Anda di halaman 1dari 18

GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA APARATUR

PADA KANTOR DISPORA KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Sofian B,
STISIP Muhammadiyah Rappang
Email : sofyanyofi@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya


kepemimpinan terhadap kinerja aparatur pada kantor Dispora Kabupaten Sidenreng
Rappang dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur
pada kantor Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah pegawai pada kantor
Dispora Kabupaten Sidrap. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik non probability sampling yang
digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini lebih tepatnya penulis
menggunakan teknik sampling jenuh. pengertian sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi,
sampel dalam penelitian ini adalah 23 orang.
Adapun teknik pengumumpulan data yang digunakan adalah observasi,
kuesioner/angket, interview/wawancara, dan Study Kepustakaan (Library Research).
Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan skala likert dan
tabel frekuensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan terhadap kinerja
aparatur pada kantor Dispora Kabupaten Sidenreng Rappang adalah Gaya
kepemimpinan Konsultatif dengan nilai 83,4% dengan kategori baik. Sedangkan
faktor yang paling dominan mempengaruhi gaya kepemimpinan adalah kerjasama
Tim dengan nilai 82,6%.
Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Kinerja Aparatur

Pendahuluan

Kebijakan pembangunan disektor pariwisata merupakan salah satu


rancangan yang masuk dalam kategori prioritas serta unggulan pemerintahan
nasional. Oleh karena itu pemerintah daerah Kabupaten Sidenreng Rappang

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 1


Desember 2018
seharusnya mendukung program tersebut dengan cara membangun atau
mengembangkan objek pariwisata di daerah yang menghasilkan pendapatan daerah
dari sektor pariwisata. Kebijakan merupakan suatu keputusan dan sifatnya hirarkis
mulai dari tingkat paling tinggi sampai paling bawah (street level). Kebijakan
pengembangan atau pembangunan sektor wisata di Kabupaten Sidenreng Rappang
dapat dipahami sebagai satu kesatuan kebijakan yang dijalankan oleh segenap
jajaran pemerintahan mulai tingkatan paling tinggi yaitu Bupati sampai yang
terendah yaitu Desa.
Organisasi pemerintah adalah sebuah organisasi yang mempunyai tujuan
untuk memberikan pelayanan atau melayani masyarakat (public service). Mulai dari
lapisan masyarakat bawah sampai pada lapisan masyarakat paling atas tanpa
melihat status sosial dan latar belakang mereka. (Hasbar.2014:25)
Di Indonesia terdapat beberapa isu penting yang berkaitan dengan dimensi
kebijakan, yaitu isu tentang kualitas, efektivitas, dan kapasitas kebijakan. Kualitas
suatu kebijakan diketahui melalui beberapa parameter penting seperti proses, isi dan
konteks atau suasana dimana kebijakan itu dihasilkan atau dirumuskan. Dilihat dari
segi proses, suatu kebijakan dapat dikatakan berkualitas kalau kebijakan tersebut
diproses dengan data dan informasi yang akurat, menggunakan metode dan teknik
yang sesuai, mengikuti tahapan-tahapan yang rasional dan melibatkan para ahli
serta masyarakat yang berkepentingan atau stakeholders. Dilihat dari segi isi, suatu
kebijakan dapat dikatakan berkualitas apabila kebijakan tersebut merupakan
alternatif atau jalan keluar terbaik dalam rangka memecahkan masalah yang
dihadapi masyarakat. Sedangkan dilihat dari segi konteks maka suatu kebijakan
dapat dikatakan berkualitas apabila kebijakan tersebut dirumuskan dalam suasana
yang benar-benar bebas dari rekayasa, bebas dari tekanan atau paksaan pihak-
pihak yang berpengaruh. (Keban. 2008:86)
Informasi adalah suatu masalah kebijakan publik dapat diperoleh lewat
berbagai sumber tertulis seperti indikator sosial (social indicators), data sensus,
laporan-laporan survei nasional, jurnal, koran dan sebagainya, dan juga melalui
interview langsung dengan masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan yang paling penting
untuk dijawab dalam tahap ini adalah: Apakah isu itu benar-benar merupakan
masalah? Siapa sasarannya? Apa alasannya, dan apa buktinya? Apakah masalah
ini sudah urgen/mendesak? Apakah terjadi akibat negatif yang signifikan bila tidak

