Anda di halaman 1dari 14

Masing-masing negara tentunya punya ciri khas masing-masing.

Menilik acara televisi yang ada di


negeri sakura, tentunya sangat berbeda dengan acara televisi yang ada di Indonesia. Berikut acara
televisi yang terdapat di Jepang yang mempunyai rating cukup tingi, yaitu:

1. Spot iklan

Acara ini sengaja dibuat hanya untuk promosi barang-barang terbaru yang dipromosikan lewat artis-
artis Jepang. Acara ini berisi promosi suatu merek tertentu dan kebanyakan terdapat komedi yang
diselipkan di dalamnya sehingga sangat menghibur penontonnya. Acara ini cukup tinggi mendapat
rating di Jepang.

2. Liputan wisata dan hobi

Sebenarnya konsepnya hampir sama dengan acara wisata yang ada di indonesia, perbedaannya
jika di Jepang liputan wisata dan hobi kebanyakan berisi tentang sejarah-sejarah peninggalan masa
pemerintahan Jepang terdahulu. Meski agak membosankan, tetapi acara ini cukup banyak digemari
masayarakat Jepang.

3. Kuis

Kuis di Jepang by google.com


Kuis yang ada di Jepang berisi tentang kuis yang sifatnya menghibur, banyak terdapat komedi di
dalamnya karena dibuat memang untuk hiburan saja. Meskipun ada kuis yang sifatnya agak serius,
tapi kuis dengan unsur komedi paling banyak di Jepang. Acara kuis ini hampir sama dengan acara
kuis yang ada di Indonesia.

4. Analisis peristiwa
Analisis peristiwa by
google.com
Acara ini secara keseluruhan berisi tentang pengetahuan. Biasanya dipandu oleh beberapa panelis
yang ahli di bidangnya dan membahas tentang suatu topik peristiwa yang sedang terjadi, misalnya
kenapa kereta Shinkansen bisa melenceng jalurnya ketika gempa. Acara ini mengingatkan kita
kepada acara “Bedah Editorial Media Indonesia” yang terdapat di Metro Tv.

5. Acara pendidikan

Ini dia, acara yang belum ada di indonesia. Acara ini sangat mendidik karena di dalamnya berisi
bagaimana tokoh kenamaan, seperti seorang artis, atlet, ilmuan, maupun pakar terkenal
mengajarkan anak SD yang tidak bisa apa-apa, menjadi ahli di bidangnya, seperti anak SD yang
diajarkan menyanyi oleh artis terkenal hingga dia mahir dan menjadi juara. Para tokoh kenamaan ini
mengajarkan anak-anak SD tersebut dengan suka rela dan sabar.

6. Berita

Berita yang ada di Jepang sangat berbeda dengan berita di Indonesia. Jika di Jepang, hal sekecil
apapun dapat masuk berita, bahkan menjadi headline news, seperti berita truk masuk selokan.
Jepang sangat kekurangan berita kriminal.

7. Film dan sinetron

Ini dia yang paling berbeda dengan Indonesia. Jika di indonesia film Hollywood dan India terbaru,
juga sinetron sangat mendominasi, di Jepang relatif sedikit. Walaupun ada, film-film luar negeri yang
diputar adalah film-film lawas saja. Sinetronnya juga sangat berbeda sekali dengan sinetron di
indonesia. Jika di Indonesia sinetronnya tentang percintaan, pembunuhan, perebutan warisan, maka
di Jepang isi sinetronnya tentang sejarah bangsa Jepang pada masa terdahulu, seperti zaman
perang, samurai, dan sebagainya.

8. Ramalan Cuaca

Ramalan cuaca di Jepang by


google.com
Di Indonesia ramalan cuaca menjadi acara yang membosankan. Tetapi di Jepang, hampir 80%
penduduknya menantikan acara ramalan cuaca. Ramalan cuaca di Jepang pun dikemas dengan
konsep yang berbeda. Mereka tidak terlalu formal untuk ramalan cuaca, malah kadang terdapat unsur
komedinya sehingga tidak membuat bosan para penontonnya.

