BAB 1
TEKNIK ELEKTRONIKA DIGITAL
MOH. KHAIRUDIN
1
BAB 1
TEKNIK ELEKTRONIKA DIGITAL
A. KOMPETENSI INTI
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata Pelajaran teknik elektronika
digital
B. KOMPETENSI DASAR
Mengaplikasikan rangkaian teknik elektronika digital dengan indikator Pencapaian
Kompetensi Memahami sistem bilangan
C. MATERI PEMBELAJARAN
SISTEM BILANGAN
I. DEFINISI
Sistem bilangan adalah suatu teknik untuk mewakili besaran suatu item fisik.
Sistem bilangan yang banyak dipergunakan oleh manusia adalah s istem bilangan desimal,
yaitu sistem bilangan yang menggunakan 10 macam simbol angka untuk mewakili suatu
besaran. Sistem ini banyak digunakan karena manusia mempunyai sepuluh jari untuk
dapat membantu perhitungan. Lain halnya dengan komputer, logika di komputer diwakili
oleh bentuk elemen dua keadaan yaitu off (tidak ada tegangan) dan on (ada tegangan).
Konsep inilah yang dipakai dalam sistem bilangan binary yang mempunyai dua macam nilai
untuk mewakili suatu besaran nilai.Selain sistem bilangan biner, komputer juga
menggunakan sistem bilangan octal dan hexadesimal.
2
II. Teori Bilangan
1. Bilangan Binar
Sistem bilangan binary menggunakan 2 macam simbol bilangan berbasis 2 digit
angka, yaitu 0 dan 1.
Contoh bilangan 1001 dapat diartikan :
1001
1x20 =1
0x21 =0
0x22 =0
1x23 =8
10 (10)
Operasi aritmetika pada bilangan Biner :
a. Penjumlahan
Dasar penujmlahan biner adalah :
0+0=0
0+1=1
1+0=1
1+1=0 dengan carry of 1, yaitu 1 + 1 = 2, karena digit terbesar ninari
1, maka harus dikurangi dengan 2 (basis), jadi 2 – 2 = 0 dengan carry of 1
contoh :
1111
10100 +
100011
3
atau dengan langkah :
1+0 =1
1+0 =1
b. Pengurangan
Bilangan biner dikurangkan dengan cara yang sama dengan pengurangan bilangan
desimal. Dasar pengurangan untuk masing-masing digit bilangan biner adalah :
0-0=0
1-0=1
1-1=0
0–1=1 dengan borrow of 1, (pijam 1 dari posisi sebelah kirinya).
Contoh :
11101
1011 -
10010
1–0–1 =0
1–1 =0
1–0 =1
1 0 0 1 0
4
c. Perkalian
Dilakukan sama dengan cara perkalian pada bilangan desimal. Dasar perkalian
bilangan biner adalah :
0x0=0
1x0=0
0x1=0
1x1=1
contoh
Desimal Biner
14 1110
12 x 1100 x
28 0000
14 0000
1110
+ 1110 +
168 10101000
d. Pembagian
Pembagian biner dilakukan juga dengan cara yang sama dengan bilangan desimal.
Pembagian biner 0 tidak mempunyai arti, sehingga dasar pemagian biner adalah :
0:1=0
1:1=1
Desimal Biner
5 / 125 \ 25 101 / 1111101 \ 11001
10 - 101 -
25 101
25 - 101 -
0 0101
101 -
0
5
2. Bilangan Oktal
Sistem bilangan Oktal menggunakan 8 macam simbol bilangan berbasis 8 digit
angka, yaitu 0 ,1,2,3,4,5,6,7.
Position value sistem bilangan octal adalah perpangkatan dari nilai 8.
Contoh :
12(8) = …… (10)
2x80=2
1 x 8 1 =8
10
Jadi 10 (10)
21 25
87 + 127 +
108 154
5 10 + 7 10 = 12 10 = 14 8
2 10 + 2 10 + 1 10 = 5 10 = 58
1 10 = 1 10 = 18
6
b. Pengurangan
Pengurangan Oktal dapat dilaukan secara sama dengan pengurangan bilangan
desimal.
Contoh :
Desimal Oktal
108 154
87 - 127 -
21 25
48 -78 +88 (borrow of) = 5 8
5 8 - 2 8- 1 8 =28
18 -18 = 08
c. Perkalian
Langkah – langkah :
- kalikan masing-masing kolom secara desimal
- ubah dari hasil desimal ke octal
- tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- kalau hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk ditambahkan pada hasil perkalian kolom
selanjutnya.
Contoh :
Desimal Oktal
16
14 14 x
12 x 70
28 4 10 x 6 10 = 24 10 = 30 8
14 + 4 10 x 1 10 + 3 10 = 7 10 = 7 8
168
7
16
14 x
70
16
1 10 x 6 10 = 6 10 =68
1 10 x 1 10 = 1 10 = 1 8
16
14 x
70
16 +
250
7 10 + 6 10 = 13 10 = 15 8
1 10 + 1 10 = 2 10 = 2 8
d. Pembagian
Desimal Oktal
12 / 168 \ 14 14 / 250 \ 16
12 - 14 - 14 8 x 1 8 = 14 8
48 110
48 – 110 - 14 8 x 6 8 = 4 8 x 6 8 = 30 8
0 0 1 8 x 6 8= 6 8 +
110 8
8
BILANGAN HEXADESIMAL
Sistem bilangan Oktal menggunakan 16 macam simbol bilangan berbasis 8 digit
angka, yaitu 0 ,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,Edan F
Dimana A = 10, B = 11, C= 12, D = 13 , E = 14 dan F = 15
Position value sistem bilangan octal adalah perpangkatan dari nilai 16.
Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 0 = 7
C x 16 1= 192
199
Jadi 199 (10)
9
Contoh :
Desimal hexadesimal
2989 BAD
1073 + 431 +
4062 FDE
D 16 + 1 16 = 13 10 + 110 = 14 10 = E 16
A 16 + 3 16 = 10 10 + 3 10 = 13 10 =D 16
B16 + 4 16 = 1110 + 4 10 = 15 10 = F 16
b. Pengurangan
Pengurangan bilangan hexadesimal dapat dilakukan secara sama dengan
pengurangan bilangan desimal.
Contoh :
Desimal hexadesimal
4833 12E1
1575 - 627 -
3258 CBA
16 10 (pinjam) + 1 10 - 710 = 10 10 = A 16
14 10 - 7 10 - - 1 10 (dipinjam) = 11 10 =B 16
1610 (pinjam) + 2 10 - 610 = 12 10 = C 16
1 10 – 1 10 (dipinjam) 0 10 = 0 16
10
c. Perkalian
Langkah – langkah :
- kalikan masing-masing kolom secara desimal
- rubah dari hasil desimal ke octal
- tuliskan hasil dari digit paling kanan dari hasil octal
- kalau hasil perkalian tiap kolol terdiri dari 2 digit, maka digit paling kiri
merupakan carry of untuk ditambahkan pada hasil perkalian kolom
selanjutnya.
Contoh :
Desimal Hexadesimal
172 AC
27 x 1B x
1204 764
344 + C 16 x B 16 =12 10 x 1110= 84 16
4644 A16 x B16 +816 = 1010 x 1110+810=7616
AC
1B x
764
AC
C16 x 116 = 1210 x 110 =1210=C 16
A16 x 116 = 1010 x110 =1010=A 16
AC
1B x
764
AC +
1224
616 + C 16 = 610 + 1210 = 1810 =12 16
716+A16 +116 = 710 x 1010 + 110=1810 = 1216
11
D. Pembagian
Contoh :
Desimal hexadesimal
27 / 4646 \ 172 1B / 1214 \ AC
27- 10E - 1B16xA16 = 2710x1010=27010= 10E16
194 144
189 – 144- 1B 16 x C 16 = 2710 x 10 10 = 3240 10
54 0 =144 16
54 –
0
KONVERSI BILANGAN
Konversi bilangan adalah suatu proses dimana satu sistem bilangan dengan basis
tertentu akan dijadikan bilangan dengan basis yang alihan.
45 (10) = …..(2)
45 : 2 = 22 + sisa 1
22 : 2 = 11 + sisa 0
11 : 2 = 5 + sisa 1
5 : 2 = 2 + sisa 1
2 : 2 = 1 + sisa 0 101101(2) ditulis dari bawah ke atas
12
2. Konversi bilangan Desimal ke Oktal
Yaitu dengan cara membagi bilangan desimal dengan 8 kemudian diambil sisa
pembagiannya
Contoh :
385 ( 10 ) = ….(8)
385 : 8 = 48 + sisa 1
48 : 8 = 6 + sisa 0
601 (8)
13
2. Konversi ke Oktal
Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap tiga buah digit biner yang
dimulai dari bagian belakang.
Contoh :
3 2 4
diperjelas :
100 = 0 x 2 0 = 0
0x21=0
1x22=4
4
Begitu seterusnya untuk yang lain.
3. Konversi ke Hexademial
Dapat dilakukan dengan mengkonversikan tiap-tiap empat buah digit biner yang
dimulai dari bagian belakang.