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 2


Desember 2018
segera dilakukan intervensi?. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut
membuat analis tidak hanya berpikir rasional tetapi juga etis. (Keban. 2008:68)
Kebijakan itu tidak ditetapkan begitu saja, melainkan melalui serangkaian
upaya yang dilakukan secara terarah, sistematis dan sesuai kebutuhan, sebab
kebijakan itu tidak lain adalah keputusan rencana kerja yang siap dilaksanakan dan
dipertanggungjawabkan.
Kebijakan pengembangan dan pembangunan pariwisata merupakan program
unggulan dan prioritas pemerintah nasional serta adanya potensi yang dimiliki
Kabupaten Sidenreng Rappang terkait sektor pariwisata, serta adanya lokasi wisata
yang dikelola oleh pemerintah daerah namun sepi pengunjung dibandingkan lokasi
wisata yang dikelola pihak swasta yang hampir setiap harinya selalu ramai
pengunjung.
Kebijakan wisata tercantum dalam Rencana Strategi Kebudayaan dan
Kepariwisataan Repubulik Indonesia Tahun 2010-2014, yang dituangkan dalam arah
kebijakan dan strategi nasional dalam rangka meningkatkan keunggulan komparatif
menuju keunggulan kompetitif, mencakup pengelolaan sumber daya maritim,
ketahanan pangan dan antisipasi perubahan iklim. Memasuki era yang penuh
dengan kesibukan seperti yang terjadi saat sekarang ini, maka kebijakan disektor
pariwisata merupakan salah satu langkah strategis, disamping itu kebijakan ini juga
merupakan langkah strategis untuk meningkatkan daya saing daerah serta
menambah pendapatan asli daerah (PAD).
Sebuah organisasi pemerintahan, Sumber Daya Manusia (SDM) terdiri dari
pemimpin dan pegawai. Dispora merupakan suatu organisasi pemerintah yang
memiliki personil berjumlah 23 pegawai. Untuk mewujudkan sikap kerja pegawai
yang baik, diperlukan berbagai cara yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin
suatu organisasi pemerintah, yaitu dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang
tepat. Peranan seorang pemimpin penting untuk mencapai tujuan organisasi yang
diinginkan termasuk organisasi pemerintahan di Dispora Kabupaten Sidenreng
Rappang, terutama berkaitan dengan peningkatan kinerja pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat
dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Faktor kepemimpinan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 3


Desember 2018
kinerja pegawai karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan
terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Gaya kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat meningkatkan
kinerja semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi
pelayanan publik. Rivai, Viethzal (2014:42) Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah
laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk
berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang
digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai
atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan
strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya
kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang
tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan
adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari filsafah, keterampilan,
sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba
memengaruhi kinerja bawahannya. Gaya kepemimpinan terbaik bersyarat adalah
gaya pemimpin yang menggunakan kombinasi perilaku komunikatif yang berbeda
ketika menanggapi keadaan sekelilingnya; dalam keadaan tersebut pemimpin
berusaha membantu yang lainnya untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Gaya kepeminpinan yang sesuai dengan keadaan pemerintahan dan
keinginan pegawai akan mendorong dalam peningkatan kinerja pegawai dalam
pencapaian sasaran dan tujuan pemerintahan. Dalam pelaksanaan kegiatannya
para pemimpin mempunyai gaya tersendiri dalam proses untuk mempengaruhi dan
mengarahkan pegawainya, sehingga diharapkan mau bersama-sama berusaha
mencapai tujuan pemerintahan melalui pelaksanaan pekerjaan yang telah di
tentukan. Karena permasalahan yang dihadapi bervariasi, maka para pemimpin
dituntut untuk manpu menerapkan gaya kepeminpinan yang bervariasi pula sesuai
dengan keadaan yang dihadapi
Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan keinginan instansi pemerintahan
dan keinginan bawahan akan mendorong peningkatan kerja bagi pegawai. Karena
kinerja yang baik akan dapat menunjang pencapaian sasaran dan tujuan instansi
pemerintahan. Namun seringkali banyak didapat bahwa pimpinan gagal untuk
mempengaruhi orang-orangnya untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Hal tersebut
dapat dilihat dari : 1) Adanya pegawai yang menyalahi aturan prosedur kerja seperti

