Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Univet Bantara Sukoharjo, Jl. Letjend. S. Humardani no. 1 Sukoharjo – 57521,
Telp. 0271-593156.
ABSTRAK: Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah
kesepadanan makna terjemahan film “Romeo and Juliet” ditinjau dari konteks situasi dan
konteks budaya yang meliputi teks tersebut, (2) Strategi penerjemahan apa sajakah yang
diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan film “Romeo and Juliet”. Sementara tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna kalimat-kkalimat yang ada dalam subtitling
film “Romeo and Juliet” serta menganalisis tingkat kesepadannya berdasarkan konteks situasi
dan konteks budaya yang melingkupi teks tersebut. Selain itu, penelitian ini juga ingin
mengungkapkan strategi-strategi penerjemahan dalam subtitling film “Romeo and Juliet”. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan teknik sampling yang digunakan adalah purposif
sampling. Objek penelitian ini berupa terjemahan film “Romeo and Juliet” (dalam bahasa
Inggris) sebagai teks sumber dan subtitling film “Romeo and Juliet” (dalam bahasa Indonesia)
sebagai teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna sebuah teks ditentukan oleh konteks
yang melingkupi teks tersebut, baik konteks situasi maupun konteks budaya. Ada tiga
komponen yang menyelubungi konteks situasi yakni, field (isi), mode/channel (teks lisan/tulis)
dan tenor/relation (hubungan antara pembicara-pendengar/pemirsa). Sementara makna sebagai
budaya menganggap bahwa budaya dan bahasa berbeda satu sama lainnya maka makna
linguistik suatu bahasa ditentukan oleh konteks budaya di mana peristiwa bicara itu terjadi.
Dengan demikian, pemahaman lintas budaya harus dimiliki oleh penerjemah agar ia mampu
menyampaikan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Strategi-strategi terjemahan
yang digunakan untuk menerjemahkan film Romeo and Juliet adalah strategi penambahan,
paraphrase, transfer, imitasi, pemampatan, desimasi, penghapusan, penjinakan dan angkat
tangan (resignation). Diantara kesembilan strategi tersebut, strategi pemampatan yang paling
dominan disebabkan karena terbatasnya ruang dan waktu munculnya subtitling sehingga dalam
subtitling haruslah „hemat terjemahan‟. Kemudian penerjemah juga menggunakan beberapa
strategi sekaligus untuk menerjemahkan sebuah kalimat. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan
penggunaan strategi transkripsi
PENDAHULUAN
Penerjemahan berkembang sangat pesat akhir-akhir ini baik penerjemahan tulis maupun
penerjemahan film. Pada zaman dahulu penerjemahan hanya digunakan dalam ranah
keagamaan, sastra, ilmu pengetahuan dan teknologi yang mana pada waktu itu komonitas di
ketiga bidang tersebut paling dominan. Namun sejak abad 20, penerjemahan telah berkembang
cukup pesat di ranah audiovisual. Tuntutan akan adanya terjemahan film terus membanjiri di
dunia hiburan.
Ada dua jenis terjemahan film yakni dubbing dan subtitling. Kedua jenis penerjemahan
ini mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Boordwell & Thompson (1990: 409)
mengatakan “The most two common forms form of screen translation are dubbing and
subtitling”. Lebih lanjut Thomson mengatakan “Dubbing as the process of replacing part or all
of the voices on the sountrack in order to correct mistakes or rerecord dialog”. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa dubbing atau sulih suara adalah suatu proses menggantikan suara
dalam suatu „soundtract‟ untuk membetulkan kesalahan-kesalahan yang ada dan merekam
kembali dialog tersebut. Thomson menegaskan bahwa sulih suara tidak hanya terjadi dari satu
bahasa ke bahasa lain (SL into TL) tetapi sulih suara dapat terjadi dari SL ke SL dengan suara
orang yang berbeda.
