“R” Dengan
KEJANG DEMAM DI UPT RSKD IA SITI FATIMAH
MAKASSAR
JULIATI
P2015226
1
Syukur Alhamdulillah Saya panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkat limpahan
rahmat- Nyalah, telah, telah memberikan saya kesehatan dan kekuatan sehingga saya
dapat menyelesaikan Tugas ini pada program studi sarjana keperawatan Stikes Graha
Edukasi
Penyusunan Tugas ini tidak terlepas dari berbagai kendala, namum berkat dan
dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun materi sehingga sedikit demi sedikit
kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, Saya menghanturkan rasa
terima kasih sebanyak-banyaknya Kepada Keluarga, sahabat dan rekan sejawat saya yang
telah dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memotivasi saya
Akhir kata penulisan berharap semoga Allah SWT memberikan pahala yang
setimpal atas bantuan dan jasa-jasa. Dan semoga Tugas ini dapat bermanfaat bagi saya,
JULIATI P2015226
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. 3
2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 7
C. Tujuan…………………………………………………………………. 7
D. Manfaat………………………………………………………………… 7
BAB II KASUS
A. Kasus…………………………………………………………………… 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan………………………………………………….. 11
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………… 12
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan……………………………. 15
BAB 1 PENDAHULUAN
anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan,
anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit
2011).
3
Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama,
tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan
kejang harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang
(Fida&Maya, 2012).
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang
mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin
banyak sel otak yang rusak dan mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan
WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita
kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait
dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami
angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9%
kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010).
2008 dengan 80% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Angka kejadian di
wilayah Jawa Tengah sekitar2-5% pada anakusia 6 bulan-5 tahun disetiap tahunnya.
4
25-50% kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang
(Gunawan, 2008).
sosial orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar
biasa.Bahkan, ada yang mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu
panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam
hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk
susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan
elektrolit, dan adanya lesi structural pada sistem saraf misalnya epilepsi. Diperlukan
dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana (simple
febrile seizure) dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri, berbentuk umum
tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal, kejang tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang. Sedangkan,
kejang demam kompleks (complex febrile seizure) berlangsung lebih dari 15 menit,
bersifat fokal atau parsial satu sisi, berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
5
Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui.
Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang
paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis. Umur anak, serta tinggi dan cepatnya
peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami kejang demam memiliki orangtua yang
memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya. Faktor predisposisi timbulnya
dan persalinan, gangguan tumbuh kembang anak, seringnya menderita infeksi, dan
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam pada
suhu dan memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang
lebihsama dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat
menurunkan suhu tubuh anak.Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh
(Raftery, 2008).
B. Rumusan Masalah
informasi serta tindakan yang akan dilakukan pada anak saat mengalami kejang
demam.
C. Tujuan
1. Umum
6
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
2. Khusus
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN KASUS
Partisipan 1 Partisipan 2
Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan
Pada tanggal 29 agustus 2021 An.R masuk Pada tanggal 30 agustus An.A masuk melalui IGD
melalui IGD rumah sakit siti fatimah. Ibu Rumah Sakit. Ibu pasien mengeluhkan An.R
pasien mengeluhkan An.R demam tinggi demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1
kali selama ±10 menit, serta muntah ± 5 kali.
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
An.R mengalami kejang 1 kali yang
berlangsung sekitar 10 menit.
7
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 29 Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 30
agustus pukul 16.00 WIB ibu mengatakan agustus pukul 18.00 ibu mengatakan panas badan
anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya
mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. tidak mau makan, dan malas minum air putih. Ibu
Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat
ini. Ibu mengatakan anak muntah saat makan. Ibu
saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama
mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada
kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu
mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu
kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat
(±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku kejang. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak
dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak ada mengalami kejang lagi.
sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel
dan gelisah, ibu mengatakan tidak memahami
tentang penyakit anaknya secara medis, ibu Ibu mengatakan anak pertama kali mengalami
mengatakan saat dirawat anak tidak ada kejang pada usia 3 tahun. Pada saat kejang ibu
kejang lagi. tidak melakukan pengukuran suhu tubuh anak
dirumah. Ibu mengatakan An.R
Partisipan 1 Partisipan 2
Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan
dirumah sakit dan mengalami kejang demam penyakit yang sama, yaitu kejang demam. Ibu
sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada mengatakan kondisi anak saat kejang dahulu anggota
keluarga yang memiliki riwayat sama dengan sekarang. penyakit yang sama dengan pasien. Ibu
mengatakan satu minggu yang lalu ada saudara dari An.R yang menderita penyakit ISPA.