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 4


Desember 2018
: Adanya pegawai yang telat masuk kantor dan pimpinan tidak memberikan teguran
atau sanksi yang tegas kepada pegawai tersebut, 2) Dalam hal pekerjaan pimpinan
kurang memberikan perhatian atau arahan kepada bawahannya sehingga banyak
pekerjaan yang tidak tepat. 3) Pada saat upacara bendera setiap hari senin
dilaksanakan, banyak pegawai yang tidak mengikuti upacara bendera, hal ini tidak
mendapat perhatian khusus oleh pimpinan dan pimpinan tidak memberikan teguran
atau sanksi yang tegas. Dalam menjalankan tugas kesehariannya seorang
Kadispora di bantu seorang sekretaris, kepala sub bagian perencanaan, kepala sub
bagaian keuangan, kepala sub bagian pemerintahan, kepala seksi pemerintahan,
kepala seksi bagian pembangunan dan kepala seksi kesejahteraan sosial.
Selanjutnya untuk lebih memudahkan dalam pekerjaan birokrasi di kantor
keKadisporaan, maka seorang Kadispora lebih banyak bertugas sebagai koordinasi
untuk hubungan Kantor KeKadisporaan dengan pihak luar baik itu dengan
masyarakat maupun instansi-instansi terkait seperti Bupati (Pemerintah Daerah),
Kepala Desa/Kelurahan di wilayah KeKadisporaan Maritengngae. Fenomena yang
terjadi pada saat ini adalah masih banyaknya penilaian negatif terhadap Pegawai
Negeri Sipil khusunya di Kantor Disporad ijumpai masih adanya pegawai yang
sering datang terlambat masuk kerja, adanya sebagian pegawai terlambat mengikuti
upacara bendera dan apel pagi, adanya pegawai bersikap pasif terhadap pekerjaan,
adanya pegawai yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya dan
masih adanya sebagian pegawai yang meninggalkan tugas pada waktu kerja tanpa
keterangan.
Tinjauan Pustaka
Gaya Kepemimpinan
Menurut Kartono (2005:9-11) bahwa “pemimpin itu dibagi menjadi dua, yaitu
pemimpin informal dan pemimpin formal. Pemimpin informal ialah orang yang tidak
mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena memiliki
sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok masyarakat”. Kemudian
menurut Sutarto (2001:135) ada beberapa perilaku pemimpin, diantaranya adalah :
direktif, manipulatif, konsulatif, partisipatif, delegatif. Kepemimpinan merupakan
sesuatu yang sangat menentukan berhasil tidaknya organisasi. Karena pemimpin