Sementara subtitling sedikit berbeda dengan dubbing. Gambier mengatakan “Subtitling
is one of two possible methods for providing the translation of a movie dilaogue, where the
original dialogue soundtrack is left in place and the translation is printed along the bottom of
the film (1993: 276). Dengan kata lain subtitling adalah terjemahan dialog film yang di tuliskan
di bagian bawah pada film tersebut. Seperti halnya sulih suara, tujuan „subtitling‟ adalah
membantu pemirsa untuk menikmati sebuah film, apakah itu film dokumenter atau cerita,
drama, aksi, dan lain-lain. Pakar lain, Betty White, mengatakan “subtitling is the translation of
the spoken language (source language) of a television program or film into target language.
The translated text usually appears in two lines at the bottom of the screen
(file:///G:/subtitling/eotvsection.php.htm updated./04/01/2011). Definisi ini sedikit berbeda
dengan definisi yang dilontarkan oleh Garbier di atas yakni jumlah baris terjemahan yang ada
dalam „subtitling‟ tidak boleh lebih dari dua baris.
Penerjemahan tidak akan lepas dari „teks‟. Makna suatu “teks” akan dipengaruhi oleh
kontek situasi dan kontek situasi akan dipengaruhi oleh kontek budaya. Pemahaman akan lintas
budaya (Cross Culture Understanding) akan memunculkan ideologi dari teks tersebut. Disisi
lain, sebuah teks sarat dengan field (isi), mode/channel (teks lisan/tulis) dan tenor/relation
(hubungan antara pembicara-pendengar/pemirsa, penulis-pembaca). Dalam menerjemahkan
film, kontek situasi dan pemahaman lintas budaya merupakan bekal utama yang harus dimiliki
oleh penerjemah dalam melakukan pekerjaanya sehingga ia akan mampu memilih strategi
penerjemahan yang tepat. Apalagi dalam suatu subtitling penerjemah berhadapan dengan suatu
fenomena unik yakni teks sumber adalah sebuah teks lisan yang didukung oleh setting tempat,
ilustrasi musik, mimik tokoh dan sebagainya dan ia harus menerjemahkan teks lisan tersebut
menjadi teks tulis.
Hakekat terjemahan
Berbagai definisi telah diberikan oleh berbagai ahli mengenai istilah terjemahan
(translation). Definisi terjemahan yang paling sering dikutip dalam penelitian atau kajian
terjemahan adalah definisi yang dikemukakan oleh Catford (1965), Nida dan Teber (1974) dan
Larson (1984). Catford (1965: 1) menekankan pada medium yakni melihat melihat terjemahan
sebagai pengalihan bahasa dan mendefinisikan terjemahan sebagai “an operation performed
on language: a process of substituting a text in one langauge for a text in another”. Nida dan
Teber (1974) lebih menekankan pada pesan dan mengemukakan bahwa terjemahan adalah
upaya mengungkapkan kembali pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa
target dengan menggunakan padanan yang wajar dan terdekat. Tidak jauh berbeda dengan
Nida dan Taber, Larson (1983: 17) memandang penerjemahan sebagai pengalihan pesan dari
bahasa sumber ke bahasa target dengan menggunakan struktur gramatikal dan leksikon yang
sesuai dalam bahasa target dan konteks budayanya.
seperti budaya, situasi, pandangan hidup, aturan-aturan, dan norma-norma yang dimiliki
masyarakat pemakai bahasa tersebut.
Kebudayaan terungkap dalam bentuk kebudayaan eksplisit yang berwujud artefak
yang diproduksi masyarakat seperti pakaian, makanan, teknologi dan lain-lain dan kebudayaan
implisit seperti kepercayaan, sikap, persepsi nilai dan norma dalam masyarakat (Liliweri,
2001: 83). Memahami budaya lain tidaklah mudah karena budaya itu tidak dapat secara
langsung diamati. Langkah pemahaman suatu budaya bisa dilakukan dengan memahami terlebih
dahulu situasi, pandangan hidup dan nilai budaya karena ketiga inti budaya tersebut akan
teraktualisasi dalam perilaku manusia pendukungnya. Perilaku tersebut bisa diamati karena
manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang dalam satu kebudayaan maupun
dari luar kebudayaannya.
c. Transfer (transfer)
Transfer adalah penerjemahan harfiah, apa adanya, tidak ada keterangan tambahan, tidak
ada pengubahan sudut pandang, dan tidak ada penafsiran yang berani. Misalnya, Turn
back no longer diterjemahkan menjadi “Jangan lagi melihat-melihat ke belakang”.
