Anda di halaman 1dari 23

SISTEM BILANGAN

1. DIGITAL VS ANALOG
Analog : sistem yang mengukur dan merespon besaran listrik atau besaran fisik
yang berubah secara kontinyu, misalnya: suhu, tekanan, kecepatan, dan
posisi.
Digital : sistem yang beroperasi pada digit diskrit yang melambangkan angka,
huruf, atu simbol.
Elektronika digital berkembang dari prinsip rangkaian transistor yang didesain untuk
mengeluarkan 2 level tegangan, yaitu:
+5V - HIGH - 1
0V - LOW - 0

Contoh:

(a) Bentuk gelombang analog (b) Bentuk gelombang digital

2. BASIS/RADIK
Basis/radik = banyaknya angka atau digit yang digunakan
Contoh: Bilangan desimal mempunyai sepuluh digit, yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9
Radik bilangan desimal : r = 10

Nama sistem bilangan berasal dari basis/radiknya:


- Bilangan desimal (desi = sepuluh)
- Bilangan oktal (okta = delapan)
- Bilangan biner (bi = dua)
- Bilangan heksadesimal (heksa = enam, desi = sepuluh)

3. BOBOT BILANGAN
Bobot bilangan merupakan nilai desimal suatu bilangan tergantung basis dan susunan
digit-digitnya.
Rumus bobot bilangan untuk bilangan utuh (bukan pecahan)

Nr = d0r0 + d1r1 + d2r2 +

dimana: N = bilangan
r = radik/basis
d = digit, d0 = digit kesatu (paling kanan, satuan)
d1 = digit kedua
d2 = digit ketiga

Contoh: Bobot bilangan 15610


15610 = 6 . 100 + 5 .101 + 1 . 102 = 6 . 1 + 5 . 10 + 1 . 100 = 15610
Rumus bobot bilangan di atas menggambarkan prosedur untuk mengonversi dari sistem
bilangan yang lain ke bilangan desimal (basis 10). Contoh di atas merupakan konversi
dari bilangan desimal ke bilangan desimal ( basis 10)

4. BILANGAN OKTAL (Konversi bilangan oktal ke bilangan desimal)


Bilangan oktal mempunyai delapan digit : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
Radik bilangan oktal : r = 8.

Contoh: Bobot bilangan 12578


12578 = 7 . 80 + 5 . 81 + 2 . 82 + 1 . 83
= 7 . 1 + 5 . 8 + 2 . 64 + 1 . 512
=7 + 40 + 128 + 512
= 68710

5. BILANGAN HEKSADESIMAL (Konversi bilangan heksadesimal ke bilangan


desimal)
Bilangan heksadesimal mempunyai enam belas digit : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C,
D, E, dan F.
Huruf A sampai F menggantikan bilangan desimal 10 sampai 15.
Radik bilangan heksadesimal : r = 16.

Contoh: Bobot bilangan 1A2B16


1A2B16 = B . 160 + 2 . 161 + A . 162 + 1 . 163
= 11 . 1 + 2 . 16 + 10 . 256 + 1 . 4096
= 11 + 32 + 2560 + 4096
= 669910

6. BILANGAN BINER (Konversi bilangan biner ke bilangan desimal)


Bilangan biner mempunyai dua digit : 0 dan 1.
Radik bilangan biner : r = 2.

Contoh: Bobot bilangan 11101012


11101012 = 1 . 20 + 0 . 21 + 1 . 22 + 0 . 23 + 1 . 24 + 1 . 25 + 1 . 26
= 1 . 1 + 0 . 2 + 1 . 4 + 0 . 8 + 1 . 16 + 1 . 32 + 1 . 64
=1 +0 +4 +0 + 16 + 32 + 64
= 11710

Pada bilangan 11101012 di atas terlihat bahwa digit yang paling kanan bernilai paling
kecil, sedangkan digit yang paling kiri bernilai paling besar.
Digit paling kanan, yang mempunyai bobot paling kecil disebut LSD (Least Significant
Digit atau LSB (Least Significant Bit).
Bit = Binary Digit
Digit paling kanan, yang mempunyai bobot paling besar disebut (Most Significant
Digit) atau MSB (Most Significant Bit).