Lingkungan Lingkungan
Saat peneliti melakukan kunjungan rumah Saat melakukan pengkajian rumah didapatkan data
didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga ada 3 orang anggota keluarga yang tinggal bersama
yang tinggal bersama pasien, terdiri dari An.R terdiri dari ayah, ibu, dan nenek dari An.R ayah,
ibu, pasien dan 2 orang saudaranya. Dirumah klien memiliki ventilasi dan penerangan Dirumah
8
Ny.R memelihara beberapa ekor yang cukup. Ayah An.R memiliki kebiasaan kucing. Ayah dan
saudara An.R memiliki merokok didalam rumah. Diluar rumah terdapat kebiasaan merokok
didalam maupun luar tempat pembakaran sampah dan septitack yang rumah. Ventilasi dan
penerangan rumah berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum berasal cukup. Sumber air minum
keluarga adalah air dari air galon. galon.
ADL mengatakan anaknya BAK ±5 x/hari dengan warna
kuning jernih dan BAB 1 x/hari dengan konsistensi
Selama dirawat An.R mendapatkan
padat dan berwarna coklat.
makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah
Pemeriksaan fisik
(MB) dan hanya menghabiskan 1/5 dari
porsinya. An.R lebih sering menyusu. Ny.Z Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal
mengatakan selama sakit anaknya jarang 24 Mei 2017 didapatkan hasil , Nadi 112 x/i,
tidur siang dan susah tidur saat malam hari. pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan kesadaran
Ny. mengatakan An.R BAK lebih dari 5 compos mentis. Saat ini BB klien 10 kg, TB 75
kali dengan warna pekat dan BAB 1 x cm. Bentuk kepala normal, lingkar kepala 45cm.
sehari dengankonsistensi lembek d an
berwarna kuning. Biasanya anak bermain
dengan saudaranya dan selama sakit anak Pemeriksaan fisik
hanya mandi lap.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 24 Mei
ADL
2017 didapatkan hasil , Nadi 100 x/i, pernapasan
Selama dirawat An.R mendapatkan makanan 22x/i suhu 38,3⁰ C, dengan kesadaran compos
berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan mentis. Saat ini BB klien 17 kg, TB 125 Bentuk
hanya menghabiskan ¼ dari porsi makannya, kepala normal, lingkar kepala 49 cm.
saat makan anak muntah sekali, konsumsi Posisi mata klien simetris,
cairan 2000cc/hari. Selama dirawat anak tidur konjungtiva tidak anemis,
siang teratur 3 jam. Dan malam 9 jam. Ny.E
Partisipan 1 Partisipan 2
9
fontanel cekung, Posisi mata klien simetris, mukosa bibir kering, KGB tidak teraba, turgor
tampak cekung, mukosa bibir kering, tonsil kulit kembali cepat, kering, kulit teraba hangat,
hiperemis, KGB teraba, turgor kulit kembali CRT kembali < 3 dtk, akral teraba hangat,
cepat, kering, kulit teraba hangat, CRT terpasang infus pada tangan kiri pemeriksaan
kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, tanda rangsangan meningeal negatif.
terpasang infus pada tangan kiri,
pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
negatif.
Data penunjang
Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium pada
Hasil pemeriksaan laboratorium 29 agustus 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal
2021 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 1418 gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal
1418 gr/dl), leukosit 12.780/mm3 (normal
5.000-10.000/mm ), Trombosit 462.000/mm 3
3
5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000
(normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 %
/mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht
(normal 40-48 %).
36 %
(normal 40-48 %).