d. Imitasi (imitation)
Imitasi adalah suatu stratgei di mana penerjemah menulis ulang kata dalam naskah asli
apa adanya, biasanya untuk nama orang atau nama tempat.
e. Transkripsi (transcription)
Strategi ini dilakukan dengan cara menulis ulang penggunaan tertentu untuk memenuhi
fungsi tekstual akan bagaimana bahasa tersebut digunakan. Sebagai contoh, cara
pengucapan sebuah kalimat di dalam naskah asli dapat dicerminkan di dalam subtitling.
f. Pemampatan (condensation)
Strategi pemampatan dilakukan dengan cara naskah asli diringkas untuk mneghilangkan
ucapan-ucapan yang menurut subtitler tidak begitu penting. Namun demikian,
pemampatan terjemahan bisa membuat hilang efek pragmatik padahal maksud asli naskah
atau tokoh harus tersampaikan.
g. Desimasi (desimation)
Desimasi adalah pemampatan yang ekstrem. Biasanya dilakukan untuk menerjemahkan
tokoh yang sedang bertengkar hebat dengan kata-kata yang cepat.
h. Penghapusan (deletion)
Strategi ini mengandung maksud bahwa sebagian naskah asli dihapus dari terjemahannya
karena dipercaya bahwa bagian itu hanya tambahan yang tidak perlu. Perbedaan
pemampatan dan penghapusan adalah dalam pemampatan, tidak ada bagian yang
dihilangkan, hanya dimampatkan sedangkan dalam penghapusan ada bagian yang di
potong.
i. Penjinakan (taming)
Taming digunakan untuk menerjemahkan kata-kata yang kasar sehingga menjadi kata-kata
yang bisa diterima oleh pemirsa.
j. Angkat tangan (resignation)
Resignation dilakukan ketika tidak ditemukan solusi penerjemahannya dan makna pun
ikut hilang atau dengan kata lain „tidak diterjemahkan‟.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif,
artinya data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka-
angka. Kesesuaian ciri pendekatan kualitatif dengan penelitian ini juga terletak pada wujud
data yang dimiliki. Data dalam penelitian ini berupa unit terjemahan yang berwujud bentuk-
bentuk lingual (kata, frasa dan klausa).
Prosedur penelitian
a. Objek penelitian
Objek penelitian ini berupa terjemahan film Romeo and Juliet berbahasa Inggris
sebagai teks sumber dan subtitling (terjemahan film) Romeo and Juliet dalam bahasa
Indonesia sebagai teks target.
b. Sajian data dan cara pengumpulan data
Korpus data dalam kajian terjemahan ini adalah korpus bilingual pararel yang terdiri
dari teks lisan (bahasa sumber) yang diucapkan oleh para tokoh dalam film Romeo and
Juliet dan versi terjemahannya (subtitling) sebagai bahasa target. Data dalam penelitian ini
bersifat kualitatif kategorikal dengan pengertian bahwa data yang dikumpulkan berwujud
non-angka berupa bentuk-bentuk lingual yang dikelompokkan berdasarkan kategori
tertentu. Wujud data penelitian ini berupa representasi makna subtitling sebagai unit
terjemahan dalam bentuk-bentuk lingual yang terdapat dalam teks sumber dan
terjemahannya dalam teks target. Pengertian “unit terjemahan” dalam penelitian ini adalah
berkisar dari kata, melalui kolokasi, sampai pada klausa.
HASIL PENELITIAN
Pengaruh konteks situasi dan konteks budaya terhadap terjemahan film Romeo and Juliet
Bahasa selalu muncul dalam bentuk teks, karena bahasa dalam bentuk teks ini selalu
membawakan fungsi-fungsi sosial dari suatu proses sosial yang terdapat dalam suatu
masyarakat. Keberadaan bahasa sebagai teks selalu dikelilingi oleh lingkungannya, baik fisik
maupun non-fisik yang secara langsung mendukung keberadaan suatu teks; atau dengan kata
lain teks selalu berada di dalam konteksnya. Seperti yang telah dipaparkan di depan, terdapat
dua tipe konteks yakni konteks situasi dan konteks budaya/kultural yang selalu mendampingi
sebuah teks. Terdapat tiga variable dalam konteks situasi yakni medan (field), pelibat (tenor),
dan sarana (mode).