Contoh :
11010100
1101 0100
D 4
14
Konversi dari sistem bilangan Oktal
1. Konversi ke Desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan position
valuenya.
Contoh :
12(8) = …… (10)
2x80=2
1 x 8 1 =8
10
Jadi 10 (10)
2. Konversi ke Biner
Dilakukan dengan mengkonversikan masing-masing digit octal ke tiga digit biner.
Contoh :
6502 (8) ….. = (2)
2 = 010
0 = 000
5 = 101
6 = 110
jadi 110101000010
3. Konversi ke Hexadesimal
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan octal menjadi bilangan biner
kemudian dikonversikan ke hexadesimal.
Contoh :
2537 (8) = …..(16)
2537 (8) = 010101011111
010101010000(2) = 55F (16)
15
Konversi dari bilangan Hexadesimal
1. Konversi ke Desimal
Yaitu dengan cara mengalikan masing-masing bit dalam bilangan dengan position
valuenya.
Contoh :
C7(16) = …… (10)
7 x 16 0 = 7
C x 16 1= 192
199
Jadi 199 (10)
2. Konversi ke Oktal
Dilakukan dengan cara merubah dari bilangan hexadesimal menjadi biner
terlebih dahulu kemudian dikonversikan ke octal.
Contoh :
55F (16) = …..(8)
55F(16) = 010101011111(2)
010101011111 (2) = 2537 (8)
16
GERBANG LOGIKA DASAR DAN GERBANG PERLUASAN
A Q
0 1
1 0
Tabel Kebenaran
Simbol Rangkaian
17
QA
Persamaan Fungsi
Gambar 1. Operasi NOT
A B Q
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Tabel Kebenaran
Q=A.B
18
Operasi logika OR
Operasi OR juga menghubungkan dua atau lebih variabel masukan mulai A,
B, … dan satu variabel keluaran Q. Variabel keluaran akan berlogika 0 hanya jika
semua masukannya dalam keadaan 0. Gambar 3. Menggambarkan 3 macam
penggambaran fungsi operasi logika OR.
A B Q
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Tabel Kebenaran
Q=A+B
A B Q
0 0 1
0 1 1
1 0 1
19
1 1 0
Tabel Kebenaran
Q A .B
A B Q
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Tabel Kebenaran
Q A B
20
A B Q
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Tabel Kebenaran
Q AB
A
F
A B Q
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Tabel Kebenaran Exclusive NOR
21
Operasi Gerbang Buffer
Gerbang buffer berfungsi untuk meneruskan sinyal, sehingga bila sinyal input 1
maka output akan berlogik 1 sedangkan bila sinyal input 0 maka output pun akan berlogik
0 seperti pada Tabel kebenaran berikut
input output
f(A,B,C) = A B C . Persamaan tersebut adalah persamaan rangkaian digital dengan 3
22
A. Hukum-hukum Aljabar Boolean
x
(1) x0 0 0
0
x
(2) x 1 x x
1
x
(3) xx x x
x
(4) xx 0 0
x
(5) x+ 0= x x
0
x
(6) x+ 1= 1 1
1
x
(7) x+ x=x x
x
(8) xx 1 1
(9) x+ y=y +x
hukum komutatif
(10) xy yx
(11) x + (y + z) = (x + y) + z = x + y + z
hukum asosiatif
(12) x(yz) = (xy)z = xyz
(13a) x(y + z) = xy + xz
hukum distributif
(13b) (w + x)(y + z) = wy + xy + wz + xz
23
(14) x + xy = x
(15a) x xy x y
(15b) x xy x y
(16) x y x y
Hukum De Morgan
(17) x y x y
Sederhanakan z A B A B
Penyelesaian
Persamaan di atas dapat dikembangkan dengan menggunakan teorema (13)
z A A A B B A B B
Dari teorema (4), diketahui A A 0 , serta B.B B [teorema (3)]:
z 0 A B B A B A B B A B
Dengan mengeluarkan variabel B [teorema (13)], diperoleh:
z B( A A 1)
Terakhir, dengan teorema (2) dan (6), diperoleh:
zB
Sebenarnya selain menggunakan aljabar Boolean, juga terdapat metode peta Karnaugh
yang dapat digunakan untuk menyederhanakan sebuah persamaan aljabar Boolean.
B. Teori De Morgan I
Teori ini menyatakan bahwa komplemen dari hasil penjumlahan akan sama
dengan hasil perkalian dari masing-masing komplemen. Teori ini melibatkan gerbang OR
dan AND. Penulisan dalam bentuk fungsi matematisnya sebagai berikut.
AB AB
24
Teori De Morgan II
Teori ini menyatakan bahwa komplemen dari hasil kali akan sama dengan hasil
penjumlahan dari masing-masing komlemen. Teori ini melibatkan gerbang AND dan OR.
Penulisan dalam bentuk fungsi matematisnya sebagai berikut.
AB AB
C. Bentuk Sum-of-Product
Untuk menjelaskan rangkaian digital digunakan persamaan fungsi yang disebut
dengan aljabar Boolean. Fungsi-fungsi dari persamaan aljabar Boolean digambarkan
dengan persamaan M = f(X), dimana M merupakan keluaran dan X adalah masukan.
Jumlah masukan bisa bervariasi, 1 atau lebih. Contoh persamaan aljabar Boolean M =
f(A,B,C) adalah persamaan rangkaian digital dengan 3 mas ukan sehingga mempunyai 8
kemungkinan keadaan.
Langkah-langkah dalam merealisasikan rangkaian digital adalah sebagai berikut:
a. Buat persamaan aljabar dari kasus yang akan dibuat
b. Buat tabel kebenaran dari persamaan aljabar tersebut
c. Buat rangkaian dengan prinsip SUM of PRODUCT dari tabel kebenaran tersebut
25
- Rangkaian digital :
A B C A B C
A.B.C
A.B.C
M
C
A.B.C
A.B.C
Contoh:
F = A’B’C + A’BC + AB’C + ABC
Dapat disingkat menjadi:
f(A,B,C)= ∑ (1,3,5,7)
Dimana angka decimal 1,3,5,7 merupakan nilai biner dari suku A’B’C, A’BC, AB’C,
dan ABC. Dalam suatu persamaan Sop, setiap suku yang mempunyai jumlah variable
lengkap ( diwakili oleh seluruh variable yang digunakan disebut minterm (di singkat m)).
Untuk membedakan suatu minterm dari minterm yang lain, masing-masing
minterm diberikan symbol tersendiri, yaitu dengan menggunakan huruf kecil m dengan
subskrip sesuai dengan nilai desimalnya. Misalnya minterm A’B’C diberi symbol m 0;
minterm A’BC diberi symbol m1, dll.
Tahapan perancangan rangkaian digital yang harus dilakukan berikutnya adalah
menyederhanakan rangkaian, yang tujuannya adalah untuk mendapatkan rangkaian yang
paling sederhana sehingga dengan fungsi yang sama rangkaian memerluka n jumlah
komponen yang lebih sedikit sehingga didapat alat digital yang harganya lebih murah dan
26
ukuran fisiknya lebih kecil. Salah satu teori yang bisa membantu untuk menyederhanakan
rangkaian adalah dengan teori De Morgan I dan II.
27
E. Metode Karnough Map
Metode penyederhanaan persamaan Boolean, yang paling sering digunakan,
melalui metode ini adalah menggunakan PETA KARNAUGH VEITCH atau yang sering juga
disebut sbg DIAGRAM KARNAUGH (KARNAUG MAP).
Jumlah kotak persegi empat pada K-Map ditentukan oleh jumlah kemungkinan kombinasi
dari semua variabel masukannya(input). Misalnya jika terdsapat dua variable input pada
masukannya maka jumlah kemungkinan variasi adalah 2 2= 4 kemungkinan jumlah kotak
persegi pada K-Map.
Bila jumlah kotak persegi pada K-Map sudah ditentukan, maka tiap-tiap kotak harus
ditandai sendiri-sendiri.Sebagai contoh bila variabel input data ada 2, maka ada 4 kotak
yang ditandai dengan A,A, B danB. Urutan penandaan diatur sedemikan rupa sehingga
pada peralihan dari satu kotak kekotak disebelahnya hanya boleh berbeda satu variabel
(satu nilai logika) saja. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :
B A A A
A.B A.B 00 10 atau B
A.B A.B 01 11 B
A A AB A B AB AB
C ABC A BC A BC ABC C
C AB C A B C ABC AB C atau C
B B B
28
Penyederhanaan atau minimisasi dilakukan dengan mengelompokkan kotak-kotak
yang bertetangga, yang bernilai logika-1, menjadi satu blok yang bergantung daari besarnya
digram, dapat terdiri dari 2,4,8 kotak,... dsb. Blok demekian dapat dianggap satu kotak yang
ditandai dengan variabel dipinggirnya. Satu kotak yang telah dikelompokkan dalam satu
blok dapat dikelompokkan lgi dengan blok lain. Selama pengelompokkan dapat
menciptakan blok yang baru, maka pengelompokan berganda dari suatu kotak selalu
membawa penyederhanaan.
