Vasa Anatomi
Vasa Anatomi
REGIO ORAL
Region oralis di sebelah atas dibatasi tepi bawah hidung, di sebelah lateral oleh plica
nasolabialis dan di sebelah bawah oleh tepi bawah dagu. Daerah di bawah celah mulut
(rima oris) yaitu labium inferius (bibir bawah) dan dagu (region mentalis) dibagi oleh
silcus mentolabialis.
Bentuk region oralis ditetapkan oleh bibir, processus alveolaris maxillae, mandibular
dan letak dentes incisive.
Labium superius dan labium inferius membatas rima oris.Kedua labium itu pada
anggulus oris (sudut mulut) saling berhubungan yang disebut commissura labiorum.
1. LABIUM
Bibir adalah jaringan berotot yang dilapisi kulit disebelah luar dan tunica
mucosa di sebelah dalam. Daerah pertemuan tunica mucosa dan kulit ini disebut
juncture mucosa yang berwama kemerah-merahan dan merupakan garis katupan dari
kedua bibir yang menutup.
Susunan bibir dari luar kedalam adalah:
a. Kulit
b. Tela subcutanea
c. M. orbicularis oris
d. Tunica submucosa (yang mengandung glandula labialis dan neurovasculer bibir).
e. Tunica mucosa yang dilapisi oleh epithelium squamous complex.
Zona kulit bibir dilapisi oleh epidermis dengan rambut, kelenjar sebacea dan
sudorifera.Perbatasannya dengan daerah merah bibir menonjol sebagai tepi bibir yang
dibentuk oleh bagian yang menonjol keluar dari spinchter oris. Struktur ini berfungsi
untuk membelokkan bibir ke dalam dan membantu menutup bibir dengan rapat.
Daerah merah bibir tidak jelas perbatasannya dengan zona mukosa. Di daerah
merah bibir kornifikaasi dan pigmentasi berkurang sehingga kulit mudah kering. Di
daerah tersebut warna darah yang merah terlihat melalui epithel karena kapiler-kapiler
papilla yang tinggi pada jaringan ikat berada dekat dengan permukaan epithel.
Perubahan warna darah menjadi hitam yang terjadi pada keadaan kekurangan oksigen
(sianosis).Perubahan itu jelas terlihat pada daerah merah bibir ini. Papilla jaringan
ikat memperkuat perpaduan epithel dan jaringan ikat. Pada 50 % orang dewasa di
daerah perbatasan antara daerah merah bibir dan mucosa terdapat kelenjar sebacea
yang hanya timbul pada pubertas.
Labium membatasi rima oris kedua labium bertemu di sudut bibir membentuk
angulus oris. Bagian dalam bibir dilekatkan pada gusi dengan lipatan mucosa yang
disebut fenulum labialis. Di atas labium superius terdapat alur vertical di linea
mediana yang disebut philtrum.
Neurovasculer bibir dilakukan oleh :
a. Rr. labialis a. facialis dimana membentuk circulus arteriosus.
b. Sensoriknya dari n. V, yaitu:
n. infraorbitalis n. maxillaris untuk bibir atas.
n. mentalis n. alveolaris inferior n. mandibularis untuk bibir bawah,
sedangsudut mulut oleh n. buccalis n. mandibularis.
c. Motoriknya dari n. VII (otot mimik sekitar mulut).
Lymphe
Lymphe dari daerah bibir atas akan dicurahkan ke Inn. submandibularissedang
yang dari bibir bawah dicurahkan Inn. Submentalis.
Klinik
Bibir atas dibentuk oleh pertumbuhan processus maxillaris arcus pharyngeus
pertama pada masing-masing sisi ke arah medial. Akhirnya, processus maxillaris
saling bertemu di garis tengah dan bersatu, juga dengan processus nasalis
medialis.
Bibir bawah dibentuk processus mandibularis arcus pharyngeus pertama masing-
masing sisi. Processus ini tumbuh ke arah medial di bawah stomadeum dan
bersatu di garis tengah untuk membentuk bibir bawah.
Apabila fusi tersebut tidak terjadi atau gagal maka terjadilah celah atau cleft.
Dengan demikian dalam klinik akan diketemukan berbagai macam variasi cleft
yaitu:
a. Labioschisis unilateralis / cheiloschisis unilateral
b. Labioschisis bilateralis / cheiloschisis bilateral
c. Labioschisis uni/bilateralis incompletes
d. Labioschisis uni/bilateralis completus
e. Palatoschisis incompletes
f. Palatoschisis completes
g. Labiopalatoschisis
h. Labiognatopalatoschisis
i. Prosopochisis
2. BUCCAE
Buccae merupakan dinding berotot yang membentuk wajah bagian lateral kedepan ia
melanjutkan menjadi bibir dan daerah hubungan pipi dan bibir ini ditandai dengan
sulcus nasolabialis yang membentang dari sisi hidung hingga sudut mulut.