Contoh
(Diambil dari prolog oleh narrator di awal film)
BSu: Two households, both alike in dignity
In fair Verona where we lay our scene
From ancient grudge break to new mutiny
Where civil blood makes civil hands unclean
From forth the fatal loins of these two foes
A pair of star-crossed lovers take their life
Whose misadventured piteous overthrows
Doth with their death burry their parents‟ rage
Which, but their children‟s end, nought could remove
Is now the two hours‟ traffic of our stage
Deskripsi konteks situasi dari teks di atas bahwa teks tersebut merupakan prolog yang
muncul di awal cerita film Romeo and Juliet yang diucapkan secara lisan oleh narator sebagai
orang yang memperkenalkan kepada pemirsa tentang ringkasan cerita sebelum adegan-adegan
dalam film dimulai. Prolog tersebut ditayangkan melalui media TV kecil yang merupakan salah
satu media gambar dalam adegan film tersebut tanpa ada latar belakang apapun. Prolog tersebut
diucapkan dengan nada datar dan diiringi oleh alunan musik yang lembut dan menggema.
Sementara konteks budaya dalam teks di atas adalah bahwa pada dasarnya masyarakat luas di
penjuru dunia sudah tidak asing dengan kisah cinta Romeo and Juliet. Sebuah percintaan oleh
sepasang remaja yang mana mereka begitu tulus saling mencintai namun kedua orang tua
mereka saling bermusuhan dan menentang percintaan mereka. Sebuah percintaan yang berakhir
tragis dan diakhiri dengan kematian mereka sehingga masyarakat luas khususnya remaja yang
sedang jatuh cinta ingin mencintai pasangan mereka bagaikan “Romeo and Juliet” atau saling
mencintai sampai akhir hayat.
Terdapat suatu daya tarik tersendiri kalau kita perhatikan terjemahan dari teks di atas.
Pertama, terjemahan kata “dignity” yang diterjemahkan dengan kata “status”. Sebenarnya kata
“dignity” mempunyai padanan “honour and social rank” atau dalam bahasa Indonesia sepadan
dengan kata “martabat”, sementara kata “status” mempunyai makna “keadaan kedudukan orang,
badan, lembaga dan sebagainya” yang mengarah pada suatu peringkat/posisi tertentu. Kedua,
terjemahan frase “where we lay our scene” diterjemahkan menjadi “dimana kami bercerita”.
Terdapat perbedaan sudut pandang dalam terjemahan teks tersebut dimana pada teks sumber
sudut pandangnya adalah bahwa cerita tersebut dipentaskan di atas panggung karena memang
pada masa Shakespeare dulu drama tersebut dipentaskan di atas panggung dan terdapat
beberapa babak. Namun pada teks sasaran sudut pandang tertuju bahwa cerita tersebut tidak
mainkan di atas panggung namun di filmkan sehingga penerjemah menerjemahkannya menjadi
“dimana kami bercerita”. Ketiga, penerjemahan frase “civil blood” dan “civil hands” yang
masing-masing diterjemahkan menjadi “darah peradaban” dan “tangan peradaban”. Ada
perbedaan makna yang sangat mencolok terhadap dua frasa tersebut. Frase “civil blood”
mempunyai makna “the blood of fellow-citizens” atau dalam bahasa Indonesia sepadan dengan
kata “penduduk”, sedangkan kata “peradaban” mempunyai makna “kemajuan (kecerdasan,
kebudayaan) lahir dan batin”. Dengan demikian akan lebih tepat jika kedua frase tersebut
diterjemahkan menjadi “darah penduduk” dan “tangan penduduk”. Keempat, terjemahan
kalimat “From forth of the fatal loins of these two foes” yang diterjemahkan menjadi “ Dari
warisan dua tradisi”. Pada bahasa sumber mengandung maksud “parents who were enemies in
this fatal way” atau dalam bahasa Indonesia sepadan dengan “kedua orang tua yang saling
bermusuhan”. Di sini nampaknya konteks budaya sangat mempengaruhi penerjemahan kalimat
tersebut yakni adanya suatu tradisi di masyarakat dimana ketika suatu keluarga saling
bermusuhan, maka anggota keluarga yang lain akan mendukung permusuhan tersebut bahkan
sampai ke keturunan mereka tanpa memperhatikan akar permasalahan yang ada dan bahkan
tidak memperhatikan nyawa mereka demi martabat keluarga. Dengan demikian teks sumber
memandang bahwa permusuhan kedua keluarga tersebut sudah turun temurun. Kelima,
terjemahan kalimat “Is now the two hours traffic of our stage” yang diterjemahkan menjadi
“Akan mengisi acara kita selama dua jam”. Kalau kita perhatikan dengan seksama terjemahan
kalimat tersebut sangat dipengaruhi oleh konteks situasi khususnya variable “Medan (field)”.