Kotak yang tidak termasuk dalam suatu kelompok atau blok akan ditandai oleh
variabel berpadanan seperti semula. Persamaan baru yang disederhanakan merupakan
“penjumlahan” dari semua blok dari sisa kotak yang berlogika 1.
A B T
0 0 1
0 1 1
1 0 0
1 1 0
Solusi :
a) Berdasarkan tabel kebenaran diatas, maka persamaan Al-Jabarnya adalah
T=(A.B)+(A.B)...... standart disjunctif.
b) Selanjutnya dibuat diagram K-Map dengan mengalihkan persamaan kedalam kotak-
A A
B A A B
B A. B A. B 1 0
1 0
A. B A. B
B 1 0
1 0
T=A
kotak berpadanan.
29
c) Selanjutnya menyusul pengelompokan kotak-kotak bertetangga yang bernilai logika-1.
Diagram diatas memungkinkan pembentukan 1 blok berkotak-kotak secara khas yang
ditandai dengan huruf pinggir A. Tidak ada kotak yang bernilai logika-1 yang tersisa.
Sehingga hasil penyederhanaannya adalah : T = A.
Teknik minimisasi dalam ilmu digital adalah suatu teknik yang digunakan untuk
menyederhanakan suatu persamaan logika. Mengapa suatu persamaan logika perlu
disederhanakan?
Suatu persamaan logika perlu disederhanakan agar jika persamaan logika itu kita
buat menjadi sebuah rangkaian logika kita bisa ;
Mengurangi jumlah komponen yang digunakan
Mengurangi jumlah biaya yang diperlukan
Mempersingkat waktu untuk merangkai
Menghasilkan respon rangkaian lebih cepat karena delay rangkaian berkurang
Memperkecil dimensi fisik rangkaian
Menganalisa rangkaian dengan mudah
Berikut adalah contoh rangkaian yang belum diminimisasi dan rangkaian yang
sudah diminimisasi.
30
Aljabar Boolean dapat digunakan untuk menganalisa suatu rangkaian logika dan
mengekspresikan operasinya secara matematik. Suatu rangkaian dapat direduksi menjadi
bentuk yang lebih sederhana dengan menggunakan teorema Boolean tertentu. Ekspresi
Boolean yang lebih sederhana ini dapat menggantikan ekspresi aslinya, karena nilainya
yang ekivalen. Contohnya : rangkaian dengan persamaan logika
31
Apabila suatu variabel di OR kan dengan 1, maka hasilnya akan selalu 1. Kita dapat
mengingat bahwa output gerbang OR akan sama dengan 1 apabila salah satu input
bernilai 1, tanpa memandeng harga input yang lain.
X+ 1= 1
Teorema 7
Dapat dibuktikan dengan memeriksa untuk kedua harga x. 0 + 0 = 0 dan 1 + 1 = 1.
X + X= X
Teorema 8
Apabila suatu variabel di OR kan dengan inverse variabel tersebut, maka nilainya 1
X + X’ = 1
Variabel X pada teorema 1 sampai dengan 8 dapat menyatakan suatu
ekspresi yang mengandung lebih dari satu variable.
Teorema Multivariabel
Teorema 9 : X + Y = Y + X
Teorema 10 : X • Y = Y • X
Teorema 9 dan 10 disebut hukum-hukum komutatif. Hukum ini menunjukkan
bahwa urutan dalam menjumlah atau mengalikan dua variable tidak penting,
karena hasilnya akan sama.
Teorema 11 : X + (Y + Z) = (X + Y) + Z = X + Y + Z
Teorema 12 : X (YZ) = (XY) Z = XYZ
Teorema 11 dan 12 disebut hukum-hukum asosiatif, yang menyatakan bahwa kita
dapat mengelompokkan term-term dari suatu penjumlahan atau suatu perkalian
secara bebas, karena hasilnya akan sama.
Teorema 13 : X(Y + Z) = XY + XZ
Teorema 14 : (W + X)(Y + Z) = WY + XY + WZ + XZ
Teorema 13 dan 14 disebut hukum distributif, yang menyatakan bahwa suatu
ekspresi dapat dijabarkan dengan mengalikan term demi term persis sama seperti
dalam aljabar biasa.
Teorema 15 : X + X’Y = X + Y (sifat absorpsi)
Teorema 16 : X + XY = X (sifat reduksi)
32
Teorema ini dapat dibuktikan dengan menggunakan teorema 6 dan 2 :
X + XY = X(1 + Y)
= X • 1 (memakai teorema 6)
=X (memakai teorema 2)
Teorema 17 : X Y Z X Y Z
Teori Van De Morgan
Teorema 18 : X Y Z X Y Z
Teorema 19 : AB + AC + BC’ = AC + BC’
Sifat Konsensus
Teorema 20 : (A+B)(A+C)(B+C) = (A+C) (B+C)
33
Suatu persamaan dalam bentuk SOP dapat diimplementasikan atau direalisasikan
hanya dengan menggunakan gerbang-gerbang NAND.
Simbol Flip-flop RS
Flip-flop adalah nama lain bagi multivibrator bistabil, yakni multivibrator yang
keluarnya adalah suatu tegangan rendah atau tinggi 0 atau 1. Keluaran ini tetap rendah
atau tinggi dan untuk mengubahnya, rangkaian yang bersangkutan harus didrive oleh suatu
masukan yang disebut (trigger). Sampai datangnya pemicu, tegangan keluaran tetap
rendah atau tinggi untuk selang waktu yang tak terbatas.
Tabel Masukan/Keluaran
Tabel 1 meringkaskan kemungkinan-kemungkinan masukan/keluaran bagi flip-flop
RS (Reset-Set) :
Kondisi masukan yang pertama adalah RS = 0-0, Ini berarti tidak diterapkan pemicu.
Dalam hal ini keluaran Y mempertahankan nilai terakhir yang dimilikinya.
Kondisi masukan yang kedua adalah RS = 0-1 berarti bahwa suatu pemicu
diterapkan pada masukan S (Set). Seperti kita ketahui, hal ini mengeset flip-flop dan
menghasilkan keluaran Y bernilai 1.
Kondisi masukan yang ketiga adalah RS = 1-0 ini menyatakan bahwa suatu pemicu
diterapkan pada masukan R (Reset). Keluaran Y yang dihasilkan adalah 0.
Kondisi masukan RS = 1-1 merupakan masukan terlarang. Kondisi ini berarti
menerapkan suatu pemicu pada kedua masukan S dan R pada saat yang sama. Hal
ini merupakan suatu pertentangan karena mengandung pengertian bahwa kita
berupaya untuk memperoleh keluaran Y yang secara serentak sama dengan 1 dan
sama dengan 0.
Tabel 1. RS FLIP-FLOP
R S Y
0 0 Nilai terakhir
0 1 1
34
1 0 0
1 1 Terlarang
Rangkaian Flip-flop RS
Keluaran masing-masing gerbang NOR mendrive salah satu masukan pada gerbang
NOR yang lain. Demikian pula, masukan-masukan S dan R memungkinkan kita mengeset
atau mereset keluaran Y. Seperti sebelumnya, masukan S yang tinggi mengeset Y ke 1;
masukan R yang tinggi mereset Y ke 0. Jika R dan S kedua-duanya rendah, keluaran tetap
tergrendel (latched) atau tertahan pada keadaan terakhirnya. Kondisi pertentangan yakni
R dan S kedua-duanya tinggi pada saat yang sama juga masih terlarang.
R
Y
Y
S
S
Y
Y
R
35
Masukan S yang tinggi mengeset keluaran Y ke 1, kecuali jika keluaran ini memang
telah berada pada keadaan tinggi. Dalam hal ini keluaran tidak berubah, walaupun
masukan S kembali ke keadaan rendah.
Masukan R yang tinggi mereset keluaran Y ke 0, kecuali jika keluaran ini memang
telah rendah. Keluaran y selanjutnya tetap pada keadaan rendah, walaupun
masukan R kembali ke keadaan rendah.
Memberikan R dan S keduanya tinggi pada saat yang sama adalah terlarang karena
merupakan pertentangan (Kondisi ini mengakibatkan masalah pacu, yang akan
dibahas kemudian).
Pengembangan lebih lanjut dari RS – FF adalah Clocked RS FF. Perbedaan cara
kerja dari Clocked RS FF adalah bahwa flip –flop akan mengalami perubahan seperti pada
RS FF menunggu sinyal clock aktif (logika tinggi).
R
R Y
CLK
S Y
S
Gambar 3. Clocked RS FF
D Flip-Flop
Rangkaian Kombinatorial dan Rangkaian Sekuensial
Rangkaian/untai digital dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasar hubungan input dan
output, yaitu:
1. Rangkaian kombinatorial, yaitu rangkaian yang outputnya suatu saat hanya
tergantung pada input pada saat itu. Kombinasi input yang sama akan selalu
menghasilkan kombinasi output yang sama pula.