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 5


Desember 2018
yang bertanggungjawab untuk mengkoordinir dan mengorganisir sumber daya yang
ada, sehingga bisa menjadi kesatuan yang utuh dan selaras satu sama lain.
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang
dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan
berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun
berbagai kelompok dalam suatu oragnisasi tertentu, sangat tergantung pada
efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat
dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu oraganisasi
memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut
dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para
pegawainya (Siagian 2006 : 23). Menurut Yayat M Herujito (2006:188) gaya
kepemimpinan bukan bakat, oleh karena itu gaya kepemimpinan dipelajari dan
dipraktekkan dalam penerapannya harus sesuai dengan situasi yang dihadapi. Gatto
(dalam Moejiono 2002 : 174) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat
kategori gaya kepemimpinan yaitu gaya konsultatif, gaya partisipatif, dan gaya
delegatif. Karakteristik gaya kepemimpinan tersebut dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut :
1. Gaya kepemimpinan Direktif, pemimpin yang direktif pada umumnya membuat
keputusan-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya.
Kegiatan terpusat pada pemimpin, dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk
berkreasi dan bertindak yang diizinkan , pada dasarnya gaya ini bersifat otoriter.
2. Gaya kepemimpian Konsultatif. Gaya ini dibangun diatas gaya direktif, kurang
otoriter dan lebih banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota
oraganisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak berkonsultasi memberikan bimbingan,
motivasi, memberikan nasehat, dalam rangka pencapaian tujuan.
3. Gaya kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya
dilakukan dengan cara persuasive, menciptakan kerjasama yang serasi,
menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi
bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Bawahan harus berpasrtisipasi
memberi ide, saran dan pertimbangan dalam mendororang kemampuan bawahan
mengambil keputusan. Dengan demikian pimpinan akan selaalu membina
bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. gaya partisipatif ini

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 6


Desember 2018
juga bertolak dari gaya konsultatif yang bisa berkembang kearah saling percaya
antara pemimpin dan bawahan, pemimpin cendrung memberi kepercayaan pada
kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab
mereka. Sementara itu, kontak konsultatif tetap berjalan terus. Dalam gaya ini
pemimpin lebih banyak mendengar, menerima, bekerjasama dan memberi
dorongan dalam proses pengambilan keputusan.
4. Gaya kepemimpinan Delegatif, adalah apabila seorang pemimpin
mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan
demikian bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan
bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli
cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya,
sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap
menyerahkan dan mengatakan kepada bawahan inilah pekerjaan yang harus
anda kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara bagaimana mengerjakannya
asal pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik.dalam hal ini bawahan dituntut
memliki kematanagn dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan psikologis
(kemauan). Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk
melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan.
Kematanagn psikologis dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk
melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan. Tau
dengan kata lain pemimpin mendorong kemampuan bawahannya untuk
mengambil inisiatif.
Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Performance atau kinerja merupakan
hasil atau keluaran dari suatu proses (Nurlaila 2010:71). Menurut pendekatan
perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas dan kualitas sesuatu yang
dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan
(Luthans 2005:165). Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara
hasil kerja dengan standar yang ditetapkan (Dessler, 2000:41). Kinerja adalah hasil

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 7


Desember 2018
atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu
dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50). Sedangkan menurut
pendapat Ilyas (2005:55) mengatakan bahwa pengertian kinerja adalah penampilan,
hasil kartya personil baik kualitas maupun kuantitas penampilan individu maupun
kelompok kerja personil, penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang
memangku jabatan fungsional maupun structural tetapi juga kepada keseluruhan
jajaran personil di dalam organisasi.
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada lima
indikator, yaitu (robbins,2006:260):
1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan
dan kemampuan karyawan.
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah aktivitas yang selesaikan.
3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktifitas diselesaikan pada awal waktu
yang dinyatakan, dilihat dari sudut kondisi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain.
4. Efektifitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
(tenaga, uang, teknologi, dan bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud
menaikkan hasil dari setiap unit dalam menggunakan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi karyawan komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana
karyawan mempunyai komitmen kerja.
Menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo 2011:100) mengindentifikasi
faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja
pegawai dalam organisasi, salah satunya faktor kepemimpinan yang ditentukan oleh
kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer. Menurut
Mahmudi (dalam Sellang 2016 : 143) mengemukakan bahwa kinerja merupakan
suatu konstruksi multidimensional yang mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 8