“Medan” dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran sangatlah berbeda. Pada bahasa sumber,
cerita tersebut di pentaskan di atas panggung namun dalam bahasa sasaran cerita tersebut
ditayangkan dalam bentuk audiovisual sehingga kurang tepat seandainya diterjemahkan menjadi
“akan dipentaskan di atas panggung selama dua jam”.
b. Parafrase (paraphrase)
Berikut ini contoh strategi paraphrase.
1. Juliet : I‟ll look to like, if looking like move
Juliet :Aku akan melihatnya dulu untuk memastikan apa aku mencintainya
2. Juliet : O Romeo, Romeo. Wherefore art thou Romeo
Deny your father and refuse your name
Juliet : Romeo, O Romeo. Mengapa namamu Romeo
Sangkal ayahmu dan tolak namamu
Strategi parafrase terlihat pada contoh kalimat yang pertama yakni pada frase “if
looking liking to move” yang diterjemahkan menjadi “untuk memastikan apa aku
mencintainya”. Kalimat “I‟ll to look like, if looking liking move” mempunyai maksud
bahwa jika dengan memandang/melihat seseorang bisa menyebabkan seseorang
menyukainya, maka Juliet ingin melihat Paris dulu dengan harapan ia bisa menyukai Paris
seperti apa yang diharapkan oleh ibunya.
Pada contoh kalimat kedua, strategi parafrase terlihat pada kalimat “Whereforth
are you Romeo” yang diterjemahkan menjadi “Mengapa namamu Romeo”. Kalimat
Whereforth are you Romeo sama maksudnya dengan Why are you Romeo. Kalimat ini
diucapkan oleh Juliet dengan maksud kenapa ia jatuh cinta dengan seorang Montague.
Namun dalam konteks ini penerjemah menerjemahkannya dengan memparafrasekan
kalimat tersebut menjadi “Mengapa namamu Romeo”.
c. Transfer (Transfer)
Berikut ini contoh strategi transfer.
Romeo : Well what was yours?
Mercutio : That dreamers often lie
Romeo : Dan apa mimpimu?
Mercutio : Pemimpi sering berbohong
d. Imitasi (Immitation)
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh strategi imitasi.
1. Sampson : A dog of the house of Montague move me
Sampson :Anjing di rumah Montague membuatku marah
2. Narrator : In fair Veronna where we lay our scene
Narator : Di Verona yang indah dimana kami bercerita
Dari contoh-contoh di atas, pada bahasa sumber terdapat kata-kata yang merupakan
nama orang dan nama tempat. Untuk nama orang terlihat adanya kata Montague sementara
untuk nama tempat terdapat kata Veronna, gereja St.Peter. Kemudian penerjemah
menerjemahkan kata-kata tersebut dengan menulis ulang apa adanya ke dalam bahasa
sasaran, tanpa ada perubahan apapun baik secara lafal maupun tulisan. Kata-kata tersebut
oleh penerjemah diterjemahkan persis seperti dalam bahasa sumber, yakni menjadi
“Montague, Mercutio, Romeo, Paris, Veronna, gereja St. Peter.”
e. Transkripsi (Transcription)
Strategi transkripsi ini dilakukan dengan cara menulis ulang penggunaan tertentu
untuk memenuhi fungsi tekstual akan bagaimana bahasa tersebut digunakan. Akan tetapi,
dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya penggunaan strategi transkripsi.
f. Pemampatan (Condensation)
Berikut contoh strategi pemampatan dalam subtitling film Romeo and Juliet.
Nurse : Now, by my maidenhead at twelve years old. I bade her come.
What , lamb! What lady bird. God Forbid! Where is the girl?
Juliet
Nurse :Aku akan memanggilnya. Tuhan melarang. Juliet……
g. Desimasi (Desimation)
Berikut ini contoh strategi desimasi.
Tybalt : What, drawn, and talk of peace? I hate the word
Tybalt : Damai? Aku benci kata itu
h. Penghapusan (Deletion)
Berikut contoh terjemahan dengan strategi penghapusan.
Juliet : Come, gentle night; come loving, black-browed night
Juliet : Datanglah malam. Datanglah malam penyayang
Pada contoh di atas, penerjemah sengaja menghilangkan frase “black-browed”
pada terjemahannya. Frase tersebut mmerupakan penjelas dari kata “night” sehingga
membentuk noun phrase dimana kata “night” sebagai modifier dan frase “loving black-
browed” sebagai modifier/penjelas dari kata “night”. Namun, ada daya tarik tersendiri
pada terjemahan frase tersebut dimana menerjemah memadankan kata “lovely” menjadi
“penyayang” yang dalam konteks ini kurang berterima. Sebenarnya kata “lovely”
mempunyai padanan “bagus, menyenangkan, elok, indah”. Jadi secara keselurahan noun
phrase tersebut sebenarnya mempunyai makna “Datanglah malam kelabu yang indah.”
i. Penjinakan
Berikut ini contoh strategi penjinakan.
1. Lady Capulet : Fie, fie! What are you mad?
Lady Capulet : Sudah, hentikan
2. Romeo : Tush, thou are deceived
Romeo : Diam, pergilah kau
Baik contoh kalimat pertama dan kedua, keduanya-duanya diucapkan pada situasi
dimana penuturnya sedang marah hebat. Kemudian penerjemah menerjemahkan ucapan-
ucapan tersebut dengan strategi penjinakan agar lebih berterima di budaya sasaran. Secara
harfiah, pada kalimat pertama dapat diterjemahkan menjadi, “Hentikan, kau sudah gila”
sedangkan kalimat kedua “Enyahlah, kau pembohong”
j. Angkat tangan
Berikut ini contoh strategi angkat tangan.
Lady Capulet : Well, think of marriage now. Younger than you
Here in Verona, ladies of esteem
Are made already mothers
By my count, I was your mother much uon these years
Lady Capulet : -
Seingatku, aku melahirkanmu saat aku seusiamu
Pada contoh kalimat di atas terlihat jelas kalau penerjemah sengaja tidak
menerjemahkan kalimat “Well, think of marriage now. Younger than you. Here in Verona,
ladies of esteem are made already mothers”. Kalimat-kalimat tersebut diucapkan oleh
Lady Capulet manakala ia membujuk Juliet agar mau menikah dengan Paris yakni salah
satu pemuda kaya dan terhormat di kota Verona. Dengan tidak diterjemahkannya kalimat-
kalimat tersebut tentunya maknapun ikut hilang dan tak tersampaikan ke dalam bahasa
sasaran. Sebenarnya kalimat-kalimat tersebut dapat diterjemahkan menjadi “Berfikirlah
untuk menikah. Banyak gadis di Verona lebih muda darimu dan sudah menjadi ibu”.
KESIMPULAN
Dari analisis yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa makna sebuah teks ditentukan oleh konteks yang
melingkupi teks tersebut, baik konteks sitausi maupun konteks budaya. Ada tiga
komponen yang menyelubungi konteks situasi yakni, field (isi), mode/channel (teks
lisan/tulis) dan tenor/relation (hubungan antara pembicara-pendengar/pemirsa). Sementara
makna sebagai budaya menganggap bahwa budaya dan bahasa berbeda satu sama
lainnya maka makna linguistik suatu bahasa ditentukan oleh konteks budaya di mana
peristiwa bicara itu terjadi. Oleh karena itu, pemahaman lintas budaya harus dimiliki oleh
penerjemah film agar ia mampu menyampaikan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran dengan tepat.
