Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang resmi digunakan dalam
kegiatan resmi seperti kerjasama internasional untuk mempermudah penduduk
seluruh menjalin hubungan tanpa keterbatasan bahasa. Bahasa Inggris mulai
dipakai sebagai bahasa internasional sejak Bahasa Esperanto yang merupakan
gabungan dari bahasa-bahasa negara di Benua Eropa tak lagi digunakan
sebagai bahasa Internasional. Ada 61 negara di seluruh benua yang mengakui
Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi mereka baik secara de facto atau de jure.
Bahasa Inggris mulai berkembang sebagai bahasa internasional akibat dari para
tentara, pelaut, dan penjelajah yang berbahasa Inggris mengelilingi penjuru
dunia. Tak terkecuali, negara kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Walaupun Indonesia tidak mengakui bahasa Inggris sebagai bahasa resmi,
ada banyak orang Indonesia yang mampu berbahasa Inggris. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan bahasa Inggris pada zaman sekarang sangat penting. Informasi
bisa dengan mudah diakses di seluruh dunia. Internet membuka jaringan
seluas-luasnya sehingga semua orang di muka bumi ini bisa saling berinteraksi.
Dengan catatan, mempunyai koneksi internet. Untuk mendapatkan informasi
ataupun bertukar informasi yang lebih lengkap dari berbagai sumber, media
berbahasa Inggris menyediakan hal tersebut. Terlebih di dunia kerja, ada
banyak perusahaan yang menyebutkan bahwa calon pelamar bisa berbahasa
Inggris untuk mempermudah ekspansi yang akan dilakukan perusahaan
tersebut. Itu artinya mau tidak mau, mereka harus mempunyai setidaknya
kemampuan dasar dalam bahasa Inggris. Kemampuan dasar tersebut ialah
speaking, listening, dan grammar.
Beberapa generasi muda yang menyadari hal itu bertekad mempelajari
bahasa Inggris dengan harapan mereka bisa berbahasa Inggris dengan fasih.
Ada banyak cara yang dilakukan oleh mereka untuk mempelajari bahasa
Inggris. Ada yang mendaftar kursus, ada yang memilih untuk mempelajarinya
sendiri dengan bantuan orang sekitarnya atau media offline dan media online,

1
dan kedua-keduanya. Salah satu media online yang membantu mereka dalam
mempelajari bahasa Inggris adalah film yang berbahasa Inggris. Film dipilih
sebagai salah satu media dalam mempelajari bahasa Inggris dikarenakan media
tersebut mudah diakses dan membuat mereka ketika mempelajari Bahasa
Inggris tidak mudah bosan. Terlebih audio dalam film berbahasa Inggris
membantu pembelajaran mereka dari segi pemahaman terhadap
pronounciation atau pengucapan kata dalam bahasa Inggris. Penggunaan
bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari seperti berbicara dengan orang lain
sering dianggap sesuatu yang keren.
Pada zaman sekarang, film berbahasa Inggris sangat digemari oleh
masyarakat. Hal ini dikarenakan akses terhadap film tersebut sangatlah mudah.
Beberapa bioskop tak jarang menanyangkan film berbahasa inggris yang
terkenal dalam kurun waktu yang cukup lama. Terlebih lagi, aplikasi streaming
seperti prime video dan Netflix semakin membantu masyarakat untuk
mengaskses film berbahasa Inggris secara legal. Film-film yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang tinggi. Film superhero seperti film dari Marvel
Cinematic Universe atau MCU dan DC yang menggunakan efek khusus agar
film yang dihasilkan terlihat seperti nyata mempunyai jumlah penonton yang
tidak sedikit. Dari segi kualitas gambar, jalan cerita dari film berbahasa Inggris
sangat menarik perhatian penonton. Hal ini dikarenakan para penulis skenario
film tersebut tak takut untuk mengambil tema yang menantang seperti perang,
konflik antar negara, ataupun cerita horror yang diambil dari kisah nyata. Tak
heran, film berbahasa Inggris banyak digemari oleh banyak orang tak
terkecuali generasi muda.
Berdasarkan pengalaman penulis, film berbahasa Inggris membuat
kemampuan berbahasa inggris penulis lebih baik, terutama dari segi
kemampuan listening. Oleh karena itu, penulis berinsiatif ingin menganalisis
pengaruh film berbahasa Inggris terhadap penggunaan Bahasa Inggris di
kalangan peserta didik kelas XI SMA Plus Negeri 17 Palembang dengan cara
mengumpulkan data terhadap objek yang akan diteliti.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dapat
diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Apakah film berbahasa inggris berpengaruh terhadap penggunaan bahasa
Inggris di kalangan peserta didik kelas XI SMA Plus Negeri 17 Palembang?
2. Mengapa film berbahasa inggris dapat berpengaruh terhadap penggunaan
Bahasa Inggris di kalangan peserta didik kelas XI SMA Plus Negeri 17
Palembang?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh film berbahasa inggris terhadap penggunaan
bahasa Inggris di kalangan peserta didik kelas XI SMA Plus Negeri 17
Palembang.
2. Untuk mengetahui alasan film berbahasa inggris dapat berpengaruh
terhadap penggunaan Bahasa Inggris di kalangan peserta didik kelas XI
SMA Plus Negeri 17 Palembang

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Bagi para pembaca, mereka dapat mengetahui pengaruh film berbahasa
inggris terhadap penggunaan bahasa Inggris.
2. Bagi orang tua, mereka dapat mengetahui pengaruh film berbahasa Inggris
terhadap penggunaan bahasa Inggris anak mereka.
3. Bagi penulis, sebagai tambahan wawasan dan bekal untuk di masa yang
akan datang.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pengaruh


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), pengaruh adalah daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Sementara itu, Surakhmad
(1982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu
benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan
terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya.

2.2 Film
2.2.1 Pengertian Film
Berikut adalah definisi film menurut para ahli.
1. Menurut Saidah dan Islam (2017:2) dikutip dari Marcel Danesi (2010:134),
film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang
mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata.
2. Menurut Mudjiono (2011:1), film merupakan sarana baru yang digunakan
untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta
menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya
kepada masyarakat umum.
3. Menurut Ningsih (2014:77) dikutip dari Arsyad (2003: 48), film atau gambar
hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar
terlihat hidup.
4. Menurut Wibowo, Hadi, Wijayanti (2018: 3) dikutip dari Wibowo
(2006:196), film adalah alat untuk menyampaikan barbagai pesan kepada
khalayak melalui sebuah media cerita.
5. Menurut Ilham (2015: 47), film adalah sebuah media yang dapat
menghantarkan pembelajaran secara langsung terhadap si penonton itu
sendiri.

4
2.2.2 Unsur Pembentuk Film
Menurut Syafiq (2019:7) dikutip dari Pratista (2008: 1), ada 2 unsur pembentuk
film diantaranya adalah.
a. Unsur Naratif, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Oleh karena
itu, setiap film tidak akan pernah lepas dari unsur naratif. Unsur ini meliputi
pelaku cerita atau tokoh, permasalahan dan konflik, tujuan, lokasi, dan
waktu.
1) Pemeran atau tokoh. Dalam film, ada dua tokoh penting untuk
membantu ide cerita yaitu pemeran utama dan pemeran pendukung.
2) Permasalahan dan konflik. Permasalahan dalam cerita dapat diartikan
sebagai penghambat tujuan, yang dihadapi tokoh protagonis untuk
mencapai tujuannya, biasanya di dalam cerita disebabkan oleh tokoh
antagonis..
3) Tujuan. Dalam sebuah cerita, pemeran utama pasti memiliki tujuan
atau sebuah pencapaian dari karakter dirinya, biasanya dalam cerita
ada sebuah harapan dan cita-cita dari pemeran utama, harapan itu
dapat berupa fisik ataupun abstrak (nonfisik).
4) Ruang/lokasi. Ruang dan lokasi menjadi penting untuk sebuah latar
cerita, karena biasanya, latar lokasi menjadi sangat penting untuk
mendukung suatu penghayatan sebuah cerita.
5) Waktu. Penempatan waktu dalam cerita dapat membangun sebuah
cerita yang berkesinambungan dengan alur cerita.

b. Unsur Sinematik, adalah unsur yang membantu ide cerita untuk dijadikan sebuah
produksi film. Karena unsur sinematik merupakan aspek teknis dalam sebuah
produksi film. Ada empat elemen yang mendukung unsur sinematik, diantaranya
yaitu.

1) Mise-en-scene. Sebagai mata kamera, karena meliputi segala hal yang ada
di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok yaitu,
setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make-up, dan akting atau
pergerakan pemain

5
2) Sinematografi, adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta
hubungan antara kamera dengan obyek yang akan diambil gambarnya.
3) Editing. Proses penyatuan dan pemberian efek pada sebuah gambar (shot)
ke gambar (shot) lainnya.
4) Suara, yaitu Segala hal dalam film yang mampu ditangkap melalui indera
pendengaran.

2.2.2 Jenis Film


Berikut jenis film menurut Makky (2017:14) dikutip dari Pratista (2008:
21).
a. Film Dokumenter. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang,
tokoh, peristiwa dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak
menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa
yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter juga tidak
memiliki tokoh antagonis maupun protagonis.
b. Film Fiksi. Film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering
menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep
pengadegan yang telah dirancang sejak awal. Struktur film biasanya
terikat dengan kausalitas. Cerita juga biasanya memiliki karakter
(penokohan) seperti antagonis dan protagonis, jelas sangat bertolak
belakang dengan jenis film dokumenter.
c. Film Eksperimental. Film eksperimental merupakan jenis film yang
sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Film eksperimental tidak
memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat
dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi,
serta pengalaman batin mereka. Film-film eksperimental umumnya
berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena
mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan
sendiri.

6
2.2.3 Fungsi Film
Berikut fungsi film sebagai berikut.
1. Mencari Informasi, Berita, dan Pengetahuan. Film mengandung banyak
informasi seperti ilmu pengetahuan. Contohnya seperti film documenter
yang merekam kejadian atau aksi secara langsung mengenai objek yang
ditangkap di kamera.
2. Mendapat Hiburan. Film kerap dijadikan pelampiasan untuk
melampiaskan perasaan dan emosi manusia seperti rasa jenuh, stress dan
sedih atau hanya sekedar mengisi waktu luang.

2.3 Bahasa Inggris


Bahasa Inggris di Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa kedua
yang dimana penggunaannya di kehidupan sehari-hari tidak sesering
penggunaan bahasa ibu, dalam konteks ini, Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris
sebagai bahasa kedua perlu dipahami apa pengertian bahasa itu sendiri.
2.3.1 Pengertian Bahasa
Berikut pengertian bahasa menurut para ahli.
1. Menurut Laksmita, Khasanah, Hilam, Rizki (2015:3) dikutip dari Owen
(2006:1), bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara
sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui
kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-
simbol yang diatur oleh ketentuan.
2. Menurut Laksmita, Khasanah, Hilam, Rizki (2015:3) dikutip dari Walija
(1996:4), bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk
menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang
lain.
3. Menurut Laksmita, Khasanah, Hilam, Rizki (2015:3) dikutip dari
Sunaryo (2000:6), Bahasa didalam struktur budaya ternyata memiliki
kedudukan, fungsi dan peran ganda yaitu sebagai akar dan produk
budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

7
2.3.1 Kemampuan Berbahasa
Ada beberapa ahli dan sumber yang menyatakan pendapatnya mengenai
pengertian kemampuan berbahasa. Berikut diantaranya. Menurut Putri
(2018:13) dikutip dari Thoha (1998: 154) menjelaskan bahwa kemampuan
berbahasa merupakan salah satu unsur dalam kematangan yang berkaitan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman. Menurut Putri (2018-13)
dikutip dari Depdiknas (2005: 3), kemampuan berbahasa adalah sejauh mana
seorang individu menguasai simbol dan arti bahasa.

2.3.2 Aspek-Aspek Kemampuan Berbahasa


Menurut Putri (2018:18) dikutip dari Nurjamal (2011: 2), ada 4 aspek
kemampuan berbahasa. Berikut penjelasannya.
1. Kemampuan Menyimak
Kemampuan menyimak adalah proses penangkapan bahasa lisan
yang disengaja dan terencana menggunakan indera kemudian dianalisis
dengan tujuan untuk memahami isi simakan tersebut.
2. Kemampuan Membaca
Menurut Soenardi (2011:8), kemampuan membaca menunjuk pada
kemampuan untuk memahami maksud dan pikiran orang yang
diungkapkan secara tertulis dalam bentuk, dicontohkan sebagai berikut:
catatan singkat, surat, artikel surat kabar, cerita pendek, novel dan lain-
lain.
3. Kemampuan Berbicara
Menurut Soenardi (2011: 8), kemampuan berbicara adalah
kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati seseorang
melalui bunyi - bunyi bahasa dan kata - kata yang dirangkai dalam
susunan bahasa yang lebih lengkap seperti frasa, kalimat, dan wacana
lisan yang lebih panjang seperti cerita, pidato dan lain-lain.
4. Kemampuan Menulis
Menurut Iskandarwassid (2008: 248–249) merupakan
pengembangan dari kemampuan membaca. Itu artinya kemampuan

8
penulis merupakan cara penyampaian pesan atau sesuatu yang ingin
dikatakan melalui kode atau tanda yang ditulis di atas media.

9
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah kesimpulan dari beberapa pendapat atau teori
yang dikutip dari landasan teori. Berikut definisi operasional dalam penelitian
ini.
1. Film adalah suatu media;
2. Gaya hidup adalah pola hidup sesorang yang dapat berpengaruh terhadap
sikap dan perilakunya;
3.2 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantiatif. Penelitian kuantiatif adalah penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur dalam analisisnya. Penelitian ini dapat diterapkan pada
kondisi-kondisi sebagai berikut.
1. Masalah dalam penelitian sudah jelas;
2. Mencakup populasi yang sudah cukup banyak;
3. Ingin mengetahui pengaruh perlakuan terhadap objek penelitian;
4. Ingin menguji hipotesis penelitian.
(Geografi SMA/MA Kelas X: 2016)
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
kuesioner atau angket. Angket adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data dengan menyebarkan sejumlah lembar kertas yang
berisi rangkaian pertanyaan yang harus dijawba oleh responden. Jenis angket
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang mana
adalah angket yang disajikan dalam bentuk bentuk pertanyaan tertutup
sehingga responden hanya memberikan tanda centang atau tanda silang pada
kolom yang sesuai. (Geografi SMA/MA Kelas X: 2016)

3.4 Teknik Analisis Data

10
Teknik analisis data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Manipulasi Data
Pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mencari
jawaban dari kuisioner yang tidak lengkap;
2. Tally atau Scoring
Tally adalah menghitung jumlah atau frekuensi dari masing-masing
jawaban dalam kuisioner;
3. Menghitung presentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal
melalui distribusi frekuensi dan persentase menggunakan rumus berikut
ini.

Keterangan:
P= f/N x 100% P: persentase
f: frekuensi data
N: jumlah sampel yang diolah
3.5 Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian
Populasi adalah himpunan individu atau objek yang memiliki karak-
teristik tertentu dan banyaknya terbatas dan tidak terbatas. Jenis populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi terbatas.
(Geografi SMA/MA Kelas X: 2016)

No Jumlah Peserta Didik Jumlah Peserta Didik Laki-


Perempuan Laki
1 16 orang 15 orang
Total Peserta Didik 31 orang
Tabel 1.1 Jumlah Peserta Didik Kelas X.10
Sumber: Daftar kehadiran kelas X.10

11
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau perwakilan dari populasi.Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik nonprobabilitas, yaitu
sampel jenuh atau sensus. Sampel jenuh atau sensus adalah Teknik
penentuan sampel jika seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Teknik ini digunakan apabila populasi penelitian terlalu sedikit. (Geografi
SMA/MA Kelas X: 2016)
] Sampel Siswa Perempuan Sampel Siswa Laki-Laki
1 16 15
Total Sampel 31
Tabel 1.2 Total Sampel Peserta Didik Kelas X.10

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian


1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Negeri 17 Palembang
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari 2019-April 2019

12
DAFTAR PUSTAKA

Yoyon Mudhjiono. 2011. Kajian Semiotika dalam Film. Ilmu Komunikasi. 1(1): 1.

Bekti Marga Ningsih. 2014. Peningkatan Disiplin Siswa dengan Layanan Informasi
Media Film. Bimbingan dan Konseling. 1(1): 77

Andreas Setya Wibowo, Ido Prijana Hadi, Chory Angela Wijayanti. 2018.
Representasi Feminisme Dalam Film “The Intern”. Jurnal E-Komunikasi. 6(2): 3.

Ilham. 2015. Film Berbahasa Inggris untuk Menumbuhkan Minat Peserta Didik
dalam Belajar Bahasa Inggris. Pendidikan ekonomi. 1(1): 47.

Muhammad Fariz Syafiq. 2019. Analisis Semiotik Dalam Film Samin vs Semen
Karya Dhandy Dwi Laksono dan Suparta Arz [skripsi]. Malang (ID): Universitas
Muhammadiyah Malang.

Barqie Muhammed Makky. 2017. Analisis Isi Dalam Film "Merah Putih" Karya
Yadi Sugandi [skripsi]. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang.

Ismatul Khasanah, Dwita Laksmita, Rosa Da Cosa Tilman, Roy Rizki. 2015. Fenomena
Penggunaan Bahasa Asing dalam Penamaan Bisnis Kuliner di Kawasan Soekarno Hatta
Kota Malang. Lingkar Widyaiswara. 2(1):

SHERLY OCTAVIANA PUTRI. 2018. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbahasa


Inggris Mahasiswa Administrasi Perkantoran[skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri
Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai