Anda di halaman 1dari 35

Dian Oktaviani

Kelompok 2

RESUME KEPERAWTAN MATERNITAS

PENGKAYAAN MATERNITAS

A. PREEKLAMPSI

Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada

ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai

dengan meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90 MmHg disertai dengan

edema dan proteinuria (Faiqoh, 2014).

Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang

terus meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg

atau lebih atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam

2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis

dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :

1) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110

mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit

menggunakan lengan yang sama.

2) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.

3) Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.

4) Edema Paru.
5) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan

visus.

6) Oligohidramnion

Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi

adalah sebagai berikut :

1) Tirah Baring miring ke satu posisi.

2) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.

3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak

dan garam.

4) Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30

ml/jam pemberian cairan infus Ringer Laktat 60-125

ml/jam.

5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan

diuretik.

6) Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).

7) Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan

induksi partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu.

B. HIPERMISIS GRAVIDARUM

1. Defiisi

Hipermisis gravidarum adalah mual muntal yang lebih dari 10

kali dalam 24 jam atau setiap saat pada wanita hamil sampai

mengganggu pekerjaan sehari- hari karena keadaan umumnya


menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi ( Standar pelayanan

medic obstetric & ginekologi).

2. Etiologi

a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa,

diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar

HCD

b. Factor organic, karena masuknya vili khoreales dalam

sirkulasi maternal dan perubahan metabolic

c. Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan

pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan

persalinan, takut memikul tanggung jawab, dll.

d. Factor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dll.

( Amru sofian, 2012)

3. Manisfestasi klinis

a. Tingkat 1 ( ringan) : mual mual muntal terus

menerus, lemah, tidak mau makan, berat badan

turun dan rasa nyeri di epigastrum, nadi 100x/

menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang,

lidah kering dan mata cekung

b. Tingkat II ( sedang) : mual dan muntah yang hebat

menyebabkan keadaan umum lebih parah, lemah,

apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan

kotor,, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik


( dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata

cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan

konstipasi dan dapat pula terjadi nafas berbau

aseton.

c. Tingkat III ( berat): keadaan umum jelek,

kesadaran sangat menurun sonmolen sampai koma,

nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi , suhu badan

naik, dan tensi turun sekali, ikterus dan dapat

berakibat fatal yang nistagmus, diplopia, dan

perubahan mental. ( Amru sofian 2012)

4. Penatalaksanaa

Pada pasien dengan hopermesis gravidarum tingkat II dan

tingkat III harus dilakukan rawat inap di rumah sakit dan

dilakukan penangan yaitu:

1. Medikamentosa

2. Terapi Nutrisi

3. Isolasi

4. Terapi psikologik

5. Cairan parentral
C. PENDARAHAN ANTERPARTUM

Perdarahan anterpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah

minggu ke 28 masa kehamilan. Perdarahan antepartum dapat berasal

dari:

1. Plasenta

Meliputi plasenta previa, solusio plasenta dan ruptura sinus

marginal.

2. Lokal pada saluran genitali

a) Show

b) Serviks : servisitis, polip, erosi serviks dan keganasan

c) Trauma : trauma saat hubungan seksual

d) Vulvovaginal varicosities

e) Tumor saluran genital

f) Infeksi saluran genital

g) Hematuria

3. Insersi tali pusat Meliputi vasa previa

Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan

antepartum. Perdarahan akibat plasenta previa terjadi secara progresif

dan berulang karena proses pembentukan segmen bawah rahim.