Susunan lapisan penyusun buccae dari luar ke dalam adalah:
a. Kulit
b. Tela subcutanea
c. M. zygomaticus major, M. risorius, ductus parotideus Stensoni, glandula
molarisdan neurovasculer pipi
d. Fascia buccopharyngea
e. M. buccinator
f. Tela submucosa yang mengandung glandulla buccalis
g. Tunica mucosa yang dilapisi dengan epithel squamous complex.,
Buccal of fat (lemak v. Bechat) adalah massa lemak yang terbungkus terletak
pada bagian luar buccinators serta pada lekukan/recessus yang terletak antara
buccinators dan m. masseter dan rumus mandibulae. Lemak ini memberikan bentuk
pipi yang membulat.Pada bayi dan anak relative lebih besar daripada dewasa.Fungsi
lainnya untuk memperkuat pipi sewaktu menyusu.
Gerakan pipi sangat penting pada mastication, karena dengan kontraksi m.
buccinators, maka vestibulum oris diperkecil dan ini berakibat mendorong makanan
ke dalam cavum oris proprium.Selain itu gerakan pipi juga dibutuhkan pada
saatmeniup.Selain m. buccinator yang merupakan penggerak utama, dibantu juga
olehm. orbiculais oris dan otot mimik yang melekat pada bibir.
Neurovasculer pipi dilakukan:
a. rr. buccales m. fascialis
b. n. infraorbitalis, n.buccafis, n. mentalis
c. n. fascialis
3. CAVUM ORIS
Cavum oris termasuk region oralis. Selain diliputi oleh kulit, otot mimic, mucosa,
covum oris juga dilindungi oleh tulang. Adapun tulang-tulang yang ikut membentuk
cavum oris adalah palatum dan mandibular.
Cavum oris adalah suatu ruangan yang merupakan bagian terdepan dari tractus
digestivus dan articulasi suara/ bicara yang mempunyai batas-batas:
Anterior : labium superius et inferius.
Posterior : isthmus faucium yang menghubungkan dengan oropharynx.
Lateral : buccae, processus alveolares mandibulae et maxillae.
Superior : palatum
Inferior :diaphragm oris.
Cavum oris dibagi menjadi dua, vestibulum oris dan cavum oris proprius.
a. Vestibulum Oris
Batas – batasnya :
Anterior : labium superior et inferior
Lateral : buccae
Medial : dentes dan gingiva
Atap dan dasar: buccae
Vestibulum oris
Dunia luar melalui rima oris
Cavum oris (apabila gigi-gigi masih lengkap) melalui lubang kecil dibelakang
gigi molar tiga bila gigi daiam keadaan occlusi.
Bila mulut terbuka maka hubungan dengannya menjadi bebas diantara gigi atas dan
gigi bawah.
Semua bagian vestibulum oris dilapisi oleh tunica mucosa yang ditengah-tengah
membentuk pelipatan mediana antara bibir dengan gusi yang disebut frenulum
labii.
Ductus parotideus Stensoni bermuara pada vestibulum oris di belakang corona
molar dua atas, sedang glandula buccalis dan labialis yang terletak pada lapisan
submuccosa bibir dan pipi, bermuara kedalam vestibulum oris. Demikian juga
halnya dengan glandulamolar yang terletak pada fascia buccopharyngea bermuara
kedalam vestibulum oris.
b. Cavum Oris Propius
Dibatasi oleh:
Anterolateral : gigi gusi dan arcus alveolaris rahang
atap : palatum durum dan molle
Dasar : diaphragma oris
Posterior : diaphragma oris
Isthmus faucium itu sendiri merupakan lubang penghubung cavum oris dengan
oropharynx, yang mempunyai batas-batas sebagai berikut:
superior : palatum molle
inferior : radix lingua
lateral : arcus palatoglossus.
Contoh penulisan:
incisivus lateral atas kanan: II Atau i2
Urutan erupsi I, II, III, IV, V. Pada kira-kira umur dua belas tahun semua dentes
decidui telah tanggal terutama oleh karena resorbsi pada radixnya yang
berhubungan dengan dentes permanents.
g. Gigi tetap (dentes permanentes)
Gigi tetap mulai timbul dalam rongga mulut pada kira-kira urnur enam tahun dan
berakhir kira-kira umur 16-30 tahun. Jumlah gigi tetap 32, yaitu delapan dalam
setiap kuadran, yaitu dua dens incisivus, satu dens caninus, dua dens premolaris
dan tiga dens molaris.
Rumus 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Atau M M M M
M1 P2 P1 C I2 I1 I1 I2 C P1 P2 M3
3 3 1 2
M M M M
M1 P2 P1 C I2 I1 I1 I2 C P1 P2 M3
3 3 1 2
Contoh penulisan:
Gigi molar pertama atas kanan : M1 Atau 6
Gigi tetap yang pertama kali bererupsi adalah gigi keenam dalam arcus dentalis
(dens molaris pertama) pada kira-kira umur enam tahun, sebelum ada salah satu
gigi susu yang tanggal. Urutan-urutan erupsi bermacam macam, tetapi biasanya
mulai dari gigi 6 kemudian 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8.
Dalam ilmu kedokteran kehakiman dan arkeologi, gigi dan tulang dapat
digunakan mengidentifikasi (memperkirakan umur seorang).
Istilah oklusi digunakan untuk setiap hubungan fungsional yang ada yaitu ketika
gigi atas dan bawah saling bertemu.
h. Neurovasculer
Neurovasculer gigi dilakukan oleh :
a/v/n alveolaris superior anterior (gigi C dan I atas)
a/v/n alveolaris superior media (Ml dan P atas)
a/v/n alveolaris superior posterior (M2, M3 atas)
a/v/n alveolaris inferior (M dan P bawah)
r. incisivus a/v/n alveolaris inferior (C dan I bawah)
Neurovasculer gingival
a/v/n buccinator dan n. buccalis
r. labialis a/v/n infraorbitalis
n. palatinus major
n. nasopalatinus
B. CAVUM NASI
1. INNERVASI DAN VASCULARISASI
a. Vascularisasi
Bagian bawah rongga hidung mendapat Vascularisasi dari cabang a. maxillaris
interna, diantaranya adalah ujung a. palatina major dan a. sphenopalatina yang keluar
dari foramen sphenopalatina bersama n. sphenopalatina dan memasuki rongga hidung
dibelakang ujung posterior concha media.Bagian depan hidung mendapat
Vascularisasi dari cabang-cabang a. facialis. Pada bagian depan septum nasi terdapat
anastomosis antara r. septalis dari r. labialis superior a. facialis dengan a.
sphenopalatina membentuk plexus yang disebut plexus Kiesselbach (little area), yang
merupakan tempat paling sering terjadi epistaxis.
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan
arterianya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. opthalmica
yang berhubungan dengan sinus cavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki
katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi
sampai ke intracranial.
b. Innervasi
1) Serabut afferent (cabang n. trigeminus menghantarkan rangsang di concha nasalis
superior;
- Sebagai rangsang raba tekanan
- Sebagai rangsang rasa sakit
Serabut afferent tersebut adalah :
- N. ethmoidalis (n. opthalmicus)
- N. nasopalatinus (n. maxillaries)
2) Syphatis dan parasympathis
Dari n. VII (untuk sekresi kelenjar), yaitu :
- N. petrosus superficialis major (v. dilatesi)
- Plexus caroticus (v. caroticus)
3) Sel-sel olfactorius:
Neuron bipolar — bulbus olfactorius menembus lamina cribrosa -> n. olfactorius
ke belakang sebagai tractus olfactorius.
Neurit-neurit di sel olfactorius (neuron bipolar) membentuk filae olfactoria yang
meninggalkan cavum nasi lewat lubang-Iubang di dalam lamina cribrosa untuk
berakhir pada bulbus olfactorius, ke belakang sebagai tractus olfactorius.Pecahan
pada dasar fossa cranii anterior dimana lamina cribrosa ikut pecah dapat
mengganggu fila olfactoria.
c. System limfatik
Suplai limfatik hidung amat kaya dimana terdapat jaringan pembuluh anterior
dan posterior. Jaringan limfatik anterior kecil dan bermuara di sepanjang pembuluh
facialis yang menuju leher.Jaringan ini mengurus hampir seluruh bagian anterior
hidung sampai vestibulum dan daerah preconcha. Jaringan limfatik posterior
mengurus mayoritas anatomi hidung, menggabungkan ketiga saluran utama di daerah
hidung belakang sampai saluran superior, media dan inferior. Kelompok superior
berasai dari concha media dan superior dan bagian dinding hidung juga berkaitan,
berjalan di atas tuba eustachius dan bermuara pada kelenjar limfe
retropharingea.Kelompok media, berjalan di bawah tuba eustachius, mengurus
concha inferior, meatus inferior dan sebagian dasar hidung, dan menuju rantai
kelenjar limfe jugularis. Kelompok inferior berasai dari septum dan dasar hidung,
berjalan menuju kelenjar limfe di sepanjang pembuluh jugularis interna.
SINUS PARANASALIS
Sinus paranasalis merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
berbentuk rongga di dalam tulang. Ada 4 pasang sinus paranasalis mulai dari yang terbesar
yaitu:
Sinus maxillaris (anthrum Highmori)
Sinus frontalis
Sinus ethmoidalis
Sinus sphenoidalis
Secara embriologi sinus paranasalis berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung.
Perkembangan sinus dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sphenoidalis dan sinus
frontalis. Saat anak lahir sinus maxillaris dan sinus ethmoidalis telah ada, sedangkan sinus
frontal baru berkembang pada anak yang berusia 8 tahun. Sinus-sinus ini umumnya mencapai
besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun. Mukosa sinus merupakan lanjutan mukosa
rongga hidung yaitu epitel toraks bertingkat semu bersilia yang mengandung sel goblet.
Mukosa sinus berperan sebagai pertahanan terhadap infeksi melalui 2 hal, yaitu produksi
palut lendir dan daya pembersihan silia.
1. SINUS MAXILLARIS
Merupakan sinus paranasal yang terbesar dan berbentuk segitiga. Memiliki dinding
lapisan sebagai berikut:
- Anterior : permukaan fasial os maxilla yang disebut fossa canina
- Posterior : permukaan infratemporal maxilla
- Medial : dinding lateral rongga hidung
- Superior : dasar orbita
- Inferior : processus alveolaris dan palatum ,
Ostium sinus maxillaris berada di dinding medial sinus selanjutnya bermuara ke
hiatus semilunaris melalui infundibulum ethmoid. Infundibulum ethmoid adalah
bagian di sinus ethmoidalis anterior yang berada tepat sesudah ostium sinus
maxillaris. Infundibulum dibatasi oleh processus uncinatus.
Susunan anatomi sinus maxillaris punya beberapa kelemahan, yaitu:
Dasar sinus maxillaris lebih rendah dari dasar rongga hidung
Ostium sinus maxillaris terletak jauh tinggi di atas dasar sinus, sehingga drainase
sangat tergantung gerak silia.
Dasar sinus maxillaris dan akar gigi rahang atas hanya dipisahkan oleh tulang yang
tipis.
Sinusitis maxillaris mudah berkomplikasi ke orbita melalui lamina papyracea yang
tipis.
Neurovasculer
N. alveolaris superior (posterior, media dan anterior)
A / V / N. infra orbitalis
A/V. facialis
2. SINUS FRONTALIS
Merupakan satu-satunya sinus yang tumbuh paling akhir. Secara embriologi
sinus ini sebetulnya merupakan perluasan dari cellulae ethmoidalis anterior tetapi
topographis merupakan sinus pada os frontale (dalam glabella).
Ada 2 kanan kiri yang seringkali asimetri yang satu lebih besar daripada yang
lain, kadangkala karena besarnya dapat melampaui linea mediana dan bahkan saling
tumpang tindih dengan sisi yang lain.
Hubungan dengan cavum nasi dapat melalui ductus nasofrontale yang sempit
atau langsung melalui meatus nasi media pada bagian anterior dari hiatus semilunaris.
Hubungan dengan fossa cranialis anterior dan cavum orbita mempunyai arti klinik
yang penting mengingat tulang pemisah di antara kedua pihak begitu tipis sehingga
mudah perforasi.
3. SINUS SPHENOIDALIS
Merupakan rongga dalam corpus ossis sphenoidalis yang terletak di atas
cavum nasi dan nasopharynx dan di bawah fossa cranii media. Ada 2 kanan kiri yang
dipisahkan oleh septa tulang, umumnya baik sinus maupun septumnya asimetris
dengan bentuk bervariasi. Sinus ini membuka ke dalam recessus sphenoethmoidalis
yang terletak di atas dan di belakang concha nasalis superior. Ostium sphenoidalis ini
letaknya pada dinding posterior dari recessus dan kadangkala malah pada dinding
occipitalis.
Topographinya sangat penting, yaitu :
- Inferior : nasopharynx, cavum nasi bagian posterior dan canalis
pterygoideus dengan neurovasculer yang melaluinya
- Anterior : bagian superior cavum nasi tengah dengan sinus
ethmoidalis posterior.
- Lateral : N. opticus dalam foramen opticum dan bagian apex
orbita. Sinus cavernosus dimana pada dindingnya
terdapat a. carotis interna, n.III, IV, VI, dan N.
maxillaris. sewaktu berjalan di bawah sinus
cavernosus dan sewaktu berjalan di dalam foramen
rotundum.
- Superior : lobus frontalis cerebri dan tractus olfactorius,
chiasma nervi optici,hypophysis, pons dan a. basilaris
Neurovasculer:
- A / V / N. ethmoidalis posterior
- A. carotis interna
- r. orbitalis ganglion pterygopalatinum
- lymphe ke Inn. Retropharyngeum
4. SINUS ETHMOIDAHS
Merupakan rongga-rongga kecil yang saling berhubungan satu sama lain pada
labyrinth ethmoidalis maka disebut cellulae ethmoidalis.
Topography:
- Lateral : cavum orbita
- Medial : separuh bagian atas cavum nasi
- Posterior : sinus sphenoidalis dan sinus frontalis
- Inferior : meatus nasi superior dan media
Beberapa bagian tulang menyempurnakan sinus ini, yaitu lamina orbitalis os frontale
(superior), concha sphenoidalis dan processus orbitalis ossis palatina (posterior) dan
os lacrimalis (anterior).
Sinus ini karena dasar variasi lubang-lubang keluarnya maka dibagi 2 kelompok,
yaitu:
Cellulae ethmoidalis anterior yang dibagi lagi menjadi:
- Recessus ethmoidalis frontalis : genetis berhubungan erat dengan sinus
frontalis, jumlah 3 sampai 4 cellulae lubang keluarnya adalah melalui recessus
frontalis meatus nasi media.
- Cellulae ethmoidalis anterior : lubang keluarnya ke dalam infundidulum
ethmoidalis, jumlah 1 sampai 7 cellulae.
- Bullae ethmoidalis (cellulae ethmoidalis bullaris) : lubangnya langsung ke
meatus nasi media baik pada atau di atas bulla ethmoidalis, jumlah berkisar 1
sampai 6 cellulae.
Cellulae ethmoidalis posterior
Lubang keluarnya adalah meatus nasi superior, jumlah 1 sampai 7 cellulae karena
sinus ini dipisahkan oleh orbita hanya oleh tulang tipis (lamina papyracia) maka
infeksi hebat di sini dapat ke orbita sehingga dapat timbul cellulitis orbita, bahkan
dapat juga mengenai n. II sehingga terjadi retrobullar neuritis.
