Anda di halaman 1dari 12

Makalah Film Psikologi Komunikasi

“Dari Shasha Untuk Ayah”

Dosen Pengampu: Mad Yoman S.IKOM., M.IKOM.

Disusun oleh:

Kelompok 2 & Kelompok 5


1. Fahmi Jamil Arif (1801030100)
2. Naufal Fadhila Hervian (1901030128)
3. Sekar Ayu Nur Azizah (2201030015)
4. Salma Gusni Saputri (2201030016)
5. Reva Helma Fitriana (2201030018)
6. Dea Setiawati (2201030019)
7. Ramanda Dwi Kusnanti (2201030020)
8. RezaWaldian (2201030038)
9. Nazma Auliyatul Khasanah (2201030039)
10.Farhah Syifa Kamilah (2201030040)
11.Grisela Ardana Putri (2201030042)

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami semua kekuatan
serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah ulasan film " Dari Shasha Untuk Ayah" dapat selesai
seperti waktu yang telah kami rencanakan. Dengan tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara material dan spiritual, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah meluangkan waktunya. Makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya dan dengan segenap
kemampuan kami yang belum tentu sempurna karena yang sempurna hanya milik Allah Subhanahu
Wata’ala, dan jika ada kesalahan kalimat pada penulisan atau penyusunan makalah ini mohon
dimaafkan. Kami berterima kasih juga kepada Pak Mad Yoman S.IKOM., M.IKOM selaku dosen
pengampu, yang telah memberikan tugas serta bimbingan, sehingga kami dapat menuntaskan tugas
ini. Sekian kata pengantar dari kami itu saja mungkin yang dapat kami sampaikan.

Tangerang, 21 Oktober 2022

Hormat Kami,
Kelompok 2 & Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR--------------------------------------------------------------2
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------3
DAFTAR LAMPIRAN------------------------------------------------------------4
Sinopsis Film--------------------------------------------------------------------------4
BAB 1 PENDAHULUAN----------------------------------------------------------5
1.1 Latar Belakang---------------------------------------------------------------------------5
1.2 Fokus Penelitian--------------------------------------------------------------------------6
1.3 Tujuan Penelitian------------------------------------------------------------------------6
1.4 Manfaat Penelitian-----------------------------------------------------------------------------6
BAB 2 LANDASAN TEORI------------------------------------------------------7
A. Film Pendek-------------------------------------------------------------------------------7
B. Proses Produksi---------------------------------------------------------------------------------8
C. Alur Penyelesaian--------------------------------------------------------------------------------9
D. Solusi Yang Diberikan---------------------------------------------------------------------------10
BAB 3 KESIMPULAN-------------------------------------------------------------11
DAFTAR PUSTAKA---------------------------------------------------------------12

3
DAFTAR LAMPIRAN

SINOPSIS CERITA

Dari sasha untuk ayah


yang menceritakan tentang seorang anak tinggal bersama ayah dan ibu tirinya,
sasha merupakan gadis ceria dan berparas rupawan, namun dibalik itu semua
terdapat cerita yang menyayatkan hati. siapa sangka bawa sasha memiliki luka
yang amat dalam, begitu banyak penderitaan yang sasha hadapi, keberadaan ibu
tirinya lah yang membuat sasha merasakan itu semua. dengan keberadaan
kakak, pacar dan sahabatnya ia bisa merasakan kesenangan, keceriaan, dan
untuk merekalah sasha bertahan hidup, namun apadaya jika tuhan berkata lain,
kepergian sasha membuat luka di dada orang orang yang menyayanginnya.