Sampai saat ini belum terdapat definisi yang tetap mengenai

keparahan derajat perdarahan antepartum. Seringkali jumlah darah

yang keluar dari jalan lahir tidak sebanding dengan jumlah


perdarahan sebenarnya sehingga sangat penting untuk membandingkan

jumlah perdarahan dengan keadaan klinis pasien. Terdapat beberapa

definisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan perdarahan

antepartum:

a. Spotting – terdapat bercak darah pada pakaian dala

b. Perdarahan minor – kehilangan darah < 50 mL

c. Perdarahan mayor – kehilangan darah 50–1000 mL tanpa tanda klinis

syok

d. Perdarahan masif – kehilangan darah > 1000 mL dengan/tanpa

tanda klinis syok

Kelainan Implantasi Plasenta

Sebagian besar plasenta akan berimplantasi pada yang tempat

yang subur agar dapat memberikan nutrisi yang cukup bagi janin yaitu

pada dinding uterus bagian depan maupun belakang fundus uteri. Namun,

hal ini tidak selalu terjadi sehingga menyebabkan berbagai kelainan

implantasi plasenta. Kelainan implantasi plasenta dibagi menjadi


Kelainan lokasi implantasi pada bagian bawah uterus.

Bentuk dari kelainan ini berupa :

1. Plasenta previa totalis

2. Plasenta previa parsiali

3. Plasenta previa marginalis

4. Plasenta letak rendah

Kelainan kedalaman implantasi plasenta

Hal ini disebabkan oleh kesuburan endometrium yang tidak

sama pada cavum uteri, sehingga jonjot korialis berimplantasi

menembus sampai miometrium bahkan peritoneum yang melapisi

uterus. Bentuk dari kelainan kedalaman implantasi plasenta yaitu :

1. Plasenta akreta

2. Plasenta inkreta

3. Plasenta perkreta

D. ADAPTASI FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN

Kejadian fertilisasi dan konsepsi menyebabkan perubahan

terhadap tubuh ibu selama kehamilan. Perubahan ini terjadi guna

mendukung perkembangan janin, persiapan seorang ibu pada saat bayi

telah lahir dan mempertahankan kesehatan ibu sepanjang periode

childbearing (hamil, melahirkan dan nifas). Perubahan tersebut


membuat ibu merasa tidak nyaman serta dapat mempengaruhi aktifitas

ibu sehari-hari. Kondisi tersebut terkadang membutuhkan beberapa

bantuan dan informasi guna membantu ibu untuk menerima

keadaannya. Dengan demikian ibu dapat menjadi lebih sehat, lebih

tenang dengan kondisinya saat ini dan diharapkan kehamilannya dapat

bertahan hingga aterm. Berikut gambaran perubahan sistem organ

yang terjadi selama kehamilan :

1. Sistem Reproduksi

a) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion)

sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar

biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan

dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa

minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus

mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang.

Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ

yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion

rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5

liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat

rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).


b) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus

luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan

berfungsi maksimal selama 6- 7 minggu awal kehamilan dan

setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone

dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo, 2008).

c) Tuba Falopi

Selama kehamilan otot-otot yang meliputi tuba mengalami

hipertropi dan epitelium mukosa tuba menjadi gepeng.pad tuba

falopi terjadi peningkata estrogen dan progesteron yang

menyebabkan rambut silia 11 menjadi lebih aktif sehingga

mampu menghantarkan sel zigot menuju kavum uteri dalam

waktu yang tepat. Faktor lain yang dapat menggerakkan silia

(rambut getar) adalah kalori yang dirubah menjadi energi yang

dihasilkan dari metabolisme sel (Manurung, 2011).

d) Vagina

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang

dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi


penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan

hipertrofi dari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2008).

2. Sistem Kardiovaskuler

a) Cardiac Output

Cardiac output maternal meningkat sekitar 30 sampai 50%

selama kehamilan. cardiac output mencapai kadar maksimum

selama trimester pertama atau kedua kehamilan dan tetap

tinggi sampai persalinan. Cardia posisi output tergantung pada

posisi ibu. Jika ibu posisi telentang, uterus yang membesar

menekan vena cava inferior, mengurangi aliran balik vena ke

jantung sehingga menurunkan cardiac output. Pengaruh ini

lebih besar pada saat kehamilan aterm. Antara 1 sampai 10

persen ibu hamil mengalami supine hypotension syendrome/

sindrom hipotensi pada saat berbaring telentang dan

mengalami penurunan tekanan darah disertai gejala – gejalan

seperti pusing, pening, mual dan rasa akan pingsan (Indrayani,

2011).