Neurovasculer
- A / V / N. ethmoidalis anterior dan posterior
- R. nasalis lateralis posterior a. sphenopalatina
- R.nasalis lateral posterior dan r.ascendens ganglion pterygopalatinus
(sphenopalatinus).
C. PHARYNX
Pharynx merupakan suatu tubulus musculo membranosa, yang di bagian
dalamnya dilapisi oleh tunica mucosa. Pharynx merupakan bagian dari systema
digestivus, terletak di belakang dari cavum nasi, cavum oris dan larynx.
1. EMBRYOLOGI
Pada awal kehidupan embryo bagian atas dari foregut terpisah di sebelah
lateral dari permukaan ectoderm oleh adanya 5-6 arcus pharyngeus.
Arcus pharyngeus mulai terlihat selama 4 minggu kehidupan. Arcus
pharyngeus pertama dan kedua di setiap sisi masing-masing disebut sebagai arcus
mandibularis atau arcus hyoideus. Arcus pharyngeus pertama dan kedua ini
berkembang lebih baik daripada arcus pharyngeus yang lainnya. Setiap arcus
merupakan kondensasi dari mesodermal, tempat cartilago dan otot tumbuh. Di antara
arcus yang saling berurutan, lapisan entodermal akan melapisi foregut dan menonjol
ke lateral sebagai suatu deretan dari saccus pharyngeus, yang akan bersinggungan
dengan satu deretan pertumbuhan yang dangkal dari ectodermal, yang dikenal sebagi
sulcus pharyngeus. Saccus pharyngeus yang setiap sisi berjumlah 4-5 buah selama
kehidupan empat minggu akan tumbuh berbagai struktur yang sangat penting.
Tersebut di bawah ini ditunjukkan organ-organ yang berasal dari saccus pharyngeus.
2. NASOPHARYNX
Nasopharynx disebut juga sebagai epipharynx. Nasopharynx merupakan
bagian dari pharynx yang terletak paling cranial, tepatnya di bagian belakang dari
cavum nasi. Baik cavum nasi maupun nasopharynx keduanya secara fungsional
berperan dalam systema respiratoria. Nasopharynx berhubungan dengan oropharynx
melalui isthmus pharyngeus atau hiatus nasopharyngeus, yang dibatasi oleh palatum
molle, arcus palatopharyngeus dan dinding dorsal pharynx. Isthmus pharyngeus ini
akan menutup pada saat menelan. Choanae adalah lubang penghubung antara
nasopharynx dengan cavum nasi.
Seperti halnya cavum nasi, ruangan di nasopharynx selalu terbuka oleh karena
dindingnya (kecuali palatum molle) selalu dalam keadaan tetap.
a. Atap dan dinding posterior nasopharynx
Atap dari nasopharynx disebut pula sebagai fomix pharyngis, dan dinding
posterior nasopharynx akan melekat pada facies inferior corpus ossis sphenoidalis
dan pars basilaris ossis occipitalis. Suatu massa jaringan lymphoid yang terdapat
di membrana mucosa dinding posterior nasopharynx disebut sebagai tonsilla
pharyngealis (adenoidea). Pembesaran dari tonsilla pharyngea ini dikenal sebagai
hipertrofi adenoid yang dapat membuat buntu tractus respiratorius sehingga
menyebabkan bernafas melalui mulut dan mempengaruhi pertumbuhan wajah.
Tonsilla pharyngealis ini banyak terlihat pada anak-anak dan akan mengecil saat
pubertas.
b. Dinding lateral nasopharynx
Di setiap dinding lateral nasopharynx dijumpai adanya ostium pharyngeum
tubae auditivae.
Lubang ini terletak kira-kira 1-1 ½ cm :
1) Di bawah atap dari nasopharynx
2) Di depan dari dinding posterior pharynx
3) Di atas dari palatum dan
4) Di belakang dari concha nasalis inferior dan septum nasi.
Ostium phryngeum tubae auditivae ini dibatasi di sebelah atas dan
belakangnya oleh suatu peninggian yang disebut torus tubarius. Torus tubarius
dibentuk oleh pars cartilaginea tubae. Plica dari membrana mucosa yang
berjalan descendens dari torus tubarius ini menuju ke palatum, disebut sebagai
plica salpingopalatina.
Sedangkan plica torus levatorius adalah plica yang disebabkan oleh adanya
m.levator veli palatini, yang berjalan dari osteum pharyngeum tubae auditivae
menuju ke palatum molle. Bagian dari cavum pharyngis yang terletak di sebelah
dorsal dari torus tubarius disebut sebagai recessus pharyngeus. Recessus
pharyngeus ini membentang ke arah dorsal dan lateral, terletak antara m. longus
capitis disebelah medial dan m. levator veli palatini di sebelah lateral. Jaringan
limphoid yang kadang-kadang terdapat di membrana mucosa di recessus
pharyngeus ini disebut sebagai tonsilla tubaria.
c. Tuba Auditiva Eustachius
Tuba auditiva ini disebut juga sebagai tuba pharyngotympanicus, yaitu suatu
liang penghubung antara nasopharynx dan cavum tympani. Tuba auditiva ini
berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara luar dengan tekanan di dalam
cavum tympani.
