-orangnya untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Hal tersebut dapat dilihat dari : 1) Adanya pegawai yang menyalahi aturan prosedur kerja seperti
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 4
Desember 2018 : Adanya pegawai yang telat masuk kantor dan pimpinan tidak memberikan teguran atau sanksi yang tegas kepada pegawai tersebut, 2) Dalam hal pekerjaan pimpinan kurang memberikan perhatian atau arahan kepada bawahannya sehingga banyak pekerjaan yang tidak tepat. 3) Pada saat upacara bendera setiap hari senin dilaksanakan, banyak pegawai yang tidak mengikuti upacara bendera, hal ini tidak mendapat perhatian khusus oleh pimpinan dan pimpinan tidak memberikan teguran atau sanksi yang tegas. Dalam menjalankan tugas kesehariannya seorang Kadispora di bantu seorang sekretaris, kepala sub bagian perencanaan, kepala sub bagaian keuangan, kepala sub bagian pemerintahan, kepala seksi pemerintahan, kepala seksi bagian pembangunan dan kepala seksi kesejahteraan sosial. Selanjutnya untuk lebih memudahkan dalam pekerjaan birokrasi di kantor keKadisporaan, maka seorang Kadispora lebih banyak bertugas sebagai koordinasi untuk hubungan Kantor KeKadisporaan dengan pihak luar baik itu dengan masyarakat maupun instansi-instansi terkait seperti Bupati (Pemerintah Daerah), Kepala Desa/Kelurahan di wilayah KeKadisporaan Maritengngae. Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah masih banyaknya penilaian negatif terhadap Pegawai Negeri Sipil khusunya di Kantor Disporad ijumpai masih adanya pegawai yang sering datang terlambat masuk kerja, adanya sebagian pegawai terlambat mengikuti upacara bendera dan apel pagi, adanya pegawai bersikap pasif terhadap pekerjaan, adanya pegawai yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya dan masih adanya sebagian pegawai yang meninggalkan tugas pada waktu kerja tanpa keterangan. Tinjauan Pustaka Gaya Kepemimpinan Menurut Kartono (2005:9-11) bahwa “pemimpin itu dibagi menjadi dua, yaitu pemimpin informal dan pemimpin formal. Pemimpin informal ialah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok masyarakat”. Kemudian menurut Sutarto (2001:135) ada beberapa perilaku pemimpin, diantaranya adalah : direktif, manipulatif, konsulatif, partisipatif, delegatif. Kepemimpinan merupakan sesuatu yang sangat menentukan berhasil tidaknya organisasi. Karena pemimpin
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 5
Desember 2018 yang bertanggungjawab untuk mengkoordinir dan mengorganisir sumber daya yang ada, sehingga bisa menjadi kesatuan yang utuh dan selaras satu sama lain. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu oragnisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu oraganisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya (Siagian 2006 : 23). Menurut Yayat M Herujito (2006:188) gaya kepemimpinan bukan bakat, oleh karena itu gaya kepemimpinan dipelajari dan dipraktekkan dalam penerapannya harus sesuai dengan situasi yang dihadapi. Gatto (dalam Moejiono 2002 : 174) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat kategori gaya kepemimpinan yaitu gaya konsultatif, gaya partisipatif, dan gaya delegatif. Karakteristik gaya kepemimpinan tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : 1. Gaya kepemimpinan Direktif, pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusan-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya. Kegiatan terpusat pada pemimpin, dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak yang diizinkan , pada dasarnya gaya ini bersifat otoriter. 2. Gaya kepemimpian Konsultatif. Gaya ini dibangun diatas gaya direktif, kurang otoriter dan lebih banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota oraganisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak berkonsultasi memberikan bimbingan, motivasi, memberikan nasehat, dalam rangka pencapaian tujuan. 3. Gaya kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasive, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Bawahan harus berpasrtisipasi memberi ide, saran dan pertimbangan dalam mendororang kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian pimpinan akan selaalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. gaya partisipatif ini
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 6
Desember 2018 juga bertolak dari gaya konsultatif yang bisa berkembang kearah saling percaya antara pemimpin dan bawahan, pemimpin cendrung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka. Sementara itu, kontak konsultatif tetap berjalan terus. Dalam gaya ini pemimpin lebih banyak mendengar, menerima, bekerjasama dan memberi dorongan dalam proses pengambilan keputusan. 4. Gaya kepemimpinan Delegatif, adalah apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap menyerahkan dan mengatakan kepada bawahan inilah pekerjaan yang harus anda kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik.dalam hal ini bawahan dituntut memliki kematanagn dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan). Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematanagn psikologis dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan. Tau dengan kata lain pemimpin mendorong kemampuan bawahannya untuk mengambil inisiatif. Kinerja Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses (Nurlaila 2010:71). Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas dan kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans 2005:165). Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan (Dessler, 2000:41). Kinerja adalah hasil
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 7