Desember 2018
1. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill)
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap
individu;
2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat,arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;
3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam suatu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan
keeratan anggota tim;
4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam
organisasi;
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Metode Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kantor Dispora Kabupaten Sidenreng
Rappang Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini dipilih karna adanya pertimbangan
masalah di latar belakang masalah. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan.
Penelitian ini memiliki dua variabel, variabel pertama disebut variabel bebas
(independen) yakni gaya kepemimpinan dan variabel kedua terikat
(dependen) yakni kinerja. jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif. Deskriptif kuantitatif adalah penelitian tentang data yang
dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Definisi populasi
adalah keseluruhan individu yang bersifat general atau umum yang
mempunyai karakeristik yang cenderung sama. Jadi populasi dalam
penelitian ini dalah keseluruhan jumlah pegawai pada kantor Dispora
sebanyak 34 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah
nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
nonprobability sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam
penelitian ini lebih tepatnya penulis menggunakan teknik sampling jenuh.

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 9


Desember 2018
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah
34 orang. 1) Observasi adalah yaitu mengadakan pengamatan secara
langsung kepada objek / lokasi penelitian untuk mengetahui situasi dan
tujuan agar menunjang kelengkapan data. 2) Kuesioner atau angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. 3) Interview atau wawancara yaitu salah satu peristiwa umum dalam
kehidupan sosial sebab ada banyak bentuk berbeda dari wawancara,
wawancara dapat dilakukan dengan individu atau kelompok tertentu untuk
mendapatkan data atau informasi tentang masalah (objek) yang berhubungan
dengan oranng lain (subyek) dari narasumber yang terpercaya. Wawancara
dilakukan dengan penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara
kepada narasumber (Silalahi 2015:486). 4) Studi kepustakaan adalah suatu
kegiatan membaca dan mengumpulkan data dari buku-buku yang ada
kaitannya dengan penelitian ini.
Teknik analisis data yang digunakan adalah seperti Miles and
Huberman yang terdiri dari tiga yaitu : reduksi, penyajian, dan penarikan
kesimpulan. Untuk menetapkan keabsahan data diperlakukan teknik
pemeriksaan, terutama memeriksa informasi yang didapatkan dilapangan,
berdasarkan berbagai dokumen hasil kegiatan perencanaan dan data-data
lapangan. Uji kepercayaan dilakukan dengan memperpanjang pengamatan,
meningkatkan ketekunan, triangulasi, analis kasus negatif, dan menggunakan
bahan referensi. Data yang diperoleh dari kuesioner akan diolah secara
kuantitatif. Data kuantitatif diolah dan dianalisis dengan menggunakan tehnik
analisis deskriptif kuantitatif menggunakan bantuan tabel frekuensi dan
menggunakan skala likert.
Hasil Dan Pembahasan
Indikator Gaya Kepemimpinan

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 10


Desember 2018
Gaya kepemimpinan Direktif, pemimpin yang direktif pada umumnya
membuat keputusan-keputusan penting dan banyak terlibat dalam
pelaksanaannya. Kegiatan terpusat pada pemimpin, dan sedikit saja
kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak yang diizinkan , pada
dasarnya gaya ini bersifat otoriter. Nilai rata-rata persentase tangggapan
responden tentang pengaruh gaya kepemimpinan direktif atau setiap
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh Kadispora
adalah 36,4 % yang berarti kategori kurang baik. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti adalah setiap keputusan yang diambil pada kantor
Dispora harus dilakukan oleh pimpinan dalam hal ini adalah Kadispora.
Gaya kepemimpian Konsultatif. Gaya ini dibangun diatas gaya
direktif, kurang otoriter dan lebih banyak melakukan interaksi dengan para
staf dan anggota organisasi. Fungsi pemimpin lebih banyak berkonsultasi
memberikan bimbingan, motivasi, memberikan nasehat, dalam rangka
pencapaian tujuan. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang
pengaruh gaya kepemimpinan konsultatif atau pemimpin yang lebih banyak
melakukan interaksi dengan stafnya demi untuk mencapai tujuan suatu
organisasi adalah 83,4% yang berarti kategori sangat baik. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan Kadispora kantor Dispora mengatakan bahwa
dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan,
saya hampir selalu menerapkan gaya dimana setiap pengambilan keputusan
melibatkan para kasi dan staf pegawai yang gunanya untuk memberikan
masukan terhadap suatu persoalan. Karena pada dasaranya saya dipilih
berdasarkan keputusan dari atasan, sehingga saya tidak mengetahui
medan/keadaan masyarakat sekitar maupun karakteristik pegawai sekalipun.
Gaya kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam
kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasive, menciptakan
kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para
bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki
perusahaan. Bawahan harus berpartisipasi memberi ide, saran dan