b) Tekanan Darah

Penurunan tehanan vaskular prefier selama kehamilan terutama

disebabkan karena relaksasi otot polos sebagai akibat pengaruh

hormon progesteron. Penurunan dalam peripheral vascular

resistance, mengakibatkan penurunan darah delama trimester


pertama kehamilan. tekanan sistolik turun sekitar 5 sampai 10

mmHg dan distolik 10 sampai 15 mmHg. Setelah usia

kehamilan 24 minggu, tekanan darah sedikit demi sedikit naik

dan kembali kepada tekanan darah sebelum hamil pada saat

aterm (Indrayani, 2011).

c) Volume dan Komposisi Darah

Volume darah meningkat sekitar 1.500 ml (nilai normal : 85%

- 9% berat badan). Peningkatan terdiri atas 1.000 ml plasma

ditambah 450 ml sel darah merah (SDM). Peningkatan volume

mulai terjadi pada sekitar minggu ke-10 sampai ke-12,

mencapai puncak sekitar 30%- 50% di atas volume tidak hamil

pada minggu ke-20 sampai ke-26. Peningkatan volume

merupakan mekanisme protektif. Keadaan ini sangat penting

untuk :

1) Sistem vaskular yang mengalami hipertrofi akibat pembesaran

uterus

2) Hidrasi jaringan janin fan ibu yang adekuat saat ibu berdiri

atau telentang

3) Cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang selama

proses melahirkan dan puerperium.

4) Walaupun volume darah meningkat, tetapi nilai hemoglobin

normal (12-16 g/dl di dalam darah) dan nilai normal

hematokrit (37%-47%) menurun secara drastis. Kondisi ini


disebut anemia fisiologis. Penurunan terlihat jelas pada

trimester ke-2 saat terjadi ekspansi volume darah yang cepat.

Apabila nilai hemoglobin turun sampai 10 g/dl atau lebih atau

bila hematokrit turun sampai 35% atau lebih, maka wanita

dalam keadaan anemi (Indrayani, 2011).

3. Sistem Pernapasan

Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil

bertujuan menyediakan kebutuhan ibu dan janin. Kebutuhan

oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju

metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan

payudara. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen dan

kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada

meningkat. Karena rahim membesar, panjang paru-paru

berkurang. Tinggi diafragma bergeser 4 cm selama masa hamil.

dengan semakin tuanya kehamilan dan seiring pembesaran uterus

ke rongga abdomen, pernafasan dada menggantikan pernafasan

perut. Peningkatan vaskularisasi yang merupakan respon terhadap

peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada traktus pernapasan

atas. Karena kapiler membesar, terbentuklah edema dan

hyperemia di hidung, faringm laring, trakea, dan bronkus.

Kongesti di dalam jaringan traktus respiratorius menyebabkan

timbulnya beberapa kondisi yang umum terlihat selama hidung

berdarah (epistaksis), perubahan suara, dan respon peradangan


menyolok bahkan terhadap infeksi pernapasan bagian atas yang

ringan sekalipun. Wanita hamil bernafas lebih dalam

(meningkatkan volume tidal, volume gas beergerak masuk atau

keluar traktus respiratorius pada setiap terikan nafas). Karena

volume tidal meningkat maka PO2 meningkat dan PCO2

menurun. Keadaan ini memberikan keuntungan bagi janin

sehingga benyak oksigen yang ditransfer melalui plasenta ke

sirkulasi ibu. Progesteron dan oksigen diduga menyebabkan

peningkatan sensitivitas pusat pernafasan terhadap

karbondioksida (Indrayani, 2011).

4. Sistem Perkemihan

Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar,

panjangnya bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml

dari 10 ml pada wanita yang tidak hamil. Filtrasi glomelurus

meningkat sekitar 69% selama kehamilan peningkatannya dari

awal kehamilan relatif tinggi sampai aterm dan akan kembali

normal pada 20 minggu post partum. Pada kehamilan ureter

membesar untuk menampung bayaknya pembentukan urine,

terutama pada ureter kanan karena peristaltic ureter terhambat

karena pengaruh progesterone, tekanan rahim yang membesar dan

terjadi perputaran ke kanan disebabkan karena terdapat kolon dan

sigmoid di sebelah kiri. Kandung kemih atau blass pada masa

kehamilan tertekan oleh uterus karena posisi blass berada di


depan uterus sehingga akan meningkatkan frekuensi buang air

kecil. Terutama pada trimester I, trimester II tekanan uterrus

terhadap blass berkurang. Karena uterus sudah mulai keluar dari

rongga panggul dan pada trimester III sering terjadi rangsangan

kembali karena bagian terendah janin turun ke rongga panggul.

Selain itu vaskularisasi pada blass menyebabkan tonus otot turun.

Terjadinya hemodilusi juga menyebabkan metabolisme air

meningkat sehingga pembentukan urine bertambah dan kapasitas

blass sampai 1.500 ml (Indrayani, 2011).

5. Sistem Persyarafan

Menurut Indrayani (2011) perubahan fisiologis spesifik

akibat kehamilan dapat menyebabkan timbulnya gejala neurologis

dan neuromuskular. Gejala – gejala tersebut antara lain :

1) Kompresi syaraf panggul atau statis vaskular

Akibat dari pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan

sensori di tungkai bawah.

2) Lodisus doesolumbar

Dapat mengakibatkan nyeri akibat tarikan pada syaraf atau

kompresi akar syaraf.

3) Edema pada syaraf perifer

Dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome selama trimester III

kehamilan. Edema menekan syaraf median di bawah

ligamentum karpalis pergelangan tangan. Syindrom ini ditandai


oleh parastesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar akibat

gangguan pada sistem 16 syaraf sensori) dan nyeri pada tangan

yang menjalar ke siku. Tangan yang dominan yang paling

banyak yang biasanya terkena.

4) Akroestesia (Rasa baal dan gatal di tangan)

Akibat dari posisi bahu yang membungkuk dirasakan oleh

beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini berkaitan dengan

tarikan pada segmen fleksus brakialis.

5) Nyeri kepala

Akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa cemas dan

tidak pasti tentang kehamilannya. Dan dapat juga dihubungkan

dengan gangguan penglihatan seperti kesalahan refleksi, sinusitis

atau migrain.

6) Nyeri kepala ringan

Rasa ingin pingsan dan bahkan sering terjadi pada awal kehamilan.

ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural atau hipoglikemia

mungkin merupakan keadaan yang menyebabkan gejala ini.

7) Hipokalsemia

Dapat menimbulkan masalah Neuromuskular seperti kram otot

atau tetani. Adanya tekanan pada syaraf menyebabkan kaki

menjadi oedema. Hal ini disebabkan karena meningkatnya tekanan

vena dibagian yang lebih rendah dari uterus akibat sumbatan

parsial venakava oleh uterus yang hamil. Penurunan tekanan


osmotik koloid intertisial yang ditimbulkan oleh kehamilan normal

juga cenderung menimbulkan oedema pada akhir kehamilan.

6. Sistem Pencernaan

Peningkatan hormonal pada awal kehamilan berdampak

terhadap perubahan sistem pencernaan. Perubahan yang terjadi

pada ibu hamil antara lain : mual muntah, sekresi saliva menjadi

lebih asam dan lebih banyak, motilitas lebih rileks, distensi

vaskuler pada daerah gusi (epulsi). Peningkatan frekuensi mual

dan muntah yang dialami oleh ibu hamil berpengaruh terhadap

menurunnya cairan elektrolit di dalam tubuh. Namun perubahan

tersebut tidak selalu dialami oleh ibu hamil. Beberapa refenrensi

menyatakan bahwa ibu primi gravida, usia remaja dan kehamilan

yang tidak diinginkan beresiko ibu mengalami hiperemesis.

Kesiapan psikologi menghadai perubahan fisik selama hamil

membuat ibu lebih tenang menghadapi kehamilan. ibu akan lebih

sering mengeluarkan air ludah yang bersifat asam. Sehingga nafsu

makan ibu akan berkurang. Kondisi ini lebih sering dialami pada

saat trimester pertama. Menurunnya gerakan peristaltik tidak saja

menyebabkan mual tetapi juga konstipasi. Ibu akan lebih sering

melakukan mengedan. Tindakan tersebut menyebabkan ibu

mengalami haemoroid. Untuk mencegah terjadinya haemoroid


maka ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat,

minum cairan yang banyak. Jika kondisi ini berlanjut maka

lambung akan mengalami penurunan asam lambung dan

perlambatan pengosongan lambung, yang menyebabkan

kembung. Meningkatnya volume darah membuat semua vaskuler

mengalami distensi termasuk pembuluh darah yang ada di gusi.

Gusi akan mengalami pembengkakan dan berwarna merah.

Kesalahan memilih sikat gigi dan tehnik melakukan sikat gigi

membuat gusi berdarah. Hal ini membuat ibu takut untuk

melakukan sikat gigi, sehingga memicu terjadinya karies selama

kehamilan akibat tingkat keasaman saliva yang tinggi. Karies

beresiko memicu terjadinya kelahiran premature akibat terjadinya

kontraksi (Manurung, 2011).

7. Sistem Muskuloskeletal

Kebutuhan kalsium meningkat 33% tetapi tidak diambil

dari gigi. Sendi pelvik sedikit dapat bergerak untuk

mengkompensasi pembesaran janin, bahu tertarik kebelakang dan

lumbal lebih lengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan

dapat menyebabkan nyeri punggung. Terjadinya kram otot

tungkai dan kaki tidak diketahui penyebabnya, mungkin

berhubungan dengan metabolisme kalsium dan fosfor, kurangnya

drainase sisa metabolisme otot atau postur yang tidak seimbang

(Manurung, 2011).
E. FISIOLOGI KEHAMILAN

a Proses Kehamilan Proses

kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu

kesatuan dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi,

pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai

persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan

kesiapan pemeliharaan bayi (Sitanggang dkk, 2012)

1. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi

oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur

berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat

mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba,

2010:75). Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel

telur dari indung telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-

umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel telur (Dewi dkk,

2010:59). Pelepasan telur (ovum) hanya terjadi satu kali setiap

bulan, sekitar hari ke-14 pada siklus menstruasi normal 28 hari

(Bandiyah, 2009:1)

2. Spermatozoa
Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas kepala

berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Leher

yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor

yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan

cepat. Panjang ekor kira-kira sepuluh kali bagian kepala.

Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel-sel

primitive tubulus testis. Setelah bayi laki-laki lahir, jumlah

spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai

akil balig (Dewi dkk, 2011: 62). Proses pembentukan

spermatozoa merupakan proses yang kompleks,

spermatogonium berasal dari primitive tubulus, menjadi

spermatosid pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi

spermatid, akhirnya spermatozoa. Sebagian besar spermatozoa

mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat

mencapai tuba falopii. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat

genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup

waktu untuk mengadakan konsepsi (Manuaba, 2010:76-77)

3. Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)

Pada saat kopulasi antara pria dan wanita

(sanggama/koitus) terjadi ejakulasi sperma dari saluran

reproduksi pria di dalam vagina wanita, dimana akan

melepaskan cairan mani berisi sel sel sperma ke dalam saluran

reproduksi wanita. Jika senggama terjadi dalam masa ovulasi,


maka ada kemungkinan sel sperma dlm saluran reproduksi

wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru

dikeluarkan pada saat ovulasi. Pertemuan sel sperma dan sel

telur inilah yang disebut sebagai konsepsi/fertilisasi (Dewi dkk,

2011:67). Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder)

dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba

(Saifuddin, 2010:141) Menurut Manuaba dkk (2010:77-79),

keseluruhan proses konsepsi berlangsung seperti uraian

dibawah ini:

a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi

oleh korona radiate yang mengandung persediaan nutrisi.

b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di

tengah sitoplasma yang vitelus. c) Dalam perjalanan,

korona radiata makin berkurang pada zona pelusida.

Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran zona

pelusida.

c) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang

paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel

yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup

terlama di dalam ampula tuba.

d) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48

jam.

4. Nidasi atau implantasi


Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium. Umumnya nidasi terjadi pada depan atau

belakang rahim dekat fundus uteri. Terkadang pada saat nidasi

terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua yang disebut

tanda Hartman (Dewi dkk, 2011:71). Pada hari keempat hasil

konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista, suatu

bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian

dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini

berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang

menjadi plasenta. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormone

hCG dimulai, suatu hormone yang memastikan bahwa

endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi

embrio (Saifuddin, 2010:143)

5. Plasenta

Plasenta adalah organ vital untuk promosi dan perawatan

kehamilan dan perkembangan janin normal. Hal ini diuraikan

oleh jaringan janin dan ibu untuk dijadikan instrumen transfer

nutrisi penting (Afodun et al , 2015).

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis

plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium,

plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung

sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi


(Saifuddin, 2010:145).Pertumbuhan plasenta makin lama

makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan

lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta

dewasa/lengkap yang normal memiliki karakteristik berikut:

a) Bentuk budar /oval

b) Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm

c) Berat rata-rata 500-600 gr.

d) Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta)

dapat di tengah/sentralis, disamping/lateralis, atau tepi

ujung tepi/marginalis.

e) Di sisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol

(katiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basialis.

f) Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar

(pembuluh korion) menuju tali pusat. Korion diliputi

oleh amnion.

g) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20

minggu) meningkat sampai 600-700 cc/ menit (aterm)

(Dewi dkk, 2011:84)

6. Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi.

Menurut dewi dkk 2011 pertumbuhan dan perkembangan

embrio dari trimester 1 sampai dengan trimester 3 adalah

sebagai berikut:

a) Trimester 1
1) Minggu ke-1 Disebut masa germinal. Karekteristik

utama masa germinal adalah sperma membuahi ovum

yang kemudian terjadi pembelahan sel (Dewi dkk, 2011)

2) Minggu ke-2 Terjadi diferensiasi massa seluler embrio

menjadi dua lapis (stadium bilaminer). Yaitu lempeng

epiblast (akan menjadi ectoderm) dan hipoblast (akan

menjadi endoderm). Akhir stadium ini ditandai alur

primitive (primitive streak) (Dewi dkk, 2011)

3) Minggu ke-3 Terjadi pembentukan tiga lapis/lempeng

yaitu ectoderm dan endoderm dengan penyusupan

lapisan mesoderm diantaranya diawali dari daerah

primitive streak (Dewi dkk, 2011)

4) Minggu ke-4 Pada akhir minggu ke-3/awal minggu ke-4,

mulai terbentuk ruas-ruas badan (somit) sebagai

karakteristik pertumbuhan periode ini. Terbentuknya

jantung, sirkulasi darah, dan saluran pencernaan

(Dewi dkk, 2011)

5) Minggu ke-8 Pertumbuhan dan diferensiasi somit terjadi

begitu cepat, sampai dengan akhir minggu ke-8 terbentuk

30- 35 somit, disertai dengan perkembangan berbagai

karakteristik fisik lainnya seperti jantungnya mulai

memompa darah. Anggota badan terbentuk dengan baik

(Dewi dkk, 2011)


6) Minggu ke -12 Beberapa system organ melanjutkan

pembentukan awalnya sampai dengan akhir minggu ke-

12 (trimester pertama). Embrio menjadi janin. Gerakan

pertama dimulai selama minggu ke 12. Jenis kelamin

dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine (Dewi

dkk,2011)

Trimester II

1) Sistem Sirkulasi Janin mulai menunjukkan adanya

aktivitas denyut jantung dan aliran darah. Dengan

alat fetal ekokardiografi, denyut jantung dapat

ditemukan sejak minggu ke-12.

2) Sistem Respirasi Janin mulai menunjukkan gerak

pernafasan sejak usia sekitar 18 minggu.

Perkembangan struktur alveoli paru sendiri baru

sempurna pada usia 24-26 minggu. Surfaktan mulai

diproduksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan

konsistensinya sangat minimal dan baru adekuat

untuk pertahanan hidup ekstrauterin pada akhir

trimester III.

3) Sistem gastrointestinal Janin mulai menunjukkan

aktivitas gerakan menelan sejak usia gestasi 14

minggu. Gerakan mengisap aktif tampak pada 26-28

minggu. Secara normal janin minum air ketuban 450


cc setiap hari. Mekonium merupakan isi yang utama

pada saluran pencernaan janin, tampak mulai usia 16

minggu. Mekonium berasal dari :

a. Sel-sel mukosa dinding saluran cerna yang

mengalami deskuamasi dan rontok.

b. Cairan/enzim yang disekresi sepanjang saluran

cerna, mulai dari saliva sampai enzim enzim

pencernaan.

c. Cairan amnion yang diminum oleh janin, yang

terkadang mengandung lanugo (rambut-rambut

halus dari kulit janin yang rontok). Dan sel-sel dari

kulit janin/membrane amnion yang rontok.

d. Penghancuran bilirubin.

4) Sistem Saraf dan Neuromuskular Sistem ini

merupakan sistem yang paling awal mulai

menunjukkan aktivitasnya, yaitu sejak 8-12 minggu,

berupa kontraksi otot yang timbul jika terjadi stimulasi

lokal. Sejak usia 9 minggu, janin mampu mengadakan

fleksi alat-alat gerak, dengan refleks-refleks dasar yang

sangat sederhana.

5) Sistem Saraf Sensorik Khusus/Indra Mata yang

terdiri atas lengkung bakal lensa (lens placode) dan

bakal bola mata/mangkuk optic (optic cup) pada


awalnya menghadap ke lateral, kemudian berubah

letaknya ke permukaan ventral wajah.

6) Sistem Urinarius Glomerulus ginjal mulai terbentuk

sejak umur 8 minggu. Ginjal mulai berfungsi sejak

awal trimester kedua dan dalam vesika urinaria dapat

ditemukan urine janin yang keluar melalui uretra dan

bercampur dengan cairan amnion.

7) Sistem Endokrin Kortikotropin dan Tirotropin mulai

diproduksi di hipofisis janin sejak usia 10 minggu

mulai berfungsi untuk merangsang perkembangan

kelenjar suprarenal dan kelenjar tiroid. Setelah

kelenjar-kelenjar tersebut berkembang, produksi dan

sekresi hormon-hormonnya juga mulai berkembang


Ketidaknyamanan Trimester I

No. Ketidaknyamanan Cara Mengatasi


1. Mual dan muntah a) Melakukan pengaturan pola makan.

b) Menghindari stress.

c) Meminum air jahe.

d) Menghindari meminum kopi /

kafein, tembakau dan alkohol.

2. Hipersaliva e) Mengkonsumsi vit. B6 1,5mg/hari.

a) Menyikat gigi.

b) Berkumur.

c) Menghisap permen yang

mengandung mint.

3. Pusing a) Istirahat dan tidur serta

menghilangkan stress.

b) Mengurangi aktivitas dan

menghemat energi.

c) Kolaborasi dengan dokter

4. Mudah lelah kandungan.

a) Melakukan pemeriksaan kadar zat

besi.

b) Menganjurkan ibu untuk beristirahat

siang hari.

5. Peningkatan frekuensi c) Menganjurkan ibu untuk minum

berkemih lebih banyak.

d) Menganjurkan ibu untuk olahraga

ringan.
Sumber : Irianti, Bayu, dkk. (2013, h:56)

Ketidaknyamanan pada Trimester II

No. Ketidaknyamanan Cara Mengatasi


1. Pusing a) Cukup istirahat.

b) Menghindari berdiri secara tiba- tiba dari

posisi duduk.

c) Hindari berdiri pada waktu yang lama.

d) Jangan lewatkan waktu makan.

e) Berbaring miring ke kiri.

a) Menyarankan ibu untuk banyak minum

2. Sering berkemih disiang hari dan mengurangi minum pada

malam hari.

b) Menyarankan ibu untuk buang air keci

secara teratur.

c) Menhindari penggunaan pakaian ketat.

a) Menghhindari berdiri secara tiba- tiba dari

posisi jongkok.

3. Nyeri perut bawah b) Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik.

a) Memberitahu ibu untuk menjaga posisi

tubuhnya.

b) Menganjurkan ibu untuk melakukan


4. Nyeri punggung
evcercise selama hamil.

c) Menganjurkan ibu untuk mengurangi

aktivitas serta menambah istirahat.

a) Anjurkan ibu untuk menggunakan lotion.

b) Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra

dengan ukuran besar.


Sumber : Irianti, Bayu, dkk, (2013, h:84)

a) Mengganti celana dalam bila basah

atau lembab.
6. Sekret vagina
b) Memelihara kebersihan alat
berlebih
reproduksinya.
Konstipasi
a) Mengkonsumsi makanan yang
7.
berserat.

b) Memenuhi kebutuhan hidrasinya.

Penambahan berat c) Melakukan olahraga ringan secara

8. badan rutin.

a) Memberikan contoh makanan yang


Pergerakan janin
9. baik dikonsumsi.

b) Menghitung jumlah asupan kalori.

a) Mengajarkan kepada ibu untuk

merasakan gerakan janin, misalnya

dengan menggunakan 2 wadah

kosong dan manik-manik, kemudian

anjurkan pada ibu untuk

memindahkan manik-manik
tersebut ke wadaah lainnya selama
10. Perubahaan psikologis
2 jam dan merasakan gerakaan

janinnya.

a) Memberikan ketenangan pada ibu

dengan memverikan informasi yang

dibutuhkan ibu.

b) Memberikan motivasi dan dukungan

pada ibu.

c) Melibatkan orang terdekat dan atau

keluarga pada setiap asuhan.

Ketidaknyamanan Trimester III

No. Ketidaknyamanan Cara Mengatasi


1. Sering buang air kecil a) Ibu hamil disarankan untuk tidak

minum saat 2-3 jam sebelum tidur.

b) Kosongkan kandung kemih sesaat

sebelum tidur.

Pegal-pegal c) Agar kebutuhan air pada ibu hamil

2. tetap terpenuhi, sebaiknya minum

lebih banyak pada siang hari.

a) Sempatkan untuk berolahraga.

3 b) Senam hamil.

Hemoroid c) Mengkonsumsi susu dan makanan

yang kaya kalsium.

d) Jangan berdiri / duduk / jongkok

terlalu lama

e) Anjurkan istirahat tiap 30 menit.

a) Hindari konstipasi.

b) Makan-makanan yang berserat dan

banyak minum.

c) Gunakan kompres es atau air

hangat.

d) Bila mungkin gunakan jari untuk

memasukan kembaliu hemoroid ke

dalam anus dengan pelan-pelan.

e) Bersihkan anus dengan hati-hati


sesudah defekasi.

f) Usahakan BAB dengan teratur.


4
Kam dan nyri pada kaki g) Ajarkan ibu dengan posisi knee

chest 15 menit/hari.

h) Senam kegel untuk menguatkan

perinium dan mencegah hemoroid.

i) Konsul ke dokter sebelum

menggunakan obat hemoroid.

a) Lemaskan bagian yang kram dengan

Gangguan cara mengurut.

5 pernafasan b) Pada saat bangun tidur, jari kaki

ditegakkan sejajar dengan tumit

untuk mencegah kram mendadak.

c) Meningkatkan asupan kalsium.


Oedema
d) Meningkatkan asupan air putih.
6
e) Melakukan senam ringan.

f) Istirahat cukup.

a) Latihan nafas melalui senam

hamil.

b) Tidur dengan bantal yang tinggi.

c) Makan tidak terlalu banyak.

d) Konsultasi dengan dokter apabila

ada kelainan asma dll.

a) Meningkatkan periode istirahat dan


Sumber : (Hutahaean. Serri, 2013, h; 150)

Anda mungkin juga menyukai