Contohnya adalah rangkaian penerapan prinsip Sum-of-Product pada Labsheet 2.
Rangkaian
input output
kombinatorial
36
2. Rangkaian sekuensial, yaitu rangkaian yang outputnya tidak hanya tergantung pada
input saat itu, tetapi juga tergantung pada keadaan (state) dari rangkaian tersebut,
atau sering juga disebut tergantung pada ingatan (memory) dari rangkaian tersebut.
Pada dasarnya jenis rangkaian ini dapat dilihat sebagai rangkaian kombinatorial
yang dilengkapi memory, seperti ilustrasi pada Gambar 2.
kombinatorial
Memory
rendah, kita membutuhkan input R tinggi, sehingga Q=0 dan Q,¯=1. Membangkitkan dua
buah sinyal masukan (S dan R) untuk men-drive flip-flop merupakan suatu kelemahan
dalam berbagai penerapan. Demikian pula, kondisi terlarang yakni R dan S keduanya tinggi,
sehingga keluaran Q dan Q,¯ bernilai sama, dapat terjadi secara tidak sengaja. Hal ini
menyebabkan dikembangkan jenis flip-flop lain yang dapat mengatasi kelemahan-
kelemahan tersebut, antara lain flip-flop D (D dari Data), suatu rangkaian yang hanya
membutuhkan sebuah masukan data. Pada dasarnya, flip-flop D merupakan multivibrator
bistabil yang masukan D-nya ditransfer ke keluaran Q saat rangkaian aktif.
Tabel 1. Flip-flop D
Input Output
D Q Q,¯
0 0 1
1 1 0
37
D S
Q
R
D
S
lonceng
Untuk penggunaan praktis, kita dapat menggunakan IC 7474 yang berisi 2 buah
Positive-Edge-Triggered D Flip-Flop. Positive-Edge-Triggered artinya nilai pada masukan
kaki D akan diterima oleh Flip-Flop saat terjadi perubahan sinyal lonceng (clock) dari 0 ke 1
atau sering juga disebut rising edge. Perubahan masukan pada kaki D tidak akan
berpengaruh pada keluaran Q bila tidak terjadi transisi pada lonceng dari 0 ke 1, walaupun
38
misalnya lonceng bernilai 1. Diagram hubungan kaki-kaki IC ini dapat dilihat pada Gambar
2.
Pada IC 7474, juga terdapat kaki Preset dan kaki Clear. Kaki Preset berfungsi untuk
memaksa output menjadi Q=1 dan Q,¯=0, tanpa memperdulikan input D, sedangkan kaki
Clear berfungsi untuk memaksa output menjadi Q=0 dan Q,¯=1, tanpa memperdulikan
input D. Yang perlu diperhatikan adalah pada IC ini, kaki Preset dan Clear bersifat active-
low (lawan active-high), artinya kaki tersebut aktif justru ketika mendapat masukan 0
(low). Sifat tersebut dapat diketahui dengan adanya tanda ○ pada kaki yang bersangkutan
di diagram seperti gambar di bawah ini.
39
2. Level-sensitive flip-flop, yaitu untai flip-flop yang mempunyai input sinyal clock,
dan output akan bereaksi terhadap perubahan input saat sinyal clock aktif (bisa saat
bernilai 1 atau 0)
Contoh dari untai ini adalah rangkaian 3 dari Labsheet 3 dan rangkaian 1 dari
Labsheet 4.
3. Edge-triggered flip-flop, yaitu untai flip-flop yang mempunyai input sinyal clock,
dan output akan bereaksi terhadap perubahan input saat sinyal clock berubah dari
0 ke 1 (untuk tipe Positive-Edge-Triggered FF) atau saat clock berubah dari 1 ke 0
(untuk tipe Negative-Edge-Triggered FF). Beberapa literatur menyebut tipe inilah
yang benar-benar disebut flip-flop.
Jenis ke-2 dan ke-3 biasa disebut sebagai clocked flip-flop.
Flip-Flop T
Nama flip-flop T diambil dari sifatnya yang selalu berubah keadaan setiap ada
sinyal pemicu (trigger) pada masukannya. Flip-flop T atau flip-flop toggle adalah flip-flop
J-K yang kedua masukannya (J dan K) digabungkan menjadi satu sehingga hanya ada satu
jalan masuk. Karakteristik dari flip-flop ini adalah kondisi dari keluaran akan selalu toogle
atau selalu berlawanan dengan kondisi sebelumnya. Input T merupakan satu-satunya
masukan yang ada pada flip-flop jenis ini sedangkan keluarannya tetap dua, seperti semua
flip-flop pada umumnya. Kalau keadaan keluaran flip-flop 0, maka setelah adanya sinyal
pemicu keadaan-berikut menjadi 1 dan bila keadaannya 1, maka setelah adanya pemicuan
keadaannya berubah menjadi 0. Karena sifat ini sering juga flip-flop ini disebut sebagai flip-
flop toggle (berasal dari skalar toggle/pasak).
0 1 1
1 0 0
40
0 0 0
T Qn+1
0 Qn
1 /Qn
Pada saat T = 0 maka Qn+1 = Qn. Pada saat T = 1 maka Qn+1 = /Qn
Rangkaian T flip-flop atau Togle flip-flop dapat dibentuk dari modifikasi clocked RS-
FF, D-FF maupun JK-FF. T-FF mempunyai sebuah terminal input T dan dua buah terminal
output Q dan Qnot. T-FF banyak digunakan pada rangkaian Counter, frekuensi deviden dan
sebagainya.
JK Flip flop
Gambar 1 memperlihatkan salah satu cara untuk membangun sebuah flip-flop J-K,
J dan K disebut masukan pengendali karena menentukan apa yang dilakukan oleh flip-flop
pada saat suatu pinggiran pulsa positif tiba.
J S Q
lonceng
K RS latch
41
melewatkan pemicu reset (R = 1) yang akan menyebabkan Q menjadi rendah
Jadi J = 0 dan K = 1 berarti lonceng = 1 akan mereset flip-flopnya (Q = 0), bila Q
sebelumnya tinggi.
Pada saat J tinggi dan K rendah, maka tidak terdapat kemungkinan untuk mereset
flip-flop ((karena R pasti bernilai 0).
tinggi
Jadi J = 1 dan K = 0 berarti lonceng = 1 akan mengeset flip-flopnya (Q = 1), bila Q
sebelumnya rendah.
Pada saat J dan K keduanya tinggi, dapat mengeset atau mereset flip-
flopnya, tergantung kondisi Q sebelumnya.
Bila Q tinggi (Q = 1) dan lonceng = 1, gerbang bawah akan melewatkan pemicu reset (R
= 1) yang akan menyebabkan Q menjadi rendah.
membuat nilai Q yang baru adalah kebalikan dari nilai Q sebelumnya (Q t+1 = Q t ).
Tabel 1. FLIP-FLOP JK
CLK J K Q
0 0 0 Keadaan terakhir
0 1 0
1 0 1
1 1 Keadaan terakhir
42
Rangkaian FF J-K di atas mempunyai satu kelemahan, yaitu memungkinkan
terjadinya kondisi osilasi atau race-around condition. Hal ini terjadi jika lebar pulsa lonceng
(clock) lebih besar dari waktu pensaklaran FF (waktu yang dibutuhkan keluaran bereaksi
terhadap keluaran). Dalam keadaan ini keluaran yang diumpanbalikkan ke masukan akan
mengubah masukan, sehingga menyebabkan perubahan pada keluaran , dan seterusnya,
sehingga akhir pulsa lonceng, sehingga keluaran FF tidak jelas. Hal ini terutama terjadi
ketika rangkaian di atas mendapat masukan J = 1 dan K = 1. Hal tersebut dapat dilihat pada
diagram pewaktuan (timing diagram) berikut.
CLK
Race around
condition
Untuk mengatasi kondisi osilasi, dikembangkan flip-flop dengan pemicuan sisi (edge
triggering) dan flip-flop utama/pembantu (master/slave flip-flop).
Edge-triggered Flip-Flop
Seperti telah disebutkan di atas, salah satu cara untuk mengatasi race-around
condition adalah dengan mengembangkan edge-triggered flip-flop. Berikut adalah simbol
dari Positive-edge-triggered J-K FF yang berada dalam IC 74109. Tabel 1 di atas
sebenarnya menunjukkan perilaku F-F J-K jenis ini.
43
5
PRESET
1 2
J Q
6
CLK
4 7
K Q
CLR
Tidak menyebabkan
perubahan pada keluaran
CLK
slave adalah CLK = 0, F-F slave akan disable, tidak ada perubahan pada keluaran.
Pada akhir pulsa clock, CLK = 0 dan CLK = 1, F-F master akan disable dan F-F slave
akan enable. F-F slave akan merubah keluarannya sesuai dengan keluaran Q M dan
44
Jadi selama selang waktu detak, keluaran Q tidak akan berubah tetapi Q M
mengikuti logika J-K, pada akhir pulsa detak, nilai Q M akan ditransfer ke Q.
Q
SM QM R
J
Q
CLK
K QM Q
RM S
Q
FF Master FF Slave
CLK
QM
QM
.
