Disusun Oleh :
NIM : PO.71.25.1.20.073
Kelas :B
Semester :3
Dosen Pembimbing:
Abu Hamid,SSI,M.Kes
dan hiah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk menambah
wawasan tentang metode penyuluhan bagi para pembaca dan juga bagi penulis
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
bagi pembaca.
Penulis
Syawitri azzahra
ii
DAFTAR ISI
iii
LANDASAN TEORI
1
2
Salah satu konsep perawatan gigi anak yang dikenal adalah konsep
segitiga perawatan gigi anak atau di sebut juga Triad Pedodontik. Dalam
konsep ini terdapat tiga komponen utama yang berperan dalam perawatan
gigi anak yaitu anak, orangtua, dokter gigi, dan masyarakat/lingkungan.
Hal ini yang membedakan konsep perawatan gigi anak dan dewasa. Pada
pasien dewasa, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan two lines
yaitu hubungan komunikasi antara pasien dan dokter gigi saja.
Anak diletakkan pada puncak segitiga karena anak menjadi fokus
utama dari orang tua dan dokter gigi. Tanda panah dua arah (resiprokal)
pada segitiga perawatan gigi anak memiliki arti bahwa dalam melakukan
perawatan gigi anak, diperlukan peran yang timbal balik dari tiap
komponen. Orangtua memiliki peran dalam memberikan informasi kepada
dokter gigi agar komunikasi dapat berjalan lancar serta memberikan
motivasi kepada anak. Sedangkan dokter gigi memiliki peran dalam
memberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut anak serta
merawat gigi anak. Dalam segitiga perawatan pedodontik juga terdapat
peran masyarakat/lingkungan yang diletakkan di tengah segitiga, hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat juga memiliki pengaruh dalam
pembentukan sikap dan perilaku anak.
Rasa takut adalah emosi pertama yang didapatkan manusia sesaat setelah
lahir. Rasa takut didefinsiikan sebagi suatu kondisi emosional yang
membantu individu normal dalam mempertahankan diri dari berbagai
macam ancaman. Rasa takut dalam perawatan gigi memiliki relasi
terhadap objek yang sifatnya spesifik. Rasa takut berasal dari reaksi
terhadap stimulus eksternal yang sifatnya spesifik dan merupakan suatu
respon yang normal saat dilakukannya perawatan gigi. Rasa cemas
berbeda dengan rasa takut dimana rasa cemas tidak berhubungan dengan
objek tertentu atau disebut juga rasa takut yang tidak spesifik.
4
a. Etiologi
Rasa takut merupakan suatu fenomena kompleks yang multidimensional.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya rasa takut dalam
perawatan gigi adalah :
1. Karakteristik individual
2. Ketakutan terhadap rasa sakit
3. Pengalaman dan trauma perawatan gigi terdahulu
4. Pengaruh dari keluarga atau teman yang pernah merasakan sakit saat
ke dokter gigi
5. Takut terhadap darah atau jarum suntik
h.Remaja
Overanxiety
Orangtua tipe ini sering memberi perhatian yang tidak
semestinya pada anak, misalnya karena ada tragedi dalam
keluarga seperti kecelakaan atau sakit yang menimpa
anaknya. Oleh karena itu anak jarang diizinkan untuk
bermain sendiri. Sikap anak-anak ini biasanya pemalu dan
penakut. Biasanya mereka adalah pasien yang berperilaku
baik. Namun, dokter gigi juga memiliki beberapa kesulitan
dalam mengatasi rasa ketakutan mereka. Dengan dorongan
dan jaminan anak biasanya merespon dengan cara yang
menyenangkan.
Domination
Orangtua tipe ini menuntut anaknya memiliki tanggung
jawab yang tidak sesuai dengan usia kronologisnya. Mereka
menuntut anak untuk bersikap kompetitif dengan teman-
temannya. Orangtua memaksa anaknya menjadi kritis,
keras, dan bahkan sering menolak. Sikap anak ini adalah
tertekan dan tegang. Dengan memberikan kebaikan dan
perhatian, mereka umumnya dapat berkembang menjadi
pasien yang lebih baik.
Underaffection
Masalah ekonomi dan sosial menjadi masalah dalam
orangtua tipe ini dimana anak menjadi tidak dipedulikan
dan kurangnya waktu untuk anak. Implikasinya anak
menjadi lebih pemalu dan pendiam, suka menyendiri, ragu-
ragu dalam mengambil keputusan, dan mudah menangis.
Dokter gigi harus memberikan kasih sayang dan perhatian
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri pada anak.
13
E.Rasa Takut
Ketakutan Objektif
Rasa takut dihasilkan oleh stimulus dari indera penglihatan,
penciuman, perabaan, pengecapan, pendengaran. Ketakutan
dapat menurunkan ambang batas rasa sakit sehingga anak
yang ketakutan dalam perawatan gigi biasanya merasakan
rasa yang lebih sakit. Rasa sangat dikaitkan dengan
pengalaman terdahulu. Anak yang pernah mengalami rasa
takut saat ke dokter gigi biasanya akan sulit untuk dibawa
lagi ke dokter gigi. Dokter gigi harus menyadari situasi
emosional anak ini dan merawat gigi anak dengan perlahan
serta berusaha untuk mengembalikan kepercayaan diri anak.
Ketakutan Subjektif
Kecemasan subjektif atau kecemasan dinilai berdasarkan
pada perasaan dan sikap yang sebelumnya sudah
disugestikan anak dari cerita pengalaman orang lain saat ke
dokter gigi. Biasanya anak menjadi mudah terpengaruh
meskipun belum pernah mencoba.
a. Berdasarkan Wright
Wright mengklasifikasikan perilaku anak menjadi 3, yaitu :
1. Kooperatif
Kekooperatifan anak dalam menjalani perawatan gigi
adalah sebuah faktor penting tercapainya perawatan gigi yang
sukses. Anak yang kooperatif biasanya dileks di dental unit,
terkadang antusias, memiliki rasa takut yang minimal, dan
dapat dirawat dengan cepat maupun pendekatan behavior-
shaping. Anak dapat diberikan metode pendekatan tell show
do,
16
3.Berpotensi kooperatif
a.Berdasarkan Frankl
efektif dan natural serta menyenangkan bagi anak. Selain itu, bahasa
komunikasi yang digunakan harus bersahabat dan concern disesuaikan
dengan usia anak. Beberapa jenis ungkapan awal yang menjembatani
komunikasi yang baik dapat melalui pertanyaan yang berhubungan
dengan kesukaan anak, seperti “Kamu paling suka sama apa?” “Kamu
suka binatang apa?” “Nama kucing kamu siapa?” “wah, kamu emang
pemain bola yang hebat!”. Pendekatan ini dapat memancing respon
positif anak.
1.Pendekatan Non-Farmakoterapeutik
a. Tell Show Do
Metode TSD (Tell Show Do) pertama kali diperkenalkan
oleh Addleston (1959) yang merupakan komponen
pembentukan perilaku dengan cara mendemonstrasikan
berbagai hal secara bertahap dengan cara telling, showing dan
doing. TSD merupakan teknik paling populer dalam
manajemen perilaku anak di praktik dokter gigi. Sedangkan
teknik modelling sudah jarang digunakan, berdasarkan sebuah
studi yang dilakukan pada tahun 1980. Teknik ini melibatkan
penjelasan secara verbal tentang prosedur yang akan dilakukan
dengan bahasa yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh
anak sesuai dengan usia (tell). Dalam melakukan teknik ini
usahakan untuk melibatkan aspek visual, auditori, olfaktori, dan
taktil dengan sangat hari-hati (show), kemudian praktikkan
prosedur perwatan (do). Konsep TSD digunakan dengan
pendekatan positif dan komunikasi verbal maupun nom verbal.
Tujuan :
20
c. Modelling
C.Pendekatan Non-Farmakoterapeutik
a.General Anesthesia
2.Sedasi
1).Indikasi
Faktor-faktor penegak indikasi pasien untuk tindakan sedasi
a. Riwayat medis lengkap
- Alergi atau reaksi buruk terhadap obat
- Medikasi yang sedang berjalan termasuk dosis, waktu, rute,
lokasi administrasi
- Penyakit atau kelainan pasien termasuk status kehamilan pada
remaja
- Riwayat opname
- Riwayat general anesthesia atau sedasi dan komplikasi yang
terkait
- Riwayat keluarga terhadap penyakit atau komplikasi anestesi
- Ringkasan sistem-sistem tubuh
- Umur dan berat
2).Evaluasi fisik
1. Tanda-tanda vital meliputi denyut jantung, frekuensi
pernapasan, dan tekanan darah.
2. Evaluasi jalur pernapasan
3. Sistem klasifikasi status fisik menurut ASA (American
Society of Anesthesiologists)
3).Informed consent
Penggunaan sedasi pada anak harus disetujui oleh orang
tua/wali melalui setelah mereka menerima informasi jelas
24
DAFTAR PUSTAKA
McDonald, RE, et al. Dentistry for the Child and Adolescent. Ed. ke-8. St.
Louis: Mosby, 2000 https://core.ac.uk/download/pdf/25496642.pdf, Diakses
pada tanggal 18 sep 2021
Finn. Clinical Pedodontics. 4th ed. Philadelphia: W. B. Saunders Company;
1973
Hmud R et al. Dental Anxiety: Causes, complications, and management
approaches. Journal of Minimun Interventon Denstistry;2009;2(1)
https://dokumen.tech/document/makalah-pengelolaan-perilaku-anak-pdf.html,
Diakses pada tanggal 18 sep 2021
25