SUMBER : JAPANESE STATION


Read User's Comments(0)
Diposting oleh PPTF SMK Negeri 2 Tasikmalaya
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Daftar Pemenang Festival Film Indonesia 2014


11.50 | Label: Award, Berita, FFI, Film, Film Indonesia
Acara puncak FFI 2014 di Palembang Square Convention Center pada hari Sabtu, 12 Desember
2014. Sehari sebelumnya dilangsungkan penghargaan Piala Vidia di Ballroom Hotel Aryaduta
Palembang. Jum'at 5 Desember 2014

Piala Citra

Film Terbaik: Cahaya Dari Timur: Beta Maluku (Visinema Pictures, Ancora Foundation, PT Silo,
Pemerintah Kota Ambon)

Sutradara Terbaik: Adriyanto Dewo (Tabula Rasa)

Pemeran Utama Pria Terbaik: Chicco Jerikho (Cahaya dari Timur: Beta Maluku)

Pemeran Utama Wanita Terbaik: Dewi Irawan (Tabula Rasa)

Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Yayu AW Unru (Tabula Rasa)

Pemeran Pendukung Wanita Terbaik: Tika Bravani (Soekarno)

Penulis Skenario Asli Terbaik: Tumpal Tampubolon (Tabula Rasa)

Penulis Skenario Adaptasi Terbaik: Riri Riza (Sokola Rimba)

Pengarah Sinamatografi Terbaik: Nur Hidayat (Sebelum Pagi Terulang Kembali)

Penyunting: Cesa David Luckmansyah dan Wawan I Wibowo (Soekarno)

Penata Musik Terbaik: Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi (Killers)

Penata Suara Terbaik: Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi (Killers)

Penata Visual Efek Terbaik: Adam Howarth & Eltra Studio (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck)

Pengarah Artistik Terbaik: Alan Sebastian (Soekarno)

Perancang Busana Terbaik: Retno Ratih Damayanti (Soekarno)

Film Animasi Terbaik: Asia Raya (Anka Atmawijaya Adinegara)

Film Dokumenter Terbaik: Dolanan Kehidupan (Afina Fahtu M dan Yofa Arfi)

Film Pendek Terbaik: Onomastika (Loeloe Hendra)

Lifetime Achievement: Slamet Raharjo

Penghargaan Khusus Aktor Cilik: Tissa Diani Azzahra (3 Nafas Likas) dan Nengkabau Sunting
(Sokola Rimba)

Piala Vidia:

Film Televisi Terbaik: Garis Finish (Serambi SET, Kompas TV)

Pemeran Utama Pria Terbaik: Surya Saputra (3 Butir Kurma, Kompas TV)
Pemeran Utama Wanita Terbaik: Yuki Kato (Akankah Bunda Datang ke Pernikahanku?, RCTI)

Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Mathias Muchus (Garis Finish, Kompas TV)

Pemeran Pendukung Wanita Terbaik: Denaya Bintang Azmi (Kau dan Aku dalam Rindu, J'Go)

Sutradara Terbaik: Hestu Saputra (Garis Finish, Kompas TV)

Penulis Skenario Terbaik: Bagus Bramanti (Garis Finish, Kompas TV)

Penata Sinematografi Terbaik: Batara Goempar (Garis Finish, Kompas TV)

Penata Artistik Terbaik: Gaper RVJ (Garis Finish, Kompas TV)

Penyunting Gambar Terbaik: Ilham Adinatha (3 Butir Kurma, Kompas TV)

Penata Suara Terbaik: Mulyono (3 Butir Kurma, Kompas TV)

Penata Musik Terbaik: Candra Malik (Garis Finish, Kompas TV)

Perancang Busana Terbaik: Tohir (Kau dan Aku dalam Rindu, J'Go)


Read User's Comments(0)
Diposting oleh PPTF SMK Negeri 2 Tasikmalaya
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Contoh Laporan Sidang Prakerin SMK untuk Jurusan Broadcast


22.47 | Label: Broadcast, Sekolah, Siswa

Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan “prakerin” merupakan bagian dari program pembelajaran
yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di dunia kerja, sebagai wujud nyata dari
pelaksanaan sistim pendidikan di SMK yaitu Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Program prakerin disusun
bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan
sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan SMK.

Selain melaksanakan Praktek kerja Industri atau PRAKERIN para siswa juga dituntut agar bisa mencari
pengalaman dan menerapkannya setelah kembali ke sekolah. Sekembalinya dari Industri para siswa
akan dimintai pertanggung jawaban kegiatan yang dilaksanakan di Industri secara kelompok maupun
individual.

Biasanya akan dilaksanakan seperti sidang. Sidang biasanya diikuti oleh seluruh siswa yang telah
melaksanakan PRAKERIN sesuai ketentuan yang berlaku, sidang dilaksanakan per kelompok Inudsrti
yang terdiri dari beberapa siswa, saat sidang dimana masing-masing siswa akan ditanya satuper satu
serta akan ditanya secara keseluruhan.