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan
gambar negatif dari sebuah objek. Kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam
konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga
disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif. Meskipun kini film bukan
hanya dapat disimpan dalam media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar
kembali dalam media digital Film sebagai sebuah karya seni kontemporer yang banyak digunakan
di zaman modern saat ini, tentunya film tidak luput dari kekurangan dan kelebihannya. Di sinilah
posisi kita dalam menentukan dipertaruhkan. Sebagai seni ketujuh, film sangat berbeda dengan
seni sastra, teater, seni rupa, seni suara, dan arsitektur yang muncul sebelumnya. Seni Film sangat
mengandalkan teknologi, baik sebagai bahan baku produksi maupun dalam hal ekshibisi ke
hadapan penontonnya.
Sejak itu, merebaklah berbagai penelitian yang melihat dampak film terhadap masyarakat.
Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda -tanda itu termasuk berbagai sistem tanda
yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling
penting dalam film adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah dengan suara -suara
lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film. Adegan-adegan yang ditimbulkan
oleh orang-orang film dibuat senyata mungkin. Apabila penonton sudah tahu maksud pesan yang
disampaikan, maka penonton biasanya mengeluarkan apresiasi dengan menangis dan tertawa.
Pada saat menyaksikan film, ada istilah peralihan dunia.
Sedangkan film sendiri terbagi atas beberapa jenis yakni, film dokumenter, film cerita
pendek, film cerita panjang dan film jenis lainnya. Berdasarkan jenisnya, film tersebut memiliki
karakter yang berbeda-beda. Namun dalam penelitian ini akan difokuskan pada film cerita
pendek. Dalam film untuk mendapatkan suatu keberhasilan membawa kepuasan dan dapat
diterima oleh para khalayak, dalam artian di sini adalah inti ceritanya atau pesan dapat di
transformasikan kepada masyarakat. Untuk mewujudkan semua ini, film memiliki proses yang
cukup panjang, sebab film merupakan gabungan dari dua unsur inti yaitu seni dan teknologi yang
harus direncanakan secara matang dalam suatu produksi film. Merancang proses produksi boleh
dikatakan aktivitas 3 merumuskan seluruh proses kegiatan yang akan dilakukan untuk
mewujudkan rancangan produk. Rumusan kegiatan tersebut sangat berguna untuk pedoman kerja
dan pegangan aktivitas penjadwalan serta susunan anggaran. Dalam rumusan proses tersebut
haruslah tergambar kan secara jelas jenis aktivitas dan jumlah aktivitas. Semua gambaran di atas
biasa disebut dengan manajemen produksi, yang merupakan semua aktivitas dalam mewujudkan
sebuah karya film sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dalam manajemen produksi sebuah film, proses produksi film melibatkan suatu kerabat kerja
yang masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Mulai dari produser, sutradara, penata kamera, kameramen, penulis naskah, penata artistik, dan
sebagainya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa lahan pekerjaan di bidang perfilman
menjadi semakin terbuka dan penuh persaingan serta menuntut dimilikinya kemampuan
Professional pada bidang pekerjaan tertentu

5
1.2Fokus Penelitian
Melihat latar belakang yang dikembangkan di atas, maka yang menjadi fokus
penelitian adalah apa saja pesan moral yang terkandung dalam Film “Dari Shasha
Untuk Ayah”

1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui makna bentuk-bentuk pesan moral yang terkandung dalam film
kisah nyata “Dari Shasha Untuk Ayah”

1.4Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan
konstribusi bagi pribadi dan pengembangan ilmu komunikasi. Khususnya
penerapan teori-teori komunikasi.
2. Secara Praktis
Secara praktis manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan salah satu informasi dalam
mengembangkan Ilmu pengetahuan khususnya komunikasi Intrapersonal &
Interpersonal yang ada hubungannya dengan Program Studi Komunikasi.
b. Dapat bermanfaat bagi peneliti guna menerapkan kemampuannya dalam
disiplin ilmu yang diperoleh semasa di bangku perkuliahan.
c. Penelitian ini juga bisa memberikan gambaran tentang pesan moral yang
terkandung dalam cerita kisah nyata.
d. Untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar strata satu (S1) pada
Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

6
BAB 2
LANDASAN TEORI

A. Film Pendek
Film pendek adalah film-film yang masa putarnya di luar ketentuan untuk film cerita di
bawah 50 menit (mengacu dari regulasi berbagai festival film pendek Internasional hingga tahun
1997) (Prakosa, 2008). Di Amerika, yang tergolong film pendek adalah film berdurasi 20-40
menit. Bahkan di Eropa dan Australia, film pendek harus berdurasi 1-15 menit saja (Candra,
2011).
Film pendek pada dasarnya memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan film cerita panjang,
mengingat masa putarnya yang singkat. Untuk menyiasatinya diperlukan pemahaman bahasa
gambar yang lebih jernih, baik mempergunakan tanda-tanda esensial, atau simbol-simbol yang
secara tidak langsung bisa menggambarkan suatu keadaan atau cerita (Prakosa, 2008).
Pada situs film pelajar, Edi Cahyono menuliskan bahwa film pendek pada hakikatnya
bukanlah sebuah reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar wahana pelatihan belaka. Film
pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan film cerita panjang, bukan lebih
sempit dalam pemaknaan, atau bukan lebih mudah (Cahyono, 2011).
Tantangan tersebut membuahkan kreativitas dan orisinalitas para sineas dalam penggarapan
film-film pendek. Bahkan bagi penonton, menikmati film pendek merupakan pengalaman yang
berbeda dari menyaksikan film durasi panjang. Film yang dalam bahasa inggris disebut motion
picture (gambar hidup) merupakan media komunikasi yang lengkap dan hasil karya bersama yang
melibatkan ilmu teknologi dan seni (Andries, 1984:7). Film bila dianalisis memiliki beberapa sifat
dasar, antara lain film bersifat teknis, film bersifat sosiologis, film bersifat secara umum.

1. Film Bersifat Teknis


Mac Millan menjelaskan bahwa film memiliki sifat teknis karena melalui suatu proses
teori dari penggunaan alat sampai penggunaannya (Andries, 1984: 7). Hal ini menjelaskan
sebagai gambar demi gambar yang dipergantikan dengan sangat cepat di antara suatu
sumber cahaya dan suatu bidang proyeksi. Pergantian itu sedemikian cepatnya, sehingga
mata tidak menyadari pergantian gambar, sebaliknya, hanya akan menyaksikan gerak yang
seolah-olah menerus dari perbedaan-perbedaan gambar tersebut.
2. Film Bersifat Sosiologis
Mac Millan menjelaskan fungsi ganda film sebagai seni dan sebagai media hiburan massa
membuat kita sulit merumuskan batasannya (Andries, 1984: 8). Sejak 300 (tiga ratus)
tahun penemuannya, film telah membuat dampak dalam arti sosiologis, film berakar pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu antara lain telah mengembangkan berbagai teknik perfilman, seperti
pembuatan film berwarna, pengeburan dan perbesaran gambar, pengaturan jarak dengan
sasaran, peningkatan waktu dengan cara pemotongan atau penyambungan film, dan
sebagainya.
3. Film Bersifat Umum
Meyer T menjelaskan tentang seni ekspresi di mana dalam film harus memiliki kualitas
unsur visual, tata suara, dan cerita sehingga dapat menghibur audience (Andries,1984:9).
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa film adalah urutan gerak

7
dari gambar hidup yang membentuk seni visual baru melalui media komunikasi yang
lengkap, ditujukan kepada mata juga pendengaran, yang berakar kepada seni ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menjadi suatu bagian dari kehidupan modern. perilaku
komunikasi. Kesimpulan lain bahwa film adalah salah satu media komunikasi yang
menggabungkan unsur suara dan gambar di dalamnya. Maksud dari menggabungkan ini
tidak lain untuk membuat komunikasi lebih efektif, sehingga maksud-maksud yang ingin
disampaikan oleh pembawa pesan dapat ditangkap dan dimengerti dengan baik oleh
penerima pesan.

B. Proses Produksi
Pada tahap ini sangat dibutuhkan pemahaman dari ilmu sinematrografi. Di mana disesuaikan oleh
kebutuhan dokumenter. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

1. Tata kamera
Dalam penataan kamera secara teknik yang perlu diperhatikan salah satunya adalah kamera
angle atau sudut kamera. Menurut gerzon, dalam pemilihan sudut pandang kamera dengan tepat
akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya jika pengambilan sudut
pandang kamera dilakukan dengan serabutan bisa merusak dan membingungkan penonton,
karena makna bisa jadi tidak tertangkap dan sulit dipahami. Oleh karena itu penentuan sudut
pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang
berkesinambungan. Askurifai Baskin (2009) menjelaskan tipe angle kamera di bagi menjadi 2
jenis antara lain :

a. Angle Kamera Obyektif


Adalah kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut pandang pemain
tertentu. Angle kamera obyektif tidak mewakili siapa pun. Penonton tidak dilibatkan, dan
pemain tidak merasa ada kamera, tidak merasa ada yang melihat. Beberapa sudut obyektif
antara lain.

 High Angle
Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk mendapatkan kesan bahwa
subjek yang diambil gambarnya memiliki status sosial yang rendah, kecil, terabaikan,
lemah dan berbeban berat.
 Eye Angle
Eye Angle Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek. Pengambilan
gambar dari sudut eye level hendak menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan
penonton sejajar.
 Low Angle
Low Angle Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek, untuk menampilkan
kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada penonton, dan menampilkan bahwa si
subjek memiliki kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya
 Frog Aye
Frog Aye Merupakan teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian
kamera sejajar dengan dasar kedudukan objek. Pengambilan ini dilakukan agar
menimbulkan efek penuh misteri dan untuk memperlihatkan suatu pemandangan yang
aneh atau ganjil.

8
b. Angle Kamera Subyektif
Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat ke penonton. Atau
dari sudut pandang pemain lain, misalnya film horor. Angle kamera subyektif dilakukan
dengan beberapa cara:

1) Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka dalam adegan,
sehingga dapat menimbulkan efek dramatik.
2) Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam gambar. Penonton
bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata pemain tertentu. Penonton akan
mengalami sensasi yang sama dengan pemain tertentu. Jika sebuah kejadian disambung
dengan close up seseorang yang memandang ke luar layar, akan memberi kesan penonton
sedang menyaksikan apa yang disaksikan oleh pemain yang memandang ke luar layar
tersebut.

3) Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan. Seperti presenter yang
menyapa pemirsa dengan memandang langsung ke kamera. Relasi pribadi dengan
penonton bisa dibangun dengan cara seperti ini

c. Angle kamera point of view


Yaitu suatu gabungan antara obyektif dan subyektif. Angle kamera p.o.v diambil sedekat
shoot obyektif dalam kemampuan meng-approach sebuah shot subyektif, dan tetap obyektif.
Kamera ditempatkan pada sisi pemain subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu
pipi dengan pemain yang di luar layar. Contoh paling jelas adalah mengambil close up pemain
yang menghadap ke pemain di luar layar dan sebelumnya didahului dengan Over Shoulder Shoot.

C. Alur Penyelesaian Film


1) Tahap Pengenalan
Pada awal film memperkenalkan pemeran utama yaitu “SASHA” dan situasi
yang sedang ia hadapi.
2) Tahap Pemunculan Konflik
Tahap pemunculan konflik merupakan tahap dimunculkannya masalah. Pada
tahap ini konflik mulai muncul pada bagian ibu tiri sasha yang memulai
komunikasi dengan sasha yang tidak baik. Cara komunikasi ibu tiri tersebut
kurang berkenan karena, menggunakan intonasi yang tinggi dan berperilaku
kasar terhadap sasha.
3) Tahap Konflik Menurun
Pada tahap ini konflik mulai menurun dikarenakan sasha mengalami penyakit
bernama “anemia aplastik” yang diharuskan untuk sasha menjalani rawat inap
di rumah sakit.
4) Tahap Penyelesaian.

9
Pada tahap ini penyelesaian konflik dikarenakan pelaku utama sudah tiada.
Lalu, ia hanya memberi sebuah surat kepada sang ayah kandung. Dari situlah
sang ayah baru menyadari atas sikap komunikasi yang kurang tersebut.

PENGENALAN - MUNCUL KONFLIK - KONFLIK MENURUN - PENYELESAIAN

D. Solusi Yang Diberikan


Intervensi yang dilakukan dapat memperbaiki pola komunikasi orang tua dan anak.
Pola komunikasi yang bermasalah antara anak dan orang tua adalah tidak terjalinnya
komunikasi secara langsung yang disebut dengan indirect communication. Anak tidak
menjelaskan kepada ibu mengenai alasan kebenciannya terhadap ibunya secara
langsung, hanya menunjukkan dengan sikap tidak patuh sehingga membuat dirinya
semakin kesal dengan ibunya. Hal ini juga dilakukan oleh orang tua, ibu tidak
mengkomunikasikan secara langsung alasan anaknya membencinya dan hanya
membiarkan anaknya berada di dalam kamar ketika di rumah. Ayah mengetahui
anaknya membenci ibunya namun tidak mengkomunikasikan secara langsung kepada
ibu dan anaknya.
Seharusnya, keluarga untuk hiburan ketika hari libur dan memberikan nasihat pada
keluarga. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa orang tua dan anak
mampu membentuk sebuah perilaku sebagai solusi untuk menyelesaikan
permasalahan bersama jika di dalam keluarga saling terbuka.
Perubahan yang terjadi antara orang tua dan anak berdampak pada pola komunikasi
antara orang tua dan anak maka dari itu jangan sampai ada misskomunikasi antar
keluarga. Perubahan berupa komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak.
Mereka saling mengetahui pandangan dan keinginan masing-masing sehingga adanya
solusi untuk memperbaiki interaksi dan memahami kebutuhan dan peranan masing-
masing. Hal ini menandakan bahwa terapi keluarga mampu memperbaiki pola
komunikasi orang tua dan anak yang tidak efektif menjadi efektif.

10
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan perancangan film “Dari Shasha Untuk Ayah” ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam pembuatan film pendek, tidak harus menggunakan kamera besar. Akan tetapi
menggunakan kamera dari gadget pun bisa mendapatkan hasil yang bagus
2. Dalam pembuatan film pendek, cerita menjadi lebih konkret dengan adanya data yang sudah
didapatkan
3. Pembuatan film pendek kini di lakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pra produksi, tahap
produksi, dan tahap pasca produksi. Dalam proses pengerjaan ketiga tahap tersebut,
diperlukan suatu perencanaan alur kerja terlebih dahulu, agar tidak terjadi kesalahan ketika
melakukan proses pembuatan
4. Tahap yang dilakukan dalam proses produksi adalah membuat perancangan konsep dan ide.
Lalu dituangkan oleh penulis dalam bentuk sinopsis yang lalu dikembangkan menjadi
skenario dan storyboard
5. Supaya pada saat produksi, waktu yang digunakan efisien maka dibuat script breakdown.
Script breakdown ini harus dipatuhi oleh kru dan pemain film

11
DAFTAR PUSTAKA

ra K. 2013. Pembuatan film pendek. Retrived from (On-line):


https://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4696/1/08510160002-2013-STIKOMSURABAYA.pd f
(diakses pada 20 Oktober 2022)
dosenbahasa.com. 2021. pengertian alur cerita. Retrived from (On-line):
https://dosenbahasa.com/alur-cerita (diakses pada 26 Oktober 2022)

12

Anda mungkin juga menyukai