1. DIGITAL VS ANALOG
Analog : sistem yang mengukur dan merespon besaran listrik atau besaran fisik
yang berubah secara kontinyu, misalnya: suhu, tekanan, kecepatan, dan
posisi.
Digital : sistem yang beroperasi pada digit diskrit yang melambangkan angka,
huruf, atu simbol.
Elektronika digital berkembang dari prinsip rangkaian transistor yang didesain untuk
mengeluarkan 2 level tegangan, yaitu:
+5V - HIGH - 1
0V - LOW - 0
Contoh:
2. BASIS/RADIK
Basis/radik = banyaknya angka atau digit yang digunakan
Contoh: Bilangan desimal mempunyai sepuluh digit, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9
Radik bilangan desimal : r = 10
3. BOBOT BILANGAN
Bobot bilangan merupakan nilai desimal suatu bilangan tergantung basis dan susunan
digit-digitnya.
Rumus bobot bilangan untuk bilangan utuh (bukan pecahan)
dimana: N = bilangan
r = radik/basis
d = digit, d0 = digit kesatu (paling kanan, satuan)
d1 = digit kedua
d2 = digit ketiga
Pada bilangan 11101012 di atas terlihat bahwa digit yang paling kanan bernilai paling
kecil, sedangkan digit yang paling kiri bernilai paling besar.
Digit paling kanan, yang mempunyai bobot paling kecil disebut LSD (Least Significant
Digit atau LSB (Least Significant Bit).
Bit = Binary Digit
Digit paling kanan, yang mempunyai bobot paling besar disebut (Most Significant
Digit) atau MSB (Most Significant Bit).
B = rn 1
dimana: B = bobot tertinggi
r = radik
n = banyaknya bit
7. KONVERSI BILANGAN
7.1 Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Biner
Ada 2 cara yang bisa digunakan:
Cara 1 : Kombinasi intuisi dan coba-coba (trial and error), yaitu dengan cara
menguraikan bilangan desimal menjadi beberapa bilangan yang merupakan
kelipatan 20, 21, 22 dan seterusnya.
Contoh: 13310
128
7.2
Bilangan biner mempunyai dua digit : 0 dan 1.
Radik
8. ARITMETIKA BILANGAN
1. PENJUMLAHAN
1.1 BILANGAN BINER
Prosedur penjumlahan bilangan biner sama dengan penjumlahan bilangan
desimal, tetapi hasil penjumlahannya hanya dinyatakan dalam angka 0 dan 1. Jika
jumlah bilangan biner telah melebihi 1, carry (sisa/pembawa) 1 harus
ditambahkan pada kolom sebelah kirinya. Empat kombinasi dalam penjumlahan
bilangan biner:
0 + 0 = 0 carry 0
0 + 1 = 1 carry 0
1 + 0 = 1 carry 0
1 + 1 = 0 carry 1
Contoh:
18 0001 0010
2+ 0000 0010 +
20 0001 0100 = 2010
2. PENGURANGAN
2.1 BILANGAN BINER
Prosedur yang digunakan dalam pengurangan bilangan biner juga sama dengan
pengurangan bilangan desimal, hanya apabila yang dikurangi lebih kecil daripada
pengurangnya, maka diperlukan borrow (pinjaman) dari kolom di sebelah kirinya.
Empat kombinasi dalam pengurangan bilangan biner:
0 - 0 = 0 borrow 0
0 - 1 = 1 borrow 1
1 - 0 = 1 borrow 0
1 - 1 = 0 borrow 0
Contoh:
192 - 3 =
192 1100 0000
3- 0000 0011 -
189 1011 1101 = 18910
1101 1101 =
bit tanda = 1 bilangan negatif
komplemen-2 : 1101 1101
komplemen : 0010 0010
tambah 1 : 1+
bilangan biner : 0010 0011 = -3510
18 7 =
7 : 0000 0111 18 : 0001 0010
komplemen-1 : 1111 1000 -7 : 1111 1001 +
tambah 1 : 1+ 1 0000 1011 = 1110
komplemen 2 : 1111 1001 Carry MSB diabaikan
59-96 =
96 : 0110 0000 59 : 0011 1011
komplemen-1 : 1001 1111 -96 : 1010 0000 +
tambah 1 : 1+ 1101 1011
komplemen 2 : 1010 0000 komplemen : 0010 0100
tambah 1 : 1+
bilangan biner : 0010 0101 = -3710
3. PERKALIAN
Perkalian bilangan biner sama dengan perkalian bilangan desimal, tetapi bilangan
yang digunakan hanya 0 dan 1.
