Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL


KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PERAWATAN PALIATIF

Disusun oleh:
Kelompok 3/5C
1. Aprilia Nurika Putri 1130019020
2. Salsa Dinda Sabila 1130019044
3. Audrey Akmalia S.A 1130019054
4. Sitti Lathifatul Isniah 1130019069
5. Erna Ni’matus Sa’diyyah 1130019070

Dosen Fasilitator :
Siti Nurjanah. S.Kep.,Ns.,M.kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelasaikan tugas
makalah ini yang berjudul “Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif”.
Terimakasih kami ucapkan kepada pembimbing yang diberikan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan baik.

Dengan pembahasan berdasarkan pokok bahasan masalah “Kebijakan


Nasional Terkait Perawatan Paliatif”. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami yang sedang menempuh pendidikan, teman-teman, dan semua
pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan dan penyempurnaan penulisan makalah kami ini.
Semoga hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami maupun
semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 30 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB 1 ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang....................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah.................................................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................................... 2

BAB 2 ............................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3
2.1 Kebijakan Nasional dalam keperawatan paliatif ..................................................... 3

2.2 Tujuan Kebijakan dan Sasaran Kebijakan .............................................................. 4

2.3 Lingkup Kegiatan Perawat Paliatif......................................................................... 5

2.4 Aspek Medikolegal Perawatan Paliatif................................................................... 5

2.5 Sumber Daya Manusia........................................................................................... 8

2.6 Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif ............................................................ 9

2.7 Pembinaan dan Pengawasan .................................................................................. 9

2.8 Pembangunan dan Peningkatan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif .................... 9

2.9 Pendanaan ........................................................................................................... 10

2.10 Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812/Menkes/Sk/2007


................................................................................................................................. 10

2.11 Keputusan Walikota Surabaya Nomor 188.45/31/436.1.2/2012 .......................... 12

BAB 3 .......................................................................................................................... 16
PENUTUP ................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 16

3.2 Saran ................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski pada
akhirnya meninggal dunia, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stress mengadapi penyakit yang di
deritanya . adapun prinsip paliatif nya : menghargai setiap kehidupan,
menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau
menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil
keputusan, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu,
mengintegrasikan aspek psikologis, social,dan spiritual dalam perawatan
pasien dan keluarga. Menghindari tindakan medis yang sia-sia atau
mengecewakan, memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap
aktif sesuai dangan kondisinya samapai akhir hayat, memberikan dukungan
kepada keluarga dalam masa duka cita.
Palliatif care (perawat paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalm menghadapi masalah yang
terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan-
pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah lain, fidik psikologi,
spiritual. (Kemenkes RI Nomor 812, 2007)
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di indonsia masih belum
merata, sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang
bermutu, komprehensif dan holistik. Maka diperlukan kebijakan perwatan
paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan
untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
Tujuan akhir dari perawat paliatif adalah mencegah dan mengurangi
penderitaan serta memberikan bantuan untuk memperoleh kualitas kehidupan
baik bagi pasien dan keluarga mereka tanpa memperhatiakan stadium penyakit
atau keburukan terapi lainnya.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah ada kebijakan nasional terkait perawatan paliatif ?
2. Apakah tujuan dan sasarann dari kebijakan nasional terkait perawatan
paliatif ?
3. Apakah lingkup kegiatan perawatan paliatif ?
4. Bagaiman aspek medicolegal dalam perawatan paliatif ?
5. Apakah sumber daya manusia dalam perawatan paliatif ?
6. Apakah tempat dan organisasi perawatan paliatif ?
7. Bagaimana pembinaan dan pengawasan perawatan paliatif ?
8. Bagaimana pengembangan dan peningkatan perawatan paliatif ?
9. Apakah ada keputusan mentri kesehatan RI terhadap perawata paliatif ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa kebijakan nasional terkait perawatan paliatif.
2. Mengetahui tujuan dan sasarann dari kebijakan nasional terkait perawatan
paliatif
3. Mengetahui lingkup kegiatan perawatan paliatif
4. Mengetahui aspek medicolegal dalam perawatan paliatif
5. Mengetahui sumber daya manusia dalam perawatan paliatif
6. Mengetahui tempat dan organisasi perawatan paliatif
7. Mengetahui pembinaan dan pengawasan perawatan paliatif
8. Mengetahui pengembangan dan peningkatan perawatan paliatif
9. Mengetahui keputusan mentri kesehatan RI terhadap perawata paliatif

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Nasional dalam keperawatan paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah terkait penyakit yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan penghentian penderitaan dengan
identifikasi dini, penilaian, dan perawatan yang optimal dari rasa sakit dan
masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual (Ilham, Mohammad, &
Yusuf. (2019).

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.

Perawatan paliatif adalah bentuk pelayanan yang bertujuan


memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga dari penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan dengan cara
identifikasi dini, penilaian yang tertib, penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain yaitu fisik, psikososial dan spiritual (Ilham&Yusuf 2019).

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap


keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya,
termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.

Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah


Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999), adalah :

a. Gejala fisik
b. Kemampuan fungsional (aktivitas)
c. Kesejahteraan keluarga
d. Spiritual
e. Fungsi sosial

3
f. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
g. Orientasi masa depan
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri
i. Fungsi dalam bekerja.

Palliatif home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di


rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan atau
pengawasan tenaga paliatif.
Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal
yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang
harus dilakukan di rumah sakit Pelayanan yang diberikan tidak seperti di
rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan untuk mengendalikan gejala-
gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri.
Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan
kesehatan secara medis bagi masyarakat.Kompeten adalah keadaan kesehatan
mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu menerima dan memahami
informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara rasional
berdasarkan informasi tersebut
2.2 Tujuan Kebijakan dan Sasaran Kebijakan
2.2.1 Tujuan kebijakan
Umum : Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di
Indonesia

Khusus :
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar
yang berlaku di seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan
Paliatif
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

4
2.2.2 Sasaran kebijakan
1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan
yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di
seluruh Indonesia
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya
dan tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

2.3 Lingkup Kegiatan Perawat Paliatif


1. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita
(bereavement).
2. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah.

2.4 Aspek Medikolegal Perawatan Paliatif


1. Persetujuan tindakan medis atau informed consent untuk pasien paliatif
a. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksaan
perawat paliatif memalui komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan antar tim perawat dengan pasien dan
keluarga.

5
b. Pelaksaan informed consent atau persetujuan tindakan
kedokteran pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah di atur
dalam peraturan perundang-undangan
c. Meskipun pda umumnya haya tindakan kedokteran yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif
sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed
consent.
d. Baik penerimaan informasi maupun pemberi persetuajn,
diutamakan pasien sendiri apabila ia masih kompeten, dengan
saksi anggota keluarga terdekatnya. Jika pasien tidak mampu
berkompeten maka anggota keluarga terdekat yang sudah di
percaya oleh pasien yang akan melakukannya atas nama pasien
e. Tim perawat paliatif sebaiknya mengusahakan untuk
memperbolehkan pesan atau pertanyaan pasien pada saat ia
sedang berkompeten tentang apa yang harus atau boleh atau
tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya
kemudian menurun (advanced directive). Pesan dapat memuat
secara eksplisit tindakan apa yng boleh atau tidak boleh
dilakukan, atau dapat pula hanya menunjuk seseorang yang
nantinya akan mewakilinya dalam membawa keputusan pada
saat ia tidak berkompeten. Pertanyaan tersebut di buat tertulis
dan akan dijadikan paduan utama bagi tim perawatan paliatif.
f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim
perawatana paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan dan informasi dapat diberikan pada kesempatan
pasien paliatif.
2. Resusitasi atau tidak resusitasi pada pasien paliatif
a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitas
dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau boleh tim perawat
paliatif.
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada
saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif

6
c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya
untuk membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan
tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced
directive) atau dalam informed consent menjelang ia kehilangan
kompetensinya.
d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat
keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalm
advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam leadaan
tertentu dan atas pertimbangan tententu yang layak, permintaan
tertulis oleh seluruh anggota keluarga dapat dimintakan
penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
e. Timperawat paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang
ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap terminal dan
tindakan resusitasi diketehui tidak akan menyembuhkan atau
memperbaiki kuaitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada
saat tersebut.
3. Perawatan pasien paliatif di ICU
a. Pada dasarnya perawat paliatif pasien ICU mengikuti ketentuan-
ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan diatas.
b. Dalam menghadapi terminal, tim perawatan paliatf harus
mengikuti pedoman penentuan kematian batan otak dan
penghentian peralatan lifesupporting.
4. Masalah medicolegal lainnya pada perawatan paliatif
a. Tim perawat paliatif bekerja berdasarkan kewenang yang
diberikan oleh pimpinan rumah sakit, termasuk pada saat
melakukan perawatan dirumah sakit.
b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus
dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang
memperhatikan keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu
dapat di delegasikan kepada tegana kesehatan non medis yang

7
terlatih. Komunikasi antara pelaksana dengan pembuatan
kebijakan harus dipelihara.

2.5 Sumber Daya Manusia


1. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerjasosial,
rohaniawan, keluarga, relawan.
2. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.

3. Pelatihan

a. Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan


kerjasama antara para pakar perawatan paliatif dengan Departemen
Kesehatan (Badan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik). Modul-
modul tersebut terdiri dari modul untuk dokter, modul untuk
perawat, modul untuk tenaga kesehatan lainnya, modul untuk
tenaga non medis.
b. Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas
Kedokteran.
c. Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan Pusat Pelatihan dan
Pendidikan Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan
sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan paliatif di 5 (lima)
propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar.
Pada tahap selanjutnya sertifikasi diberikan setelah mengikuti
pelatihan.

4. Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif,


ilmu keperawatan paliatif).

8
2.6 Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif
Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:

1. Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang


memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus.
2. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan
3. Rumah singga atau panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak
memerlukan pengawan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus
tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan
pengawasan tenaga kesehtan.
4. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawat yang
tidak mungkin dilakukan oleh keluarga. Organisasi perawatan paliatif,
menurut tempat pelayanan atau saran kesehatannya adalah :
a. Kelompok oerawatan paliatif dibentuk di tingkat puskesmas
b. Unit perawatan paliatif dibentuk dirumah sakit kelas D, kelas C
dan kelas A.
c. Instansi perawatan paliatif dibentuk di rumah sakit kelas B
pendidikan dan kelas A
d. Tata kerja oraganisasi perawatan paliatif baesifat koordinatif
dan melibatkan semua unsur terkait.

2.7 Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang dengan
melibatkan perhimpunan profesi atau keseminatan terkait.Pembinaan dan
pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

2.8 Pembangunan dan Peningkatan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif


Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan paliatif diperlukan :
a. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan non kesehatan.

9
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan atau Continuing
Professional Development untuk perawatan paliatif (SDM) untuk
jumlah, jenis dan kualitas pelayanan.
c. Menjalankan program keselamatan pasien/patient safety.

2.9 Pendanaan
Pendanaan yang diperlukan untuk:

1. Pengembangan sarana dan prasarana


2. Peningkatan kualitas SDM/pelatihan
3. Pembinaan dan pengawasan
4. Peningkatan mutu pelayanan. Sumber pendanaan dapat dibebankan
pada APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang tidak mengikat.Untuk
perawatan pasien miskin dan PNS dapat dimasukan dalam skema
Askeskin dan Askes.

2.10 Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


812/Menkes/Sk/2007
Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Menimbang :

a. Bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin


meningkat jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak;
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
bagi pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan selain
dengan perawatan kuratif dan rehabilitative juga diperlukan perawatan
paliatif bagi pasien dengan stadium terminal;
c. Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu adanya
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.

10
Mengingat :
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
b. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi RS di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
f. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor
0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek Paduan
Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
g. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Nomor 336/PB/A.4/88 tentang MATI.
Menetapkan :
a. Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan
perawatan paliatif
b. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan
Paliatif sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
c. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini
d. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
keputusan ini dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Dinas
Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.

11
e. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
f. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
surat keputusan ini, akan dilakukan perbaikan-perbaikan
sebagaimana mestinya.

2.11 Keputusan Walikota Surabaya Nomor 188.45/31/436.1.2/2012


Tentang Tim Paliatif Kota Surabaya, Walikota Surabaya.

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan program Surabaya


Bebas Nyeri Kanker dan Surabaya Kota Paliatif serta demi
suksesnya kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis terkait dengan
kegiatan perawatan paliatif dimaksud kepada tenaga kesehatan
termasuk juga kepada masyarakat, telah dibentuk Tim Paliatif Kota
Surabaya berdasarkan Keputusan Walikota Surabaya Nomor
188.45/62/436.1.2/2011.
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Surabaya Tahun Anggaran 2012, maka Keputusan
Walikota Surabaya Nomor 188.45/62/436.1.2/2011 tentang Tim
Paliatif Kota Surabaya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
ditinjau kembali.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Walikota tentang
Tim Paliatif Kota Surabaya.

Mengingat :
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur/Jawa
Tengah/Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2730);

12
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4431);
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua
kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4844);
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5063);
e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011
Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3637);
g. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007
tentang Kebijakan Perawatan Paliatif;
h. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Surabaya
Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya
Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Surabaya Nomor 12 Tahun 2009 (Lembaran Daerah Kota Surabaya
Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya
Nomor 12);
i. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012
(Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2012 Nomor 1);

13
j. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 42 Tahun 2011 tentang
Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya (Berita Daerah Kota
Surabaya Tahun 2011 Nomor 67);
k. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 68 Tahun 2011 tentang Tata
Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah kota Surabaya (Berita
Daerah Kota Surabaya Tahun 2011 Nomor 111);
l. Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2012 (Berita Daerah Kota Surabaya Tahun 2012 Nomor
9).
Memutuskan :
Menetapkan : Keputusan Walikota Tentang Tim Paliatif Kota Surabaya
1. Kesatuan : Membentuk Tim Paliatif Kota Surabaya dengan susunan
keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Keputusan
Walikota ini.
2. Kedua : Tugas Tim sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu
adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis perawatan paliatif
kepada tenaga kesehatan di rumah sakit dan puskesmas di
Kota Surabaya maupun kepada masyarakat;
b. Membantu pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
berkaitan dengan perawatan paliatif bagi penderita penyakit
yang belum dapat disembuhkan di rumah sakit dan
puskesmas di Kota Surabaya;
c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi/unit kerja dan/atau
pihak-pihak terkait sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan perawatan
paliatif di rumah sakit dan puskesmas di Kota Surabaya;
d. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Tim sebagaimana
dimaksud dalam angka 1, angka 2 dan angka 3 kepada
Walikota Surabaya.

14
3. Ketiga : Unsur sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Keputusan
Walikota ini, ditetapkan lebih lanjut oleh Ketua Tim berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Keempat : Semua biaya yang dikeluarkan guna pelaksanaan tugas
Tim sebagaimana dimaksud dalam diktum Kedua, dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya Tahun
Anggaran 2012 dengan kode kegiatan 1 02 10 0006 berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Kelima : Pada saat Keputusan Walikota ini mulai berlaku, maka
Keputusan Walikota Surabaya Nomor 188.45/62/436.1.2/2011
tentang Tim Paliatif Kota Surabaya, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
6. Keenam : Keputusan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dan berlaku untuk Tahun Anggaran 2012.

15
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawat paliatif adalah system perawat terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meningkatkan nyeri dan penderita
lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnose
ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kelilangan atau berduka. Palliative care ini bertujuan mengurangi rasa sakit
dan gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan
memberikan pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif
mungkin sampai saat meninggalnya, menjawab kebutuhan pasien dan
keluarnganya, termasuk dukungan disaat-saat sedih dan kehilangan, dan
membantu keluarga agar tabah selama pasien sakit serta disaat sedih.

3.2 Saran
Diharapkan disusunnya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
berharap pembaca dapat menerapkan kebijakan terkait dengan keperawatan
paliatif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Margaret L. 2013. Nurse to Nurse: Perawat Paliatif. Jakarta:


Salemba
Ilham, R., Mohammad, S., & Yusuf, M. N. S. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Tentang Perawatan Paliatif.
Jambura Nursing Journal, 1(2), 96-102.
Nova, Cindy. 2018. Etika dan Kebijakan nasional perawatan paliatif.
(diakses tanggal 30 September 2021)
Shatri, H., Faisal, E., Putranto, R., & Sampurna, B. (2020). Advanced
Directives pada Perawatan Paliatif. Jurnal Penyakit

17

Anda mungkin juga menyukai