Anda di halaman 1dari 17

Journal of Mechatronic and Electrical Engineering

Homepage: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jmee
ISSN: XXXX-XXXX
Vol. 1, No. 1, Month 202x, pp: 100-110
100

OPTIMASI SISTEM INSTALASI PENYALUR PETIR


PADA MENARA KONTROL P60
PT. KALTIM PRIMA COAL
Wahid Wahid#1, Nur Alif Mardiyah2, Diding Suhardi1

Info Artikel dan Penulis Abstrak


1- Wahid Menara kontrol P60 PT. Kaltim Prima Coal merupakan suatu bangunan
Universitas Muhammadiyah Malang
yang ruangannya digunakan untuk mengontrol penanganan atau
Alamat, Kota, Negara
2- Teknik Elektro pemeliharaan batu bara. Penyalur petir tipe Franklin Rod yang ada pada
Universitas Muhammadiyah Malang Menara Kontrol P60 tidak berfungsi dengan baik sehingga ketika diteliti
Jalan Raya Tlogomas No. 246 Tlogomas, menggunakan metode rolling sphere didapati daerah bangunan yang tidak
Babatan, Tegalgondo, Kec. Lowokwaru,
terjangkau oleh radius penangkal petir dan nilai tahanan pentanahan cukup
Kota Malang, Indonesia
besar. Data yang dihimpun baik primer maupun sekunder mengacu pada
# Wahid Wahid : wahidcancer0@gmail.com Standar Nasional Indonesia (03-7015-2004 SNI) Menara Kontrol P60 harus
dilindungi dari serangan petir karena rata-rata nilai frekuensi tahunan
Kata Kunci: serangan petir langsung (Nd) > frekuensi serangan petir tahunan setempat
Penangkal Petir, Bola Bergulir, Sangkar (Nc) yang diizinkan. Elektrostatis menjadi pilihan yang baik dengan jenis
Faraday, Parallel Rod Grounding
Flash Vectron(FV) FV6 jangkauan Ion 50 sampai dengan 150 meter
Proses Artikel:
dipadukan dengan Sangkar Faraday dengan19 finial dan dihubungkan
Dikirim dengan penyalur Cooper Bare 50 mm2 menuju sistem pentanahan yang
Direvisi sebelumnya sudah terpasang di 4 titik yang terletak pada sudut bangunan
Diterima
Diterbitkan Menara Kontrol P60 ditanam di dalam tanah. Nilai suatu tahanan harus
Resistansi kurang dari 5 ohm mengikuti standar pada PUIL 2011. Nilai
tahanan pada Menara Kontrol P60 yaitu, titik 1 =26 Ω, titik 2 =0,6 Ω, titik 3
=0,5 Ω, dan titik 4 =0,4 Ω. Untuk melengkapi aturan sesuai dengan standar
PUIL, oleh sebab itu cukup dengan menggunakan metode paralle rod
grounding pada elektroda yang telah terpasang dengan nilai tahanan
Paralel= 0,16 ohm banyaknya 4 batang elektroda.

Abstract
P60 control tower PT. Kaltim Prima Coal is a building used to control coal
handling. The Franklin Rod type lightning distribution on the P60 Control
Tower does not work well so that when research is carried out using the
rolling sphere method, it is obtained in building areas that are not covered by
the lightning rod radius and the ground resistance value is quite large. The
data collected both primary and second refers to the Indonesian National
Standard (03-7015-2004 SNI). The P60 Control Tower must be protected
from lightning attacks because the average annual frequency value of direct
lightning strikes (Nd) > the permitted lightning strike frequency.
Electrostatics are a good choice with the Flash Vectron FV6 type Ion range
50 to 150 meters combined with a Faraday Cage with 19 finals and with a
Bare Cooper conductor 50 mm〗 ^ 2 to a grounding system that previously
had the P60 Control embedded in the ground. The value of a limit must be R
< 5 following the standard in PUIL 2011. The limit value on the P60 Control
Tower is point 1 = 26 , point 2 = 0.6 , point 3 = 0.5 , and point 4 = 0.4 . To
meet the requirements according to the PUIL standard, it is enough to use
the parallel rod grounding method on the electrodes that have been installed
with a Parallel R value = 0.16 as many as 4 electrodes.

Wahid Wahid, Nur Alif Mardiyah, dan Diding Suhardi. Optimasi Sistem Instalasi Penyalur Petir Pada Menara Kontrol P60
PT. Kaltim Prima Coal. J. of Mechatronic and Electrical Eng., Vol. x(x), pp: xx-xx, Oktober 2021

1. PENDAHULUAN
First Author et al. (5 first words of title)
103 JJournaliof Mechatronic anddElectrical Engineering – Vol. xiNo. y, Monthi202x,ppp: xx-xx

Pertumbuhan pembangunan gedung semakin kompleks, sehingga pada dasarnya suatu bangunan harus
memenuhi kriteria Ketetapan Menteri nomor:29/PRT/M/2006 Pekerjaan Umum Pasal 2 alinea (2) yang berbunyi
“Tujuan dai pelatihan ini adalah terlaksananya kegunaan gedung/bangunan yang sehat, selamat, nyaman, dan
menjadi memudahkan bagi penghuni atau pengguna gedung/bangunan, serta efisien, serasi dan dengan
lingkungannya terlihat selaras”.[1]
Negara Kesatuan yaitu Republik indonesia terdiri dari beberapa pulau terpisah, dengan iklim tropis, berada
pada garis Khatulistiwa dimana musim dan cuaca mempunyai pengaruh yang sangat signifikan.
Thunderstorm/Days/Intensitas Hari Guruh yang cukup tinggi di sebabkan kondisi geografis dan juga rata-rata
>200 hari guruh di negara kesatuan ini, sehingga volume serangaan petir juga cukup banyak dalam tahunnya.
Banyaknya sambaran petir akan memungkinkan meningkatnya ancaman bahaya .[2]
Mengenai Pemantau instalasi penyalur petir memiliki ketetapan umum pada pasal 1 alinea (h) Peraturan
nomor : PER.02/MEN/1989,menteri tenaga kerja republik Indonesia yaitu Instalasi saluran petir adalah segala
tatanan sarana penyalur petir, yaitu: Down Conductor (penghantar penurunan), penerima (Air Terminal/Rod),
Earth Electrode (elektroda bumi), serta kelengkapan yang merupakan satu dan lainnya merupakan kestuan
digunakan untuk mengambil muatan suatu petir kemudian melepaskannya ke tanah.[3]
Berdasarkan data yang diperoleh (wawancara) dengan teknisi. Bangunan Menara Kontrol P60, tipe franklin
yaitu teminasi udara konvensional yang sudah teraplikasi pada menara kontrol P60 PT. Kaltim Prima Coal,
namun mengacu pada penelitian sistem proteksi petir yang telah dilakukan pada saat Praktek Kerja Nyata Wahid
dan Hutama (2018), dengan menggunakan metode Rolling Sphere dan melakukan pengukuran langsung di
lapangan pada grounding, didapati masalah pada pemasangan air terminal dan down conductor/grounding yang
belum sesuai dengan standar yang berlaku (Standar Nasional Indonesia 03-7015-2004), terkait dengan titik
penempatan air terminal, jumlah pemasangan air terminal, dan impedansi tahanan pentanahan yang telah
terpasang.
Penghantar petir jenis Franklin memiliki keterbatasan perlindungan, yang mana dapat menyebabkan
kerusakn pada struktur bangunan akibat jangkuan perlindungan hanya 2 m/45 ° . Jenis Franklin memiliki
kekurangan yaitu tidak bisa pada lokasi yang mempunyai frekuensi serangan petir yang memuncak/tinggi, tidak
bisa memproteksi alat-alat elektronik pada bangunan karena petir menimbulkan medan magnet dan radiusnya
yang sangat terbatas. Dengan parameter peghantar petir franklin yang memiliki keterbatansan tersebut, maka
perencanaan menggunakan sistem eletrostatis sebagai penyalur petir yang mengaplikasikan satu unit terminasi
udara kemudian daerah proteksi lebih luas yaitu sekitar 50 M-150 M dan di kombinasikan dengan teori Sangkar
Faraday. Sistem tersebut dipilih dalam memperbaiki kekurangan Franklin suatu bidang yang tidak terproteksi dan
semakin jauh dari franklin maka perlindungan terhadap struktur bangunan semakin lemah. Bangunan yang
memiliki bidang/permukaan atap yang luas sistem Sangkar Faraday sangat tepat dalam penerpan bidang
tersebut. Pada metode Sangkar Faraday memiliki banyak titik penempatan Air Terminal/finial yang kondisi
vertikal ke langit yang dihubungkan denga kawat tembaga atau konduktor penyalur satu kesatuan saling
terhubung dari permukaan atap sampai kebawah yang tampak seperti sangkar jala berjarak < 30 M kemudian
pada tiap titik pertemuan terapat Air Terminal/finial. Pada tahun 2018 telah dilakukan pengukuran sistem

© 20200The Authors. Published by Universitas/MuhammadiyahhMalang


This issan open access articleeunder the CC BY SAllicense.s(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
JournalloffMechatroniccanddElectricallEngineering-Vol.x No.y,,Month202x,pp:xx-xx

10
2
pentanahan terhadap bangunan Menara Kontrol P60, dengan pengukuran tersebut didapati nilai dari tahanan
pentanahan yaitu 26.0 Ω, 0.6 Ω, 0.4Ω, dan 0.5Ω. Nilai tersebut tidak serasi pada standard yang berlaku PUIL, dari
parameter tersebut asumsikan suatu sistem pentanahan yang baik yang memiliki nilai tahanan/resistansi pada
grounding yaitu dibawah 5Ω sehingga apabila terjadi arus gangguan atau serangan petir, dapat tersalurkan
kedalam bumi dalam jumlah yang besar dasecara cepat.[4]
Dalam memperbaiki dan meningkatkan sistem perlindungan bangunan Menara Kontrol P60 terhadap
sambaran petir sehingga dapat beroprasi dengan prima oleh karenanya perlu pengadaan perbaikan dan Optimasi
pada sistem penangkal petir. Pada penelitian ini akan melakukan suatu Optimasi Sistem Penangkal Petir pada
bangunan Menara Kontrol P60 PT. KALTIM PRIMA COAL.