Contoh:
13 x 11 =
13 0000 1101
11 x 0000 1011 x
13 0000 1101
13 + 00001 101
143 000000 00
0000110 1 +
0001000 1111 = 14310
4. PEMBAGIAN
Prosedur pembagian sama dengan prosedur perkalian.
Contoh:
35 : 5 =
7 111 = 710
5| 35 0000 0101| 0010 0011
35 - 1 01 -
0 111
101 -
101
101 -
0
GERBANG LOGIKA
1. GERBANG AND
Simbol gerbang AND dua-masukan:
masukan A
keluaran X
masukan B
X = A. B
Operasi gerbang AND: Keluaran X akan berlogika HIGH jika kedua masukan A dan B
berlogika HIGH. Jika salah satu atau kedua masukan
berlogika LOW, maka keluaran X akan berlogika LOW.
2. GERBANG OR
Simbol gerbang OR dua-masukan:
masukan A
keluaran X
masukan B
X = A+ B
Tabel kebenaran untuk gerbang OR dua-masukan:
Masukan Keluaran
A B X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
Operasi gerbang OR: Keluaran X akan berlogika HIGH jika salah satu atau kedua
masukan berlogika HIGH. Jika kedua masukan A dan B
berlogika LOW, maka keluaran X akan berlogika LOW.
3. GERBANG INVERTER
Simbol gerbang INVERTER:
masukan A keluaran X
XA
Operasi gerbang INVERTER: Jika masukan A berlogika LOW, maka keluaran X akan
berlogika HIGH. Jika masukan A berlogika HIGH,
maka keluaran X akan berlogika LOW.
X
4. GERBANG NAND
Simbol gerbang NAND dua-masukan:
masukan A
keluaran X
masukan B
X AB
masukan A
keluaran X
masukan B
Operasi gerbang NAND: Keluaran X akan berlogika HIGH jika salah satu atau kedua
masukan berlogika LOW. Jika kedua masukan A dan B
berlogika HIGH, maka keluaran X akan berlogika LOW.
Operasi gerbang NAND merupakan kebalikan operasi gerbang AND.
5. GERBANG NOR
Simbol gerbang NOR dua-masukan:
masukan A
keluaran X
masukan B
X AB
Masukan Keluaran
A B X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Operasi gerbang NOR: Keluaran X akan berlogika HIGH jika kedua masukan A dan B
berlogika LOW. Jika salah satu atau kedua masukan berlogika
HIGH, maka keluaran X akan berlogika LOW.
Operasi gerbang NOR merupakan kebalikan (komplemen) gerbang OR.
6. GERBANG EXCLUSIVE-OR
Simbol gerbang exclusive-OR dua-masukan:
masukan A
keluaran X
masukan B
X A B AB A B
Operasi gerbang exclusive-OR: Keluaran X akan berlogika HIGH jika kedua masukan
A dan B berlogika tidak sama, Jika kedua masukan
A dan B berlogika sama (HIGH atau LOW), maka
keluaran X akan berlogika LOW.
X
A
B
X
7. GERBANG EXCLUSIVE-NOR
Simbol gerbang exclusive-NOR dua-masukan:
masukan A
keluaran X
masukan B
X AB A B
A
B
X
X
RANGKAIAN ARITMETIKA
Semua operasi aritmetika bilangan seperti yang telah dibahas dalam beberapa
bab sebelumnya dapat diimplementasikan dengan menggunakan penjumlah yang dibentuk
dari gerbang-gerbang logika dasar.