Terapi Pengobatan
Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x 60mg,
PCT syr 3 x 250 mg, diazepam (T=39⁰C) 3 x 2
Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20
mg, IVFD KaEN 1 B 20 tts/i
tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½
sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
BAB III
A. Asuhan Keperawatan
No. Register : 77.00.xxxxx
10
1. Identitas Anak dan Orang Tua
Nama : An “ R “ / Ny “Z” (Ibu)
Pekerjaan :- / IRT
2. Keluhan utama
yang sedang demam sejak 1 hari yang lalu, anak lemas dan pucat.
Analisa Data
N DATA PENYEBAB MASALAH
O.
1. DS: Peningkatan laju hipertermi
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik metabolisme
turun
2. Ibu mengatakan anaknya batuk
3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah DO:
1. Anak tampak gelisah
2. Nadi: 112 x/ menit
3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit
4. Leukosit 12.870/mm3
5. Tonsil hiperemis
11
2. DS: Kegagalan Kekurangan volume
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik mekanisme cairan
turun regulasi
2. ibu mengatakan anak sering haus
DO:
1. tonsil hiperemis mata
2. tampak cekung BB: 19
3. kg, BB sehat 20 kg
4. Membrane mukosa bibir An. R tampak
kering
0
5. Suhu: 39 C, pernafasan 35x/menit, nadi
112x/i
3. DS: Kurang informasi Defesiensi pengetahuan
1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi
anaknya saat ini
2. Ibu mengatakan tidak mengerti
tentang kondisi sakit anak
secara medis DO:
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa keperawatan
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
Intervensi
No Diagnosa N N
keperawatan O I
C C
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola
menurut resep dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama kejang
5. Catat lama kejang
13
6. Monitortingkat obat
-obatan anti epilepsi dengan
Keseimbangancairan
2. Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan Kegagalan Kriteria hasil :
mekanismeregulasi •Tekanandarah
•Keseimbangan intake output
dalam 24 jam
•Berat badanstabil
•Turgor kulit
•Kelembaban membran
mukosa
•Serumelektrolit
•Hematokrit
•Edemaperifer
•Bola mata cekung danlembek
•Kehausan Pusing.
Dehidrasi
Kriteria hasil :
2) Warna urinekeruh
3) Fontanelacekung
4) Nadi cepat danlambat
5) Peningkatan BUNblood urea
Nitrogen)
6) Peningkatan suhutubuh.
3. Defesiensi NOC :
pengetahuan
berhubungan 1. Parenting performance
dengan Kurang Kriteia hasil:
informasi
1) Kinerja pengasuhan
2) Menyediakan kebutuhan meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk
benar.
14
Manajemen cairan
Manajemen elektrolit
NIC :
Pendidikan Kesehatan
15
6. Identitafikasi faktor internal maupun
eksternal yang dapat
16
S:
1. timbang berat badan setiap hari -
DS II dan monitor status pasien Ibu mengatakan An. R masih sering
Kekurangan 2. hitung atau timbang popok dengan - haus
volume cairan baik Ibu mengatakan badan anak
2 b/d Kegagalan 3. jaga intake/ atau asupan yang panas
akurat dan catat output O:
mekanisme
4. monitor status hidrasi e -
regulasi
5. monitor tanda-tanda vital - BB: 10 kg
6. pantau suhu dan tanda-tanda vital - Mukosa bibir kering
7. monitor warna kulit dan suhu - Mata cekung
8. dorong konsumsi cairan A: Suhu 38,8⁰C
9. lembabkan bibir dan mukosa Masalah belum teratasi P:
hidung intervensi dilanjutkan
17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
habis ¼ porsi karena klien tidak suka, klien lebih suka makan
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak
dengan Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015.
Stikes Kusuma Husada. SurakartaDiaskes.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes tanggal : 07 maret 2017
Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health.
http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.ht
m. Diakses pada 10 januari 2017
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang
Demam,
Lampung. . http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11
Juni 2016
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93.
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada
Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017
Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang
Demam yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Periode Januari 2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diaskes Pada
16 Januari 2017
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-
Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor –
faktor pada Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang
pada Balita di RSPI Puri Indah Jakarta.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 6 April 2017.
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
19
Maling, dkk, (2016). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan Hipertermia
di RSUD Tugurejo
Semarang. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni
2016
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medik
20
19