2. Strategi-strategi terjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan film Romeo and Juliet
adalah strategi penambahan, parafrase, transfer, imitasi, pemampatan, desimasi,
penghapusan, penjinakan dan angkat tangan (resignation). Diantara kesembilan strategi
tersebut, strategi pemampatan yang paling dominan disebabkan karena terbatasnya ruang
dan waktu munculnya subtitling sehingga dalam subtitling haruslah „hemat terjemahan‟.
Karena harus hemat tejemahan ini, maka strategi yang sesuai adalah strategi pemampatan.
Selain itu penerjemah juga menggunakan beberapa strategi sekaligus untuk
menerjemahkan sebuah kalimat. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan penggunaan
strategi transkripsi
DAFTAR PUSTAKA
Basnnett, Susan and Andre Lefevere. 1995. Translation, History and Culture, USA: Cassell.
Bell, Roger T. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice. London: Longman.
Bordwell, Favid and Kristin Thompson. 1990. Film Art. USA: Mc Graw-Hill, Inc.
Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of TranslationI. London: Oxford University Press.
Cintas, Whereas. 2005. “The Viewer as the Focus of Subtitling”. Translation Journal. URL:
http://accurapid.com/journal/32film.htm. updated on:12/26/2010.
Gambier, Yves. 1993. “Audio Visual Communication: Typological Detour”. Teaching
Translation and Interpreting 2. Philadelphia: John Benjamin.
Halaman Judul i
Kata Pengantar iii
Sambutan Ketua Panitia iv
Sambutan Rektor Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo v
Daftar Isi vii
Keynote Speaker
Sistem Penjaminan Mutu Penelitian di Perguruan Tinggi xiii
Ali Mursyid Wahyu Mulyono, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat (LPPM) Univet Bantara Sukoharjo
3. Ipoviola (Ubi Jalar Ungu) sebagai Susu Prebiotik : Kajian Penambahan Jenis
Susu terhadap Sifat Kimia-Organoleptiknya
A. Intan Niken Tari, Catur Budi H, Sri Hartati, dan Suparjono ......................... 13 – 22
4. Penentuan Pemakaian Dosis Gula Jawa dan Tepung Ketan dalam Pembuatan
Dodol dari Kulit Pisang terhadap Selera Konsumen
Catur Rini S, Agustinus Supriyono, Veronika Unun Pratiwi, dan Sari
Handayani ............................................................................................................. 23 – 29
5. Kajian Dosis Pupuk NPK dan Macam Media Tanam terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness ).
Sudarmi dan A. Intan Niken Tari .................................................................... 30 – 37
vii
8. Analisis Terjemahan Film Inggris - Indonesia: Studi Kasus Terjemahan Film
“Romeo And Juliet” (Kajian tentang Strategi Penerjemahan)
Endang Dwi Hastuti, Nunun Tri Widarwati, Giyatmi, dan Ratih
Wijayava............................................................................................................... 57 – 66
10. Representasi Ideologi dalam Teks Lagu “Andai Aku Jadi Gayus”: Sebuah
Analisa Wacana tentang Ketidakberdayaan Masyarakat Kecil terhadap Hukum
Agustinus Supriyono, Veronika Unun Pratiwi, dan Sari Handayani ............ 76 – 82
12. Analisis Ketepatan Makna terhadap Perubahan Struktur Kalimat Aktif pada
Bahasa Sumber menjadi Struktur Kalimat Pasif pada Bahasa Sasaran dalam
Terjemahan Novel Harry Potter And The Order Of The Phoenix oleh Listiana
Srisanti
Nunun Tri Widarwati, Endang Dwi Hastuti, dan Arin Ariyanti .................. 92 – 102
14. Tingkat Kepuasan Pelayanan Wisata Kuliner Galabo (Studi di Gladag Langen
Bogan Solo)
Henny Sri Kusumati dan Iwan Ristanto .......................................................... 112 – 119
15. Pengembangan Model Segmenting, Targeting dalam Membidik Pasar yang Jitu
bagi Pasar Produk Unggulan UKM Kabupaten Sukoharjo
Joko Suryono, Purwani Indri Astuti, dan Hariyanto ....................................... 120 – 132
16. Analisis Minat Siswa Kelas XII SMA Melanjutkan Studi ke Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo Tahun 2010 (Studi Penelitian SMA di Sukoharjo)
Agus Sudargono, Muh Husyain Rifai, dan Mulyono ....................................... 133 – 139
viii
20. Peran Serta Masyarakat dalam Mengembangkan Pariwisata Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2011
Pranichayudha Rohsulina dan Muh. Husyain Rifai ........................................ 164 – 167
22. Korelasi Status Ekonomi, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar pada
Mahasiswa Semester 6 Program Studi Bahasa Inggris Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo
Dipa Nugraha Suyitno, Veronika Unun Pratiwi, dan Sari Handayani .......... 173 – 178
25. Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar
Nugraheni Retnaningsih, Catur Rini Sulistyaningsih, Sudarmi, dan Yos
Wahyu Harinta .................................................................................................. 191 – 194
26. Ibm Kelompok Tani Ternak Desa Selorejo Wonogiri Pemanfaatan Pekarangan
untuk Usaha Budidaya Cacing Tanah melalui Sentuhan Ipteks Sederhana
Engkus Ainul Yakin, Ali Mursyid Wahyu Mulyono, Ahimsa Kandi Sariri,
dan Wisnu Tri Husodo ....................................................................................... 195 – 200
28. Diklat Jurnalistik dan Motivasi Mengelola Majalah Sekolah Mediasi pada
OSIS SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo
Betty Gama, Nuryani Tri Rahayu, Joko Suryono, dan Hariyanto ................ 209 – 214
31. Pelatihan Pembuatan Proposal Penelitian Tindakan Tindakan Kelas (PTK) bagi
Guru-Guru SDN Karangtalun I dan SDN Karangasem 2 Kecamatan Tanon,
Kabupaten Sragen
Cucu Siti Sukonsih ............................................................................................ 228 – 231
ix
32. Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-Guru
Sekolah Dasar Negeri Dalangan 01 dan Sekolah Dasar Negeri Dalangan 02,
Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
Yuliani Sri Widaningsih, Muslikh, Muhadi, dan Ira Pramudha Wardhani 232 – 236
33. Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-Guru
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Wonogiri
MH. Sri Rahayu, Cucu Siti Sukonsih, Toni Harsan, Sri Wahyuni, dan
Devi Sri Giyanto ................................................................................................ 237 – 240
38. Pengolahan Nilai Mahasiswa dan Pelaporan Keuangan dengan Microsoft Ecxel
Darsini dan Ainur Komariah ............................................................................ 267 – 271
41. Aplikasi Pemipil Jagung Model Belt pada Kelompok Tani Ngudi Raharjo
Dusun Kasian, Desa Kerja Lor, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri
Nanang Unggul Prasetyo, Eka Andika, Ahmad Sugiharto, dan Ainur
Komariah ........................................................................................................... 284 – 288
42. Briket Arang Limbah Industri Tepung Aren sebagai Bahan Bakar Alternatif
Arwan Dwi Wardoyo dan Ainur Komariah ................................................... 289 – 294
43. Penerbitan dan Pemasaran Buku ”24 Jam Menguasai Aksara Jawa”
Bisri Nuryadi, Wahyu Al Hidayat Jati, dan Rohkhayati .............................. 295 – 299
x
44. Peluang Bisnis Pemanfaatan Limbah Botol Plastik menjadi Aneka Souvenir
Hajatan
Diana Mustika Sari dan Dadang Setiyawan ................................................... 300 – 305
xi
ISBN : 978-602-99172-5-3
Proceeding
SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
Sukoharjo, 7 Desember 2011
N BA
N
RA G
E
ET
U
N
R S I TA S V
NUS
A N TA
VE
RA
NI
U
SU
KOHARJO
Team Review:
Dr. Ir. Ali Mursyid Wahyu Mulyono, M.P
Purwani Indri Astuti, S.S., M.Hum
Suprapto, S.T., M.Eng
Utami Murwaningsih, S.Pd., M.Pd
Ir. A. Intan Niken Tari, M.P
Editor:
Ratih Wijayava, S.Pd., M.Hum.
Ainur Komariah, S.T.