Gambar 5. Keluaran-masukan Master/Slave JK untuk menghindari osilasi.
45
Jika J=0 dan K=1, flip-flop utama direset pada saat pinggiran-positif pulsa lonceng
tiba. Keluaran Q M yang tinggi dari flip-flop utama menuju ke masukan K pada flip-
46
Gambar 7. Diagram koneksi IC 7473.
MENGEVALUASI KEBENARAN BILANGAN BINER BERSAMAAN DENGAN BILANGAN
DESIMAL DARI KELUARAN IC COUNTER SAAT RESET PADA KEADAAN KELUARAN
TERTENTU
Pencacah Biner
Flip-flop dapat dihubungkan untuk mendapatkan sebuah pencacah elektronik,
suatu unit yang mencacah banyaknya picu masukan. Gambar 1 memperlihatkan empat
buah flip-flop yang dirangkai menjadi satu rangkaian seri. Suatu gelombang segiempat
memicu flip-flop A. Perhatikan bahwa keluaran flip-flop A memicu flip-flop B, yang
selanjutnya keluarannya memicu flip-flop C, yang selanjutnya memicu flip-flop D. Semua
masukan J dan K dihubungkan ke + V cc. Ini berarti masing-masing flip-flop akan berubah
keadaan (toggle) akibat peralihan negatif pada masukan loncengnya.
Data input ( 1 )
J A J B J C J D
lonceng
47
Bila keluaran suatu flip-flop memicu flip-flop lainnya, pencacah tersebut disebut
pencacah kerut (ripple counter) atau pencacah tak serempak (asinkron); flip-flop A harus
berubah keadaan sebelum dia memicu flip-flop B; B harus berubah sebelum dia dapat
memicu C; dan seterusnya. Pemicu bergerak melalui flip-flop bagaikan riak gelombang
dalam air. Oleh sebab itu, waktu tunda rambatan keseluruhan merupakan jumlah masing -
masing waktu tunda. Jika masing-masing flip-flop dalam sebuah pencacah biner empat-bit
mempunyai tp sebesar 10 ns, tp keseluruhan adalah 40 ns.
Apa yang terjadi pada saat masing-masing pulsa lonceng tiba? Marilah kita
asumsikan bahwa semua flip-flop pada mulanya direset sehingga menghasilkan keluaran-
keluaran 0. Dengan demikian, kondisi keluaran adalah D C B A = 0 0 0 0 sebelum datangnya
pulsa lonceng pertama.
Ketika lonceng pertama tiba, flip-flop A berubah keadaan pada titik perpindahan
menuju negatif pulsa tersebut. Maka, pada akhir daur masukan pertama, kondisi keluaran
adalah D C B A = 0 0 0 1. Keluaran A telah berpindah dari 0 ke 1, sehingga ini merupakan
perubahan positif. Bila dicatukan ke masukan lonceng flip-flop B, perubahan positif ini tidak
memberikan dampak karena masukan lonceng hanya memberikan tanggapan terhadap
perubahan menuju negatif.
48
Ketika pulsa lonceng kedua tiba, flip-flop A kembali berubah keadaan pada
pinggiran-negatif gelombang segiempat masukan ini. Dalam perubahannya A berpindah
dari 1 ke 0, suatu perubahan negatif. Perubahan menuju negatif ini memicu flip-flop B; oleh
karenanya B berubah dari 0 ke 1. Perubahan menuju positif pada B ini tidak memberikan
dampak terhadap C. Maka, pada akhir pulsa lonceng kedua, kondisi keluaran keempat flip-
flop adalah D C B A = 0 0 1 0.
Setelah pulsa lonceng ketiga, A berubah dari 0 ke 1; perubahan menuju positif ini
tidak memberikan dampak terhadap flip-flop lainnya, maka kondisi keluaran adalah D C B
A = 0 0 1 1.
Pada pinggiran-positif pulsa lonceng keempat, A berubah dari 1 ke 0. Hal ini
menyebabkan B berubah dari 1 ke 0 pula. Selanjutnya, perubahan menuju-negatif pada B
mendorong C berubah dari 0 ke 1. Kondisi keluaran keempat flip-flop dengan demikian
menjadi D C B A = 0 1 0 0. Demikian seterusnya hingga pulsa lonceng terakhir.
49
Tabel 1 Tabel kebenaran pencacah 4 bit
Pulsa Clock ke- D C B A
1 0 0 0 0
2 0 0 0 1
3 0 0 1 0
4 0 0 1 1
5 0 1 0 0
6 0 1 0 1
7 0 1 1 0
8 0 1 1 1
9 1 0 0 0
10 1 0 0 1
11 1 0 1 0
12 1 0 1 1
13 1 1 0 0
14 1 1 0 1
15 1 1 1 0
16 1 1 1 1
50
Data input ( 1 )
J A J B J C
lonceng
51
Hanya masukan J dan K dari flip-flop A (yang memberikan keluaran untuk LSB) yang
secara permanen dihubungkan dengan aras tinggi. Input J dan K dari FF yang lain
diberi masukan dari kombinasi output FF yang lain.
Pencacah sinkron membutuhkan lebih banyak rangkaian dibandingkan pencacah
sinkron.
A A
AB ABC
Input “1” B
B C
J A J B J C J D
K A K B K C K D
Clock
Selanjutnya pencacah sinkron dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang
menggunakan series carry (ripple-through carry) dan yang menggunakan parallel carry.
Gambar 5 memperlihatkan pencacah sinkron dengan parallel carry, sedangkan pencacah
sinkron dengan series carry diperlihatkan di gambar rangkaian. Pada pencacah sinkron
dengan series carry, gerbang AND kedua (antara FF C dan FF D) harus menunggu keluaran
AND pertama, sehingga waktu propagasi pencacah sinkron dengan series carry lebih buruk
dari pencacah dengan parallel carry. Namun pencacah asinkron dengan parallel carry juga
mempunyai kelemahan, yaitu mensyaratkan fan-in yang tinggi pada gerbang AND (dua
masukan untuk gerbang AND pertama, tiga masukan untuk gerbang AND kedua, dan
seterusnya) dan beban yang berat untuk FF di bagian awal deret (pada pencacah 4-bit, fan
out untuk FF A adalah 4 -1 = 3, dan seterusnya).
Pencacah Desimal
Pada sistem digital, sebuah digit desimal bisa diwakili satu sekuens digit biner
dengan mekanisme penyandian (encoding) yang disebut Binary Coded Desimal (BCD).
52
Dengan BCD, sebuah digit desimal akan diwakili 4 bit yang dapat merepresentasikan digit
0 s/d 9. Walau kita dapat membangun pencacah dekade dengan menggunakan sandi-sandi
BCD lainnya, namun pada umumnya pencacah dekade menggunakan sandi BCD 8421. Pada
sandi BCD 8421, bit paling kanan (MSB) akan mempunyai bobot 8 (2 3), bit ke-2 mempunyai
bobot 4 (22), dan seterusnya.
Standar industri bagi pencacah dekade adalah 7490, suatu rangkaian terpadu skala -
sedang (MSI) dalam seri TTL 7400. 7490 mencacah dalam sandi BCD 8421 dari 0000 sampai
1001; kemudian pencacah ini reset ke nol. Rangkaian MSI yang terkenal ini secara umum
mempunyai disipasi daya sebesar 145 mW, waktu tunda rambatan sebesar 50 ns (keadaan
terburuk), keluaran totem-pole, serta ciri-ciri lain yang dijelaskan pada lembar datanya.
Untuk mencacah lebih dari 10, yang perlu kita lakukan adalah menggandengkan pencacah-
pencacah dekade.
Multivibrator adalah suatu rangkaian yang terdiri dari dua buah piranti aktif dengan
keluaran yang saling berhubungan dengan masukan yang lain. Umpan balik positif yang
dihasilkan menyebabkan piranti yang satu harus di cut off, sedangkan piranti yang lain
dipaksa melakukan penghantaran. Multivibrator dikelompokkan kedalam bistabil,
monostabil dan astabil. Rangkaian multivibrator bistabil memiliki ciri-ciri, bahwa rangkaian
53
ini tetap berada pada tingkatan (level) keluaran yang diberikan apabila tidak dikenakan
sinyal (trigger) dari luar. Penerapan sinyal dari luar akan menyebabkan perubahan keadaan,
dan tingkat keluaran ini akan tetap sampai ada sinyal dari luar berikutnya. Jadi rangkaian
bistabil memerlukan dua sinyal sebelum kembali kekeadaan awal. Multivibrator
monostabil atau one shot, menghasilkan satu pulsa dengan selang waktu tertentu dalam
menanggapi suatu sinyal trigger dari luar. Ini berarti bahwa hanya satu saja keadan stabil.
