Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Film merupakan salah satu media massa yang dipilih masyarakat untuk

menjadi sarana hiburan. Hal itu disebabkan karena film mampu memberikan sebuah

tayangan dalam bentuk audio dan visual. Selain itu, film juga berfungsi sebagai

media dalam menyampaikan pesan kepada khalayak yang luas secara bersamaan.

Pesan yang dihasilkan oleh karya-karya audio visual seperti film ini, akan

memudahkan khalayak untuk mengetahui beragam informasi yang disajikan.

Pembaharuan teknologi yang semakin canggih membuat film mulai diminati

oleh semua kalangan masyarakat dari anak-anak hingga dewasa. Esensi yang terdapat

pada film membuatnya terlihat semakin nyata dan menarik. Untuk meningkatkan

kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi oleh suara yang berupa dialog dan

musik. Dengan demikian, film mampu mengaktualisasi suatu kejadian sehingga

khalayak seakan-akan terbawa masuk dalam cerita (Susanto, 1982)

Film Indonesia indentik dengan film horror yang banyak mengandung konten

berbau pornografi, namun kini Kualitas film Tanah Air kian hari semakin membaik

film Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat signifikan, dimana film-film

Indonesia telah memiliki banyak genre yang beragam mulai dari action, komedi,

drama, Musikal, sejarah, hingga Science Fiction. Sehingga minat nonton masyarakat

1
terhadap film-film Indonesia pun meningkat terbukti dengan banyaknya film yang

menembus angka jutaan saat penayangan film. Banyak pula film Indonesia yang

merambah dunia Internasional, mulai dari penayangan di sejumlah Negara, masuk ke

dalam nominasi festival film Internasional, hingga memenangkan festival film

Internasional.

Seperti Film Dua Garis Biru karya Ginatri S. Noer yang sejak awal

penayangan terhitung telah ditonton oleh 2.538.473 warga Indonesia hingga akhir

penayangannya di bioskop. Tidak hanya di Indonesia, film Dua Garis Biru yang

launching pada 11 juli 2019 turut tayang di bioskop di sejumlah Negara di Asia

Tenggara, seperti di Negara Brunei Darussalam dan Malaysia film ini tayang pada 3

Oktober 2019, dan 10 Oktober di Negara Singapura. Dan turut meraih tiga

penghargaan dalam Festival Film Bandung (FFB) 2019 untuk kategori Penulis

Skenario Terpuji, Film Bioskop Terpuji dan Penata Artistik Terpuji.

Film Dua Garis Biru adalah film yang mengangkat isu hamil di luar nikah

dan sempat menuai kontroversi dan kecaman dari sebagian orang karena terdapat

beberapa adegan yang dianggap dapat merusak kaum muda Indonesia, namun banyak

pula yang mendukung film ini karena menganggap Film Dua Garis Biru dapat

mengedukasi mengenai Seks Pranikah, sejak meningkatnya presentase kasus remaja

perempuan yang hamil Di Luar nikah karena kurangnya pendidikan seks pada remaja,

baik itu oleh sekolah maupun oleh keluarga.

2
Hingga saat ini sudah ada jutaan kasus remaja perempuan yang mengalami

kehamilan diluar nikah dan jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyak

pula remaja usia sekolah yang harus menikah karena hamil diluar nikah, sehingga

menyebabkan mereka harus putus sekolah, dan pernikahannya pun berantakan

dikarenakan kurangnnya kesiapan mental untuk menikah. Semua ini terjadi

dikarenakan kurangnya pendidikan tentang seks dan tabunya pembicaraan mengenai

seks di lingkungan terdekat seperti keluarga.

Dalam membuat Film ini, Ginatri S. Noer yang berharap agar film Dua Garis

Biru dapat membuat penonton lebih memahami tentang pentingnya edukasi seks

sejak dini, dan membuka pikiran kita bahwa pendidikan seks bukanlah hal yang tabu

untuk dibicarakan dengan keluarga. Ginatri S. Noer juga menyisipkan beberapa

adegan-adegan yang berisi tanda memiliki makna dibaliknya.

Penelitian ini merupakan analisis semiotika Representasi Kehamilan Di Luar

Nikah karya Ginatri S. Noer yang berjudul Dua Garis Biru. Analisis semiotika

digunakan untuk menganalisa unsur-unsur seperti mimik wajah, gerak tubuh, alur

cerita, kata yang digunakan, simbol pakaian, beserta simbol yang lainnya yang ada di

dalam potongan gambar dalam film Dua Garis Biru. Melalui analisa berbagai unsur

tersebut akan diketahui Representasi pernikah usia dini dalam film dua garis biru.

Fokus penelitian ini adalah bagaimana interpretasi terhadap makna tanda yang ada di

film Dua Garis Biru. Sehingga penelitian ini berjudul: ANALISIS SEMIOTIKA

3
FILM DUA GARIS BIRU (Representasi Kehidupan Pernikahan Usia Dini dalam

film Dua Garis Biru Karya Ginatri S.Noer).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut.

Bagaimana Representasi Pernikahan Usia Remaja dalam film Dua Garis Biru Karya

Ginatri S.Noer?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan peneliti melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Mengetahui lebih dalam mengenai Representasi Pernikahan Usia Dini dalam film

Dua Garis Biru Karya Ginatri S.Noer.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan Tujuan Penelitian yang dicapai diatas, terdapat manfaat

penelitian.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru mengenai analisis

semiotika bagi peneliti selanjutnya.

4
b. Manfaat Praktis

1. Sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Universitas Subang.

2. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman

dalam memaknai pesan yang disampaikan dalam sebuah karya, khususnya

film.

Anda mungkin juga menyukai