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 11


Desember 2018
pertimbangan dalam mendorong kemampuan bawahan mengambil
keputusan. Dengan demikian pimpinan akan selalu membina bawahan untuk
menerima tanggung jawab yang lebih besar. gaya partisipatif ini juga
bertolak dari gaya konsultatif yang bisa berkembang kearah saling percaya
antara pemimpin dan bawahan, pemimpin cendrung memberi kepercayaan
pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung
jawab mereka. Sementara itu, kontak konsultatif tetap berjalan terus. Dalam
gaya ini pemimpin lebih banyak mendengar, menerima, bekerjasama dan
memberi dorongan dalam proses pengambilan keputusan. Nilai rata-rata
persentase tangggapan responden tentang gaya kepemimpinan partisipatif
atau pemimpin memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk
menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka adalah 73,8%
yang berarti kategori baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
seorang staf mengatakan bahwa pimpinan memberikan kewenangan kepada
pegawai dalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang berkaitan dengan
pelayanan namun dilain sisi dalam hal pengambilan keputusan maka
pimpinan tetap mengambil alih.
Gaya kepemimpinan Delegatif, adalah apabila seorang pemimpin
mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan
demikian bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan
bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak
peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya,
sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin
bersikap menyerahkan dan mengatakan kepada bawahan inilah pekerjaan
yang harus anda kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara bagaimana
mengerjakannya asal pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik.dalam hal ini
bawahan dituntut memiliki kematanagn dalam pekerjaan (kemampuan) dan
kematangan psikologis (kemauan). Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan. Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemauan atau

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 12


Desember 2018
motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin
dan keterikatan. Tau dengan kata lain pemimpin mendorong kemampuan
bawahannya untuk mengambil inisiatif. Nilai rata-rata persentase tanggapan
responden tentang gaya kepemimpinan delegatif atau pemimpin memberi
dorongan namun hanya kepada staf yang memperlihatkan keyakinan untuk
mecapai sasaran organisasi adalah 60% yang berarti kategori baik.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang pegawai kantor
Dispora mengatakan bahwa pemimpin sering memberikan bimbingan dan
pengarahan setiap ada kegiatan yang akan dilaksanakan. Ini dilakukan untuk
mengkoordinasikan kegiatan/program yang akan dilakukan tersebut agar
dapat berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan diawal.
Bedasarkan tabel rekapitulasi data dapat disimpulkan bahwa
rekapitulasi tanggapan responden mengenai indikator gaya kepemimpinan
didapatkan nilai rata-rata skor 3,27 dengan rata-rata persentase adalah
65,65% yang berarti kategori baik.
Indikator kinerja
Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap
kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan. Nilai rata-rata persentase
tangggapan responden tentang kualitas atau kemampuan yang aparatur
KeKadisporaan dan kesempurnaan tugas yang dihasilkan adalah 83% yang
berarti kategori sangat baik. hasil wawancara : “kemampuan pegawai pada
kantor dispora Kabupaten Sidrap sudah cukup baik dan tidak berlama-lama
dalam memberikan pelayanan terutama terhadap masyarakat sehingga
pelayanan yang diberikan harus cepat dan tepat”.
Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah
seperti jumlah unit, jumlah aktivitas yang selesaikan. Nilai rata-rata
persentase tangggapan responden tentang kuantitas adalah banyaknya hasil
kerja yang dihasilkan dan sesuai dengan waktu yang ada, dan pekerjaan bisa
terselesaikan dengan cepat adalah 50% yang berarti kategori cukup baik.