Kemampuan berhitung (bobot tertinggi) suatu bilangan dirumuskan:

B = rn 1
dimana: B = bobot tertinggi
r = radik
n = banyaknya bit

Contoh: Bobot tertinggi bilangan biner yang terdiri dari 5 bit:


B = 25 1 = 32 1 = 31
3110 = 11112

7. KONVERSI BILANGAN
7.1 Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Biner
Ada 2 cara yang bisa digunakan:
Cara 1 : Kombinasi intuisi dan coba-coba (trial and error), yaitu dengan cara
menguraikan bilangan desimal menjadi beberapa bilangan yang merupakan
kelipatan 20, 21, 22 dan seterusnya.
Contoh: 13310

128

7.2
Bilangan biner mempunyai dua digit : 0 dan 1.
Radik
8. ARITMETIKA BILANGAN

1. PENJUMLAHAN
1.1 BILANGAN BINER
Prosedur penjumlahan bilangan biner sama dengan penjumlahan bilangan
desimal, tetapi hasil penjumlahannya hanya dinyatakan dalam angka 0 dan 1. Jika
jumlah bilangan biner telah melebihi 1, carry (sisa/pembawa) 1 harus
ditambahkan pada kolom sebelah kirinya. Empat kombinasi dalam penjumlahan
bilangan biner:
0 + 0 = 0 carry 0
0 + 1 = 1 carry 0
1 + 0 = 1 carry 0
1 + 1 = 0 carry 1
Contoh:
18 0001 0010
2+ 0000 0010 +
20 0001 0100 = 2010

1.2 BILANGAN OKTAL


Prosedur penjumlahan bilangan oktal sama dengan penjumlahan bilangan
desimal. Jika jumlah bilangan oktal telah melebihi 7, kurangi jumlah tersebut
dengan 8, lebih/sisanya ditulis dan carry 1 harus ditambahkan pada kolom di
sebelah kirinya.
Contoh:
4368
2548 +
7128

1.3 BILANGAN HEKSADESIMAL


Prosedur penjumlahan bilangan heksadesimal sama dengan penjumlahan bilangan
desimal. Jika jumlah bilangan heksadesimal telah melebihi 15, kurangi jumlah
tersebut dengan 16, lebih/sisanya ditulis dan carry 1 harus ditambahkan pada
kolom di sebelah kirinya.
Contoh:
78916
94916 +
10D216

1.4 BILANGAN SANDI BCD


Prosedur penjumlahan bilangan BCD:
1. Jumlahkan bilangan BCD seperti penjumlahan bilangan biner biasa.
2. Jika jumlahnya 9, maka jumlah tersebut adalah jawaban yang benar.
3. Jika jumlahnya > 9 atau ada carry pada MSB, lakukan langkah ke-4.
4. Tambahkan 6 (0110) pada hasil penjumlahan tersebut. Jumlahkan carry pada
MSB ke bilangan di sebelah kirinya.
5. Ulangi langkah 1 sampai 4 untuk setiap kelompok bit BCD.
Contoh:
9 = 1001
9 = 1001 +
Sum = 1 0010
Tambah 6 = 0110 +
1 1000 = 0001 1000 = 1810

2. PENGURANGAN
2.1 BILANGAN BINER
Prosedur yang digunakan dalam pengurangan bilangan biner juga sama dengan
pengurangan bilangan desimal, hanya apabila yang dikurangi lebih kecil daripada
pengurangnya, maka diperlukan borrow (pinjaman) dari kolom di sebelah kirinya.
Empat kombinasi dalam pengurangan bilangan biner:
0 - 0 = 0 borrow 0
0 - 1 = 1 borrow 1
1 - 0 = 1 borrow 0
1 - 1 = 0 borrow 0
Contoh:
192 - 3 =
192 1100 0000
3- 0000 0011 -
189 1011 1101 = 18910

2.2 METODE KOMPLEMEN-2


Metode komplemen-2 merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk
operasi aritmetika bilangan biner dalam sistem komputer. Sistem komputer ada
yang menggunakan sistem bilangan 8-bit, yang berarti ada 2 8 = 256 bilangan , dan
16-bit, yang berarti ada 216 = 65536 bilangan. Untuk melambangkan bilangan
positif dan negatif, metode komplemen-2 menggunakan MSB sebagai bit tanda
(sign bit). MSB 0 dinyatakan sebagai bilangan positif dan MSB 1 dinyatakan
sebagai bilangan negatif. Sehingga dalam sistem bilangan 8-bit, bilangan positif
dimulai dari 0000 0000 0111 1111 (0 127) dan bilangan negatif dimulai dari
1111 1111 1000 0000 (-1 -128). Secara singkatnya:
Bilangan positif maksimum: 2N-1 1
Bilangan negatif maksimum: -2N-1 1
dimana N adalah jumlah bit termasuk bit tanda.
Contoh:
7 : 0000 0111
-8 : 1111 1000

Langkah-langkah untuk mengkonversi dari bilangan desimal ke bilangan


komplemen-2:
1. Jika bilangan desimal positif, bilangan komplemen-2 adalah bilangan biner
biasa.
2. Jika bilangan desimal negatif, bilangan komplemen-2 dicari dengan cara:
(a) Mengkomplemenkan setiap bit dalam bilangan biner untuk menjadi
bilangan komplemen-1.
(b) Menambahkan 1 pada bilangan komplemen-1 untuk memperoleh bit
tanda.
Langkah-langkah untuk mengkonversi dari bilangan komplemen-2 ke bilangan
desimal.
1. Jika bilangan komplemen-2 positif (bit tanda = 0), konversikan secara biasa.
2. Jika bilangan komplemen-2 negatif (bit tanda = 1), tanda bilangan desimal akan
negatif dan bilangan desimal dicari dengan cara:
(a) Mengkomplemenkan setiap bit dalam bilangan komplemen-2.
(b) Menambahkan 1 pada bilangan tersebut.
(c) Mengkonversikannya secara biasa ke bilangan desimal.
Contoh:
-3510 =
bilangan biner : 0010 0011
komplemen-1 : 1101 1100
tambah 1 : 1+
komplemen 2 : 1101 1101

1101 1101 =
bit tanda = 1 bilangan negatif
komplemen-2 : 1101 1101
komplemen : 0010 0010
tambah 1 : 1+
bilangan biner : 0010 0011 = -3510

18 7 =
7 : 0000 0111 18 : 0001 0010
komplemen-1 : 1111 1000 -7 : 1111 1001 +
tambah 1 : 1+ 1 0000 1011 = 1110
komplemen 2 : 1111 1001 Carry MSB diabaikan

59-96 =
96 : 0110 0000 59 : 0011 1011
komplemen-1 : 1001 1111 -96 : 1010 0000 +
tambah 1 : 1+ 1101 1011
komplemen 2 : 1010 0000 komplemen : 0010 0100
tambah 1 : 1+
bilangan biner : 0010 0101 = -3710

2.3 BILANGAN OKTAL


Prosedur pengurangan bilangan oktal sama dengan pengurangan bilangan
desimal. Jika bilangan oktal yang dikurangi < pengurangnya, maka perlu
meminjam 1 (sebesar 8) pada kolom di sebelah kirinya.
Contoh:
4538
2678 -
1648

2.4 BILANGAN HEKSADESIMAL


Prosedur pengurangan bilangan heksadesimal sama dengan pengurangan bilangan
desimal. Jika bilangan heksadesimal yang dikurangi < pengurangnya, maka perlu
meminjam 1 (sebesar 16) pada kolom di sebelah kirinya.
Contoh:
47516
2bc16 -
1b916

3. PERKALIAN
Perkalian bilangan biner sama dengan perkalian bilangan desimal, tetapi bilangan
yang digunakan hanya 0 dan 1.
Contoh:
13 x 11 =
13 0000 1101
11 x 0000 1011 x
13 0000 1101
13 + 00001 101
143 000000 00
0000110 1 +
0001000 1111 = 14310

4. PEMBAGIAN
Prosedur pembagian sama dengan prosedur perkalian.
Contoh:
35 : 5 =
7 111 = 710
5| 35 0000 0101| 0010 0011
35 - 1 01 -
0 111
101 -
101
101 -
0
GERBANG LOGIKA

Gerbang logika merupakan blok dasar yang membentuk rangkaian elektronika


digital. Gerbang logika mempunyai satu keluaran dan satu atau lebih masukan.
Keluarannya akan berlogika HIGH (1) atau LOW (0) tergantung pada level digital
masukannya. Ada tujuh gerbang logika dasar, yaitu AND, OR, NAND, NOR, INVERTER,
exclusive-OR, dan exclusive-NOR.

1. GERBANG AND
Simbol gerbang AND dua-masukan:

masukan A
keluaran X
masukan B

X = A. B

Tabel kebenaran untuk gerbang AND dua-masukan:


Masukan Keluaran
A B X
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

Operasi gerbang AND: Keluaran X akan berlogika HIGH jika kedua masukan A dan B
berlogika HIGH. Jika salah satu atau kedua masukan
berlogika LOW, maka keluaran X akan berlogika LOW.

Rangkaian saklar seri:

Lampu X akan menyala (X = 1) jika kedua saklar


saklar A
A dan B menutup (A = 1 dan B = 1).
lampu X
Jika salah satu atau kedua saklar membuka (A = 0,
saklar B
B = 0), maka lampu X akan padam (X = 0)

Diagram waktu (timing diagram) gerbang AND:

2. GERBANG OR
Simbol gerbang OR dua-masukan:
masukan A
keluaran X
masukan B

X = A+ B
Tabel kebenaran untuk gerbang OR dua-masukan:
Masukan Keluaran
A B X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

Operasi gerbang OR: Keluaran X akan berlogika HIGH jika salah satu atau kedua
masukan berlogika HIGH. Jika kedua masukan A dan B
berlogika LOW, maka keluaran X akan berlogika LOW.

Rangkaian saklar paralel:

Lampu X akan menyala (X = 1) jika


salah satu atau kedua saklar menutup
saklar A saklar B lampu X (A = 1, B = 1).
Jika kedua saklar A dan B membuka
(A = 0 dan B = 0), maka lampu X akan
padam (X = 0)

Diagram waktu (timing diagram) gerbang OR:

3. GERBANG INVERTER
Simbol gerbang INVERTER:

masukan A keluaran X

XA

Tabel kebenaran untuk gerbang INVERTER:


Masukan Keluaran
A X
0 1
1 0

Operasi gerbang INVERTER: Jika masukan A berlogika LOW, maka keluaran X akan
berlogika HIGH. Jika masukan A berlogika HIGH,
maka keluaran X akan berlogika LOW.

Diagram waktu (timing diagram) gerbang INVERTER:

X
4. GERBANG NAND
Simbol gerbang NAND dua-masukan:

masukan A
keluaran X
masukan B

X AB

Persamaan AND-INVERT untuk gerbang NAND:

masukan A
keluaran X
masukan B

Tabel kebenaran untuk gerbang NAND dua-masukan:


Masukan Keluaran
A B X
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

Operasi gerbang NAND: Keluaran X akan berlogika HIGH jika salah satu atau kedua
masukan berlogika LOW. Jika kedua masukan A dan B
berlogika HIGH, maka keluaran X akan berlogika LOW.
Operasi gerbang NAND merupakan kebalikan operasi gerbang AND.

Diagram waktu (timing diagram) gerbang NAND:

5. GERBANG NOR
Simbol gerbang NOR dua-masukan:

masukan A
keluaran X
masukan B

X AB

Persamaan OR-INVERT untuk gerbang NOR:


Tabel kebenaran untuk gerbang NOR dua-masukan:
masukan A
keluaran X
masukan B

Masukan Keluaran
A B X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0

Operasi gerbang NOR: Keluaran X akan berlogika HIGH jika kedua masukan A dan B
berlogika LOW. Jika salah satu atau kedua masukan berlogika
HIGH, maka keluaran X akan berlogika LOW.
Operasi gerbang NOR merupakan kebalikan (komplemen) gerbang OR.

Diagram waktu (timing diagram) gerbang NOR:

6. GERBANG EXCLUSIVE-OR
Simbol gerbang exclusive-OR dua-masukan:

masukan A
keluaran X
masukan B

X A B AB A B

Tabel kebenaran untuk gerbang exclusive-OR dua-masukan:


Masukan Keluaran
A B X
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0

Operasi gerbang exclusive-OR: Keluaran X akan berlogika HIGH jika kedua masukan
A dan B berlogika tidak sama, Jika kedua masukan
A dan B berlogika sama (HIGH atau LOW), maka
keluaran X akan berlogika LOW.

Gerbang exclusive-OR disusun dari gerbang AND-OR-INVERTER

X
A

B
X

Gerbang exclusive-OR disusun dari gerbang AND-OR-NAND


Diagram waktu (timing diagram) gerbang exclusive-OR:

7. GERBANG EXCLUSIVE-NOR
Simbol gerbang exclusive-NOR dua-masukan:

masukan A
keluaran X
masukan B

X AB A B

Tabel kebenaran untuk gerbang exclusive-NOR dua-masukan:


Masukan Keluaran
A B X
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1

Operasi gerbang exclusive-NOR: Keluaran X akan berlogika HIGH jika kedua


masukan A dan B berlogika sama (HIGH atau
LOW). Jika kedua masukan A dan B berlogika tidak
sama, maka keluaran X akan berlogika LOW.