Penerapan trigger mengakibatkan perubahan keadaan kuasi stabil, yang berarti bahwa
rangkaian tetap berada pada keadaan kuasistabil pada selang waktu yang ditentukan dan
kemudian kembali kekeadaan awal. Akibatnya adalah sinyal trigger internal dibangkitkan
yang menghasilkan transisi keadaan stabil. Multivibrator astabil atau free running adalah
multivibrator yang memiliki dua keadaan kuasi stabil ( bukan keadaan stabil), dan kondisi
rangkaian berosilasi diantaranya. Dalam hal ini tidak diperlukan sinyal trigger luar untuk
menghasilkan perubahan keadaan. Karena sifat osilasi diantara dua keadaan ini, rangkaian
astabil digunakan untuk menghasilkan gelombang segi empat.
Multivibrator merupakan osilator. Sedangkan osilator adalah rangkaian elektronika yang
menghasilkan perubahan keadaan pada sinyal output. Osilator dapat menghasilkan clock / sinyal
pewaktuan untuk sistem digital seperti komputer. Osilator juga bisa menghasilkan frekuensi dari
pemancar dan penerima radio. Multivibrator adalah suatu rangkaian yang terdiri dari dua buah
piranti aktif dengan keluaran yang saling berhubungan dengan masukan yang lain. Umpan balik
positif yang dihasilkan menyebabkan piranti yang satu harus di cut off, sedangkan piranti y ang lain
dipaksa melakukan penghantaran. Multivibrator dikelompokkan kedalam bistabil, monostabil dan
astabil. Rangkaian multivibrator bistabil memiliki ciri-ciri, bahwa rangkaian ini tetap berada pada
tingkatan (level) keluaran yang diberikan apabila tidak dikenakan sinyal (trigger) dari luar.
Penerapan sinyal dari luar akan menyebabkan perubahan keadaan, dan tingkat keluaran ini akan
tetap sampai ada sinyal dari luar berikutnya. Jadi rangkaian bistabil memerlukan duasinyal sebelum
kembali kekeadaan awal.
Multivibrator monostabil atau one shot, menghasilkan satu pulsa dengan selang waktu
tertentu dalam menanggapi suatu sinyal trigger dari luar. Ini berarti bahwa hanya satu saja keadan
stabil. Penerapan trigger mengakibatkan perubahan keadaan kuasi stabil, yang berarti bahwa
rangkaian tetap berada pada keadaan kuasistabil pada selang waktu yang ditentukan dankemudian
kembali kekeadaan awal. Akibatnya adalah sinyal trigger internal dibangkitkan yang menghasilkan
transisi keadaan stabil.
54
Multivibrator astabil atau free running adalah multivibrator yang memiliki dua keadaan
kuasi stabil ( bukan keadaan stabil), dan kondisi rangkaian berosilasi diantaranya. Dalamhal ini tidak
diperlukan sinyal trigger luar untuk menghasilkan perubahan keadaan. Karena sifat osil asi diantara
dua keadaan ini, rangkaian astabil digunakan untuk menghasilkan gelombang segi empat.
Pada dasarnya ada 3 jenis dari multivibrator, yaitu:
1. Astable Multivibrator
2. Monostable Multivibrator
3. Bistable Multivibrator
Multivibrator Astabil
Multivibrator (MV) adalah rangkaian pembangkit pulsa yang menghasilkan keluran
gelombang segi empat. Multivibrator diklasifikasikan menjadi multivibrator astabil,
bisatabil, dan monostabil.
Suatu multivibrator astabil juga disebut dengan multivibrator bergerak bebas.
Multivibrator astabil menghasilkan aliran kontinu pulsa-pulsa sebagaimana digambarkan
pada gambar dibawah ini.
55
Gambar 2. Rangkaian multivibrator astabil dari IC NE 555
Multivibrator merupakan jenis osilator relaksasi yang sangat penting. Rangkaian osilatorini
menggunakan jaringan RC dan menghasilkan gelombang kotak pada keluarannya.
Astabel multivibrator biasa digunakan pada penerima TV untuk mengontrol berkas elektron pada
tabung gambar. Pada komputer rangkaian ini digunakan untuk mengembangkan pulsa waktu.
Astable multivibrator atau disebut freerunning multivibrator adalah mutivibrator yang tidak
mempunyai stable state yang permanen. Setiap transistor secara bergantian saturated dan cut off.
56
Gambar 4. Rangkaian multivibrator astable schmitt trigger
Sebuah multivibrator terdiri atas dua penguat yang digandeng secara silang.
Keluaran penguat yang satu dihubungkan dengan masukan penguat yang lain. Karena
masing-masing penguat membalik isyarat masukan, efek dari gabungan ini adalah berupa
balikan positif. Dengan adanya (positif) balikan, osilator akan “regenerative” (selalu
mendapatkan tambahan energi) dan menghasilkan keluaran yang kontinyu. Astabil
Multivibrator adalah suatu rangkaian yang mempunyai dua state dan yang berosilasi secara
kontinu guna menghasilkan bentuk gelombang persegi atau pulsa dioutputnya. Pada
multivibrator astabil, outputnya tidak stabil pada setiap state, tapi akan berubah secara
kontinudari 0 ke 1 dan dari 1 ke 0. Prinsip ini sama dengan rangkaian osilator dan kondisi
ini sering disebut dengan free running.
Operasi dari osilator seperti pada gambar Rangkaian Multivibrator Astabil Schmitt
Trigger adalah:
1. Tegangan supply IC dalam keadaan hidup/ ON, sehingga Vkap adalah 0 V dan Vout akan
tinggi/ sama dengan tegangan IC ≈5 V.
2. Kapasitor akan mulai mengisi yang sama dengan tegangan Vout.
3. Ketika Vkap menuju tegangan positif (VT+) dari schmitt trigger yaitu sebesar 5 V, maka
output
4. Dari Schmitt akan berubah menjadi rendah (≈0 V).
5. Karena Vout ≈ 0 V, maka akan terjadi pengosongan kapasitor terhadap 0 V.
6. Ketika Vka pdrop menuju tegangan negatif (VT-), maka output Schmitt akan kembali
menjadi tinggi.
7. Kejadian seperti ini akan terus berulang, dimana saat pengisian tegang an kapasitor
menjadi VT+ dan saat pengosongan tegangan kapasitor turun menjadi VT-.
57
Adapun bentuk gelombang dari Vout dan Vkapasitor dapat dilihat pada gambar
dibawah.
Multivibrator Monostabil
Multivibrator monostable : disebut juga multivibrator one-shoot, menghasilkan pulsa
output tunggal pada waktu pengamatan tertentu saat mendapat trigger dari luar. Monostable
multivibrator memiliki satu kondisi stabil sehingga sring juga disebut sebagai multibratorone-shot.
Saat osilator terpicu untuk berubah ke suatu kondisi pengoperasian, maka pada waktu singkatakan
kembali ke titik awal pengoperasian. Konstanta waktu RC menentukan periode waktu perubahan
keadaan. Monostable multivibrator termasuk jenis osilator triggered.
Skema rangkaian monostable multivibrator diperlihatkan pada gambar.Rangkaianmemiliki
dua kondisi yaitu kondisi stabil dan kondisi tak stabil. Rangkaian akan rileks pada kondisi stabil saat
tidak ada pulsa. Kondisi tak stabil diawali dengan pulsa pemicu pada masukan. Setelahselangwaktu
2 1 0,7 ´ R C , rangkaian kembali ke kondisi stabil. Rangkaian tidak mengalami perubahan sampai
ada pulsa pemicu yang datang pada masukan.
Pada multivibrator monostable, kondisi one-shoot mempunyai satu state stabil, dimana ini terjadi
jika clock berada pada negative edge trigger (tergantung jenis IC-nya). Saat mendapat trigger, Q
menjadi LOW pada panjang t tertentu (tw), selanjutnya berubah ke nilai sebaliknya (HIGH), hingga
bertemu lagi dengan negative edge trigger berikutnya dari clock. Salah satu IC Multivibrator
monostable adalah 74121.
Multivibrator monostabil adalah suatu rangkaian yang banyak dipakai untuk
membangkitkan pulsa output yang lebarnya dan amplitudonya tetap. Multivibrator monostabil ini
dapat dibuat dengan menggunakan komponen-komponen tersendiri atau dapat diperoleh dalam
paket terintegrasi.
58
Gambar 3. Multivibrator monostable dengan gerbang NAND
59
Gambar menunjukkan rangkaian monostabil. Pada mode ini, pengatur waktu
menghasilkan suatu pulsa yang tetap tegangan picu di bawah Vcc/3. Ketika tegangan clock
picu berlaku pada pin ke 2 tegangan akan jatuh di bawah Vcc/3 sedang keluaran timer
adalah rendah,timer internal flip flop discharge Tr. batal/mulai dan menyebabkan keluaran
timer menjadi tinggi dengan membebankan kapasitor C1 yang eksternal dan menentukan
keluaran flip flop pada waktu yang sama.
Tegangan pada kapasitor eksternal C1,VC1 meningkat secara exponensial dengan waktu
yang konstan t=RA*C dan 2Vcc/3 pada td=1.1RA*C. Karena kapasitor C1dibebankan pada
resistor RA. Semakin besar konstanta waktu maka semakin besar pula RAC , sehingga VC1
mencapai 2Vcc/3. dengan kata lain, kontanta waktu RAC mengendalikan lebar pulsa
keluaran.
60
Multivibrator bistable:
Disebut sebagai multivibrator bistable apabila kedua tingkat tegangan keluaran
yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah stabil dan rangkaian
multivibrator hanya akan mengubah kondisi tingkat tegangan keluarannya pada saat
dipicu.
Bisatable Multivibrator : ditrigger oleh sebuah sumber dari luar (external source)
pada salah satu dari dua state digital. Ciri khas dari multivibrator ini adalah state-nya tetap
bertahan pada nilai tertentu, sampai ada trigger kembali yang mengubah ke nilai yang
berlawanan. SR Flip-flop adalah contoh multivibrator bistable. Bistable multivibrator
mempunyai dua keadaan stabil. Pulsa pemicu masukan akan menyebabkan rangkaian
diasumsikan pada salah satu kondisi stabil. Pulsa kedua akan menyebabkan terjadinya
pergeseran ke kondisi stabil lainnya. Multivibraator tipe ini hanya akan berubah keadaan
jika diberi pulsa pemicu. Multivibrator ini sering disebut sebagai flip-flop. Ia akan lompat ke
satu kondisi (flip) saat dipicu dan bergeser kembali ke kondisi lain (flop) jika dipicu.
Rangkaian kemudian menjadi stabil pada suatu kondisi dan tidak akan berubah atau toggle
sampai ada perintah dengan diberi pulsa pemicu.
Multivibrator ini disebut juga dengan flip flop atau latch (penahan) yang
mempunyai dua state. Flip flop merupakan elemen dasar dari rangkaian logika sekuensial.
Output dari flip flop tergantung dari keadaan rangkaian sebelumnya.
Pada dasarnya multivibrator adalah dua amplifier dengan feedback positif dari output
amplifier kedua ke input amplifier yang pertama. Multivibrator ini mempunyai dua keadaan stabil.
61
Gambar 6. Multivibrator Bistable
Keadaan stabil pertama adalah bila Tr1 tidak menghantar, maka Basis Tr2 pasti pada
posisi low dan berarti Tr2 menghantar. Keadaan ini stabil sampai ada switching pulse yang
mengakibatkan Tr1 menghantar, dengan begitu Tr2 tidak menghantar dan terjadilah
keadaan stabil kedua.
Merancang Multivibrator Digital Dengan Gerbang Logika. Dalam elektronika digital
saklar transistor dikembangkan menjadi gelombang-gelombang logika, selanjutnya
gelombang logika dikembangkan menjadi berbagai bentuk multivibrator. Ada empat
macam multivibrator tiga diantaranya yaitu: astabil, monostabil dan picu Schmitt.
Astabil berfungsi sebagai osilator relaksasi yang dapat digunakan sebagai pembangkit
isyarat dan pembangkit Clock. Monostabil mempunyai satu keadaan stabil sehi ngga dapat
digunakan untuk menghasilkan pulsa dengan lebar tertentu oleh adanya transisi logika.
Sedangkan Picu Schmitt berubah keadaan bila isyarat masukan melampaui suatu harga
tegangan tertentu. Picu Schmitt tak lain adalah komparator dengan histeresis sehingga
dapat digunakan sebagai komparator jendela dengan waktu naik yang cepat serta dapat
digunakan sebagai astabil.
62
MEMAHAMI KOMPONEN REGISTER GESER
Register merupakan blok logika yang sangat penting dalam kebanyakan sistem
digital. Register sering digunakan untuk menyimpan (sementara) informasi biner yang
muncul pada keluaran sebuah matriks pengkodean. Di samping itu, register sering
digunakan untuk menyimpan (sementara) data biner yang sedang didekode. Maka register
membentuk suatu kaitan yang sangat penting antara sistem digital utama dan kanal-kanal
masukan/keluaran.
Register biner juga membentuk basis bagi beberapa operasi aritmatika yang sangat
penting. Sebagai contoh, operasi-operasi komplementasi, perkalian, dan pembagian
seringkali diwujudkan dengan menggunakan register.
Register tidak lebih daripada sekelompok flip-flop yang dapat digunakan untuk menyimpan
sebuah bilangan biner. Harus terdapat sebuah flip-flop bagi masing-masing bit dalam
bilangan biner tersebut. Tentunya flip-flop harus dihubungkan sedemikian hingga bilangan
biner dapat dimasukkan (digeser) ke dalam register dan juga digeser ke luar. Sekelompok
flip-flop yang dihubungkan untuk melaksanakan salah satu atau kedua fungsi ini disebut
register geser (shift register).
Terdapat dua metoda untuk menggeser informasi biner ke dalam suatu register. Yang
pertama berkenaan dengan penggeseran informasi ke dalam register bit demi bit secara
seri (berderet) dan metoda ini mengarah kepada pengembangan register geser seri (serial
shift register). Metoda yang kedua berkenaan dengan penggeseran semua bit ke dalam
register pada saat yang sama dan mengarah kepada pengembangan register geser paralel
(parallel shift register).
63
C.
Gambar Rangkaian 1. Register geser serial in-paralel out dan Serial in-serial out
64
Gambar Rangkaian 2. Konvertor data serial ke paralel 8 bit
65
Latihan uraian
Dari rangkaian register Gambar 1 dan Gambar 2 di atas dapat dilakukan latihan
menggunakan tabel seperti berikut.
Tabel 1. Tabel percobaan register geser serial in-paralel out
No. Serial-in pada clock ke- OUTPUT
1 2 3 4 A0 B0 C0 D0
1 1 1 1 0
2 1 1 1 1
3 1 1 0 0
4 1 1 0 1
5 1 0 1 0
6 1 0 1 1
7 1 0 0 0
8 1 0 0 1
66
Tabel 3. Tabel percobaan konvertor serial ke parallel 8 bit
Serial Clock Q0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7
in ke:
1 1
1 2
0 3
1 4
1 5
0 6
1 7
0 8
67
MENERAPKAN RANGKAIAN LOGIKA SEBAGAI KONTROL MOTOR STEP
Register merupakan blok logika yang sangat penting dalam kebanyakan system
digital. Register sering digunakan untuk menyimpan (sementara) informasi biner yang
muncul pada keluaran sebuah matriks pengkodean. Di samping itu, register sering
digunakan untuk menyimpan (sementara) data biner yang sedang didekode. Maka register
membentuk suatu kaitan yang sangat penting antara system digital utama dan kanal -kanal
masukan/keluaran.
Register biner juga membentuk basis beberapa operasi aritmatika yang sangat
penting. Sebagai contoh, operasi-operasi komplementasi, perkalian dan pembagian
seringkali diwujudkan dengan menggunakan register.
Register geser dengan sangat mudah dapat dimodifikasi untuk membentuk
berbagai jenis pecacah. Pecahan-pecahan ini memberikan beberapa keuntungan yang
sangat berbeda.
Register Geser seri (Serial Shift Register)
Register tidak lebih daripada sekelompok flip-flop yang dapat digunakan untuk
menyimpan sebuah bilangan biner. Harus terdapat sebuah flip-flop bagi masing-masing bit
dalam bilangan biner tersebut. Tentunya flip-flop harus dihubungkan sedemikian hingga
bilangan biner dapat dimasukan keluar dan kedalam register. Sekelompok flip-flop yang
dihubungkan untuk melaksanakan salah satu atau kedua fungsi ini disebut register geser (
shift regester).
Shift Register adalah suatu register yang mempunyai kemampuan untuk menggeser
data 1 bit ke kiri atau ke kanan setiap kali mendapat satu pulsa clock. Secara umum
terdapat 3 jenis shift register, yaitu :
1. Shift-Left Register, yaitu suatu register yang dapat menggeser data 1 bit ke kiri setiap
kali mendapat pulsa satu clock.
2. Shift-Right Register, yaitu suatu register yang dapat menggeser data 1 bit ke kanan
setiap kali mendapat pulsa satu clock.
3. Shift-Left/Right Register, yaitu suatu register yang dapat menggeser data 1 bit ke kiri
atau ke kanan setiap kali mendapat pulsa satu clock; tergantung kepada level logic yang
diberikan pada “Mode Input” dari register tersebut.
68
Ditinjau dari cara pemasukan dan pengeluaran data, terdapat 4 jenis shift register, yaitu :
1. Shift Register SISO (serial in serial out), yaitu shift register yang dapat menerima dan
mengeluarkan data secara seri. Untuk memasukkan dan mengeluarkan data secara seri
diperlukan sebanyak n pulsa clock.
2. Shift Register SIPO (serial in paralel out), yaitu shift register yang dapat menerima data
secara seri dan mengeluarkan data secara paralel.
3. Shift Register PISO (paralel in serial out), yaitu shift register yang dapat menerima data
secara paralel dan mengeluarkan data secara seri.
4. Shift Register PIPO (paralel in paralel out), yaitu shift register yang dapat menerima dan
mengeluarkan data secara paralel.
Terdapat dua metode untuk menggeser informasi biner kedalam suatu register.