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 13


Desember 2018
hasil wawancara : “pada kantor Dispora masih perlu ditambah jumlah unit
kelengkapan kantor misalnya komputer dan print”.
Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktifitas diselesaikan pada awal
waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut kondisi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain. Nilai rata-rata
persentase tangggapan responden tentang Pelayanan harus bisa
diselesaikan secepat mungkin secara akurat adalah 86,8% yang berarti
kategori sangat baik. hasil wawancara : “Pelayanan pada Kantor Dispora
Kabupaten Sidrap sejauh ini sudah cukup baik, karena pegawai mengerjakan
tugas mereka dengan tepat waktu. Disamping itu pegawai Dispora tidak
pernah mempersulit warga dalam urusan birokasi”.
Efektifitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
(tenaga, uang, teknologi, dan bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud
menaikkan hasil dari setiap unit dalam menggunakan sumber daya. Nilai rata-
rata persentase tangggapan responden tentang Penggunaan sumber daya
secara maksimal agar dapat mencapai sasaran yang dituju adalah 73% yang
berarti kategori baik.
Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya
akan dapat menjalankan fungsi karyawan komitmen kerja. Merupakan suatu
tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja. Nilai rata-rata
persentase tangggapan responden tentang tingat kemampuan seorang
karyawan yang dapat menjalankan fungsi dan komitemn kerja adalah 77,2%
yang berarti kategori baik.
Hasil dari rekapitulasi tanggapan Responden mengenai indikator
kinerja adalah nilai rata-rata skor dengan rata-rata persentase adalah 74%
yang berarti kategori baik

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan
(skill) kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 14


Desember 2018
oleh setiap individu. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang
faktor personal/individu atau adanya keterampilan dan kemampuan yang
dimiliki oleh seorang staf yang bekerja dalam suatu organisasi adalah 82%
yang berarti kategori sangat baik.
Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan
dorongan, semngat,arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team
leader. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang Pemimpin
dapat memberi dorongan ataupun arahan kepada karyawan agar dapat
bekerja dengan maksimal adalah 70% yang berarti baik.
Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan dalam suatu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim. Nilai rata-rata persentase
tangggapan responden tentang Kadispora dan staf pada kantor Dispora
saling bekerja sama dan memberikan dukungan adalah 82,6% yang berarti
kategori sangat baik.
Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur
yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam
organisasi. Nilai rata-rata persentase tangggapan responden tentang
pengaruh situasi dan kondisi pada kantor Dispora serta ada fasilitas kerja
adalah 76% yang berarti kategori baik.
Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal. Nilai rata-rata persentase tangggapan
responden tentang pengaruh tekanan dan perubahan lingkungan pada kantor
Dispora adalah 69 % yang berarti kategori baik. Rekapitulasi tanggapan
responden mengenai indikator faktor-faktor yang memepengaruhi kinerja
adalah nilai rata-rata skor dengan rata-rata persentase adalah 76% yang
berarti kategori baik.