Gerbang exclusive-NOR disusun dari gerbang AND-OR-INVERTER

A
B
X

Diagram waktu (timing diagram) gerbang exclusive-NOR:

X
RANGKAIAN ARITMETIKA

Semua operasi aritmetika bilangan seperti yang telah dibahas dalam beberapa
bab sebelumnya dapat diimplementasikan dengan menggunakan penjumlah yang dibentuk
dari gerbang-gerbang logika dasar.

Ilustrasi penjumlahan dua bilangan 2-bit:


(a) Penjumlahan dua bilangan 2-bit

Cin Cin
A1 A0
+ B1 B0
1 0
+ +
Cout Cout

(b) Tabel kebenaran untuk penjumlahan LSB


A0 B0 0 Cout
0 0 0 0
0 1 1 0
1 0 1 0
1 1 0 1

(c) Tabel kebenaran untuk penjumlahan angka di sebelah kiri LSB


A1 B1 Cin 1 Cout
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1

Keterangan: Cout = hasil penjumlahan


Cin = pindahan keluaran

1. HALF ADDER (Setengah Penjumlah)


Rangkaian half adder disebut juga rangkaian penjumlah tak lengkap karena rangkaian
ini hanya dapat menjumlahkan dua bilangan biner yang masing-masing terdiri dari 1-
bit saja.
Dalam tabel kebenaran untuk penjumlahan LSB (b), 0 akan berlogika HIGH jika A0
atau B0 berlogika HIGH (fungsi exclusive-OR). Sedangkan Cout akan berlogika HIGH
jika A0 dan B0 berlogika HIGH (fungsi AND).
Simbol half adder:

A B

HA
C o

Jika disusun dari gerbang exclusive-OR dan AND, rangkaian half adder menjadi
seperti gambar di bawah ini:

A 0
0 A 0B 0 A 0 B 0
B 0

C out =A 0B 0

Jika disusun dari gerbang AND-NOR-NOR, rangkaian half adder menjadi seperti
gambar di bawah ini:

A 0
C out =A 0B 0

0 A 0B 0 A 0 B 0

B 0

2. FULL ADDER (Penjumlah Penuh)


Rangkaian full adder disebut juga rangkaian penjumlah lengkap karena rangkaian ini
dapat menjumlahkan bilangan biner sepenuhnya.
Dalam tabel kebenaran untuk penjumlahan kolom di sebelah kiri LSB (c) diperlukan 3
masukan untuk menghasilkan jumlah (1) dan Cout.
1 akan berlogika HIGH jika jumlah logika 1 pada ketiga masukannya, yaitu A1, B1,
dan Cin, adalah ganjil. Rangkaian untuk fungsi jumlah (1) full adder dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

A 1
B 1
1
C in

Cout akan berlogika HIGH jika lebih dari satu masukannya berlogika HIGH. Rangkaian
untuk fungsi Cout full adder dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

A 1
B 1

A 1
C out
C in

B 1
C in
Rangkaian lengkap untuk full adder:

A 1B 1

C out
A 1
B 1
C in ( A 1B1 A 1B1 )

1
C in

Simbol full adder:

A B C i

FA
C o

Contoh:
Menjumlahkan dua bilangan 4-bit
A3 A2 A1 A0
+ B 3 B2 B1 B0
4 3 2 1 0

(MSB) (LSB)
A3 B 3 A 2 B 2 A 1B 1 A 0 B 0

A B C i A B C i A B C i A B

FA FA FA HA
C o C o C o C o

4 3 2 1 0
MULTIVIBRATOR

MULTIVIBRATOR: sebuah rangkaian elektronika atau IC yang digunakan dalam


rangkaian digital untuk membangkitkan kondisi logika HIGH dan
LOW.

Ada 3 macam multivibrator:


1. Multivibrator bistabil: multivibrator yang dipicu pada salah satu dari kondisi logika
digital dengan sinyal dari luar dan tetap pada kondisi tersebut sampai dipicu pada
kondisi sebaliknya.
2. Multivibrator astabil: free-running oscillator yang berubah-ubah antara dua kondisi
logika digital pada frekuensi dan siklus kerja tertentu.
3. Multivibrator monostabil: multivibrator yang mengeluarkan sinyal dengan lebar
pulsa tertentu ketika dipicu oleh sinyal dari luar.

1. MULTIVIBRATOR BISTABIL
1.1 FLIP-FLOP S-R
Flip-flop S-R adalah rangkaian penyimpan data yang dapat disusun dari gerbang
dasar NOR atau NAND. Flip-flop S-R disebut juga penahan transparan
(transparent latches) karena keluarannya sesuai dengan perubahan masukannya,
dan kondisi masukannya akan ditahan.

Rangkaian flip-flop dengan gerbang NOR


Set Q

Masukan Keluaran

Q
Reset

Cara kerja rangkaian diatas adalah sebagai berikut:


Pada saat Set diberi logika 1 dan Reset diberi logika 0, maka Q akan
berlogika 0 dan Q akan berlogika 1.
Pada saat Set diubah menjadi 0, sedangkan Reset tetap 0, maka Q akan tetap
berlogika 0 dan Q juga akan tetap berlogika 1.
Pada saat Set tetap 0, sedangkan Reset diubah menjadi 1, maka Q akan
berlogika 1 dan Q akan berlogika 0.
Pada saat kondisi Set diubah menjadi 1, sedangkan Reset tetap 1, maka Q
akan berlogika 0 dan Q akan berlogika 0.

Dari keempat kondisi diatas dapat disusun tabel fungsi flip-flop S-R dengan
gerbang NOR sebagai berikut:

S R Q Q Komentar
0 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan (tidak ada perubahan)
1 0 1 0 Flip-flop diset
0 1 0 1 Flip-flop direset
1 1 0 0 Tidak digunakan

Rangkaian flip-flop dengan gerbang NAND

Set
Q

Masukan Keluaran

Q
Reset

Cara kerja rangkaian diatas adalah sebagai berikut:


Pada saat Set diberi logika 1 dan Reset diberi logika 0, maka Q akan
berlogika 0 dan Q akan berlogika 1.
Pada saat Set diubah menjadi 0, sedangkan Reset tetap 0, maka Q akan tetap
berlogika 0 dan Q juga akan tetap berlogika 1.
Pada saat Set tetap 0, sedangkan Reset diubah menjadi 1, maka Q akan
berlogika 1 dan Q akan berlogika 0.
Pada saat kondisi Set diubah menjadi 1, sedangkan Reset tetap 1, maka Q
akan berlogika 1 dan Q akan berlogika 1.

Dari keempat kondisi diatas dapat disusun tabel fungsi flip-flop S-R dengan
gerbang NAND sebagai berikut:

S R Q Q Komentar
0 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan (tidak ada perubahan)
1 0 1 0 Flip-flop diset
0 1 0 1 Flip-flop direset
1 1 1 1 Tidak digunakan

Simbol flip-flop S-R adalah:


S Q S Q
atau
R Q R Q

1.2 FLIP-FLOP S-R DENGAN GERBANG AND TAMBAHAN


Agar flip-flop S-R sinkron, 2 buah gerbang AND ditambahkan untuk
mengaktifkan dan menonaktifkan masukan S dan R. Dengan gerbang AND
tambahan tersebut, masukan Sx dan Rx akan tetap LOW-LOW (kondisi ditahan)
selama masukan Gate Enable berlogika 0. Flip-flop S-R akan beroperasi normal
jika masukan Gate Enable berlogika 1.
Rangkaian flip-flop S-R dengan gerbang AND tambahan
S x
Set
Q
Gate
Enable
Q
Reset
R x

Simbol dan tabel fungsi flip-flop S-R dengan gerbang AND tambahan

S Q
G
R Q

G S R Q Q Komentar
0 0 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan
0 0 1 Q0 Q0 Kondisi ditahan Gate disabled
0 1 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan (flip-flop non aktif)
0 1 1 Q0 Q0 Kondisi ditahan
1 0 0 Q0 Q0 Kondisi ditahan
1 0 1 0 1 Reset Gate enabled
1 1 0 1 0 Set (flip-flop aktif)
1 1 1 0 0 Tidak digunakan

2. MULTIVIBRATOR ASTABIL
2.1 INVERTER SCHMITT TRIGGER DAN RC
Rangkaian dan bentuk gelombangnya sebagai berikut:
R
V CC
V T+
V cap
V out V T-
C 74HC14 0V

V OH

V out

V OL

Cara kerja rangkaian di atas adalah sebagai berikut:


1. Pada saat catu daya dihidupkan, Vcap = 0 V, sehingga Vout akan berlogika
HIGH ( 5,0 V untuk high-speed CMOS).
2. Kapasitor akan mulai mengisi muatan sehingga Vout = 5 V.
3. Pada saat Vcap mencapai VT+, Vout akan berubah ke LOW ( 0 V).
4. Dengan Vout 0 V, kapasitor akan mulai melepaskan muatan sampai 0 V.
5. Pada saat Vcap turun sampai VT-, Vout akan berubah kembali ke HIGH.
6. Siklus berulang dengan pengisian muatan kapasitor sampai VT+, turun sampai
VT-, naik sampai VT+, dan seterusnya. Bentuk gelombang pada Vout akan
berbentuk koyak berubah antara VOH dan VOL seperti dalam gambar di atas.

Contoh:
Jika diketahui: VOH = 5,0 V VOL = 0,0 V
VT+ = 2,75 V VT- = 1,67 V
R = 10 k C = 0,022 F
Hitung waktu HIGH (tHI), waktu LOW (tLO), siklus kerja, dan frekuensi
rangkaian Schmitt Trigger dan RC yang membentuk multivibrator astabil.
Jawab:
V = VT+ - VT- = 2,75 1,67 = 1,08 V
E = VOH VT- = 5,00 1,67 = 3,33 V
1 1
t HI RC ln 6
10.10 .0,022.10 ln
3
86,2 s
1 - V/E 1 1,08 / 3,33
V = VT+ - VT- = 2,75 1,67 = 1,08 V
E = VT+ - VOL = 2,75 0,00 = 2,75 V
1 1
t LO RC ln 6
10.10 .0,022.10 ln
3
110 s
1 - V/E 1 1,08 / 2,75
t HI 86,2
D 0,439 43,9%
t HI t LO 86,2 110
1 1
f 5,10kHz
t HI t LO 86,2 110

2.2 IC 555
Rangkaian dan bentuk gelombang multivibrator astabil yang disusun dari IC 555
dapat dilihat dalam gambar di bawah ini. Cara kerja rangkaian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Ketika catu daya dihidupkan pertama kali, pelepasan muatan kapasitor akan
membuat kaki nomor 2 mempunyai tegangan 0 V, sehingga memaksa
komparator bawah berlogika HIGH. Kondisi ini akan mengeset flip-flop ( Q
= LOW, keluaran (kaki nomor 3) = HIGH).
2. Dengan output HIGH, transistor akan terbuka dan membuat muatan kapasitor
naik melalui RA+RB.
3. Ketika tegangan kapasitor melewati 1/3VCC, komparator bawah berlogika
LOW, kondisi flip-flop tetap. Tetapi ketika tegangan kapasitor melewati
2/3VCC, komparator atas berubah menjadi HIGH, yang akan mereset flip-flop (
Q = HIGH, keluaran = LOW).
4. Dengan Q HIGH, transistor menghubung singkat kaki nomor 7 ke ground,
yang akan melepaskan muatan kapasitor melalui RA.
5. Ketika tegangan kapasitor turun di bawah 1/3VCC, komparator bawah kembali
berlogika HIGH, mengeset flip-flop dan membuat Q LOW, keluaran HIGH.
6. Sekarang, dengan Q LOW, transistor terbuka lagi dan membuat kapasitor
mulai mengisi muatan lagi.
7. Siklus berulang terus dengan mengisi muatan kapasitor sampai 2/3VCC,
kemudian turun menjadi 1/3VCC secara kontinyu. Selama kapasitor terisi
muatan, keluaran akan HIGH dan ketika kapasitor melepaskan muatan,
keluaran akan LOW.

V CC

R A
5k
6 SET
S Q
5
R B 5k
0,01 F
3
2 R Q
CLR
5k
C 7

1 4

=R B xC
V CC
= (R A +R B ) xC
2/3V CC
V C
1/3V CC

0V
t LO t HI
V CC -1,5V
V out

0,1V

Rumus untuk menghitung waktu LOW (tLO), waktu HIGH (tHI), siklus kerja, dan
frekuensi adalah:
tLO = 0,693 RBC
tHI = 0,693 (RA+RB)C
t HI
D
t HI t LO
1
f
t HI t LO

3. MULTIVIBRATOR MONOSTABIL
IC 74121
Multivibrator monostabil biasa disebut dengan one-shot. IC 74121 merupakan
salah satu multivibrator monostabil yang populer. Untuk memperoleh lebar pulsa
yang diinginkan, cukup dengan menghubungkan komponen pewaktu RC. 74121
menyediakan dua aktif-LOW dan satu aktif-HIGH masukan pemicu (trigger) serta
keluaran Q dan Q .
9 11 10
R ext C ext
C ext
R int

A1
3 k
A2
4 Q 6
B
5 T 1
Q
74121

Untuk memicu multivibrator pada titik T, kedua masukan gerbang Schmitt AND
harus HIGH. Membuat A 1 atau A 2 LOW dan membuat masukan pemicu pada B
transisi dari LOW ke HIGH (tepi naik) akan menghasilkan sinyal pada keluaran.
Komponen pewaktu RC ditentukan oleh kaki nomor 9,10 dan 11. Jika digunakan
resistor internal 2 k, maka hubungkan kaki nomor 9 ke VCC dan taruh kapasitor
antara kaki nomor 10 dan 11. Jika menggunakan resistor eksternal, maka letakkan
resistor tersebut antara kaki nomor 11 dan VCC, taruh kapasitor antara kaki nomor
10 dan 11, dan kaki nomor 9 tidak dihubungkan. Range R ext adalah 1,4 sampai 40
k dan Cext adalah 0 sampai 1000 F. Jika kapasitor elektrolitik yang digunakan,
letakkan sisi positifnya pada kaki nomor 11.
Di bawah ini adalah gambar kaki-kaki IC 74121 beserta tabel fungsinya.

Q 1 14 V CC INPUT OUTPUT
NC 2 13 NC A1 A2 B Q Q

A1 3 12 NC L X H L H
A2 4 11 R ext/ C ext
X L H L H
B 5 10 C ext
X X L L H
Q 6 9 R int
H H X L H
GND 7 8 NC
H H
H H
H
L X
X L

Rumus untuk memperoleh lebar pulsanya adalah:


tw = RextCext ln 2
MULTIVIBRATOR ASTABIL DENGAN IC 555

Alat dan Bahan:


1. IC NE555
2. Resistor 8,2 k
3. Resistor variabel 50 k
4. Kapasitor 0,01 F, 680 pF
5. Catu daya +5V
6. Avometer
7. Osiloskop
8. Project board

Prosedur Percobaan:
Buat rangkaian di bawah ini (RB diperoleh dengan memutar resistor variabel):
V CC = 5V

R A
8,2 k
7 8 4

R B 2 IC 555 3 V out
25,75k
6 1 5

C
0,01 F
680 pF

Hubungkan Vout ke probe osiloskop


Gambar sinyal keluaran yang terlihat pada layar osiloskop.
Hitung lebar pulsa kondisi HIGH (tHI), lebar pulsa kondisi LOW (tLO), dan frekuensi
sinyal tersebut.
Hitung siklus kerjanya dengan rumus di bawah ini:
t HI
D
t HI t LO
MULTIVIBRATOR MONOSTABIL DENGAN IC 74121

Alat dan Bahan:


1. IC 74121, IC 555
2. Resistor 8,2 k, 14,4 k
3. Resistor variabel 50 k
4. Kapasitor 0,01 F, 0,001 F, 680 pF
5. Catu daya +5V
6. Avometer
7. Osiloskop
8. Project board

Prosedur Percobaan:
1. Buat rangkaian di bawah ini (RB dan Rext diperoleh dengan memutar resistor variabel):
V CC = 5V V CC = 5V

R ext
R A
14,4 k
8,2 k
7 8 4
C ext 0,001 F
R B 2 IC 555 3
11 10
25,75 k 14
6 1 5 5
6 Q
4
1 Q
C
0,01 F 3 7
680 pF
IC 74121

2. Hubungkan Vout IC 555 ke probe 1 dan Q ke probe 2 osiloskop.


3. Atur V/div dan time/div osiloskop sehingga 1 periode kedua sinyal terlihat dengan
jelas.
4. Gambar kedua sinyal keluaran yang terlihat pada layar osiloskop.
5. Hubungkan Q ke probe 1 dan Q ke probe 2 osiloskop.
6. Ulangi langkah 3 dan 4.
7. Hitung lebar pulsa kondisi HIGH (tHI), lebar pulsa kondisi LOW (tLO), dan frekuensi
untuk sinyal Vout dan Q.
8. Hitung siklus kerja sinyal Vout dan Q dengan rumus di bawah ini:
t HI
D
t HI t LO

Anda mungkin juga menyukai