Membrana mucosa di tuba auditiva ini merupakan lanjutan dari membrana
mucosa pharynx, yang kemudian akan melanjutkan ke dalam cavum tympani.
Oleh karenanya, infeksi dari pharynx dapat merembet ke dalam auris media
dengan melalui tuba auditiva ini. Tuba auditiva ini membentang ke dorsolateral
atas kira-kira 3 - 4 cm panjangnya.
Tuba auditiva ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Pars cartilaginea tubae
Pars cartilaginea tubae ini dapat disebut sebagai diverticulum
pharyngeum. Pars cartilaginea tubae ini terletak di facies inferior dari basis
cranii, terletak dalam suatu cekungan antara alae magna ossis sphenoidalis
dan pars petrosa ossis temporalis.
Membrana mucosa dari pars cartilaginea tubae ini tersusun atas epithel
pseudocomplex columnair bercilia. Tuba ini di sebelah lateral berbatasan
dengan m. tensor veli palatini, n. mandibularis dan a. meningea media. Di
sebelah medial berbatasan dengan m. levator veli palatini dan recessus
pharyngeus.
Pars cartilaginea tubae ini selalu dalam keadaan tertutup, yang
mungkin disebabkan oleh adanya jaringan elastis di situ.Tetapi pada saat
menelan dan bersin, pars cartilaginea tubae ini baru terbuka untuk mencegah
kenaikan tekanan di auris media.
Mekanisme perubahan dari pars cartilaginea tubae terjadi secara pasif
maupun secara musculair. Apabila bersifat musculair, hal ini terjadi oleh
kerja dari m. tensor veli palatini. Tuba auditiva ini (terutama yang pars
cartilaginea) dapat tertutup sama sekali oleh adanya oedema dari membrana
mucosa, misalnya terjadi pada influenza.
Dalam suatu ketinggian tertentu, misalnya saat mendaki gunung atau
saat naik pesawat terbang tekanan udara menjadi menurun, sehingga
udara di dalam cavum tympani menjadi mengembang, yang menyebabkan
membrana tympani terdorong ke lateral. Dalam keadaan tidak menelan,
kenaikan tekanan udara di dalam auris media dapat mendorong membukanya
tuba auditiva dengan ditandai munculnya suara klik.
Sebaliknya pada saat berjalan turun, tekanan udara menjadi semakin
tinggi, sehingga akan mempengaruhi atau menekan membrana tympani,
sehingga pendengaran untuk sementara terganggu. Tekanan udara yang
terdapat di sebelah luar dari membrana tympani yang tinggi tersebut dapat
diseimbangkan dengan tindakan menelan atau bersin yang dapat
membukakan tuba auditiva.
2) Pars ossea tubae
Pars ossea tubae ini merupakan pelebaran ke depan dari cavum
tympani yang sering disebut sebagai protympanum. Pars ossea tubae ini
berada di daerah semicanalis pars petrosa ossis temporalis dan karenanya
pars ossea tubae ini sering dianggap sebagai bagian dari area pneumatisasi
ossis temporalis. Pars ossea tubae ini dapat dijumpai di bagian bawah dari
cranium yang terletak antara pars petrosa ossis temporalis dan lanjutan ke
bawah dari tegmen tympani. Pars ossea tubae ini akan dilapisi oleh
membrana mucoperiosteum, yang tersusun atas epithel cuboid tak bercilia.
Pars ossea tubae ini di sebelah cranial berbatasan dengan semicanalis m.
tensoris tympani, dan sebelah anterolateral berbatasan dengan pars tympanica
ossis temporalis sedang arah posteromedial berbatasan dengan canalis
caroticus.
3. OROPHARYNX
Oropharynx disebut pula sebagai mesopharynx. Oropharynx membentang dari
setinggi palatum molle di sebelah cranial sampai ke tepi atas dari epiglottis di sebelah
caudal. Oropharynx ini ke ventral akan berhubungan dengan cavum oris melalui
isthmus faucium, yang dibatasi oleh :
Cranial : palatum molle
Lateral : arcus palatoglossus dan
Caudal : radix linguae
Di daerah isthmus faucium, terlihat adanya suatu lingkaran jaringan lymphoid
yang tersusun atas rangkaian dari:
Cranial : tonsjlla pharyngealis (adenoidea)
Lateral : tonsilla palatina
Caudal : tonsilla lingualis
Lingkaran jaringan lymphoid ini sering kali dianggap sebagai barrier terhadap
perembetan proses infeksi, tetapi fungsi yang sesungguhnya dari jaringan lymphoid
ini masih belum banyak diketahui.
Membrana mucosa yang menutupi epiglottis akan melanjutkan diri untuk
melapisi radix linguae. Membrana ini kemudian disebut sebagai membrana
glossoepiglottica.
Penebalan dari membrana glossoepiglottica di linea mediana membentuk plica
glossoepiglottica mediana, sedangkan penebalan di sebelah lateral kanan dan kiri
disebut sebagai plica glossoepiglottica laterale.
Plica yang terakhir ini sering disebut sebagai plica pharyngoepiglottica oleh
karena membrana dari epiglottis ini menuju ke dinding lateral pharynx. Suatu
cekungan yang dibatasi antara plica glosso-epiglottica mediana dan plica
glossoepiglottica laterale kanan dan kiri disebut vallecula epiglottica. Ke arah
posterior, oropharynx berbatasan dengan corpus vertebrata cervicalis ke - 2 dan ke -3.
Setiap dinding lateral oropharynx di jumpai arcus palatoglossus dan arcus
palatopharyngeus atau sering disebut pula sebagai pilar anterior dan pilar posterior
dari isthmus faucium. Arcus tersebut di atas disebabkan oleh adanya otot di bawah
membrana mucosa. Otot-otot tersebut ialah m. palatoglossus dan m.
palatopharyngeus. Daerah triangulair yang terletak antara arcus palatoglossus dan
arcus palatopharyngeus disebut fossa tonsillaris yang akan ditempati oleh tonsilla
palatina.
Tonsilla palatina adalah sekelompok jaringan lymphoid yang terdapat di
fossa tonsillaris yang ditutupi oleh membrana mucosa yang berhubungan dengan
membrana mucosa di pharynx. Fungsi tonsilla palatina ini masih belum jelas.
Facies medialis tonsilla palatina adalah bebas, yang di sebelah atasnya
dijumpai fossa supratonsillaris. Pada permukaan ini dijumpai juga lubang-lubang
buntu yang disebut cryptae tonsillares. Cryptae ini membentuk celah-celah lurus
dengan epithel squamous, yang di sebelah dalamnya dijumpai folikel lymphaticus.
Cel-cel lymphocyt dapat dijumpai di epithel dan dilepaskan bersama-sama dengan
saliva, disebut corpusculum salivarius.
Facies lateralis dari tonsilla palatina terletak lebih profunda yang dilapisi oleh
capsula fibrosa yang ke arah lateral akan berhubungan dengan fascia
pharyngobasilaris, v.paratonsillaris, m.constrictor pharyngis superior,
m.palatopharyngeus, m.palatoglossus, ligamentum stylohyoideum, m.styloglossus,
m.stylopharyngeus, n.glossopharyngeus, m. pterygoideus medialis dan regio di
angulus mandibulae.
Arteria carotis interna terletak beberapa centimeter di sebelah posterolateral
dari tonsilla palatina. Tonsilla palatina ini dieratkan oleh :
1) Ligamentum suspensorium, yang terletak antara bagian anterior capsula
tonsillaris dan lingua.
2) Serabut-serabut dari m. palatoglossus dan m. palatopharyngeus yang sebagian
insertionya terdapat di capsula tonsillaris.
Tonsilla palatina mendapat vascularisasi dari a. carotis externa terutama oleh r.
tonsillaris a.facialis, yang menembus m. constrictor pharyngis superior dan masuk ke
bagian caudal dari facies lateralis tonsilla palatina. Perdarahan saat tonsillektomi
berasal dari v. palatina externa atau dari v. paratonsillaris yaitu suatu vena yang
berjalan descendens dari palatum molle, di sebelah lateral dari tonsilla palatina
dengan menembus m. constrictor pharyngis superior dan berakhir di v. facialis.
Vasa lymphatica yang berasal dari tonsilla palatina akan bermuara ke nodus
lymphaticus. cervicalis profundus dan sebagian ke nodus lymphaticus
jugulodigastricus. Tonsilla palatina ini mendapat innervasi dari cabang-cabang n.
glossopharyngeus dan dari ganglion pterygopalatinum.
Pada umur pubertas, secara fisiologis, tonsilla palatina mengalami
kemunduran.Tonsilla menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan saat anak-anak.
4. LARYNGOPHARYNX
Laryngopharynx membentang dari setinggi tepi atas cartilago epiglottica
sampai ke tepi bawah dari cartilago cricoidea, kemudian akan melanjutkan diri ke
dalam oesophagus. Laryngopharynx disebut juga sebagai hypopharynx. Di sebelah
anterior dari laryngopharynx dijumpai aditus laryngis, bagian dorsal dari cartilago
arytaenoidea dan cartilago cricoidea. Sedang di sebelah posterior laryngopharynx
berbatasan dengan corpus vertebrae cervicalis ke - 4 sampai ke - 6.
Recessus piriformis atau fossa piriformis adalah bagian dari laryngopharynx
yang terletak di kanan dan kin dari aditus laryngis. Fossa piriformis ini terletak di
antara membrana hyothyreoidea dan cartilago thyreoidea di sebelah lateral sedangkan
di sebelah medial terletak di antara cartilago cricoidea dan plica aryepiglottica serta
cartilago arytaenoidea. Cabang-cabang dari n. laryngeus internus dan a/v. laryngea
superior berada di bawah membrana mucosa dari fossa piriformis ini.Oleh karena
fossa piriformis ini berbentuk kantong, maka corpus alienum dapat tertahan di sini.
6. OTOT-OTOT PHARYNX
Sebagian besar dari dinding pharynx tersusun atas dua lapisan otot, yaitu :
a. Lamina externa, merupakan lamina circulair yang tersusun atas tiga musculi
constrictores pharyngis.
b. Lamina interna, adalah merupakan lamina longitudinal yang tersusun atas dua
musculi levatores yaitu m. stylopharyngeus dan m. palatopharyngeus.
