Denyut darah pejuang mengalir hampir di seluruh keluarga besar selalu Djojohadikusumo,
sehingga selalu menjadi bagian sejarah Indonesia di beberapa era, baik era pendudukan
Belanda, penjajahan jepang, masa-masa kemerdekaan, orde lama, orde baru hingga era
reformasi saat ini. Peran serta keluarga Djojohadikusumo untuk Indonesia pun beragam
ada yang menjadi birokrat dalam perekonomian dan perpolitikan di Indonesia hingga
menjadi pejuang yang mengorbankan jiwa dan raga dalam pertempuran demi merah
putih.
Sejarah demi sejarah keluarga Djojohadikusumo, yang selalu terukir dalam sejarah
Indonesia, menjadi dasar gagasan kami para seniman film ingin membuat film trilogi,
dengan judul yaitu :
1. Tiga Zaman
2. Merah Putih DI Lengkong
3. Cinta Anak Pelarian (Terhadap Nusantara)
Kami berharap ke tiga film ini bisa membuat masyarakat dapat lebih mengenal
perjalanan keluarga besar Djojohadikusumo dalam mewarnai sejarah Indonesia, serta
lebih membuat masyarakat Indonesia terasa lebih dekat dan melekat terhadap sosok
Bapak H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo, sebelum Pemilihan Presiden dan legislatif
2019.
Alhasil akhir dari ke tiga film ini yang kami harapkan masyarakat menyadari bahwa darah
pejuang sudah mengalur di Bapak H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo , yang terbukti
dengan pejuangan leluhurnya dan perjuangannya sendiri.
Manfaat Film Trilogi
1. Masyarakat Indonesia akan lebih mengenal dan mencintai sejarah yang ada di
Indonesia.
2. Masyarakat Indonesia akan lebih mengenal silsilah dan leluhur Bapak H. Prabowo
Subianto Djojohadikusumo.
3. Sebagai sarana untuk menjawab isu-isu tidak benar yang menyebar di masyarakat
terkait keluarga besar RM Margo Djojohadikusumo, sehingga masyarakat dapat
mengetahui kebenarannya.
4. Membakar semangat pemuda Indonesia untuk lebih nasionali dan mencintai NKRI.
5. Film ini juga bisa semakin mendekatkan Bapak H. Prabowo Subianto
Djojohadikusumo kedalam sanubari masyarakat Indonesia.
6. Film ini dapat menjadi sarana bagi Bapak H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan
juga Partai Gerindra dalam mempersiapkan Pileg dan Pilpres 2019.
7. Masyarakat Indonesia akan terhibur secara positif.
Schedule
Film ini akan tayang pada waktu yang berbeda sebelum waktu kampanye di mulai, yaitu :
1. Tiga Zaman
Direncanakan akan tayang perdana pada Bulan Juli, untuk mengenang wafatnya
Bapak RM Margno Djojohadikusumo yang wafat pada tanggal 25 Juli 1978.
paikan
Penyebaran Efektifitas
Dalam memperluas penyebaran informasi mengenai perjuangan keluarga besar
Djojohadikusumo dalam sejarah Indonesia, film ini dapat digunakan sebagai sarana
untuk nonton bareng masyarakat bersama DPD dan DPC Partai Gerindra pada masa
kampanye, sehingga masyarakat terhibur pesan pun tetap tersampaikan. Untuk
memperkuat pesan terhadap calon di DPD dan DPC, maka awal film dapat di edit
sambutan dari Pak Prabowo Subianto dan para Caleg sesuai daerah masing-masing
Penguatan Efektifitas
- Upload di Youtube Januari 2019
- Free Download Melalui Imdb dll
- Penyebaran melalui stasiun TV lokal dan nasional
- Pengulangan Buzzer Film Januari 2019
- Nobar Campus to Campus Januari – Maret 2019
- Pemasangan Film di TV Media Promo yang berlokasi di lokasi strategis seperti cafe,
rumah sakit, gedung perkantoran dll.
Rencana Biaya Film Trilogi
Film trilogi ini diperkirakan memakan biaya total Rp. 41.028.606.000,- (Tiga Puluh
Milyar Empat Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah) dengan rincian pada bagian masing-
masing bab film, dan berikut biaya masing-masing film
1. Tiga Zaman
Untuk film tiga zaman diperkirakan memakan biaya Rp. 12.522.114.000,- (Dua
Belas Miliar Lima Ratus Juta Seratus Empat Belas Ribu Rupiah).
Film ini menggambarkan kilas balik Raden Mas Margono Djojohadikusumo semenjak masih
bersekolah di Eurpeesche Lagere School (LS) Banyumas, sekolah dasar zaman kolonial Belanda di
Banyumas, perjuangan beliau pada era penjajahan Belanda dan Jepang, khususnya dalam Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang telah melahirkan
Pancasila sebagai dasar negara, film ini juga mengisahkan perjalanan beliau dalam Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) pada masa kemerdekaan dan perjalanannya dalam
mendirikan Bank Nasional Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia.
Di era pasca kemerdekaan Indonesia, pengorbanan dan perjuangan Bapak Raden Mas Margono
Djojohadikusumo untuk merah putih seakan tidaklah pernah cukup, sehingga pada 25 Januari
1946 tentara Jepang merenggut kedua putra kebanggannya yang masih muda belia di Lengkong.
Padahal saat itu beliau sedang sibuk-sibuknya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung
Sementara, sebagai lembaga pertama yang berkewajiban memberikan pertimbangan kepada
Pemerintah.
Kesedihan atas gugurnya kedua putranya, membuat Raden Mas Margono Djojohadikusumo cukup
terpukul. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan perjuangannya untuk Indonesia, ditahun
yang sama Raden Mas Margono Djojohadikusumo berhasil mendirikan Bank Negara Indonesia
(BNI).
Cobaan kembali menerpa Raden Mas Margono Djojohadikusumo putra satu-satunya yang tersisa
dan terkenal dengan Bengawan Ekonomi Profesor Doktor Sumitro Djojohadikusumo diterpa
fitnah, hingga koran komunis dan pers nasional melansir pemberitaan buruk tentangnya. Hal
tersebut terjadi karena sifat Sumitro yang bertentangan dengan pemerintahan Soekarno. Akibat
pertentangan Sumitro putra tunggal RM Margono, maka Sumitro harus menjadi pelarian di negeri
orang.
Segala cobaan dan fitnah yang menimpa RM Margono tidak juga melunturkan merah dan putih di
hatinya, hingga akhir hayatnya 25 Juli 1978, film ini diakhiri dengan kalimat dari Dr. Mohammad
Hatta, saat turut melepas jenazah R.M. Margono Djojohadikusumo “SAUDARA Margono wajib
dijadikan contoh oleh Angkatan Muda sekarang”
Genre : True Story Drama
Target Audience : Family, Kawula Muda dan Masyarakat Umum.
Duration : 90 Minutes
Shooting Format : Digital Cinema at 4K Ultra High Definition Video
(4096 x 2160)
Location : Suitable Place Based on Story (Banyumas, DIY, & Jakarta)
Setting : Indonesia 1930-1950
Presentation Format : DCP Print , at Digital 4K Ultra High Definition Video
(4096 x 2160)
Sound Format : Dolby DTS 7.1
Story Based : Inspiration by True Story
Film Release : Juli 2018
PREPRODUCTION
Creative Development
Sinopsys
Budgetting
Skenario
Skenario final
Bedah Skenario
Recee
Crew Recruit
Casting
Equipment & Prop Preparation
PRODUCTION
Shooting Process
Audio Record
PRA PRODUCTION
Editing
Mastering
Distribusi
Sinopsis Film
Merah Putih Di Lengkong
Film yang menggambarkan kedua kakak beradik keluarga bagsawan, yang rela mengabdi kepada
merah putih sebagai TKR yaitu Letnan Satu Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna R.M. Soedjono
Djojohadikoesoemo. Berawal dari Soebianto Djojohadikoesoemo menjadi TKR dan ditugaskan sebagai
Polisi Militer di Resimen IV TRI di Tangerang, resimen yang mengelola Akademi Militer Tangerang dimana
sang adik R.M. Soedjono Djojohadikoesoemo, menjadi taruna dan mendapat pelatihan sebagai tentara
yang sama dengan taruna lainnya tanpa memandang gelar bangsawannya. Serta menggambarkan sikap
sang kakak yang tidak membedakan prilakunya terhadap R.M. Soedjono Djojohadikoesoemo adiknya,
dengan taruna lain. Pada masa latihanpun tergambarkan rasa patriotisme di kedua kakak beradik ini.
Di saat masa-masa pelatihan tentara Sekutu melucuti tentara Jepang di mana saja. Di Indonesia, tentara
Sekutu minta bantuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Akan tetapi TKR bertindak untuk kepentingan
perjuangan Indonesia sendiri, bukan karena perintah Sekutu. Kekhawatiran kamp pasukan Jepang di
Lengkong akan dikuasai Belanda dan akan membuka jalan ke Tangerang menyelimuti pimpinan Resimen IV
dan juga Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo. Dikarenakan hal tersebut dapat mengancam kedudukan
Resimen IV berikut Akademi Militer Tangerang .
Malam harinya para pimpinan Resimen melakukan rapat mendadak yang diikuti Letnan Soebianto
Djojohadikoesoemo menemani Mayor Daan Mogot dan Mayor Wibowo, menghadap Mayor Daan Yahya,
dan disepakati untuk segera melucuti senjata tentara Jepang, bersama para taruna. Informasi ini sampai
ke telinga para taruna, dan Taruna R.M. Soedjono Djojohadikoesoemo beruasaha menyemangati teman-
temannya bahwa apapun yang terjadi esok kita bersyukur telah turut berjuang bagi bumi pertiwi.
Siang hari setelah melapor Komandan Resimen IV Tangerang Letkol Singgih, berangkatlah 3 perwira
bersama 60 taruna dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot. Sesampai di kamp tentara Jepang Mayor Daan
Mogot, Mayor Wibowo, dan taruna Alex Sajoeti (fasih bahasa Jepang) berjalan menemui pimpinan kamp
untuk menjelaskan maksud kedatangannya. Disaat itu Letnan Subianto dan Letnan Sutopo dipeprcayakan
untuk menjaga di luar dan memulai pelucutan senjata. Tiba-tiba suara letusan senjata terjadi,
pertempuran dan saling tembakpun tidak dapat dihentikan antara TKR dan tentara Jepang. Letnan
Subianto tiada hentinya menembakan senjatanya ke tentara Jepang demi melindungi para tarunanya, dan
disaat pertempuran itu terlihat kekhawatiran sang Letnan satu terhadap adiknya yang juga berada di lokasi
pertempuran, hingga detik terakhir nafasnya sang Letnan Satu Soebianto masih berusaha menggapai
jenazah adiknya yang tewas tertembak tentara Jepang, dan beliau akhirnya tewas berlinang airmata dan
senyum bangga atas pengorbanannya terhadap nusa dan bangsa.
Di akhir cerita sang Kakak tertua dari Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna R.M.
Soedjono , Profesor Doktor Sumitro Djojohadikusumo mendapat kabar kematian kedua adiknya
dan beliau segera berlari ke rumah menemui sang Ayah RM Margono, keduanya terduduk
menangis dan di bawah kaki sang Ayah Sumitro berjanji jika kelak dia memiliki putra maka akan
dia namakan sama dengan kedua adiknya yang gugur di Lengkong.
Genre : True Story, Action
Target Audience : Family, Kawula Muda dan Masyarakat Umum.
Duration : 90 Minutes
Shooting Format : Digital Cinema at 4K Ultra High Definition Video
(4096 x 2160)
Location : Suitable Place Based on Story (Jakarta & Tanggerang)
Setting : Indonesia 1930-1950
Presentation Format : DCP Print , at Digital 4K Ultra High Definition Video
(4096 x 2160)
Sound Format : Dolby DTS 7.1
Story Based : Inspiration by True Story
Film Release : Agustus 2018
Karakter Letnan Satu Subianto yang berwibawa rencananya akan di perankan oleh
beberapa calon yaitu :
Karakter Taruna R.M. Soedjono Djojohadikoesoemo yang masih sangat muda tetapi
menyiratkan barisan muda yang pantang menyerah, rencananya akan diperankan oleh :
PREPRODUCTION
Creative Development
Sinopsys
Budgetting
Skenario
Skenario final
Bedah Skenario
Recee
Crew Recruit
Casting
Equipment & Prop Preparation
PRODUCTION
Shooting Process
Audio Record
PRA PRODUCTION
Editing
Mastering
Distribusi
Sinopsis Film
Cinta Anak Pelarian
Film ini berkisah tentang perjalanan seorang putra keturunan bangsawan yang terasingkan di
luar negeri. Selama pengasingan itu dia pun menerima pendidikan di luar negeri dan hampir 10
tahun tidak menginjak tanah air.
Sepuluh tahun hidup berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, tanpa tersentuh budaya
dan kultur Indonesia, hingga untuk bermain keduataan Indonesai pun tidak diperbolehkan,
ternyata tidak juga menyurutkan rasa cintanya terhadap nusantara.
Sehingga dia memutuskan untuk menjadi seorang serdadu, walalupun dia meiliki kesempatan
untuk menjadi seorang pengusaha atau ekonom terkemuka dengan pendidikannya di luar negeri
dan didikan Bapaknya Sang Bengawan Ekonomi.
Setelah menjadi serdadu, perjalanan sang putra bangsawan tidak juga mudah. Walaupun
menjadi mantu dari pimpinan negara, sang serdadu yang telah menjadi Jenderal harus kembali
menerima badai fitnah hingga membunuh karir militernya dan harus hengkang dari instansi yang
dicintainya, derasnya fitnah membuat sang Jendral cukup bersedih, hingga untuk ke dua kalinya
harus kembali terasingkan dari bumi pertiwi. Akan tetapi ternyata pengasingan malah
membuatnya sukses di negeri orang sebagai pengusaha. Kesuksesannya sebagai pengusaha di
negeri orang dan segala fitnah yang menghantam layaknya badai tiada henti, tidak juga
menghapuskan rasa cintanya terhadap Tanah Air. Bermodalkan kesuksesanya di negeri orang
sang Jendral kembali ke Tanah Air untuk membangun negeri karena beliau ingat pembicaraanya
dengan teman-temannya saat awal ingin menjadi serdadu.
Karakter Bapak Prabowo Subianto yang tegas, berwibawa dan ramah di saat
menjrencananya akan di perankan oleh beberapa calon tersebut, yaitu :
Karakter muda Bapak Prabowo Subianto yang terkenal cerdas, pemberani dan juga
seorang anak yang pemikir rencananya akan diperanka salah satu calon berikut ini :
PREPRODUCTION
Creative Development
Sinopsys
Budgetting
Skenario
Skenario final
Bedah Skenario
Recee
Crew Recruit
Casting
Equipment & Prop Preparation
PRODUCTION
Shooting Process
Audio Record
PRA PRODUCTION
Editing
Mastering
Distribusi