Apabila Individual masing-masing siswa telah diberikan satu paket paduan dan catatan harian untuk
diisi oleh berbagai kegiatan selama melaksanakan PRAKERIN. Seperti mengisi jadwal , mengisi hal apa
saja yang dilakukan, kapan kegiatan itu dilaksanakan.

Kalau secara kelompok, satu kelompoknya terdiri dari siswa yang melaksanakan PRAKERIN di satu
industri. Untuk laporan secara kelompok akan dimintai keterangan secara menyeluruh dan dibuat
seperti makalah. Nah untuk mempermudah kamu akan berikan contohnya .

Kalian bisa Download filenya Disini (File berupa .zip) Selamat melaksanakan Sidang Prakerin


Read User's Comments(0)
Diposting oleh PPTF SMK Negeri 2 Tasikmalaya
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kisi-Kisi Soal UAS / UKK Kelas XI SMK Broadcasting


19.11 | Label: Broadcast, Sekolah, Siswa

Ini adalah soal kisi-kisi 100 % sesuai dengan soal UAS / UKK kelas XI SMK Jurusan Broadcasting
semester Ganjil .

- Soal Materi CREW download Disini


- Soal Materi CASTING download disini
- Soal Materi ARTISTIK download disini
- Soal Materi TATA CAHAYA download disini
- Soal Materi SCENIC download disini


Read User's Comments(0)
Diposting oleh PPTF SMK Negeri 2 Tasikmalaya
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Editing dalam Film


07.39 | Label: Broadcast, Info, Sekolah

EDITING
1 Proses Capturing
Di tahap ini editor melakukan pemindahan gambar atau transfer video hasil rekaman yang
masih berbentuk pita kaset ke dalam komputer sehingga menjadi bentuk digital. Namun, karena
kamera yang digunakan merupakan kamera digital sehingga saat proses pengambilan gambar
sudah berbentuk file jadi file dalam kamera hanya dipindahkan saja ke komputer untuk langsung
di edit jadi tidak membutuhkan proses capturing.
2 Tahapan Proses Editing
2.1 Preview Screening
Pada tahap ini editor telah menerima keseluruhan bahan mentah/materi shooting berupa
kaset yang kemudian ditonton bersama dengan rekan satu tim.
Dan hal ini juga dimaksudkan agar seorang editor mengenali semua bahan baku yang
didapat dari hasil kerja satu tim di dalam proses produksi.
2.2 Logging
Dalam tahap ini seorang editor melihat catatan atau menyesuaikan shots berdasarkan
laporan time code agar nantinya juga dapat memudahkan seorang editor untuk memilah dan
memilihshots yang menurut laporan time code baik dan sesuai dengan kebutuhan
skenario. Walaupun tidak menutup kemungkinan shotsyang menurut laporan time code kurang
baik juga akan digunakan nantinya.
2.3 Assembling
Pada tahap ini, editor mulai menyusun dan menyambungkan setiap shot berdasarkan
urutan treatment atau outline. Tapi penyambungan yang dilakukan masih sangat kasar dan masih
menggunakan durasi yang sebenarnya (menurut laporan time code). Atau masih kasar dan belum
ada transisi.
2.4 Rough Cut
Editor memotong & membuang adegan-adegan yang tidak dipakai dan merangkumnya
menjadi satu alur cerita. Lalu memilihshots yang dianggap sudah mewakili
skenario. Editor melakukan penyusunan pertama berdasarkan inti cerita yang ingin dicapai.
Dalam tahap ini editor banyak melakukan diskusi terutama dengan sutradara.
2.5 Fine Cut &Triming
Pada tahap ini editor mulai melakukan pemotongan dan penghalusan gambar yang sudah
tersusun baik. Editor kemudian merapihkan setiap potongan antar shot yang masih kurang baik
atau mengganggu. Dalam tahap ini editor juga memberikan efeks atautransisi sebagai
penyambungan/ perpindahan shot dan scene. Tujuan dari tahap ini adalah agar alur cerita
tersusun baik dengan insert shotyang tepat.
3 Format Akhir/Burning
Tahap akhir dari proses editing adalah rendering, yaitu menyatukan video,
audio dan footage lainnya menjadi satu file utuh.frame rate 720 x 576 beserta aspect ratio 16:9,
kemudian diubah ke dalam bentuk avi (DVD) program rendering menjadi format AVI,setelah
selesai di-render maka di burning ke format DVD video.


Read User's Comments(0)
Diposting oleh PPTF SMK Negeri 2 Tasikmalaya
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Penyutradaraaan dan tugas Sutradara dalam Film


07.37 | Label: Broadcast, Info, Sekolah

Penyutradaraan
1 Teknik Dasar Penyutradaraan
Sutradara merupakan orang terpenting dalam pembuatan film, bekerja mulai dari pra
produksi, produksi hingga pasca produksi. Kerja seorang sutradara lebih tampak pada saat
produksi yang dimana ia mengarahkan para actor dan kru saat shooting. Sutradara juga
mengontrol aspek-aspek artistic dan dramatis suatu film, disamping membimbing para kru teknis
dan actor. Seorang film maker bertanggung jawab dalam mengawasi aspek kreasi sebuah film,
bahkan mereka juga sering mengembangkan visi sebuah film dan menentukan bagaimana film
terlihat nantinya. Intinya, seorang film maker menyulap naskah di atas kertas menjadi tayangan
di layar. Tanggung jawab seorang sutradara tak hanya itu, mereka juga harus
menentukan camera angles, camera movement, special effect, visual effect, pencahayaan dan
masih banyak hal-hal teknis lainnya.Dalam mengerjakan semua itu, sutradara dibantu oleh kru
khusus yang telah diangkat seperti sinematografi, art director, production designer, dan lain-
lain. Namun dalam kasus lain, tak sedikit sutradara yang ikut terlibat dalam pembiayaan
produksi, penulisan naskah dan juga peng-editan.
2 Konsep Penyutradaraan
2.1 Menyiapkan Naskah Skenario
Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat mengambil cerita dari cerpen,
novel ataupun film yang sudah ada, dengan diberi adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun
maka perlu diadakan Breakdown naskah. Breakdown naskah dilakukan untuk mempelajari
rincian cerita yang akan dibuat film.
2.2 Merekrut Pekerjaan Film ( CREW )
 Menyeleksi kru dari tiap departemen
 Menentukan kru dari hasil show reel ( report produksi )
 Menetapkan komposisi kru berdasarkan anggaran
 Menyusun tim produksi
a. Tim Non Artistik yang meliputi :
1. Producer
2. Executive Producer
3. Line Producer
4. Production Manager dan Unit Manager
b. Tim Artistik yang meliputi :
1. Sutradara, Asisten Sutradara dan Pencatat Script
2. Penata Kamera, Asisten Kamera dan Still Photo
3. Penata Artistik, Penata Rias dan Busana
4. Penata Lampu
5. Penata Suara dan penata musik
6. Penata Editing
2.3 Menyusun Jadwal dan Budgeting
Jadwal atau working schedule disusun secara rinci dan detail, kapan, siapa saja, biaya dan
peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas waktunya. Termasuk jadwal pengambilan
gambar juga, scene dan shot keberapa yang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya siapa.
Lokasi sangat menetukan jadwal pengambilan gambar. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
menyusun alokasi biaya;
1. Penggandaan naskah scenario film untuk kru dan pemain
2. Penyediaan kaset video
3. Penyediaan CD blank sejumlah yang diinginkan
4. Penyediaan property, kostum, make up
5. Honor untuk pemain, konsumsi
6. Akomodasi dan transportasi
7. Menyewa alat jika tidak tersedia

3 Tahapan Kerja (Breakdown,Casting, Hunting,Jadwal)


Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapang seorang sutradara
berperan sebagai manajer, creator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para
pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita,
memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat
tubuh manusia, sutradara adalah otaknya dan yang lain adalah seluruh anggota badan.
3.1. Tugas Sutradara
Sutradara tidak merangkap sebagai produser, pada umumnya apa pun bentuk
produksi audio visual terbagi menjadi tiga tahap, yakni :
a. Pra produksi,
b. Produksi atau shooting,
c. Pasca produksi
Pemahaman pra produksi akan mencegah sikap arogan dan tuntutan yang berlebihan atas
peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabennya merupakan tugas tim produksi.

3.2. Rumus 5-C


Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya
sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5-C, yakni
1. Close Up
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting di
lapangan) harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni
keterangan rinci mengenai shots yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up,
dia harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya. Gejolak emosi,
peradaban gundah sering harus diwakili dalamshots close up. Bagi seorang kritikus film, sering
unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini
harus menjadi perhatian sutradara.
2. Camera Angle
Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari
setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung
monoton dan membosankan sebab camera angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang
menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-
film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot dan
close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar dengan
camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan memaksa
penonton untuk mengikutinya terus.
3. Composition

Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk
mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan
memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus
dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan
penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan mata
penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan
enak ditonton.
Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada juru kamera agar tetap
menjadi komposisi secara proporsional berdasarkan asas komposisi.
4. Cutting
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene kescene lainnya. Cutting termasuk dalam
aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-
gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting.
Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit
dan ditayangkan di monitor.

5. Continuity
Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalahcontinuity yakni unsur persambungan
gambar-gambar. Sejak awalsutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari
satu scene kescene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering
penonton merasa film yang ditontonnya tidak karuan sehingga membuat bingung. Terhadap
kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek kontinuitas dari film yang
digarapnya.
4 Unsur Visual

Dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsure-unsur
visual ( visual element ) yang sangat penting dalam mengarahlan seluruh krunya. Ada enam
unsur visual yang harus diperhatikan :
1. Sikap Pose
Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda buat, hal pertama yang menjadi
arahan adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan
pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradara harus mampu memperhatikan
pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Sebelum pose sesuai dengan
tuntutan skenario usahakan sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk kalangan
indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah main sama sekali (tetapigratis).
Gerakan badan sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus
menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul
kontekstual. Artinya harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya.
Misalnya setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya
mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang
secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan.
2. Perpindahan Tempat
Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan
pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting
script yang dibuat sang sutradara sendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu
mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat.
Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi
pemain memang tidak jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton
pertunjukan teater bagi seorang sutradara dapat mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan
juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film dapat memperkaya
kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain. Tindakan TertentuAspek ini tentunya dikaitkan
dengan casting yang diberikan kepada seseorang. Casting disini diartikan peran yang dijalankan
pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut.
Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film
tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan
dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradara agar melakukan tindakan
sesuai dengan tuntunan skenario. Terkadang dalam proses produksi ada pemain yang mencoba
menawar kepada sutradara sehubungan dengan akting yang harus dijalankan. Tidak
semua sutradara mau meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua pemain
mau meluluskan kemauan sutradara. Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan, pemain diganti
atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan produksi film cukup lama karena
persoalan tersebut? Saat film Boy’s Don’t Cry diproduksi, dilakukan casting yang memakan
waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan agar siapa pun yang menjadi pemain film tersebut
sesuai dengan keinginan sutradara dan tuntutan skenario.
3. Ekspresi Wajah ( facial expression )
Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap naskah. Wajah merupakan cermin bagi
jiwa seseorang. Konsep inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh sutradara.
Terutama untuk genre film drama, unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Banyak juga
film action semacam Gladiator menajamkan aspek ekspresi wajah. Shots close up yang indah dan
pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering ditampilkan
dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar big close upbergantian
antara pria dan wanita. Namun sutradara juga harus memperhatikan penempatannya serta waktu
yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is
key, waktu adalah kunci.
4. Hubungan Pandang ( eye contact )
Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di sini diartikan adanya kaitan
psikologis antara penonton dan yang ditonton. Untuk membuat shots nya,
biasanya sutradara selalu memberikan arahan kepada pemain film agar menganggap kamera
sebagai mata penonton. Dengan cara seperti ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan
tercapai. Dengan mengibaratkan kamera sebagai mata penonton, berarti pemain harus berlakon
sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera. Dengan demikian,
apa pun yang akan dilakonkan pemain seolah-olah ada yang mengawasi, yakni kamera sebagai
re-presentasi dari penonton. Dengan menguasai Rumus 5C dan Visual Element secara baik dan
benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat film menjadi tontonan menarik
dan munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan penonton. Di sinilah alasan mengapa
sebuah film dianggap sebagai produk komunikasi massa periodik.
5 Casting
Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita film. Dapat dipilih
langsung ataupun dicasting terlebih dahulu.Casting dapat diumumkan secara luas atau cukup
diberitahu lewat rekan-rekan saja. Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi
kemampuannya juga dari segi budget/pembiayaan yang dimiliki.
6. Hunting
Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar sesuai naskah. Untuk pengambilan
gambar di tempat umum biasanya memerlukan surat ijin tertentu. Akan sangat mengganggu
jalannya shooting jika tiba-tiba diusir dipertengahan pengambilan gambar karena tidak memiliki
ijin.
Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko seperti akomodasi, transportasi,
keamanan saat shooting tersedianya sumber listrik, dll. Setting yang telah
ditentukan scenario harus betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika biaya
produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan memakan banyak biaya.


Read User's Comments(0)
Diposting oleh PPTF SMK Negeri 2 Tasikmalaya
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Postingan Lama

Follow Our Twitter


TV online Live Streaming : Mivo.tv

Anda mungkin juga menyukai