Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

DESAIN DATA WAREHOUSE UNTUK MENGINTEGRASIKAN DATA


KEPOLISIAN DI WILAYAH JAWA TIMUR
Aryanto Aribowo 1) dan Joko Lianto Buliali 2)
Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya 60264, Jawa Timur, Indonesia
Email: aryanto11@mhs.mmt.its.ac.id 1), joko@cs.its.ac.id 2)

ABSTRAK
Pada penelitian ini, data kepolisian yang digunakan difokuskan pada data dari fungsi Reskrim
yang tersebar di 39 Polres jajaran wilayah Jawa Timur. Selama ini proses pengumpulan data
kepolisian dari 39 fungsi Reskrim Polres jajaran wilayah Jawa Timur dilakukan secara
manual. Karena jumlah data yang banyak menyebabkan sulitnya proses analisa dari para
pimpinan di tingkat Polda. Selain itu dibutuhkan waktu yang lama untuk melacak suatu data
yang dibutuhkan dalam proses analisa. Oleh sebab itu, proses pengintegrasian data kepolisian
dari 39 fungsi Reskrim Polres jajaran wilayah Jawa Timur sebagai penunjang dalam proses
analisa tidak mungkin dilakukan secara manual. Untuk menjawab permasalahan tersebut,
penelitian ini difokuskan pada desain data warehouse yang dapat menyediakan informasi bagi
para pimpinan di tingkat Polda, dimana informasi tersebut didapatkan dengan cara
mengintegrasikan data fungsi Reskrim yang tersebar di setiap Polres jajaran wilayah Jawa
Timur. Data warehouse pada penelitian ini dapat menyimpan data penting dari setiap fungsi
Reskrim Polres selama periode waktu tertentu, sehingga data warehouse dapat menghasilkan
informasi yang dapat digunakan untuk analisa oleh para pimpinan di tingkat polda dalam
menghasilkan kebijakan yang menyangkut pelayanan terhadap masyarakat untuk
meningkatkan kinerja dari fungsi Reskrim di wilayah Jawa Timur.
Kata kunci: Data Warehouse, Data Kepolisian, Mengintegrasikan Data, Analisa.

PENDAHULUAN
Kepolisian Daerah Jawa Timur atau Polda Jawa Timur adalah pelaksana tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia di wilayah Provinsi Jawa Timur. Saat ini wilayah
hukum Polda Jawa Timur meliputi 39 Polres dengan rincian 7 Polresta (Kepolisian Resor
Kota), 31 Polres (Kepolisian Resor), dan satu Polrestabes (Kepolisian Resor Kota Besar).
Tugas utama dari Polda Jatim adalah memelihara keamanan dan ketertiban, menegakkan
hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat Jawa
Timur. Dalam menciptakan pelayanan prima kepolisian, institusi Polri selalu melakukan
evaluasi terhadap kinerja anggota Polri, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
menganalisa data kepolisian yang menyangkut pelayanan terhadap masyarakat. Saat ini data
kepolisian tersebut masih tersebar di masing-masing Polres, sehingga sulit bagi para pimpinan
di tingkat Polda dalam mendapatkan dasar untuk mengevaluasi produktifitas kinerja anggota
secara keseluruhan khususnya yang menyangkut pelayanan terhadap masyarakat.
Reskrim (Reserse Kriminal) merupakan salah satu fungsi operasional di Polri yang
bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.
Reskrim merupakan fungsi yang sering mendapat sorotan dari masyarakat karena kinerjanya
yang kurang optimal. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan dari para pimpinan di tingkat
Polda untuk meningkatkan kinerja dari fungsi Reskrim di wilayah Jawa Timur.

ISBN : 978-602-97491-8-2
C-3-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Dalam mendukung pengambilan kebijakan oleh para pimpinan di tingkat Polda,


diperlukan adanya data yang terintegrasi dari seluruh Polres di wilayah Jawa Timur. Selain
itu, data yang didapatkan dari setiap Polres harus sesuai kebutuhan, konsisten, dan mudah
dimengerti. Agar data dapat terintegrasi dan konsisten, maka data warehouse merupakan salah
satu solusinya. Dengan adanya dukungan data warehouse, pengambilan kebijakan oleh para
pimpinan di tingkat Polda dapat dilakukan secara cepat dan tepat karena data warehouse
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh para pimpinan di tingkat Polda.
Pembangunan data warehouse merupakan salah satu cara untuk mengekstrak informasi
penting dari data fungsi Reskrim yang tersebar di masing-masing Polres. Data dari seluruh
fungsi Reskrim Polres yang sudah terintegrasi di dalam data warehouse selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan informasi yang dapat membantu para pimpinan di tingkat
polda dalam melakukan analisa sehingga para pimpinan di tingkat polda dapat menghasilkan
kebijakan yang cepat dan tepat dalam rangka meningkatkan kinerja dari fungsi Reskrim di
wilayah Jawa Timur.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dengan
menggunakan metode kualitatif, dimana datanya dinyatakan dalam bentuk bukan angka,
tetapi berbentuk kata, kalimat, atau gambar. Tahapan metodologi pada penelitian ini dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu yang pertama mengidentifikasi proses bisnis yang sudah berjalan
sehingga timbul permasalahan, kemudian yang kedua menganalisis permasalahan dengan
disesuaikan kebutuhan pengguna untuk mendapatkan solusi penyelesaian masalah, dan yang
terakhir mendesain solusi yang didapatkan dari tahap analisis. Tahapan metodologi pada
penelitian ini dapat digambarkan seperti Gambar 1.
Pada tahap identifikasi, permasalahan yang didapatkan dari proses bisnis yang sudah
berjalan adalah banyaknya kasus yang tidak selesai, khususnya kasus kriminal yang ditangani
kepolisian di wilayah Jawa Timur, sehingga perlu adanya evaluasi terhadap kinerja fungsi
Reskrim di tingkat Polres oleh para pimpinan di tingkat Polda. Untuk bisa mengevaluasi
kinerja fungsi Reskrim di setiap Polres jajaran wilayah Jawa Timur, dibutuhkan data
kepolisian dari 39 fungsi Reskrim Polres selama periode waktu tertentu. Selama ini proses
pengumpulan data kepolisian dari 39 Polres jajaran wilayah Jawa Timur dilakukan secara
manual. Karena jumlah data yang banyak menyebabkan sulitnya proses evaluasi dan analisa
dari para pimpinan di tingkat Polda. Selain itu dibutuhkan waktu yang lama untuk melacak
suatu data yang dibutuhkan dalam proses analisa. Karena kebijakan dari pimpinan di tingkat
Polda yang menyangkut pelayanan terhadap masyarakat harus dilakukan secara cepat dan
tepat, maka proses pengumpulan data kepolisian dari 39 fungsi Reskrim Polres jajaran
wilayah Jawa Timur yang digunakan sebagai dasar dalam proses analisa tidak mungkin
dilakukan secara manual.

ISBN : 978-602-97491-8-2
C-3-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Gambar 1. Tahapan Metodologi Penelitian

Pada tahap analisis, dilakukan analisis terhadap kebutuhan pengguna terkait dengan
permasalahan yang ditemukan pada tahap identifikasi. Analisis kebutuhan pengguna
dilakukan melalui wawancara dan observasi lapangan. Wawancara dengan Kapolda Jawa
Timur dan beberapa pejabat utama Polda Jawa Timur dilakukan untuk mengetahui informasi
yang dibutuhkan dalam proses analisa, sedangkan observasi lapangan dilakukan untuk
mengetahui data kepolisian yang digunakan dalam membangun data warehouse. Setelah
dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa kebutuhan dari pengguna yang untuk selanjutnya
menjadi kebutuhan sistem adalah sebuah data warehouse yang dapat menyediakan informasi
untuk analisa para pimpinan di tingkat Polda dalam mengambil langkah-langkah atau
kebijakan secara cepat dan tepat. Adapun informasi yang diperlukan oleh para pimpinan di
tingkat Polda, antara lain jumlah kejahatan yang terjadi di Jawa Timur dalam kurun waktu
tertentu, jumlah kasus yang dapat diselesaikan di Jawa Timur dalam kurun waktu tertentu,
daerah di Jawa Timur dengan jumlah kejahatan tinggi dalam kurun waktu tertentu, kasus-
kasus yang belum/tidak selesai di Jawa Timur, dan bagaimana proses penyelesaian kasus di
Jawa Timur. Informasi yang disediakan oleh data warehouse tersebut didapatkan dengan cara
mengintegrasikan data fungsi Reskrim yang tersebar di setiap Polres jajaran wilayah Jawa
Timur. Hasil analisis kebutuhan tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan tahap
desain.
Pada tahap desain ini dilakukan proses ETL (Extract, Transform, dan Load). Proses
ETL berguna untuk mengintegrasikan data yang berasal dari data source, yaitu database
operasional fungsi Reskrim di masing-masing Polres jajaran wilayah Jawa Timur. Secara
umum sumber data yang diperlukan oleh data warehouse ini berasal dari database fungsi
Reskrim setiap Polres.

HASIL DAN DISKUSI


Langkah pertama yang dilakukan dalam pembahasan data warehouse ini adalah
memetakan kebutuhan sistem dengan data yang dibutuhkan, seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 1.

ISBN : 978-602-97491-8-2
C-3-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Tabel 1. Kebutuhan Sistem dalam Rangka Penilaian Kinerja


No Kebutuhan Sistem Sumber Data Informasi
Mengetahui jumlah Data kasus yang masuk Trend angka kejahatan di
1 kejahatan yang terjadi di di masing-masing fungsi Jawa Timur
Jawa Timur Reskrim Polres
Mengetahui jumlah kasus Data dokumen berkas di Trend jumlah
2 yang dapat diselesaikan masing-masing fungsi pengungkapan kasus di
di Jawa Timur Reskrim Polres Jawa Timur
Mengetahui daerah di Data kasus masuk dan Daerah rawan kejahatan
3 Jawa Timur dengan data Polres di Jawa Timur
jumlah kejahatan tinggi
Pelacakan terhadap Data kasus masuk, data Mengetahui kasus-kasus
4 kasus-kasus yang tidak Polres, dan data yang belum/tidak selesai
selesai dokumen berkas di Jawa Timur
Mengetahui proses Data kasus masuk, data Trend kecepatan dalam
5 penyelesaian kasus di Polres, data tindakan, melaksanakan suatu
Jawa Timur dan data dokumen berkas tindakan

Langkah kedua adalah membuat model dimensional yang merepresentasikan kebutuhan


sistem secara menyeluruh, artinya semua kebutuhan pelaporan dan pelacakan yang diperlukan
oleh sistem dapat dipenuhi oleh skema model dimensional ini. Dari hasil analisis ditentukan
model dimensional yang digunakan adalah Star Schema, yang mempunyai karakteristik antara
lain:
 Pusat dari Star Schema disebut fact table
 Fact table mempunyai sebuah nilai aggregate dari data-data yang berasal dari tabel
dimensi
 Setiap tabel dimensi berelasi langsung dengan fact table
 Relasi antara fact table dengan dimensi-dimensinya adalah 1 – N (one to many)
Karena pada Star Schema tabel dimensi berelasi langsung dengan tabel fakta, sehingga
pelacakan data dalam data warehouse bisa dilakukan lebih cepat. Dengan jumlah data yang
semakin lama semakin besar, peran kinerja pelacakan akan semakin penting. Oleh sebab itu,
desain Star Schema merupakan pilihan yang tepat dalam hal ini.
Langkah berikutnya adalah menentukan tabel fakta dan tabel dimensi sesuai dengan
karakteristik dari Star Schema, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Untuk tabel fakta,
ditentukan tabel fact_kinerja yang berisi perkembangan kasus yang ditangani oleh fungsi
Reskrim di setiap Polres. Sedangkan untuk tabel dimensi yang menunjang tabel fakta,
ditentukan tabel dim_kasus, tabel dim_polres, tabel dim_tindak, dan tabel dim_doc_berkas.
Untuk membentuk tabel dimensi diperlukan beberapa data yang terdapat dalam database
fungsi Reskrim masing-masing Polres, yaitu data kasus yang masuk, data tindakan yang
dilakukan dalam menyelesaikan kasus, dan data dokumen yang dihasilkan dari setiap tindakan
yang dilakukan.
Setelah ditentukan Star Schema sebagai model dimensional, pembahasan berikutnya
adalah mendesain proses ETL (Extract, Trasform, dan Load). Pada proses extract dilakukan
pengambilan data-data penting (Extract) dari database seluruh fungsi Reskrim Polres. Data-
data yang di-extract meliputi data kasus yang masuk, data tindakan yang dilakukan dalam
menyelesaikan kasus, dan data dokumen yang dihasilkan dari setiap tindakan yang dilakukan.
Karena kualitas data sangat mempengaruhi kredibilitas data warehouse, maka data-data yang
telah diekstrak akan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam staging area. Staging area adalah

ISBN : 978-602-97491-8-2
C-3-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

tempat penampungan data sementara sebelum data dimasukkan ke dalam data warehouse.
Staging area diperlukan agar proses ekstraksi dan transformasi bisa berjalan lebih efektif dan
efisien tanpa mengganggu kinerja di data warehouse, dimana data warehouse merupakan
database yang langsung diakses oleh pengguna.

DIM_KASUS
PK KASUS_KEY

id_kasus

DIM_POLRES id_polres
nama_kasus
PK POLRES_KEY
FACT_KINERJA no_lp
nama_polres tgl_masuk_data
PK,FK1 POLRES_KEY
PK,FK2 KASUS_KEY
PK,FK3 TINDAK_KEY
PK,FK4 BERKAS_KEY

jml_kasus_masuk
jml_kasus_selesei
urut

DIM_TINDAK DIM_DOC_BERKAS
PK TINDAK_KEY PK BERKAS_KEY

id_kasus id_kasus
id_polres id_polres
id_tindak id_doc_berkas
nama_tindak nama_doc
durasi prosentase
tgl_masuk_data tgl_masuk_data

Gambar 2. Star Schema Kinerja Fungsi Reskrim Polres

Pada proses transform yang dilakukan prinsipnya adalah melakukan standarisasi data.
Hal ini perlu dilakukan apabila data yang diambil atau di-extract mempunyai format yang
berbeda dalam hal tipe data, data length, dan lain-lain. Akan tetapi mengingat dalam
penelitian ini data yang diambil atau di-extract dari masing-masing fungsi Reskrim Polres
sudah sama atau sudah standar dalam hal tipe data, data length, dan lain-lain, maka pada
penelitian ini tidak dilakukan proses transform.
Proses berikutnya adalah proses load, yaitu pemuatan data dari staging area ke data
warehouse. Proses pemuatan data dimulai dari tabel dimensi terlebih dahulu, baru kemudian
data untuk tabel fakta. Untuk meningkatkan kinerja pelacakan semua tabel dimensi selain
mempunyai key juga mempunyai surrogate-key, dimana surrogate-key inilah yang digunakan
sebagai relasi terhadap tabel fakta. Pada prinsipnya ada dua langkah yang dilakukan dalam
mendesain data warehouse ini, langkah pertama adalah proses ekstraksi dan transformasi dari
sumber data, serta langkah kedua adalah pemuatan data dari staging area ke data warehouse,
seperti pada Gambar 3.

ISBN : 978-602-97491-8-2
C-3-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Gambar 3. Proses Kerja Data Warehouse

Salah satu informasi yang dapat disediakan oleh data warehouse ini adalah
perkembangan kasus yang sedang ditangani fungsi Reskrim Polres jajaran wilayah Jawa
Timur. Adapun mekanismenya adalah dengan melihat prosentase penyelesaian kasus dari
setiap fungsi Reskrim Polres. Prosentase penyelesaian kasus dapat dilihat dari data dokumen
berkas, dimana masing-masing data dokumen berkas memiliki poin dalam bentuk prosentase.
Poin tersebut digunakan untuk mengetahui perkembangan kasus yang sedang ditangani oleh
fungsi Reskrim dari setiap Polres. Selain informasi mengenai perkembangan kasus, ada
beberapa informasi lain yang bisa disediakan oleh data warehouse ini, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.

Gambar 4. Pemanfaatan Data Warehouse

ISBN : 978-602-97491-8-2
C-3-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara
lain:
1. Data yang dibutuhkan untuk analisa data di-extract dari data kasus yang masuk, data
tindakan yang dilakukan dalam menyelesaikan kasus, dan data dokumen yang dihasilkan
dari setiap tindakan yang dilakukan oleh masing-masing fungsi Reskrim Polres.
2. Integrasi data dilakukan dengan melakukan ekstraksi dari sumber data dengan mengambil
item data yang diperlukan untuk keperluan analisa saja. Sumber data diperoleh dari
database fungsi Reskrim setiap Polres di wilayah Jawa Timur. Setelah data diekstraksi,
kemudian data yang telah sesuai untuk keperluan analisa disimpan dalam data warehouse
(loading).
3. Model dimensional yang digunakan adalah Star Schema. Dengan Star Schema pelacakan
data dalam data warehouse bisa dilakukan lebih cepat, sehingga dapat mendukung
pengambilan kebijakan yang cepat dan tepat oleh para pimpinan di tingkat Polda.
4. Desain yang dibuat dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pimpinan di
tingkat Polda. Adapun informasi yang dibutuhkan antara lain jumlah kejahatan yang
terjadi di Jawa Timur dalam kurun waktu tertentu, jumlah kasus yang dapat diselesaikan
di Jawa Timur dalam kurun waktu tertentu, daerah di Jawa Timur dengan jumlah
kejahatan tinggi dalam kurun waktu tertentu, kasus-kasus yang belum/tidak selesai di
Jawa Timur, dan bagaimana proses penyelesaian kasus di Jawa Timur.

DAFTAR PUSTAKA
Alter, Steven. (1999), Information System, A Management Perspective, 3rd sdition, Addison-
Wesley, United State of America.
Connolly, Thomas, Begg, Carolyn. (2005), Database Systems: A Practical Approach to
Design, Implementation And Management, 4th edition, Addison-Wesley.
Fathansyah. (2004), Buku Teks Komputer Basis Data, Informatika, Bandung.
Inmon, W. H. (2002), Building the Data Warehouse, 3rd edition, Wiley Computer Publishing.
Kimball, Ralph dan Ross, Margy (2002), The Data Warehouse Toolkit, 2nd edition, John
Wiley & Sons, Inc., Canada.
Mcleod, Raymond Jr, and George Hall (2001), Management Information System, 8th edition,
Prentice Hall Inc, New Jersey.
O’Brien James A. (2004), Mangement Information Systems – Managing Information
Technology in the Internet Worked Enterprise, 6th edition, Irwin McGraw-Hill.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (2012), Manajemen Penyidikan
Tindak Pidana, Nomor 14, Jakarta.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (2010), Susunan Organisasi Dan
Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah, Nomor 22, Jakarta.
Poe, Vidette (1998), Building Data Warehouse for Decision Support, 2nd edition, Prentice
Hall.

ISBN : 978-602-97491-8-2
C-3-7

Anda mungkin juga menyukai