Kesimpulan

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 15


Desember 2018
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Gaya kepemimpinan terhadap kinerja aparatur pada kantor Dispora
Kabupaten Sidenreng Rappang dengan gaya Konsultatif dengan nilai
83,4% dengan kategori baik.
2. faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur pada kantor Dispora
Kabupaten Sidenreng Rappang adalah faktor individual dengan nilai 82%
yang berarti kategori baik. Faktor Kepemimpinan dengan nilai 70%
kategori baik, faktor tim dengan nilai 82,6% kategori baik, Faktor sistem
dengan nilai 76% kategori baik, faktor situasional dengan nilai 76%
dengan kategori Baik. sedangkan faktor yang paling dominan adalah
kerjasama Tim dengan nilai 82,6%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas mengenai
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja aparatur pada kantor
DisporaKabupaten Sidenreng Rappang penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. Dalam proses pengambilan keputusan pemimpin dalam hal ini adalah
Kadispora di Kantor Dispora sebaiknya selalu mengajak bawahannya
dalam memecahkan setiap permasalahan yang ada dikantor. Karena
dari pendapat dan saran dari bawahan akan keluar suatu pemecahan
masalah dan dapat diputuskan bersama, sehingga menciptakan
hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahannya.
Pemelihara hubungan antara atasan dan bawahan, sebaiknya pemimpin
selalu melibatkan bawahannya dalam melaksanakan kegiatan ataupun
menyelesaikan masalah kantor. Disamping itu kegiatan upacara senin
pagi juga sangat penting disamping sudah menjadi kewajiban upacara
juga dapat mempererat tali silaturahim antara atasan dan bawahan dan
pemimpin juga harus memberikan pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan kualitas dalam bekerja dan bertanggung jawab.

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 16


Desember 2018
2. Aparat pemerintah Dispora diberi kesempatan untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan baik yang bersifat teknis maupun nonteknis
dengan harapan, terciptanya tenga kerja yang terampil dan selanjutnya
akan menciptakan kepuasan pelayanan pada masyarakat, dan
sebaiknya lebih banyak melakukan evaluasi terhadap kinerja dan
akuntabilitas aparat pelaksana pelayanan umum, perlu ditingkatkaan
kemampuan aparat dalam menggunakan alat-alat modern serta
meningkatkan kualitas peralatan seperti computer, printer serta
peralatan lainnya yang mendukung kelancaran pelayanan, dan
Kadispora sebaiknya melakukan tindakan terhadap pegawai yang
mempunyai mental yang kurang baik serta memberikan hukuman
kepada pegawai yang malas-malasan seperti surat peringatan atau
dimutasi dan memberikan penghargaan kepada pegawai yang
berprestasi.
Daftar Pustaka

Ahmad, Jamaluddin. Perilaku Birokrasi dan Pengambilan Keputusan.157-


158. Badan Penerbit UNM.Makassar. 2011.
Abdul Wahab, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan Dari Formulasi
kePenyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta:
BumiAksara.
Agustino,.Leo. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.2014.185. Alfabeta Bandung.
Ahmad, Jamaluddin. Metode Penelitian Administrasi Publik.2015. Gava
Media.
Deddy Mulyadi dan Rivai, Viethzal. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, Rajawali Pers : Jakarta.
Dessler. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia.
Prenhalindo : Jakarta.
Dunn.W. N.Pengantar Analisis Kebijakan Publik.2003.22. Gajah Mada
University.Yogyakarta.
Hasbar Mustafa .Menguak Perilaku Organisasi.2014. 25. Penerbit Ombak.
Yogyakarta.
Kartono, kartini. 2013. Pemimpin dan kepemimpinan : apakah kepemimpinan
abnormal itu ?, edisi pertama. PT. Rajawali. Jakarta.
Mathis, Jackson. 2006. Human Resource Management, ahli bahasa.
Salemba Empat : Jakarta.
Moejiono. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. UII Pres : Yogyakarta.

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 17


Desember 2018
Nugroho Riant. Policy Making Mengubah Negara Biasa Menjadi Negara
Berprestasi.2015. 78, 109. Gramedia.Jakarta.
Nurlaila. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. LepKhair : Ternate.
Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Alfabeta : Bandung.
Pasolong, Harbani. 2013. Teori Administrasi.. Alfabeta : Bandung.
Prasetyo, Lis. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja.
Journal Neo Bisnis, Vol.2 No.2.
Ranupandojo, H, Suad Husnan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.
BPFE-UGM : Yogyakarta.
Robbins. 2008. Perilaku Organisasi.PT Macam Jaya Cemerlang.
Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: CV, Alfabeta
Salusu. J. Pengambilan Keputusan Stratejik. 1996.81. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta

Jurnal Al Qisthi- Volume VIII Nomor 02 Edisi 18


Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai