PENDAHULUAN
masyarakat bahasa sasaran. Lebih lanjut Nida (1969: 12-18) penerjemahan berarti
menyampaikan kembali maksud atau isi pesan dalam bahasa sumber dan produk
suatu bentuk menjadi bentuk lain, ‘bentuk’ yang dimaksud adalah bahasa baik
diproduksi menjadi sama dengan aslinya karena adanya perbedaan budaya dan
struktur bahasa di setiap bahasa. Maka dari itu, penerjemahan dapat menjembatani
perbedaan antara dua bahasa yang berbeda, yakni bahasa Indonesia dan bahasa
Dengan kata lain, ilmu penerjemahan pada dasarnya mengatasi perbedaan yang
ada antara bentuk bahasa satu dengan bahasa lainnya (Catford, 1974:20).
bukan hanya masalah pengertian atau makna yang perlu diperhatikan, namun juga
bentuk bahasa untuk mendapatkan pengertian dan makna yang sebanding serta
1
yang tidak terdengar seperti hasil penerjemahan, akan tetapi pesannya dapat
struktur atau bentuk (kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf) (Basneet, 2005:24).
dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan terjemahan yang baik dan teks
tersebut tidak akan terasa seperti hasil terjemahan jika dibaca oleh orang lain.
produktif dari penerjemahan yang banyak kita jumpai di dunia hiburan saat ini
adalah film. Film, terutama film asing telah menjadi sarana hiburan yang menarik
merupakan suatu bentuk karya seni yang menghibur, film juga bermanfaat dalam
Banyaknya film-film asing yang masuk ke negara Indonesia dan agar film
tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat, jelas dibutuhkan alih bahasa dengan
menambahkan teks terjemahan atau biasa disebut dengan subtitle di setiap adegan
atau dialog film tersebut. Metode subtliting sering digunakan pada sebuah film
asing yang di diputar pada layar lebar atau bioskop dan di distribusikan melalui
hasil produksi CD dan DVD. Menurut Shutleworth & Cowie (1997: 161)
subtitling adalah proses dibubuhinya teks pada film secara sinkron pada sebuah
2
film, acara televisi atau opera. Diperkuat dengan yang dipaparkan oleh Kester dan
Fennema, (1989: 9) subtitle sebagai sarana yang tepat dalam penerjemahan film.
bawah layar film dan agar tidak mengganggu adegan film. Banyak sekali yang
Bsu, 3) berada pada tataran mikro, 4) tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan
Menurut Molina dan Albir (2002:12), teknik penerjemahan ialah cara yang
diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Selain itu,
bentuk dan struktur kata, frasa, klausa, serta kalimat terjemahannya. Selain, itu
penerjemah juga akan terbantu dalam menentukan padanan yang paling tepat di
menghasilkan terjemahan yang akurat tetapi juga berterima dan mudah dibaca
3
Sehubungan dengan jenis-jenis penerjemahan pada film yang telah
dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk menjadikan subtitle pada film Toy Story
3 sebagai objek penelitian dalam tesis ini. Salah satu aspek yang menarik untuk
dijadikan bahan kajian dalam penerjemahan subtitle film adalah bentuk- bentuk
tindak tutur atau yang dikenal sebagai speech act. Salah satu kategori tindak tutur
yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah imperatif. Kalimat imperatif adalah
kalimat yang berfungsi untuk memerintahkan lawan bicara untuk melakukan apa
yang diminta atau diinginkan oleh pembicara. Banyak hal yang harus diperhatikan
dalam menyampaikan kalimat imperatif ini, termasuk pada siapa kalimat imperatif
bagaimana hubungan antara pembicara dan lawan bicara pada saat kalimat
oleh Pixar Animation Studios untuk Walt Disney Picture dan dirilis pada 18 Juni
2010. Film merupakan sekuel ke 3 dari serial Toy Story 1 dan Toy Story 2 yang
disutradarai oleh Lee Unkrich, editor dari dua film pertama dan co-sutradara Toy
Story 2, yang ditulis oleh Michael Arndt, sedangkan Unkrich menulis cerita
bersama dengan John Lasseter dan Andrew Stanton, masing-masing sutradara dan
penulis bersama dari dua film pertama. Toy Story 3 menghasilkan $ 415 juta di
Amerika Utara dan $ 652 juta di negara lain dengan total $ 1,067 miliar di seluruh
dunia, menghasilkan lebih banyak pendapatan dan terlaris dalam seri Toy Story
4
daripada dua film seri sebelumnya jika digabungkan. Toy Story 3 juga berhasil
menempati sebagai film Pixar terlaris kedua tertinggi hingga tahun 2019 (di
belakang Incredibles 2), dan film terlaris ke-15 tertinggi yang didistribusikan oleh
Disney.
berbagai pola, pendengar atau pronomina persona kedua sering tidak disebutkan
secara formatif karena dalam konteks tuturan sudah dapat dipahami dengan jelas
arah tuturannya (Downes, 1998: 77). Begitu juga konstruksi imperatif yang
terdapat pada Toy Story 3. Pada konstruksi imperatif Toy Story 3 terdapat
kalimat yang berisi pertanyaan dan berfungsi untuk menanyakan suatu hal kepada
Pada tuturan di atas, bentuk kalimat BSa berupa kalimat interogatif, yaitu
pertanyaan kepada Buzz apakah Jessie boleh duduk di sampingnya. Namun dalam
makna dari tuturan tersebut bersifat imperatif. Artinya kalimat perintah yang
hal ini Jessie meminta untuk berada di sebelah Buzz tanpa menunggu persetujuan
dari Buzz. Selain contoh di atas, di dalam film Toy Story 3 juga terdapat
5
Tuturan pada kalimat BSa berupa kalimat deklaratif, yaitu kalimat yang
bertujuan untuk memberi informasi atau berita kepada orang lain. Dalam hal ini,
Buzz memberikan info kepada Woody bahwa ia terlambat datang rapat. Namun di
dalam pola konstruksi deklaratif tersebut terdapat makna imperatif yang bertujuan
memerintah. Perintah tersebut adalah Buzz meminta Woody untuk istirahat. Pada
kalimat imperatif, tidak semuanya kalimat yang ditunjukkan berupa teks asli yang
maknanya sama dengan teks aslinya, Namun makna dapat berubah sesuai dengan
Subtitle film Toy Story 3 ini menarik untuk diteliti karena dalam dialog
film ini sangat banyak ditemukan kalimat imperatif yang di mana dapat berbagai
Lotso menyuruh para mainan untuk move-on. Pada hasil terjemahan “You got a
lot to look forward to, folks.” diterjemahkan menjadi Kalian harus menatap ke
6
depan. Anak-anak suka mainan baru. Pada terjemahan di atas, penerjemah
menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau
kesepadanan sementara dalam BSa yang terkadang keluar dari konteks. Teknik ini
Penghilangan “Barbie” dalam hal ini dihilangkan karena dalam adegan film
tersebut sudah menunjukkan bahwa Ken meminta Barbie untuk ikut pergi
penelitian ini pada teknik penerjemahan kalimat imperatif dalam subtitle film toy
7
story 3. Selain itu, klasifikasi kalimat imperatif yang digunakan merujuk pada
1. Bagaimana bentuk konstruksi dan makna imperatif yang ada pada subtiltle
Toy Story 3?
praktis.
1. Manfaat Teoretis
8
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan atau penegasan untuk
dalam subtitle film bentuk kalimat imperatif yang ada pada subtiltle film
toy story.
2. Manfaat Praktis
yang relatif sama dalam hal tema kajian, meskipun berbeda dalam hal kriteria
subjek, jumlah dan posisi variabel penelitian atau metode analisis yang digunakan.
menunjukkan bahwa jenis kalimat perintah bahasa Inggris yang digunakan dalam
teks prosedural dan terjemahan bahasa Indonesianya dalam buku psikologi yang
berjudul "What I Wish I Knew at Eighteen” pada umumnya menggunakan tiga tipe
kalimat perintah seperti, kalimat perintah negatif, kalimat permintaan, dan kalimat
9
perintah positif. Selain itu, terdapat juga empat macam prosedur penerjemahan
menunjukkan delapan Teknik dari data kalimat imperatif pada Film Avatar: The
Last Airbender. Secara Literal (54 Data Atau 66,7%), Modulasi (5 Data Atau
Atau 6,2%).
10
Tulisyana Ajeng Dwi Safitri (2017) dalam penelitian yang berjudul
Unilever label, yaitu a) ditetapkan setara: (298 data atau 69,30%), b) amplifikasi:
(41 data atau 9,53%), c) reduksi: (38 data atau 8,84%), d) modulasi: (11 data atau
2,56%), e) generalisasi: (10 data atau 2,32%), f) transposisi: (10 data atau 2,32%),
pembuatan diskursif: (3 data atau 0,70%), j) variasi: (3 data atau 0,70%), dan k)
Kungfu Panda I bahwa jenis-jenis imperative sentence yang terdapat dalam film
tersebut adalah: (1) Infinitif tanpa to , sebanyak 74 (88,09%), (2) bentuk ingkar
1(1,19%).
teknik penerjemahan namun dengan subjek penelitian yang berbeda dan di analisa
dengan teknik yang berbeda pula, lalu mengkaji lebih dalam lagi dalam
11
1.6 KERANGKA TEORI
1.6.1 PENERJEMAHAN
dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) yang berupa teks atau tulisan.
penerjemahan adalah suatu upaya mengalihkan pesan yang tertulis dalam bahasa
kesepadanan makna. Sebuah naskah terjemahan dari BSu ke BSa dapat mencapai
memahami teks sumber (TSu) dan menyampaikan makna yang ada dalam teks
sasaran (TSa). Hasil penerjemahan ke TSa sangat ditentukan oleh kemampuan tata
memiliki ketiga kemampuan tersebut maka akan berpengaruh besar dalam kualitas
hasil terjemahan.
hanya mengubah bentuk bahasa dari BSu ke BSa, sementara makna yang terdapat
penerjemahan, struktur kalimat yang digunakan dalam BSa boleh saja berbeda
dengan BSu sepanjang keduanya menyampaikan makna yang sama. Dengan kata
lain, seseorang yang membaca suatu teks terjemahan akan sampai kepada
12
pemahaman yang sama ketika membaca teks tersebut baik dalam BSu maupun
BSa. Dengan demikian, ungkapan yang disampaikan dalam BSa inilah yang
1) Analisa
mengenai bahasa sumber tersebut. Fase ini bertujuan untuk meng kategorisasikan
ide secara umum dari bahasa sumber dan mengidentifikasi masalah yang mungkin
muncul dikarenakan perbedaan pola tata bahasa antara bahasa sumber dan bahasa
13
“The translator should pay attention on the title, paragraph used,
clause, idioms, collocations, proverbs and the like. The translator
has to try to get the meaning of the very difficult vocabulary, strange
words, and correlation of each sentence grammatically. The
translator also looks for the meaning of the words in lexical,
grammatical, situational, textual or contextual meaning. In this step,
the translator should pay attention on semantics, morphology,
syntactic or phonemics, and point of view attentively. Usually, the
translator uses the field-notes for doing this process”.
Oleh karena itu, penerjemah, dalam fase ini, perlu mencermati terlebih
dahulu setiap tuturan yang diucapkan oleh penutur, yang dalam hal ini adalah
2) Transfer
Pada fase ini, penerjemah yang telah memahami keseluruhan pesan yang
ada pada bahasa sumber dapat mentransfer pesan (Sutopo & Candraningrum,
2001: 29) tersebut ke dalam bahasa sasaran. Dalam memproses pesan, seorang
sepadan. Maka, penerjemah dapat memindahkan pesan dalam bentuk tuturan dari
3) Restrukturisasi
14
sasaran, maka penerjemah perlu terlebih dahulu untuk merestrukturisasi
ini dimaksudkan untuk membuat hasil terjemahan tersebut wajar sesuai dengan
tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses restrukturisasi
penerjemah diharapkan dapat mengerti makna dari keseluruhan teks dalam bahasa
sumber dengan baik, karena pemahaman ini sangat dibutuhkan untuk mencapai
bisa disebut dengan sinema merupakan cinematographie yang berasal dari kata
cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grahpe (tulisan,
gambar, citra). Film merupakan gambaran teatrikal yang secara khusus diproduksi
untuk ditayangkan di gedung bioskop atau televisi (Effendy, 2000: 201). Hal di
atas selaras dengan pernyataan Widodo (2006: 196) film adalah sarana
merupakan suatu karya atau alat bagi para seniman dan insan perfilman dalam
15
rangka mengutarakan dan dituangkannya sebuah gagasan, khayalan, ide cerita
Terdapat unsur penting dalam sebuah film, dari beberapa unsur yang telah
tersebut adalah teks cerita film (skenario), terutama ketika suatu film ditayangkan
kepada masyarakat yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa asal
film tersebut. Sebuah film yang berasal dari Negara lain di mana teks filmnya
ditulis dalam bahasa asing membutuhkan penerjemahan, maka otomatis teks film
tersebut akan diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran di mana film itu akan
tersebut terbagi atas dua jenis yakni penerjemahan teks cerita film dalam bentuk
sulih suara (dubbing) atau penerjemahan film dalam bentuk teks (subtitling).
pendapat menurut Safar (2011: 6) bahwa subtitle adalah proses transfer suatu
bahasa Asing ke dalam bahasa sasaran (suatu bahasa Nasional) melalui teknik
penerjemahan, yang biasanya dilakukan pada media audio visual berupa (film,
mudah, adanya beberapa aturan dalam hal tersebut yang harus diperhatikan,
16
misalnya saja jumlah karakter yang dibatasi maksimal 35 karakter dan terdiri dari
2 baris saja per satu kali tayang subtitle. Hal tersebut juga diperkuat dengan apa
yang telah diutarakan oleh Carroll dan Ivarsson (1998: 45) tentang adanya
antara lain:
maksud yang hendak disampaikan film dan budaya yang dikandung oleh
film. dan jika perlu memperhatikan gambar, mimik dan tingkah laku, dan
jika ada kalimat dalam film yang jika diterjemahkan akan mengganggu
4. Register bahasa teks film sumber harus sesuai dengan register teks film
sasaran.
5. Tata bahasa dan sistematika penulisan dalam subtitle film sasaran tidak
boleh ada yang salah (misalnya kala verba, huruf besar, kecil cetak miring,
17
6. Durasi pemunculan subtitle film harus sesuai dengan kecepatan membaca
penonton, artinya jangan terlalu cepat atau jangan terlalu lama dan harus
Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa subtitle film yang baik
adalah subtitle yang mengandung padanan aspek kebahasaan, budaya, dan situasi
visual dan alur cerita yang merepresentasikan secara tepat dan benar sesuai
dengan film aslinya namun terasa alami atau lazim dalam bahasa sasaran.
1.6.3 KESEPADANAN
penerjemahan. Tidak ada dua bahasa yang memiliki padanan makna yang sama
persis untuk setiap unit bahasanya. Setiap penerjemah akan selalu melalui tahapan
menganalisis suatu teks bahasa sumber lalu mengalihkan pesan dan mencari
padanan yang paling dekat dalam bahasa sumber. Berikut jenis padanan dalam
terdapat dalam suatu teks seperti yang diungkapkan oleh Baker (1992: 17-20).
Sebagai unit terkecil dari bahasa yang mempunyai makna, kata merupakan
titik awal kajian dalam rangka memahami keseluruhan makna dalam suatu teks
bahasa sumber. Baker menyebutkan ada 11 jenis ketidak sepadanan makna pada
tataran kata, yaitu (a) konsep khusus, (b) konsep BSu tidak tersedia dalam BSa,
(c) konsep BSu yang sangat kompleks secara semantik, (d) perbedaan persepsi
BSu dan BSa terhadap suatu konsep, (e) BSa tidak mempunyai unsur atasan, (f)
18
BSa tidak mempunyai unsur bawahan atau hiponim, (g) perbedaan persepsi BSu
dan BSa terhadap konsep interpersonal dan fisik, (h) perbedaan dalam hal makna
ekspresif, (i) perbedaan bentuk kata, (j) perbedaan dalam hal tujuan, dan (k)
Tataran di atas kata adalah frasa, kalimat, dan paragraf. Suatu kata
idiomatik pada suatu teks. Maka dari itu ia perlu menguasai strategi untuk
sumber dengan tepat untuk memperoleh padanan yang tepat dan paling dekat
3. Padanan Gramatikal
menjadi dua dimensi, yaitu dimensi morfologis dan dimensi sintaksis. Sama
halnya dengan kata maupun frasa, tidak ada satu bahasa yang memiliki padanan
gramatikal yang sama persis dengan bahasa lain. Bahasa Inggris, misalnya,
bentuk kata baik dalam tataran frasa, klausa, ataupun kalimat. Sedangkan bahasa
Indonesia juga membedakan konsep tunggal atau jamak, namun tidak secara
morfologis.
19
dan fungsi yang terdapat dalam BSu dan BSa (Bell, 1991: 19; Munday, 2001:
36; Newmark, 1988: 28; Venuti 2000: 5). Kesepadanan, menurut Venuti (2000:
dan ketepatan makna yang terdapat dalam BSu dan BSa. Meskipun demikian,
dalam penerjemahan tidak ada kesepadanan makna penuh atau utuh yang
terdapat dalam BSu dan BSa (Jakobson, 2000: 114). Hal tersebut dapat
memadankan makna teks yang terdapat pada BSa ke dalam bentuk yang lebih
terhadap leksikon, struktur tata bahasa, situasi komunikasi dan konteks budaya
antara BSu dan BSa dan juga peran kondisi sejarah – budaya yang menjadi
konteks terciptanya teks dan terjemahannya sekaligus kondisi ketika dua teks itu
terhadap ikatan ganda pertama pada teks sumber, dan kedua pada situasi
kerangka-kerangka padanan.
20
Berikut rumusan kerangka padanan dan menyatakan bahwa padanan
1. Kata-kata BSu dan BSa memiliki fitur ortografis dan fonologis yang
2. Kata-kata BSu dan BSa mengacu pada entitas atau konsep yang sama
(padanan referensial/denotatif).
3. Kata-kata BSu dan BSa mengandung asosiasi yang sama atau mirip
4. Kata-kata BSu dan BSa digunakan dalam konteks yang sama atau
Kata-kata BSu dan BSa memiliki efek yang sama terhadap masing-masing
sasaran (BSa)
21
3. Teknik penerjemahan mempengaruhi tataran mikro teks
Kelompok Teknik
Modulasi
Substitusi
Transposisi
Variasi
Perubahan
Partikularasi
generalisasi
Kreasi Diskursif
Kompensasi
Adaptasi
Penyesuaian
Peminjaman
Kalke
Literal Penerjemahan Harafiah
Penerjemahan Lazim
Kompresi Linguistik
Pengurangan
Reduksi
Amplifikasi
Penambahan Amplifikasi Linguistik
Deskripsi
used to give orders. Kalimat perintah terdiri dari subjek (orang yang diperintah)
22
ditempati oleh orang kedua you. Kalimat perintah dapat diakhiri dengan tanda
titik (.) atau tanda seru (!). Kalimat imperatif bahasa Inggris menurut fungsinya
Berdasarkan teori Aarts dan Aarts (1982), kalimat imperatif terdiri dari
Kalimat imperatif berisi bentuk kata kerja yang identik dengan bentuk dasar.
Menurut Aarts, kalimat imperatif tidak mengandung subjek. Jika subjek hadir,
1) command
2) request
3) invitation
23
4) warning
kalimat imperatif memiliki ciri sintaksis yang berupa (a) intonasi keras, (b) makna
perintah adalah kalimat yang menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu,
kalimat berita adalah kalimat yang mendukung suatu pengungkapan peristiwa atau
kejadian, dan kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung permintaan untuk
memberitahu kita akan sesuatu karena kita tidak mengetahui hal tersebut. Dengan
ciri sintaksis di atas, Gleason 1966: 132 di Baryadi (1988: 71) menyebutkan
bahwa secara formatif ketiga tipe kalimat di atas merupakan sebuah pola
imperatif tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu (1) konstruksi imperatif yang
24
verba bentuk dasar diikuti –lah
c. Konstruksi imperatif berpola
verba bentukan
d. Konstruksi imperatif berpola
pasif imperatif (objek, lokatif,
reseptif, beneaktif, dan
instrumental)
e. Konstruksi imperatif didahului
atau diikuti konstruksi deklaratif
kondisional
f. Konstruksi imperatif didahului
atau diikuti konstruksi deklaratif
final
2 Konstruksi imperatif yang a. Konstruksi imperatif yang
mengandung penanda ketakziman mengandung kata-kata ajakan,
seperti mari, ayo
b. Konstruksi imperatif yang
mengandung kata tolong sebelum
verba benefaktif
c. Konstruksi imperatif yang
mengandung kata-kata yang
menyatakan anjuran, saran,
harapan, imbauan, seperti
sebaiknya dan seyogianya
d. Konstruksi imperatif yang
mengandung kata silakan dan
dipersilakan
e. Konstruksi imperatif yang
mengandung kata dimohon,
diminta, dan diharap.
25
Tabel 3. Konstruksi Interogatif
26
kalimat definitif (Lingkarilah jawaban yang betul!).
secara formatif karena dalam konteks tuturan sudah dapat dipahami dengan jelas
penutur menggunakan dua strategi. Seperti yang dipaparkan oleh Akmajian (1984:
401) di Baryadi (1988: 78) strategi tersebut adalah strategi literal dan strategi
nonliteral.
memancarkan daya ilokusi yang lebih kuat daripada strategi non literal.
27
Konstruksi interogatif dan konstruksi deklaratif yang merupakan
kelompok dari strategi non literal mengandung daya perlokusi yang rendah karena
Diperlukan suatu metode yang jelas dan tepat untuk mendukung kesahihan
bertujuan mendapatkan fakta dan simpulan. Metode juga merupakan cara kerja
untuk memahami dan mendalami objek yang diteliti. Melalui metode yang jelas
dan tepat, peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan tetapi juga
fakta tersebut.
28
Penelitian ini merupakan penelitian dasar di bidang penerjemahan, berjenis
disebut dengan penelitian kualitatif karena menitikberatkan pada data yang berupa
kata- kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka
atau frekuensi (Sutopo, 2002:35). Data dalam penelitian ini akan diambil dari
dialog para tokoh dalam berinteraksi satu sama lain di dalam film, sehingga
datanya akan berbentuk kata, frasa, klausa, atau kalimat. Disebut penelitian
deskriptif karena penelitian ini tidak sebatas pada pengumpulan dan penyusunan
Menurut Alwi (2003:239) data terdiri dari (1) keterangan yang benar dan
nyata, dan (2) keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian
(analisis atau kesimpulan). Data yang dikaji dalam penelitian adalah transkrip
data atau informasi yang diperoleh (Sutopo, 2002:49). Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa transkrip dialog ujaran para tokoh yang
mengandung bentuk dan makna imperatif pada subtitle film Toy Story 3 dalam
penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian yaitu mendapatkan data Sugiyono
29
(2013:308). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri
atas teknik simak catat. Melalui teknik ini, peneliti menyimak film dan kemudian
mencatat data- data yang relevan dan sesuai dengan tujuan penelitian..
hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya Sutopo (2006:81). Dalam
penelitian ini, tujuan yang diinginkan oleh penulis adalah menganalisis bentuk
dan makna imperatif dan yang ke dua adalah teknik terjemahan bentuk dan makna
imperatif yang terjadi dialog antar para tokoh dalam subtitle film Toy Story 3 versi
VCD original. Peneliti melihat film berulang kali sembari mencatat teks
itu, peneliti juga menampilkan transkrip versi bahasa inggris kalimat imperatif
dalam dialog film tersebut dan akan dibandingkan, kemudian dianalisis dengan
teori yang sesuai. Berikut contoh data yang terdapat dalam subtitle film Toy Story
3.
30
2 143 I don't want you left alone Aku tak ingin kau ditinggal
in the attic, okay? Now, sendirian di loteng, oke?
stay. Tetaplah di sini
Toy Story 3 mengisahkan petualangan para mainan yang hidup bila tidak
ada orang. Woody, Buzz dan para mainan lain yang dimiliki oleh Andy akan
segera di simpan dalam loteng, disumbangkan, atau bahkan dibuang, karena Andy
segera pindah untuk melanjutkan sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, yaitu universitas. Karena hal itu Woody dan para mainan lain berusaha
untuk menjalankan misi agar menjadi mainan yang disumbangkan dan tidak
dibuang. Sejalan dengan alur cerita, dalam dialog antar tokoh pada film tersebut
banyak ditemukan ujaran secara langsung yang mengandung bentuk dan makna
yang berbasis di Jakarta ini merupakan penerima lisensi dan distributor hiburan
rumah video internasional terbesar di Indonesia yang didirikan pada tahun 1994
pertama kami di Major Hollywood Studio dan diikuti oleh The Walt Disney
Company pada tahun 1995. Namun, peneliti tidak bisa menemukan siapa
tidak ada feedback dari perusahaan atas email surat ijin penelitian yang
dikirimkan oleh peneliti. Hal lain juga disebabkan karena sejak tanggal 23
September 2016 PT. Vision Interprima Pictures telah mengumumkan bahwa telah
31
berakuisisi dengan PT. E-Motion Entertainment (E-Motion) yang di mana
dari transkrip dialog film (Bsu) dan hasil terjemahan (Tsa) dengan menggunakan
klasifikasi yang dipaparkan oleh Baryadi (1988). Analisis dilakukan pada TSu
komparatif.
Analisis data dilakukan dengan metode padan dengan menyandingkan TSu dan
kecocokan, dan kesamaan antara BSu dan BSa (Sudaryanto, 1993:13). Teknik
akan dipaparkan dalam bentuk tabel dan juga akan ada narasi penjelas dari setiap
32
Penelitian ini disajikan dalam empat bab dengan rincian sebagai berikut:
a. Bab I terdiri dari pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
c. Bab III terdiri dari pembahasan mengenai teknik penerjemahan apa yang
33