Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

“R” Dengan
KEJANG DEMAM DI UPT RSKD IA SITI FATIMAH
MAKASSAR

JULIATI
P2015226

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN STIKES GRAHA
EDUKASI MAKASSAR TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

1
Syukur Alhamdulillah Saya panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkat limpahan

rahmat- Nyalah, telah, telah memberikan saya kesehatan dan kekuatan sehingga saya

dapat menyelesaikan Tugas ini pada program studi sarjana keperawatan Stikes Graha

Edukasi

dengan judul “KEJANG DEMAM PADA ANAK”

Penyusunan Tugas ini tidak terlepas dari berbagai kendala, namum berkat dan

dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun materi sehingga sedikit demi sedikit

kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, Saya menghanturkan rasa

terima kasih sebanyak-banyaknya Kepada Keluarga, sahabat dan rekan sejawat saya yang

telah dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memotivasi saya

guna menyempurnakan dalam penyelesaian Tugas Saya ini.

Akhir kata penulisan berharap semoga Allah SWT memberikan pahala yang

setimpal atas bantuan dan jasa-jasa. Dan semoga Tugas ini dapat bermanfaat bagi saya,

rekan-rekan mahasiswa dan sejawat di bidang kesehatan .

Makassar, 30 Agustus 2021


Penulis

JULIATI P2015226

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. 3

2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 7
C. Tujuan…………………………………………………………………. 7
D. Manfaat………………………………………………………………… 7
BAB II KASUS
A. Kasus…………………………………………………………………… 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan………………………………………………….. 11
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………… 12
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan……………………………. 15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan…………………………………………………………… 17
B. Saran…………………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 18

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada

anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan,

anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit

disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum,

2011).
3
Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama,

tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan

kejang harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang

berlangsung lama dan berulang.Sebab, keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa

mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa menyebabkan kematian

(Fida&Maya, 2012).

Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang

dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan)

sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang

mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin

banyak sel otak yang rusak dan mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan

perkembangan, retardasi mental, kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang

menjadi epilepsi (Mohammadi, 2010).

WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita

kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait

dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami

kejang demam sekitar 77% (WHO, 2005).

Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah

penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia

angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9%

kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010).

Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun

2008 dengan 80% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Angka kejadian di

wilayah Jawa Tengah sekitar2-5% pada anakusia 6 bulan-5 tahun disetiap tahunnya.

4
25-50% kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang

(Gunawan, 2008).

Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan

sosial orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar

biasa.Bahkan, ada yang mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu

panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam

dan komplikasinya.Kesalahan yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena

kurang pengetahuan dalam menangani. Memberikan informasi kepada ibu tentang

hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk

menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh, 2011).

Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan

penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi

susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan

elektrolit, dan adanya lesi structural pada sistem saraf misalnya epilepsi. Diperlukan

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk

menegakkan diagnosis ini.

Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam Tahun 2006 membuat kriteria

dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple

febrile seizure) dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana berlangsung

singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri, berbentuk umum

tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal, kejang tidak berulang dalam waktu 24

jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang. Sedangkan,

kejang demam kompleks (complex febrile seizure) berlangsung lebih dari 15 menit,

bersifat fokal atau parsial satu sisi, berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

5
Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui.

Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang

paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran

pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis. Umur anak, serta tinggi dan cepatnya

suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor hereditas juga mempunyai

peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami kejang demam memiliki orangtua yang

memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya. Faktor predisposisi timbulnya

bangkitan kejang demam berhubungan dengan riwayat keluarga, riwayat kehamilan

dan persalinan, gangguan tumbuh kembang anak, seringnya menderita infeksi, dan

kadar elektrolit, seng dan besi darah rendah.

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam pada

anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit.Mengukur

suhu dan memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang

lebihsama dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat

menurunkan suhu tubuh anak.Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan salah

satu faktor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh

(Raftery, 2008).

B. Rumusan Masalah

Dengan menggunakan manajemen asuhan keperawatan dapat memperoleh

informasi serta tindakan yang akan dilakukan pada anak saat mengalami kejang

demam.

C. Tujuan

1. Umum

6
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

tentang kejang demam dengan frekuensi kejang pada anak

2. Khusus

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya ilmu kesehatan

anak yang berkaitan dengan kejang demam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis dan Respinden

1) Penulis mendapat pengalaman dan informasi mengenai pengetahuan

ibu tentang kejang demam dan frekuensi terjadinya kejang.

2) Sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan yang baik

tentang kejang demam

b. Bagi Tenaga Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi kepada pengelola kesehatan


BAB II

TINJAUAN KASUS
Partisipan 1 Partisipan 2
Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan
Pada tanggal 29 agustus 2021 An.R masuk Pada tanggal 30 agustus An.A masuk melalui IGD
melalui IGD rumah sakit siti fatimah. Ibu Rumah Sakit. Ibu pasien mengeluhkan An.R
pasien mengeluhkan An.R demam tinggi demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1
kali selama ±10 menit, serta muntah ± 5 kali.
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
An.R mengalami kejang 1 kali yang
berlangsung sekitar 10 menit.

7
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 29 Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30
agustus pukul 16.00 WIB ibu mengatakan agustus pukul 18.00 ibu mengatakan panas badan
anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya
mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. tidak mau makan, dan malas minum air putih. Ibu
Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat
ini. Ibu mengatakan anak muntah saat makan. Ibu
saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama
mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada
kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu
mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu
kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat
(±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku kejang. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak
dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak ada mengalami kejang lagi.
sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel
dan gelisah, ibu mengatakan tidak memahami
tentang penyakit anaknya secara medis, ibu Ibu mengatakan anak pertama kali mengalami
mengatakan saat dirawat anak tidak ada kejang pada usia 3 tahun. Pada saat kejang ibu
kejang lagi. tidak melakukan pengukuran suhu tubuh anak
dirumah. Ibu mengatakan An.R

Partisipan 1 Partisipan 2

Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan
dirumah sakit dan mengalami kejang demam penyakit yang sama, yaitu kejang demam. Ibu
sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada mengatakan kondisi anak saat kejang dahulu anggota
keluarga yang memiliki riwayat sama dengan sekarang. penyakit yang sama dengan pasien. Ibu
mengatakan satu minggu yang lalu ada saudara dari An.R yang menderita penyakit ISPA.

Lingkungan Lingkungan
Saat peneliti melakukan kunjungan rumah Saat melakukan pengkajian rumah didapatkan data
didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga ada 3 orang anggota keluarga yang tinggal bersama
yang tinggal bersama pasien, terdiri dari An.R terdiri dari ayah, ibu, dan nenek dari An.R ayah,
ibu, pasien dan 2 orang saudaranya. Dirumah klien memiliki ventilasi dan penerangan Dirumah
8
Ny.R memelihara beberapa ekor yang cukup. Ayah An.R memiliki kebiasaan kucing. Ayah dan
saudara An.R memiliki merokok didalam rumah. Diluar rumah terdapat kebiasaan merokok
didalam maupun luar tempat pembakaran sampah dan septitack yang rumah. Ventilasi dan
penerangan rumah berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum berasal cukup. Sumber air minum
keluarga adalah air dari air galon. galon.
ADL mengatakan anaknya BAK ±5 x/hari dengan warna
kuning jernih dan BAB 1 x/hari dengan konsistensi
Selama dirawat An.R mendapatkan
padat dan berwarna coklat.
makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah
Pemeriksaan fisik
(MB) dan hanya menghabiskan 1/5 dari
porsinya. An.R lebih sering menyusu. Ny.Z Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal
mengatakan selama sakit anaknya jarang 24 Mei 2017 didapatkan hasil , Nadi 112 x/i,
tidur siang dan susah tidur saat malam hari. pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan kesadaran
Ny. mengatakan An.R BAK lebih dari 5 compos mentis. Saat ini BB klien 10 kg, TB 75
kali dengan warna pekat dan BAB 1 x cm. Bentuk kepala normal, lingkar kepala 45cm.
sehari dengankonsistensi lembek d an
berwarna kuning. Biasanya anak bermain
dengan saudaranya dan selama sakit anak Pemeriksaan fisik
hanya mandi lap.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 24 Mei
ADL
2017 didapatkan hasil , Nadi 100 x/i, pernapasan
Selama dirawat An.R mendapatkan makanan 22x/i suhu 38,3⁰ C, dengan kesadaran compos
berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan mentis. Saat ini BB klien 17 kg, TB 125 Bentuk
hanya menghabiskan ¼ dari porsi makannya, kepala normal, lingkar kepala 49 cm.
saat makan anak muntah sekali, konsumsi Posisi mata klien simetris,
cairan 2000cc/hari. Selama dirawat anak tidur konjungtiva tidak anemis,
siang teratur 3 jam. Dan malam 9 jam. Ny.E
Partisipan 1 Partisipan 2

9
fontanel cekung, Posisi mata klien simetris, mukosa bibir kering, KGB tidak teraba, turgor
tampak cekung, mukosa bibir kering, tonsil kulit kembali cepat, kering, kulit teraba hangat,
hiperemis, KGB teraba, turgor kulit kembali CRT kembali < 3 dtk, akral teraba hangat,
cepat, kering, kulit teraba hangat, CRT terpasang infus pada tangan kiri pemeriksaan
kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, tanda rangsangan meningeal negatif.
terpasang infus pada tangan kiri,
pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
negatif.
Data penunjang
Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium pada
Hasil pemeriksaan laboratorium 29 agustus 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal
2021 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 1418 gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal
1418 gr/dl), leukosit 12.780/mm3 (normal
5.000-10.000/mm ), Trombosit 462.000/mm 3
3
5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000
(normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 %
/mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht
(normal 40-48 %).
36 %
(normal 40-48 %).
Terapi Pengobatan
Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x 60mg,
PCT syr 3 x 250 mg, diazepam (T=39⁰C) 3 x 2
Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20
mg, IVFD KaEN 1 B 20 tts/i
tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½
sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).

BAB III

METODE ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan
No. Register : 77.00.xxxxx

Tanggal Masuk : 29 Agustus 2021

Tanggal Pengkajian : 29-30 Agustus 2021


Identifikasi Data Dasar

10
1. Identitas Anak dan Orang Tua
Nama : An “ R “ / Ny “Z” (Ibu)

Umur : 3 tahun / 28 tahun

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam / Islam


Pendidikan :- / SMA

Pekerjaan :- / IRT

Alamat : Barukang Dalam lr. II samping kuburan panampu

2. Keluhan utama

Ibu datang ke RSKD-IA Siti Fatimah Makassar dengan membawa anaknya

yang sedang demam sejak 1 hari yang lalu, anak lemas dan pucat.

Analisa Data
N DATA PENYEBAB MASALAH
O.
1. DS: Peningkatan laju hipertermi
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik metabolisme
turun
2. Ibu mengatakan anaknya batuk
3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah DO:
1. Anak tampak gelisah
2. Nadi: 112 x/ menit
3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit
4. Leukosit 12.870/mm3
5. Tonsil hiperemis

11
2. DS: Kegagalan Kekurangan volume
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik mekanisme cairan
turun regulasi
2. ibu mengatakan anak sering haus
DO:
1. tonsil hiperemis mata
2. tampak cekung BB: 19
3. kg, BB sehat 20 kg
4. Membrane mukosa bibir An. R tampak
kering
0
5. Suhu: 39 C, pernafasan 35x/menit, nadi
112x/i
3. DS: Kurang informasi Defesiensi pengetahuan
1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi
anaknya saat ini
2. Ibu mengatakan tidak mengerti
tentang kondisi sakit anak
secara medis DO:

B. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi

C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

Intervensi

No Diagnosa N N
keperawatan O I
C C

Hipertermi berhubungan dengan


Termoregulasi
Peningkatan laju Kriteria hasil :
12
metabolisme 1) Merasa merinding saat dingin
1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya
2) Berkeringat saat panas 2. Monitor warna kulit dan suhu
3) Tingkat pernapasan 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari
4) Melaporkan kenyamanan perubahan kehilangan cairan yang tak di
suhu rasakan
5) Perubahan warna kulit 4. Beri obat atau cairan IV
1.
6) Sakit kepala 5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian
ringan
6. Dorong konsumsi cairan
7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan
aktivitas jika di perlukan
8. Berikan oksigen yang sesuai
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan
hatihati.
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai
kebutuhan
2. monitor dan laporkan adanya tanda
gejala hipotermia dan hipertermia
3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan.
Perawatan demam

Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola
menurut resep dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.

Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama kejang
5. Catat lama kejang

13
6. Monitortingkat obat
-obatan anti epilepsi dengan

Keseimbangancairan
2. Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan Kegagalan Kriteria hasil :
mekanismeregulasi •Tekanandarah
•Keseimbangan intake output
dalam 24 jam
•Berat badanstabil
•Turgor kulit
•Kelembaban membran
mukosa
•Serumelektrolit
•Hematokrit
•Edemaperifer
•Bola mata cekung danlembek
•Kehausan Pusing.

Dehidrasi

Kriteria hasil :
2) Warna urinekeruh
3) Fontanelacekung
4) Nadi cepat danlambat
5) Peningkatan BUNblood urea
Nitrogen)
6) Peningkatan suhutubuh.

3. Defesiensi NOC :
pengetahuan
berhubungan 1. Parenting performance
dengan Kurang Kriteia hasil:
informasi
1) Kinerja pengasuhan
2) Menyediakan kebutuhan meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk
benar.
14
Manajemen cairan

1. Timbang BB setiap hari dan monitor


status pasien
2. Hitung atau timbang popok dengan baik
3. Jaga dan catat intake dan output
4. Monitir status hidrasi
5. Monitor hasil laboratorium yang
relevan dengan dengan retensi cairan
6. Monitor status hemodinamik
7. Monitor tanda-tanda vital
8. Berikan terapi IV seperti yang
ditentukan
9. Berikan cairan dengan tepat
10. Tingkatkan asupan oral
Dukung pasien dan keluarga untuk
membantu dalam pemberian
memberikan makanan dengan baik
11. Berikan produk-produk darah

Manajemen elektrolit

1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal


2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan
elektrolit
Pertahankan kepatenan akses IV

NIC :

Pendidikan Kesehatan

15
6. Identitafikasi faktor internal maupun
eksternal yang dapat

N Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


o tanggal keperawatan
1. 30 agustus 1. monitor suhu dan tanda-tanda vital
2021 lainnya S: - ibu mengatakan An. R masih demam
2. monitor warna kulit dan suhu c) - Ibu mengatakan An. R batuk
DS I beri obat atau cairan
3. tingkatkan intake cairan O:
Hipertermi b/d dan - Pasien tampak gelisah
Peningkatan laju nutrisi adekuat
metabolisme Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250
4. berikan pengobatan mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
antipiretik sesuai kebutuhan - Suhu 38,8oC, nadi 110x/i,
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam pernapasan 35x/i
sekali - Pasien tampak gelisah
6. lakukan kompres hangat jika suhu
tubuh tinggi. A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1
sampai 6)

16
S:
1. timbang berat badan setiap hari -
DS II dan monitor status pasien Ibu mengatakan An. R masih sering
Kekurangan 2. hitung atau timbang popok dengan - haus
volume cairan baik Ibu mengatakan badan anak
2 b/d Kegagalan 3. jaga intake/ atau asupan yang panas
akurat dan catat output O:
mekanisme
4. monitor status hidrasi e -
regulasi
5. monitor tanda-tanda vital - BB: 10 kg
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital - Mukosa bibir kering
7. monitor warna kulit dan suhu - Mata cekung
8. dorong konsumsi cairan A: Suhu 38,8⁰C
9. lembabkan bibir dan mukosa Masalah belum teratasi P:
hidung intervensi dilanjutkan

Ibu mengatakan cemas akan kondisi


1. anaknya
3 S:
DS III pendekatan yang tenang dan - Ibu mengatakan takut karena panas
2. meyakinkan, anaknya naik turun
Defesiensi berusaha untuk memahami Ibu mengatakan takut jika anak kejang
pengetahuan b/d perspektif pasien dari situasi stress, berulang
Kurang anjurkan pasien dan keluarga - Ibu tampak cemas
informasi dalam menggunakan teknik
4. relaksasi, Ibu tampak antusias mendengarkan
O: penjelasan dari perawat
Identitafikasi faktor internal
- Masalah belum teratasi
maupun eksternal yang dapat
-
meningkatkan atau mengurangi P: Intervensi dilanjutkan
5. motivasi untuk perilaku sehat,
A:
Identifikasi (pribadi, ruang dan
uang) yang diperlukan untuk
6. melaksanakan program kesehatan,
Prioritaskan kebutuhan pasien,
pengetahuan manajemen kejang
pada keluarga.

17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kejang demam adalah perubahan potensial listrik serebral yang

berlebihan akibat kenaikan suhu dimana suhu rectal diatas 38°C

sehingga mengakibatkan renjatan kejang yang biasanya terjadi pada

anak dengan usia 3 bulan sampai 5 tahun.

2. Data yang didapat dari pengkajian berupa ibu klien mengtakan

ankanya panas, tubuh klien teraba hangat, hasil pengukuran tanda-

tanda vital klien yaitu nadi : 125x/menit, suhu : 38,8°C, RR:

30x/menit, ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan, klien

mengatakan mulutnya pahit dan malas makan. Klien makan hanya

habis ¼ porsi karena klien tidak suka, klien lebih suka makan

pisang, kklien tampak lemah dan pucat, konjungtiva tampak

anemis, BB Klien turin 2 kg.

3. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu mengukur TTV,

memotivasi klien banyak minum, menimbang BB klien, memberi

motivasi danpendidikan kesehatan tentang nutrisi, membantu gosok

gigi, dan mengajak klien dalam aktivitas seperti terapi bermain

B. Saran

1. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen

demam pada anak untuk mencegah kejang demam dirumah

2. Anjurkan orang tua untuk melakukan manajemen anak demam untuk

mencegah terjadinya kejang demam dirumah

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak
dengan Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015.
Stikes Kusuma Husada. SurakartaDiaskes.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes tanggal : 07 maret 2017
Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health.
http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.ht
m. Diakses pada 10 januari 2017
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang
Demam,
Lampung. . http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11
Juni 2016
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93.

Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit

Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada
Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017

Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang
Demam yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Periode Januari 2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diaskes Pada
16 Januari 2017

Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-
Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor –
faktor pada Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang
pada Balita di RSPI Puri Indah Jakarta.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 6 April 2017.
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

19
Maling, dkk, (2016). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan Hipertermia
di RSUD Tugurejo
Semarang. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni
2016
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medik

20
19

Anda mungkin juga menyukai