Yang pertama berkenaan dengan pergeseran informasi kedalam register bit demi bit secara
seri (berderet) dan metode ini mengarah kepada pengembangan register geser seri (serial
shift register). Metode yang kedua berkenaan dengan penggeseran semua bit ke dalam
register pada saat yang sama dan mengarah kepada pengembangan register geser paralel
(paralel shift register). Register geser dibahas dalam bagian ini, dan register paralel dibahas
dalam bagian selanjutnya.
69
KOMPARATOR DAN PERSAMAAN LOGIKA
a b
Gambar 1. Rangkaian Komparator 1-bit (a) Rangkaian Jadi, dan (b) Rangkaian dari
Gerbang Logika
Data angka umumnya paling sedikit terdiri dari dua bit. Namun di dalam bilangan
desimal, angka yang terbesar yang dapat diwakili oleh dua bit ini ialah angka 3 (‘11’ dalam
sistem biner). Apabila kita ingin membandingkan angka-angka yang lebih besar
tentunya sistem pembanding itu tidak dapat digunakan lagi sehingga kita perlu
rnerancang sistem yang baru yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi setiap ada perubahan
untuk membandingkan angka yang lebih besar yang diluar kemampuan sistem
pembanding tersebut, kita harus merancangnya lagi. Hal sepertinya tidaklah
menguntungkan. Oleh karena itulah kita harus rancang suatu sistem pembanding
70
sedemikian rupa sehingga setiap sistem ini dapat saling dihubungkan satu sama lain untuk
membentuk sistem pembanding yang lebih besar. Dengan kata lain, untuk
kepentingan pembandingan yang dapat mengakomodasi semua bilangan, maka
harus dirancang satu sistem praktis untuk itu.
71
Sistem ini akan mempunyai 3 persamaan logika karena adanya 3 output. Oleh karena itu
akan sederhanakan dan peroleh persamaan logikanya satu persatu. Gambar berikut
menunjukkan penyederhanaan dan persamaan logika yang di peroleh untuk output-
output A > B, A < B, dan A = B.
72
Persamaan logika untuk A < B= A1’.B1+A1.A0’.B0+B1.B0.A0’
Jika diperhatikan, persamaan logika dari ketiga output tersebut dinyatakan dalam 4
variabel inputnya yaitu A1, A0, B1, dan B0. Hal ini menunjukkan bahwa setiap outputnya
tergantung pada input-inputnya. Di dalam mendesain sistem pembanding yang
sebenarnya dengan menggunakan komponen-komponen digital, kita ingin berusaha
untuk mengurangi jumlah ICs/komponen yang digunakan. Suatu penghematan yang jelas
dan mudah di peroleh dengan mengamati persamaan-persamaan logika yang di peroleh
adalah dengan adanya kanonical term yang sama di antara persamaan-persamaan
logika tersebut. Sebagai contohnya dalam desain sistem pembanding ini ialah kanonikal
term A0.A1.B0 yang terdapat pada persamaan logika untuk output A > B dan A < B. Hal ini
73
berarti bahwa hanya satu rangkaian yang perlu dibangun untuk kanonikal term ini sehingga
output A > B dan A < B akan menggunakannya bersama.
Perlu diingat juga bahwa pada sistem ini hanya akan ada satu output yang akan
bernilai BENAR=1 untuk setiap kombinasi inputnya; sebagai contohnya untuk input 01
(A1 & A0) dan 11 (B1 & B0) hanya output A < B yang akan bernilai BENAR=1. Dengan
menyadari hal semacam ini, maka akan menolong kita untuk mengetahui apabil a
sistem tersebut tidak bekerja dengan semestinya misalnya jika output A < B dan A = B
memberikan nilai BENAR untuk contoh input di atas tadi.
Io Saluran
I1 data output
MUX Y
IN-1
Saluran
data input S
Saluran kontrol
74
Io
I1
I2 MUX
I3 Y
I4 8 kanal
I5 1 bit
I6
I7
S2 S1 So
Latihan :
1. Rancanglah sebuah MUX 2 kanal 1 bit.
Jawab :
A
MUX
2 kanal 1 bit Y
75
A
Io
I1
I2 MUX
I3 Y
I4 8 kanal
I5 1 bit
I6
I7
S2 S1 So
76
MENGANALISA FUNGSI RANGKAIAN DEKODER
Encoder adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk mengkonversikan kode
yang lebih dikenal oleh manusia ke dalam kode yang kurang dikenal manusia. Decoder
adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk mengkonversikan kode yang kurang
dikenal manusia kedalam kode yang lebih dikenal manusia.
Contoh
77
A. Encoder Oktal ke Biner
ENCODER oktal ke biner ini terdiri dari delapan input, satu untuk masing -masing
dari delapan angka itu, dan tiga output yang menghasilkan bilangan binernya yang sesuai.
Rangkaian itu terdiri dari gerbang OR. Berikut tabel kebenarannya.
Diandaikan hanya ada satu saluran input dengan logik 1 untuk setiap kalinya, seelain
dari itu input tersebut tidak mempunyai arti. Tampak bahwa rangkaian itu mempunyai
delapan input yang dapat memberikan 2 8 kemungkinan kombinasi, tetapi hanya delapan
kombinasi yang mempunyai arti.
78
B. Decoder Biner ke Octal
Pada decoder dari biner ke oktal ini terdapat tiga input yaitu A, B dan C yang
mewakili suatu bilangan biner tiga bit dan delapan output yang yaitu D0 sampai dengan D7
yang mewakili angka oktal dari 0 sampai dengan
Dalam hal ini unsur informasinya adalah delapan angka oktal. Sandi untuk informasi
diskrit ini terdiri dari bilangan biner yang diwakili oleh tiga bit. Kerja dekorder ini dapat lebih
jelas tampak dari hubungan input dan output yang ditunjukan pada tabel kebenaran
dibawah ini. Tampak bahwa variabel outputnya itu hanya dapat mempunyai sebuah logk 1
ntuk setiap kombinasi inputnya. Saluran output yang nilainya sama dengan 1 mewakili
angka oktal yang setara dengan bilangan biner pada saluran inputnya
79
C. Peraga 7 segmen
Untuk menampilkan bilangan yang dikeluarkan oleh decoder akan dapat dipakai
sebuah penampil 7-segmen (seven segment display). Penampil ini terdiri dari 7-segmen
yang tersusun membentuk angka-angka, ditunjukkan pada Gb.C1.
a
/
f b
g
/
e c
Gb.C1
d
Cara mengidentifikasi segmen-segmen dalam penampil 7-segmen
Segmen-segmen ditandai dengan huruf-huruf a, b, c, d, e, f dan g. setiap segmen
dapat diisi sebuah filamen yang akan berpijar apabila diaktifkan. Jenis penampil semacam
ini disebut penampil pijar (incandescent display). Cara memijarkan tidak beda dengan
lampu-lampu pijar biasa.
Jenis penampil lain adalah yang segmen-segmennya mengandung tabung gas (gas
discharge tube), yang beroperasi dengan tegangan tinggi. Penampil ini berpendar dengan
warna jingga. Ada pula penampil pendaran (fluorescent tube) yang mengeluarkan cahaya
kehijauan, dan beroperasi dengan tegangan rendah.
Penampil yang banyak dipakai adalah yang menerapkan LED (Light Emitting Diode).
Untuk menyalakan LED diterapkanlah sirkit seperti pada Gb.C2. R=150Ω berfungsi untuk
membatasi arus agar bertahan pada 20mA. Tanpa R, LED akan terbakar. Pada LED akan
terdapat tegangan kira-kira 1,7V.
R
5V 150
1,7V
I=20
mA
80
150 a
a
/
f
f g b
Katoda
Anoda
g
/
d
e c
c
d
5V
Gb.C4
81
2. Angka-angka yang akan dapat ditampilkan oleh 7-segmen
82
keputusan. Pemakaiannya yang lain adalah untuk membangkitkan sinyal waktu da n sinyal
urutan untuk keperluan pengaturan.
Tabel D2
Tabel kebenaran decoder BCD ke desimal
Masukan Keluaran
w x y z D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
83
D0 =w’x’y’z’
D1 =w’x’y’z
D2 =X’YZ’
W
D3 =X’YZ
D4 =XY’’Z
X
D5 =XY’Z
D6 =XYZ’
Y
D7 =XYZ
D8 =WZ’
D9 =WZ
Z
Gb.D2
Decoder BCD ini ada 2 macam yaitu yang outputnya aktif level tinggi dan yang
outputnya aktif rendah sehingga membutuhkan 7 segmen yang berbeda. Untuk aktif level
tinggi menggunakan 7 segmen kommon katoda, sedangkan untuk aktif level rendah
menggunakan 7 segmen kommon anoda.
84
Contoh
85
Dengan demikian untuk peraga 7 segmen jenis common cathode memerlukan
decoder dengan output jenis active high untuk menyalakan setiap segmennya, sedangka n
untuk peraga 7 segmen jenis common anode memerlukan decoder dengan output jenis
active low.
86