Musculi constrictores pharyngis mempunyai perlekatan yang tetap di bagian
ventral yaitu melekat di tulang dan cartilage. Sedangkan ke arah dorsal mereka saling
overlapping antara satu otot dengan otot lainnya dari caudal ke cranial dan berakhir di
raphe tendinosus mediana.
Dinding bagian ventral terlihat tidak tertutup penuh. Lapisan otot di pharynx
ini akan ditutupi oleh fascia buccopharyngea dan melekat di fascia pharyngobasilaris.
Otot-otot yang ada di pharynx adalah :
a. M. constrictor pharyngis inferior
Berdasarkan perlekatannya, otot ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu:
Pars cricopharyngea, yang melekat di arcus cartilage cricoidea.
Pars thyreopharyngea, yang melekat di cornu inferius dan linea obliqua
cartilage thyreoidea.
Pemisahan dari m. constrictor pharyngis inferior menjadi dua bagian kadang-
kadang tidak jelas terlihat:
Serabut-serabut dari m. cricopharyngeus berjalan secara horisontal dan akan
melanjutkan diri dengan stratum circulare dari oesophagus. Otot ini bersama-
sama dengan stratum circulare oesophagus bagian cranial berfungsi untuk
mencegah masuknya udara ke dalam oesophagus yang akan berkontraksi
selama istirahat. Sebaliknya akan relaksasi selama menelan.
Serabut-serabut dari m. thyreopharyngeus berjalan miring ascendens,
Kemudian di sebelah dorsal saling mengadakan decussatio di linea mediana
dan akan overlapping dengan m. constrictor pharyngis medius. Serabut-
serabut dari m. cricopharyngeus berfungsi untuk memperpendek plica vocalis
sedang serabut-serabut dari m, thyreopharyngeus untuk memperpanjang plica
vocalis di larynx.
Lamina externa dan lamina interna dari bagian atas oesophagus tersusun atas otot
skelet yang melekat dengan perantaraan tendo crico-oesophagei ke bagian
belakang dari lamina cartilage cricoidea.
d. M. palatopharyngeus
Otot ini ditutupi oleh plica palatopharyngeus.
Origo : pada margo posterior palatum durum dan pada aponeurosis palatina. Pada
palatum molle, otot ini membentuk dua buah pita laterale dan mediale yang
dipisahkan oleh m. levator veli palatini.
Insertio : kedua pita laterale dan mediale tersebut kemudian bersatu untuk
melekat di margo posterior dari cartilage thyreoidea dan ke sisi dari pharynx dan
oesophagus.
Berdasarkan tempat insertionya, otot ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu :
o Pars palatothyreoideus (yang melekat di margo posterior cartilago thyreoidea)
o Pars palatopharyngeus propium (yang melekat di sisi pharynx dan
oesophagus).
e. M. salpingopharyngeus
Origo : melekat di pars cartilanginea tuba auditiva eustachius, kemudian serabut-
serabutnya bersatu dengan m. palatopharyngeus (sehingga seringkali m.
salpingopharyngeus dianggap bagian dari m. palatopharyngeus).
Insertio : pada dinding lateral dan dinding posterior dari pharynx.
f. M. stylopharyngeus
Origo : melekat pada facies medialis processus styloideus. Otot ini mernbentang
ke caudal, berjalan di antara m. constrictor pharyngis superior dan m. constrictor
pharyngis medius dan kemudian otot ini ditutupi oleh m. constrictor pharyngis
medius.
Insertio : melekat pada sisi dari pharynx dan pada margo posterior cartilago
thyreoidea, untuk melanjutkan diri ke dalam m. palatopharyngeus.
* Catatan:
Ada tiga otot yang melekat di processus styloideus, yaitu :
a. M. styloglossus, diinnervasi n. XII
b. M. stylopharyngeus, diinnervasi n. IX
c. M. stylohyoideus, diinnervasi n. VII
Bangunan tertentu yang dapat mencapai palatum atau pharynx yang mempunyai
hubungan dengan mm. constrictores pharyngis, ialah:
a. Antara cranium dengan m. constrictor pharyngis superior yaitu:
M. levator veli palatini
Tuba auditiva eustachius
A. palatina ascendens
b. Antara m. constrictor pharyngis superior dan m. constrictor pharyngis medius, yaitu:
M. glossopharyngeus
M. stylopharyngeus
c. Antara m. constrictor pharyngis medius dan m. constrictor pharyngis inferior, yaitu:
N. laryngeus internus
A/V. laryngea superior
d. Antara m. constrictor pharyngis inferior dan oesophagus, ialah:
N. reccurens laryngis
A/V. laryngea inferior
9. VASCULARISASI
Pharynx mendapat darah cabang dari:
A. pharyngea ascendens cabang dari a. carotis externa
A. thyreoidea superior cabang dari a. carotis externa.
Plexus venosus yang terdapat di pharynx berada di bawah membrana mucosa dan di bagian
belakang dari facies externa pharynx. Vasa lymphatica yang berasal dari pharynx akan
bermuara ke dalam nodus lymphaticus cervicalis profundus.