2. METODE
Suatu data sangatlah diperlukan dalam mencapai suatu tujuan penelitian yang dapat menunjang untuk
perbaikan optimasi sistem penyalur petir eksternal pada bangunan Menara Kontrol P60 oleh sebabnya metode
yang diterapkan yaitu metode observasi.

1) Metode Observasi
Metode Observasi yaitu dengan mengadakan penghimpunan data dengan wawancara dan
melakukan penelitian dengan cara langsung terhadap bangunan Menara Kontrol P60. Adapun himpunan data
tersebut terdiri dari :
1) Gambar gedung menara kontrol P60.

Gambar 1 Menara Kontrol P60


Dari hasil wawancar bersama pembibing lapangan di ketahui bahwa :
 Isi dari bangunan cukup penting, misalnya took barang-barang berharga, menara air, dan kantor
pemerintah.
 Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dengan atap logam.
 Tinggi Menara Kontrol P60 12 m
 Situasi Gedung/bangunan yang lebih dari 1000 meter pegunungan atau puncak gunung.

2) Data tinggi, lebar, dan panjang gedung menara kontrol P60.


 Tinggi Bangunan : 12m
 Lebar Bangunan : 17m
 Panjang Bangunan : 25m

3) Data Hari Guruh


Data hari guruh /tahun di provinsi kalimantan yang mengacu Badan Meteorologi, Geofisika, dan
Klimatologi sesuai dengan Tabel 1.

First Author et al. (5 first words of title)


103 JJournaliof Mechatronic anddElectrical Engineering – Vol. xiNo. y, Monthi202x,ppp: xx-xx
Tabel 1 Hari Guruh rata-rata /tahun dan Isokeraunik level di beberapa kota di Kalimantan.
Daerah HariGuruh IKL Tingkat
Rata-rata (Isokeraunik Kerawanan
/tahun level) Petir
Balikpapan 227 62.100 Tinggi
Banjarmasin 85,00 23.180 Rendah
Kotabaru 58,00 15.890 Rendah
Nangahpinoh 112,00 30.820 Sedang
Paloh 188,00 51.560 Tinggi
PangkalanBun 237,00 65.040 Tinggi
Palangkaraya 298,00 81.680 Tinggi
Pontianak 219,00 60.000 Tinggi
Putussibauu 169,00 46.300 Sedang
Samarindaa 172,00 47.060 Sedang
TanjunggSelor 88,00 24.200 Rendah
Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004.[5]

Dalam tabel di atas wilayah bangunan menara kontrol P60 berada di Kalimantan Timur yaitu
Samrinda dan Balikpapan, mengingat kewaspadaan akan bahaya petir maka diambil tingkat hari guruh
yang tertinggi yaitu sebesar 227 masuk dalam kategori tingkat kerawanan sambaran petir yang tinggi.
Frekuensi serangan petir memiliki parameter yang diizinkan pada bangunan/gedung (Nc) yakni
10−1/Tahun.
4) Sitem Grounding
Pada bangunan P60 menggunakan sistem Grounding single Rod yang mana sistem tersebut
masih memiliki tahanan yang sangat besar yaitu di atas 5 ohm, untuk itu bila sistem single masih
mendapatkan hasil yang kurang baik Grounding system Parallel menjadi tindakan alternatif. Data
pengukuran tahanan pentanahan yang terpasang di gedung menara kontrol P60, dengan penanaman
elektroda batang yaitu 1 m.
Berdasarkan Pengukuran yang telah dilakukan Sebelumnya menggunakan alat ukur Earth
Tester didapat hasil pengukuran sebagai berikut :

Titik 1 : 26 Ohm
Titik 2 : 0,6 Ohm
Titik 3 : 0,5 Ohm
Titik 4 : 0,4 Ohm

5) Data penempatan titik penangkal petir yang ada pada bangunan menara kontrol P60.

© 20200The Authors. Published by Universitas/MuhammadiyahhMalang


This issan open access articleeunder the CC BY SAllicense.s(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
JournalloffMechatroniccanddElectricallEngineering-Vol.x No.y,,Month202x,pp:xx-xx

10
2

Gambar 2 Titik Penangkal Petir Pada Bangunan sebelumnya


Pada gambar diatas menggunakan sistem proteksi jenis konvensional dan hanya terdapat satu Air
Terminal sehingga radius sambaran petir masih berpotensi menyambar kebagian bangunan yang tidak
terproteksi olah penangkal petir konvensional.
2) Analisis Data
1) Kebutuhan Bangunan Terkait Penangkal Petir

Perkiraan kebutuhan terkait ditetapkan dari besarnya penjumlahan indek yang meliputi keadaan yang
berada di wilayah setempat dimana bangunan tersebut dan jumlahkan menggunakan persamaan berikut :
R =(A + B + C + D + E).................................. (2.1)
Dimana: :
R=bahaya yang di perkirakan dari petir
A=isi bangunan dan kegunaannya
B=konstruksi/bahan pada bangunan
C=Ketiinggian Gedung/bangunan
D=Keadaan suatu bangunan
E=Efek kilat

Tabel 2.1Indeks A : Bahaya Berdasarkan Penggunaan dan Isi


Inde
isi bangunan dan kegunaannya
kA
Baik bangunan maupun isinya tidak perlu diamankan -10,0
pengamanan karena bangunan biasa.
Baik isinya maupun bangunannya tidak ditempati 0
contohnya, menara/ tiang berbahan metal.
Isi dari bangungan alat keseharian maupun rumah, 1
contohnya bangunan/ stasiun kereta api.
Isi dari bangunan cukup penting, contohnya took barang-
2
barang berharga, menara air/kantor pemerintah.

First Author et al. (5 first words of title)


103 JJournaliof Mechatronic anddElectrical Engineering – Vol. xiNo. y, Monthi202x,ppp: xx-xx
Isi dari bangunan ialah misalnya bioskop, banyak sekali orang,
3
sarana ibadah, monumen sejarah, dan sekolah yang penting.

Isi dari bangunan ialah Instalasi gas, Minyak atau bensin,dan 3


rumah sakit.
Bangunan yang pengaplikasiannya bisa 15
menyebabkan musibah yang tak terkontrol di
lingkungannyanya, mcontohnya nuklir.
Tabel 2.2 Indeks B : Ancaman berdasarkan Konstruksi/bahan Gedung

konstruksi/bahan pada bangunan Indeks1B


0
Bahan pada keseluruhan bangunan menggunakan baan logam yang
mudah di aliri petir.
1
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang atau rangka besi dengan
atap logam.
Bangunan dengan konstruksi beton bertulang. Kerangka besi dan atap 2
bukan logam.

Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

Tabel 2.3 Indeks C : Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan


Ketiinggian I
Gedung/banguna n

n Dengan ... ( m ) d
e
k
s
C
6 0
12 2
17 3
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 1
0

Tabel 2.4 Indeks D : Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan

© 20200The Authors. Published by Universitas/MuhammadiyahhMalang


This issan open access articleeunder the CC BY SAllicense.s(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
JournalloffMechatroniccanddElectricallEngineering-Vol.x No.y,,Month202x,pp:xx-xx

10
Keadaan suatu bangunan In 2

de
ks
D
Di1tanah1datar1pada1semua1ketinggian 0
Di kaki bukit sampai % tinggi bukit atau di pegunungan
sampai l000 meter. 1

2
Pada puncak gunung atau pegunungan yang lebih dari
1000 meter.
Tabel 2.5 Indeks E : Resiko Berdasarkan Efek Kilat/Hari Guruh
Hari guruh/ Indeks
Efek kilat E
/tahun
2 0
4 1
6 2
8 3
16 4
32 5
64 6
128 7
256 8

Dalam mendapatkan suatu asumsi bahaya yang ditanggung bangunan dan tingkat
pengamanan yang harus diterapkan yaitu dengan memperhatikan keadaan di wilayah yang hendak
dicari tingkat bahaya/resikonya setelah itu menjumlahkan semua indeks tersebut.
Tabel 2.6 Indeks R : Perkiraan Bahaya Sambaran Petir Berdasarkan PUIPP
R Perkiraan Pengamanan
bahaya
Di 1 Diabaikan Tidak perlu
baw 1
ah
Sam 1 Kecil Tidak perlu
a 1
den
gan
1 Sedang Dianjurkan
2
1 Agak Dianjurkan
3 besar
1 Besar Sangat

First Author et al. (5 first words of title)


103 JJournaliof Mechatronic anddElectrical Engineering – Vol. xiNo. y, Monthi202x,ppp: xx-xx
4 dianjurkan
Lebi 1 Sangat Sangat perlu
h 4 besar
dari
Mengacu : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan Peraturan Umum Instalasi Penyalur Petir
(PUIPP)

Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat kebutuhan bangunan terkait sistem penangkal petir
sehingga dapat memutuskan perlu atau tidaknya memasang sistem penangkal petir pada bangunan
tersebut..[6]
2) Langkah-langkah Penempatan Instalasi Petir

Mengacu pada Badan Standar Nasional Indonesia (03/7015/2004), kerapatan kilat petir ke
tanah rata-rata /tahun di dwilayah/lokasi suatu struktur berada dinyatakan sebagai :
Ng = 0,04 x 〖Td〗^1,25 / 〖km〗^2 /tahun….................(2)
Jumlah hari guruh per tahun ialah Td yang diizinkan dari data isokeraunic level di wilayah
tempat struktur yang kemudian di lindungi yang diterbitkan oleh BMKG (Badan Meteorologi dan
Geofisika). Adapun daerah sentuhan ekivalen (Ae) tersebut dapat dihitung mengacu pada
persamaan di bawah ini :
Ae = ab + 6.h (a+b) + 9πh2….................................(3)
Ae ialah daerah cakupan ekivalen di bangunan (m2) ialah daerah permukaan tanah guna
sebagai struktur yang memiliki frekuensi sambaran tahunan langsung. Frekuensi rata-rata tahunan
sambaran petir langsung (Nd) 〖10〗^(-1)/tahun. /ke bangunannya bisa/dihitung :
Nd= Ng x Ae 10-6 / tahun…....................................(4)
Pada bangunan memiliki frekuensi parameter yang di perbolehkan (NC) yaitu 〖 10 〗 ^(-1)
/Tahun.
Dibutuhkan atau tidak perlindungan bangunan terhadap petir diputuskan mengacu pada
perhitungan Nc dan Nd berikut penerapannya :
a. Sistem tidak diburuhakan apabila Nc> Nd
b. Sistem diperlukan apabila Nc<Nd berikut efisiensinya :
E = 1 – Nc / Nd…....................................................(5)
: Efisiensi
𝑁: Pada bangunan memiliki frekuensi parameter yang di perbolehkan (NC) sama
dengan 〖10〗^(-1) \Tahun.[9]
𝑁 : Frekuensi rata – rata sambaran petir ke bangunan km 4 / tahun
Kemudian setelah didapati nilai E (Efisiensi/Sistem/Proteksi/Petir), kemudian akan ditetapkan
keketatan perlindungannya sama halnya/tabel 2.9 Ini :

Tabel 8 Efisiensi Sistem Proteksi Petir

Tingkat Proteksi Efisiensi SPP


1 0.980
2 0.9500
3I 0.900
4 0.8000

Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004.[5]

Setelah diketahui tingkat proteksi, maka dapat ditentukan sudut proteksi (αο) dari
penempatan suatu terminasi udara, radius bola yang dipakai, maupun ukuran jala (konduktor
horizontal) sesuai dengan tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9 Penempatan terminasi udara sesuai dengan tingkat proteksi.

© 20200The Authors. Published by Universitas/MuhammadiyahhMalang


This issan open access articleeunder the CC BY SAllicense.s(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
JournalloffMechatroniccanddElectricallEngineering-Vol.x No.y,,Month202x,pp:xx-xx

10
Tingkat h (m) 20 30 45 60 Lebar mata 2
° ° ° °
proteksi α α α α jala
(protection R (m) (m)
level)
I 20 25 * * * 5
II 30 35 25 * * 10
III 45 45 35 25 * 10
IV 60 55 45 35 25 20
Sumber : BSN, Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung, SNI 03-7015-2004.[5]

Dari tingkat proteksi didapati radius dari Rolling Sphere sehingga dapat menentukan
terminasi udara terkait titik penempatan dan jumlah yang dibutuhkan untuk pemasangan Air Terminal
jenis Franklin Rod atau pemasangan metode sangkar Faraday dengan finial yang nantinya memenuhi
titik-titik penempatan sesuai dengan radius rolling sphare dan lebar mata jala yang terdapat pada
tabel 9.[7]
3) Penempatan titik Air Terminal dengan Rolling Sphere Methode
Penempatan Air Terminal dapat di simulasikan dengan radius (R), dari Rolling Sphere yang
mana bola dengan radius R digulirkan kesekeliling dan diatas bangunan/gedung sehingga bertemu
dengan bidang horizontal pada bumi yang mampu bekerja sebagai konduktor dan bangunan yang
terkena radius bola akan menjadi titik penempatan Air Terminal, contoh simulasinya dapat dilihat
pada gambar 3.

Gambar 3 Prinsip dari Metode Bola Bergulir

Pada bidang/struktur bangunan yang rumit Metode bola bergulir ini sangatlah tepat.
Dari gambar 2.4, terlihat diatas bangunan terdapat bola yang memiliki radius R yang
bergelinding dari objek yang bersentuhan dengan tanah yang mampu meredam sambaran
petir.[8]

4) Optimalisasi Sistem Penangkal Petir


Dalam mengoptimalkan perlindungan pada bangunan dengan mengganti Air terminal
konvensiaonal dengan Air Terminal Electrostatis yang mana daerah cakupan perlindungannya lebih
luas radius 50 m – 150 m kemudian di kombinasikan dengan metode Sangkar Faraday guna
menghindari dari loncatan sambaran petir, karena pada Bangunan Menara Kontrol P60 memiliki
bidang yang panjang dan lebar yang dapat memungkinkan terkena oleh loncatan dari sambaran petir.
Sangkar Faraday yakni dengan menghubungkan Air teminal dan finial yang berada pada sisi
luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kawat konduktor itu sendiri juga dapat berfungsi
sebagai penghantar sambaran petir sehingga dapat mengoptimalkan perlindungan bangunan dari
petir secara keseluruhan dari kerusakan yang dapat di sebabkan oleh sambaran petir langsung
maupun tidak langsung. Titik penempatan jarak Finial dan Air Terminal di tentukan sesuai dengan
tingkat Level proteksi pada bangunan Menara Kontrol P60.
Sangkar Faraday bertujuan untuk mengantisipasi percikan/loncatat dari sambaran petir
kedaerah bangunan yang lainnya yang jauh dari titik penempatan Air Terminal Eletrostatis sehingga
First Author et al. (5 first words of title)
103 JJournaliof Mechatronic anddElectrical Engineering – Vol. xiNo. y, Monthi202x,ppp: xx-xx
bangunan dapat terproteksi dengan maksimal dengan sistem kombinasi dari Air Terminal
Elektrostatis dan metode Sangkar Faraday.
Penyalur FV menggunakan penghantar arus jenis Bare Copper Cable (BC). Penjagaan dan
pengaplikasian sangat memudahkan karena cuman memakai satu titik termin. Penyalur FV telah
melakukan kelayakan study melalui uji laboratorium/LAB PT. PLN (Persero) kemudian LAB HLI
(Tegangan Tinggi Hamburg Laboratory Inc),dan LAB GEC, (Germany Electrotechnical
Commission), Penyalur petir FV sudah di uji seketika di lapangan yang sering terjadi serangan petir
dan bahan pembuatan dan material pilihan mengacu SNI (Standar Nasional Indonesia) dan IEC
(International Electrotechnical Commission).

Gambar 4 Penyalur Petir Flash Vectron


Adapun penjelasan Perangkat Penyalur petir elektrostatis Flash Vectron FV6 sebgai berikut :
1. Main Rod merupakan alat utama dengan bentuk runcing dari bahan logam berfungsi untuk
mengambil langsung sambaran petir. Main Rod mempunyai muatan untuk mengambil
sambaran sebesar 300 KA.
2. Elektroda ini berperan sangat penting untuk bilah pemicu guna menyimpan cadangan
kekuatan awan dari luar, kekuatan itu berguna sebagai pembangkitan Early Streamer
Emission Conductor. Alat ini bekerja dengan dua sistem, awalnya menerima pengumpulan
kekuatan awan dengan sistem induksi serta sensor, kedua dengan karbon inti mengambil
kekuatan awan melalui induksi awan.
3. Generator yaitu unit kapasitor, ion pembangkit, sensor petir. Ion Generator ialah perangkat
kunci penyalur petir Flash Vectron.
4. Wing Diseminator ini adalah konduktor bagian atas guna menembakkan ion ke udara..[4]

5) Perbaikan Tahanan Grounding System


Dalam menurunkan nilai tahanan sehingga memperoleh nilai tahanan yang standar dapat di
lakukan dengan Parallel rod grounding dengan menghubungkan elektroda single rod dengan cara
parallel. Jika nilai tahanan semakin kecil tentunya akan semakin baik, dalam memastikan tahanan
sudah baik atau sudah standar yaitu ( <5 ohm ), maka dalam metode paralel dapat dilakukan dengan
pendekatan 6, dengan contoh simulasi pada gambar 5.
1
latotR =
)6(.............................. 1 1 1 1
+ + +… +
R1 R2 R3 nR
© 20200The Authors. Published by Universitas/MuhammadiyahhMalang
This issan open access articleeunder the CC BY SAllicense.s(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
JournalloffMechatroniccanddElectricallEngineering-Vol.x No.y,,Month202x,pp:xx-xx

10
2

Gambar 5 Sistem Grounding Berhubungan


Grounding sistem Paralel menjadi tindakan alternatif bila sistem single masih mendapatkan
hasil yang kurang baik ( diatas 5 Ohm ).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Penentuan Kebutuhan Bangunan Akan Proteksi Petir Berdasarkan PUIPP

 Indeks=A :2
 Indeks=B :1
 Indeks=C :2
 Indeks=D :2
 Indeks=E :7
Maka didapatkan indeks perkiraan bahaya sambaran petir (R) adalah :
R = A+ B +C + D+ E
R=2+1+2+2+7
R = 14

Maka perkiraan bahaya sambaran petir (seperti terdapat pada tabel 6) adalah besar dan
pengamanan sambaran petir terhadap gedung sangat dianjurkan.

2) Penentuan Tingkat Proteksi

Penentuan tingkat proteksi berdasarkan data yang telah didapatkan dari ukuran bangunan dan
juga hari guruh rata-rata pertahun yang ada pada provinsi Kalimantan Timur.

Keterangan :

- Td 1,25 = 2271,25

- a = 25m

- b = 17m

- h = 12m

a) Kerapatan bahaya serangan petir terhadap bumi dapat dihitung rata-rata /tahun (Ng),
Persamaan (2).

First Author et al. (5 first words of title)


103 JJournaliof Mechatronic anddElectrical Engineering – Vol. xiNo. y, Monthi202x,ppp: xx-xx
Ng=0,04xTd 1,25 / km 2 / tahun

Ng=0,04x2271,25

Ng=35.2446 /km 2/tahun


b) Menghitung area cakupan ekivalen pada menara kontrol P60 PT. Kaltim Prima Coal, dengan
persamaan(3).

Ae =ab + 6h (a+b)+ 9 π h2

Ae = (25x17) + 6 x 12 (25+17) + 9 π x (12)2

Ae = 7.520,5041 m 2
c) Menghitung frekuensi sambaran petir langsung (Nd) yang diperkirakan pada menara kontrol P60
PT. Kaltim Prima Coal, dengan persamaan (4).

Nd = Ng x Ae x 10−6 /tahun
Nd = 35.2446 x 7.520,5041 x 10−6 /tahun
Nd = 2.65
d) Menentukan efisiensi SPP pada menara kontrol P60 PT. Kaltim Prima Coal, dengan persamaan
(5).

E=1–Nc/Nd
E=1 –0,1/2.65
E=0,96

Telah didapati bahwa pada menara kontrol P60 PT. Kaltim Prima Coal memiliki efisiensi
0,96. Setelah mendapati efisiensi maka dapat diketahui suatu level proteksi pada menara kontrol
P60 PT. Kaltim Prima Coal berdasarkan tabel 9 yaitu level I.

3) Titik penempatan Terminasi Udara

Setelah mendapatkan level proteksi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan radius bola
yang akan digunakan. Berdasarkan dari tabel 10 untuk tingkat proteksi level I maka radius bola yang akan
digunakan adalah 20 meter dan jarak mata jala untuk pemasangan finial antara konduktor penyalur yaitu
minimal 5 m. Berikut adalah hasil dari gambar dari rancangan Bola Bergulir tampak depan dan tampak
samping dengan radius bola 20 meter.

© 20200The Authors. Published by Universitas/MuhammadiyahhMalang


This issan open access articleeunder the CC BY SAllicense.s(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
JournalloffMechatroniccanddElectricallEngineering-Vol.x No.y,,Month202x,pp:xx-xx

10
2

Gambar 6 Radius Rolling Sphere Tampak Depan

Gambar 7 Radius Rolling Sphere Tampak Samping

First Author et al. (5 first words of title)


103 JJournaliof Mechatronic anddElectrical Engineering – Vol. xiNo. y, Monthi202x,ppp: xx-xx

Gambar 8 Titik Penempatan Terminasi Udara

Dari data yang diperoleh di atas penempatan titik terminasi udara jenis konvensional yang
diperlukan untuk dapat mencegah sambaran langsung dari petir yaitu 29 Titik dengan parameter jarak
antara konduktor penyalur yaitu minimal 5 meter mengacu pada jaring level pada tabel 10, sehingga
harus ditambah terminasi udara pada titik-titik yang sudah ditentukan dari atap bangunan, karena titik
tersebut tepat tersentuh oleh radius Rolling sphere.

4) Optimasi Sistem Penangkal Petir dengan Penangkal Petir Electrostatis Flash Vectron dan Metode
Sangkar Faraday

Optimalisasi sistem penangkal petir menggunakan penangkal petir Electrostatis Flash Vectron
dan Sangkar Faraday dengan menghubungkan Air terminal satu dan yang lainnnya dan menambahkan
finali sebagai penghubung dan dapat menjadi air terminal tambahan, dipasang pada bumbungan atap
yang seling terhubung dengan konduktor dapat berfungsi sebagai penerima sambaran petir. Dari titik
penempatan yang sudah ditetapkan sebelumnya dibutuhkan finali 19 batang sesuai dengan jarak yang
sudah ditentukan dengan menggunkan metode Rolling Sphere. Berikut simulasi dari gambar sistem
penangkal Petir dengan menggunakan Electrostatis Flash Vectron yang diterapkan pada Bangunan P60.

© 20200The Authors. Published by Universitas/MuhammadiyahhMalang


This issan open access articleeunder the CC BY SAllicense.s(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
JournalloffMechatroniccanddElectricallEngineering-Vol.x No.y,,Month202x,pp:xx-xx

10
2

Gambar 9 Simulasi Perlindungan Electrostatis Flash Vectron

Dari gambar diatas nampak perlindungan dari penangkal petir Electroststis Flash Vectron
yang mampu melindungi bangunan dan sekitarnya secara keseluruhan. Radius pada gambar diatas
ialah jarak minimum dari Flash Vectron yang mana radius tersebut adalah pancaran ion yang bekerja
untuk menarik dan menerima sambaran petir kemudian disalurkan ke bumi. Dalam mengantisipasi
terjadinya loncatan dari sambaran petir maka dirancangnya sebuah metode Sangkar Faraday.
Berikut simulasi dari gambar metode Sangkar Faraday.

Gambar 10 Sangkar Faraday pada bangunan P60

Dari gambar di atas nampak terlihat Air Terminal dan Finali saling terhubung dengan
konduktor dan finali yang dapat menjadi penerima sambaran petir dan menghantarkan ke bumi,
dengan demikian bangunan dapat terproteksi secara keseluruhan dengan menggunkan Air Terminal
Electrostatis kombinasi dengan metode Sangkar Faraday karna setiap titik sambaran dapat berfungsi
sebagai pernerima sambaran petir dan setiap sisi saling terhubung, untuk itu dapat mengantisipasi
First Author et al. (5 first words of title)
103 JJournaliof Mechatronic anddElectrical Engineering – Vol. xiNo. y, Monthi202x,ppp: xx-xx
terjasinya loncatat Petir yang menyambar sehingga sistem proteksi petir dapat bekerja dengan
maksimal.

5) Sistem Pentanahan

Dalam mendapatkan nilai tahanan yang standar dengan memparalel Down Conductor dapat dilihat
dengan persamaan berikut :

Keterangan : Konduktor 1 = 26 ohm


Konduktor 2 = 0,6 ohm
Konduktor 3 = 0,5 ohm
Konduktor 4 = 0,4 ohm
1,0
Rtotal=
1 1 1
+ +… … .
R , 1 R ,2 Rn

1
Rt otal= =0,16 ohm
1 1 1 1
+ + +
26 0,6 0,5 0,4

Dengan demikian dari hasil persamaan diatas didapatkan nilai tahanan yang standar yaitu ( < 5 ohm).
Berikut gambar dari simulasi paralel.

Gambar 11 Simulasi Parallel Rod Grounding

Dari gambar di atas nampak terlihat elektroda


grounding saling keterkaitan atau saling terhubung sehingga
dapat menghasilkan nilai tahanan yang sangat kecil,
tahanan yang semakin baik adalah tahanan yang semakin
kecil nilainya dalam penyaluran ke objek yang
terkoneksi dengan tanah yang mampu beroprasi sebagai
konduktor/penyalur petir. Oleh karna itu metode Parallel
Rod Grounding sudah sangat tepat dalam menurunkan nilai
tahanan suatu sistem pentanahan pada bangunan
Menara Kontrol P60 PT. Kaltim Prima Coal.

4. KESIMPULAN
Metode pemasangan air terminal menggunakan metode rolling sphere dengan Radius 20m didapatkan
jumlah titik penempatan Air Terminal. Sistem Sangkar Faraday memerlukan 19 finali untuk menghubungkan Air
Terminal sehingga membentuk seperti sangkar sesuai dengan analisis menggunakan metode Rolling Sphere.
© 20200The Authors. Published by Universitas/MuhammadiyahhMalang
This issan open access articleeunder the CC BY SAllicense.s(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ )
JournalloffMechatroniccanddElectricallEngineering-Vol.x No.y,,Month202x,pp:xx-xx

10
Sistem Pentanahan yang digunakan untuk memperbaiki nilai tahanan adalah sistem Parallel Rod 2
Grounding. Dengan menghubungkan antara Single Rod Grounding satu dan lainnya yang telah terpasang pada
Bangunan Menara Kontrol P60 PT. KALTIM PRIMA COAL.
Metode Parallel Rod Grounding menghasilkan nilai tahanan standar, yang sangat kecil yaitu 0,16 ohm,
tahanan yang semakin rendah demikian semakin baik dalam menyalurkan sambaran petir ke objek tanah.

5. Daftar Pustaka
[1] Peraturan Mentri Pekerjaan Umum. “Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung”,29/Prt/M/2006.
[2] Sugiyono dan Nazori Agani, “Model Peta Digital Rawan Sambaran Petir Dengan Menggunakan Metode Saw
(Simple Additive Weighting)”, Lampung Telematika Mkom, Vol. 4, pp. 90-96, Maret 2012
[3] Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, “Pengawasan Instalasi Penyalur Petir”, Per.02, Men,
1989
[4] Agusthinus S. Sampeallo, Evtaleny R. Mauboy, dan Yeremias M. Moron, “Perencanaan Sistem Penyalur Petir
Elektrostatis Dengan Metode Sangkar Faraday Pada Gedung Keuangan Negara Kupang”, Program Studi
Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Kupang-NTT, Vol. 9, pp. 90-100,
September, 2020.
[5] Badan Standar Nasional.” Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung”,SNI 03-7015-2004.
[6] Rohani dan Nurhening Yuniarti.,” EVALUASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL DI GEDUNG
REKTORAT UNIVERSITAS NEGER YOGYAKARTA”, Teknik Elektro FT UNY, pp. 187-195, November 2017.
[7] Emmy Hosea , Edy Iskanto, dan Harnyatris M. Luden.,” Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola
Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung W Universitas Kristen Petra”,
FakultasTeknologi Industri Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra, pp. 1-9 Maret 2004.
[8] Zainal Hakim, Danial, dan Managam Rajagukguk, “Perencanaan Sistem Proteksi Petir Masjid Raya Mujahidin
Menggunakan Metode Bola Bergulir (Rolling Sphere Method)”, Program Studi Teknik elektro Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura, vol. 2, pp. 1-7, 2015.

First Author et al. (5 first words of title)

Anda mungkin juga menyukai