Cin Cin
A1 A0
+ B1 B0
1 0
+ +
Cout Cout
A B
HA
C o
Jika disusun dari gerbang exclusive-OR dan AND, rangkaian half adder menjadi
seperti gambar di bawah ini:
A 0
0 A 0B 0 A 0 B 0
B 0
C out =A 0B 0
Jika disusun dari gerbang AND-NOR-NOR, rangkaian half adder menjadi seperti
gambar di bawah ini:
A 0
C out =A 0B 0
0 A 0B 0 A 0 B 0
B 0
A 1
B 1
1
C in
Cout akan berlogika HIGH jika lebih dari satu masukannya berlogika HIGH. Rangkaian
untuk fungsi Cout full adder dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
A 1
B 1
A 1
C out
C in
B 1
C in
Rangkaian lengkap untuk full adder:
A 1B 1
C out
A 1
B 1
C in ( A 1B1 A 1B1 )
1
C in
A B C i
FA
C o
Contoh:
Menjumlahkan dua bilangan 4-bit
A3 A2 A1 A0
+ B 3 B2 B1 B0
4 3 2 1 0
(MSB) (LSB)
A3 B 3 A 2 B 2 A 1B 1 A 0 B 0
A B C i A B C i A B C i A B
FA FA FA HA
C o C o C o C o
4 3 2 1 0
MULTIVIBRATOR
1. MULTIVIBRATOR BISTABIL
1.1 FLIP-FLOP S-R
Flip-flop S-R adalah rangkaian penyimpan data yang dapat disusun dari gerbang
dasar NOR atau NAND. Flip-flop S-R disebut juga penahan transparan
(transparent latches) karena keluarannya sesuai dengan perubahan masukannya,
dan kondisi masukannya akan ditahan.
Masukan Keluaran
Q
Reset
Dari keempat kondisi diatas dapat disusun tabel fungsi flip-flop S-R dengan
gerbang NOR sebagai berikut:
S R Q Q Komentar
0 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan (tidak ada perubahan)
1 0 1 0 Flip-flop diset
0 1 0 1 Flip-flop direset
1 1 0 0 Tidak digunakan
Set
Q
Masukan Keluaran
Q
Reset
Dari keempat kondisi diatas dapat disusun tabel fungsi flip-flop S-R dengan
gerbang NAND sebagai berikut:
S R Q Q Komentar
0 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan (tidak ada perubahan)
1 0 1 0 Flip-flop diset
0 1 0 1 Flip-flop direset
1 1 1 1 Tidak digunakan
Simbol dan tabel fungsi flip-flop S-R dengan gerbang AND tambahan
S Q
G
R Q
G S R Q Q Komentar
0 0 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan
0 0 1 Q0 Q0 Kondisi ditahan Gate disabled
0 1 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan (flip-flop non aktif)
0 1 1 Q0 Q0 Kondisi ditahan
1 0 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan
1 0 1 0 1 Reset Gate enabled
1 1 0 1 0 Set (flip-flop aktif)
1 1 1 0 0 Tidak digunakan
2. MULTIVIBRATOR ASTABIL
2.1 INVERTER SCHMITT TRIGGER DAN RC
Rangkaian dan bentuk gelombangnya sebagai berikut:
R
V CC
V T+
V cap
V out V T-
C 74HC14 0V
V OH
V out
V OL
Contoh:
Jika diketahui: VOH = 5,0 V VOL = 0,0 V
VT+ = 2,75 V VT- = 1,67 V
R = 10 k C = 0,022 F
Hitung waktu HIGH (tHI), waktu LOW (tLO), siklus kerja, dan frekuensi
rangkaian Schmitt Trigger dan RC yang membentuk multivibrator astabil.
Jawab:
V = VT+ - VT- = 2,75 1,67 = 1,08 V
E = VOH VT- = 5,00 1,67 = 3,33 V
1 1
t HI RC ln 6
10.10 .0,022.10 ln
3
86,2 s
1 - V/E 1 1,08 / 3,33
V = VT+ - VT- = 2,75 1,67 = 1,08 V
E = VT+ - VOL = 2,75 0,00 = 2,75 V
1 1
t LO RC ln 6
10.10 .0,022.10 ln
3
110 s
1 - V/E 1 1,08 / 2,75
t HI 86,2
D 0,439 43,9%
t HI t LO 86,2 110
1 1
f 5,10kHz
t HI t LO 86,2 110
2.2 IC 555
Rangkaian dan bentuk gelombang multivibrator astabil yang disusun dari IC 555
dapat dilihat dalam gambar di bawah ini. Cara kerja rangkaian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Ketika catu daya dihidupkan pertama kali, pelepasan muatan kapasitor akan
membuat kaki nomor 2 mempunyai tegangan 0 V, sehingga memaksa
komparator bawah berlogika HIGH. Kondisi ini akan mengeset flip-flop ( Q
= LOW, keluaran (kaki nomor 3) = HIGH).
2. Dengan output HIGH, transistor akan terbuka dan membuat muatan kapasitor
naik melalui RA+RB.
3. Ketika tegangan kapasitor melewati 1/3VCC, komparator bawah berlogika
LOW, kondisi flip-flop tetap. Tetapi ketika tegangan kapasitor melewati
2/3VCC, komparator atas berubah menjadi HIGH, yang akan mereset flip-flop (
Q = HIGH, keluaran = LOW).
4. Dengan Q HIGH, transistor menghubung singkat kaki nomor 7 ke ground,
yang akan melepaskan muatan kapasitor melalui RA.
5. Ketika tegangan kapasitor turun di bawah 1/3VCC, komparator bawah kembali
berlogika HIGH, mengeset flip-flop dan membuat Q LOW, keluaran HIGH.
6. Sekarang, dengan Q LOW, transistor terbuka lagi dan membuat kapasitor
mulai mengisi muatan lagi.
7. Siklus berulang terus dengan mengisi muatan kapasitor sampai 2/3VCC,
kemudian turun menjadi 1/3VCC secara kontinyu. Selama kapasitor terisi
muatan, keluaran akan HIGH dan ketika kapasitor melepaskan muatan,
keluaran akan LOW.
V CC
R A
5k
6 SET
S Q
5
R B 5k
0,01 F
3
2 R Q
CLR
5k
C 7
1 4
=R B xC
V CC
= (R A +R B ) xC
2/3V CC
V C
1/3V CC
0V
t LO t HI
V CC -1,5V
V out
0,1V
Rumus untuk menghitung waktu LOW (tLO), waktu HIGH (tHI), siklus kerja, dan
frekuensi adalah:
tLO = 0,693 RBC
tHI = 0,693 (RA+RB)C
t HI
D
t HI t LO
1
f
t HI t LO
3. MULTIVIBRATOR MONOSTABIL
IC 74121
Multivibrator monostabil biasa disebut dengan one-shot. IC 74121 merupakan
salah satu multivibrator monostabil yang populer. Untuk memperoleh lebar pulsa
yang diinginkan, cukup dengan menghubungkan komponen pewaktu RC. 74121
menyediakan dua aktif-LOW dan satu aktif-HIGH masukan pemicu (trigger) serta
keluaran Q dan Q .
9 11 10
R ext C ext
C ext
R int
A1
3 k
A2
4 Q 6
B
5 T 1
Q
74121
Untuk memicu multivibrator pada titik T, kedua masukan gerbang Schmitt AND
harus HIGH. Membuat A 1 atau A 2 LOW dan membuat masukan pemicu pada B
transisi dari LOW ke HIGH (tepi naik) akan menghasilkan sinyal pada keluaran.
Komponen pewaktu RC ditentukan oleh kaki nomor 9,10 dan 11. Jika digunakan
resistor internal 2 k, maka hubungkan kaki nomor 9 ke VCC dan taruh kapasitor
antara kaki nomor 10 dan 11. Jika menggunakan resistor eksternal, maka letakkan
resistor tersebut antara kaki nomor 11 dan VCC, taruh kapasitor antara kaki nomor
10 dan 11, dan kaki nomor 9 tidak dihubungkan. Range R ext adalah 1,4 sampai 40
k dan Cext adalah 0 sampai 1000 F. Jika kapasitor elektrolitik yang digunakan,
letakkan sisi positifnya pada kaki nomor 11.
Di bawah ini adalah gambar kaki-kaki IC 74121 beserta tabel fungsinya.
Q 1 14 V CC INPUT OUTPUT
NC 2 13 NC A1 A2 B Q Q
A1 3 12 NC L X H L H
A2 4 11 R ext/ C ext
X L H L H
B 5 10 C ext
X X L L H
Q 6 9 R int
H H X L H
GND 7 8 NC
H H
H H
H
L X
X L
Prosedur Percobaan:
Buat rangkaian di bawah ini (RB diperoleh dengan memutar resistor variabel):
V CC = 5V
R A
8,2 k
7 8 4
R B 2 IC 555 3 V out
25,75k
6 1 5
C
0,01 F
680 pF
Prosedur Percobaan:
1. Buat rangkaian di bawah ini (RB dan Rext diperoleh dengan memutar resistor variabel):
V CC = 5V V CC = 5V
R ext
R A
14,4 k
8,2 k
7 8 4
C ext 0,001 F
R B 2 IC 555 3
11 10
25,75 k 14
6 1 5 5
6 Q
4
1 Q
C
0,01 F 3 7
680 pF
IC 74121