Desember 2018 atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50). Sedangkan menurut pendapat Ilyas (2005:55) mengatakan bahwa pengertian kinerja adalah penampilan, hasil kartya personil baik kualitas maupun kuantitas penampilan individu maupun kelompok kerja personil, penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun structural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi. Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada lima indikator, yaitu (robbins,2006:260): 1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan. 2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah aktivitas yang selesaikan. 3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktifitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut kondisi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain. 4. Efektifitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, dan bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam menggunakan sumber daya. 5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi karyawan komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja. Menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo 2011:100) mengindentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja pegawai dalam organisasi, salah satunya faktor kepemimpinan yang ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer. Menurut Mahmudi (dalam Sellang 2016 : 143) mengemukakan bahwa kinerja merupakan suatu konstruksi multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 8
Desember 2018 1. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill) kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu; 2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat,arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader; 3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam suatu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim; 4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi; 5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Metode Penelitian Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kantor Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini dipilih karna adanya pertimbangan masalah di latar belakang masalah. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan. Penelitian ini memiliki dua variabel, variabel pertama disebut variabel bebas (independen) yakni gaya kepemimpinan dan variabel kedua terikat (dependen) yakni kinerja. jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif adalah penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Definisi populasi adalah keseluruhan individu yang bersifat general atau umum yang mempunyai karakeristik yang cenderung sama. Jadi populasi dalam penelitian ini dalah keseluruhan jumlah pegawai pada kantor Dispora sebanyak 34 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini lebih tepatnya penulis menggunakan teknik sampling jenuh.
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 9
Desember 2018 Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 34 orang. 1) Observasi adalah yaitu mengadakan pengamatan secara langsung kepada objek / lokasi penelitian untuk mengetahui situasi dan tujuan agar menunjang kelengkapan data. 2) Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. 3) Interview atau wawancara yaitu salah satu peristiwa umum dalam kehidupan sosial sebab ada banyak bentuk berbeda dari wawancara, wawancara dapat dilakukan dengan individu atau kelompok tertentu untuk mendapatkan data atau informasi tentang masalah (objek) yang berhubungan dengan oranng lain (subyek) dari narasumber yang terpercaya. Wawancara dilakukan dengan penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber (Silalahi 2015:486). 4) Studi kepustakaan adalah suatu kegiatan membaca dan mengumpulkan data dari buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah seperti Miles and Huberman yang terdiri dari tiga yaitu : reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Untuk menetapkan keabsahan data diperlakukan teknik pemeriksaan, terutama memeriksa informasi yang didapatkan dilapangan, berdasarkan berbagai dokumen hasil kegiatan perencanaan dan data-data lapangan. Uji kepercayaan dilakukan dengan memperpanjang pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, analis kasus negatif, dan menggunakan bahan referensi. Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah secara kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis deskriptif kuantitatif menggunakan bantuan tabel frekuensi dan menggunakan skala likert. Hasil Dan Pembahasan Indikator Gaya Kepemimpinan
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 10
Desember 2018 Gaya kepemimpinan Direktif, pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusan-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya. Kegiatan terpusat pada pemimpin, dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak yang diizinkan , pada dasarnya gaya ini bersifat otoriter. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang pengaruh gaya kepemimpinan direktif atau setiap pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh Kadispora adalah 36,4 % yang berarti kategori kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti adalah setiap keputusan yang diambil pada kantor Dispora harus dilakukan oleh pimpinan dalam hal ini adalah Kadispora. Gaya kepemimpian Konsultatif. Gaya ini dibangun diatas gaya direktif, kurang otoriter dan lebih banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota organisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak berkonsultasi memberikan bimbingan, motivasi, memberikan nasehat, dalam rangka pencapaian tujuan. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang pengaruh gaya kepemimpinan konsultatif atau pemimpin yang lebih banyak melakukan interaksi dengan stafnya demi untuk mencapai tujuan suatu organisasi adalah 83,4% yang berarti kategori sangat baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kadispora kantor Dispora mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan, saya hampir selalu menerapkan gaya dimana setiap pengambilan keputusan melibatkan para kasi dan staf pegawai yang gunanya untuk memberikan masukan terhadap suatu persoalan. Karena pada dasaranya saya dipilih berdasarkan keputusan dari atasan, sehingga saya tidak mengetahui medan/keadaan masyarakat sekitar maupun karakteristik pegawai sekalipun. Gaya kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasive, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Bawahan harus berpartisipasi memberi ide, saran dan
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 11
Desember 2018 pertimbangan dalam mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. gaya partisipatif ini juga bertolak dari gaya konsultatif yang bisa berkembang kearah saling percaya antara pemimpin dan bawahan, pemimpin cendrung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka. Sementara itu, kontak konsultatif tetap berjalan terus. Dalam gaya ini pemimpin lebih banyak mendengar, menerima, bekerjasama dan memberi dorongan dalam proses pengambilan keputusan. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang gaya kepemimpinan partisipatif atau pemimpin memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka adalah 73,8% yang berarti kategori baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan seorang staf mengatakan bahwa pimpinan memberikan kewenangan kepada pegawai dalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang berkaitan dengan pelayanan namun dilain sisi dalam hal pengambilan keputusan maka pimpinan tetap mengambil alih. Gaya kepemimpinan Delegatif, adalah apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap menyerahkan dan mengatakan kepada bawahan inilah pekerjaan yang harus anda kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik.dalam hal ini bawahan dituntut memiliki kematanagn dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan). Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemauan atau
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 12
Desember 2018 motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan. Tau dengan kata lain pemimpin mendorong kemampuan bawahannya untuk mengambil inisiatif. Nilai rata-rata persentase tanggapan responden tentang gaya kepemimpinan delegatif atau pemimpin memberi dorongan namun hanya kepada staf yang memperlihatkan keyakinan untuk mecapai sasaran organisasi adalah 60% yang berarti kategori baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang pegawai kantor Dispora mengatakan bahwa pemimpin sering memberikan bimbingan dan pengarahan setiap ada kegiatan yang akan dilaksanakan. Ini dilakukan untuk mengkoordinasikan kegiatan/program yang akan dilakukan tersebut agar dapat berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan diawal. Bedasarkan tabel rekapitulasi data dapat disimpulkan bahwa rekapitulasi tanggapan responden mengenai indikator gaya kepemimpinan didapatkan nilai rata-rata skor 3,27 dengan rata-rata persentase adalah 65,65% yang berarti kategori baik. Indikator kinerja Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang kualitas atau kemampuan yang aparatur KeKadisporaan dan kesempurnaan tugas yang dihasilkan adalah 83% yang berarti kategori sangat baik. hasil wawancara : “kemampuan pegawai pada kantor dispora Kabupaten Sidrap sudah cukup baik dan tidak berlama-lama dalam memberikan pelayanan terutama terhadap masyarakat sehingga pelayanan yang diberikan harus cepat dan tepat”. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah aktivitas yang selesaikan. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang kuantitas adalah banyaknya hasil kerja yang dihasilkan dan sesuai dengan waktu yang ada, dan pekerjaan bisa terselesaikan dengan cepat adalah 50% yang berarti kategori cukup baik.
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 13
Desember 2018 hasil wawancara : “pada kantor Dispora masih perlu ditambah jumlah unit kelengkapan kantor misalnya komputer dan print”. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktifitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut kondisi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang Pelayanan harus bisa diselesaikan secepat mungkin secara akurat adalah 86,8% yang berarti kategori sangat baik. hasil wawancara : “Pelayanan pada Kantor Dispora Kabupaten Sidrap sejauh ini sudah cukup baik, karena pegawai mengerjakan tugas mereka dengan tepat waktu. Disamping itu pegawai Dispora tidak pernah mempersulit warga dalam urusan birokasi”. Efektifitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, dan bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam menggunakan sumber daya. Nilai rata- rata persentase tangggapan responden tentang Penggunaan sumber daya secara maksimal agar dapat mencapai sasaran yang dituju adalah 73% yang berarti kategori baik. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi karyawan komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang tingat kemampuan seorang karyawan yang dapat menjalankan fungsi dan komitemn kerja adalah 77,2% yang berarti kategori baik. Hasil dari rekapitulasi tanggapan Responden mengenai indikator kinerja adalah nilai rata-rata skor dengan rata-rata persentase adalah 74% yang berarti kategori baik
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill) kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 14
Desember 2018 oleh setiap individu. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang faktor personal/individu atau adanya keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang staf yang bekerja dalam suatu organisasi adalah 82% yang berarti kategori sangat baik. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semngat,arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang Pemimpin dapat memberi dorongan ataupun arahan kepada karyawan agar dapat bekerja dengan maksimal adalah 70% yang berarti baik. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam suatu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang Kadispora dan staf pada kantor Dispora saling bekerja sama dan memberikan dukungan adalah 82,6% yang berarti kategori sangat baik. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang pengaruh situasi dan kondisi pada kantor Dispora serta ada fasilitas kerja adalah 76% yang berarti kategori baik. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang pengaruh tekanan dan perubahan lingkungan pada kantor Dispora adalah 69 % yang berarti kategori baik. Rekapitulasi tanggapan responden mengenai indikator faktor-faktor yang memepengaruhi kinerja adalah nilai rata-rata skor dengan rata-rata persentase adalah 76% yang berarti kategori baik.
Kesimpulan
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 15
Desember 2018 Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Gaya kepemimpinan terhadap kinerja aparatur pada kantor Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang dengan gaya Konsultatif dengan nilai 83,4% dengan kategori baik. 2. faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur pada kantor Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang adalah faktor individual dengan nilai 82% yang berarti kategori baik. Faktor Kepemimpinan dengan nilai 70% kategori baik, faktor tim dengan nilai 82,6% kategori baik, Faktor sistem dengan nilai 76% kategori baik, faktor situasional dengan nilai 76% dengan kategori Baik. sedangkan faktor yang paling dominan adalah kerjasama Tim dengan nilai 82,6%. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja aparatur pada kantor DisporaKabupaten Sidenreng Rappang penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Dalam proses pengambilan keputusan pemimpin dalam hal ini adalah Kadispora di Kantor Dispora sebaiknya selalu mengajak bawahannya dalam memecahkan setiap permasalahan yang ada dikantor. Karena dari pendapat dan saran dari bawahan akan keluar suatu pemecahan masalah dan dapat diputuskan bersama, sehingga menciptakan hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahannya. Pemelihara hubungan antara atasan dan bawahan, sebaiknya pemimpin selalu melibatkan bawahannya dalam melaksanakan kegiatan ataupun menyelesaikan masalah kantor. Disamping itu kegiatan upacara senin pagi juga sangat penting disamping sudah menjadi kewajiban upacara juga dapat mempererat tali silaturahim antara atasan dan bawahan dan pemimpin juga harus memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas dalam bekerja dan bertanggung jawab.
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 16
Desember 2018 2. Aparat pemerintah Dispora diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan baik yang bersifat teknis maupun nonteknis dengan harapan, terciptanya tenga kerja yang terampil dan selanjutnya akan menciptakan kepuasan pelayanan pada masyarakat, dan sebaiknya lebih banyak melakukan evaluasi terhadap kinerja dan akuntabilitas aparat pelaksana pelayanan umum, perlu ditingkatkaan kemampuan aparat dalam menggunakan alat-alat modern serta meningkatkan kualitas peralatan seperti computer, printer serta peralatan lainnya yang mendukung kelancaran pelayanan, dan Kadispora sebaiknya melakukan tindakan terhadap pegawai yang mempunyai mental yang kurang baik serta memberikan hukuman kepada pegawai yang malas-malasan seperti surat peringatan atau dimutasi dan memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi. Daftar Pustaka
Ahmad, Jamaluddin. Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan.157-
158. Badan Penerbit UNM.Makassar. 2011. Abdul Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan Dari Formulasi kePenyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: BumiAksara. Agustino,.Leo. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.2014.185. Alfabeta Bandung. Ahmad, Jamaluddin. Metode Penelitian Administrasi Publik.2015. Gava Media. Deddy Mulyadi dan Rivai, Viethzal. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawali Pers : Jakarta. Dessler. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia. Prenhalindo : Jakarta. Dunn.W. N.Pengantar Analisis Kebijakan Publik.2003.22. Gajah Mada University.Yogyakarta. Hasbar Mustafa .Menguak Perilaku Organisasi.2014. 25. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Kartono, kartini. 2013. Pemimpin dan kepemimpinan : apakah kepemimpinan abnormal itu ?, edisi pertama. PT. Rajawali. Jakarta. Mathis, Jackson. 2006. Human Resource Management, ahli bahasa. Salemba Empat : Jakarta. Moejiono. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. UII Pres : Yogyakarta.
Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 17
Desember 2018 Nugroho Riant. Policy Making Mengubah Negara Biasa Menjadi Negara Berprestasi.2015. 78, 109. Gramedia.Jakarta. Nurlaila. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. LepKhair : Ternate. Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Alfabeta : Bandung. Pasolong, Harbani. 2013. Teori Administrasi.. Alfabeta : Bandung. Prasetyo, Lis. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja. Journal Neo Bisnis, Vol.2 No.2. Ranupandojo, H, Suad Husnan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE-UGM : Yogyakarta. Robbins. 2008. Perilaku Organisasi.PT Macam Jaya Cemerlang. Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: CV, Alfabeta Salusu. J. Pengambilan Keputusan Stratejik. 1996.81. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta