Anda di halaman 1dari 354

KAMUS SEJARAH INDONESIA

NATION FORMATION
JILID I
KAMUS SEJARAH INDONOESIA
NATION FORMATION
JILID I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
2017
KAMUS SEJARAH INDONOESIA JILID II
NATION BUILDING

PENGARAH
Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan)
Triana Wulandari (Direktur Sejarah)

NARASUMBER
Suharja, Amurwani Dwi Lestariningsih, Abdurahman, Didik Pradjoko

EDITOR
Susanto Zuhdi, Nursam

PEMBACA UTAMA
Taufik Abdullah

PENULIS
Budi Harjo Sayoga, Dirga Fawakih
Isak Purba, Martina Safitry
Raisye Soleh Haghia

TATA LETAK DAN GRAFIS


M. Abduh, Kurniawan

SEKRETARIAT DAN PRODUKSI


Tirmizi, Isak Purba, Bariyo, Haryanto, Maemunah, Dwi Artiningsih
Budi Harjo Sayoga, Esti Warastika, Martina Safitry, Dirga Fawakih

PENERBIT
Direktorat Sejarah
Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270
Tlp/Fax: 021-5725042017

ISBN 978-602-1289-77-8
KATA PENGANTAR
DIREKTUR SEJARAH

Kesulitan yang seringkali ditemukan guru sejarah dalam proses


pembelajaran adalah munculnya istilah-istilah kesejarahan
yang sulit dan tidak ditemukan penjelasannya dalam buku teks
pelajaran sejarah. Ketiadaan penjelasan atau penjelasan yang
tidak komprehensif dalam buku teks menjadi salah satu
penghambat bagi guru dalam proses belajar mengajar. Oleh
karena itu, diperlukan buku kamus yang memuat daftar
informasi kesejarahan yang dapat memudahkan guru
khususnya dan umumnya masyarakat luas dalam mencari
istilah-istilah sulit yang kerap ditemukan dalam pembelajaran
sejarah.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Direktorat
Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menggagas penyusunan kamus
sejarah Indonesia. Penyusunan kamus ini bertujuan untuk
memudahkan akses informasi kesejarahan sulit yang kerap
muncul dalam teks-teks buku pelajaran sejarah, sehingga dapat
menunjang kegiatan pembelajaran di dalam kelas khususnya.
Kamus sejarah ini terdiri dari dua jilid buku, masing-
masing jilid memuat informasi kesejarahan yang meliputi nama
tokoh, peristiwa dan istilah yang disusun secara alfabetis,
ringkas dan padat. Jilid I memuat daftar informasi kesejarahan
pada kurun waktu 1900 – 1950, yakni pada masa pembentukan
negara (nation formation). Jilid II memuat daftar informasi
kesejarahan pada kurun waktu 1951 – 1998, yakni pada masa
pembangunan negara (nation building).
Dengan buku ini guru sejarah khususnya, dan
masyarakat luas pada umumnya diharapkan dapat mengakses
berbagai informasi kesejarahan dengan mudah, cepat dan
tepat. Selain itu, buku ini berperan sebagai pintu gerbang
penyaji informasi awal dalam memahami sejarah Indonesia.
Penyusunan buku ini tidak lepas dari berbagai
kesilapan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari para
pembaca sangat membantu dalam proses penulisan yang lebih
baik kedepannya. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh elemen yang terlibat dalam penyusunan kamus
sejarah Indonesia Jilid I dan II ini. Kepada tim penulis, tim
editor dan tim sekretariat yang tidak lelah dalam menyajikan
penulisan sejarah yang baik. Kami berharap buku ini dapat
memudahkan para guru sejarah dalam peroses pembelajaran
di sekolah. Dan lebih luas lagi, kami berharap buku ini
bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai bahan acuan awal
dalam mempelajari sejarah Indonesia.

Direktur Sejarah

Triana Wulandari
KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN

Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru saja naik


tahta menegaskan dalam pidato pembukaan parlemen Belanda
bahwa pemerintah kolonial Belanda mempunyai panggilan
moral dan hutang budi terhadap bangsa bumiputera di Hindia
Belanda. Ratu Wilhelmina mengejawantahkan panggilan moral
tersebut ke dalam kebijakan politik etis yang kemudian
diwujudkan dalam program Trias van Deventer yang meliputi
irigasi, imigrasi dan edukasi.
Selama masa pembentukan dan pembangunan bangsa,
muncul banyak tokoh bangsa yang berjasa besar dalam
mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. Berbagai peristiwa
besar dilewati oleh bangsa yang sedang menjajaki
kemapanannya. Hal inilah yang bukan saja penting untuk
diingat, tapi juga penting untuk dicatat dalam historiografi
nasional, agar kemudian generasi masa kini dan akan datang
memahami bahwa bangsa ini dibentuk dan dibangun tidak
secara serta merta, namun dengan pengorbanan panjang yang
menguras tenaga, pikiran dan materi.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap sejarah bangsa
berperan penting sebagai pemantik tumbuhnya kesadaran
nasional yang akan terwujud dalam sikap cinta tanah air.
Penyusunan dua jilid kamus ini bukan saja sebagai upaya
pengarsipan sejarah nasional, namun lebih dari itu, dengan
kamus ini diharapkan guru, siswa dan masayarakat luas dapat
memetik pelajaran dari sejarah perjalanan bangsa yang pada
akhirnya berimplikasi pada terbentuknya generasi yang tidak
hanya cerdas tapi juga berkarakter.

Direktur Jenderal Kebudayaan

Hilmar Farid
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DIREKTUR SEJARAH .............................. i

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KEBUDAYAAN .... iv

DAFTAR ISI .......................................................................... vii

A .......................................................................................... 1
B .......................................................................................... 39
C .......................................................................................... 49
D .......................................................................................... 53
E .......................................................................................... 62
F .......................................................................................... 65
G .......................................................................................... 69
H .......................................................................................... 75
I ........................................................................................... 85
J ........................................................................................... 100
K .......................................................................................... 106
L .......................................................................................... 140
M ......................................................................................... 151
N.......................................................................................... 187
O.......................................................................................... 193
P,Q ...................................................................................... 200
R .......................................................................................... 250
S .......................................................................................... 260
T .......................................................................................... 298
U.......................................................................................... 309
V .......................................................................................... 314
W......................................................................................... 315
X .......................................................................................... 323
Y .......................................................................................... 324
Z .......................................................................................... 326

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 327


NATION BUILDING (1951-1998)

-A-

Abdoel Gaffar Pringgodigdo. Menteri Kehakiman Indonesia dari 21


Januari-6 September 1950, lahir di Bojonegoro, 21 Agustus
1904 dan wafat 1988. Pendidikannya dilalui di Europeech
Lagere School (1911-1918), Hogere Burger Shool (selesai
1923), dan melanjutkan ke Leiden. Abdoel Gaffar lulus pada
1927 sebagai sarjana hukum dengan gelar Meester in de
Rechten (Mr.). Ketika kembali dari sekolah di negeri Belanda,
ia bekerja di tanah air sebagai juru tulis, menjadi wedana
Karang Kober di bagian timur Kabupaten Purbalinga.
Menjelang akhir masa pendudukan Belanda di Indonesia,
Pringgodingdo menjadi sekretaris Badan Penyelidik Badan
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Rajiman
Wedyonigrat, Ketua BPUPKI). A.G Pringgodingdo menjadi
anggota panitia lima, yang bertanggung jawab atas
perumusan Pancasila. Setelah kemerdekaan, Pringgodingdo
bertugas sebagai sekretaris negara di bawah Presiden
Sukarno sampai Januari 1950. Ketika Agresi Militer Belanda II,
Pringodingdo juga ditanggap dan dibuang bersama pemimpin
Indonesia lainnya. Menjadi menteri kehakiman dari (21
Januari-6 September 1960) mewakili Masyumi. Setelah
pensiun dari politik, Pringgodigdo menjadi pengajar. Dia
mulai sebagai dosen besar luar biasa di Universitas Gadjah
Mada, mengajar ilmu hukum. Lalu pindah ke Surabaya dan
mengajar di Universitas Airlangga, dan akhirnya menjadi

1
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dekan pertama dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga,


(1953-1954). Dia lalu menjabat sebagai Presiden Universitas
Airlangga (November 1954-September 1961). Ia bertugas
sebagai Rektor Universitas Airlangga dalam waktu yang tak
lama karena pindah ke Universitas Hasanuddin Makassar. Di
kampus baru ini, ia pun menjabat sebagai Rektor Universitas
Hasanuddin. Selesai menjalankan tugas selama satu periode
sebagai Presiden Universitas Hasanuddin, Pringgodigdo
kembali ke Surabaya dan mengajar di IKIP Surabaya.
Pringgodigdo juga merupakan pendiri Sekolah Tinggi Ilmu
Hukum bersama Kho Siok Hie dan Oey Pek Hong.
Pringgodigdo meninggal pada 1988 dalam usia antara 83-84
tahun. Karya Pringodingdo yang dipakai mahasiswa sejarah
adalah, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.

Abdul Ghafur. Lahir di Halmahera, Maluku Utara. Ia seorang dokter


lulusan Universitas Indonesia. Karier pekerjaannya pernah
bekerja di rumah sakit Angkatan Malang, dokter AURI,
pernah bekerja sebagai dokter di RSAU Surabaya, kemudian
menjadi anggota DPR RI dari fraksi TNI, juga anggota MPR
(1972-2004). Juga menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga
(1983-1988), anggota DPA RI (1988-1997). Setelah lulus SMA,
ia kemudian kuliah di Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia (selesai 1966). Abdul Ghafur juga menulis buku,
Soeharto, Pandangan dan Harapannya (1988). Empat tahun
kemudian, ia menerbitkan Siti Hartina, Ibu Utama Indonesia

2
NATION BUILDING (1951-1998)

(1992). Abdul Ghafur juga pernah menjadi Pemimpin Umum


Harian Pelita yang terbit di Jakarta pada Mei 1988. Karier
profesional Abdul Ghafur sebagai pengelola lembaga sosial
dimulai dari Program MT Dompet Dhuafa Republika tahun
2005. Ghafur menjadi peserta MT yang dinamai Zakat
Eksekutif Development Program. Kemudian Ghafur ditunjuk
sebagai Kepala Fundraising Komunitas, Kepala Fundraising
Corporate, Kepala Fundraising Retail dan Banking Channel,
Pimpinan Cabang Hong Kong yang bertugas membentuk
aliansi strategis, kelembagaan, fundraising serta program
ekonomi, sosial pemberdayaan dan kesehatan. Sejak sekolah
di Halmahera, Maluku Utara, Abdul Ghafur senang
bersosialisasi. Dia aktifis IPPI di Ternate dan ketua umum
pelajar SMA 3B. Ketika kuliah, ia menjadi anggota HMI, wakil
Ketua Dewan Mahasiswa UI, Ketua Presidium KMI UI, wakil
kordinator pemuda Golkar, wakil Presiden Majelis Pemuda
se-Dunia/ wakil Presiden Dewan pemuda Asia. Pernah
menjadi Ketua KNPI, Ketua DPP partai Golkar, Ketua umum
Jamiyatul muslimin Indonesia, dan lain-lain.

Abdul Ghofur, K.H. Masa kecil K.H. Abdul Ghofur dilalui dengan
perjuangan. Beliau bukanlah termasuk dari keturunan
keluarga kaya, tetapi kemauan dan kerja keras beliau untuk
mendalami ilmu keagamaan. Pendidikan tingkat kanak-kanak
(TK) di TK Tarbiyatut Tholabah Kranji selama 2 tahun,
dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) di Kranji pada waktu pagi hari,

3
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dan sorenya Di MI Kranji. Setelah tamat SD dan MI beliau


melanjutkan ke jenjang Madrasah Tsanawiyah Di pondok
Tarbiyatut Tholabah yang diasuh oleh K.H. Baqir Adlan.
Setelah lulus, melanjutkan ke Madrasah Aliyah Denayar
Jombang. Setelah lulus SMA, beliau nyantri di pondok
Keramat dan Sidogiri pada (1965-1969). Kemudian beliau
mendalami Ilmu Alat (ilmu Nahwu Shorof) dan kajian fiqih di
Pondok Sarang Jawa Tengah yang diasuh oleh K.H. Zuber
selama satu tahun. Beliau juga pernah nyantri (mondok) di
Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Tretek (K.H. Ma’ruf
Zuwaeni) dan Pesantren Roudlotul Qur’an (K.H. Asy’ari) Kediri
(1970-1975). Di beberapa Pesantren yang berada di Kediri
inilah beliau mempelajari ilmu pengobatan dan ilmu bela
diri.Setelah dari nyantri (mondok) di berbagai pesantren,
beliau pulang dan mulai mengajar di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji. Selain menjadi
pengajar ilmu agama, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
dan keagamaan. Beliau juga menekuni dunia politik, budaya,
program perbaikan lingkungan baik darat dan laut, dan juga
ikut andil dalam pemberdayaan perekonomian kerakyatan
terutama pada peningkatan hidup kaum petani, buruh dan
nelayan. Cita-cita beliau yang paling berat adalah
“mendirikan kembali pondok pesantren Sunan Drajat yang
sudah lama terkubur.” Dengan berbagai halangan, hinaan,
serta rintangan dari masyarakat, ia tetap bertekad
mendirikan Pesantren Sunan Drajat. Dengan melalui

4
NATION BUILDING (1951-1998)

pendekatan seni, putra H. Marthokan ini mengajak


masyarakat agar mau kembali menegakkan syari’at Islam.
Lebih-lebih dari kalangan pemuda, beliau mendirikan club
sepak bola, group musik, serta perguruan ilmu bela diri yang
dibeli nama GASPI (Gabungan Silat Pemuda Islam). Disinilah
beliau mulai menanamkan kembali ajaran-ajaran Islam pada
kaum muda. Di sela-sela mengajar ilmu bela diri beliau
memberikan pengajian dan pengarahan pada murid-
muridnya. Setiap selesai latihan bela diri, para murid diajak
untuk mengambil pasir dari laut untuk membangun kembali
Pondok Pesantren Sunan Drajat. Pondok Pesantren Sunan
Drajat Berdiri kembali pada 1977. Untuk menopang
perekonomian pondok pesantren, ia mendirikan berbagai
usaha di lingkungan pesantren. Antara lain: juice “Mengkudu
Sunan”, perkebunan mengkudu, industri pupuk, pembuatan
air minum mineral “Aidrat”, perternakan sapi,
pembudidayaan ikan lele, usaha pengrajin kayu, pembutan
madu asma “Tawon Bunga”, pembuatan minyak kayu putih,
usaha bordir dan konveksi kain dan masih banyak usaha-
usaha lainnya. Beliau juga mendirikan Radio Persada FM
97,20 MHz yang diresmikan oleh Presiden Hj. Megawati pada
2002. Pada 12 Juni 2006, K.H. Abdul Ghofur menjadi tamu
kehormatan di Istana Negara untuk menerima “Piala
Kalpataru” sebagai pembina lingkungan terbaik, yang
langsung diberi perhagaan dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Berkat jasa beliau melopori dalam penghutanan

5
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

lahan kritis dengan tanaman mengkudu. Dalam pidato


penyambutan “Bpk. Presiden terkesan dengan usaha K.H.
Abdul Ghofur yang notabennya sebagai kiai adalah mengurusi
pondok pesantren tetapi berbeda dengan kiai yang satu ini
bisa memelopori melestarikan lingkungan. Buktinya, di empat
kecamatan di Lamongan, hijau dengan tanaman mengkudu,
yaitu di Kecamatan Mantup, Paciran, Ngimbang, dan Sugio. Di
sela-sela kesibukannya, menyempatkan mengajar para
santrinya untuk melestarikan tradisi pesantren dan ajaran
Wali Songo. Setiap pagi hari beliau mengajar Kitab
Ihya’ulumuddin karangan Imam Ghozali dan Kitab Syamsul
Ma’arif, yang dikhususkan untuk santri yang sudah tamat
tingkatan MA/SMA. Pengajian setiap pagi ini bisa
didengarkan langsung di Radio Persada, atau lewat
streeming. Sedangkan untuk pengajian santri yang bersifat
umum dilaksanakan pada setiap jum’at pagi.

Abdul Kahar Muzakkar. Pendiri Tentara Islam Indonesia (TII) di


Sulawesi. Lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, Sulawesi 24
Maret 1921 dan meninggal di Sulawesi Selatan, 3 Februari
1965.

Abdul Moeis. Sastrawan sekaligus juga pejuang dan wartawan yang


lahir pada 3 Juni 1883 di Bukittinggi, Sumatra Barat dan
meninggal dunia di Bandung pada 17 Juni 1959. Jenazahnya
dimakamkan di Taman Pahlawan Cikutra, Bandung. Ia adalah

6
NATION BUILDING (1951-1998)

putra Datuk Tumenggung Lareh, Sungai Puar. Abdul Muis


pernah bersekolah di Eur. Lagere School (ELS), dan Stovia
(1900-1902). Namun, karena sakit, ia keluar dan sekolah
kedokteran tersebut. Meskipun hanya berijazah ujian
ambtenar kecil (klein ambtenaars examen) dan ELS, Abdul
Muis memiliki kemampuan berbahasa Belanda yang baik.
Bahkan, menurut orang Belanda, kemampuan Abdul Muis
dalam berbahasa Belanda dianggap melebihi rata-rata orang
Belanda.
Setelah keluar dari Stovia, ia diangkat menjadi kierk
pribumi pertama oleh Mr. Abendanon, Directeur Onderwzjs
(Direktur Pendidikan) di Departement van Onderwijs en
Eredienst yang membawahi Stovia. pada tahun 1905 ia keluar
dari departemen itu setelah bekerja selama dua setengah
tahun (1903-1905). Pada 1905 ia diterima sebagai anggota
dewan redaksi majalah Bintang Hindia, sebuah majalah yang
banyak memuat berita politik di Bandung. Karena pada
1907 Bintang Hindia dilarang terbit, Abdul Muis pindah kerja
ke Bandungsche Afdeelingsbank sebagai mantri lumbung.
Pekerjaan itu ditekuninya selama lima tahun, sebelum ia
diberhentikan dengan hormat (karena cekcok dengan
controleur) pada 1912. Ia kemudian bekerja di De Prianger
Bode sebagai korektor. Dalam tempo tiga bulan, ia diangkat
menjadi hoofdcorrector (korektor kepala) karena mempunyai
kemampuan bahasa Belanda yang baik namun keluar pada
1913.

7
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Pada tahun yang sama ia mulai tertarik pada dunia


politik dan masuk ke Serikat Islam (SI). Bersama dengan A. H.
Wignyadisastra, Ia dipercaya memimpin Kaum Muda, salah
satu surat kabar milik SI yang terbit di Bandung. Pada tahun
itu, atas inisiatif dr. Cipto Mangunkusumo, Abdul Muis
bersama dengan Wignyadisastra dan Suwardi Suryaningrat
membentuk Komite Bumi Putra untuk mengadakan
perlawanan terhadap perayaan besar-besaran seratus tahun
kemerdekaan Belanda, serta mendesak Ratu Belanda agar
memberikan kebebasan bagi bangsa Indonesia dalam
berpolitik dan bernegara.
Pada masa pergerakan, bersama dengan H.O.S.
Cokroaminoto, Abdul Muis memimpin Serikat Islam. Pada
1917 ia dipercaya sebagai utusan SI pergi ke Belanda untuk
mempropagandakan Comite Indie Weerbaar. Pada 1918,
sekembalinya dari Belanda, Abdul Muis bekerja di
harian Neraca karena Kaum Muda telah diambil alih oleh
Politiek Economische Bond, sebuah gerakan politik Belanda di
bawah pimpinan Residen Engelenberg. Pada 1918 Abdul
Muis menjadi anggota Volksraad. Pada 1922, ia memimpin
anak buahnya yang tergabung dalain PPPB (Perkumpulan
Pegawal Pegadaian Bumiputra) mengadakan pemogokan di
Yogyakarta. Setahun kemudian, ia memimpin sebuah
gerakan memprotes aturan landrentestelsel (Undang-Undang
Pengawasan Tanah) yang akan diberlakukan oleh Belanda di
Sumatra Barat. Protes tersebut berhasil dan

8
NATION BUILDING (1951-1998)

Landrentestelsel tidak diberlakukan. Di samping itu, ia masih


memimpin harian Utusan Melayu dan Perobahan. Ia
mendirikan harian Kaum Kita di Bandung dan Mimbar
Rakyat di Garut. Namun, kedua surat kabar tersebut tidak
lama hidupnya. Pada 1926 Serikat Islam
mencalonkannya menjadi anggota Regentschapsraad Garut.
Enam tahun kemudian (1932) ia diangkat menjadi
Regentschapsraad Gontroleur. Jabatan itu diembannya
hingga 1942. Di masa pendudukan Jepang, Abdul Muis masih
bekerja meski penyakit darah tinggi mulai meñggerogotinya.
Jepang mengangkatnya sebagai pegawai sociale zaken. Pada
1944 Abdul Muis berhenti bekerja.
Pascaproklamasi, ia aktif kembali dan ikut bergabung
dalam Majelis Persatuan Perjuangan Priangan. Dengan
menggunakan inisial nama A.M., ia sempat menulis, salah
satunya, Surapati. Sebelum diterbitkan sebagai buku, roman
tersebut dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kaum
Muda. Selain itu, ia menghasilkan empat novel/roman dan
beberapa karya terjemahan. Karya besarnya, Salah Asuhan,
dianggap sebagal corak baru penulisan prosa pada saat itu.

Abdul Rauf Soehoed. Tokoh yang berperan penting dalam


membangun industri dasar alumunium di Indonesia. Ia lahir
di Batavia, 2 Maret 1920 dan meninggal dunia pada 7 Juni
2014 di usia 94 tahun. Soehoed mengawali karier
pendidikannya di Technische Hoogeschool (TH) Bandung

9
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

pada 1939 dan memperoleh gelar insinyur pada 1951.


Kiprahnya diawali ketika ia dipercaya sebagai ketua Tim
Negosisasi Proyek Asahan.
Berkat kecemerlangannya, ia berhasil menangani
negosisasi yang cukup rumit. Keberhasilannya itulah yang
kemudian mengantarkannya menjadi ketua Otorita Asahan
sejak 1976 sampai 1999. Kemudian jabatannya sebagai
Menteri Perindustrian dalam Kabinet Pembangunan III
berlangsung selama 1978-1983. Ia juga pernah menjabat
sebagai Direksi/Komisaris di beberapa perusahan besar
seperti PT Aneka Tambang, Pertamina, Indonesia Finance
Cooperation dan pernah menjadi konsultan teknik PT
Freeport.
Kariernya kembali gemilang saat bertugas sebagai
anggota Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan
pangkat terakhir Mayor Udara. Selain sebagai seorang
tehnokrat, Soehoed juga aktif menulis, beberapa karya yang
dihasilkan diantaranya, Asahan: Peluang yang Bisa Terbuang:
Refleksi untuk Negosiasi 2010, Banjir Ibukota: Tinjauan
Historis dan Pandangan Ke Depan: Serangkaian Pemikiran
Strategi Terpadu Jangka Panjang, Asahan: Jalan Panjang
Membangun Industri Dasar Aluminium, Sejarah
Pengembangan Pertambangan PT Freeport Indonesia Di
Provinsi Papua, dan Industrial Development During Pelita III.

10
NATION BUILDING (1951-1998)

Abdul Wahid Hasjim, K. H. Pahlawan Nasional, Menteri Agama


(Kabinet Hatta, Natsir, dan Sukiman). Lahir di Jombang, Jawa
Timur, 1 Juni 1914 dan meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19
April 1953. Ayah dari presiden keempat Indonesia,
Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah
satu pahlawan nasional Indonesia. Pada 24 Oktober 1943 ia
ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi ia
merintis pembentukan Barisan Hizbullah. Pada 1944 ia
mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang
pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir.
Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota
BPUPKI dan PPKI.

Abu Bakar Ba’asyir. Seorang ulama dan salah satu tokoh pendiri
Pondok Pesantren Al Mu’min Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah
kelahiran Jombang, 17 Agustus 1938. Semasa mudanya, Abu
Bakar Ba’asyir aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam,
Pemuda Al Irsyad, Gerakan Pemuda Islam Indonesia, dan
Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam. Pada 1972 ia memimpin
Pondok Pesantren Al Mu’min. Pada 1983, Abu Bakar Ba’asyir
ditangkap karena dituduh melakukan penghasutan dan
menolak Pancasila sebagai asas tunggal. Pada 1985, Abu
Bakar Ba’asyir yang dikenai tahanan rumah melarikan diri ke
Malaysia. Ia kembali pada 1999, kemudian pada 2002
menjadi Ketua Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).

11
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Abu Bakar Ba’asyir dituduh menjadi salah satu pemimpin


gerakan Jamaah Islamiyah yang dianggap memiliki hubungan
dengan Al Qaeda. Ia dijatuhi hukuman penjara pada 2005 dan
2011 atas tuduhan terlibat dalam kegiatan teror.

Achmad Soebardjo. Tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia,


diplomat, dan menteri luar negeri Indonesia yang pertama.
Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten
(Mr.) yang diperoleh dari Universitas Leiden, Belanda pada
1933. Achmad Soebardjo dilahirkan di Teluk
Jambe, Karawang, Jawa Barat pada 23 Maret 1896. Ayahnya
bernama Teuku Muhammad Yusuf, masih keturunan
bangsawan Aceh dan Pidie. Beliau bekerja sebagai mantri
polisi. Ibu Ahmad Soebardjo bernama Wardinah yang
memiliki darah Jawa-Bugis. Dalam perkawinannya Teuku
Karim mempunyai 5 (lima) orang anak yaitu: Teuku Jusuf
anak sulung ayah, Ahmad Subarjo adik-adiknya adalah Ismail,
Mujenal, Muchsan dan Sidua. Ahmad Soebardjo menamatkan
pendidikan HBS Koning Willem III (KW III) pada 1917. Pada
tahun itu juga Soebardjo bergabung dengan Tri Koro Darmo
organsiasi pemuda di bawah naungan Boedi Utomo. Semasa
menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia melalui beberapa organisasi, seperti
Jong Jawa dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda.
Pada Februari 1927, ia menjadi wakil Hindia Belanda bersama
Mohammad Hatta dan Semaun (PKI) dalam persidangan

12
NATION BUILDING (1951-1998)

antar bangsa “Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan


Penjajah” yang pertama di Brussels, Belgia. Kongres ini
membahas bagaimana cara melawan kekuatan imperial dan
kolonialisme. Pada bulan itu telah tiba di Brussel utusan dari
21 negara dari Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Para utusan
mewakili pelbagai organisasi politik, ekonomi, buruh. Kongres
ini berlangsung selama lima hari dari 5-10 Februari 1927. Dari
daerah jajahan Inggris hadir Jawaharlal Nehru (India), Nafez
Ramadan Bey (Mesir), Mashur Baqaf Sakri (Syria) dari jajahan
Perancis hadir Chodli Ben Mustafa. Hasil pokok dari kongres
ini terbentuknya League Againts Imperialism and For
National Independence (Liga Anti Imperialisme untuk
Kemerdekaan Nasional). Kongres juga membentuk
sekretariat tetap di Berlin. Setelah menyelesaikan kuliah dan
kembali ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Saat terjadi Peristiwa Rengasdenklok, Achmad
Soebardjo yang mewakili golongan tua berhasil meyakinkan
golongan muda yang diwakili Wikana untuk
menjemput kembali Sukarno-Hatta ke Jakarta dan tidak
tergesa-gesa memproklamirkan kemerdekan. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, Achmad
Soebardjo dilantik sebagai menteri luar negeri pada Kabinet
Presidensial, kabinet Indonesia yang pertama, dan kembali
menjabat posisi yang sama pada 1951–1952. Selain itu, ia
juga menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Swiss selama

13
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

1957–1961. Di bidang pendidikan, beliau merupakan


professor dalam bidang Sejarah Perlembagaan dan Diplomasi
Republik Indonesia di Fakultas Sastra (saat itu), Universitas
Indonesia.

Adam Malik. Pernah menjabat sebagai Wakil Presiden RI. Anak dari
pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis.
Adam malik sempat bersekolah di Hollandsch-Inlandsche
School Pematangsiantar, dan Sekolah Agama namun tidak
selesai. Ketika usianya masih belasan tahun, ia pernah
ditahan polisi Dinas Intel Politik di Sipirok 1934 dan dihukum
dua bulan penjara karena melanggar larangan berkumpul.
Adam Malik pada usia 17 tahun telah menjadi ketua Partindo
di Pematang Siantar (1934- 1935) Pada 1937, ia bersama
dengan Soemanang, Sipahutar, Armijn Pane, Abdul Hakim,
dan Pandu Kartawiguna mendirikan Kantor Berita Antara di JI.
Pinangsia 38 Jakarta Kota. Dengan modal satu meja tulis, satu
mesin tulis, dan satu mesin roneo, mereka menyuplai berita
ke berbagai surat kabar. Di zaman Jepang, Adam Malik aktif
dalam gerakan pemuda. Menjelang 17 Agustus 1945,
bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, Adam Malik
melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok
untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Ia adalah salah satu penggerak rakyat untuk
berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok
pemuda, Adam Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi,

14
NATION BUILDING (1951-1998)

terpilih sebagai Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat


(1945-1947). Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan
anggota Partai Rakyat, pendiri Partai Murba, dan anggota
parlemen. Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan
Sukarno, Adam Malik masuk ke pemerintahan menjadi duta
besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet dan
Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik
kemudian menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan
Indonesia-Belanda, untuk penyerahan Irian Barat di tahun
1962. Selesai perjuangan Irian Barat, Adam Malik memegang
jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin. Pada 1966
sampai 1977 ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II /
Menlu ad Interim dan Menlu RI. Adam Malik juga pernah
ditunjuk untuk memulihkan keanggotaan Indonesia di
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1967. Selain itu, ia
juga tercatat sebagai salah seorang pemrakarsa berdirinya
ASEAN (Association of South East Asia Nations) pada 9
Agustus 1967. Pada 1974 ia terpilih sebagai Ketua Majelis
Umum PBB ke-26. Pada 1977, ia terpilih menjadi Ketua
DPR/MPR. Kemudian tiga bulan berikutnya, dalam Sidang
Umum MPR Maret 1978 terpilih menjadi Wakil Presiden
Republik Indonesia yang ke-3 menggantikan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX. Adam Malik meninggal di Bandung
pada 5 September 1984 karena kanker lever. Jenazahnya
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Pemerintah Indonesia menganugerahi gelar kehormatan

15
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Pahlawan Nasional kepada Adam Malik pada 1990.


Departemen Luar Negeri memberikan "Penghargaan Adam
Malik" kepada media massa yang dinilai terbaik dalam
menyajikan masalah-masalah luar negeri. Nama "Adam
Malik" sengaja dipilih sebagai penghargaan dan kenangan
atas jasa-jasa tokoh media massa nasional yang juga sekaligus
tokoh diplomasi.

Adnan Buyung Nasution. Adalah pendiri Lembaga Bantuan Hukum


Jakarta (YLBHI). Seorang pengacara kelahiran Jakarta, 20 Juli
1934 dengan nama asli Adnan Bahrum Nasution. Mengawali
karier sebagai pengacara setelah menyelesaikan kuliahnya
dari Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan
Universitas Indonesia. Sejak mahasiswa ia mengikuti
organisasi kemahasiswaan seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI). Selesai kuliah, bekerja sebagai jaksa di
Kejaksaan Negeri Istimewa Jakarta dan membuka kantor
pengacara (advokat) pada 28 Oktober 1970 setelah
mendapat persetujuan dan dukungan dari pemerintah.
Lembaga tersebut menjadi kantor pengacara terbaik di
Indonesia yang dikenal dengan YLBHI. Pernah memasuki
dunia politik dengan menjadi anggota DPR/MPR. Ia
meninggal dunia pada 23 September 2015 saat berusia 81
tahun.

16
NATION BUILDING (1951-1998)

Ahmad Kemal Idris. Duta Besar dan Pangkostrd (1967), lahir di


Singaraja, Bali 10 Februari 1923 dan meninggal di Jakarta, 28
Juli 2010. Karier militernya dimulai dengan menjadi
Seinendan. Kemudian, ia bergabung dalam satuan militer
Jawa Barat, Divisi Siliwangi. Kemal Idris juga mengajak
bergabung Poncke Princen, opsir Belanda untuk bergabung
dengan Indonesia. Puncak karier militernya dicapai dengan
menjadi Pangkostrad pada tahun 1967, selama menjadi
Pangkostrad ia berperan besar dalam mendukung gerakan
mahasiswa yang menentang Orde Lama. Kemudian ia
menjabat panglima Komando Antar daerah untuk Kawasan
Indonesia Timur. Karier terakhir Kemal di militer adalah
panglima Komando Wilayah Pertahanan (Pangkowilhan)
dengan pangkat letnan jenderal. Setelah pensiun dari karier
militer, pada September 1972 ia ditugaskan untuk menjadi
duta besar Indonesia untuk Yugoslavia merangkap untuk
Yunani. Ia menjadi pengusaha dan dijuluki "Jenderal
Sampah", karena mengelola usaha penanggulangan sampah.
Kemal Idris juga aktif di Barisan Nasional (Barnas). ‘Bertarung
dalam Revolusi’ merupakan judul buku memoar Kemal Idris.

Ahmad Yani. Pahlawan Revolusi dan Jenderal TNI kelahiran


Purworejo, 19 Juni 1922 dan wafat di Lubang Buaya, 1
Oktober 1965. Pendidikan formal diawalinya di HIS Bogor
dan selsai pada 1935. Kemudian ia melanjutkan sekolah ke
MULO kelas B Afd. Bogor tamat pada 1938, selanjutnya ia

17
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

masuk ke AMS bagian B Afd. Jakarta. Sekolah ini dijalaninya


hanya sampai kelas dua, sehubungan dengan adanya milisi
yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Achmad
Yani kemudian mengikuti pendidikan militer Dinas Topografi
Militer di Malang dan secara lebih intensif di Bogor.
Mengawali karier militernya dengan pangkat Sersan. Pada
1942 ia mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan
selanjutnya masuk tentara PETA di Bogor. Achmad Yani
berhasil menyita senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi
Komandan TKR Purwokerto. Ketika Agresi Militer Pertama
Belanda terjadi, pasukan Ahmad Yani yang beroperasi di
daerah Pingit berhasil menahan serangan Belanda. Maka saat
Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, ia dipercayakan
memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang
meliputi daerah pertahanan Kedu. Setelah Indonesia
mendapat pengakuan kedaulatan, ia diserahi tugas untuk
melawan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di
daerah Jawa Tengah. Seusai penumpasan DI/TII, ia kembali ke
Staf Angkatan Darat. Pada 1955 Ahmad Yani diberangkatkan
ke Amerika untuk menempuh pendidikan di Command and
General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas selama
sembilan bulan. Setahun kemudian ia melanjutkan sekolah
militer selama dua bulan di Inggris dengan spesialisasi Spesial
Warfre Course. Ketika terjadi pemberontakan PRRI di
Sumatra Barat 1958, Ahmad Yani yang saat itu berpangkat

18
NATION BUILDING (1951-1998)

Kolonel didaulat menjadi Komandan Komando Operasi 17


Agustus. Karena jasa dan prestasinya, pada 1962 Ahmad Yani
diangkat oleh Presiden Sukarno menjadi Menteri/Panglima
Angkatan Darat. Ahmad Yani menolak keinginan PKI untuk
membentuk Angkatan Kelima. Ia menjadi salah satu target
penculikan tujuh petinggi Angkatan Darat saat peristiwa
G30S.

Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Pada 16


Desember 1965 seluruh Akademi Angkatan (AMN, AAL, AAU
dan AAK) diintegrasikan menjadi Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Pada 29 Januari
1967 AKABRI Bagian Umum diresmikan. Peresmian AKABRI
bagian umum tersebut merupakan permulaan tahun akademi
dan sekaligus merupakan integrasi tahap pertama di antara
akademi-akademi ABRI yang sebelumnya berdiri sendiri-
sendiri. AKABRI bagian umum merupakan lembaga
pendidikan awal bagi taruna-taruna AKABRI bagian-bagian
Darat, Laut, Udara dan Kepolisian pada tahun pertama
akademi. Pada tahun kedua hingga keempat, para taruna
kemudian belajar di akademi masing-masing. Menjelang
masa pelantikan, para taruna yang lulus disatukan kembali
dalam satu program Integrasi Taruna Wreda atau Sitarda,
yaitu suatu program pengabdian kepada masyarakat. AKABRI
Umum dan Akabri Bagian Darat berpusat di Magelang,

19
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

AKABRI Bagian Laut di Surabaya, AKABRI Bagian Udara di


Yogyakarta dan AKABRI Bagian Kepolisian di Sukabumi.

Alamsyah Ratu Perwira Negara. Adalah Menteri Agama (1978-1983)


pada masa Kabinet Pembangunan III. Letnan Jendral TNI yang
lahir di Kota Bumi, 25 Desember 1925nii menjalani
pendidikan Perwira Gyugun di Pagar Alam Sumateri 1943.
Setelah mengikuti pendidikan perwira, diangkat menjadi
Letda (Gyu-gun) pada masa pendudukan Jepang. Dalam
Karier militer terakhir adalah Letnan Jenderal sebagai Duta
Besar Kerajaan Belanda tahun 1972-1974. Sejak saat itu,
karier politiknya dimulai dengan diangkat menjadi Wakil
Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Pada saat menjadi
wakil Ketua SPA, ia ikut memantau menghadapi ketegangan
Sidang MPR 1978 mengenai kepercayaan terhadap Tuhan
yang Maha Esa. Pada saat Kabinet Pembangunan III, Alamsjah
diangkat sebagai Menteri Agama (1978-1983) dan
mengeluarkan SK 70 dan SK77 tahun 1978 mengenai Tata
Cara Penyebaran Agama. Dalam Kabinet Pembangun IV
(1983-1988) menjadi Menteri Koordinator bidang
Kesejahteraan. Alamsjah meninggal di usia 72 tahun, pada 8
Januari 1998.

Alex Evert Kawilarang. Wakil Gubernur Militer PDRI, lahir di Jakarta


23 Februari 1920 dan meninggal di Jakarta 6 Juni 2000.
Sepupu dari Pahlawan Nasional Daan Mogot. Alex

20
NATION BUILDING (1951-1998)

menempuh pendidikan dasarnya di sebuah Europeesche


Lagere School (ELS), mula-mula di Candi, Semarang dan
kemudian di Cimahi, Jawa Barat. Kemudian ia melanjutkan ke
Hoogere Burgerschool te Bandoeng selama 5 tahun.
Kemudian Alex mengikuti pendidikan militer, mula-mula di
Corps Opleiding Reserve Officeren (CORO/Korps Pendidikan
Perwira Cadangan KNIL, 1940), lalu dilanjutkannya ke
Koninklijk Militaire Academie (Akademi Militer
Kerajaan/KMA, 1940-1942) darurat di Bandung dan Garut
Jawa Barat. Ia juga sempat mengikuti pendidikan di Sekolah
Staf dan Komando AD (SSKAD) di Jakarta.
Kawilarang mengawali kariernya sebagai Komandan
Pleton Kadet KNIL di Magelang (1941-1942). Pada 11
Desember 1945 ia menjadi perwira penghubung dengan
pasukan Inggris di Jakarta dengan pangkat Mayor. Pada
Januari 1946 ia menjabat sebagai Kepala Staf Resimen
Infanteri Bogor Divisi II Jawa Barat, dengan pangkat Letnan
Kolonel. Tiga bulan setelah itu, pada April-Mei 1946, ia
diangkat menjadi Komandan Resimen Infanteri Bogor, dan
Agustus 1946-1947 ia diberi kepercayaan sebagai Komandan
Brigade II/Suryakencana - Divisi Siliwangi di Sukabumi, Bogor
dan Cianjur. Pada 1948-1949, Kawilarang menjabat sebagai
Komandan Brigade I Divisi Siliwangi di Yogyakarta, dan pada
28 November 1948 ia juga menjabat sebagai Komandan Sub
Teritorium VII/Tapanuli, Sumatera Timur bagian selatan, lalu
pada 1 Januari 1949 pada masa PDRI ia dipercaya sebagai

21
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Wakil Gubernur Militer PDRI untuk wilayah Tapanuli dan


Sumatera Timur bagian selatan. Pada 28 Desember 1949 ia
menjabat sebagai Gubernur Militer wilayah Aceh dan
Sumatera Utara merangkap Wakil Koordinator Keamanan
dengan pangkat Kolonel. Pada 21 Februari 1950, ia
mendapatkan kepercayaan tambahan sebagai Panglima
Tentara dan Territorium I/Bukit Barisan di Medan. Pada 1951-
1956, Kawilarang diangkat sebagai Panglima Komando
Tentara dan Territorium VII/Indonesia Timur (TTIT) di
Makassar dan pada November tahun yang sama menjadi
Panglima TT III/Siliwangi.
Sebelumnya 15 April 1950 ia telah diangkat sebagai
Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi. Dalam kedudukannya
itu, Kawilarang memimpin Pasukan Ekspedisi dalam Operasi
Penumpasan Pemberontakan Andi Azis di Makassar,
pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku,
dan Pemberontakan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Pada April 1951, ia merintis pembentukan komando pasukan
khusus TNI dengan nama Kesatuan Komando Territorium III
(Kesko TT-III/cikal bakal Kopassus) Siliwang di Batujajar, Jawa
Barat. Pada 10 November 1951 hingga 14 Agustus 1956,
Kawilarang diangkat menjadi Panglima Komando Tentara dan
Territorium III/Siliwangi yang berkedudukan di Bandung.
Pada 17 Oktober 1952, Kawilarang bersama-sama dengan
sejumlah tokoh militer lainnya terlibat dalam Peristiwa 17
Oktober. Pada 6 Juni 2000, Kawilarang meninggal dunia

22
NATION BUILDING (1951-1998)

akibat komplikasi beberapa penyakit di Rumah Sakit Cipto


Mangunkusumo dan dimakamkan dua hari kemudian di
Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.

Ali Moertopo. Menteri Penerangan pada masa Pemerintahan Orde


Baru (1978-1984). Lahir di Blora, 23 September 1924, karier
beliau bermula sebagai Asisten Kepala Staf CADUAD
(Cadangan Umum Angkatan Darat). Sebelum menjabat
Menteri Penerangan, Ali Moertopo berkarier di Badan
Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) yang merupakan cikal
bakal Badan Intelijen Negara (BIN) 1969-1978. Pada 1973, Ali
Moertopo melalui operasi intelijennya menyederhanakan 10
partai politik yang ikut pemilu 1971 menjadi hanya 3 partai:
PPP, Golkar, dan PDI. Ali Moertopo merupakan bagian dari
salah satu anggota 12 Asisten Pribadi Presiden (Aspri). Ali
pernah membangun hubungan diplomatik diam-diam dengan
Malaysia. Ali Moertopo juga membina kelompok Islam
radikal. Ia mengajukan BM Diah sebagai ketua Persatuan
Wartawan Indonesia dengan menyingkirkan Rosihan Anwar.

Ali Sastroamidjojo. Perdana Menteri Indonesia yang menjabat pada


tahun 1953-1955 dan 1956-1957. Lahir di Grabag, Jawa
Tengah, 21 Mei 1903, wafat di Jakarta, 13 Maret 1976. Ali
juga menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada
Kabinet Presidensial, Menteri Pengajaran pada Kabinet Amir
Sjarifuddin I, Kabinet Amir Sjarifuddin II, serta Kabinet Hatta I,

23
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dan Wakil Ketua MPRS pada Kabinet Kerja III, Kabinet Kerja
IV, Kabinet Dwikora I, dan Kabinet Dwikora II. Ali
Sastroamidjojo aktif di Jong Java (1918-1922) dan
Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda (1923-1928). Ia
pernah ditahan oleh Belanda pada tahun 1927. Pada 1928, ia
membuka kantor pengacara, dan menerbitkan majalah
Djanget di Solo. Ali pernah bergabung dengan Partai
Nasionalis Indonesia (PNI), lalu aktif di Gerindo saat PNI
dibubarkan.
Setelah Perang Dunia II, ia tergabung dalam delegasi
Indonesia yang dikirim untuk mengikuti Konferensi Antar-
Hubungan Asia di New Delhi pada 1947. Ali juga menjabat
sebagai wakil ketua delegasi Republik Indonesia dalam
perundingan dengan Belanda (Februari 1948) dan menjadi
anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan
Konferensi Meja Bundar. Setelah pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia, Ali diangkat menjadi Duta Besar
Indonesia di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950-
1955). Ali juga menjabat ketua umum Konferensi Asia Afrika
di Bandung pada 1955, wakil tetap Indonesia di Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) periode 1957-1960, dan menjadi ketua
umum PNI (1960-1966).

Ali Alatas. Menteri Luar Negeri Indonesia yang menjabat pada tahun
1988 - 1999. Ali Alatas dilahirkan di Jakarta pada 4 November
1932 dan meninggal di Singapura pada 11 Desember 2008.

24
NATION BUILDING (1951-1998)

Selama masa tugasnya, Ali Alatas pernah menjadi salah satu


ketua dalam Konferensi Paris untuk menyelesaikan konflik
Kamboja. Setelah Suharto mundur, Ali Alatas tetap
menduduki posisi Menteri Luar Negeri pada masa
kepresidenan Habibie. Pada periode ini Ali Alatas terlibat aktif
dalam negosiasi dalam penyelenggaran Referendum Timor
Timur. Setelah pemerintahan Habibie berakhir, Ali Alatas
ditunjuk sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri pada masa
pemerintahan Gus Dur dan Penasehat Presiden untuk urusan
Luar negeri pada masa pemerintahan Megawati. Pada masa
pemerintahan SBY ia ditunjuk sebagai Ketua Dewan
Pertimbangan Presiden.

Ali Wardhana. Adalah tokoh perekonomian yang lahir di Solo pada 6


Mei 1928. Ia adalah Menteri Keuangan Indonesia yang
menjabat selama 15 tahun sejak 1968 hingga 1983. Karier di
dunia ekonomi dimulainya dengan menyeleseikan pendidikan
S1 di Fakultas Ekonomi UI pada 1958. Kemudian melanjutkan
studi ke Universitas of California pada 1962 dan setahun
kemudian menyelesaikan pendidikan doktralnya di
universitas yang sama. Setelah menyelesaikan pendidikannya
Ali Wardhanan menjadi Menteri Koordinator Bidang
Ekonomi, Keuangan, Industri dan Pengawasan Pembangunan
pada 1983 hingga 1968. Dedikasinya tidak hanya pada bidang
politik dan pemerintahan, namun juga dalam dunia
pendidikan. Ali Wardana selama 10 tahun menjadi Dekan

25
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

FEUI sejak 1967-1978. Ali Wardhana kemudian meninggal


pada 14 September 2015.

Alimin Prawirodirdjo. Tokoh pergerakan kemerdekaan serta tokoh


komunis Indonesia. Lahir di Solo, 1889, wafat di Jakarta, 24
Juni 1964. Berdasarkan SK Presiden No. 163 26 Juni 1964,
Alimin tercatat sebagai salah satu Pahlawan Nasional
Indonesia. Ia pernah menjadi anggota Budi Utomo, Sarekat
Islam, Insulinde, sebelum bergabung dengan PKI dan akhirnya
menjadi pimpinan organisasi tersebut. Ia juga adalah salah
seorang pendiri Sarekat Buruh Pelabuhan (Sarekat Pegawai
Pelabuhan dan Lautan). Sempat menjadi anggota
konstituante di era pemerintahan Soekarno.

Amien Rais. Tokoh reformasi yang pernah menjabat sebagai ketua


Majlis Permusyawaratan Rakyat pada tahun 1999. Amien Rais
merupakan politisi dan pendiri Partai Amanat Nasional. Lahir
di Surakarta pada 26 April 1944. Ia mengawali karier sebagai
dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik, Universitas
Gadjah Mada. Di samping kesibukannya di dunia akademik,
Amin Rais juga aktif dalam organisasi Muhammadiyah. Ia
terpilih menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada
1995. Amien Rais dikenal sebagai salah satu tokoh penggerak
reformasi. Setelah Suharto mundur, Amien Rais melepaskan
jabatan sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan
membentuk Partai Amanat Nasional. Pada 1999, Amien Rais

26
NATION BUILDING (1951-1998)

diangkat menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat.


Pada pemilihan presiden 2004 Amien Rais ikut mencalonkan
diri sebagai presiden meski tidak berhasil memenangkan
suara terbanyak.

Amir Machmud. Menteri Dalam Negeri pada masa Orde Baru. Lahir
pada tanggal 21 Februari 1923 di Cimahi, Jawa Barat. Anak
kedua dari lima bersaudara. Ia seorang Jenderal Militer
Indonesia yang merupakan saksi mata penandatanganan
Supersemar. Amir machmud menikah dengan Siti Hadidjah
dan memiliki dua anak, Anon Badariah dan Bambang Permadi
Amir machmud. Ketika Siti meninggal, dia menikah lagi
dengan Sri Hardhani Sadat Siswojo. Amir machmud
bergabung dengan PETA dan menjadi komandan peleton.
Amir machmud memimpin BKR di Lembang, Jawa Barat
(diintegrasikan ke Kodam VI/Siliwangi). Amir machmud
kemudian dipindahkan ke Bandung Utara, pasukannya turut
dalam pertempuran melawan sekutu dan Belanda. Pada
1950, Amir machmud juga terlibat dalam penumpasan
terhadap Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Amir machmud
sempat menjabat sebagai Panglima Batalyon di Tasikmalaya
dan Garut sebelum diangkat menjadi Kepala Staf Resimen di
Bogor. Setelah mengabdi di Bogor, Amirmachmud menjabat
sebagai Kepala Staf Panglima KODAM VI/Siliwangi. Pada
1958, Amir machmud dipindahkan ke Jakarta sebagai anggota
staf di markas besar Angkatan Darat selama dua tahun. Pada

27
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

1960, Amir machmud dikirim ke Bandung untuk menghadiri


Seskoad. Setelah menyelesaikan kursus Seskoad-nya, Amir
machmud diangkat menjadi Wakil Kepala Staf CADUAD.
Ketika Soeharto diangkat menjadi komandan lapangan pada
operasi pembebasan Irian Barat 1962, ia menunjuk Amir
machmud sebagai Kepala Staf Operasional. Pada 1962, ia
diangkat sebagai Panglima KODAM X/Lambung Mangkurat
Kalimantan Selatan. Pada Desember 1965, Amir machmud
diangkat menjadi Panglima KODAM V/Jaya.

Amir Sjarifoeddin. Perdana Menteri serta Menteri Penerangan dan


Menteri Pertahanan pada masa pemerintahan Soekarno.
Lahir di Medan 27 April 1907. Amir Syarifuddin menikmati
pendidikan di ELS, atau sekolah dasar Belanda, di Medan
pada 1914 hingga 1921. Ia dididik di Haarlem dan Leiden
Belanda sebelum memperoleh gelar sarjana hukum di
Batavia. Ayahnya, Djamin gelar Baginda Soripada (1885-
1949), seorang jaksa di Medan. Ibunya, Basunu Siregar (1890-
1931), dari keluarga Batak yang telah membaur dengan
masyarakat Melayu-Islam di Deli. Ayahnya keturunan
keluarga kepala adat dari Pasar Matanggor di Padang Lawas,
Tapanuli. Amir menikmati pendidikan di ELS atau sekolah
dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai
Agustus 1921. Seorang politikus sosialis dan salah satu
pemimpin awal Republik Indonesia. Pada Kongres Pemuda II
1928, Amir mewakili Jong Bataks Bond dan menjabat

28
NATION BUILDING (1951-1998)

bendahara panitia. Ia pernah aktif sebagai editor dalam


buletin Indonesia Raja milik Perhimpunan Pelajar Indonesia di
negeri Belanda. Ia juga pernah menjadi editor pada buletin
Banteng milik Partai Indonesia cabang Batavia. Karena
memimpin gerakan bawah tanah yang dibiayai Van der Plass,
ia ditangkap Jepang pada Januari 1943 dan dijatuhi hukuman
mati. Namun, berkat campur tangan Sukarno dan Hatta,
hukuman itu tidak pernah dilaksanakan. Sebagai Perdana
Menteri, Amir menandatangani Perjanjian Renville, 17
Januari 1948. Akibat perjanjian itu, Amir ditinggalkan oleh
partai-partai pendukungnya, Masyumi dan Partai Nasional
Indonesia. Amir memutuskan keluar dari jabatan Perdana
Menteri. Sejak itu Amir, melalui partainya, Partai Sosialis,
menjadi oposan. Pada 1948, ia dieksekusi mati oleh
pemerintah karena terlibat dalam pemberontakan komunis.

Anak Agung Gde Agung. Ia pernah menjabat Menteri Urusan Sosial


pada masa Presiden Abdurrahman Wahid dan menjadi
Anggota MPR. Anak Agung Gde Agung Putra sulung dari
Dr.Ida Anak Agung Gde Agung, seorang Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan
Presiden pertama RI Ir.Sukarno. Anak Agung Gde Agung
merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Dr. Ida
Anak Agung Gde Agung, tokoh yang pernah menjabat sebagai
Menteri Dalam Negeri dan Luar Negeri pada masa
pemerintahan presiden pertama Indonesia, Ir. Sukarno.

29
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Secara hirarki, dirinya merupakan pewaris langsung tahta


Kerajaan Gianyar meskipun dirinya lebih senang disebut
sebagai ‘kepala keluarga’ ketimbang raja. Selain mendapat
gelar Doktor dari Universitas Leiden, Anak Agung juga pernah
mengenyam pendidikan di Universitas Harvard (USA) dan The
Fletcher School of Law and Diplomacy (USA). Di samping itu,
dirinya juga pernah menjadi Menteri Urusan Sosial semasa
era Presiden Abdurrahman Wahid dan anggota MPR-RI
periode 1999-2004.
Di Universitas Leiden, Anak Agung berhasil
mendapatkan gelar doktoral di bidang konservasi biokultural
dan pengembangan masyarakat dengan disertasi doktoralnya
yang berjudul “Bali Paradise Lost: Tri Hita Karana and the
Conservation of the Islands Biocultural Diversity” propranolol
generic online. Tidak hanya itu, disertasi tersebut bahkan
dinobatkan sebagai pelopor dalam dunia akademik karena
metode baru yang berhasil diterapkan di dalam risetnya. Ida
Anak Agung Gde Agung adalah ahli sejarah dan tokoh politik
Indonesia. Di Bali, beliau menjabat sebagai Raja Gianyar,
menggantikan ayahnya, Anak Agung Ngurah Agung.

Andi Abdul Aziz. Lahir di Simpangbinangal, kabupaten Barru,


Sulawesi Selatan 19 September 1924. Pada 1935 ia memasuki
Leger School dan tamat 1938 lalu meneruskan ke Lyceum
sampai 1944. Kemudian Andi Azis memasuki Koninklijk Leger
dan bertugas sebagai tim pertempuran bawah tanah

30
NATION BUILDING (1951-1998)

melawan Nazi. Di Inggris, ia mengikuti latihan pasukan


komando di sebuah Kamp sekitar 70 kilometer di luar
London. Andi Azis lulus dengan pujian sebagai prajurit
komando. Selanjutnya pada 1945 ia mengikuti pendidikan
Sekolah calon Bintara di Inggris dan menjadi sersan kadet.
Pada Agustus 1945, karena SEAC sedang dalam usaha
mengalahkan Jepang di front timur, mereka memerlukan
anggota tentara yang dapat berbahasa Indonesia, maka Andi
Abdul Azis kemudian ditempatkan di komando Perang Sekutu
di India, berpindah-pindah ke Colombo dan akhirnya ke
Calcutta dengan pangkat Sersan. Pada pertengahan 1947 ia
dipanggil kembali untuk masuk KNIL dan diberi pangkat
Letnan Dua. Selanjutnya ia menjadi Ajudan Senior Sukowati
(Presiden NIT). Jabatan ini dijalaninya hampir satu setengah
tahun, kemudian ia ditugaskan sebagai salah seorang
instruktur di Bandung-Cimahi pada pasukan SSOP-sekolah
pasukan payung milik KNIL bernama School tot Opleiding voor
Parachusten-(Baret Merah KNIL) 1948. Pada 1948 Andi Azis
dikirim kembali ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan
kompi berpangkat Letnan Satu dengan 125 orang anak buah
(KNIL) yang berpengalaman dan kemudian masuk TNI
kemudian mendalangi peristiwa pemberontakan Andi Aziz.
Dari hasil pemeriksaan Aziz dalam sidang militer yang digelar
tiga tahun kemudian (1953), saksi mantan Presiden NIT
Sukawati dan Let.Kol Mokoginta tidak banyak meringankan
terdakwa yang pada ahirnya dihukum penjara selama 14

31
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

tahun. Dalam persidangan tersebut terdakwa mengaku


bersalah.

Andi Mattalata. Tokoh pejuang kemerdekaan asal Bugis, tokoh


olahraga Indonesia terutama dalam olahraga renang, ski air
dan tinju. Ia satu-satunya pribumi yang direstui bergabung
menjadi anggota Sport Stait Spieren (SSS) yang didirikan
untuk anak-anak Belanda. Lahir di Barru, Sulawesi Selatan, 1
September 1920, meninggal di Makassar, 16 Oktober 2004.
Pada 1932 ia menyisihkan atlet-atlet keturunan Belanda
dalam renang gaya dada memperebutkan piala Ratu
Wilhelmina der Nederlanden van Oranje Nassau di Makassar.
Pada 1952, Andi Mattalatta memprakarsai pembangunan
Stadion Mattoanging yang dilengkapi gedung olahraga, kolam
renang, serta fasilitas olahraga lainnya di Makassar. Ia juga
menjadi tokoh penyelenggara Pekan Olahraga Nasional (PON)
IV pada 1957 di Kota Makassar. Pada 1954, ia mendirikan
Persatuan Olahraga Perahu Motor dan Ski Air (POPSA) di
Makassar dan membangun rumah klub di depan Fort
Rotterdam. Ia juga merupakan ayah dari penyanyi Indonesia,
Andi Meriem Mattalata. Atas jasa-jasanya namanya
diabadikan sebagai nama stadion di Makassar. Panglima
pertama Komando Daerah Militer Raja Gowa ke-16, dilantik 1
Juni 1957 oleh Kasad Mayjen TNI AH Nasution. Sebelum
meninggal dunia, Andi Mattalatta telah membukukan kisah

32
NATION BUILDING (1951-1998)

perjuangannya yang ditulis sendiri setebal 644 halaman


berjudul Meniti Siri dan Harga Diri.

Angkatan 45. Adalah istilah yang diperkenalkan oleh Chairil Anwar


pada 1948 untuk menamakan generasi sastrawan pasca
kemerdekaan. Angkatan ini sebelumnya dikenal dengan
nama “Angkatan Sesudah Perang”, “Angkatan Chairil Anwar”
dan “Angkatan Kemerdekaan”. Konsep “angkatan” dalam
sejarah sastra Indonesia dilakukan tanpa konsep dan arti
yang jelas. Angkatan dalam hal ini lebih dikenal dengan
“generasi”.

Angkatan 66. Adalah istilah atau penamaan generasi sastrawan


Indonesia. Istilah penamaan Angkatan 66 muncul pertama
kali dalam Simposium “Kebangkitan Semangat 66:
Mendjelajah Teracee Baru” yang berlangsung di Unversitas
Indonesia pada 6-9 Mei 1966. Nama “Angkatan 66” pertama
kali diangkat oleh H.B. Jassin dalam artikelnya “Angkatan 66:
Bangkitnya Satu Generasi” yang dimuat dalam Majalah
Horison, No. 2 Tahun I Agustus 1966. Menurut H.B. Jassin,
pengarang-pengarang Angkatan 66 adalah para sastrawan
yang pada tahun 1945 berusia 6 tahun. Dengan dasar
pemikiran tersebut, H.B. Jassin memasukan nama Motinggo
Boesje, Sapardi Djoko Damono, Taufik Ismail, Umar Kayam,
Arifin C. Noer, Ramadhan KH, Rendra, Ajip Risidi dan

33
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

beberapa nama-nama lainnya dalam kategori sastrawan


Angkatan 66.

Arnaldo Dos Reis Araujo. Gubernur Timor Timur Pertama (1976-


1978), lahir di Ainaro, Timor Portugis, 14 Mei 1913 dan
meninggal di Dili, Timor Timur, 24 Januari 1988. Pendiri dan
Ketua Umum Partai Apodeti.

ASEAN Regional Forum (ARF). Forum yang dibentuk oleh negara-


negara ASEAN pada 1994 sebagai sebuah wadah dialog dan
konsultasi dalam berbagai aspek, seperti politik, keamanan
dan sebagai sarana untuk membangun hubungan kerjasama
dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. ARF pertama
kali diselenggarakan di Bangkok, 25 Juli 1994. ARF adalah
satu-satunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh
seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan
kawasan lain seperti Amerika Serikat, RRC, Jepang, Rusia DAN
Uni Eropa. ARF menyepakati bahwa konsep keamanan
menyeluruh (comprehensive security) tidak hanya mencakup
aspek-aspek militer dan isu keamanan tradisional namun juga
terkait dengan aspek politik, ekonomi, sosial, dan isu lainnya
seperti isu keamanan non-tradisional.

Asian Pasific Economic Coorporation (APEC). Organisasi


kerjasama ekonomi regional di kawasan Asia
Pasifik. APEC pertama kali dibentuk pada tahun 1989, saat

34
NATION BUILDING (1951-1998)

pertemuan tingkat menteri negara-negara Asia Pasifik


diadakan di Canberra, Australia. Tujuan didirikannya APEC
untuk mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat
komunitas negara-negara di Asia Pasifik. Pada masa awal
berdirinya, organisasi ini terdiri atas 12 negara dan hingga
tahun 2013 APEC memiliki 21 anggota. Kerjasama APEC
meliputi perdagangan investasi dan bidang ekonomi lainnya
secara menyeluruh. Kerja sama di APEC merupakan kerja
sama yang bersifat non-politis, ditandai dengan ikut
bergabungnya Hong Kong dan Taiwan yang memiliki masalah
politik dan Tiongkok. Oleh karena itu, APEC menggunakan
istilah ekonomi anggota, bukan negara anggota.

Asmara Hadi. Adalah nama pena dari Abdul Hadi. Asmara Hadi
adalah jurnalis dan sastrawan angkatan Pujangga Baru. Ia
lahir di Bengkulu, di sebuah desa kecil bernama Ulu Talo pada
8 September 1914. Ia menyelesaikan pendidikan di MULO
Taman Siswa Bandung. Selain Asmara Hadi, ada pula nama
pena lain seperti ipih atau H.R singkatan Hadi dan Ratna.
Nama Asmara Hadi hingga kini masih tercatat dalam sejarah
di Gedoeng Juang 45, dan merupakan penyair pada 1930-an.
Pengalamanya di bidang jurnalistik diawali dari menjadi kader
partai politik yang digembleng Sukarno. Ketika Sukarno pada
1932 menerbitkan Pikiran Rakjat, Asmara Hadi menjadi
tangan kanannya. Pernah menjadi pemimpin redaksi Pikiran
Rakjat tahun 1938-1940, pemimpin majalah Pelopor Gerindo

35
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

(1937-1938), pemimpin redaksi majalah Toedjoean Rakjat


(1938-1941), dan pengelola tetap majalah Pudjangga Baru.
Asmara Hadi sempat menjadi anggota konstituante dan
anggota MPRS pada 1966. Pada usia 62 tahun, Asmara Hadi
meninggal dunia di rumahnya, Jalan Cilantah No. 24 Bandung,
hari Jumat, 3 September 1976. Jenazahnya kemudian
dimakamkan di Pemakaman Muslimin Sirnaraga, Jawa Barat.

Asnawi Said, Kiai. Nasionalis dan Anti Penjajah, keturunan ke-14


Sunan Kudus (Syekh Jafar Shodiq). Beliau juga pernah
menggunakan nama Ilyas untuk berangkat haji dan belajar di
Makkah. Lahir di Damaran, Kudus pada 1281 H/1861 M.
Putra dari pasangan H. Abdullah Husnin dan R Sarbinah,
keduanya adalah pedagang konveksi yang cukup besar di
kota Kudus. Beliau terkenal sebagai ahli ilmu agama. Pernah
belajar mengaji kepada KH. Irsyad Naib, di Mayong. Pada
1916, Kiai Asnawi mendirikan Madrasah Qudsiyyah di
kawasan Menara Kudus. Beliau bersama teman-temannya
membangun masjid Menara. Asnawi Said pernah bergabung
dengan pergerakan Sarekat Islam (SI), sebagai komisaris di
Makkah. Sepulang dari Makkah, Kiai Asnawi dipercaya
sebagai penasihat SI Kudus pada 1918. Pada masa
pendudukan Jepang, Kiai Asnawi pernah dituduh menyimpan
senjata api, sehingga rumah dan pondok dikepung oleh
tentara Jepang, beliau juga dibawa ke markas Kempeitai di
Pati. Kiai Asnawi juga menjadi sosok kiai yang turut

36
NATION BUILDING (1951-1998)

mendirikan Nahdlatul Ulama bersama Kiai Hasyim Asy’arie,


Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansurie dan beberapa kiai
lain pada 1926. Beliau mempopulerkan shalawat, yang
kemudian dikenal sebagai “Shalawat Asnawiyyah”.

Assaat, Datuk Mudo. Pejabat Presiden Republik Indonesia pada


pemerintahan Republik di Yogyakarta. Lahir di Dusun
Pincuran Landai, Kubang Putiah, Banuhampu, Agam,
Sumatera Barat, 18 September 1904, meninggal di Jakarta, 16
Juni 1976. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Dalam
Negeri Indonesia. Assaat menikah dengan Roesiah dari Sungai
Puar, Agam di Rumah Gadang Kapalo Koto pada 12 Juni 1949.
Assaat pernah belajar di Perguruan Adabiah dan MULO
Padang, selanjutnya ke School tot Opleiding van Inlandsche
Artsen (STOVIA) Jakarta. Merasa tidak cocok menjadi seorang
dokter, dia keluar dari STOVIA dan melanjutkan ke AMS (SMU
sekarang). Dari AMS, Assaat melanjutkan studinya ke
Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum) di
Jakarta. Ketika menjadi mahasiswa RHS ia giat dalam
organisasi pemuda Jong Sumatranen Bond. Karier politiknya
makin menanjak dan berhasil menjadi Pengurus Besar
Perhimpunan Pemuda Indonesia. Ketika Perhimpunan
Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia
Muda ia terpilih menjadi Bendahara Komisaris Besar
Indonesia Muda. Dia memperoleh gelar Meester in de
Rechten (Mr) atau Sarjana Hukum di Belanda. Pada tahun

37
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

1939 Assaat berpraktik sebagai advokat hingga tahun 1942.


Di zaman Jepang ia diangkat sebagai Camat Gambir,
kemudian Wedana Mangga Besar di Jakarta. Pada tahun
1948-1949 (Desember) ia menjadi Ketua BP-KNIP (Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat). Ia terpilih menjadi
Ketua KNIP terakhir hingga KNIP dibubarkan, kemudian ia
ditugasi sebagai Penjabat Presiden RI di kota perjuangan di
Yogyakarta. Assaat ditangkap Belanda bersama Bung Karno
dan Bung Hatta serta pemimpin Republik lainnya, kemudian
di asingkan di Manumbing, Pulau Bangka. Setelah perjanjian
Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949, Assaat
diamanatkan menjadi Acting (Pelaksana Tugas) Presiden
Republik Indonesia di Yogyakarta hingga 15 Agustus 1950.
Ketika menjadi Penjabat Presiden, ia tidak mau dipanggil
Paduka Yang Mulia, lebih memilih panggilan Saudara Acting
Presiden. Dengan terbentuknya RIS (Republik Indonesia
Serikat), jabatannya sebagai Penjabat Presiden RI pada
Agustus 1950 selesai. Assaat menjadi anggota parlemen
hingga duduk dalam Kabinet Natsir menjadi Menteri Dalam
Negeri September 1950 sampai Maret 1951. Ia ditangkap,
karena dianggap terlibat dengan gerakan PRRI, dalam
pelarian ke Sumatra. Ia dipenjara selama 4 tahun (1962-
1966). Ia baru keluar dari tahanan di Jakarta, setelah Orde
Baru. Pada 16 Juni 1976, Assaat meninggal di rumahnya di
Warung Jati Jakarta Selatan.

38
NATION BUILDING (1951-1998)

Azis Saleh. Ia adalah Menteri Kesehatan Indonesia ke-9, Menteri


Pertanian Indonesia ke-12, Menteri Perindustrian Kerajinan
Indonesia periode 1964-1966, hingga menjadi Menteri
Koordinator Kompartemen Perindustrian Indonesia. Lahir di
Boyolali pada tahun 1914. Ia menjadi menteri sejak Kabinet
Juanda hingga Kabinet Dwikora II. Sebenarnya ia adalah
seorang dokter yang lulus dari Geneeskunde Hogeschool
(GHS) pada 1942. Selain bergerak di dunia politik, ia aktif di
gerakan Praja Muda Karana (Pramuka). Dalam Pramuka, ia
adalah wakil ketua Kwartir Nasional sekaligus Ketua Harian
pertama serta merupakan Panitia Inti untuk membentuk
gerakan Pramuka di Indonesia pada 1960 dan 1970 menjadi
Sekretaris Jendral Gerakan Pramuka. Ia bergabung dalam
Petisi 50 tahun 1974, dengan bergabungnya ia ke dalam Petisi
50, reduplah karier politiknya. Pada masa Reformasi, barulah
ia mendapatkan penghargaan Tunas Kencana yang
merupakan penghargaan tertinggi Gerakan Pramuka. Ia
meninggal pada 2001.

-B-

Bacharuddin Jusuf Habibie. Tekhnokrat bidang kedirgantaraan, tokoh


cendikiawan muslim dan Presiden ketiga Republik Indonesia
kelahiran di Parepare pada 25 Juni 1936. Ia adalah putra
keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul
Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie

39
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

menempuh pendidikan tinggi di Universitas Indonesia


Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung). Ia kemudian
melanjutkan studi pada bidang teknik penerbangan di
Rheinisch-Westfalische Technische Hochschule Aachen,
Jerman dan mendapat gelar Doktor Ingeniur. Habibie bekerja
di sebuah perusahaan penerbangan di Jerman bernama
Messerschmitt-Bolkow-Blohm, setelah menyelesaikan
studinya.
Pada 1973, atas permintaan Presiden Soeharto,
Habibie kembali ke Indonesia kemudian diangkat sebagai
Menteri Negara Riset dan Teknologi dalam beberapa periode
kabinet, antara tahun 1978 hingga 1998. Habibie dipilih
menjadi ketua Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia
pertama, setelah Organisasi ini dibentuk pada 7 Desember
1990. Habibie menjadi Wakil Presiden Indonesia pada 1998.
Setelah Soeharto lengser dari kursi kepresidenan, Habibie
menjadi Presiden. Kepemimpinan Habibie sempat mendapat
penolakan dari rakyat karena dianggap akan menghambat
jalannya reformasi penegakan hukum terhadap Soeharto.
Penolakan ini muncul meski Habibie mampu membentuk
kabinet baru dalam waktu yang terhitung cepat. Penolakan
ini muncul karena dalam membentuk kabinet yang baru
Habibie tidak melibatkan kelompok reformis. Turunnya
Presiden Soeharto dianggap tidak cukup oleh kelompok
reformis selama pemerintahan masih diisi oleh wajah-wajah
lama. Pemerintahan Habibie yang banyak mendapatkan

40
NATION BUILDING (1951-1998)

tentangan pada kenyataannya dapat membawa berbagai


perubahan. Salah satu perubahan besar yang berhasil
diciptakan oleh kepemimpinan Habibie adalah terbukanya
pintu kebebasan dalam berbagai bidang terutama
menyangkut kebebasan berpendapat dan berserikat. Habibie
juga membebaskan beberapa narapidana politik yang sempat
ditangkap pada masa pemerintahan Presiden Soeharto
karena kritik terhadap pemerintah dan tuduhan memicu
keresahan.
Pemerintah Habibie juga membuat perubahan
undang-undang mengenai pemilu. Perubahan ini membuka
kesempatan bagi partai-partai politik yang baru terbentuk
untuk mengikuti pemilu. Tap MPR No. II /MPR/ 1978 tentang
Pancasila sebagai asas tunggal dihapuskan melalui Tap MPR
No XVIII/MPR/1998. Perubahan ini mendorong munculnya
berbagai Organisasi yang secara terbuka menunjukkan
ideologinya. Berbagai perubahan lain dalam pemerintahan
juga dilakukan terutama untuk mengembalikan stabilitas
nasional. Wujud lain demokrasi yang dilakukan oleh Habibie
pada masa pemerintahannya adalah pelaksanaan
referendum di Provinsi Timor Timur. Keputusan ini pada
kenyataanya dianggap sebagai sebuah kesalahan besar.
Melalui referendum ini Provinsi Timor Timur lepas dari
wilayah Indonesia. Sidang Umum MPR Oktober 1999 menjadi
akhir bagi masa pemerintahan Habibie. Pada tanggal 14
Oktober 1999 Habibie menyampaikan pidato

41
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

pertanggungjawabannya. Pada masa pemerintahan Susilo


Bambang Yudoyono Habibie ditunjuk sebagai Penasehat
Kepresidenan.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program


pengendalian jumlah penduduk yang digagas pada masa
Presiden Soeharto. Program pengendalian jumlah penduduk
ini diawali dengan ditandatanganinya Deklarasi
Kependudukan PBB pada 1967. Program ini sebagai langkah
konkret dalam upaya mengendalikan jumlah penduduk, pada
masa Pelita I (1969-1974) dibentuklah Badan Koordinasi
Keluarga Berencana berdasarkan Keppres No. 8 tahun 1970.
Kemudian pada 1972 status BKKBN ditetapkan sebagai
Lembaga Pemerintahan Non-Departmen yang berkedudukan
langsung di bawah presiden. Melalui BKKBN inilah Presiden
Soeharto berhasil mengendalikan jumlah penduduk yang
tumbuh kian pesat.

Balai Kesejahteraan Ibu Dan Anak (BKIA). Lembaga yang digagas


pemerintah yang bertujuan untuk meingkatkan
kesejahteraan masyarakat umum, serta kesejahteraan ibu
dan anak khususnya. Lembaga ini didirikan pada 1950
dilatarbelakangi meningkatnya angka kematian ibu bersalin
dan angka kematian anak. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut BKIA menempuh beberapa cara di antaranya,
memberikan pendidikan kepada masyarakat, memberikan

42
NATION BUILDING (1951-1998)

pertolongan dalam melahirkan anak, serta mengawasi


kesehatan ibu dan anak.

Balai Pemberantasan Penyakit Paru-Paru (BP4). Memiliki tugas


mengadakan penyuluhan, menemukan penderita baru, dan
isolasi terhadap penderita baru penyakit paru-paru. Balai ini
didirikan pada 1951 di Yogyakarta, kemudian menyebar di
Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa kota-kota lain.

Bambang Sugeng. Kepala Staf TNI AD 22 Desember 1952 hingga 8


Mei 1955, inisiator Serangan Umum 1 Maret bersama
Hamengkubuwono IX dan Letkol Soeharto. Lahir di Tegalrejo,
Magelang, 31 Oktober 1913, meninggal di Jakarta 22 Juni
1977. Ia berhasil melucuti 533 tentara Jepang yang dipimpin
Mayor Migaki Simatoyo tanpa perlawanan. Mendapat
julukan “Shogun”, yang berarti “Sang Jenderal Perang”. Ia
pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia di Vatikan,
Jepang, dan Brazil. Ia mendapat anugerah “Bintang Vatikan”
oleh Sri Paus. Ia melakukan musyawarah dengan para
perwira TNI yang terbelah akibat peristiwa 17 Oktober 1952
dan menghasilkan Piagam Djogja 1955. Dengan piagam
tersebut A.H Nasution diangkat kembali sebagai pimpinan
KSAD.

Bambang Supeno. Lahir pada 23 Juli 1924, sebagai anak kedua dari
Wedana Kepanjen, di Kabupaten Malang. Pada usia 13 tahun

43
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

ayah Bambang Soepeno wafat, sehingga hanya diasuh oleh


ibunya. Pada masa remajanya telah mengikuti berbagai
aktivitas, seperti keolahragaan, seni bela diri, dan Kepanduan
Kebangsaan Indonesia (KBI). Dalam setiap kegiatan tersebut,
beliau selalu dipercaya dan dipilih menjadi ketua. Pada masa
sekolah rendah hingga MULO zaman kolonial Belanda, jiwa
kebangsaannya terlihat mencolok. Pada masa pendudukan
Jepang, sebagai murid SMP (Chugakko) di Malang, Bambang
Soepeno dipilih sebagai pimpinan murid sekolah. Pada masa
dibentuknya Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA)
Bambang Soepeno ikut mendaftar. Bambang Soepeno
merupakan salah satu pelatih calon Ippang taiing Yugekitai di
Malang awal Januari 1945. Atas inisiatif Bambang Soepeno,
beberapa mantan anggota Seinendojo diminta berkumpul di
rumah Purbo Suwondo (Let.Jen TNI Purn) di Jalan Arjuno 20
Malang. Mereka berkumpul untuk menentukan sikap dan
upaya awal konsolidasi. Kemudian diadakan hubungan
dengan anggota Seinendojo dari daerah Probolinggo,
Lumajang, Jember, dan Bondowoso. Pada 23 Agustus 1945
diadakan rapat pembentukan BKR di Malang yang dipimpin
Imam Soedja’i dan dihadiri Bambang Soepeno. Ia pernah
menjabat sebagai komandan Resimen Polisi Tentara III Jawa
Timur dan pernah merangkap jabatan tersebut dengan
jabatan Cop Panglima Komando Divisi Pertempuran.
Bambang Soepeno juga memberikan konsep pembentukan
PTP (Polisi Tentara Pertempuran) yang dipimpin oleh Kapten

44
NATION BUILDING (1951-1998)

Moh. Drajad dan bermarkas di Sidoarjo. Kolonel Bambang


Soepeno selanjutnya menggantikan Jenderal Mayor Imam
Soedja’i sebagai Panglima Divisi VII/Untung Suropati.
Kemudian, Kolonel Bambang Soegeng diangkat sebagai
Kepala Staf Umum Angkatan Darat. Pada 13 Juli 1952, Kolonel
Bambang Supeno mengirim surat ke Perdana Menteri
Wilopo, Presiden dan DPRS, menyatakan tidak mempercayai
lagi pimpinan Angkatan Perang, khususnya Angkatan Darat
yang dipimpin Nasution. Akibatnya, Kolonel Bambang Supeno
diskors oleh KSAD. Setelah peristiwa 17 Oktober 1952
Bambang Soepeno dipulihkan dinas militernya. Ia pernah
dipenjara selama 5 tahun hingga 1971. Pada 1974 Bambang
Soepeno wafat karena sakit.

Bandung Plan. Sebuah pilot project dalam bidang kesehatan. Istilah


Bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Johanes Leimena dan
dr. Patah pada 1951, yang selanjutnya disebut “Ide Patah-
Leimnea”. Lahirnya healty center atau Pusat Kesehatan
Masyarakat di Indonesia merupakan penjelmaan dari
Bandung Plan yang waktu itu bertepatan dengan
pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Untuk memenuhi
kebutuhan rakyat pedesaan, di setiap kewedanaan
pemerintah dibangun rumah sakit pembantu dengan
kapasitas 40-70 tempat tidur. Pada setiap kecamatan
dibangun balai pengobatan yang ditangani oleh seorang juru
rawat dari rumah sakit pembantu. Bandung Plan juga

45
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

mencakup usaha-usaha preventif (pencegahan) yang bepusat


di daerah pedesaan. Bandung Plan mulai dicoba di Kabupaten
Bandung dan di desa-desa di Kecamatan Rancaekek dan
Majalaya. Pada 1954 rencana serupa Bandung Plan juga
diterapkan di Yogyakarta.

Basuki Rachmat, Jendral. Menteri Urusan Veteran yang lahir di


Tuban, Jawa Timur, 4 November 1921 dan meninggal di
Jakarta, 8 Januari 1969. Saksi penandatanganan Supersemar
oleh Presiden Sukarno kepada Jenderal Soeharto. Pada tahun
1943, Selama pendudukan Jepang di Indonesia, Basuki
bergabung dengan PETA. Pada 5 Oktober 1945, Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, Basuki mendaftar TKR
pada bulan yang sama di kota Ngawi Jawa Timur. Di sana ia
ditempatkan di KODAM VII/Brawijaya. Basuki menjabat
sebagai Komandan Batalyon di Ngawi (1945-1946),
Komandan Batalyon di Ronggolawe (1946-1950), Komandan
Resimen di Bojonegoro (1950-1953), Kepala Staf Panglima
Tentara dan Teritorium V / Brawijaya (1953-1956) dan
Penjabat Panglima Daerah Militer V / Brawijaya (1956). Pada
September 1956, Basuki dipindahkan ke Melbourne, Australia
sebagai atase militer kedutaan. Basuki kembali ke Indonesia
pada November tahun 1959 dan menjabat sebagai Asisten IV
/ Logistik Kepala Staf Angkatan Darat Abdul Haris Nasution.
Basuki kembali ke KODAM VII/Brawijaya pada 1960,
menjabat sebagai Kepala Staf sebelum akhirnya menjadi

46
NATION BUILDING (1951-1998)

Panglima tahun 1962. Pada September tahun 1965, Basuki


mewaspadai kegiatan komunis di Jawa Timur dan pergi ke
Jakarta untuk melaporkan pengamatannya kepada Panglima
Angkatan Darat, Ahmad Yani. Pada November 1965, Basuki
dipindahkan ke Jakarta dan menjadi anggota staf Soeharto
sebagai Panglima Angkatan Darat, dengan posisi Deputi
Bidang Keuangan dan Hubungan Sipil. Basuki juga aktif
sebagai anggota Komite Sosial-Politik. Pada Februari 1966,
dalam Reshuffle Kabinet, Basuki diangkat menjadi Menteri
Urusan Veteran. 11 Maret 1966, Basuki menghadiri rapat
kabinet di Istana Presiden, yang pertama sejak Sukarno
reshuffle kabinet pada akhir Februari.

Basuki Resebowo. Pelukis Indonesia kelahiran 1916 di Palembang,


Sumatra Selatan dan wafat pada 5 Januari 1999 di
Amsterdam Belanda. Ayahnya, Prawiroatmojo asal
Purworejo, hidup sebagai mantri ukur di kawasan
transmigrasi dan perkebunan di Palembang dan Lampung. Ia
kemudian hijrah ke Jakarta, Ia menempuh pendidian di ELS
(Europesche Largere School). Tercatat sejak 1987 hingga akhir
1989, sudah berjilid-jilid buku ditulisnya dan diterbitkannya
sendiri. Judul bukunya tersebut antara lain Bercermin Di
Muka Kaca, Riwayat Hidupku, Karmiatun (jilid 1 Januari 1988,
jilid ke-6 Januari 1989) dan cerita bergambar Cut Nyak Din
(jilid ke-1 dan ke-2). Selain itu ia juga menerbitkan tulisan-
tulisan berbentuk jurnal dan karikatur. Ia juga ikut

47
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

menyumbangkan esai tentang seni rupa ke beberapa majalah


dan kemudian dibukukan dengan judul Seniman, Seni, dan
Masyarakat (1994).

Beasiswa Supersemar. Salah satu program yang dicanangkan oleh


Pemerintah Orde Baru dalam bidang pendidikan. Program ini
mulai dijalankan sejak 1984 sampai 1998. Yayasan
Supersemar telah memberikan beasiswa kepada mahasiswa
program sarjana tidak kurang dari 154.889 orang dan
sebanyak 581.839 siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Benedict Anderson. Lahir Kunming, Tiongkok ( China ) sebuah


keluarga Anglo-Irlandia 26 Agustus 1936 dan meninggal di
Batu, Malang Jawa Timur 12 Desember 2015. Ia dibesarkan
sebagian besar di California, dan belajar di Universitas
Cambridge. Ia adalah profesor emeritus dalam bidang Studi
Internasional di Universitas Cornell. Ia terkenal karena
bukunya yang berjudul Imagined Communities. Ia juga diakui
secara luas sebagai pakar sejarah dan politik Indonesia pada
abad ke-20. Karya-karya Anderson lainnya termasuk Java in a
Time of Revolution, Debating World Literature, dan Language
and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia, The
Spectre of Comparisons, dan Revoloesi Pemuda, buku
pertamanya yang terbit pada tahun 1972 (terjemahan
Indonesia terbit 1988). Ia pernah dicekal pada masa Orde
Baru karna tulisannya yang dimuat di dalam Cornell Paper,

48
NATION BUILDING (1951-1998)

dan dia baru boleh kembali ke mengunjungi Indonesia pada


1999. Ia memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000.

Budaja Djaja, Majalah. Majalah kebudayaan umum yang terbit sejak


1968. Majalah ini diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta
dengan anggota redaksi Ilan Surianegara, Ajip Rosidi, Harjadi
S, Hartowardojo, dan Ramadhan K.H.

Burhanuddin Harahap. Perdana Menteri ke 9 untuk kabinet


Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955-24 Maret 1956) pada
masa Pemerintahan Soekarno. Lahir di Medan, Sumatera
Utara 1917 dan meninggal di Jakarta, 14 Juni 1987. Ayahnya
seorang Jaksa di Medan Sumatra Utara, bernama Junus
Harahap. Pada masa jabatannya sebagai Perdana Menteri
tahun 1955 dilaksanakan Pemilu pertama di Indonesia sejak
masa kemerdekaan. Burhanuddin menyelesaikan studinya di
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dia
bergabung dengan Partai Masyumi pada 1946 kemudian
diangkat menjadi Ketua Fraksi Masyumi di DPRS RI. Ia
meninggal di RS Jantung Harapan Kita dan dimakamkan di
TPU Tanah Kusir, Jakarta.

-C-

Ch.R.S Soumokil. Perdana Menteri, Menteri Kehakiman dan Jaksa


Agung, terlibat dalam pembentukan Negara Indonesia Timur,

49
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dan pendiri Republik Maluku Selatan. Ia adalah Jaksa yang


menuntut vonis mati atas Wolter Mongisidi, Pahlawan
Nasional Indonesia, yang semasa revolusi bergerilya di sekitar
Makassar. Ayahnya adalah pejabat Kantor Pos di Semarang.
Soumokil sekolah di HBS (sekolah menengah) Kristen.
Setelah tamat HBS, Soumokil bersekolah hukum di
Universitas Leiden Belanda dan lulus tahun 1934. Dia adalah
ahli Yurisprudensi. April 1964 ia diadili dan mendapat
pembelaan dari pengacara Mr. Pierre-William Blogg, teman
lamanya di Leiden. Ia dihukum mati dan dieksekusi pada 12
April 1966 di Pulau Obi.

Chairul Saleh. Wakil Perdana Menteri, Menteri dan Ketua MPRS


1957-1966. Lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat 13
September 1916. Chaerul Saleh menempuh pendidikan SR
(Sekolah Rakyat) di Medan dan diselesaikannya di Bukittinggi
(1924-1931). Setelah tamat ia melanjutkan ke HBS (Hogere
Burger School) bagian B di Medan dan diselesaikannya di
Jakarta (1931-1937). Melanjutkan lagi ke Fakultas Hukum di
Jakarta (1937-1942). Menjabat Ketua Persatuan Pemuda
Pelajar Indonesia (1940-1942), dan setelah Jepang masuk, ia
menjadi anggota dari panitia Seinendan, membentuk Barisan
Banteng, dan anggota PUTERA serta Barisan Pelopor yang
dipimpin oleh Ir. Sukarno. Selanjutnya ia menjadi wakil ketua
pada Gerakan Angkatan Baru dan Pemuda. Ketua Kongres
Pemuda di Yogyakarta dan selanjutnya menjadi Ketua Dewan

50
NATION BUILDING (1951-1998)

Politik Lasykar Rakyat Jawa Barat. Ketika ia menjadi ketua


Biro Politik Perjuangan yang diprakarsai oleh Tan Malaka, ia
ditahan oleh pemerintah RI, setahun. Akhirnya setelah
dibebaskan ia bersama Dr. Muwardi membentuk Gerakan
Revolusi Rakyat. Ketika terjadi Agresi Militer II Chairul Saleh
bersama Divisi Siliwangi melakukan Long March dari
Yogyakarta ke Karawang dan Sanggabuana. Akhirnya ia
bergabung dengan Divisi Tentara Nasional 17 Agustus di
bawah pimpinan Letnan Kolonel Wahidin Nasution, setelah di
bawah pimpinan Mayor Sambas Atmadinata. Chairul Saleh
melarikan diri dari Jakarta ke Banten bersama anggota
kesatuan lainnya, karena tidak setuju dengan hasil KMB, yang
menyebabkan terjadinya Peristiwa Banten Selatan. Februari
1950-1952 ia dipenjara karena dianggap sebagai pelanggar
hukum Pemerintah RI, setelah bebas melanjutkan sekolah di
Fakultas Hukum Universitas Bonn di Jerman Barat (1952-
1955). Setelah kembali pada Desember 1956 ia diangkat
menjadi wakil ketua umum Legiun Veteran RI. 9 April 1957, ia
diangkat menjadi Menteri Veteran dalam Kabinet Karya. Pada
10 Juli 1959 ia diangkat menjadi anggota pada kementerian
Perindustrian Dasar dan Pertambangan dan Migas. Pada 13
November 1963 diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri III.
8 Februari 1967 ia meninggal dunia dengan status tahanan.
Atas jasanya di bidang kemiliteran, dia mendapat pangkat
Jenderal Kehormatan TNI AD. Dia menerima sejumlah
bintang jasa, antara lain Bintang Gerilya, Satyalencana

51
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Peristiwa Aksi Militer II, Satyalencana Peringatan Perjuangan


Kemerdekaan, Bintang Mahaputra Tingkat III, Satyalencana
Satya Dharma, Lencana Kapal Selam RI, dan Doktor Honoris
Causa dalam Ilmu Kemasyarakatan dari Universitas
Hasanuddin.

Conference Of The New Emerging Forces (CONEFO). Konferensi yang


bersidat tidak permanen yang digagas oleh Presiden Sukarno
untuk membentuk kekuatan blok baru di luar kekuatan blok
yang telah ada sebelumnya, yakni Blok Barat (Amerika
Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet). CONEFO didirikan pada 7
Januari 1965 dengan anggota-anggotanya antara lain,
Indonesia, Republik Rakyta Tiongkok, Korea Utara dan
Vietnam Utara. CONEFO dibubarkan oleh Presiden Suharto
pada 11 Agustus 1966.

Cosmas Batubara. Menteri Perumahan Rakyat dan Menteri Tenaga


Kerja pada masa Orde Baru. Pelopor dan Aktivis Mahasiswa
Angkatan ‘66 kelahiran Purbasaribu, Simalungun, Sumatera
Utara, 19 September 1938. Pada masa Mahasiswanya ia
adalah Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dan Ketua
Presidium KAMI Pusat. Sejak 1966 ia diangkat menjadi
anggota DPR-GR sebagai wakil mahasiswa. Ia menikah
dengan R.A. Cypriana Hadiwijono dengan 2 putra dan 2 putri.
Ia memiliki sebuah otobiografi politik berjudul Cosmas

52
NATION BUILDING (1951-1998)

Batubara: Sebuah Otobiografi Politik yang diterbitkan


Penerbit Buku Kompas di Jakarta, Maret 2007.

-D-

Daryatmo. Adalah tokoh militer Indonesia dan Ketua DPR/MPR


periode 1978-1982 tersebut lahir di Solo, 18 Juni 1925 yang
mengalawi karier di dunia militer. Pendidikan kemiliterannya
di SSKAD dan melanjutkan pendidikan militer lanjutan di luar
negeri pada US Command and General Staff College, Fort
Leavenwort, Amerika Serikat dan pedidikan Seskoad di
Bandung. Berbagai jabatan militer pernah dipegangnya
termasuk Komandan Kompi hingga menjadi Asisten VI
Menpangan dan Deputi Khusus Menpangad pada 1965-1968
dan Kaskar Hankam pada 1969. Karinya beralih pada karier
politik dengan menjadi Ketua DPR/MPR menggantikan Adam
Malik yang menjadi Wakil Presiden pada 1978. Dengan
diangkatnya menjadi Ketua DPR, ia merupakan ABRI pertama
yang menjadi ketua DPR/MPR. Masa jabatannya berakti pada
Oktober 1982, digantikan oleh Amir Muchtar. Pada 1980 ia
juga pensiun dari ABRI dengan pangkat Jenderal Penuh.

Daud Beureueh. Gubernur Militer Aceh kelahiran Beureu'eh,


kabupaten Pidie, Aceh, 17 September 1899 dan meninggal di
Aceh, 10 Juni 1987. Dalam kurun waktu 1926-1942
Muhammad Daud mulai membangun madrasah-madrasah

53
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dan mendidik kader Islam diseluruh Aceh. Pada 05 mei 1939


bersama dengan ulama-ulama pembaharu Aceh Muhammad
Daud mendirikan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) di
kompleks pendidikan Al-muslim Matang Geulumpong Dua.
Teungku Muhammad Daud Bureueh terpilih menjadi ketua
PUSA. Sekitar 1942 hingga 1950 Daud Beureuh diangkat
menjadi gubernur militer Aceh, Langkah dan Tanah Karo dan
mulai melakukan pemberontakan kepada pemerintah dengan
mendirikan NII karena tidak puas dengan pemerintahan
Sukarno.

Daud Beureuh. Adalah tokoh Aceh yang memproklamirkan bahwa


Aceh adalah bagian dari Negara Islam Indonesia dan pernah
menjadi Gubernur Aceh. Ketika pernyataan Negara Islam
Indonesia pada 7 Agustus 1949, dua minggu berikutnya Daud
Beureuh memberi pernyataan untuk mengajak seluruh rakyat
Aceh, bangsa asing, pemeluk agama lain, pegawai negeri dan
para saudagar untuk mengakui proklamasi Negara Islam
Indonesia di Aceh dan sekitarnya. Selain itu juga mengajak
untuk menyelapkan kekuasaan Pancasila dan menggantinya
dengan bentuk Negara dan hukum Islam. Daud Beureuh
berhasil meyakinkan pejabat-pejabat pemerintah Aceh untuk
mengikutinya khususnya di daerah Pidie. Hal ini berujung
pada aksi-aksi perlawanan yang terjadi antara pendukung
Negara Islam Indonesia di Aceh dengan pemerintah
Indonesia. Perlawanan tersebut diakhiri dengan Musyawarah

54
NATION BUILDING (1951-1998)

Kerukunan Rakyat Aceh pada Desember 1962 atas Prakarsa


Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel M. Jasin. Daud
Beureuh lahir di Beureu'eh, kabupaten Pidie, Aceh pada 17
September 1899 dan meninggal di Aceh, 10 Juni 1987.

Deklarasi Bangkok. Adalah persetujuan kebulatan tekad kelima


negara di kawasan Asia Tenggara untuk membentuk sebuah
organisasi kerjasama regional yang disebut Association of
Southeaat Asia Nations (ASEAN). Deklarasi Bangkok tercetus
di dalam pertemuan antara menteri luar negeri dari lima
negara yakni, Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak
(Malaysia), S. Rajaratman (Singapura), Narciso Ramos
(Filipina) dan Thanat Khoman (Muangthai/Thailand) pada 5-8
Agustus 1967 di Bangkok. Hasil pertemuan pada 8 Agustus
ialah penandatanganan sebuah deklarasi yang kemudian
dikenal dengan Bangkok Declaration atau Deklarasi Bangkok.

Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Lembaga yang dibentuk oleh


Masyarakat Seniman Indonesia sebagai wadah dari seniman
kreatif dari berbagai cabang kesenian. Lembaga ini didirikan
pada 7 Juni 1968 dan disahkan oleh Ali Sadikin, Gubernur
Jakarta kala itu. Proses pembentukan DKJ diawali dari
pertemuan para seniman dan budayawan Ibu Kota dengan
Gubernur Ali Sadikin pada 9 Mei 1968. DKJ memiliki tugas
sebagai mitra kerja Gubernur DKI Jakarta dalam merumuskan
kebijakan guna mendukung kegiatan dan pengembangan

55
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

kehidupan kesenian di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Anggota


DKJ diangkat oleh Akademi Jakarta dan dikukuhkan oleh
Gubernur Jakarta.

Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional (DSEN). Badan yang bertugas


merumuskan kebijakan-kebijakan di dalam bidang ekonomi,
menyusun program dan mengendalikan pelaksanaannya
dengan tujuan mewujudkan stabilitas ekonomi nasional.
Majelis atau badan ini terdiri atas beberapa orang anggota
yang bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Pendirian lembaga ini didasari pertimbangan perlunya
penyelenggaraan kesatuan kebijaksanaan, sinkronisasi, serta
koordinasi penyusunan program dan pelaksanaannya dalam
rangka pemenuhan tugas stabilitas ekonomi yang dipikul
Kabinet Ampera, pada 11 Agustus 1966.

Dharma Wanita. Organisasi istri pegawai negeri sipil yang didirikan


pada 5 Agutus 1974. Pendirian Dharma Wanita tidak dapat
dipisahkan dari organisasi Korp Pegawai Republik Indonesia
(KORPRI). Pembentukan Dharma Wanita Sejalan dengan
tujuan pembentukan KORPRI, yakni agar para istri pegawai
negeri dapat mendukung para suami dalam melaksanakan
tugas mereka sebagai aparatur negara. Dharma Wanita juga
kerap melaksanakan kegiatan-kegiatan bersifat sosial.

56
NATION BUILDING (1951-1998)

Dipa Nusantara Aidit. Pemimpin Partai Komunis Indonesia (1948-


1965) kelahiran 30 Juli 1923 di Belantu, Pangkal
Alang, Tanjung Pandan Pulau Belitung, Sumatera Selatan.
Ayahnya, Abdullah Aidit, adalah seorang mantan
mantri kehutanan dan tokoh pendidikan Islam dengan
mendirikan Nurul Islam yang berorientasi kepada
Muhammadiyah. Ibunya, Mailan, lahir dari keluarga ningrat.
Aidit bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) yang
merupakan sekolah paling tinggi di Belitung.
Aidit bergaul dengan buruh-buruh, dan semua kalangan,
pertambangan timah Gemeenschapelijke Mijnbouw Billiton
milik Belanda. Awal tahun 1936, Setelah menyelesaikan
sekolah di HIS, Aidit melanjutkan sekolah di Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Batavia. Namun karena
pendaftaran MULO sudah ditutup ketika Aidi tiba akhirnya ia
bersekolah di Middestand Handel School (MHS) di Jalan
Sabang Jakarta Pusat. Aidit lalu membuat biro pemasaran
iklan dan langganan surat kabar bernama Antara di daerah
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Lama-kelamaan, selain biro iklan,
Antara juga berjualan buku dan majalah. Aidit kemudian
berkongsi dengan teman satu kosnya, Mochtar, penjahit yang
punya toko cukup besar di Pasar Baru.
Pada tahun yang sama, Aidit bergabung dengan
Persatuan Timur Muda (PERTIMU). Pekumpulan ini dimotori
oleh Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) pimpinan Amir
Syariffudin. Hanya dalam waktu singkat, Aidit diangkat

57
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

menjadi Ketua Umum. Aidit lalu bergabung ke dalam


kelompok Pemuda Menteng 31. Aidit banyak belajar dan
terpilih untuk ikut kursus-kursus yang diadakan para pemuda
Angkatan Indonesia Baru. Beragam diploma, piagam kursus
bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, Ilmu Hitung Dagang,
Mengetik Cepat hingga Stenografi, diperoleh Aidit dari
kursus-kursus yang ditempuhnya.Pada 1944, Aidit terpilih
masuk Barisan Pelopor Indonesia, sayap pemuda bentukan
Jepang, yang bertugas menjaga keselamatan Sukarno dan
Hatta. Pasca proklamasi, organisasi ini dikenal dengan nama
Barisan Benteng.

Djuanda Kartawijaya. Pernah menjadi Perdana Menteri Indonesia,


Menteri Keuangan pada Kabinet Kerja I. Juanda Kartawijaya,
lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911 meninggal
di Jakarta, 7 November 1963. Jabatan Perdana Menteri
dijabat Djuanda dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959. Setelah
itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet
Kerja I. Ia adalah anak pertama pasangan Raden Kartawidjaja
dan Nyi Monat, ayahnya seorang Mantri Guru pada
Hollandsch Inlansdsch School (HIS). Ia pernah bersekolah di
HIS, kemudian Eropa Europesche Lagere School (ELS/tamat
1924), selanjutnya ke sekolah menengah khusus orang Eropa
(HBS Bandung/lulus 1929). Pada 1929 dia masuk ke
Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) mengambil
jurusan teknik sipil dan lulus 1933. Sejak lulus dari TH

58
NATION BUILDING (1951-1998)

Bandung (1933) dia memilih mengabdi di tengah masyarakat.


Ia mengajar di SMA Muhammadiyah di Jakarta dengan gaji
seadanya meski pernah ditawari menjadi asisten dosen di TH
Bandung dengan gaji lebih besar. Setelah empat tahun
mengajar di SMA Muhammadiyah Jakarta, pada 1937,
Djuanda mengabdi pada dinas pemerintah di Jawaatan Irigasi
Jawa Barat. Selain itu, dia juga aktif sebagai anggota Dewan
Daerah Jakarta. Setelah Kabnet Ali II jatuh. Presiden Sukarno
menunjuk Ir. Djuanda untuk membentuk kabinet baru yang
resmi dibentuk 9 April 1957. Kabinet Juanda merupakan
Zaken Kabinet, dengan komposisi Perdana Menteri Ir. Juanda
dan tiga orang wakil, yaitu Mr. Hardi, Idham Chalid, dan Dr.
Leimena. Kabinet ini dikenal dengan sebunat Kabinet karya
dengan program utama bernama Pancakarya yaitu;
Membentuk Dewan Nasional; Normalisasi keadaan republik.;
Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB; Perjuangan Irian
Barat; dan Mempergiat pembangunan. Kabinet Juanda
berakhir setelah Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Semasa mudanya Djuanda hanya aktif
dalam organisasi non politik yaitu Paguyuban Pasundan dan
anggota Muhamadiyah, dan pernah juga menjadi pimpinan
sekolah Muhamadiyah. Karier selanjutnya dijalaninya sebagai
pegawai Departemen Pekerjaan Umum provinsi Jawa Barat,
Hindia Belanda sejak 1939. Sumbangannya terbesar dalam
masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda 1957 yang
menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut

59
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi


satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal dengan sebutan
negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations
Convention on Law of the Sea (UNCLOS) Namanya diabadikan
sebagai nama lapangan terbang di Surabaya, namanya juga
dijadikan nama hutan raya di Bandung yaitu Taman Hutan
Raya Ir. H. Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan
Monumen Ir. H. Djuanda. Berdasarkan Surat Keputusan
Presiden RI No.244/1963 Ir. H. Djuanda Kartawidjaja diangkat
sebagai tokoh nasional/pahlawan kemerdekaan nasional.
Pada 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah
Republik Indonesia, mengabadikan beliau di pecahan uang
kertas rupiah baru NKRI, pecahan Rp 50.000.

Donald Isaac Panjaitan. Pahlawan Revolusi kelahiran Balige,


Sumatera Utara, 19 Juni 1925 dan meninggal di Lubang
Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965. Ia dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pendidikan formalnya
diawali dari Sekolah Dasar, kemudian masuk Sekolah
Menengah Pertama, dan terakhir di Sekolah Menengah Atas.
Ketika ia tamat Sekolah Menengah Atas, ia harus mengikuti
latihan Gyugun. Selesai Gyugun, ia ditugaskan sebagai
anggota Gyugun di Pekanbaru, Riau hingga Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan. Ia bersama para pemuda
lainnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Di TKR,
ia pertama kali ditugaskan menjadi komandan batalyon,

60
NATION BUILDING (1951-1998)

kemudian menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di


Bukittinggi pada 1948. Ia menjadi Kepala Staf Umum IV
(Supplay) Komandemen Tentara Sumatera. Ketika Agresi
Militern Belanda II, ia diangkat menjadi Pimpinan Perbekalan
Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Panjaitan kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Operasi
Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan.
Selanjutnya ia dipindahkan ke Palembang menjadi Kepala
Staf T&T II/Sriwijaya. Setelah mengikuti kursus Militer Atase
(Milat) 1956, ia ditugaskan sebagai Atase Militer RI di Bonn,
Jerman Barat. Pada tahun 1962, perwira yang pernah
menimba ilmu pada Associated Command and General Staff
College, Amerika Serikat ini, ditunjuk menjadi Asisten IV
Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Ketika
menjabat Asisten IV Men/Pangad, ia mampu membongkar
rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) untuk PKI. Setelah peristiwa G30S mayatnya ditemukan
pada 4 Oktober, dan diberi pemakaman kenegaraan pada
hari berikutnya. Panjaitan mendapat promosi anumerta
sebagai Mayor Jenderal dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Dunia Madrasah, Majalah. Adalah majalah yang terbit bulanan di


Jakarta pada 1954. Majalan ini memberikan fokus perhatian
pada perkembangan pesantren, surau, dan madrasah di
seluruh Indonesia. Selain itu, dalam majalah ini juga kerap

61
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

memuat sejarah lembaga-lembaga agama yang didirikan di


Indonesia.

-E-

Edi Sudrajat. Lahir di Jambi pada 22 April 1983. Ia menjalani karier


militer setelah menyelesaikan pendidikan Akademi Militer
Nasional pada 1960 dan menjadi lulusan terbaik sehingga
ditugaskan sebagai Komandan Peleton di Batalyon Infanteri
515/Tanggul Jember dalam periode 1961-1962 dan
berpartisipasi dalam Operasi Trikora. Hingga 1980, ia
ditugaskan untuk mempertahankan Republik Indonesia dan
pada 1980 ia menjadi Brigadir Jenderal dengan jabatan
Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad. Pada 1985
ia menjadi Letnan Jenderal untuk jabatan Wakil Kepala Staf
TNI AD dari 1986-1988, dan setelah itu menjadi Kepala Staf
TNI-AD jingga tahun 1993. Pada tahun itu ia menjadi
Panglima ABRI dan menjadi perwira tinggi pertama yang
menjadi Panglima ABRI, serta diangkat menjadi Menteri
Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Pembangungan VI.
Ia pernah masuk ke dunia politik dengan menjadi Ketua
Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia sejak 1999-
200. Ia meninggal pada 1 Desember 2006.

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Pembakuan bahasa


Indonesia yang meliputi bidang-bidang ejaan, tata istilah, dan

62
NATION BUILDING (1951-1998)

tata bahasa. Upaya merumuskan Ejaan Bahasa Indonesia


yang Disempurnakan mulai digagas pada 1972 dalam Komite
Bersama yang terdiri atas Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia, Mashuri dan Menteri Pelajaran
Malaysia, Hussein Onn. Pada tahun yang sama rancangan
tersebut selesai dan dijadikan bahan dalam usaha bersama
untuk mengembangkan bahasa nasional kedua negara.
Setelah rancangan itu selesai, akhirnya dilengkapi di dalam
Seminar Bahasa Indonesia di Puncak pada 1972, dan
diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia antar
departemen (Ida Bagus Mantra, Ketua dan Lukman Ali, Ketua
Kelompok Teknis Bahasa) yang ditetapkan dengan surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 20 Mei
1972, No. 03/A.I/72. Selanjutnya saat hari Proklamasi
Kemerdekaan tahun itu juga diresmikanlah aturan ejaan baru
berdasarkan keputusan Presiden No. 57, tahun 1972, dengan
nama Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

Eksekusi Mati Usman-Harun. Pada 17 Oktober 1968 Kopral Komando


Usman Ali dan Prajurit Komando Harun Said menjalani
hukuman mati di Singapura. Komando Angkatan Laut ini
dijatuhkan hukuman mati pada tanggal 20 Oktober 1965 oleh
Pengadilan Singapura atas tuduhan mereka telah memasuki
wilayah yang diawasi (controlled area) dan diatur dalam
Undang-undang Keamanan Dalam Negeri Singapura (Internal
Scurity Act) serta melakukan sabotase militer. Kedua prajurit

63
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Korp Komando Oprasi (KKO) tersebut memasuki wilayah


Singapura dalam rangka melaksanakan tugas-tugas Dwikora
pada 1964. Sebelum melaksanakan hukuman mati, Presiden
Soeharto serta Menteri Luar Negeri Indonesia telah
mengusahakan agar pemerintah Singapura meringankan
hukuman atas kedua prajurit TNI-AL tersebut. Usaha ini tidak
berhasil karena hukuman tersebut tidak dapat diubah
menurut hukum yang berlaku di Singapura.

Ellsworth Bunker. Diplomat AS yang membantu Indonesia dalam


pembebasan Irian Barat. Lahir 1 Mei 1894 dan wafat 27
September 1984. Ia berpendidikan sebagai pengacara, dan
bekerja pertama kali di sektor swasta sebelum menjadi
akademisi. Ia lalu pindah ke pemerintahan selama kekuasaan
Eisenhower. Pada 1956 ia ditunjuk menjadi duta besar untuk
India dan Nepal. Membuat usulan penyelesaian Irian Barat
yang dikenal dengan sebutan Usul-usul Bunker. Isi pokok
usul-usul Bunker adalah penyerahan administrasi
pemerintahan Irian Barat kepada Indonesia melalui badan
pemerintahan PBB dan menjamin hak menentukan pendapat
bagi rakyat di Irian Barat.

Emil Salim. Adalah tokoh yang terakhir menduduki posisi Ketua


Dewan Pertimbangan Presiden pada 2010 - 2014. Ia lahir di
Sumatera Selatan, 8 Juni 1930. Kariernya dimulai sejak ia
menduduki jabatan sebagai Menteri Negara Penyempuraan

64
NATION BUILDING (1951-1998)

dan Pembersihan Aparatur Negara merangkap menjadi Wakil


Kepala Bappenas periode 1971-1973, kemudian menjadi
Menteri Perhubunganan periode 1973-1978 setelah itu
menjadi Menteri Negara Urusan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup periode 1978-1983 dan Menteri Negara
Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup periode
1983-1993. Setelah ini menjadi Ketua Dewan Pertimbangan
Presiden. Selain berkecimpung dalam dunia pemerintahan,
Emil juga mendirikan Yayasan Keanegaragan Hayati (Yayasan
KEHATI), sebuah organisasi non pemerintah yang bergerak di
bidang pelestarian lingkungan dan menjadi tokoh lingkungan
hidup internasional dengan menerima penghargaan dari
World Wild Fund serta anugerah dari Blue Planet Prize pada
2006 dari The Asasi Glass. Penghargaan tersebut menjadikan
Emil bukan hanya ahli ekonomi dan politisi Indonesia, tapi
juga menjaadi tokoh lingkungan hidup.

-F-

Faisal Tanjung. Mantan Panglima TNI dan Menteri Koordinator


Bidang Politik dan Keamanan. Ia memulai karier militernya
sebagai Dan Ton Kie 2 Kodam XV/Pattimura. Pada 1993, ia
diangkat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia. Faisal Tanjung memberikan perhatian khusus
terhadap hubungan antara ABRI dan umat Islam yang
mengalami ketegangan karena berbagai macam peristiwa

65
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

perlawanan di masa Revolusi pada 1950an. Pada 1997 Faisal


Tanjung menerbitkan sebuah buku berjudul ABRI-Islam Mitra
Sejati. Buku ini merupakan salah satu upaya untuk
membangun hubungan yang baik antara ABRI dan kelompok
Islam. Setahun kemudian Faisal Tanjung menjabat sebagai
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan dua masa
pemerintahan Soeharto. Jabatan ini kembali dipegangnya
setelah Suharto mundur dan BJ Habibie diangkat sebagai
pengganti.

Forcas Armandas De Libertacao Nacional De Timor Leste, Angkatan


Bersenjata Pembebasan Negara Timor Timor (Falintil).
Adalah organisasi yang didirikan pada 20 Agustus 1975 oleh
Frentilin (Frente Revolucionaria Timor Leste Indenpendente)
sebagai sayap militer dalam rangka menanggapi konflik
politik dengan Unit Demokrasi Timor (UDT). Setelah UDT
menyetujui penandatangan integrasi Timor Timur dengan
Indonesia, Falintil menjadi tentara yang melakukan
pembebasan terhadap kependudukan Indonesia. Komanda
pertama Falintil adalah Nicaolau dis Reis Lobato tewas pada
pertempuran denagan pasukan Indonesia pada 1878.
Komandan selanjutnya adalah Xanana Gusmou. Pada 1984
Falintil mulai menjauhkan diri dari Frentili dan mulai
menyatakan perlawanan terhadap Indonesia. Komandan
terkahir Falintil adalah Taur Matan Ruak. Falintin adalah
pasukan yang hingga terjadinya referendum pelepasan

66
NATION BUILDING (1951-1998)

Timor-Timur dari Indonesia menjadi pasukan terdepan. Pada


1 Februari 2001, Falintil secara resmi dibubarkan.

Frans Kaisiepo. Pahlawan Nasional dari Papua kelahiran Wardo, Biak,


Papua, 10 Oktober 1921 dan meninggal di Jayapura, 10 April
1979. Ketika pemerintah Belanda menangkap Silas Papare,
pendiri Partai Kemerdekaan Irian Indonesia (PKII), bersama
beberapa aktivis pro-Republik setelah mengibarkan bendera
Merah-Putih pada 17 Agustus 1947, Kaisiepo dan Johan Ariks
memutuskan untuk meneruskan perjuangan rekan mereka
menyatukan wilayah Irian dengan Indonesia. Kaisiepo pernah
meminta anaknya, Markus Kaisiepo, untuk mengganti papan
nama sekolah yang saat itu bertuliskan Papua Bestuurschool
menjadi Irian Bestuurschool. Ia pernah menjadi anggota
Hakim Tertinggi DPA. 14 Agustus 1945 Kaisiepo dan beberapa
rekan memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya di
Kampung Harapan Jayapura. 31 Agustus 1945, Kaisiepo dan
rekan-rekan melakukan upacara pengibaran bendera Merah
Putih dan nyanyian lagu kebangsaan. Pada 10 Juli 1946, Frans
mendirikan Partai Indonesia Merdeka yang diketuai Lukas
Rumkofen. Frans terlibat dalam Konferensi Malino tahun
1946 yang membicarakan mengenai pembentukan Republik
Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua. Ia mengusulkan
nama Irian, kata dalam bahasa Biak yang berarti tempat yang
panas, sekaligus menyatakan penolakan atas skenario usulan
pembentukan Negara Indonesia Timur. Pada 1949, ia

67
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

menolak penunjukan dirinya sebagai wakil Belanda untuk


wilayah Nugini dalam Konferensi Meja Bundar dengan alasan
tidak mau didikte oleh Belanda. Atas penolakan ini, Kaisiepo
menjadi tahanan politik 1954-1961. Pasca masa penahanan,
Kaisiepo mendirikan Partai Politik Irian pada 1961 yang
bertujuan menggabungkan wilayah Nugini sebagai bagian
NKRI. Pada 1972, Kaisiepo dilantik sebagai salah satu anggota
MPR RI sebelum akhirnya menjabat anggota Hakim Tertinggi
Dewan Pertimbangan Agung 1973-1979. Ia pernah menjabat
sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973.
Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993, Frans
Kaisiepo dikenang Pahlawan Nasional Indonesia disertai
penganugrahan Bintang Maha Putera Adi Pradana Kelas Dua.
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih,
Jayapura. Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan
sebagai nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak Selain itu
namanya juga di abadikan di salah satu KRI yaitu KRI Frans
Kaisiepo. Pada tanggal 19 Desember 2016, ia diabadikan
dalam uang kertas Rupiah baru pecahan Rp 10.000.

Frans Seda. Menteri keuangan pada masa awal pemerintahan


Soeharto. Ia juga adalah seorang politikus, menteri, tokoh
gereja, pengamat politik, dan pengusaha Indonesia. Lahir di
Flores, Nusa Tenggara Timur pada 4 Oktober 1926. Menjalani
masa pendidikan di Kolese Xaverius Muntilan dan HBS
(Hollandsche Burgerschool) di Surabaya dan mendapatkan

68
NATION BUILDING (1951-1998)

gelar sarjana ekonomi di Katolieke Economische Hogeschool,


Tilburg, Belanda pada 1956. Frans Seda merupakan anggota
Laskar KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi) dan
anggota Batalyon Paraja/laskar Rakyat GRISK/TNI
Masyarakat. Jabatannya dalam pemerintahan Indonesia
dimulai pada 1964-1966 menjadi Menteri Perkebunan RI dan
pernah juga menjadi Menteri Pertanian. Berbekal lulusan di
bidang Ekonomi Frans Seda menjadi Menteri Keuangan pada
masa Presiden Soeharto dan mampu membuat
perekonomian Indonesia menjadi lebih stabil yang kala itu
sedang mengalami inflasi hingga 650%. Frans Seda pun
dipercayai menjadi Menteri Perhubungan pada 1968. Frans
Seda meninggal dunia di Jakarta pada 31 Desember 2009 saat
berusia 83 tahun.

-G-

Gatot Subroto. Pahlawan Nasional kelahiran Sumpiuh, Banyumas,


Jawa Tengah 10 Oktober 1907 dan meninggal di Jakarta, 11
Juni 1962. Pendidikan dasar dimulai di sekolah Hollandsch-
Inlandsche School (HIS), Gatot Subroto tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi, namun memilih menjadi pegawai.
Pada 1923 ia memasuki sekolah militer Koninklijke
Nederlandsch Indische Leger (KNIL) di Magelang. Sempat
menjadi sersan kelas II saat dikirim ke Padang Panjang selama
lima tahun, Gatot Subroto kemudian dikirim ke Sukabumi

69
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

untuk mengikuti pendidikan lanjutan marsose. Setelah


Jepang menduduki Indonesia, Gatot Subroto mengikuti
pendidikan PETA di Bogor. Selepas lulus dari pendidikan
PETA, ia diangkat menjadi komandan kompi di Banyumas
sebelum akhirnya ditunjuk menjadi komandan batalyon.
Setelah kemerdekaan, Gatot Subroto memilih masuk Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) dan kariernya berlanjut hingga
dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi
Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan
sekitarnya. Ia adalah penggagas akan perlunya sebuah
akademi militer gabungan (Angkatan Darat, Angkatan Udara,
Angkatan Laut) untuk membina para perwira muda. Gelar
Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasar Keputusan
Presiden Republik Indonesia No.283 tanggal 18 Juni 1962
disematkan kepadanya.

Gerakan 30 September 1965. Gerakan kudeta yang ditengarai


dilakukan oleh simpatisan dan anggota PKI di penghujung
masa Demokrasi Terpimpin. Gerakan ini berlatar belakang
salah satunya tuntutan kepada pemerintah agar kaum buruh
dan tani dipersenjatai dari kubu PKI. Namun angkatan darat
menolak pembentukan angkatan kelima ini. PKI sempat
melakukan serangkaian kegiatan seperti membentuk biro
khusus di bawah pimpinan Syam Kamaruzaman. Tugas Biro
Khusus adalah merancang dan mempersiapkan perebutan
kekuasaan. Di samping itu juga melakukan infiltrasi ke dalam

70
NATION BUILDING (1951-1998)

tubuh ABRI, organisasi politik, dan organisasi massa. Gerakan


ini diawali dengan latihan kemiliteran di Lubang Buaya,
Pondok Gede, Jakarta. Latihan kemiliteran yang dianggap
sebagai salah satu persiapan untuk melakukan kudeta. Secara
fisik gerakan ini dipimpin oleh Letkol Untung, Komandan
Batalyon/Resimen Cakrabirawa. Gerakan ini dimulai 1
Oktober dini hari dengan menculik dan membunuh enam
perwira tinggi dan seorang perwira muda Angkatan Darat.
Ketujuh perwira yang dibunuh antara lain Letnan Jenderal
Ahmad Yani, Mayor Jenderal R. Suprapto, Mayor Jenderal
M.T. Haryono, Mayor Jenderal S. Parman, Brigadir Jenderal D.
I. Panjaitan, Brigadir Jendral Soetoyo Siswomiharo dan Letnan
Satu Pierre Andreas Tendean. Dalam peristiwa itu Jendral
Abdul Haris Nasution, Menteri Pertahanan dan
Keamanan/Kepala Staf TNI Angkatan bersenjata (Menko
Hankam/Kasab) yang juga menjadi sasaran, berhasil
meloloskan diri dari usaha penculikan, akan tetapi putri
beliau Ade Irma Suryani Nasution tewas akibat tembakan
para penculik. Ajudannya perwira pertama Letnan Satu Pierre
Andreas Tendean juga turut terbunuh. Turut tewas dalam
peristiwa adalah Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal
rumah wakil perdana menteri II Dr. J, Leimena, yang
rumahnya berdampingan dengan rumah Jenderal A. H.
Nasution. Sementara itu Gerakan 30 September di
Yogyakarta juga mengadakan penculikan dan pembunuhan
terhadap Komandan Korem 072 Kolonel katanso dan Kepala

71
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Staf Korem 072, Letkol. Sugiyono di Kentungan, Yogyakarta.


Pada pagi hari 1 Oktober 1965, gerakan ini berhasil
menguasai Studio RRI dan Kantor PN Telekomunikasi. Melalui
RRI pada pukul 08.15 WIB Letkol Untung menyiarkan
pengumuman bahwa Gerakan 30 September ditujukan
kepada jendral-jendral yang akan mengadakan kudeta. Imbas
dari gerakan ini adalah pembunuhan masal terhadap
pemimpin, anggota, simpatisan hingga masyarakat yang
dianggap berafiliasi dengan PKI. Pembasmian tersebut
dilakukan oleh TNI bekerjasama dengan masyarakat di
berbagai daerah.

Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Adalah gerakan separatis kesukuan


dan keagamaan di Aceh. Gerakan ini bertujuan untuk
melepaskan Aceh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Gerakan ini berawal dari proklamasi kemerdekaan yang
dilakukan oleh masyarakat Aceh pada 4 Desember 1976.
Dipimpin oleh Hasan di Tiro yang berlangsung di daerah Pidie,
Aceh utara dan Aceh Timur. Pada 1980, gerakan ini
melakukan perlawanan senjata terhadap tentara milliter,
sehingga pemerintah mengambil sikap terhadap perlawanan
tersebut. Sikap yang dilakukan pemerintah sejak akhir 80-an
hingga penghujung tahun 90-an adalah mengirimkan pasukan
Kostrad ke Aceh di bawah pimpinan Prabowo. Sejak saat itu,
Aceh dianggap sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) serta
berstatus Darurat Militer hingga diberlakukannya hukum

72
NATION BUILDING (1951-1998)

darurat perang. GAM berhasil mencapai kesepakatan damai


dengan Republik Indonesia pada 2005 setelah perundingan
dan penandatangan nota kesepakatan pada 15 Agustus 2005.

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Organisasi gerakan


mahasiswa yang memiliki cita-cita terwujudnya sosialisme
Indonesia. GMNI lahir dari proses peleburan tiga organisasi
ke mahasiwaan yang memiliki kesamaan azaz yakni
marhainisme ajaraan bung karno yaitu gerakan mahasiswa
marhainis (GMM) ,gerakan mahasiswa demokrat Indonesia
(GMDI), dan Gerakan Mahasiswa Merdeka (GMM). Dengan
dukungan bung Karno pada 23 maret 1954, dilangsungkan
kongres pertama GMNI di Surabaya dan momen ini menjadi
hari jadi GMNI. Dalam perkembangannya organisasi GMNI
telah berkongres sebanyak 13 kali sejak pertama 23 maret
1954 di Surabaya hingga ke 13 di kota Blitar Jawa Timur.

Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA). Adalah organisasi


nirlaba yang bersifat sosial. Lahirnya gerakan ini
dilatarbelakangi oleh kesulitan biaya siswa dalam menempuh
kebijakan wajib belajar sembilan tahun. Hal ini disebabkan
kebijakan wajib belajar sembilan tahun tidak diikuti oleh
kebijakan pembebasan biaya sekolah. Untuk menanggulangi
hal ini pemerintah menyiasatinya dengan program beasiswa,
namun tidak dapat menutupi semuanya. Oleh karena itu
digagaslah Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA).

73
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Program ini menawarkan konsep dukungan dan peran serta


masyarakat untuk penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun.

Gunting Syafrudin. Pada Maret 1950 Syafruddin Prawiranegara,


selaku Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta, menggulirkan
program pengguntingan uang dari nilai Rp 5 ke atas, sehingga
nilainya jadi separuh. Uang yang kena kebijakan ini adalah
“uang merah” (uang NICA) dan uang De Javache Bank.
Guntingan kiri dari uang tersbut masih berlaku dan dapat
digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai
setengah dari nilai semula sampai l9 Agustus 1950 pukul
18.00. Bagian kiri dari potongan uang tersebut harus
ditukarkan dengan uang kertas baru di Bank atau tempat-
tempat yang telah diunjuk selama periode 22 Maret sampai
16 April 1950. Apabila melebihi tenggat waktu yang
ditentukan maka bagian kiri tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Adapun guntingan uang sisi kanan dinyatakan tidak berlaku,
tetapi dapat ditukarkan dengan obligasi negara sebesar
setengah dari nilai semula, dan akan dibayarkan empat tahun
kebudian dengan bunga 3% pertahun. Kebijakan Gunting
Sjafruddin ini berlaku juga bagi uang simpanan yang ada di
Bank. Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami
pengguntingan, begitupun dengan uang Oeang Republik
Indonesia (ORI).

74
NATION BUILDING (1951-1998)

-H-

Hans Bague Jasin. Kritikus Sastra dan Pengarang sering disingkat H.B.
Jassin kelahiran Gorontalo 13 Juli 1917 dan meninggal di
Jakarta, 11 Maret 2000. H.B. Jassin menyelesaikan pendidikan
dasarnya di HIS Balikpapan, lalu ikut ayahnya pindah ke
Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, dan menyelesaikan
pendidikan menengah (HBS) di sana. Ia sempat bekerja
sukarela di kantor Asisten Residen Gorontalo selama
beberapa waktu kemudian ia menerima tawaran Sutan Takdir
Alisjahbana untuk bekerja di badan penerbitan Balai Pustaka
tahun 1940. H.B. Jassin menjadi redaktur dan kritikus sastra
untuk majalah Pandji Poestaka, Mimbar Indonesia, Zenith,
Sastra, Bahasa dan Budaya, Horison, dan lain-lain. Ia dijuluki
Paus Sastra Indonesia oleh sastrawan Gajus Siagian. Ia pernah
membela Chairil Anwar (1956) yang dituduh sebagai plagiat.
Ia juga turut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada
1963 yang membuatnya dipecat dari Lembaga Bahasa
Departemen P&K dan staf pengajar UI. Ketika ia memuat
cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusmin di
majalah Sastra tahun 1971.
Jassin dijatuhi hukuman penjara satu tahun dengan
masa percobaan dua tahun karena menolak mengungkapkan
nama asli pengarang cerpen yang isinya dianggap 'menghina
Tuhan'. Kurang dari 30 ribu buku dan majalah sastra,
guntingan surat kabar dan catatan-catatan pribadi pengarang

75
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

yang dihimpun H.B Jassin tersimpan di Pusat Dokumentasi


Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ia pernah
menjadi anggota dewan pertimbangan pembukuan Perum
Balai Pustaka (1987-1994), anggota Panitia Pertimbangan
Pemberian Anugerah Seni Bidang Sastra, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1975), anggota juri Sayembara
Kincir Emas oleh radio Wereld Omroep Nederland (1975),
anggota Panitia Pelaksana Ujian Calon Penerjemah yang
disumpah (1979-1980), Extrernal assessor Pengajian Melayu,
Universiti Malaya (1980-1992), anggota Komisi Ujian Tok-
Vertlader Leiden (1972), peserta 29 tahun International
Congress of Orientalist Paris (16-22 Juli 1973), penasehat
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1973-1982),
anggota dewan juri Sayembara Mengarang Novel Kompas-
Gramedia (1978), ketua dewan juri Sayembara Novel Sarinah
(1983), anggota dewan juri Pegasus Oil Indonesia (1984) dan
ketua dewan juri Sayembara Cerpen Suara Pembaruan
(1991). Sebagai penghormatan, ia dimakamkan dalam
upacara kehormatan militer 'Apel Persada' di Taman Makam
Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.

Hari Tjan Silalahi (Tjan Tjoen Hok). Tokoh politik dan tokoh Katholik
kelahiran Yogyakarta, 11 Februari 1934. Semasa SMA ia
menjadi anggota organisasi peranakan Tionghoa, Chung Lien
Hui. Di bawah kepemimpinannya organisasi ini kemudian
berganti nama menjadi Persatuan Pelajar Sekolah Menengah

76
NATION BUILDING (1951-1998)

Indonesia (PPSMI). Harry juga aktif dalam Ikatan Pemuda


Pelajar Indonesia. Setelah tamat SMA, Harry pindah ke
Jakarta dan masuk ke Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
dan lulus 1962. Semasa kuliah di Jakarta, ia aktif di
perkumpulan Sin Ming Hui, dan Perhimpunan Mahasiswa
Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Ia kemudian terpilih
menjadi ketua organisasi itu, dan menjadi Sekjen Partai
Katolik. Harry kemudian menjadi anggota anggota DPRGR
dan ketua Komisi I. Ia memilih kegiatan di Centre for Strategic
and International Studies (CSIS) dan Yayasan Pendidikan
Trisakti. Di yayasan Trisakti, awalnya Harry mengetuai bidang
kemasyarakatan sebelum menjadi ketua yayasan Trisakti.
Belakangan ia terpilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan
Agung (DPA) dan menjabat direktur CSIS. Di CSIS, Harry
bersama kawan-kawannya mempengaruhi hampir semua
kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Orde Baru. Harry
Tjan mendapatkan marga Batak Silalahi melalui
persahabatannya dengan Albertus Bolas Silalahi, yang juga
pernah memimpin Partai Katolik. Harry menikah dengan
Theresia Marina Gani, dosen sastra Inggris Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya UI, dan dianugerahi dua orang anak.

Harmoko. Mantan ketua DPR/MPR dan Menteri Penerangan. Ia lahir


di Nganjuk, 7 Februari 1939. Harmoko mengawali kariernya
sebagai wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan
Majalah Merdeka pada 1960. Setahun kemudian Harmoko

77
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

bersama beberapa orang rekannya mendirikan Harian Pos


Kota. Harmoko lalu ditunjuk sebagai ketua Persatuan
Wartawan Indonesia. Di dunia politik, Harmoko aktif dalam
Partai Golongan Karya. Ia menjabat sebagai ketua partai
dalam kurun waktu 1993-1998. Presiden Suharto
mengangkat Harmoko sebagai Menteri Penerangan dalam
dua periode kabinet, yakni Kabinet Pembangunan V dan
Kabinet Pembangunan VI. Setelah tidak lagi menjabat sebagai
menteri penerangan, Harmoko diangkat sebagai menteri
urusan khusus yang bertugas memberi penerangan kepada
calon anggota DPR. Ia kemudian diangkat menjadi Ketua
DPR/MPR pada 1997-1998.

Harsono Tjokroaminoto. Adalah putera ke-2 dari HOS.


Tjokroaminoto. Ia menjadi Menteri Pertahanan pada Kabinet
Syahrir. Pria yang lahir di Madiun, 24 April 1913 ini ikut
membangun Partai Masyumi pada 1945 dan menjadi pendiri
GPII. Selain itu ia menjadi penasehat politik Panglima Besar
Jenderal Sudirman dan ikut bergerilya selama
berlangsungnya perang kemerdekaan ke-2 (1948-19549).
Setelah 1950, Harsono Tjokroaminoto menjadi Menteri
Negara dalam Kabinet Natsir (1950). Dalam bidang
pendidikan, ia menjadi Rektor Universitas Tjokroaminoto di
Solo pada 1955. Menjadi menteri Pertama Kementerian
Negara Bidang Penyempurnaan dan Pembersiahan Aparatur

78
NATION BUILDING (1951-1998)

Negara pada saat Orde Baru. Akhir kariernya adalah sebagai


Duta Besar Indonesia untuk Swiss pada 1972-1975.

Harsudiono Hartas. Lahir di Jepara, 4 Juni 1935. Mengawali karier


militer setelah lulus dari Akademi Militer Nasional (AMN) di
Magelang pada 1960 dan mulai bettugas di Medan, Sumatera
Utara sebagai Perwira Kavaleri d Kodam Bukit Barisan sampai
1962. Kemudian menjadi Wakil Komandan Batalyon Kavaleri
Kostrad sampai 1971. Dua tahun kemudian, ia mengikuti
pendidikan di Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas)
dan kembali ke Magelang. Saat kembali, ia diserahi jabatan
Walik Gubernur Akabri Darat 1982-1983. Selanjutnya selama
1985-1987 ia menjadi Pangdam IV/ Dipenogoro dan pada
1988, ia menjadi kepala staf sosial politik ABRI. Setelah
pensiun dari dunia kemiliteran, ia sempat menjadi anggota
Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Dalam bidang militer,
Harsudiono mendapatkan Bintang Dharma dan Bintang
Yudha Dharma Pratama. Ia kemudian meninggal pada 26
Januari 2017.

Hartono. Adalah Komandan Korps Komando Operasi Angkatan Laut


yang sangat loyal kepada Sukarno. Mantan Korp Komando
Operasi Angkatan Laut tahun 1961-1968 ini lahir di Solo, 1
Oktober 1927, berhasil masuk ke TKR Angkatan Laut tahun
1945, kemudian masuk dalam Angkatan Laut Republik
Indonesia. Kariernya memuncak setelah menjadi Komandan

79
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

KKO yang sangat loyal kepada Presiden Sukarno, dengan


perkataannya pada saat HUT KKO 15 November 1965 yang
berisi, “Putih kata Presiden Sukarno, putih pula kata KKO.
Hitam kata Presiden Sukarno, hitam pulakata KKO”. Setelah
1968, Hartono dipindahtugaskan menjadi Duta Besar (Dubes)
Indonesia untuk Korea Utara di Pyongyang menggantikan
Ahem Erningpraja. Hartono meninggal pada 6 Januari 1971 di
Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata
pada 7 Januari 1971.

Heboh Sastra. Peristiwa dalam dunia sastra Indonesia yang


merupakan reaksi atas cerpen berjudul “Langit Makin
Mendung” karya Ki Panji Kusmin yang dimuat dalam Majalah
Sastra No. 8, Agustus 1968. Cerpen tersebut mendapatkan
reaksi sangat keras dari kalangan umat Islam. Gelombang
protes mula-mula datang dari Medan. Mahasiswa-mahasiswa
Islam di Medan pada 12 Oktober 1968 memperotes dan
mendesak agar Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara untuk
melarang peredaran dan menyita majalah tersebut. Sejumlah
organisasi Islam di berbagai daerah menilai bahwa cerpen
tersebut telah menghina Tuhan dan Nabi Muhammad SAW.
Mereka mendesak agar cerpen tersebut dicabut dari
peredaran dan pengarangnya meminta maaf kepada Umat
Islam. Pada 22 Oktober 1968 Ki Panji Kusmin secara terbuka
menyatakan mencabut cerpen “Langit Makin Mendung” dan
menganggapnya tidak ada.

80
NATION BUILDING (1951-1998)

Henk Ngantunk. Gubernur DKI Jakarta dan Sastrawan kelahiran


Medan 26 November 1918, Berpendidikan HBS Jakarta,
Fakultas Hukum UI, dan Rechthogeschool di Jakarta (1939-
1942), dan Jurisdische Fakulteit Universiteit van Amsterdam
1950-1953; dengan titel Drs, Pernah mengajar UI Fakultas
Ekonomi Universitas Padjadjaran (1959-1962) dan Fakultas
Sastra Universitas Indonesia (1969-1973), Pernah menjadi
pembantu Instituut voor Taal en Cultuur, redaktur Penerbit
Djambatan di Amsterdam, redaktur majalah Konfrontasi
(1954-1962), Direktur Penerbit Pembangunan (1960-1968),
Ketua Ikatan Penerbit Indonesia/IKAPI (1959-1963);
kemudian Wakil Ketua II IKAPI (1968-1973), Direktur Pusat
Kesenian Jakata Taman Ismail Marzuki (1973-1982), dan
Sekretaris Himpunan Penerjemah Indonesia (1974). Ia banyak
menerjemahkan seperti: Kisah Jerman Sepanjang Masa I &
II(1973), Kisah Belanda Sepanjang Zaman (1979), Humor
Sekolom Senyum Dikulum (karya Simon Carmiggelt, 1980),
Saat Bicara: Anekdot-Anekdot Syaikh Sa'di Sirazi (1985), dan
Pedoman Pengendalian Mutu (karya Kaoru Ishikawa, 1986)
Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai
pelukis tanpa pendidikan formal. Bersama Chairil Anwar dan
Asrul Sani, ia ikut medirikan "Gelanggang". Henk juga pernah
menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-
Tiongkok 1955-1958. Sebelum diangkat menjadi gubernur, ia
ditunjuk oleh Presiden Sukarno sebagai deputi gubernur di
bawah Soemarno. Henk Ngantung dicap sebagai pengikut

81
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Partai Komunis Indonesia hingga akhir hayatnya bulan


Desember 1991. Henk Ngantung hingga meninggal tinggal di
gang sempit namun lahan rumahnya cukup luas di jalan
Waru, Cawang, Jakarta Timur. Karya Henk Ngantunk yaitu
sketsa Tugu Selamat Datang yang menggambarkan sepasang
pria dan wanita sedang melambaikan tangan dan berada di
bundaran Hotel Indonesia. Desain awal patung tersebut
dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu menjabat
sebagai wakil Gubernur DKI Jakarta. Henk juga membuat
sketsa lambang DKI Jakarta dan lambang Kostrad namun
belum diakui oleh pemerintah. Lukisan hasil karya Henk
adalah Ibu dan Anak yang merupakan karya terakhirnya.

Herling Laoh. Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perhubungan


kelahiran Tompaso, Sulawesi Utara 6 Maret 1905 dan
meninggal 15 Maret 1970. Ia meraih gelar insinyur sipil pada
Mei 1928 dari Technische Hoogeschool te Bandoeng dan
merupakan sahabat Bung Karno sejak mahasiswa. Ia adalah
perintis profesi kontraktor sarana dan prasarana di kalangan
pribumi Indonesia dan pernah menjadi kontraktor
pembangunan Pelabuhan Samudera Bitung. Selain itu dia
adalah salah satu penggagas POR Maesa. Ia adalah mantan
menteri RI dari Partai Nasional Indonesia tahun 1946-1950.
Kemudian ia bergabung dengan PRRI/Permesta sebagai
anggota pemerintahan PRRI/Permesta di Sulawesi dengan
jabatan Menteri Negara. Ia juga merupakan salah seorang

82
NATION BUILDING (1951-1998)

tokoh olahraga tenis di Indonesia dan salah seorang


penerima tanda kehormatan Bintang Mahaputra Utama. Ir.
Herling Laoh menjadi Menteri Pekerjaan Umum enam kali
sejak 1946-1950. Bahkan pada Kabinet Hatta II ia menjabat
dua jabatan menteri sekaligus.

Herman Nicolas Ventje Sumual. Tokoh Permesta yang lahir di


Remboken, Minahasa, Sulawesi Utara 11 Juni 1923 dan
meninggal di Jakarta, 28 Maret 2010. Ventje pernah belajar di
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (1946-1948),
Yogyakarta. Sembari kuliah, ia aktif sebagai perwira
penghubung Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) dan
diangkat menjadi Kepala Staf Brigade XVI dengan pangkat
mayor. Pada 2 Maret 1957 di Makassar, Letkol Ventje Sumual
mengumumkan SOB (staat van oorlog en beleg/negara dalam
keadaan bahaya) di Indonesia Timur, sekaligus
memproklamirkan berdirinya Piagam Perjuangan Semesta
(Permesta). Ventje Sumual melanjutkan hidupnya sebagai
pengusaha dan ‘partner’ Orde Baru. Meninggal dunia pada
tanggal 28 Maret 2010 di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, akibat menderita kanker.

Hikmah, Majalah. Adalah Majalah mingguan yang diterbitkan di


Jakarta oleh para simpatisan Masyumi. Dewan penasihat dari
majalah ini adalah Mohammad Natsir dan beberapa petinggi
Masyumi lainnya.

83
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Hoegeng Imam Santoso. Adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia


(Kapolri) ke-5 yang lahir pada 14 Oktober 1921 di Pekalongan.
Ia memulai karier di kepolisian dengan memilih kuliah di
Recht Hoge School (RHS) pada 1940, kemudian mengikuti
latihan kemiliteran Jepang tahun 1942, dan diangkat menjadi
wakil kepala polisi seksi II Jomblang Semarang pada 1944.
Setahun kemudian menjadi Kepala Polisi Jomblang. Pada
1950, ia melanjutkan pendidikan dengan mengikuti kursus
orientasi di Provost Marshal General School, Military Police
School Port Gordon, Amerika Serikat. Selesai pendidikan
tersebut, ia menjabat sebagai kepala DPKN Kantor Polisi Jawa
Timur di Surabaya pada 1952. Hoegeng dipindahtugaskan di
Medan menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi
Sumatera Utara pada 1956. Pendidikannya berlanjut di
Pendidikan Brimob dan menjadi Staf Direktorat II Mabes
Kepolisisan Negara pada 1960. Karier kepolisiannya terus
meningkat setelah masuk dalam Kepolisian Negara, hingga
pada 1968 Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian
Negara. Selama menjabat menjadi Kepala Kepolisian,
beberapa hal dilakukan olehnya dalam membenahi beberapa
bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat
Mabes Polri agar lebih dinamis dan komunikatif. Perubahan
kedua adalah perubahan nama pimpinan polisi dan markas
besar. Akhirnya dikeluarkan Kepres No. 52 Tahun 1969 yang
mengubah sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak)
menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri), dengan begitu nama

84
NATION BUILDING (1951-1998)

Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi


Markas Besar Kepolisan (Mabak). Ada beberapa kasus besar
yang ditangani semasa kepemimpinannya, yaitu Kasus Sum
Kuning, yaitu kasus pelecehan seksual terhadap penjual telur
yang diduga pelakunya adalah anak-anak petinggi. Kemudian
kasus penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran
rupiah. Setelah kedua kasus itu mencuat di masyarakat, pada
1971 Hoegeng pensiun dari jabatan Kapolri. Di usia 82
Hoegeng meninggal dunia.

-I-

I Gusti Ketut Pudja. Adalah tokoh Bali yang pertama menjabat


sebagai Gubernur Sunda Kecil (Bali, NTT dan NTB) pasca
kemerdekaan. Sebelum proklamasi kemerdekaan, I Gusti
Ketut Pudja pernah menjabat sebagai anggota PPKI. Ia turut
berkontribusi pemikiran, terutama mengenai Pembukaan
UUD 1945. Pria kelahiran Singaraja, 19 Mei 1908 ini saat
usianya 26 tahun, ia berhasil menyelesaikan kuliah di bidang
hukum dengan meraih gelar Meester in de Rechten dari
Recht Hoge School. I Gusti Ketut Pudja juga pernah
menduduki beberapa jabatan penting, di antaranya, Menteri
Kehakiman, Wakil Ketua Dewan Pengawas Keuangan, Dewan
Perancangan Nasional, Panitia Undang-undang Pokok Agraria
dan terakhir sebagai ketua Badan Pemeriksa Keuangan. I
Gusti Ketut Pudja wafat pada 4 Mei 1977 di usia ke-68 tahun.

85
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Atas jasa dan pengabdiannya pada bangsa dianugerahi gelar


Pahlawan Nasional pada 2011.

Ibnu Sutowo. Menteri ESDM. Lahir di Yogyakarta, 23 September


1914 dan meninggal di Jakarta, 12 Januari 2001. Selepas
pendidikan kedokteran di Surabaya, pada 1940 Ibnu Sutowo
bekerja sebagai dokter di Palembang dan Martapura. Setelah
masa kemerdekaan, ia sempat bertugas sebagai Kepala
Jawatan Kesehatan Tentara se-Sumatera Selatan (1946-
1947). Pada 1955, Sutowo ditunjuk sebagai Panglima TT-II
Sriwijaya. Pada 1957, A.H. Nasution (saat itu KSAD) menunjuk
Sutowo untuk mengelola PT Tambang Minyak Sumatera
Utara (PT Permina). Pada 1968, perusahaan ini digabung
dengan perusahaan minyak milik negara lainnya menjadi PT
Pertamina. Pada 1976, Ibnu mengundurkan diri sebagai Dirut
Pertamina, dan meninggalkan Pertamina dalam kondisi utang
sebesar US$ 10,5 miliar. Ibnu lalu masuk ke PT Golden
Mississippi. Ibnu lalu mulai mengelola Petronas,
pertambangan minyak Malaysia pada 1976. Ibnu mendirikan
Bank Aqua pada 1988, meski bisnis perbankan ini akhirnya
gagal.

Idham Khalid. Ketua PBNU (1955-1984), Wakil Perdana Menteri


(Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda), Menteri
Kesejahteraan Rakyat (Kabinet Ampera I, Kabinet Ampera II
dan Kabinet Pembangunan I), Menteri Sosial (1970-1973),

86
NATION BUILDING (1951-1998)

Ketua MPRS dan Ketua MPR-DPR (1971-1977), ketua DPA


(1983), dan Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama (1956-1984)
kelahiran Satui, Kalimantan Selatan, 27 Agustus 1921 dan
meninggal di Jakarta, 11 Juli 2010.
Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara.
Ayahnya H Muhammad Chalid, penghulu asal Amuntai yang
sekitar 200 kilometer dari Kota Banjarmasin. Saat masuk SR ia
langsung duduk di kelas dua. Selepas SR, Idham melanjutkan
pendidikannya ke Madrasah Ar-Rasyidiyyah pada 1922.
Kemudian Idham melanjutkan pendidikannya ke Pesantren
Gontor, Ponorogo Jawa Timur. Tamat dari Gontor, 1943,
Idham melanjutkan pendidikan di Jakarta. Di ibukota,
kefasihan Idham dalam berbahasa Jepang membuat penjajah
Dai-Nipon sangat kagum. Pihak Jepang juga sering
memintanya menjadi penerjemah dalam beberapa
pertemuan dengan alim ulama. Dalam pertemuan-
pertemuan itulah Idham mulai akrab dengan tokoh-tokoh
utama NU.
Ketika Jepang kalah perang dan Sekutu masuk
Indonesia, Idham Chalid bergabung ke dalam badan-badan
perjuangan. Menjelang kemerdekaan, ia aktif dalam Panitia
Kemerdekaan Indonesia Daerah di kota Amuntai. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan, ia bergabung dengan Persatuan
Rakyat Indonesia, partai lokal, kemudian pindah ke Serikat
Muslim Indonesia. Pada 1947 ia bergabung dengan Sentral
Organisasi Pemberontak Indonesia Kalimantan, yang

87
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dipimpin Hasan Basry. Usai revolusi, Idham diangkat menjadi


anggota Parlemen Sementara RI mewakili Kalimantan. Pada
1950 ia terpilih menjadi anggota DPRS mewakili Masyumi.
Ketika NU memisahkan diri dari Masyumi, tahun 1952, Idham
memilih bergabung dengan Partai Nahdlatul Ulama dan
terlibat aktif dalam konsolidasi internal ke daerah-daerah.
Pada 1952 ia diangkat sebagai ketua PB Ma’arif, organisasi
sayap NU yang bergerak di bidang pendidikan. Pada tahun
yang sama ia juga diangkat menjadi sekretaris jenderal partai,
dan dua tahun kemudian menjadi wakil ketua. Selama masa
kampanye Pemilu 1955 Idham menjadi ketua Lajnah
Pemilihan Umum NU. Idham Chalid menjabat presiden PPP
hingga 1989.

Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono. Pendiri Partai Katholik


Indonesia, Menteri Muda Kemakmuran (Kabinet Amir
Sjarifudin1947-1949), Menteri Persediaan Makanan Rakyat
(Kabinet Hatta I dan Hatta II), Menteri dalam kabinet
Soesanto Tirtodiprojo dan Menteri Perdagangan (Kabinet
Burhanuddin Harahap). Lahir di Yogyakarta 10 April 1900 dan
meninggal di Jakarta, 1 Agustus 1986. Ia adalah anak kedua
dari sebelas bersaudara. Orangtuanya adalah Dalikem dan
Ronosentika, seorang prajurit Keraton Yogyakarta, dan
seorang tokoh yang memperjuangkan hak-hak anak jajahan.
Setelah lulus dari Bumi Putra Gading, Kasimo masuk sekolah
di Muntilan yang didirikan oleh Romo van Lith. Kasimo saat

88
NATION BUILDING (1951-1998)

itu tinggal di asrama kemudian tertarik untuk belajar agama


Katolik. Pada hari raya Paskah April 1913 Kasimo dibaptis
secara Katolik dan mendapat nama Ignatius Joseph. Setelah
dewasa, ia menjadi guru pertanian sekaligus mengajarkan
agama di Tegal dan Surakarta. Ketika di Bogor, Kasimo
bergabung dengan Tri Koro Darmo yang kemudian berganti
menjadi Jong Java. Selain itu, Kasimo pernah menjadi ketua
perkumpulan siswa MLS, Ceres. Pada masa pergerakan
nasional, Kasimo juga aktif berpolitik. Kasimo menjadi
anggota Volksraad. Selain itu, Kasimo juga pernah menjadi
anggota Komisi Sentral Petisi Soetarjo. Setelah Indonesia
meraih kemerdekaan, Kasimo diangkat menjadi anggota KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat).

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Organisasi yang


menghimpun para cendekiawan muslim di Indonesia yang
dibentuk pada 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan
kaum cendekiawan muslim di Kota Malang pada tanggal 6 - 8
Desember 1990. Berawal dari pertemuan cendekiawan
muslim pertama pada 1984 yang diselenggarakan oleh
Majelis Ulama Indonesia, Universitas Islam, empat lembaga
swadaya masyarakat, dan dimotori oleh Lembaga Studi
Agama dan Filsafat. Dilanjutkan oleh pertemuan kedua
cendekiawan muslim di kampus Universitas Djuanda, Bogor
pada 1987 yang mencetuskan gagasan pembentukan ikatan
cendewiawan muslim. Kedua gagasan tersebut kemudian

89
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

menjadi cikal bakal adanya pertemuan di Malang pada 1990


yang menjadikan B. J. Habibie sebagai ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia serta mengawali berdirinya
organisasi tersebut. Tujuan pendirian ICMI yaitu
meningkatkan kemampuan umat Islam dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, tujuan ini didasari oleh
perkembangan iptek yang juga menjadi penentu suksesnya
pembangunan Indonesia di abad ke-21. ICMI terdiri atas
organisasi satuan dengan lingkup kecamatan, organisasi
daerah untuk lingkup kapubaten/kota, Organisai Wilayah
(Orwil) untuk tingkat provinsi dan organisasi pusat yang
berskala nasional. ICMI menghimpun cendekiawan muslin
dari berbagai kalangan masyarakat untuk memelihara dan
melestarikan persatuan dan kesatuan bangsa dengan
melakukan kerja sama dengan pemerintah, organisasi
cendekiawan lain, ormas-ormas dan berbagai unsur kalangan
masyarakat.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Adalah organisasi


mahasiswa muslim yang berafiliasi dengan oraganisasi Islam
Muhammadiyah. IMM didirikan di Yogyakarta pada 14 Maret
1964. Pendirian IMM diinisiasi karena kekecewaan generasi
muda Muhammadiyah terhadap HMI yang kurang konsisten
terhadap ideologi modernisnya. Faktor sosiologis lain yang
mendorong pendirian IMM adalah kinginnan untuk
melengkapi keberadaan organisasi generasi muda

90
NATION BUILDING (1951-1998)

Muhammadiyah yang sebelumnya sudah berdiri, seperti,


Nasyi’atul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar
Muhammadiyah, dan Ikatan Remaja Muhammadiyah.
Beberapa tokoh di balik pendirian HMI adalah Mohammad
Djazman, M. Amien Rais dan A. Rosyad Soleh.

Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). Partai Ikatan


Pendukung Kemerdekaan Indonesia, lebih dikenal dengan
nama IPKI merupakan partai politik di Indonesia yang
didirikan di Bogor, 12 September 1954. Tokoh pendiri IPKI
yaitu Kolonel AH. Nasution, Kolonel Gatot Subroto, dan
Kolonel Aziz Saleh.

Indonesia Raya, Surat Kabar. Adalah surat kabar terkenal dengan


berita yang langsung tepat sasaran dan berisi kritik-kritik
tajam terhadap keadaan atau kondisi yang ada saat itu. Surat
kabar ini dikenal juga dengan sebutan “personal journalism”,
karena surat kabar ini sangat identik dengan pemimpin
redaksinya, yaitu Mochtar Lubis. Indonesia Raya untuk
pertama kalinya diterbitkan pada 29 Desember 1949. Surat
kabar ini pernah mengalami vakum pada 2 Januari 1959. Pada
awal terbitnya Indonesia Raya tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh tentara. Pada awal nya pemimpin redaksinya
dipegang oleh Hilmawan Darmaputra dan Mochtar Lubis.
Tujuan awal penerbitannya adalah untuk menyebarkan
semangat perlawanan terhadap Belanda yang saat itu masih

91
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

ada di Indonesia. Dengan demikian surat kabar ini sering


diidentikan dengan surat kabar tentara karena adanya timbal
balik dari tentara yang melindungi surat kabar tersebut.
Oplah maksimal yang pernah dicapai terjadi pada 1957
sampai pertengahan 1958, yaitu mencapai rata-rata 47.500
eksemplar. Setelah itu turun drastis karena ada 6 kali
pembredelan sehingga berdampak pada kesulitan finansial.
Menurut David Hill, ada lima isu pokok dalam surat kabar
Indonesia Raya pada periode pertama yaitu: peristiwa 17
Oktober 1952, penahanan Ruslan Abdul Ghani, Pergerakan di
Luar Jawa, Pernikahan Sukarno dengan Hartini dan Ekses dari
penyelenggaraan KAA. Periode kedua Indonesia Raya
diterbitkan pada 30 Oktober 1968 sampai akhirnya berhenti
pada 21 Januari 1974. PAda periode kedua, Indonesia Raya
mendapatkan bantuan dari pihak swasta, sehingga secara
finansial mereka lebih terjamain.ISu yang dibahas pada
periode kedua ini antara lain: Pemberitaan seputar proyek
TMII, Pemberitaan seputar korupsi dan manipulasi,
pemberitaan tentang pemuda dan mahasiswa, pemberitaan
tentang keadaan politik nasional, pemberitaan tentang
pemodal Jepang di Indonesia.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Adalah bentuk perguruan


tinggi Islam negeri di Indonesia yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dalam disiplin ilmu
keaagaman Islam. IAIN merupakan salah satu bentuk

92
NATION BUILDING (1951-1998)

perguruan tinggi Islam negeri selain universitas Islam


negeri (UIN) dan sekolah tinggi agama Islam negeri (STAIN).
Rintisan berdirinya IAIN ialah menjadikan Fakultas Agama
Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai Perguruan Tinggi
Agama Islam Negeri (PTAIN) yang diresmikan pada 26
September 1951. Hampir sepuluh tahun sejak peresmian
tersebut, pada 1960, pemerintah menetapkan PTAIN melalui
Peraturan Presiden Nomor 11 tanggal 9 Mei 1960 dengan
nama Al-Jami’ah al-islamiyah yang bertempat di Yogyakarta.
Kemudian pada 1963 IAIN membuka cabang yang bertempat
di Jakarta. Sejak saat itu, IAIN Yogyakarta berganti nama
menjadi IAIN Sunan Kalijaga sementara cabang Jakarta
berganti dengan nama IAIN Syarif Hidayatullah. Pendirian
IAIN sebagai lembaga pendidikan yang berada di bawah
Departemen Agama bertujuan menghasilkan intelektual
muslim yang terdidik dan berkomitmen dengan berlandaskan
Islam. Oleh karena itu pembentukan IAIN adalah memberikan
pengajaran yang menjadi pusat untuk mengembangkan dan
memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama Islam.
Selama 40 tahun, Indonesia telah memiliki lebih dari sepuluh
IAIN yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Pada 2002,
terjadi perubahan kelembagaan pendidikan tinggi Islam yaitu
adanya perubahan bentuk dari Institur Agama Islam Negeri
menjadi Universitas Islam Negeri (UIN. Saat ini terdapat 11
IAIN yang berubah menjadi UIN.

93
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Integrasi Timor Timur 1976. Adalah proses penyatuan wilayah Timor-


Timur ke dalam bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Integrasi wilayah Timor Timur ke dalam bagian
NKRI ditetapkan setelah ditandatanganinya UU No. 7 Tahun
1976 yang mensahkan penyatuan Timor Timur ke dalam NKRI
dan Pembentukan Provinsi/Daerah Tingkat I Timor Timur
pada 12 Juli 1976. Dengan demikian Timor Timur secara
resmi telah menjadi salah satu daerah Indonesia, yaitu
menjadi daerah Provinsi Daerah Tingkat I yang ke-27.
Integrasi wilayah Timor Timur ke dalam bagian NKRI melalui
proses yang cukup panjang. Pada 31 Mei 1977, DPRD Timor
Timur melangsungkan sidang paripurna terbuka yang
menghasilkan beberapa poin kesepakatan, yakni,
mempercepat proses integrasi Timor Timur dengan Republik
Indonesia, usaha membuat rancangan naskah petisi integrasi
dan mempercayakan kepada ketua sidang untuk menentukan
calon delegasi yang akan menemi pemerintah Indonesia.
Petisi disampaikan pada 7 Juli 1976 dan diterima oleh
Presiden Soeharto. Pada 23 Juni 1976, Presiden Soeharto
telah mengutus delegasi ke Timor Timur yang dipimpin oleh
Menteri Dalam Negeri Amir Machmud untuk meninjau secara
langsung kondisi Timor Timur. Pada 29 Juni 1976 setelah
mendengarkan laporan dari Menteri Dalam Negeri
dilangsungkanlah sidang paripurna yang menyatakan
keputusan Pemerintah Indonesia untuk menerima keputusan
rakyat Timor Timur berintegrasi dengan Republik Indonesia.

94
NATION BUILDING (1951-1998)

Pada 3 Agustus 1976 Menteri Dalam Negeri melantik


Gubernur Timor Timur beserta wakil di Dili serta melantik 36
DPRD Tingkat I beserta 36 anggotanya.

Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI). Adalah suatu


kelompok yang dibentuk oleh Belanda pada 1967 dengan
tujuan untuk mengkoordinasikan dana bantuan multilateral
kepada Indonesia. Hal yang menjadi konsen utama dari IGGI
adalah memberikan bantuan dalam hal perekonomian.
Anggota IGGI selaain Belanda yaitu Bank Pembangunan Asia,
UNDP, Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, Australia,
Belgia, Kanada, Britania Raya, Perancis, Italia, Jepang, Jerman,
Selandia BAru, Amerika Serikat dan Swiss. Pertemuan
pertama Indonesia dengan IGGI diselenggarakan di
Amsterdam pada 20 Februari 1967. Pada saat itu Indonesia
diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pertemuan
rutin IGGI dengan Indonesia selalau dilaksanakan dua kali
dalam setahun mulai dari 1967 sampai 1974. Namun
semenjak 1975 pertemuannya hanya dilaksanakan satu kali
dalam satu tahun karena keadaan perekonomian Indonesia
sudah dianggap membaik. Penyerapan dana bantuan dari
IGGI pada masa awalnya sebesar 60% diserap dalam
penyusunan Program Repelita 1969-1973. Dari awal
pembentukan sampai tahun 1991 akhir IGGI masih dikuasai
oleh Belanda, sehingga pada tahun 1992 Indonesia
mengumumkan bahwa bantuan dari IGGI akan ditolak apabila

95
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Belanda masih menguasai IGGI tersebut. Dengan demikina


IGGI berganti nama menjadi CGI (Consultative Group on
Indonesia). Keputusan ini juga merupakan dampak dari
ancaman Jan Pronnk (Ketua IGGI) yang menyatakan
pengecamannya terhadap tindakan Indonesia yang akan
membunuh para pengunjuk rasa di Timor Timur
(Pembantaian Santa Cruz atau Insiden Dili) pada 1991. CGI
adalah kelanjutan dari IGGI yang berpusat di Den Haag.
Anggota-anggota CGI yaitu negara-negara yang sebelumnya
menjadi anggota IGGI kecuali Belanda dan lembaga
Internasional, yaitu Australia, Belgia, Kanada, Perancis, Italia,
Jepang, Jerman, Selandia Baru, Amerika Serikat, Swiss, Korea
Selatan, Inggris, Denmark, Austria, Spanyol, Firlandia, Swedia,
Norwegia, Word Bank, UNDP, ADB, FAO, WHO, UNFPA, WFP,
UNHCR, UNESCO, UNIDO, ILO, IAEA, IFAD, NIB, UNICEF, IDB,
Kuwaid Fund, dan Saudi Fund.

International Monetary Fund (IMF). Didirikan pada 27 September


1945 dengan tujuan untuk mengatur sistem keuangan
internasional dan menyediakan pinjaman kepada Negara-
negara yang membutuhkannya. Lembaga ini pada awalnya
didirikan sebagai bagian dari usaha memperbaiki kerusakan
perekonomian internasional akibat Perang Dunia II. Namun,
seiring dengan peradaban manusia yang semakin maju dan
semakin kompleks terutama permasalahan perekonomian
dunia, maka tujuan utama organisasi ini pun bertambah yaitu

96
NATION BUILDING (1951-1998)

:(1) Membantu memperlancar kerja sama melalui


perundingan-perundingan dalam bidang keuangan, (2)
Membantu memperlancar perdagangan internasional, (3)
Membantu memecahkan permasalahan perekonomian
Negara anggota sehingga dapat memperluas kesempatan
kerja, (4) Membantu Negara anggota untuk memperbaiki dan
mengatasi kesulitan pembayaran luar negeri melalui
pemberian pinjaman, (5) Mengusahakan tercapainya
stabilitas nilai uang (valuta) dan mewujudkan system
pembayaran internasional sehingga dapat mengurangi
hambatan perdagangan antarnegara, (6) Membantu
mengatasi ketidakseimbangan struktur neraca pembayaran
negara-negara anggota.

Ismail Marzuki. Maestro Musik kelahiran Kwitang, Senen 11 Mei


1914. Darah seni Ismail mengalir dari ayahnya, Marzuki, yang
saat itu merupakan pegawai di perusahaan Ford Reparatieer
TIO. Ma'ing disekolahkan ayahnya ke sebuah sekolah Kristen
HIS Idenburg, Menteng. Ma'ing lalu dipindahkan ke Madrasah
Unwanul-Falah di Kwitang. Setiap naik kelas Ma'ing diberi
hadiah harmonika, mandolin, dan gitar. Setelah lulus, Ma'ing
masuk sekolah MULO dan membentuk grup musik sendiri. Ia
memainkan alat musik banyo dan memainkan lagu-lagu gaya
Dixieland serta lagu-lagu Barat yang digandrungi pada masa
itu. Setelah tamat MULO, Ma'ing bekerja di Socony Service
Station sebagai kasir. Ia pindah pekerjaan sebagai verkoper

97
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

(penjual) piringan hitam produksi Columbia dan Polydor yang


berkantor di Jalan Noordwijk (sekarang Jalan Ir. H. Juanda)
Jakarta. Selama bekerja sebagai penjual piringan hitam,
Ma'ing banyak berkenalan dengan artis pentas, film, musik
dan penyanyi, di antaranya Zahirdin, Yahya, Kartolo, dan
Roekiah (orangtua Rachmat Kartolo). Pada 1936, Ma'ing
memasuki perkumpulan orkes musik Lief Jawa sebagai
pemain gitar, saksofon, dan harmonium pompa. Pada 1934
Belanda membentuk Nederlands Indische Radio Omroep
Maatshappij (NIROM) dan orkes musik Lief Java mendapat
kesempatan untuk mengisi acara siaran musik. Kemudian
menciptakan lagu-lagu sendiri yaitu "Ali Baba Rumba", "Ohle
le di Kotaraja", dan "Ya Aini". Orkes musiknya punya sebuah
lagu pembukaan yang mereka namakan Sweet Jaya Islander.
Lagu tersebut tanpa pemberitahuan maupun basa-basi
dijadikan lagu pembukaan siaran radio NIROM, sehingga grup
musik Ma'ing mengajukan protes, namun protes mereka
tidak digubris oleh direktur NIROM. Pada periode 1936-1937,
Ma'ing mulai mempelajari berbagai jenis lagu tradisional dan
lagu Barat. Beberapa ciptaannya dalam periode tersebut,
"My Hula-hula Girl", "Bunga Mawar dari Mayangan" dan
"Duduk Termenung" (dijadikan tema lagu untuk film "Terang
Bulan"). Ketika Ma'ing membentuk organisasi Perikatan Radio
Ketimuran (PRK), pihak Belanda memintanya untuk
memimpin orkes studio ketimuran yang berlokasi di Bandung
(Tegal-Lega). Orkesnya membawakan lagu-lagu Barat. Pada

98
NATION BUILDING (1951-1998)

periode ini dia banyak mempelajari bentuk-bentuk lagu


Barat, yang digubahnya dan kemudian diterjemahkannya ke
dalam nada-nada Indonesia. Sebuah lagu Rusia ciptaan R.
Karsov diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda menjadi
"Panon Hideung". Sebuah lagu ciptaannya berbahasa Belanda
tapi memiliki intonasi Timur yakni lagu "Als de orchideen
bloeien". Lagu ini kemudian direkam oleh perusahaan
piringan hitam His Master Voice (HMV). Lagu ini
diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia dengan judul
"Bila Anggrek Mulai Berbunga". Masa pendudukan Jepang
Ma'ing mulai memasuki periode menciptakan lagu-lagu
perjuangan. Mula-mula syair lagunya masih berbentuk puitis
seperti "Kalau Melati Mekar Setangkai", "Kembang Rampai
dari Bali". Pada periode 1943-1944, Ma'ing menciptakan lagu
yang mulai mengarah pada lagu-lagu perjuangan, antara lain
"Rayuan Pulau Kelapa", "Bisikan Tanah Air", "Gagah Perwira",
dan "Indonesia Tanah Pusaka". Kepala bagian propaganda
Jepang, Sumitsu, mencurigai lagu-lagu tersebut lalu
melaporkannya ke pihak Kempeitai sehingga Ma'ing sempat
diancam. Pada 1945 lahir lagu "Selamat Jalan Pahlawan
Muda". Setelah Perang Dunia II, ciptaan Ma'ing terus
mengalir, antara lain "Jauh di Mata di Hati Jangan" (1947) dan
"Halo-halo Bandung" (1948). Ketika itu Ma'ing dan istrinya
pindah ke Bandung. Ketika berada di Bandung selatan, ayah
Ma'ing di Jakarta meninggal. Ma'ing terlambat menerima
berita. Ketika dia tiba di Jakarta, ayahnya telah beberapa hari

99
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dimakamkan. Kembang-kembang yang menghiasi makam


ayahnya dan telah layu, mengilhaminya untuk menciptakan
lagu "Gugur Bunga". Lagu ciptaannya yang ke-103 tidak
sempat diberi judul dan syair, hingga Ma'ing menutup
meninggal pada 25 Mei 1958.

Ismail Saleh. Menteri Kehakiman (1984-1993) dan Jaksa Agung


(1981-1984) kelahiran Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, 7
September 1926 dan meninggal di Jakarta, 21 Oktober 2008.
Ismail mengawali kariernya sebagai anggota Intel Tentara
Divisi III, Yogyakarta, anggota Pasukan Ronggolawe Divisi V di
Pati dan Wonosobo (1948-1949), Direktorat Kehakiman
Angkatan Darat (1952), Perwira Penasihat Hukum Resimen
16, Kediri (1957-1958), Jaksa Tentara di Surabaya (1959-
1960), Jaksa Tentara Pengadilan Tentara Daerah
Pertempuran Indonesia Timur dan Manado (1960-1962),
Oditur Direktorat Kehakiman AD (1962), dan Perwira
Menengah Inspektorat Kehakiman AD (1964-1965).

-J-

J. C. T. Simorangkir. Adalah salah seorang tokoh Partai Kristen


Indonesia (Parkindo) yang sangat menonjol peranannya pada
masa rezim Sukarno. Ia merupakan wakil dari fraksi Perkindo
pada saat pertemuan kelompok Parkindo dan Katolik pada 20
November 1957 dalam rangka mempertahankan Pancasila

100
NATION BUILDING (1951-1998)

sebagai dasar negara Republik Indonesia. Simorangkir juga


merupakan ketua dewan redaksi di surat kabar Sinar
Harapan. Pada 19 Desember 1963 Persatuan Inteligensia
Kristen Indonesia (PIKI) pertama kali dibentuk di Sekretariat
Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jl. Diponegoro, Jakarta
dan salah satu pendirinya adalah Simorangkir sekaligus
menjadi Pembantu umum dalam jajaran piminan sementara
PIKI. Setelah diselenggarakannya Musyawarah Kerja Pertama
PIKI, merumuskan dan menetapkan Dewan Pimpinan Pusat
yang salah satu bagiannya adalah J. C. T. Simorangkir.

Jakarta Informal Meeting. Upaya Indonesia dan negara-negara Asia


Tenggara lainnya dalam menyelesaikan permasalahan konflik
politik antar faksi-faksi di Kamboja (rekonsiliasi). Jakarta
Informal Meeting berlangsung di Bogor pada 25-28 Juli 1988.
Pertemuan ini dihadiri oleh negara anggota ASEAN, di
antaranya, Indonesia, Malaysia, Brunie Darussalam,
Singapura dan Thailand. Selain itu pertemuan juga di hadiri
oleh Laos, Vietnam dan empat faksi di Kamboja, yakni PRK
(People Republic of Kampuchea) pimpinan Hun Sen, DK
(Democratic Kampuchea) pimpinan Khieu Samphan, KPNLF
pimpinan Son San dan FUNCINPEC pimpinan Renariddh.
Dalam Jakarta Informal Meeting dicapai beberapa
kesepakana, di antaranya; (1) segera menghentikan
penderitaan rakyat Kamboja, (2) membentuk negara Kamboja

101
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

yang bebas dan berdaulat, netral dan nonblok, (3)


membentuk Pemerintahan Rekonsiliasi Nasional.

Javasche Bank. Adalah bank yang didirikan oleh pemerintah Hindia


Belanda pada 24 Januari 1828 sebagai bank sirkulasi dengan
Kerajaan Belanda sebagai penguasa keuangan hingga
kedatangan Jepang kemudian menghentikan seluruh kegiatan
perbankan. Pada masa revolusi, Javansche Bank terbagi
menjadi dua, untuk kegiatan bank-bank Belanda dan menjadi
bank Indonesia dengan nama “Jajasan Poesat Bank
Indonesia”. Setelah Konferensi Meja Bundar pada 1948 yang
mengakhiri perseteruan antara Indonesia dan Belanda dan
menetapkan Javasche Bank sebagai bank sentral bagi
Republik Indonesia Serikat. Status ini bertahan hingga masa
kembalinya Republik Indonesia dalam negara kesatuan. Sejak
1 Juli 1953, Javasche Bank mengalami nasionalisasi oleh
pemerintah Republik Indonesia dan mengubahnya menjadi
Bank Indonesia dan menjadi bank sentral bagi Republik
Indonesia.

Jawaharal Nehru. Negarawan dan Perdana Mentri India terlama


(1947-1964). Lahir 14 November 1889 dan meninggal 27 Mei
1964.

Johannes Leimena. Pahlawan Nasional, Wakil Perdana Menteri,


Wakil Menteri Pertama, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial.

102
NATION BUILDING (1951-1998)

Lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 dan meninggal di


Jakarta, 29 Maret 1977. Leimena masuk ke dalam 18 kabinet
yang berbeda, sejak Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet
Dwikora II (1966). Selain itu Leimena juga menyandang
pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL ketika ia
menjadi anggota dari KOTI (Komando Operasi Tertinggi)
dalam rangka Trikora. Leimena meneruskan studinya di ELS
(Europeesch Lagere School), namun beberapa bulan
kemudian pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool
(kini PSKD Kwitang). Ia melanjutkan pendidikannya ke MULO
Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya
STOVIA. Ia melanjutkan pendidikan di Geneeskunde
Hogeschool (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang
diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai
salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI). Pada 1926, Leimena ditugaskan untuk
mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung.
Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi
Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi
kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan
CSV (cikal bakal Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) yang
didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah.
Ia aktifan di Jong Ambon dan ikut mempersiapkan Kongres
Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928. Ia terpilih sebagai ketua
umum Parkindo 1950-1957. Selain di Parkindo, Leimena juga
berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di

103
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Indonesia, kini PGI), 1950. Ia menjadi anggota DPA (Dewan


Pertimbangan Agung) hingga tahun 1973. Usai aktif di DPA, ia
kembali melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang
pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT,
dan lain-lain. Ketika Parkindo berfusi dalam PDI (Partai
Demokrasi Indonesia, kini PDI-P), Leimena diangkat menjadi
anggota DEPERPU (Dewan Pertimbangan Pusat) PDI, dan
pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini.

John Kotelawala. Perdana Mentri Sri Lanka ke-3 dan Salah satu
tokoh Pemrakarsa KAA 1955 di Bandung. Lahir 4 April
1897 dan meninggal 2 Oktober 1980.

Jusuf Hasyim. Adalah tokoh Nahdathul Ulama (NU) yang dihormati. Ia


adalah anak bungsu dari KH. Hasyim Asy’ari, mantan
pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Jusyuf
Hasyim adalah seorang ulama yang terjun di dunia politik
Nasional. Ia juga seorang purnawirawan TNI. Jusuf Hasyim
lahir di Jombang, 3 Agusuts 1929. Karier Politiknya dimulai
dengan masuk di partai NU, hingga membentuk PPP sebagai
fusi partai Islam. Ia pernah menjabat sebagai angora DPR RI,
wakil ketua MPP, ketua umum D,PP PPP periode 1988-1994
serta menjadi Ketua Umum Kebangkitan Umat (PKU) yang
dibentuknya sendiri. Setelah pemilu 1999, ia menjadi
pengelola dan pengembang Pondok Tebuireng Jombang.
Jusuf Hasyim meninggal pada 2007.

104
NATION BUILDING (1951-1998)

Jusuf Wibisono. Menteri Keuangan (kabinet Sukiman-Suwirjo1951-


1952/kabinet Ali Sastroamidjojo II 1956-1957). Lahir 1909
dan meninggal 15 Juni 1982. Lulus tahun 1928 di Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan melanjutkan
ke Algemeene Middelbare School (AMS) Bandung dan lulus
1931. Melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Hukum
(Rechtscoogeschool te Batavia) di Jakarta. Tahun 1937
melanjutkan pendidikan di tempat yang sama dan
mendapatkan gelar Mr. (Meester in de Rechten) pada tahun
1941. Kebijakan yang dilakukannya sebagai Menteri
Keuangan adalah menasionalisasi De Javasche Bank menjadi
Bank Sirkulasi. Pada 6 Desember 1951 disahkan Undang-
undang (UU) mengenai Nasionalisasi dan De Javasche Bank
resmi menjadi milik Indonesia. Organisasi pemuda yang
pertama diikutinya adalah Jong Islamieten Bond (JIB). Dalam
kaitannya dengan masalah kemunduran ekspor yang terjadi
sejak 1956, Jusuf mengusulkan kepada Dewan Moneter agar
member insetif kepada kaum eksportir. Pada awalnya, atas
usul Jusuf, premi itu diberikan langsung dalam bentuk valuta
asing yang bisa dijual dengan bebas. Namun sebagian
anggota Dewan Moneter tidak setuju karena hal tersebut
akan mengakibatkan pengurangan jumlah valuta asing yang
sebenarnya harus bertambah. Akhirnya disetujui suatu
peraturan baru Bukti Pendorong Ekspor (BPE) yang mengatur
bahwa Eksportir yang menerima sertifikat BPE berhak
membeli valuta asing, namun apabila pengeluaran itu dapat

105
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

merangsang penerimaan valuta asing lebih banyak tentunya


hal itu akan menguntungkan.

-K-

Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Kabinet ini merupakan kabinet yang


dibangun oleh dua koalisi PNI dan partai NU serta partai-
partai kecil lainnya. Sementara itu Masyumi dan PSI berada di
luar pemerintahan. Dalam menjalankan program kerjanya,
yang paling menonjol dari Kabinet Ali I ini adalah
diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung pada
18-25 April 1955. Dalam konferensi tersebut selain agenda
utamanya adalah mendukung kemerdekaan bangsa-bangsa
Asia Afrika yang masih terjajah dan Indonesia pada saat itu
memiliki kepentingan untuk penuntasan masalah Irian Barat.
Selain itu, program kerja Kabinet Ali Sastroamijoyo yang
lainnya antara lain adalah program pengindonesiaan
perekonomian dan memberi kesempatan kepada pengusaha
pribumi dan pelaksanaan system perekonomian Ali Baba
yaitu kerjasama antara pengusaha pribumi dengan
pengusaha keturunan Tionghua dalam bidang prekonomian
di Indonesia. Kabinet ini berakhir pada tanggal 24 Juli 1955
ditandai dengan pengembalian mandatnya kepada Presiden.
Pengembalian mandat tersebut dilatarbelakangi oleh adanya
penggantian KSAD (Komando Staf Angkatan Darat) yang
masih berkaitan dengan peristiwa 17 Oktober 1952. Kabinet

106
NATION BUILDING (1951-1998)

Ali maunya KSAD tersebut adalah orang yang anti peristiwa


17 Oktober 1952 yaitu Bambang Utoyo namun petinggi TNI
menolak dengan alasan bahwa tradisi TNI pengangkatan
KSAD didasarkan pada senioritas dan kecakapan.

Kabinet Ali Sastroamijoyo II. Kabinet Ali Sastroamijoyo II merupakan


kabinet yang terbentuk dari hasil Pemilu 1955. Kabinet ini
merupakan kabinet yang didukung oleh partai-partai
pemenang pemiu 1955 kecuali PKI yang tidak ikut bergabung
kedalam kabinet tersebut. Kabinet Ali Sastroamijoyo II
memiliki Rencana Lima Tahun dengan agenda sebagai
berikut: Perjuangan merebut Irian Barat, Pembentukan
daerah-daerah otonom, Pemilihan anggota DPRD, Perbaikan
nasib buruh dan pegawai, Menyehatkan keuangan Negara,
Pergantian ekonomi kolonial menjadi nasional. Meskipun
kabinet ini didukung oleh banyak partai pemenang pemilu
1955, namun dalam melaksanakan jalannya kabinet, Ali
Sastroamijoyo menghadapi tantangan yang cukup besar dari
dalam dan dari luar. Diantaranya muncul ketidakpuasan
daerah-daerah yang semakin meningkat karena didukung
oleh panglima militer di daerah sehingga muncul dewan-
dewan di daerah (terutama Sumatra dan Sulawesi). Selain itu
timbul pula gerakan anti Cina di masyarakat dan hubungan
yang semakin memburuk antara Indonesia dan pemerintah
Belanda karena pemerintah Indonesia mengingkari
persetujuan hutang-hutang Indonesia yang dibuat dalam

107
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

kesepakatan KMB. Untuk menangani meredam gnjang-


ganjing politik, Sukarno menawarkan konsepsi Demokrasi
Terpimpin. Ide Sukarno tersebut justru mendapatkan
penentangan kera dari daerah terutama daerah-daerah luar
Jawa. Krisis politik ini semakin memuncak dengan
pengunduran diri Abinet Ali Sastroamijoyo II. Sebelum
mengembalikan mandatnya ke Presiden Sukarno, Ali
Sastroamijoyo menandatangani dekrit yang menyatakan
“Negara dalam keadaan darurat untuk semua wilayah” SOB
(State of Siegel).

Kabinet Ali Wongso. Kabinet Ali Wongso lebih dikenal dengan


Kabinet Ali 1. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi dengan
tulang punggungnya adalah PNI (Mr. Ali Sastroamijoyo), PIR
dan NU (KH Zainul Arifin). Mr. Ali Sastro sebagai perdana
menteri sedangkan Wongsonegoro dan KH Zainul Arifin
sebagai wakil perdana menteri. Kabinet ini terbentuk setelah
Kabinet Wilopo demisioner pada 3 Juni 1953. Kabinet ini
memiliki program-program untuuk dalam dan luar negeri.
Program untuk dalam negri diantaranya menangani masalah
keamanan, Pemilihan umum, kemakmuran dan keuangan,
Kemakmuran negara, Perburuhan, dan perundang-undangan
dan penyelesaian masalah Irian Barat. Meskipun pada masa
Kabinet Ali 1 ini belum berhasil melaksanakan pemilu, namun
kabinet ini sudah mampu selangkah lebih maju, yaitu
berhasil membentuk panitia pemilihan umum pada 28

108
NATION BUILDING (1951-1998)

Oktober 1953 dengan ketua pelaksananya S. Hadikusuma.


Adapun program untuk politik luar negri yaitu menjalankan
politik luar negeri yang bebas aktif, merubah hubungan
Indonesia-Belanda atas dasar Statuta Uni menjadi hubungan
internasional biasa, mempercepat peninjauan kembali
perjanjian KMB dan menghapus perjanjian yang merugikan
negara. Dari sekian banyak program kerja ada tiga hal yang
merupakan keberhasilan kabinet ini, yaitu pertama,
keberhasilan mengadakan perundingan dengan Belanda
untuk menghapus Uni Indonesia-Belanda. Perundingan
tersebut berhasil dilaksanakan pada 29 Juli 1954 dengan
wakil dari Indonesia adalah Mr. Sunaryo dan dari Belanda
Yoseph Luns. Kedua, berhasil menyelengarakan Konferensi
Asia-Afrika di Bandung (18 April 1955-24 April 1955) yang
dihadiri oleh kepala pemerintahan dari 5 negara yaitu
Indonesia (PM Mr. Ali Sastroamijoyoo, India (PM Jawaharlhal
Nehru, Pakistan (PM Muhammad Ali, Brima (PM Unu) dan
Srilangka (PM John Kotelawala). Konferensi Asia-Afrika
tersebut menghasilkan Dasa Sila Bandung. Kabinet Ali harus
demisioner pada 24 Juli 1955, namun masih harus tetap
bekerja sampai Kabinet Burhanudin HArahap dilantik pada 12
Agustus 1955. Jatuhnya Kabinet Ali Wongso ini
dilatarbelakangi oleh permasalahan angkatan darat. Hal yang
menyangkut Bambang Utoyo sebagai KSAD yang baru dimana
hal ini ditentang oleh Zulkifli Lubis. Pertentangan ini
disebabkan karena ia menganggap bahwa jabatan ituu

109
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

harusnya diserahkan pada ia karena saat itu jabatannya


adalah wakil KSAD. Zulkifli akhirnya memboikot pelantikan
Bambang Utoyo pada 27 Juni 1955 sehingga pelantikan
tersebut gagal dan hal inilah yang menyebabkan jatuhnya
Kabinet Ali 1.

Kabinet Ampera. Setelah dibubarkannya Kabinet Dwikora pada 25


Juli 1966 oleh Presiden Sukarno maka dibentuklah Kabinet
Ampera. Kabinet ini dibentuk berdasarkan Tap MPRS No. XII
Tahun 1966. Presiden Sukarno menugaskan pembentukan
Kabinet Ampera Kepada Letnan Jendral Soharto sebagai
Pengemban TAP MPRS No. IX tahun 1966. Kabinet Ampera
terdiri dari tiga unsur Pemimpin yaitu Presiden Pembantu
Pimpinan yang terdiri dari lima orang Menteri Utama yang
secara bersamaan merupakan Presidium dengan Letnan
Jendral Soeharto, Menteri Utama Bidang Hankam, sebagai
Ketua Presidium Anggota-anggota kabinet yang terdiri dari 24
orang Mentri yang masing-masing memimpin departemen di
bawah koordinasi Presidium Kabinet. Dalam melaksanakan
tugasnya Kabinet Ampera diatur berdasarkan Tap MPRS No.
XIII Tahun 1966, yang dikenal sebagai Dwidarma. Tugas
pokoknya tersebut adalah mewujudkan stabilitas politik dan
stabilitas ekonomi. Tugas pokok tersebut dijabarkan kedalam
empat program yang dikenal dengan istilah Catur Karya yaitu:
(1) Memperbaiki peri kehidupan rakyat terutama sandang
dan pangan, (2) Melaksanakan pemilihan umum dalam batas

110
NATION BUILDING (1951-1998)

waktuseperti yang dicantukan dalam ketetapan MPRS No.


XI/MPRS/1966, (3) Melaksanakan politik luar negeri yang
bebas aktif untuk kepentingan nasional sesuai dengan
ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966, (4) Melanjutkan
perjuangan anti imperialism dan kolonialisme dalam segala
bentuk manifestasinya. Langkah yang diambil untuk
mewejudkan stabilitas politik diantaranya adalah dengan
melakukan penumpasan kepada PKI sampai ke daerah-
daerah, pembekuan hubungan dengan RRC, membuka
kembali hubungan diplomatik dengan Malaysia (11 Agustus
1966), Indonesia aktif kembali di PBB (28 September 1966)
dan Indonesia mendirikan ASEAN (8 Agustus 1967) bersama
dengan Negara-negara Asia Tenggara lainnya. Sedangkan
untuk mewujudkan stabilitas ekonomi adalah dengan
membentuk Dewan Stabilitas Nasional dan Pemberantasan
korupsi.

Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi) 1955-1956. Setelah


Kabinet Ali Sasroamijoyo II menyerahkan mandatnya, maka
tanggal 12 Agustus 1955 berdirilah Kabinet Burhanuddin
Harahap. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi antara
Masyumi (inti), PSI, dan Partai NU. Salah satu program
Kabinet Burhanuddin Harahap adalah mengembalikan
kewibawaan (gezag) moral pemerintah, dalam hal ini
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat terhadap
pemerintah. Program kerja Kabinet Burhanuddin Harahap

111
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

yaitu Pemilihan Umum, Desentralisasi, Masalah Inflasi,


Pemberantasan Korupsi, Perjuangan Irian Barat dan Politik
Kerja sama Asia-Afrika berdasarkan politik bebas aktif.
Keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harahap adalah telah
berhasil melaksanakan Pemilihan Umum yang pertama kali
sejak Indonesia Merdeka. Pemilu 1955 dilaksanakan dua kali,
yaitu 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR dan 15
Desember 1955 untuk memilih anggota Konstituante. Kabinet
ini berakhir pada 1 Maret 1956 seiring dengan
diumumkannya hasil pemilihan umum pertama di Indonesia.
Dengan terlaksananya Pemilu 1955, maka tugas kabinet
Burhanuddin Harahap dianggap selesai dan perlu dibentuk
kabinet baru hasil Pemilu 1955.

Kabinet Djuanda (Zaken Kabinet) 1957-1959. Kabinet Djuanda


dibentuk pada saat kondisi bangsa Indonesia sedang dalam
suasana tidak stabil. Presiden Sukarno mengumumkan bahwa
Negara sedang dalam keadaan bahaya. Bahaya tersebut
datang dari sejumlah partai politik yang melakukan “Politik
Dagang Sapi”. Fenomena yang marak terjadi pada saat itu
adalah pembentukan dewan-dewan seperti Dewan Banteng
di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatra Utara, Dewan
Garuda di Sumatera Selatan dan Dewan Manguni di Sulawesi.
Kabinet Djuanda dipimpin oleh Perdana Mentri Djuanda.
Kabinet ini dikenal dengan Kabinet Karya (Zaken Kabinet)
yaitu kabinet yang dipilih berdasarkan keahlian dalam

112
NATION BUILDING (1951-1998)

bidangnya. Kabinet ini memiliki program-program yang cukup


bagus dalam membangun bangsa Indonesia. Pencapaian
terbesar Kabinet Djuanda bagi Indonesia adalah diadakannya
Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957. Deklarasi
tersebut merupakan deklarasi yang menyatakan kepada
dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di
antara dan di dalam Kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI. Sebelum Deklarasi Djuanda, wilayah
NKRI mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda yaitu
Territoriale Zee Maritieme Kringen Ordonantie tahun 1939.
Dalam ordonansi tersebut pulau-pulau di wilayah Nusantara
dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya
mempunyai laut di sekelilingnya sejau 3 mil dari garis pantai.
Hal ini berartu kapal asing akan dengan bebas melayari laut
yang memisahkan pulau-pulau tersebut. Deklarasi Djuanda
meyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip
Negara kepulauan (Archipelagic State). Dengan adanya
Deklarasi Djuanda maka batas wilayah laut Indonesia adalah
12 mil diukur dari titik terluar pulau.

Kabinet Karya. Adalah nama lain dari Kabinet Djuanda. Masa bakti
kabinet ini dimulai pada 9 April 1957 sampai 10 Juli 1959.
Program Kabinet Djuanda dikenal dengan nama Pancakarya
yaitu membentuk Dewan Nasional, normalisasi keadaan
politik, pembatalan perjanjian Konferensi Meja Bundar
(KMB), perjuangan Irian Barat dan menggiatkan

113
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

pembangunan. Program pertama yang dilakukan oleh


Kabinet Djuanda adalah dengan pembentukan Dewan
Nasional yang menandai bermulanya Demokrasi Terpimpin di
Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan program yang
kedua yaitu normalisasi keadaan Republik Indonesia dengan
menyelesaikan konflik antar pusat dan daerah. Keadaan
Negara yang semakin kacau ditambah dengan adanya usaha
percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno yang
disusul dengan adanya gerakan-gerakan yang bersifat anarki
seperti demonstrasi dan pengambilalihan milik Belanda.
Keadaan yang rumit tersebut membuat perekonomian
semakin terganggu, ditambah dengan dibawanya masalah
Irian Barat ke forum PBB sebagai konsekwensi pelaksanaan
program kabinet. Dalam upaya mewujudkan terlaksanannya
program pembebasan Irian Barat maka pemerintah Indonesia
membentuk Fron Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB)
pada 10 Februari 1958. Meskipun demikian, sampai
berakhirnya Kabinet Karya ini, perjuangan membebaskan
Irian Barat belum berhasil diwujudkan. Tantangan kerja
Kabinet Karya ini, ditambah bebannya dengan adanya
pemberontakan PRRI-Permesta, akan tetapi pemberontakan
tersebut mampu dipadamkan oleh TNI dan ini merupakan
salah satu prestasi yang membanggakan bagi Kabinet Karya
dalam melaksanakan tugasnya.

114
NATION BUILDING (1951-1998)

Kabinet Natsir 1950-1951. Kabinet Natsir memiliki masa bakti dari 6


September 1950-27 April 1951. Kabinet Natsir dilantik pada 7
September 1950. Kabinet ini merupakan Zaken Kabinet
karena terdiri dari tokoh-tokoh yang memiliki keahlian
dibidangnya masing-masing seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Mr. Assaat, Ir. Djuanda, dan Soemitro
Djojohadikoesoemo. Keberhasilan yang dicapai pada masa
Kabinet Natsir diantaranya dalam bidang ekonomi, yaitu
adanya Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial
menjadi ekonomi nasional, dalam bidang politik yaitu
masuknya Indonesia kedalam PBB, dan berhasil
melaksanakan perundingan antara Indonesia-Belanda untuk
pertama kalinya terkait masalah Irian Barat. Dalam
menjalankan pemerintahannya Kainet Natsir mengalami
beberapa kendala atau permasalahan diantaranya yaitu
adanya penyelewengan bantuan yang dicanankan dalam
program Sumitro Plan. Penyelewengan itu dilakukan oleh
pengusaha nasional. Bantuan kredit yang diberikan
diselewengkan pengunaannya sehingga tidak mencapai
sasaran. Dalam bidang politik terutama masalah Irian Barat
masih mengalami jalan buntu. Dan yang terakhihr karna
adanya kekacauan keamanan dalam negri yaitu terjadinya
pemberontakan-pemberontakan yang terjadi hamper
diseluruh wilayah Indonesia, seperti hanlnya Gerakan DI/TII,
Gerakan Andi Aziz, Gerakan APRA dan Gerakan RMS. Faktor
lainnya yang menjadi penyebab jatuhnya Kabinet Natsir ini

115
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

yaitu terlalu seringnya mengeluarkan Undang Undang


Darurat sehingga memicu kritikan dari partai oposisi. Adapun
hal yang dianggap paling utama yang menjatuhkan Kabinet
Natsir adalah kegagalan Kabinet Natsir dalam menyelesaikan
masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI
terutama menyangkut pencabutan Peraaturan Pemerintah
mengenai DPRD dan DPRDS. PNI beranggapan bahwa
Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1950 tersebut terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen
sehingga Kabinet Natsir harus mengembalikan mandatnya
kepada Presiden.

Kabinet Pembangunan I. Merupakan kabinet pertama yang dibentuk


pada masa pemerintahan Presiden Soeharto atau dikenal
juga sebagai pemerintahan Orde Baru. Kabinet Pembangunan
I terbentuk pada 6 Juni 1968 berdasarkan keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 183/M Tahun 1968 dan dilantik pada
10 Juni 1968. Dalam upaya melaksanakan pembanguan
dibidang ekonomi pemerintah Orde Baru melaksanakannya
melalui Rencana Pembanguan Lima Tahun (Repelita). Bidang
sasaran pembangunan dalam Repelita, antara lain bidang
pangan, sandang, perbaikan prasarana, rumah rakyat,
perluasan lapangan kerja dan kesejahteraan rohani. Dalam
melaksanakan pembanguan ekonomi di Pelita 1
pemerintahan Orde Baru mengarahkannya ke sektor
pertanian. Latar belakang pengabilan keputusan ini

116
NATION BUILDING (1951-1998)

dikarenakan kurang lebih 55% dari produksi nasional berasal


dari sektor peertanian. Selain itu latar belakang penduduk
Indonesia pun menjadi salah satu pertimbangan karena 75%
penduduk Indonesia pada saat itu bekerja di sektor
pertanian.

Kabinet Sukiman 1951-1952. Merupakan kabinet yang berhasil


diformulasikan oleh dua orang formatur yaitu Sidik
Joyosukarto (PNI) dan DR. Sukiman (Masyumi). Setelah
proses perundingan maka diumumkanlah susunan kabinet
baru dibawah pimpinan Sukiman Wirjosanjoyo (Masyumi)
dan Suwiryo (PNI) pada 26 April 1951. Kabinet Sukiman
memiliki beberapa program kerja yaitu: merencanakan
kemakmuran nasional, menyelesaikan persiapan
pembentukan Dewan Konstituante, mempersiapkan pemilu
dan mempercepat terlaksananya otonomi daerah,
menyiapkan Undang-Undang pengakuan serikat buruh,
menjalankan politik bebas aktif dan memasukan Irian Barat
ke dalam wilayah Republik Indonesia. Jatuh bangun kabinet
pada masa Demokrasi Liberal merupakan pemandangan yang
lumrah terjadi pada masa itu. Setiap kabinet yang terbentuk
dapat dipastikan tidak akan berumur panjang. Begitupun
yang dialami oleh Kabinet Sukiman. Kabinet ini mengalami
kendala utama yang menjadi penyebab utama jatuhnya
Kabinet Sukiman adalah adanya pertukaran nota antara
Menteri Luar Negeri, Ahmad Subarjo dan Duta Besar

117
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Amerika, Marle Cochran. Nota tersebut berisi tentang


kesepakatan akan adanya pemberian bantuan ekonomi dan
militer dari Pemerintah Amerika Serikat kepada pemerintah
Indonesia berdasarkan Mutual Security Act (MSA) atau
disebut juga dengan Undang-Undang kerjasama keamanan.
Adanya Nota tersebut dianggap menciderai politik luar negeri
bebas aktif yang dianut oleh Indonesia. Sukiman dituduh
sebagai antek Blok Barat. Dengan kasus tersebut maka DPR
menggugat kebijakan Sukiman dan akhirnya Kabinet Sukiman
pun jatuh dan harus mengembalikan mandatnya kepada
presiden.

Kabinet Wilopo (PNI) 1952-1953. Kabinet ini resmi dibentuk pada 1


April 1952 berdasarkan Keputusan Presiden nomor 85 Tahun
1952. Program kabinet ini ditunjukan pada persiapan
pelaksanaan pemilihan umum untuk konstituante, DPR dan
DPRD, kemakmuran, pendidikan rakyat, dan keamanan.
Adapun untuk program luar negri kabinet ini memfokuskan
diri pada penyelesaian masalah hubungan Indonesia –
Belanda dan pengambilan Irian Barat ke Indonesia serta
menjalankan politik luar negri bebas aktif demi perdamaian
dunia. Kabinet Wilopo dikenal juga dengan zaken kabinet
(kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya). Tantangan yang muncul pada masa Kabinet
Wilopo diantaranya krisis ekonomi yang semakin memburuk,
hal ini disebabkan kemampuan eksport Indonesia menurun

118
NATION BUILDING (1951-1998)

sedangkan kebutuhan terhadap kebutuhan impor terus


meningkat. Dampak dari hal tersebut adalah terjadinya
deficit kas Negara karena penerimaan negara yang berkurang
terlebih setelah terjadi penurunan hasil panen sehingga
membutuhkan biaya besar untuk mengiimpor beras. Kondisi
diperparah dengan adanya gerakan separatis dan sikap
provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa.
Tantangan Kabinet Wilopo yang lainnya yaitu peristiwa 17
Oktober 1952, peristiwa ini muncul karena adanya upaya
pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil
sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik
sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya.
Puncak peristiwa ini adalah saat diarahkannya moncong
Meriam ke Istana Negara dengan menuntut dibubarkannya
parlemen. Latar belakang peristiwa ini adalah reformasi dan
reorganisasi Angkatan Perang yang dilakukan parlemen
sehingga ada pemangkasan anggaran untuk TNI. Dan yang
terakhir adalah adanya peristiwa Tanjung Morawa yaitu
terjadinya bentrokan antara apparat kepolisisan dengan para
petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di
Sumatera Timur (Deli) karena sesuai dengan perjanjian KMB
pemerintah mengizinkan penguasa asing untuk kembali ke
Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Akibat
peristiwa Tanjung Morawa munculah mosi tidak percaya dari
Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet wilopo. Sehingga
Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

119
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Kanun Asasi, NII. Negara Islam Indonesia (NII) muncul pada saat
situasi dan kondisi Republik Indonesia dalam keadaan
vacuum of power. Pada 10 Februari 1948, diadakan
konferensi di Cisayong yang menghasilkan keputusan untuk
membentuk Majelis Islam dan mengangkat Kartosuwirjo
sebagai Panglima Tinggi Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
(DI/TII). Pada 20 Desember 1948, dikumandangkan jihad suci
melawan penjajah Belanda dengan dikeluarkan Maklumat
Imam yang menyatakan bahwa situasi negara dalam keadaan
perang dan diberlakukan hukum Islam dalam keadaan
perang. Setelah Sembilan bulan seruan jihad suci, maka pada
7 Agustus 1949 diproklamirkan berdirinya Negara Islam
Indonesia. Pendirian NII mengacu pada Negara Madinah di
zaman Rasulullah saw. Maka Negara Islam Indonesia pun
membuat konstitunsinya (Kanun Asasi) yakni Bab 1 Pasal 1,
menegaskan bahwa : (1) Negara Islam Indoesia adalah
Negara Karunia Allah subhanahu wa ta’ala kepada bangsa
Indonesia, (2) Sifat Negara itu jumhuryah (republic) dengan
system pemerintahan federal, (3) Negara menjamin
berlakunya syari’at Islam di dalam kelangan kaum muslimin.
Negara memberi keleluasaan kepada pemeluk agama lainnya
dalam melakukan ibadah. Selanjutnya, Pasal 2 Kanun Asasi
tersebut menyebutkan bahwa, (1) Dasar dan hokum yang
berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Islam, (2) Hukum
yang tertinggi adalalh Al-Qur’an dan Hadist sahih.

120
NATION BUILDING (1951-1998)

Karel Satsuit Tubun. Pahlawan Nasional dan Korban G30S. Lahir di


Maluku Tenggara, 14 Oktober 1928 dan meninggal di Jakarta,
1 Oktober 1965. Ketika telah dewasa ia memutuskan untuk
masuk menjadi anggota POLRI. Ia pun diterima, lalu
mengikuti Pendidikan Polisi, setelah lulus, ia ditempatkan di
Kesatuan Brimob Ambon dengan Pangkat Agen Polisi Kelas
Dua atau sekarang Bhayangkara Dua Polisi. Ia pun ditarik ke
Jakarta dan memiliki pangkat Agen Polisi Kelas Satu atau
sekarang Bhayangkara Satu Polisi. Setelah Irian Barat berhasil
dikembalikan, ia diberi tugas untuk mengawal kediaman
Wakil Perdana Menteri, Dr. J. Leimena di Jakarta. Ia
dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Karena dia adalah
korban Gerakan 30 September, maka dia diangkat menjadi
seorang Pahlawan Revolusi. Selain itu, pangkatnya dinaikkan
menjadi Ajun Inspektur Dua Polisi. Namanya digunakan untuk
sebuah Kapal Perang Republik Indonesia dari fregat kelas
Ahmad Yani dengan nama KRI Karel Satsuitubun. Pemerintah
melalui Keppres No.114/KOTI/1965 memutuskan K.S Tubun
sebagai Pahlawan Revolusi. Selain itu namanya juga mrnjadi
nama pangkalan udara yaitu Bandar Udara Karel Satsuit
Tubun di Pelabuhan Ratu.

Kelompok Belajar (Kejar). Program pengenalan huruf dan angka bagi


kelompok masyarakat buta huruf berusia 10-45 tahun.
Tujuan dari program ini adalah agar bisa membaca serta
menulis huruf dan angka latin. Tutor atau pembimbing setiap

121
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

kelompok ialah siapa saja yang berpendidikan minimal


sekolah dasar. Salah satu keberhasilan program KEJAR
terlihat pada semakin menurunnya angka statistik penduduk
buta huruf.

Kemal Idris. Adalah salah satu pendukung Kelompok Petisi 50. Ia


pernah menjabat sebagai Pangkostrad pada 1967. Letjen TNI
(Purn) Ahmad Kemal Idris lahir di Singaraja, Bali, 10 Februari
1923. Karier militernya diawali dengan menjadi Seinendan
pada zaman penjajahan Jepang. Lalu menjadi bagian dari
Divisi Siliwangi dalam satuan militer Jawa Barat. Kemal Idris
dikenal juga lewat kejadian seorang perwira muda yang
mengarahkan moncong meriam tanknya ke istana presiden,
pada saat kelompok perwira Angkatan Darat berkonfrontasi
dengan Presiden Sukarno. Karena kejadian tersebut muncul
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditujukan
kepada Letnan Jenderal Soeharto. Surat itulah yang membuat
Soeharto langsung membubarkan PKI dan seluruh organisasi
“mantel”nya. Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto
pun Kemal Idris bersama Kelompok Petisi 50-nya
“mengarahkan moncong meriamnya” kepada presiden
Soeharto. Rabu, 28 Juli 2010 pukul 03.30 dinihari, Letnan
Jenderal Purnawirawan Kemal Idris meninggal dunia pada
usia 87 tahun. Kepergian Letnan Jenderal Kemal Idris ini
menjadi kepergian terakhir yang melengkapi kepergian tiga
jenderal idealis perjuangan 1966.

122
NATION BUILDING (1951-1998)

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Jabatan ini pertama kali


dibentuk pada masa Perdana Menteri Mohammad Hatta.
Salah satu program yang dijalankan adalah program
Reorganisasi dan Rasionalisasi (ReRa) Tentara Nasional
Indonesia. Sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan
Hatta menunjuk Djatikusumo sebagai KSAD berdasarkan
Penetapan Presiden No. 14 Tahun 1948 pada 14 Mei 1948.
Penetapan tersebut berisi tentang Peraturan Organisasi
Angkatan Darat, Penetapan pejabat-pejabat Angkatan Darat
yang berada di bawah Kementerian Pertahanan yang
bermarkas di Yogyakarta.

Kerusuhan Mei 1998. Adalah kerusuhan yang diawali oleh peristiwa


tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti hingga tewas
pada 12 Mei 1998. Kerusuhan ini terus berlanjut dengan
banyaknya toko etnis Tionghoa yang dijarah dan dibakar.
Kerusuhan Mei 1998 menghancurkan pusat-pusat bisnis
perkantoran, khususnya di kalangan investor keturunan Cina.
Kerusuhan terjadi di beberapa kota besar seperti di Jakarta,
Medan dan Surakarta.

Kerusuhan Tasikmalaya. Peristiwa yang dipicu penganiayaan


Mahmud Farid seorang tokoh Pondok Pesantren Condong
oleh oknum aparat Polres Tasikmalaya. Kabar burung
mengenai meninggalnya Mahmud Farid karena penganiayaan
oleh aparat, sontak menimbulkan kegeraman di kalangan

123
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

masyarakat muslim Tasikmalaya yang kemudian mendatangi


Mapolres Tasikmalaya. Peristiwa tersebut semakin meluas
dan masa yang datang semakin tidak dapat dikendalikan.
Kumpulan masa kemudian melampiaskan kemarahanya
dengan melakukan pengerusakan di kota dengan
menghancurkan seluruh kantor milik kepolisian. Masa juga
merusak dan membakar toko, bank, pabrik, show room
mobil, rumah tinggal, kendaraan, dan gereja. Jumlah kerugian
ditaksir mencapai Rp 85 miliar. [Nursam: kerusuhannya
kapan? Harap disebutkan.

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indoesia (KAMMI). Adalah


organisasi yang menghimpun seluruh mahasiswa Islam di
Indonesia. Organisasi ini didirikan pada 29 Maret 1998 saat
penyelenggaraan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah
Kampus (FSLDK) di Malang. Forum ini membentuk sebuah
lembaga alternatif bagi mahasiswa yang diberi nama
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Keputusan ini akhirnya tertuang tertuang dalam naskah
pendirian yang disebut Deklarasi Malang. Beberapa faktor
yang melatarbelakangi berdirinya KAMMI adalah (1) adanya
indikasi yang mematikan potensi bangsa; (2) urgensi sebuah
tuntutan informasi; (3) adanya kepentingan umat Islam untuk
segera berbuat; (4) aksi demontrasi dan mimbar bebas
semakin menjamur; (5) mahasiswa Islam merupakan elemen

124
NATION BUILDING (1951-1998)

sosial; (6) suara umat Islam mulai terabaikan; (8) depolitisasi


kampus memandulkan peran mahasiswa.

Kirdjomulyo. Sastrawan yang lahir di Yogyakarta pada tahun 1930


dan meninggal di Yogyakarta 19 Januari 2000. Mengawali
kariernya sebagai penulis sejak tahun 1950. Namanya
tercatat sebagai sastrawan angkatan 1966 dalam buku
Antologi Sastra Indonesia Angkatan 1966 karya H.B. Jassin.
Dia dikenal melalui karya-karyanya dalam bentuk puisi, seni
rupa, prosa, dan naskah drama. Kirdjomulyo dikenal sebagai
seniman serba bisa. Pada 1950-an, ia dikenal sangat produktif
dalam menulis puisi dan lakon. Buku puisi ciptaannya antara
lain; Romansa Perjalanan I dan Lembah Batu Pualam.
Karyanya berupa manuskrip yaitu Romansa Perjalanan II,
Romansa Perjalanan III, Prelude, Daun Permulaan Musim,
Angin di Antara Musim serta Kawan dan Karibmu. Sejumlah
puisinya juga ada di dalam Antologi Sastra Indonesia
Angkatan 1966 susunan H.B. Jassin. Sedangkan naskah lakon
karyanya antara lain Nona Maryam, Penggali Kapur, Penggali
Intan, Bui, Dia Amat Kesunyian, Tujuh Orang Tahanan, Laki-
laki Jaga Malam, Senja Dengan Sepasang Kelelawar, Jauh di
Rantau, dan lain-lain. Sekitar dua puluhan naskah kumpulan
sajak dan naskah dramanya tersimpan di Pusat Dokumentasi
Sastra H.B. Jassin, Jakarta. Kirdjomulyo dikenal juga sebagai
seorang pelukis dan pelaku teater. Bergabung dengan
Sanggar Bambu dan menciptakan hymne untuk sanggar

125
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

tersebut. Ketrampilan Kirdjomulyo dalam seni


mengantarkannya sebagai seniman paling produktif pada
masanya. Kirdjomuljo juga pernah menjadi redaktur majalah
kebudayaan BUDAYA dan Medan Sastera yang terbit antara
1952 sampai 1962. Kirdjomuljo juga salah satu motor
penggerak kelompok latar Indonesia. Pada 1952 atas inisiatif
Kirdjo berdirilah perkumpulan teater di Yogyakarta, semua
seniman yang tidak punya wadah yang dikelola Usmar Ismail
dan Asrul Sani dalam kelompok teater ini. Kelompok ini
berkembang menjadi wadah kesenian yang cukup disegani,
tater ini merupakan cikal bakal teater modern di Yogyakarta.
Bersama teater ini pula drama-drama Kirdjo dipentaskan
pada 1963 sampai dengan 1965.

Komando Ganyang Malaysia (Kogam). Adalah istilah yang diucapkan


oleh Presiden Sukarno pada saat terjadinya konfrontasi
antara Indonesia-Malaysia. Kogam tersebut dipicu oleh
langkah Malaysia yang berkeinginan untuk menggabungkan
beberapa wilayah bekas jajahan Inggris sehingga Sukarno
menganggap bahwa itu akan menjadi gerakan penjajahan
gaya baru. Dengan begitu Suekarno menginstruksikan bahwa
semua rakyat Indonesia harus melawan Malaysia. Instruksi
tersebut dinamakan sebagai Komando Ganyang Malaysia.
Keberanian Sukarno menyuarakan untuk mengganyang
Malaysia karna dilihat dari segi persenjataan maka Indonesia
dianggap lebih kuat bahkan pada saat itu Indonesia

126
NATION BUILDING (1951-1998)

merupakan negara yang terkua secara militer dikawasan Asia


Selatan. Angkatan bersenjata Indonesia mendapatkan
dukungan penuh dari Rusia. Selain itu Indonesai memiliki
kapal selam yang cukup banyak dan juga persenjataan yang
dimiliki pun bisa dikatakan cukup moderen pada masa itu.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Adalah sebuah


lembaga mandiri di Indonesia yang kedudukannya setingkat
dengan lembaga negara lainnya dengan fungsi melaksanakan
kajian, perlindungan, penelitian, penyuluhan, pemantauan,
investigasi, dan mediasi terhadap persoalan-persoalan hak
asasi manusia. Komisi ini berdiri sejak 1993 berdasarkan
keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993 tentang Komisi
Nasional Hak Asisi Manusia. Sejak 1999, keberadaan Komnas
HAM didasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999
yang juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi,
keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas, dan wewenang
Komnas HAM. Hingga hari ini Komnas HAM merupakan
lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan
lemabga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyeluhun, pemantauan, dan
mediasi hak asasi manusia. Tujuan Komnas HAM adalah
mengembangkan kondisi yang kondisuf bagi pelaksanaan hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan
Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia serta
meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi

127
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia


seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai .

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Adalah Badan yang


bertugas sebagai Pembantu Presiden, yang keanggotaannya
terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat dari berbagai
golongan dan daerah-daerah termasuk mantan anggota
Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia. KNIP dibentuk
berdasarkan Pasal IV, Aturan Peralihan, Undang-Undang
Dasar 1945, dan dilantik serta mulai bertugas sejak 29
Agustus 1945 sampai dengan Februari 1950. KNIP ini diakui
sebagai cikal bakal badan legislative di Indonesia, sehingga
tanggal pembentukannya diresmikan sebagai Hari Jadi Dean
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Ketua KNIP yang
pertama adalah Kasman Singodimejo dam memiliki anggota
sebanyak 135 orang. Dalam siding pertamanya pada 16
Oktober 1945, komite ini memperoleh kekuasaan legislative
dan ikut menentukan Garis-garis Besar Haluan Negara atau
GBHN.

Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Adalah organisasi


pemuda yang didirikan pada 23 Juli 1973 di Jakarta. KNPI
dibentuk lewat suatu deklarasi pemuda yang dihadiri
sejumlah pimpinan organiasi kemahasiswaan intrakampus
yang berjumlah 13 organisasi, di antaranya Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional

128
NATION BUILDING (1951-1998)

Indonesia (GMNI), Perhimpunan Mahasiswa Katholik


Republik Indonesia, Gerakan Mahasiwa Kristen Indonesia
(GMKI), Gerakan Pemuda Anshor, Pemuda Muhammadiyah,
Pemuda Muslimin Indonesia, Pemuda Katholik, Gerakan
Angkatan Muda Kristen (GAMKI), Gerakan Pemuda Islam,
Gerakan Pemuda Marhaen (GPM), dan Koordinasi Pemuda-
Mahasiswa Golongan Karya.

Konferensi Asia Afrika. Kawasan benua Asia dan Benua Afrika


merupakan kawasan dunia ketiga. Kawasan ini pada masa
sebelum Perang Dunia II merupakan daerah jajahan, namun
setelah berakhirnya Perah Dunia II pada Agustus 1945,
negara-negara di kawasan Asia dan Afrika mulai bangkit dan
semakin meningkatkan perjuangan mereka untuk
memperoleh kemerdekaan. Kondisi keamanan dunia pasca
berakhirnya Perang Dunia II masih belum stabil dan
diperparah dengan munculnya Perang DIngin antara dua blok
yang saling besebrangan ideologi, yaitu Blok Barat yang
dipimpin oleh Amerika Serikat, dan Blok Timur yang dipimpin
oleh Uni Soviet. Perang Dingin tersebut membuat situasi
dunia pada saat itu selalu diliputi oleh kecemasan dan
kekhawatiran akan terjadinya perang nuklir. Kondisi
tersebutlah yang mendorong negara-negara yang baru
merdeka di kawasan Asia dan Afrika untuk menggalang
persatuan dan mencari jalan keluar demi meredakan
ketegangan dunia dan memelihara perdamaian. Sebelum

129
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Konferensi diselenggarakan diadakan dua kali pertemuan


pendahuluan di Colombo pada 28 April 1954-2 Mei 1954 dan
pertemuan selanjutkan diadakan di Bogor pada 28-31
Desember 1954. Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di
Bandung pada 18-25 April 1955. Konferensi ini berlangsung di
Gedung Merdeka, Bandung. Konferensi ini dibuka secara
resmi oleh Presiden Sukarno pada 18 April 1955 dan dihadiri
oleh 29 negara. Negara-negara yang hadir dalam Konferensi
Asia Afrika tersebut antara lain, Afganistan, Yordanis, Saudi
Arabia, Burma, Kamboja, Srilangka, Jepang, Laos, Sudan,
Ethiopia, Libanon, Suriah, Filipina, Liberia, Turki, Ghana,
Libya, Vietnam Selatan, India, Thailand, Vietnam Utara,
Indonesia, Mesir, Yaman, Irak, Nepal, Pakistan, Iran, dan RRC.
Hasil konferensi Asia Afrika yang paling penting adalah telah
terjadinya suatu kerjasama di antara negara-negara Asia
Afrika dan juga konferensi tersebut telah berhasil
merumuskan sepuluh asas yang tercantum dalam Dasasila
Bandung. Makna terpenting dari Dasasila Bandung tersebut
adalah tercerminya penghargaan terhadap hak asasi
manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia.

Konferensi Karyawan Pengarang Indonesia (KKPI). Konferensi


Karyawan Pengarang Indonesia (KKPI) merupakan konferensi
yang diselenggarakan di Jakarta pada 1-7 Maret 1964.
Konferensi ini diselenggarakan oleh sastrawan yang beraliran
demokrat untuk menandingi merajalelanya sastrawan Lekra

130
NATION BUILDING (1951-1998)

dalam bidang sosial politik. Dalam konferensi ini dihadiri oleh


540 sastrawan dan budayawan seluruh Indonesia. Dalam
konferensi terebut dihasilkan Ikrar Pengarang Indonesia. Isi
dari Ikrar Pengarang Indonesia adalah sebagai berikut: (1)
Kami pengarang Indonesia dengan tegas dan menyeluruh
mengintegrasikan diri dengan Revolusi Indonesia, (2) Kami
pengarang Indonesia bertekad untuk terus menerus berjuang
beserta seluruh rakyat untuk mencapai tujuan Revolusi
Indonesia berlandaskan Pancasila dan berhaluan
Manipol/USDEK, (3) Kami pengarang Indonesia taat ke garis
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, Bung Karno, (4) Sesuai
dengan itu, kami pengarang Indonesia akan terus menerus
mengarang dan mencipta untuk menyumbangkan pikiran-
pikiran, kreasi-kreasi, dan konsep-konsep baru, khususnya
untuk melaksanakan Revolusi di bidang mental, (5) Sesuai
dengan itu pula, kami pengarang Indonesia akan terus
menerus berjuang menentang imperialisme dalam segala
bentuknya terutama di bidang kebudayaan dan membantu
usaha melindungi serta menjamin berkembangnya
Kebudayaan Nasional yang kreatif.

Konferensi Meja Bundar (KMB). KMB diselenggarakan pada 23


Agustus 1949 sampai 2 November 1949. Konferensi ini
dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Konferensi Meja Bundar
bertujuan untuk memperjuangkan kedaulatan penuh atas
Indonesia yang sebelumnya sangat ditentang pihak Belanda.

131
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Delegasi yang dikirimkan oleh Indonesia terdiri dari


Mohammad Hatta (Ketua). Moh. Roem, Supomo, Leitnena,
Ali Sastroamidjojo, Djuanda, Sukiman, Suyono Hadinoto, Dr.
Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo,
Kolonel T. B. Simatupang dan Muwardi. Delegasi BFO
dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Adapun hasil
dari Konferensi Meja Bundar tersebut sebagai berikut: (1)
Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat, (2) Status Keresidenan
Irian Barat diselesaikan dalam waktu setahun, sesudah
pengakuan kedaulatan, (3) Akan dibentuk Uni Indonesia-
Belanda berdasarkan kerjasama suka rela dan sederajat, (4)
Republik Indonesia Serikat Mengembalikan hak milik Belanda
dan memberikan hak-hak konsesi dan izin baru untuk
perusahaan-perusahaan Belanda, (5) Republik Indonesia
Serikat harus membayar semua utang Belanda yang ada
sekak 1942. Konferensi Meja Bundar ini ditandatangani oleh
pihak Indonesia dan pihak Belanda pada 27 Desember 1949.
Dengan ditandatanganinya kesepakatan tersebut maka
Belanda mulai mengakui kedaulatan Indonesia. Penyerahan
kedaulatan yang dilakukan dinegeri Belanda bertempat di
ruang takhta Amsterdam, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr.
Willem Drees, Menteri Sebrang Lautan A.M.J.A. Sasseu, dan
Drs. Moh. Hatta melakukan penandatangan akta penyerahan
kedaulatan. Pada saat yang sama di Jakarta, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi MAshkota Belanda,

132
NATION BUILDING (1951-1998)

A.H.S. Lovink dalam suatu upacara di Istana Merdeka


menandatangani naskah penyerahan kedaulatan. Dengan
adanya penyerahan kedaulatan ini, maka secara formal
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dan mengakui
kekuasaan negara Indonesia di seluruh bekas wilayah Hindia
Belanda, kecuali Irian Barat yang rencananya baru akan
diserahkan setahun kemudian.

Kongres Bahasa Indonesia di Medan (28 Oktober–2 November


1954). Adalah Kongres Bahasa Indonesia kedua. Kongres ini
dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Sumpah
Pemuda. Medan dipilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan
Kongres Bahasa Indonesia ini bukan karena sarana dan
prasarana Medan lebih mumpuni sebagai penyelenggara
namun karena alasan pengunaan Bahasa sehari-hari
masyarakat Kota Medan itu identik dengan Bahasa Indonesia.
Dilek yang digunakan oleh masyarakat Kota Medan
menggunakan dialek dan ejaan sesuai dengan kaidah-kaidah
yang terdapat di dalam tata Bahasa Indonesia itu sendiri.
Peserta Kongres Bahasa Indonesia yang pertama itu ialah
tokoh-tokoh Bahasa Indonesia, para sastrawan, para
budayawan, dan tokoh-tokoh masyarakat. Diantara tokoh
Bahasa dan sastrawan yang hadir dalam konres tersebut ialah
Muhammad Yamin. Pada saat itu Muhammad Yamin
menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran,

133
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Kebudayaan (PP dan K) pada masa Kabinet Ali I dan Kabinet


Ali II. Keputusan yang dihasilkan dari kongres Bahasa
Indonesia ialah saran agar bentuk badan yang kompeten yang
bertugas untuk menyempurnakan Bahasa Indonesia
terutama yang bersangkutan dengan ejaan. Kongres ini juga
memberikan perhatian pada penggunaan Bahasa dalam
undang-undang dan administrasi. Kongres ini pula
menyarankan supaya bangsa Indonesia mampu menggali
potensi Bahasa daerah untuk bisa menjadi Bahasa Nasional.

Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Adalah organisasi wanita


bersifat ferderatif yang didirikan sejak diadakannnya Kongres
Perempuan Indonesia pada 22 Desember 1928. Kegiatan
KOWANI meliputi kegiatanpolitik, ekonomi, sosial, budaya
bahkan hubungan antar bangsa. Pada masa awal berdirinya,
kegiatan politik KOWANI dimulai dengan penyelenggaraan
simposium yang berusaha untuk menilai kembali seberapa
jauh peran serta yang dapat dilakukan oleh Pergerakan
Wanita Indonesia (PWI).

Konsepsi Presiden 1957. Merupakan cikal bakal dari Dekrit Presiden 5


Juli 1959. Konsepsi ini merupakan kritikan pedas Sukarno
terhadap Demokrasi Liberal yang selalu dihiasi dengan jatuh
bangun kabinet. Kondisi tersebut dianggap membawa akibat
yang tidak menguntungkan bagi stabilitas politik di Indonesia.
Berbagai konflik yang muncul baik yang ideologis ataupun

134
NATION BUILDING (1951-1998)

konflik kedaerahan sampai kepentingan antara partai politik.


Latar belakang itulah yang mendorong Sukarno untuk
merumuskan Konsepsi Presiden yang diumumkan pada 21
Februari 1957. Adapun isi dari konsepsi presiden tersebut
yaitu: (1) Penerapann sistem Demokrasi Parlementer secara
Barat tidak cocok dengan kepribadian Indonesia, sehingga
system tersebut harus diganti dengan Demokrasi Terpimpin,
(2) Membentuk Kabinet Gotong Royong yang beranggotakan
semua partai politik atau dikenal dengan istilah kabinet
berkaki empat (Masyumi, PNI, NU dan PKI), (3) Segera
dibentuk Dewan Nasional.

Konstitusi RIS. Konstitusi Republik Indonesia Serikat diberlakukan


setelah penandatanganan pengakuan kedaulatan tanggal 29
Desember 1949. Republik Indonesia Serikat yang dibentuk
pasca kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag. Dalam konferensi tersebut Belanda akhirnya bersedia
mengakui kedaulatan Indonesia meski pun dengan syarat
bahwa Negara Indonesia tidak boleh berbentuk negara
kesatuan, namun harus berbentuk negara serikat.

Konvensi Hukum Laut PBB. Adalah suatu konferensi yang membahas


mengenai hukum internasional tentang hukum laut.
Konferensi ini berdasarkan resolusi Majelis Umum PBB pada
21 Februari 1958. Resolusi Majelis Umum diambil
berdasarakan International Law Commision yang menyarakan

135
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

perlunya diadakan suatu konferensi internasional yang


membahas tentang hukum laut. Bagi Indonesia konferensi ini
merupaan sebuah perjuangan untuk memperjuangkan
konsepsi Negara Kepulauan. Dalam konferensi yang pertama
Delegasi Indonesia diketuai oleh Subardjo. Hal yang
diperjuangkan oleh Mr. Subardjo adalah konsepsi negara
kepulauan supaya mendapatkan pengakuan internasional.
Konsepsi negara kepulaun khiususnya Indonesia pada ssat itu
tidak mendapatkan respon yang positif, khususnya negara-
negara besar seperti Amerika Serikat yang didukung oleh
negara-negara maritim lainnya.
Dalam Konferensi Hukum Laut PBB yang pertama,
belum ada kesepakatan mengenai lebar laut territorial
seperti yang diperjuangkan Indonesia melalui Deklarasi
Juanda, tetapi konferensi ini telah menghasilkan empat buah
konvensi, yaitu : (1) Konvensi Mengenai Laut Teritorial dan
Jalur Tambahan (Convention On The Teritorrial Sea And
Contiguous Zone), (2) Konvensi Mengenai Laut Lepas atau
Laut Bebas (Convention on The High Seas), (3) Konvensi
Mengenai Perikanan dan Perlindungan Kekayaan Hayati di
Laut Lepas (Convention on Fishing and Conservation of Living
Resources of The High Seas), (4) Konvensi Tentang Landas
Kontinen (Convention on The Continental Shelf). Keempat
konvensi tersebut sudah diratifikasi Indonesia dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1961, akan tetapi
Indonesia melakukan reservasi pada konvensi tentang laut

136
NATION BUILDING (1951-1998)

teritorial dan jalur tambahan karena perjuanagn Indonesia


tentang negara kepulauan belum mendapat pengakuan
internasional. Penentuan lebar laut teriteorial di negara-
negara kepulauan masih terdapat perbedaan pendapat,
dengan demikian diperlukan konferensi penentuan hukum
internasional berikutnya yang khusus membahas laut
territorial. Maka dengan demikian diselenggarakanlah
konferensi lanjutan pada tahun 1960 di Jenewa (UNCLOS II).

Koperasi Unit Desa (KUD)/ Badan Usaha Unit Desa (BUUD). Koprasi
Unit Desa (KUD) awal pembentukannya diawali oleh Koperta
(Koperasi Pertanian) dan BUUD (Badan Usaha Unit Desa).
Pada awalnya pemerintah memprakarsai pembentukan
Koperta pada tahun 1963 khususnya dikalangan petanni.
Tujuan utama dari Koperta adalah untuk memenuhi
kebutuhan bahan makanan pokok terutama Padi. Pada tahun
1966-1967 mulai dikembangkan BUUD (Badan Usaha Unit
Desa). BUUD merupakan penggabungan antara Koperasi
Pertanian dan Koperasi Desa yang ada dalam satu unit desa.
Tugas utama BUUD adalah untuk membantu para petani
produsen dalam mengatasi masalah proses industry
(termasuk kredit dan keentuan bagi hasil), penyediaan sarana
produksi, serta pengolahan dan pemasaran hasil produksi.
Dalam rangka tugas inilah BUUD melakukan pembelian
gabah, menggiling, dan menyetorkan beras ke Dolog, dan

137
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

juga sebagai penyalur pupukk. Konsep pengembangan


koperasi di pedesaan ini disatukan menjadi BUUD atau KUD.

Korp Pegarawai Republik Indonesia (KORPRI). Adalah organisasi


pegawai negeri yang dibentuk pada 29 November 1971
sebagai satu-satunya wadah untuk menghimpun dan
membina pegawai negeri sipil Republik Indonesia di luar
kedinasan. Tujuan KORPRI antara lain, (1) ikut memelihara
dan memantapkan stabilitas politik dan sosial yang dinamis
dalam negara Republik Indonesia, (2) memelihara dan
meningkatkan mutu para anggota dalam menyelenggarakan
tugas-tugas umum pemerintahan maupun tugas-tugas
pembangunan; dan (3) membina watak, memelihara rasa
persatuan dan kesatuan secara kekeluargaan, mewujudkan
kerjasama yang bulat dan jiwa pengabdian kepada
masyarakat, memupuk rasa tanggung jawab dan daya cipta
yang dinamis, serta mengembangkan rasa kesetiaan terhadap
negara dan pemerintah.

Krisis Moneter 1998. Adalah krisis ekonomi regional yang disebabkan


oleh depresi mata uang terhadap dollar Amerika. Krisis ini
dimulai pada pertengahan 1997 ketika perekonomian negara-
negara ASEAN terpuruk. Krisis ini membawa dampak besar
bagi negara-negara ASEAN, tak terkecuali Indonesia. Krisis
ekonomi yang diikuti oleh krisis politik dan sosial ini,
menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan terhadap

138
NATION BUILDING (1951-1998)

sendi-sendi perekonomian nasional. Krisis moneter 1998


bukan merupakan krisis pertama Indonesia, akan tetapi krisis
ini merupakan krisis yang tergolong paras dan berdampak
pada sisi kehidupan yang lainnya. Dari sekian banyak negara-
negara ASEAN, Indonesia lah yang mendapatkan dampak
paling besar karena Indonesia sangat tergantung dengan
dollar Amerika baik dari sisi impor maupun sektor lainnya.
Dari peristiwa tersebut dapat disimppulkan bahwa Indonesia
memiliki permasalahan yang cukup besar dalam
perekonomian makronya, hal tersebut terbukti dengan
hantaman krisis monoter 1998 Indonesia mengalami inflasi
dan terjadi peningkatan angka pengangguran yang cukup
tinggi.

Kuntowijoyo. Sejarawan, sastrawan, dan budayawan Indonesia.


Kuntowijoyo lahir di Desa Surobayan, Sanden, Bantul,
Yogyakarta. Sejak berusia satu tahun, ia dibesarkan oleh
neneknya di Desa Ngawonggo, Klaten. Pendidikan dasar
hingga menengah ditempuh di Klaten. Selanjutnya ia masuk
perguruan tinggi di Fakultas Sastra jurusan Sejarah pada
1962-1969, kemudian memperoleh gelar master dari
Universitas Connecticut pada 1974, dan gelar doktor ilmu
sejarah di Universitas Columbia pada 1980. Sebagai
sastrawan dan budayawan, Kuntowijoyo banyak memperoleh
penghargaan pemenang sayembara Majalah Sastra pada
1969, sayembara penulisan lakon Dewan Kesenian Jakarta,

139
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

pemenang Sayembara Roman Panitia Tahun Buku


Internasional Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, dan
sebagainya.

-L-

Landreform. Berasal dari Bahasa Inggris yaitu “land” yang artinya


tanah sedangkan “reform” artinya perombakan atau
perubahan. Sedangkan dalam arti sempit landreform adalah
penataan ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah.
Hal ini merupakan bagian pokok dalam konsep reformasi
agrarian (agrarian reform). Di Indonesia prinsip dan landasan
landreform beralasan Prinsip Hak Menguasai dari Negara.
Landasan ideal nya adalah Pancasila karena pancasila adalah
ideology, cara pandang bangsa dan rakyat Indonesia.
Landasan konstitusionalnya terdapat dalam pasal 33 ayat 3
UUD 1945.Atas dasar ketentuan UUPA diterbitkan peraturan
perundangan landreform yang bertujuan untuk mengadakan
penataan penguasaan tanah dan meningkatkan pendapatan
serta kesejahteraan untuk rakyat khususnya para ppetani
kecil secara adil dan merata. Sehingga dengan demikian akan
terbuka kesempatan untuk mengembangkan diri dalam
mencapai kemakmuran.

L. Benny Murdani. Menteri Pertahanan dan Keamanan pada masa


kepresidenan Soeharto. Ia lahir di Cepu pada 2 Oktober 1932.

140
NATION BUILDING (1951-1998)

Keterlibatan Benny Murdani dalam aktivitas militer dimulai


sejak remaja ketika ia ikut dalam penyerangan terhadap
markas Kempetai pada Oktober 1945. Ia menyelesaikan
pendidikan militer di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan
Darat (P3AD) dan Sekolah Pelatihan Infanteri (SPI) pada 1952.
Pada 1954 Murdani diangkat sebagai Kepala Biro Pengajaran
Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). Pada 1956,
Murdani diangkat sebagai Komandan Kompi RPKAD. Benny
Murdani terlibat dalam meredam PRRI. Ia juga terlibat dalam
Pembebasan Irian Barat, Konfrontasi Indonesia Malaysia, dan
Pendudukan Indonesia di Timor Timur. Pada 1983 Suharto
mengangkat Murdani sebagai Panglima ABRI dan menaikkan
pangkatnya menjadi Jenderal. Benny Murdani juga dianggap
terlibat dalam peristiwa Tanjung Priok. Pada 1988 ia diangkat
sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Benny Murdani
meninggal pada 29 Agustus 2004.

Lafran Pane. Adalah tokoh yang memprakarsai pendirian organisasi


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 15 Februari 1947.
Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922.
Lafran Pane menempuh pendidikan tingginya di Sekolah
Tinggi Islam (STI-sekarang UII). Latar belakang pendidikan
agama yang kuat serta interaksi Pane dengan para dosen STI
seperti Abdul Kahar Muzakkir, H.M Rasjidi, Fathurrahma
Karawi, Kasman Singodimejo, dan Prawoto Mangkusasmito
telah menginspirasi dirinya untuk mendirikan gerakan

141
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

mahasiswa yang hampir identik dengan Jong Islameten Bond


(JIB). Lafran Pane wafat pada 24 Januari 1991. Sepanjang
hidupnya, ia aktif mengabdikan diri sebagai dosen di
beberapa kampus di Yogyakarta.

Lambertus Nicodemus Palar. Pahlawan Nasional, Duta Besar


Indonesia di India, Jerman Timur, Uni Soviet, Kanada, dan
Amerika Serikat, dan Perwakilan Indonesia di Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Lahir di Rurukan, Tomohon 5 Juni
1900 dan meninggal di Jakarta, 13 Februari 1981. Dianugrahi
gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 8 November 2013. Palar masuk sekolah Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Tondano. Kemudian ia
melanjutkan sekolah di Algemeene Middelbare School (AMS)
Yogyakarta, dan tinggal bersama Sam Ratulangi. Ia sempat
menjadi anggota organisasi pemuda nasionalis Jong
Minahasa. Setelah lulus AMS tahun 1922, Palar meneruskan
ke jenjang pendidikan tingginya di Technische Hoogeschool te
Bandoeng namun tidak selesai karena sakit parah. Ia pernah
bekerja di Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Pada
1924, Palar memulai kembali kuliahnya di Rechtshoogeschool
te Batavia (Fakultas Hukum UI). Di sana ia bergabung dengan
paham sosialis-demokrat melalui seorang anggota Volksraad
yaitu J. E. Stokvis, Ketua Indische Sociaal-Democratische Partij
(ISDP - Partai Sosialis-Demokrat Hindia). Pada 1928, Palar
pindah ke Belanda. Pada 1930, Palar menjadi anggota

142
NATION BUILDING (1951-1998)

Sociaal-Democratische Arbeiders Partij (SDAP) setelah SDAP


melaksanakan Kongres. Palar menjabat sebagai sekretaris
Komisi Kolonial SDAP dan Nederlands Verbond van
Vakverenigingen (NVV) mulai Oktober 1933. Dia juga adalah
direktur Pers bureau Indonesia (Persindo) yang ditugaskan
untuk mengirim artikel-artikel tentang sosial demokrasi dari
Belanda ke pers di Hindia Belanda. Pada 1938, Palar kembali
ke Indonesia. Pada saat pendudukan Jerman di Belanda, Palar
tidak bisa bekerja untuk SDAP, dia bekerja di laboratorium
Van der Waals. Dia juga bekerja sebagai guru bahasa Melayu
dan sebagai gitaris orkestra keroncong. Setelah perang, Palar
terpilih untuk masuk Tweede Kamer mewakili Partij van de
Arbeid (PvdA), sebuah partai baru yang bermula dari SDAP.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Palar
mendukung pernyataan ini dan mempromosikan hubungan
dengan pemimpin-pemimpin Indonesia. Di Belanda, Palar
berusaha untuk mendesak penyelesaian konflik antara
Belanda dan Indonesia tanpa kekerasan, tetapi pada tanggal
20 Juli 1947 dewan perwakilan memilih untuk memulai Agresi
Militer di Indonesia. Palar kemudian mengundurkan diri dari
dewan perwakilan dan partai PvdA keesokan harinya. Palar
bergabung dengan usaha pengakuan internasional
kemerdekaan Indonesia dengan menjadi Wakil Indonesia di
PBB 1947-1953. Pada saat konflik antara Belanda dan
Indonesia, Palar memperdebatkan posisi kedaulatan
Indonesia di PBB dan di Dewan Keamanan walaupun pada

143
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

saat itu dia hanya mendapat gelar "peninjau" di PBB karena


Indonesia belum menjadi anggota pada saat itu. Setelah
Agresi Militer II yang dikecam oleh Dewan Keamanan PBB,
Perjanjian Roem Royen disetujui yang kemudian diikuti
dengan Konferensi Meja Bundar dan pengakuan
kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27
Desember 1949. Pada saat berpidato di Sidang Umum PBB
sebagai Perwakilan Indonesia di PBB paling pertama, Palar
berterima kasih kepada para pendukung Indonesia dan
berjanji Indonesia akan melaksanakan kewajibannya sebagai
anggota PBB. Palar tetap di PBB sampai saat dia ditunjuk
sebagai Duta Besar Indonesia di India. Pada 1955, Palar
diminta kembali ke Indonesia dan ikutserta dalam persiapan
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika. Setelah pelaksanaan
konferensi, Palar memulai kembali tugas diplomatisnya
melalui jabatan Duta Besar Indonesia untuk Jerman Timur
dan Uni Soviet. Pada 1957-1962, dia menjadi Duta Besar
Indonesia untuk Kanada dan setelah itu kembali menjadi
Duta Besar di PBB sampai tahun 1965. Palar kemudian
menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat karena
Indonesia mengundurkan diri dari keanggotaan PBB. Palar
pensiun dari tugas diplomatisnya pada 1968. Palar kembali ke
Jakarta, tetapi tetap giat melalui tugas mengajar, pekerjaan
sosial, dan tugasnya sebagai penasehat Perwakilan Indonesia
di PBB.

144
NATION BUILDING (1951-1998)

Landas Kontinen Indonesia. Adalah dasar laut serta tanah


dibawahnya sampai batas kedalaman 200 meter, atau
melebihi batas tersebut, hingga suatu batas kedalaman yang
masih memungkinkan eksploitasi kekayaan mineral dan
kekayaan alam lainnya. Pada 17 Februari 1969 dikeluarkan
sebuah Pengumuman Pemerintah tentang Landasan
Kontinen Indonesia. Maklumat landasan kontinen ini
menyatakan bahwa segala sumber mineral dan sumber
kekayaan alam lainnya (termasuk organisme-organisme
hidup merupakan jenis sedenter), yang terdapat pada dasar
laut dan tanah di bawahnya di wilayah landasan kontinen
Indonesia (yang berada di luar wilayah perairan Indonesia),
merupakan miliki Indonesia serta berada di bawah jurisdiksi
eksklusif Republik Indonesia. Penetapan Landasan Kontinen
Indonesia tersebut kemudian diatur dalam Undang-Undang
No.1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.

Lembaga Dakwah Kampus. Organisasi mahasiswa intra kampus yang


terdapat di tiap-tiap perguruan tinggi di Indonesia. Di tiap-
tiap kampus LDK memilik nama yang berbeda-beda, seperti
Seksi Kerohanian Islam, Forum Studi Islam, Lembaga Dakwah
Kampus, Badan Kerohanian Islam, dan sebagainya. Menurut
Khittahnya, LDK adalah suatu lembaga mahasiswa yang
bergerak dalam bidang dakwah Islam di kampus untuk
menegakkan kalimah Allah dengan jalan amar makruf nahi
munkar. Gerakan ini mengkhususkan kegiatan dakwahnya

145
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dalam sebuah miniatur masyarakat kecil yang bernama


masyarakat kampus. Sesuai dengan namanya, Lembaga
Dakwah Kampus adalah lembaga yang begerak di bidang
dakwah Islam dengan tujuan menjadikan kampus sebagai inti
kekuatannya. LDK berdiri pada periode berbeda-beda dengan
kondisi historis yang berbeda pula. Di antara LDK yang ada,
Jamaah Salman ITB adalah LDK yang paling awal berdiri, yaitu
pada 30 Mei 1964. Jamaah Solahudin UGM berdiri pada 1976
dan UKMKI Unair berdiri pada 30 Maret 1984.

Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Lembaga kebudayaan yang


didirikan pada tanggal 17 Agustus 1950. Lekra didirikan oleh
15 orang yang menyebut dirinya sebagai peminat dan pekerja
kebudayaan di Jakarta. Lekra bertujuan untuk
mengembangkan kebudayaan nasional yang bersifat
kerakyatan dalam rangka perjuangan pembebasan nasional
melawan imperialisme. Pengurus dan anggota Lekra adalah
A.S. Dharta, M.S. Ashar, Herman Arjuna, Henk Ngatung, Njoto
dan Joebar Ajoeb. Lekra menganggap bahwa Revolusi
Agustus 1945 untuk mencapai kemerdekaan dari penjajahan
secara politis, ekonomis da kultural telah gagal. Adanya
perjuangan secara diplomasi justru dianggap sebagai
hambatan dan menghancurkan perjuangan kemerdekaan
sebelum 1945. Lekra sebagai organisasi kebudayan,
berkembang pesat dan menjadi wadah pertemuan para
intelektual dan seniman dengan latar belakang yang berbeda-

146
NATION BUILDING (1951-1998)

beda. Dalam organisasi Lekra berkumpul seniman lukis,


seniman tradisonal, sastrawan dan sebagainya.

Lembaga Makanan Rakyat (LMR). Adalah lembaga yang didirikan


pada 1950 untuk meningkatkan gizi penduduk dan
menstimulasi penduduk agar mengonsumsi makanan yang
sehat dengan slogan “empat sehat lima sempurna”. Selain
itu, LMR juga memfokuskan peranannya dalam bidang
teknologi makanan.

Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Dan


Sosial (LP3ES). Adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat yang
peranannya menguat pada pertengahan 1970-an. LP3ES
resmi berdiri pada 19 Agustus 1971 sebagai LSM non profit.
Pendirian LSM ini diprakarsai oleh para ekonom terkemuka
dan kalangan intelektual Indonesia yang tergabung dalam
Perhimpunan Indonesia untuk Pembinaan Pengetahuan
Ekonomi dan Sosial. Mereka di antaranya adalah Sumitro
Djojohadikusumo, Adam Malik, Selo Soemardjan, Emil Salim,
Suhadi Mangkusuwondo, Koentjaraningrat, Ali Wardana, Ali
Sadikin, Satrio B. Joedono, Taufik Abdullah, Soedrajat
Djiwandono, M Yusuf Ronodiputro, Dorojatun Kuntjoro-Jakti,
Joewono, Sudarsono, Daan Jahja, Harlan Bekti, Nono
Makarim, dan beberapa nama lainnya. Nono Makarim Anwar
menjabat sebagai direktur pertama LP3ES didampingi oleh

147
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

DG Wilke. LP3ES dikenal sebagai salah satu LSM terbesar di


Indonesia yang memiliki pengalaman dan kompetensi dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat.
LP3ES juga berhasil menghadirkan jaringan intelektual
muslim kelas menengah yang dalam perkembangannya turut
memberikan warna bagi sejarah Islam Indonesia.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Adalah istilah yang diusulkan


oleh Dr. Sarino Mangunparnoto dalam seminar yang
diselenggarakan Sekretariat Bina Desa (SBD) di Ungaran, Jawa
Tengah pada 1978. Awalnya istilah ini dikenal dengan
Lembaga Swadaya Pengambangan Masyarakat, namun
kemudian istilah Lembaga Swadaya Masyarakat lebih
diterima. Kemunculan berbagai kelompok, lembaga, dan
organisasi yang memiliki keterlibatan dalm pembangunan di
Indonesia sebelumnya pernah disebut Organisasi Non
Pemerintahan (Ornop) yang merupakan terjemahan dari Non
Government Organization.

Lepasnya Timor Timur. Timor Timur memisahkan diri dengan NKRI


dengan serangkaian negosiasi cukup panjang. Sudah
bertahun-tahun lamanya referendum Timor Timur dibahas di
berbagai forum internasional. Dalam perjanjian Triparit yang
disahkan pada 5 Mei 1999 di New York, pihak Indonesia, PBB
dan Portugal sepakat untuk melaksanakan jajak pendapat
guna menyelesaikan permasalahan Timor Timur. Pada 30

148
NATION BUILDING (1951-1998)

Agustus 1999 dilaksanakan jajak pendapat melibatkan warga


Timor Timur yang berada di dalam maupun luar negeri. Jajak
pendapat ini dilaksanakan guna mengetahui keinginan rakyat
Timor Timur, apakah memilih otonomi khusus atau memilih
merdeka. Untuk mengampu pelaksanaan jajak pendapat ini,
PBB pada 11 Juni 1999 membentuk United Nation Mission in
East Timor (UNAMET) yang diketuai oleh Ian Martin. Pada 2
September 1999, secara resmi UNAMET mengumumkan hasil
jajak pendapat. Hasilnya adalah 451.792 orang atau 78,5 %
suara memilih merdeka atau menolak otonomi khusus,
sedangkan yang menerima otonomi khusus hanya 21,5 %.
Dalam Sidang Umum MPR, 19 Oktober 1999, hasil jajak
pendapat tersebut diterima. Hal tersebut diatur dalam TAP
MPR No V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor
Timur. Dengan demikian resmi Timor Timur lepas dari
Indonesia dan mengganti nama menjadi Timor Leste (Timo
Lorosa’e).

Liem Sioe Liong. Atau yang akrab dikenal Sudono Salim adalah
seorang pengusaha yang kekayaannya membawa ia
mendapat peringkat pertama sebagai orang terkaya di
Indonesia dan bahkan Asia. Pada 1969, Salim bersama Djuhar
Sutanto, Ibrahim Risjad dan Sudwikatmono mendirikan dan
merintis usaha bernama CV Waringin Kentjana. Salim
menjabat sebagai Chairman. CV Waringin Kentjana bergerak
di bidang perdagangan, ekspor kopi, lada, karet, tengkawang

149
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dan kopra, serta mengimpor gula dan beras. Tidak berhenti di


sana, Sudono Salim dan rekan-rekannya terus mendirikan
dan mengembangkan bisnis, seperti PT Bogasari, PT
Indocement Tunggal Perkasa, PT Metropolitan Development,
dan Bank Central Asia (BCA). Salim meninggal dunia di usia 95
tahun. Bisnisnya dilanjutkan oleh anaknya Anthony Salim.

Lukman Njoto. Lukman Njoto atau Nyoto adalah seorang Marxis yang
pernah menjabat sebagai Menteri Negara pada masa
pemerintahan Sukarno. Nyoto adalah Wakil Ketua CC PKI dan
dekat dengan D.N. Aidit dan Sukarno. Nyoto merupakan
tokoh PKI yang dikenal berpikiran luas. Ia juga aktif di
organisasi kesenian PKI, Lekra. Sejak muda, ia dikenal sebagai
politisi ulung. Nyoto menikah dengan salah satu
keluarga ningrat Mangkunegaran Solo yang bernama Sutarni.
Tragedi kelam 1965, membuat hidup Nyoto harus berakhir
secara tragis. Pada 11 Maret 1966 sepulangnya dari sidang
kabinet Nyoto diculik oleh sekelompok orang yang tidak
diketahui identitasnya dalam perjalanan pulang menuju
rumahnya di Jl. Tirtayasa. Berhembus kabar burung bahwa
Nyoto sudah dieksekusi di salah satu Kepulauan
Seribu di Teluk Jakarta.

M. M. Rachmat Kartakusuma. Adalah Kepala Staf Hankam pada masa


pemerintahan Orde baru yang diberi tugas untuk membenahi
ABRI. Untuk memulai tugasnya, Kartakusuma memilih

150
NATION BUILDING (1951-1998)

pendekatan doktrin sebagai penjabaran TAP MPRS No.


XXIV/MPR/1966. Doktrin ini terkenal dengan Doktrin
Pertahanan Keamanan yang diberi nama Catur Eka, Eka
Karma Doktrin Pertahanan Keamanan dan Doktrin Kekaryaan
ABRI atau Dwifungsi ABRI. Gagasan doktrin tersebut lahir dari
pemikiran Kartakusuma karena melihat setiap Angkatan
memiliki doktrin-doktri tersendiri oleh sebab itu Kartakusuma
menilai doktrin itulah yang membuat kondisi Angkatan
terpecah belah dan tidak memiliki kebanggaan pada Korp
ABRI. Doktrin tersebut dibuat sebagai tuntunan
penyelenggaraan ketahanan keamanan dan kekaryaan secara
terpusat, sehingga tugas pokok Angkatan dapat dikendalikan.
Setelah gagasannya diterima maka Rachmat Kartakusuma
membentuk tim peneliti ABRI dan menghasilkan buku
berjudul Petunjuk ABRI tentang Dasar bagi Pedoman
Implementasi Pancasila untuk ABRI.

-M-

Mafia Berkeley. Sebutan bagi para ekonom Indonesia yang memiliki


pengaruh besar dalam penentuan kebijakan ekonomi pada
masa pemerintahan Suharto. Sebutan Mafia Berkeley
digunakan karena para ahli ekonomi ini umumnya
mengenyam pendidikan di Universitas California, Berkeley.
Tokoh yang sering disebut sebagai bagian dari anggota Mafia
Berkeley adalah Wodjojo Nitisastro, Ali Wardhana,

151
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Mohammad Sadli, dan Emil Salim. Para ekonom ini sejak awal
membantu Presiden Suharto dalam membangun
perekonomian Indonesia. Atas sumbangan pemikiran
mereka, Indonesia mendapatkan sumbangan dari Dana
Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Mafia Berkeley
mengikuti sistem perekonomian liberal sehingga pada masa
krisis ekonomi 1997, kelompok ini menjadi salah satu pihak
yang disalahkan.

Mahkamah Militer Luar Biasa (MAHMILUB). Mahmilub adalah


lembaga yang dibentuk sebagai suatu badan peradilan khusus
yang dapat memeriksa dan mengadili perkara-perkara
dengan cepat. Perkara yang dimaksud adalah perkara-
perkara yang erat hubungannya dengan kemanan atau
pertahanan negara. Proses yang cepat maksudnya adalah
adanya kewenangan Mahmilub untuk memeriksa dan
mengadili perkara pertama dan terakhir sebagaimana
disebutkan dalam pasal 1 UU No. 16/PNPS/1963. Apabila
suatu kasus sudah masuk kedalam penanganan Mahmilub
maka tidak dimungkinkan akan adanya upaya hokum lainnya
setelah vonis dari Mahmilub. Dengan sifatnya yang khusus
maka Mahmilub hanya boleh dibentuk oleh Presiden apabila
ada perkara yang dianggap membahayakan bangsa dan
negara. Salah satu kasus yang pernah ditangani oleh
Mahmilub adalah kasus G30S. Mahmilub merupakan
lembaga peradilan yang menjadi momok bagi Partai Komunis

152
NATION BUILDING (1951-1998)

Indonesia (PKI). Setelah peristiwa Gerakan 30 September


1965, banyak tokoh-tokoh sentral PKI yang diadili melalui
forum Mahmilub. Bahkan tak sedikit dari tokoh PKI yang
divonis hokum mati di Mahmilub ini.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Adalah salah


satu produk yang dihasilkan oleh Sukarno dalam Dekrit
Presiden 1959. Untuk melaksanakan pembentukan MPRS
tersebut, Presiden mengeuarkan penetapan Presiden Nomor
2 Tahun 1959 yang mengatur pembentukan MPRS sebagai
berikut : (1) MPRS terdiri atas Anggota DPR Gotong Royong
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah dan golongan,
(2) Jumlah Angggota MPR ditetapkan oleh Presiden, (3) Yang
dimaksud dengan daerah dan golongan ialah Daerah
Swatantra Tingkat I dan Golongan Karya, (4) Anggota
tambahan MPRS diangkat oaleh Presiden dan mengangkat
sumpah menurut agamannya di hadapan Presiden atau Ketua
MPRS yang dikuasakan oleh presiden, (5) MPRS mempunyai
seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang diangkat oleh
Presiden.

Majelis Ulama Indonesia (MUI). Adalah organisasi sosial


kemasyarakatan yang berperan sebagai wahana bagi para
ulama, zuama dan cendikiawan muslim Indonesia dalam
menyatukan gerak langkah umat Islam Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama Indonesia

153
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

(MUI) didirikan pada 26 Juli 1975 berdasarkan kesepakatan


kongres yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama
pada 21-27 Juli 1975. Kongres tersebut dihadiri oleh para
ulama, cendikiawan muslim dan perwakilan Dinas Kerohanian
Islam di bawah ABRI. Tujuan pendirian MUI adalah untuk
turut serta mewujudkan masyarakat aman, damai, adil dan
makmur rohaniah dan jasmaniah sesuai dengan Pancasila,
UUD 1945 dan GBHN yang diridhoi Allah SWT. MUI memiliki
beberapa fungsi, diantaranya memberikan nasihat dan fatwa,
memperkuat ukhuwah islamiyyah, memelihara dan
meningkatkan kerukunan antar umat beragama, mewakili
umat Islam dalam konsulat antar umat beragama, dan
penghubung antara ulama dan umara. Saat ini MUI hampir
tersebar di setiap Provinsi, bahkan di Kota/Kabupaten.

Malapetaka Lima Belas Januari (MALARI) 1974. Adalah peristiwa


demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi
pada 15 Januari 1974. Peristiwa itu dipicu oleh kedatangan
Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka yang
rencananya akan disambut oleh para Mahasiswa dengan
berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Penjagaan yang ketat dari pihak aparat, maka rombongan
mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk ke pangkalan
udara. Peristiwa Malari dapat dilihat dari beberapa
perspektif. Ada yang memandangnya sebagai demonstrasi
mahasiswa yang menentang pemodal asing, terutama

154
NATION BUILDING (1951-1998)

Jepang. Namun ada juga beberapa pengamat yang melihat


bahwa peristiwa Malari itu sebagai luapan ketidaksenangan
kaum intelektual terhadap Asisten Pribadi (Aspri) Presiden
Soeharto seperti Ali Moertopo, Soedjono Humardani, dll
dianggap memiliki kekuasaan yang besar.

Maludin Simbolon. Adalah seorang tokoh militer, pejuang


kemerdekaan, dan Menteri Luar Negeri dalam
Kabinet Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) yang lahir pada 13 September 1916. Dalam
revolusi kemerdekaan, Maludin adalah salah satu perwira
militer yang berperan penting dalam TKR hingga TNI di
Sumatera. Maludin juga dikenal sebagai perwira militer yang
terlibat dalam PRRI Permesta. Maludin Simbolon termasuk di
antara pemimpin daerah di Sumatera dan Sulawesi yang
merasa tidak puas terhadap berbagai kebijakan pemerintah
pusat akhir tahun 1950-an. Antara lain tuntutan perubahan
yang diinginkan ialah dalam hal peningkatan kesejahteraan
prajurit, otonomi daerah yang lebih besar, serta penggantian
para pejabat sipil dan militer pusat di Jakarta.

Manai Sophiaan. Lahir di Makassar pada 5 September 1915 adalah


seorang politikus. Karier politiknya berawal dari seorang
Jurnalis dalam harian pewarta di Sulawesi dan menjadi
Pemimpin Redaksi Suluh Indonesia dan Suluh Marhaen.
Setelah itu, menjadi Dewan Gementee periode 1933-1945

155
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dan menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional


Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada 1946-1950. Ia menjalani
karier politik dengan bergabung dengan Partai Indonesia
Raya (Parindra), kemudian berganti menjadi Partai Nasional
Indonesia (PNI). Dalam PNI, ia pernah menduduki Sekteratis
Jendral PNI hingga menjadi anggota parlemen. Pada saat
menjadi parlemen, ia mengusulkan terhadap Re-Organisasi
Angkatan Bersenjata yang akhirnya menyebabkan peristiwa
17 Oktober 1952. Puncak karier diplomatiknya adalah ketika
ia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Uni Soviet pada 1963.
Kemudian pada 2003, ia meninggal.

Manifesto Kebudayaan (Manikebu). Konsep kebudayaan yang


didirikan menjadi gerakan oleh sekelompok seniman dan
budayawan pada 1963 sebagai pernyataan sikap mengenai
pendirian, cita-cita, dan politik kebudayaan nasional. Mereka
umumnya merupakan penulis yang yang memiliki hubungan
dengan majalah Sastra dan sering kali terlibat perdebatan
dengan Lekra. Dalam Manifesto Kebudayaan dinyatakan
bahwa kebudayaan merupakan perjuangan untuk
menyempurnakan kondisi hidup manusia. Para seniman dan
budayawan penanda tangan Manifesto ini tidak
mengutamakan salah satu sektor kebudayaan di atas sektor
kebudayaan lain. Oleh karena itu Setiap sektor berjuang
bersama-sama untuk kebudayaan sesuai dengan kodratnya.
Pelaksanaan Kebudayaan Nasional, menurut Manifesto

156
NATION BUILDING (1951-1998)

Kebudayaan, merupakan bentuk perjuangan untuk


mempertahankan dan mengembangkan martabat bangsa
Indonesia di tengah masyarakat bangsa-bangsa lain.
Pancasila, juga ditegaskan sebagai falsafah bagi pelaksanaan
kebudayaan Nasional. Manifesto Kebudayaan dianggap
sebagai tantangan terhadap Manifesto yang dikeluarkan oleh
Sukarno. Pada 18 Mei 1964 Presiden Sukarno menyatakan
pelarangan terhadap Manifesto Kebudayaan. Manifesto
Kebudayaan dianggap menunjukkan keraguan terhadap
revolusi.

Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol). Pernyataan dan


corak ideologi Demokrasi Terpimpin yang disampaikan oleh
Presiden Sukarno dalam pidato politik memperingati Hari
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1959 yang berisi tujuan
dan pandangan masalah kenegaraan. Dalam pidato tersebut,
Sukarno menyerukan dibangkitkannya kembali semangat
revolusi, keadilan sosial, serta pelengkapan kembali lembaga-
lembaga dan organisasi-organisasi negara demi revolusi yang
berkesinambungan.

Manipol Usdek. Akronim dari Manifesto Politik Undang-Undang


Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Bangsa, yang menjadi
haluan negara. Akronim ini dicetuskan oleh Presiden Sukarno.
Istilah Usdek dikeluarkan pada awal 1960 Manipol Usdek

157
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

diperkenalkan di berbagai lapisan masyarakat melalui


lembaga-lembaga pendidikan serta lembaga-lembaga milik
pemerintah.

Maraden Panggabean. Adalah salah satu pejabat militer yang hadir di


saat Supersemar. Seorang merupakan petinggi militer yang
lahir di Sumatera Utara, 29 Juni 1922. Mengawali karier
kemiliteran pada masa kedatangan Jepang ke Indonesia di
Sumatera Utara hingga menjadi Kepala Staf Batalion Pertama
Region 4 Divisi ke-10 Sumatera hingga 1949. Pada 1959, ia
dipindahtugakan ke TT II/Sriwijaya sebagai Komandan Resort.
Ia adalah salah satu pejabat militer yang hadir pada saat
Supersemar hingga menjadi Panglima TNI-AD pada 1969 dan
menjadi Menteri Pertananan dan Kemanan/Pangab periode
1974-1978. Tidak hanya karier militer, Maraden Pangabean
terlibat aktif dalam dunia politik bersama Partai Golkar dan
menjadi ketua Badan Eksekutif partai Golkar tahun 1974.
Puncak karier politiknya adalah menjadi Ketua Dewan
Pertimbangan Agung selama1983-1988, meski sebelumnya
sebagai Menko Polkan pada kabinet Pembangunan III. Pada
usia 78 tahun, ia meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto
Mangunkumo pada 28 Mei 2000.

Marsinah. Adalah seorang karyawati PT Catur Putera Perkasa yang


ikut aksi unjuk rasa pada 3 dan 4 Mei 1993 menuntut
kenaikan gaji sebesar 20% dari perusahaan tempaut ia

158
NATION BUILDING (1951-1998)

bekerja. Kasus Marsinah (Mei 1993) dipicu oleh adanya


himbauan dari Gubernur KDH TK I Jawa Timur yang
menghimbau pengusaha supaya menaikan kesejahteraan
karyawan dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20%
dari gaji pokok. Himbauan tersebut disambut baik oleh
karyawan, namun pengusaha justru malah keberatan karena
akan adanya tambahan beban pengeluaran dari perusahaan.
Salah satu perusahaan yang resah dengan himbauan
Gubernur Jawa Timur tersebut adalah PT Catur Putera
Perkasa (PT CPS). Perusahaan tersebut tidak mau
memberikan kenaikan gaji seperti yang dihimbau sehingga
akhirnya pada 3 dan 4 Mei 1993. Setelah aksi tersebut
Marsinah hilang selama 3 hari sampai akhirnya mayatnya
ditemukan pada 9 Mei 1993. Kematian Marsinah
mengundang tanda tanya besar apakah kematiannya ada
aitannya dengan PT CPS atau sekedar pembunuhan biasa.
Untuk memecahkan kasus ini maka pada 30 September 1993
dibentuklah Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk
melakukan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah.
Meskipun sudah dibentuk tim, namun proses
penyelidikannya tidak transparan. Kasus Marsinah
memberikan pelajaran tentang bagaimana apparat hukum di
Indonesia dalam menangani kasus wong cilik yang
berhadapan dengan pemilik modal.

159
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Martinus Putuhena. Putuhena Lahir di Saparua, Maluku, 27


Mei 1901 dan meninggal di Jakarta, 20 September 1982 pada
umur 81 tahun. Ia adalah salah satu mantan Menteri
Pekerjaan Umum Indonesia pada kabinet yang diperintah
oleh Presiden Sukarno. Dimasa berkuliah di Bandung,
Putuhena mulai berkenalan dengan politik dan sangat dekat
dengan Bung Karno yang merupakan teman karibnya. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan dan pembentukan pemerintahan
negara Indonesia, ia menjabat tiga kali jabatan Menteri
Pekerjaan Umum. Selama revolusi kemerdekaan, ia bertugas
sesuai dengan profesinya, dan dalam kegiatan-kegiatan
politik selalu bersama dengan Dr. J. Leimena dan Mr. J.
Latuharhary. Pemerintah RI dan bangsa Indonesia
menghargainya sebagai salah seorang Mahaputera Indonesia
dan dianugerahi bintang jasa tertinggi Mahaputera Utama.

Marzuki Yatim. Seorang ulama, pejuang dan menteri Indonesia.


Pernah diangkat menjadi Menteri Urusan Hubungan
Pemerintah pada Kabinet Dwikora II sejak 24 Februari 1966
sampai 28 Maret 1966. Ia adalah salah satu tokoh
Muhammadiyah yang menjadi Ketua Majelis Hikmah
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada masa
mempertahankan kemerdekaan, sering mengikuti rapat-
rapat penggalangan kekuatan untuk tujuan revolusi
kemerdekaan. Selain itu ia pernah terpilih sebagai Wakil Ketui
KNI (Komite Nasional Indonesia) di Sumatera barat. Pada

160
NATION BUILDING (1951-1998)

1964 menjadi salah satu Kabinet Nasakom dari


Muhammadiyah. Sebagai tokoh Muhammadiyah, Marzuki
Yatim dapat menghubungkan pemerintahan dengan alim
ulama yang ada di Indonesia.

Mas Mansyur, Kiai Haji. Lahir pada 25 Juni l896 di Surabaya. Ayahnya
bernama K.H. Mas Ahmad Marzuqi, seorang pemikir Islam,
ahli agama yang terkenal di Jawa Timur pada masanya.
Ibunya bernama Raudhah dari keluarga Pesantren
Wonokromo. Dia juga belajar di Pesantren Sidoresmo, lalu
Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura. Beliau
bergabung dalam Serikat Islam. Pada saat itu SI dipimpin oleh
H.O.S. Cokroaminoto. Ia dipercaya sebagai Penasihat
Pengurus Besar SI. Selain itu, Mas Mansur juga membentuk
majelis diskusi bersama Abdul Wahab Hasbullah yang diberi
nama Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran). Mas Mansur
lalu aktif di bidang jurnalisme dengan menulis dan
menerbitkan majalah ‘Suara Santri’. Selain itu, Mas Mansur
juga menulis beberapa buku antara lain Hadits Nabawijah;
Sjarat Sjahnja Nikah; Risalah Tauhid dan Sjirik; dan Adab al-
Bahts wa al-Munadlarah. Pada 1921, beliau masuk
Muhammadiyah. Karena kemampuannya, ia ditetapkan
sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah 1937. Masa
kepemimpinannya ditandai dengan disiplin organisasi yang
ketat dan kebijaksanaan baru yang disebut Langkah
Muhammadiyah 1938-1949. Beliau juga memprakarsai

161
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) bersama K.H.


Ahmad Dahlan dan K.H. Wahab Hasbullah yang berasal dari
Nahdlatul Ulama (NU). Mas Mansur juga memprakarsai
berdirinya Partai Islam Indonesia (PII) bersama Dr. Sukiman
Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif
dari Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Ketika pendudukan
Jepang di Indonesia, Mas Mansur termasuk dalam bagian
Empat Serangkai dan ditunjuk untuk memimpin organisasi
PUTERA. Keterlibatannya dalam Empat Serangkai
memaksanya pindah ke Jakarta, sehingga jabatan ketua PB
Muhammadiyah diserahkan kepada Ki Bagus Hadikusumo.
Mas Mansur meninggal di tahanan NICA pada tanggal 25
April 1946. Jenazahnya dimakamkan di Surabaya.

Mas Tirtodarmo Haryono. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas


Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya, Jawa Timur, 20
Januari 1924 dan meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1
Oktober 1965 pada umur 41 tahun. Ia adalah salah
satu pahlawan revolusi Indonesia yang terbunuh pada
peristiwa G30S. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Ketika kemerdekaan RI diproklamirkan, ia bergabung dengan
pemuda lain untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Ia juga masuk Tentara Keamanan Rakyat. Awal
pengangkatannya, ia memperoleh pangkat Mayor. Selama
perang kemerdekaan, ia sering dipindahtugaskan. Pertama-
tama ia ditempatkan di Kantor Penghubung, kemudian

162
NATION BUILDING (1951-1998)

sebagai Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan


dengan Inggris dan Belanda. Ia juga pernah menjabat sebagai
Sekretaris Dewan Pertahanan Negara dan sebagai Wakil
Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan
Senjata. Ketika KMB, ia menjabat Sekretaris Delegasi Militer
Indonesia.

Mas Tirtodarmo Haryono. Pahlawan Revolusi, Lahir di Surabaya,


Jawa Timur 20 Januari 1924 dan meninggal di Lubang Buaya,
Jakarta, 1 Oktober 1965. Jenderal bintang tiga ini sebelumnya
memperoleh pendidikan di ELS kemudian diteruskan ke HBS.
Setamat dari HBS, ia sempat masuk Ika Dai Gakko (Sekolah
Kedokteran masa pendudukan Jepang) di Jakarta, namun
tidak sampai tamat. Ketika kemerdekaan RI diproklamirkan,
ia masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Awal kariernya, ia
memperoleh pangkat Mayor. Ia pernah ditempatkan di
Kantor Penghubung, kemudian sebagai Sekretaris Delegasi RI
dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda. Suatu kali ia
juga pernah ditempatkan sebagai Sekretaris Dewan
Pertahanan Negara dan di lain waktu sebagai Wakil Tetap
pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata. Dan
ketika diselenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB), ia
menjabat Sekretaris Delegasi Militer Indonesia. Pada Juli
1950 ia terpilih menjadi Atase Militer untuk Belanda. Setelah
peristiwa G30S, Haryono dimakamkan dengan rekan-
rekannya di Taman Makam Pahlawan di Kalibata pada 5

163
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Oktober. Pada hari yang sama, atas perintah Presiden


Sukarno, ia secara anumerta dipromosikan dan menjadi
Pahlawan Revolusi.

Megawati Sukarnoputri. Dyah Permata Megawati Setyawati


Sukarnoputri atau biasa dikenal dengan nama Megawati
Sukarnoputri adalah anak kedua dari Sukarno, presiden
pertama Indonesia. Mega, begitu ia biasa disapa, lahir di
Yogyakarta, 23 Januari 1947. Semasa muda, Megawati
pernah mengenyam bangku perkuliahan di Universitas
Padjadjaran, Bandung serta Universitas Indonesia, meskipun
tidak sampai lulus. Sewaktu menjadi mahasiswa, Mega aktif
di dunia aktivis kemahasiswaan dengan bergabung dalam
kepengurusan GMNI. Setelah itu, ia bergabung ke PDI. Pada
1986, kariernya terus naik dengan menjadi wakil ketua PDI
Cabang Jakarta Pusat. Lalu pada 1993, dia terpilih menjadi
Ketua Umum PDI. Di Medan, Kongres PDI menghasilkan
putusan mengganti Megawati dengan Soerijadi sebagai Ketua
Umum PDI. Puncak memanasnya suhu politik di internal PDI
terjadi pada 27 Juli 1996. Peristiwa itu dikenal dengan
peristiwa “Kuda Tuli”, Kerusuhan 27 Juli. PDI terbelah
dengan kepemimpinan Mega dan Soerjadi. Pada 1998, PDI
Megawati menyelenggarakan Kongres V PDI yang memilih
kembali Megawati menjadi Ketua Umum DPP PDI periode
1998-2003. Pada 1999, PDI berubah nama menjadi PDI
Perjuangan. Pada pemilu 1999, PDI Perjuangan berhasil

164
NATION BUILDING (1951-1998)

memenangkan pemilu. Sidang Umum 1999 memutuskan Gus


Dur sebagai presiden dan Mega sebagai wakilnya. Pada 2001,
MPR RI memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya
dengan Megawati. Pada pemilu 2004, Megawati kalah
melawan Susilo Bambang Yudhoyono.

Merle Cochran. Horace Merle Cochran lahir di Crawfordsville, Indiana


pada 6 Juli 1892 dan wafat di Houston, 20 September 1973.
Ia adalah perwakilan Departemen Luar Negeri Amerika
Serikat dalam negosiasi mengenai kemerdekaan Indonesia
dan menjadi pertama utusan dengan status independen dari
negara tersebut. Dalam prinsipnya dalam konteks negosiasi
damai antara kedua belah pihak, Cohran mengajukan satu
usulan perjanjian dalam rangka penyelesaian politik secara
menyeluruh Cohran berpengalaman menjadi konsul di Paris
dan Basel. Dia adalah bagian dari Komisi Jasa-jasa Baik, yang
memediasi antara Belanda dan Republik Indonesia. Selama
negosiasi kemerdekaan, dia lebih condong terhadap pro-
republiken, namun kecondongan itu dapat juga dilihat dalam
konteks munculnya anti-komunisme.

Mochtar Kusumaatmadja. Lahir di Batavia, 17 Februari 1929 hingga


berusia 88 tahun. Ia adalah seorang akademisi dan
diplomat Indonesia dan pernah menjabat sebagai Menteri
Kehakiman dari 1974 sampai 1978 dan Menteri Luar
Negeri dari 1978 sampai 1988. Selain itu ia adalah guru besar

165
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung.


Definisinya tentang hukum yang berbunyi "Hukum adalah
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur
kehidupan masyarakat, termasuk didalamnya lembaga dan
proses untuk mewujudkan hukum itu kedalam kenyataan,"
dianggap paling relevan dalam menginterpretasikan hukum
pada saat ini. Ia dikenal luas sebagai Wakil Indonesia pada
Sidang PBB mengenai Hukum Laut di Jenewa dan New York
ini berperan banyak dalam konsep Wawasan Nusantara,
terutama dalam menetapkan batas laut teritorial, batas
darat, dan batas landas kontinen Indonesia.

Mohammad Bob Hasan. Pebisnis di bidang kayu lapis di Indonesia


kelahiran Semarang 1931, dan dibesar sebagai anak angkat
Jenderal Gatot Subroto. Bob Hasan aktif dikenal sebagai
ketua Apkindo (Asosiasi Panel Kayu Lapis Indonesia). Bob
Hasan memiliki dua perusahaan dan memiliki investasi di 23
perusahaan lainnya dengan berbagai bentuk bisnis. Bob
Hasan juga dikenal sebagai penggemar olahraga dan kerap
kali mensponsori beragam kegiatan atletik di Indonesia.
Persatuan Wartawan Indonesia sempat memilihnya sebagai
Pembina Olahraga terbaik tahun 1980 dan 1984. Awal 1998 ia
ditunjuk sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian.
Setelah tugasnya sebagai menteri berakhir, Bob Hasan
dihadapkan dengan berbagai tuntutan hukum dan dijatuhi

166
NATION BUILDING (1951-1998)

hukuman enam tahun penjara serta denda sebesar 243,7 juta


dolar AS.

Mohammad Hatta. Tokoh pejuang, negarawan, ekonom, dan


juga wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia
bersama Sukarno memainkan peranan penting untuk
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda
sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Lahir
dengan nama Mohammad Athar dan populer sebagai Bung
Hatta. Ia lahir di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatera
Barat), 12 Agustus 1902. Ia juga pernah menjabat
sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II,
dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada
tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Sukarno.
Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar
udara internasional Tangerang Banten, Bandar Udara
Sukarno-Hatta, menggunakan namanya sebagai
penghormatan terhadap jasa-jasanya. Selain diabadikan
di Indonesia, nama Mohammad Hatta juga diabadikan
di Belanda yaitu sebagai nama jalan di kawasan perumahan
Zuiderpolder, Haarlem dengan nama Mohammed
Hattastraat. Pada 1980, ia meninggal dan dimakamkan di
Tanah Kusir, Jakarta. Bung Hatta ditetapkan sebagai salah
satu Pahlawan Nasional Indonesia pada 23 Oktober 1986
melalui Keppres nomor 081/TK/1986. Pergerakan politiknya
dimulai sewaktu bersekolah di Belanda dari 1921-1932. Ia

167
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

bersekolah di Handels Hogeschool (kelak sekolah ini disebut


Economische Hogeschool, sekarang menjadi Universitas
Erasmus Rotterdam) dan masuk organisasi sosial Indische
Vereeniging yang kemudian menjadi organisasi politik dengan
adanya pengaruh Ki Hadjar Dewantara, Cipto
Mangunkusumo, dan Douwes Dekker. Pada 1923, Hatta
menjadi bendahara dan mengasuh majalah Hindia
Putera yang berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Pada
1924, organisasi ini berubah nama menjadi Indische
Vereeniging (Perhimpunan Indonesia; PI). Akibat kegiatan
politiknya yang keras, Hatta pernah diasingkan ke Digul, ia
membawa semua buku-bukunya ke tempat pengasingannya.
Saat-saat mendekati Proklamasi pada 22 Juni 1945, Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
membentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan
dengan tugas mengolah usul dan konsep para anggota
mengenai dasar negara Indonesia. Panitia kecil itu
beranggotakan sembilan orang dan diketuai oleh Ir. Sukarno.
Anggota lainnya Bung Hatta, Mohammad Yamin, Achmad
Soebardjo, A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wahid
Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosujoso. Pada 9
Agustus 1945, Bung Hatta bersama Bung Karno dan Radjiman
Wedyodiningrat diundang ke Dalat, Vietnam untuk dilantik
sebagai Ketua dan Wakil Ketua Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini bertugas
melanjutkan hasil kerja BPUPKI dan menyiapkan pemindahan

168
NATION BUILDING (1951-1998)

kekuasaan dari pihak Jepang kepada Indonesia. Pelantikan


dilakukan secara langsung oleh Panglima Asia
Tenggara Jenderal Terauchi. Puncaknya pada 16 Agustus
1945, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok saat Bung Karno
bersama Bung Hatta diculik kemudian dibawa ke sebuah
rumah milik salah seorang pimpinan PETA, Djiaw Kie Siong, di
sebuah kota kecil Rengasdengklok (dekat Karawang, Jawa
Barat). Pada 17 Agustus 1945, hari yang sangat ditunggu-
tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia dia bersama Sukarno
resmi memproklamasikan kemerdekaan di Jalan Pegangsaan
Timur 56 Jakarta pukul 10.00 WIB. Keesokan harinya pada 18
Agustus 1945, dia resmi dipilih sebagai Wakil Presiden RI yang
pertama mendampingi Presiden Sukarno. Di akhir 1956 Hatta
tidak sejalan lagi dengan Bung Karno karena dia tidak ingin
memasukkan unsur komunis dalam kabinet pada waktu itu.
Sebelum ia mundur, dia mendapatkan gelar Doctor Honoris
Causa dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sebenarnya
gelar Doctor Honoris Causa ingin diberikan pada 1951,
meskipun gelar tersebut baru diberikan pada 27 November
1956. Demikian pula Universitas Indonesia pada 1951 telah
menyampaikan keinginan itu tetapi Bung Hatta belum
bersedia menerimanya. Dia berkata, “nanti saja kalau saya
telah berusia 60 tahun.” Pada 1978 bersama-sama
Jenderal Abdul Haris Nasution, Bung Hatta mendirikan
Yayasan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi yang bertujuan
mengkritik penggunaan Pancasila dan UUD 1945 untuk

169
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

kepentingan rezim otoriter Suharto. Hatta wafat pada 14


Maret 1980 pukul 18.56 di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta setelah sebelas hari ia dirawat di
sana. Selama hidupnya, Bung Hatta telah dirawat di rumah
sakit sebanyak enam kali pada tahun 1963, 1967, 1971, 1976,
1979, dan terakhir pada 3 Maret 1980. Keesokan harinya, dia
disemayamkan di kediamannya Jalan Diponegoro 57, Jakarta
dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta disambut
dengan upacara kenegaraan yang dipimpin secara langsung
oleh Wakil Presiden pada saat itu, Adam Malik. Ia ditetapkan
sebagai pahlawan proklamator pada 1986 oleh pemerintahan
Soeharto.

Mohammad Natsir. Lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat pada 17


Juli 1908 dan meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada
umur 84 tahun. Ia adalah seorang ulama, politisi, dan pejuang
kemerdekaan Indonesia sekaligus pendiri dan pemimpin
partai Masyumi. Di dalam negeri, ia pernah menjabat menteri
dan perdana menteri Indonesia, sedangkan di kancah
internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga
Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan
Masjid se-Dunia. Natsir lahir dan dibesarkan di Solok,
sebelum akhirnya pindah ke Bandung untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA dan kemudian mempelajari ilmu
Islam secara luas di perguruan tinggi. Ia terjun ke dunia
politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di

170
NATION BUILDING (1951-1998)

partai politik berideologi Islam. Pada 5 September 1950, ia


diangkat sebagai perdana menteri Indonesia kelima. Setelah
mengundurkan diri dari jabatannya pada 26 April 1951
karena berselisih paham dengan Presiden Sukarno, ia
semakin vokal menyuarakan pentingnya peranan Islam di
Indonesia hingga membuatnya dipenjarakan oleh Sukarno.
Setelah dibebaskan pada 1966, Natsir terus mengkritik
pemerintah yang saat itu telah dipimpin Soeharto hingga
membuatnya dicekal. Natsir banyak menulis tentang
pemikiran Islam. Ia aktif menulis di majalah-majalah Islam
setelah karya tulis pertamanya diterbitkan pada 1929, hingga
akhir hayatnya ia telah menulis sekitar 45 buku dan ratusan
karya tulis lain. Ia memandang Islam sebagai bagian tak
terpisahkan dari budaya Indonesia. Ia mengaku kecewa
dengan perlakuan pemerintahan Sukarno dan Soeharto
terhadap Islam. Selama hidupnya, ia dianugerahi tiga gelar
doktor honoris causa, satu dari Lebanon dan dua
dari Malaysia. Pada 10 November 2008, Natsir dinyatakan
sebagai pahlawan nasional Indonesia. Natsir dikenal sebagai
menteri yang “tak punya baju bagus, jasnya bertambal. Dia
dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan
menolak diberi hadiah mobil mewah.” Natsir banyak bergaul
dengan pemikir-pemikir Islam, seperti Agus Salim. Selama
pertengahan 1930-an, ia dan Salim terus bertukar pikiran
tentang hubungan Islam dan negara demi masa
depan pemerintahan Indonesia yang dipimpin Sukarno. Pada

171
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

1938, ia bergabung dengan Partai Islam Indonesia dan


diangkat sebagai pimpinan untuk cabang Bandung dari tahun
1940 sampai 1942. Ia juga bekerja sebagai Kepala Biro
Pendidikan Bandung sampai tahun 1945. Selama pendudukan
Jepang, ia bergabung dengan Majelis Islam A'la Indonesia
(lalu berubah menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau
Masyumi), dan diangkat sebagai salah satu ketua dari 1945
sampai ketika Masyumi dan Partai Sosialis
Indonesia dibubarkan oleh Presiden Sukarno pada 1960.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia menjadi
anggota Komite Nasional Indonesia Pusat. Sebelum
menjadi perdana menteri, ia menjabat sebagai menteri
penerangan. Pada 3 April 1950, ia mengajukan Mosi Integral
Natsir dalam sidang pleno parlemen. Mohammad
Hatta sebagai Wakil Presiden Indonesia yang mendorong
semua pihak untuk berjuang dengan tertib, merasa terbantu
dengan adanya mosi ini. Mosi ini memulihkan keutuhan
bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang sebelumnya berbentuk serikat, sehingga ia
diangkat menjadi perdana menteri oleh Presiden Sukarno
pada 17 Agustus 1950. Ia mengundurkan diri dari jabatannya
pada 26 April 1951 karena perselisihan paham
dengan Sukarno. Sukarno yang menganut paham
nasionalisme mengkritik Islam sebagai ideologi seraya
memuji sekularisasi yang dilakukan Mustafa Kemal
Ataturk di Kesultanan Utsmaniyah, sedangkan Natsir

172
NATION BUILDING (1951-1998)

menyayangkan hancurnya Kesultanan Utsmaniyah dengan


menunjukkan akibat-akibat negatif sekularisasi. Natsir juga
mengkritik Sukarno bahwa dia kurang memperhatikan
kesejahteraan di luar Pulau Jawa. Menurut Hatta, sebelum
pengunduran diri Natsir, Sukarno selaku presiden sekaligus
ketua Partai Nasionalis Indonesia (PNI) terus mendesak
Manai Sophiaan serta para menteri dan anggota parlemen
dari PNI untuk menjatuhkan Kabinet Natsir, dan tidak
mendukung kebijakan-kebijakan yang diusulkan oleh Natsir
dan Hatta. Di era Orde Baru, ia membentuk Yayasan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia. Ia juga mengkritikisi kebijakan
pemerintah, seperti ketika ia menandatangani Petisi 50 pada
5 Mei 1980, yang menyebabkan ia dilarang pergi
ke luar negeri. Natsir telah menulis sekitar
45 buku atau monograf dan ratusan artikel yang memuat
pandangannya tentang Islam. Ia aktif menulis di majalah-
majalah Islam sejak karya tulis pertamanya diterbitkan pada
1929. Karya terawalnya umumnya berbahasa
Belanda dan Indonesia, yang banyak membahas tentang
pemikiran Islam, budaya, hubungan antara Islam dan politik,
dan peran perempuan dalam Islam.

Mohammad Noor, Pangeran. Adalah gubernur pertama Kalimantan


pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan.
Selama menjabat ia berperan dalam mengagas sistem irigasi
di Kaliamantan. Selain itu M. Noor berperan dalam

173
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

mempersatukan para pejuang kemerdekaan di Kalimantan ke


dalam basis perjuangan yang diberi nama Divisi IV ALRI
Pertahanan Kaliamantan. Noor aktif sebagai anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pada 1956 Noor ditujuk
sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Saat menjabat sebagai
Menteri Pekerjaan Umum banyak program yang dicanangkan
oleh Noor, diantaranya, Program Waduk Riam Kanan di
Kalimantan Selatan dan Program Waduk Karangkates di Jawa
Timur. Pada masa pemerintahan parlementer (1950-1959)
Noor menjadi anggota DPR mewakili fraksi Masyumi dan
duduk dalam Kabinet yang dipimpin oleh Djuanda. Pangeran
M. Noor adalah bangsawan Kalimantan kelahiran 24 Juli 1901
di Martapura, Kalimantan. Ia mengawali pendidikannya di
Standard School pada 1911. Kemudian melanjutkan
pendidikannya di HIS sampai 1917. Karier pendidikannya
dilanjutkan di MULO dan berhasil lulus pada 1921. Selepas
tamat di MULO, Noor masuk HBS dan lulus pada 1923.
Selanjutnya selama empat tahun ia studi di THS (Technische
Hooge School) dan memperoleh diploma insinyur sipil pada
1927.

Mohammad Roem. Lahir di Parakan, Temanggung, 16 Mei 1908 dan


meninggal di Jakarta, 24 September 1983. Adalah seorang
diplomat dan salah satu pemimpin Indonesia di perang
kemerdekaan Indonesia. Selama Sukarno presiden, ia
menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Luar

174
NATION BUILDING (1951-1998)

Negeri, dan kemudian Mendagri. Dia paling terkenal untuk


mengambil bagian dalam Perjanjian Roem-Roijen
selama revolusi Indonesia. Ayahnya adalah Dulkarnaen
Djojosasmito, dan ibunya adalah Siti Tarbijah. Dia pindah ke
Pekalongan karena Parakan dilanda wabah penyakit menular
seperti kolera, wabah, dan influenza. Pada 1915, ia belajar
di Volksschool dan dua tahun kemudian melanjutkan
ke Hollandse Inlandsche Sekolah sampai 1924. Pada 1924, ia
menerima beasiswa untuk belajar di School tot Opleiding van
Indische Artsen (STOVIA) setelah menghadiri pemeriksaan
pemerintah. Tiga tahun kemudian, ia menyelesaikan ujian
tahap pendahuluan dan ditransfer ke Algemene Middelbare
Sekolah dan lulus pada 1930. Setelah menghadiri tes masuk
Kedokteran Perguruan tinggi, dan ditolak, ia berpaling ke
hukum, memasuki Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah
Tinggi Hukum di Jakarta) pada 1932 dan memperoleh
gelar Meester in de Rechten pada 1939. Roem memiliki
segudang pengalaman organisasi dan memanfaatkan
waktunya dengan masuk dan bergiat di dalam Partai Syarikat
Islam Indonesia (PSII). Roem juga aktif dalam Jong Islamieten
Bond (JIB) sekaligus dalam organisasi kepanduannya,
Nationale Indonesische Padvinderij (Natipij). Menurut
mantan Menteri Muda Penerangan A.R.
Baswedan, Natipij merupakan organisasi yang pertama sekali
terang-terangan menyebut dirinya sebagai organisasi
(Kepanduan) Nasional Indonesia. “Dua tahun sebelum

175
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Sumpah Pemuda, Jong Islamieten Bond sudah


mendirikan Nationale Indonesische Padvinderij,” kata
Baswedan. Di JIB, kemudian juga di dalam PSII, Roem akrab
dengan senior pergerakan Islam seperti H.O.S.
Tjokroaminoto, Abdul Muthalib Sangaji, dan H. Agus Salim.
Ketika kelak, karena perbedaan sikap politik
antara cooperative dan noncooperatif, Salim keluar dari PSII
dan mendirikan partai politik Penjadar, Roem yang masih
mahasiswa RHS dan baru berusia 28 tahun ditunjuk menjadi
Ketua Centraal Comite Executif (Lajnah Tanfidziyah) Partai
Penjadar. Adapun Ketua Dewan Partai Penyadar ialah Salim,
Sangaji, dan lain-lain. Roem terus bersama Salim di Penjadar
sampai datang zaman baru, zaman Indonesia merdeka. Di
awal kemerdekaan, Roem bersama para aktivis pergerakan
Islam, bersepakat untuk mendirikan partai politik Islam.
Usaha-usaha untuk mendirikan partai politik Islam telah lebih
dulu dikerjakan jauh sebelum ada Maklumat Wakil Presiden
No. X, 5 November 1945. Tidak mengherankan jika hanya
berselang dua hari sesudah keluar Maklumat X, Kongres
Umat Islam Indonesia di Yogyakarta, 7-8 November 1945/1-2
Dzulhijjah 1364, mengumumkan berdirinya partai politik
Islam Masyumi. Di Partai Masyumi, yang dipimpin oleh
Hadratus Syaikh K.H.M. Hasjim Asj’ari (Ketua Umum Majelis
Syuro), dan Dr. Soekiman Wirjosandjojo (Ketua Pengurus
Besar), Roem tercatat sebagai anggota. Sampai Masyumi
dipaksa membubarkan diri oleh Presiden Sukarno pada

176
NATION BUILDING (1951-1998)

pertengahan 1960, Roem tetap bergiat di Masyumi. Bahkan,


Ketua Umum Masyumi, Prawoto Mangkusasmito (1910-1970)
mengajukan gugatan terhadap Presiden Sukarno dan
meminta Pengadilan untuk membatalkan Keputusan Presiden
No. 200/1960 dan Penetapan Presiden No. 7/1959, Roem
ditunjuk menjadi pengacara Masyumi. Dalam perjalanan
karier politiknya, Roem pernah menjabat sebagai Menteri
Dalam Negeri pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946-27
Juni 1947), Pemimpin delegasi Indonesia dalam perundingan
Roem-Roijen pada 1949, Menteri Luar Negeri pada Kabinet
Natsir (6 September 1950-20 Maret 1951), Menteri Dalam
Negeri pada Kabinet Wilopo (3 April 1952-30 Juli 1953), Wakil
Perdana Menteri I pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24
Maret 1956). Seiring dengan bubarnya Masyumi, kiprah
Roem di pemerintahan pun berakhir. Bahkan di penghujung
rezim Sukarno, mulai 16 Januari 1962 sampai 17 Mei 1966,
tanpa alasan yang jelas, Roem dijebloskan ke penjara. Ikut
ditahan, sejumlah pemimpin politik yang bersikap kritis
terhadap Presiden Sukarno, seperti Sutan Sjahrir, Prawoto
Mangkusasmito, M. Yunan Nasution, Soebadio Sastrosatomo,
Mochtar Lubis, HAMKA, M. Natsir, Sjafruddin Prawiranegara,
kasman Singodimedjo, E.Z. Muttaqin, Imron Rosjadi, dan
Anak Agung Gede Agung. Roem menikah Markisah Dahlia
pada tahun 1932. Mereka memiliki dua anak, laki-laki,
Roemoso, lahir pada 1933 dan seorang gadis, Rumeisa, lahir
pada 1939. Roem meninggal pada September 1983 dari

177
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

gangguan paru-paru, dengan meninggalkan seorang istri dan


dua anak.

Mohammad Sadli. Adalah tokoh pembangungan ekonomi Orde Baru


Indonesia. Ia lahir di Sumedang pada 10 Juni 1922. Ia
menyelesaikan pendidikan sarjana teknik dari Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada dan meraih gelar magister dari
Institut Teknologi Massachussets di Amerika Serikat pada
1956, ketertarikan di bidang ekonomi lahir pada saat
menyeleseikan studi doktornya dengan melanjutkan studi ke
Unversitas California, Berkeley, Amerika Serikat pada 1957,
juga di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1963
dan Universitas Harvard pada 1964. Pada masa pemerintahan
Sukarno bersama dengan Lembaga Penjelidikan Ekonomi dan
Masyarakat (LPEM) FEUI, ia menyusun laporan tentang
pembelian padi pemerintah yang memberikan masukan dan
saran bagi pemerintah tentang masalah beras nasional.
Keterlibatan Sadli dalam pemerintahan diawali dengan
menjadi anggota tim penasihat ekonomi dan menjabat Ketua
Komite Penanaman Modal Asing (PMA) dan kemudian
menjadi Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia dalam
Kabinet Pembanguan selama 1971-1973 dan Menteri
Pertambangan Republik Indonesia dalam Kabinet
Pembangunan II pada 1973 hingga 1978. Sadli wafat dia usia
86 tahun pada 8 Januari 2008.

178
NATION BUILDING (1951-1998)

Mohammad Syafa’at Mintaredja. Lahir di Bogor, Jawa Barat pada 17


Februari 1921 dan meninggal di Jakarta, 20 Oktober 1984 di
usia63 tahun. Ia adalah seorang politisi dan pejabat
pemerintahan yang berkiprah terutama pada masa Orde
Baru. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Negara
Penyelenggaraan Hubungan antara Lembaga Tinggi Negara
dan Menteri Sosial pada Kabinet Pembangunan I dan II,
serta Duta Besar Indonesia di Turki pada masa
pemerintahan Presiden Suharto. Ia juga pernah menjadi
pimpinan partai politik Partai Muslimin Indonesia (Parmusi)
dan Partai Persatuan Pembangunan serta tergabung dalam
beberapa organisasi, di antaranya Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) dan Muhammadiyah. Selama hidupnya,
Mintaredja telah menulis beberapa buku. Dalam buku-buku
yang ditulisnya itu tampak pandangan Mintaredja yang
bersifat moderat tentang Islam.

Mohammad Yamin. Adalah seorang sastrawan, sejarawan,


budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati
sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah
satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah
Pemuda sekaligus “pencipta imaji keindonesiaan” yang
mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia. Mohammad
Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 23 Agustus
1903. Ia merupakan putra dari pasangan Usman Baginda
Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari

179
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam


belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak
menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara
Yamin antara lain, Muhammad Yamin seorang pendidik,
Djamaluddin Adinegoro seorang wartawan terkemuka, dan
Ramana Usman seorang pelopor korps diplomatik Indonesia.
Selain itu sepupunya, Mohammad Amir juga merupakan
tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Yamin
mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche
School (HIS) Palembang, kemudian melanjutkannya ke
Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS
Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan
berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei. Setelah
tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke Leiden,
Belanda harus diurungkan dikarenakan ayahnya meninggal
dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool te
Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak
menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil
memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum)
pada 1932. Mohammad Yamin memulai karier sebagai
seorang penulis pada dekade 1920-an . Karya-karya
pertamanya ditulis menggunakan bahasa Melayu dalam
jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada
1920. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-
bentuk bahasa Melayu Klasik. Pada 1922, Yamin muncul
untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya Tanah

180
NATION BUILDING (1951-1998)

Air; yang dimaksud tanah airnya yaitu Minangkabau


di Sumatera. Tanah Air merupakan himpunan puisi modern
Melayu pertama yang pernah diterbitkan. Himpunan Yamin
yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28
Oktober 1928. Karya ini sangat penting dari segi sejarah,
karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang
kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air,
satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal.
Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan
sejarah Jawa muncul juga pada tahun yang sama. Ia juga
menerbitkan banyak drama, esai, novel sejarah, dan puisi.
Ia juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare
(drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore. Karier politik
Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta.
Ketika itu ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen
Bond dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan
pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia
menetapkan Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi
Indonesia Muda Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia
dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah
kemerdekaanBahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta
bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia. Pada 1932,
Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian
bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga 1942. Pada
tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo.

181
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau


Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat
Indonesia (Gerindo). Pada 1939, ia terpilih sebagai
anggota Volksraad. Semasa pendudukan Jepang (1942-
1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA),
sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah
Jepang. Pada 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak
memainkan perannya. Ia berpendapat agar hak asasi manusia
dimasukkan ke dalam konstitusi negara. Ia juga mengusulkan
agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup
Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta
semua wilayah Hindia Belanda. Sukarno yang juga merupakan
anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah
kemerdekaan, Sukarno menjadi Presiden Republik Indonesia
pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang
penting dalam pemerintahannya. Setelah kemerdekaan,
jabatan-jabatan yang pernah dipegang Yamin antara lain
anggota DPR sejak 1950, Menteri Kehakiman (1951-
1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan
(1953-1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-
1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), Ketua
Dewan Pengawas IKBN Antara (1961-1962), dan Menteri
Penerangan (1962-1963).

182
NATION BUILDING (1951-1998)

Muchtar Lubis. Adalah tokoh sastrawan, budayawan, pelukis,


seniman, dan wartawan. Sejak masa Jepang, Muchtar Lubis
telah aktif di bidang kewartawanan. Saat itu ia bekerja
memonitor siaran radio sekutu di luar negeri. Pasca
proklamasi kemerdekaan Indonesia, Muchtar Lubis
bergabung dengan Antara. Ia menjadi tokoh yang berperan
sebagai penghubung dengan wartawan asing. Ia berperan
dalam mendirikan Majalah Horison bersama H.B Jasin, Taufik
Islami, Arief Budiman, Goenawan Muhammad dan beberapa
kawan lainnya. Pada sekitar 1949 ia bersama Hasyim Masdan
mendirikan harian Indonesia Raya yang kemudian dilarang
terbit oleh Rezim Orde Lama, namun setelah kejatuhan Rezim
Orde Lama pada 1968 Harian Indonesia Raya kembali
diizinkan terbit kembali. Muchtar pernah menjabat sebagai
President Press Foundation of Asia dan menjadi anggota
International Association for Culture Freedom. Muchtar Lubis
terkenal dengan tulisan-tulisannya yang kritis terhadap
pemerintah, terutama mengenai permasalahan korupsi. Ia
pernah dikenai tahanan rumah selama sembilan tahun
semasa pemerintahan Sukarno dan dibebaskan pada 1966.
Selama dalam tahanan ia tidak pernah berhenti menulis,
segala pemikirannya ia tuangkan dalam buku yang berjudul
Catatan Subversif (1980) Muchtar Lubis dilahirkan di Padang,
Sumatera Barat pada 7 Maret 1922. Dirinya banyak dikenal
melalui novelnya yang berjudul Harimau Harimau dan Senja
di Jakarta. Setelah tamat sekolah di HIS Sungai Penuh, ia

183
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

kemudian melanjutkan studinya di sekolah ekonomi partikelir


di Kayutaman. Muchtar meninggal pada 2 Juli 2004 di rumah
sakit Medistra, Jakarta dan disemayamkan di TPU Jeruk
Purut, Jakarta Selatan.

Muchtar Pakpahan. Seorang pengacara dan dosen yang menjadi


aktivis buruh. Muchtar Pakpahan memiliki perhatian
tersendiri terhadap masalah rakyat kecil dan kelompok
pekerja. Pada 1992 Muchtar Pakpahan mendirikan Serikat
Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI). Organisasi buruh ini
merupakan organisasi buruh independen pertama di
Indonesia. Pada masa pemerintahan Suharto, Muchtar
Pakpahan di kenal sebagai seorang yang kritis terhadap
pemerintah. Ia beberapa kali dipenjarakan karena protes-
protes yang dilakukannya. Kritik terhadap penguasa juga
disampaikan melalui disertasi yang ia tulis. Karena karya
akademiknya ini, Muchtar Pakpahan kembali dipenjara
dengan tuduhan melakukan tindakan subversif. Ia dibebaskan
setelah Presiden Suharto lengser dari kursi presiden. Pada
1999 ia bergabung menjadi anggota Governing Body ILO.

Muhammadiyah. Adalah organisasi Islam dan salah satu organisasi


Islam terbesar di Indonesia. Muhammadiyah didirikan di
Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Nama organisasi diambil dari nama Nabi Muhammad SAW.,
yang juga berarti pengikut Nabi Muhammad SAW. Tujuan

184
NATION BUILDING (1951-1998)

awal pendirian Muhammadiyah adalah sebagai lembaga


pendidikan dan pelayanan sosial. K.H. Ahmad Dahlan
tergerak hatinya karena melihat keadaan umat Islam waktu
itu yang beku dan penuh dengan amalan-amalan yang
bersifat mistik. Ia kemudian mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur’an
dan Hadist. K.H. Ahmad Dahlan mulai mengorganisir cita-
citanya dengan mengubah arah Shalat kepada kiblat yang
sebenarnya (sebelumnya arah Shalat biasanya ke barat). Ia
juga mengorganisir orang-orang di daerah Kauman untuk
melakukan pekerjaan suka rela untuk memperbaiki dan
membersihkan jalan-jalan dan parit-parit. Pada 1908 saat
berdirinya Boedi Oetomo, Ahmad Dahlan ikut bergabung
dengan menjadi komisioner. Ahmad Dahlan kemudian
mendirikan sekolah dengan konsep pendidikan kolonial.
Kendati tetap berangkat dari konsep Islam, sekolah yang
dirintisnya di Kauman Yogyakarta menerapkan metode Barat.
Sekolah tersebut dikelola dengan sistem yang terorganisir
juga peralatan dan perabotannya seperti sekolah-sekolah
kolonial. Pelajaran yang diberikan juga seperti laiknya sekolah
pemerintah kolonial, dari bahasa Melayu, berhitung, ilmu
bumi, ilmu hayat, baca tulis latin, dan tentu saja mempelajari
agama Islam.Pada tahun-tahun awal pendiriannya,
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaruan
pemikiran keagamaan yang sangat gigih menentang TBC
(takhayul, bid’ah, dan churafat). Muhammadiyah dikenal

185
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dengan program purifikasi dan modernisasi keagamaan.


Terobosan juga dilakukan Muhammadiyah pada sektor-
sektor lain seperti membangun perpustakaan, lembaga
penerbitan buku dan majalah, rumah sakit, panti jompo,
hingga rumah-rumah pondokan untuk anak-anak dari luar
yang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Saat ini jumlah
anggota dan simpatisan Muhammadiyah mencapai lebih dari
20 juta orang dan mayoritas merupakan kelas menengah
perkotaan. Ormas ini memiliki dua kantor pusat, di
Yogyakarta dan di Jakarta. Kantor Yogyakarta merupakan
kantor pertama dari Muhammadiyah karena secara historis
ormas ini didirikan di kota ini dan menjadi salah satu basis
terkuat dari ormas ini dari didirikan hingga sekarang.
Keberadaan kantor pusat di Jakarta berkaitan dengan
keberadaan ibu kota Indonesia yang terletak di kota ini.

Mulyadi Djojomartono. Adalah tokoh Muhammadiyah yang pernah


menjabat sebagai Menteri Sosial Indonesia pada kabinet
Dwikora III periode 24 Februari 1966–25 Juli 1966. Ketika
terjadi Peristiwa Utrecht, Mulyadi Djojomartono turut
mengikuti rapat di istana dengan Sukarno yang memutuskan
bahwa peristiwa tersebut adalah peristiwa politik yang
memakan korban dua alumni HMI yaitu, Drs. Amir Hamzah
dan Drs. Sudarpo.

186
NATION BUILDING (1951-1998)

-N-

Nahdlatul Ulama (NU). Ormas Islam terbesar di Indonesia yang


didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya oleh
beberapa ulama seperti KH. Bisri Sansuri (Denanyar,
Jombang), KH. Abdul Wahab Hasbullah (Tambakberas,
Jombang), dan KH. Hasyim Asy’ari (Tebuireng, Jombang).
Sejarah berdirinya NU tidak dapat dilepaskan dari beberapa
faktor. Salah satu faktor itu adalah kemenangan Ibnu Sa’ud
dan Wahabi di Saudi Arabia dan rencana mereka untuk
melarang berbagai tradisi keagamaan, seperti tasawuf,
tarekat, dan ziarah kubur, yang ketika itu berkembang di
Mekah. Ketika itu umat Islam Indonesia mendapat undangan
dari pemerintah Saudi untuk menghadiri Kongres Khilafah,
namun tidak ada perwakilan dari kelompok tradisionalis
dalam delegasi Indoensia. Karena kekecewaan itu, KH. Wahab
Hasbullah, dengan restu KH. Hasyim Asy’ari mendirikan
Komite Hijaz. Komite inilah yang menjadi cikal bakal NU, dan
tanggal pendirian komite ini dipakai sebagai tanggal kelahiran
NU. NU merupakan ormas atau perkumpulan bagi kiai-kiai
pesantren yang otonom dan independen. Meskipun para kiai
bergabung dalam tubuh organisasi NU, namun pengelolaan
pesantren tidak dikontrol oleh NU dan menjadi kewenangan
kiai yang sejak lama mengelola pesantren itu. Ada ribuan
pesantren di Indonesia yang berafiliasi dengan NU, baik
secara kultural maupun secara organisasi. Secara

187
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

keorganisasian, kepengurusan NU dibagi dalam tiga lembaga,


yaitu: Syuriah (dewan penentu), Tanfidziyah (dewan
pelaksana), dan Mustasyar (dewan penasehat). Bersama
berbagai ormas Islam di Indoensia, pada tahun 1937 NU
bergabung dengan MIAI (Majlis Islam A’laa Indonesia) yang
setelah kedatangan Jepang, organisasi ini diubah menjadi
Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). NU terus terlibat
dalam Masyumi setelah kemerdekaan ketika lembaga ini
berubah menjadi partai politik. Namun berbagai konflik yang
terjadi antara pimpinan NU dan Masyumi, membuat NU
memutuskan untuk memisahkan diri dan membentuk partai
sendiri pada 1952. Partai NU inilah yang pada Pemilu 1955
menjadi salah satu dari empat partai yang memperoleh suara
terbesar. Ketika Pemerintah Orde Baru membuat kebijakan
untuk melakukan fusi partai-partai Islam dalam PPP (Partai
Persatuan Pembangunan), NU termasuk didalamnya. Pada
Mukhtamar NU di Situbondo pada tahun 1984, organisasi ini
memutuskan untuk kembali ke Khittah 1926 dengan
mengembalikan peran utama NU sebagai organisasi sosial
keagamaan. Pesantren NU tersebar hampir diseluruh
provinsi di Indoensia. Provinsi dengan jumlah pesantren NU
terbanyak adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan
Selatan. Jumlah anggota NU mencapai lebih dari 40 juta
orang, namun hampir seluruh anggotanya terpusat di Jawa
terutama Jawa Timur.

188
NATION BUILDING (1951-1998)

Nasakom. Singkatan dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme.


Istilah ini diperkenalkan oleh Sukarno pada pertengahan
1960an sebagai sebuah konsep politik. Konsep politik ini
dipraktekkan dengan menempatkan orang-orang dari partai
Nasionalis (seperti PNI), partai Islam (seperti NU), dan partai
Komunis (PKI) dalam berbagai posisi di pemerintahan.
Nasakom mendapatkan penolakan dari berbagai pihak, baik
kelompok nasionalis, Islam, juga militer, yang tidak sepakat
dengan keterlibatan PKI dalam pemerintahan.

Nawaksara. Pidato pertanggungjawaban Presiden Sukarno dalam


sidang MPRS pada 22 Juni 1966. Dalam bahasa Sansekerta,
nawa berarti sembilan. Nama Nawaksara berkaitan dengan 9
poin penting yang ada dalam pidato tersebut. Pidato ini
merupakan laporan perkembangan peristiwa politik 30
September 1965. Soekarno dalam pidato tersebut tidak
sepakat dengan istilah Gerakan 30 September. Menurut
Sukarno, peristiwa ini seharusnya disebut Gerakan 1 Oktober,
atau disingkat Gestok, karena terjadi pada dini hari. Soekarno
juga menyatakan tidak bertanggung jawab terhadap
peristiwa itu. MPRS menolak laporan Soekarno. Karena
penolakan tersebut, Soekarno kemudian menyampaikan
pidato Pelengkap Nawaksara, disingkat Pelnawaksara. Dalam
pidato ini Soekarno kembali menyatakan diri tidak terlibat
dalam pembunuhan para jenderal.

189
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Negara Indonesia Timur. Negara bagian dari Republik Indonesia


Serikat dengan ibukota Makassar. NIT dibentuk pada 24
Desember 1946 sebagai hasil keputusan Konferensi Denpasar
yang dilakukan pada 7-24 Desember 1946. Konferensi ini
merupakan kelanjutan dari Konferensi Malino yang dilakukan
pada Juli 1946. Negara ini terdiri dari Sulawesi, Maluku, dan
Nusa Tenggara. Pada 1950 satu persatu daerah yang
termasuk dalam wilayah ini memilih melepaskan diri dan
bergabung dengan Republik Indonesia. Minahasa yang
pertama kali menyatakan bergabung dengan Republik
Indonesia pada April. Sikap ini kemudian diikuti oleh daerah-
daerah lain kecuali Sulawesi Selatan. Negara Indonesia Timur
selanjutnya dibubarkan pada 17 Agustus 1950.

Negara Islam Indonesia (NII). Atau sering pula disebut sebagai Darul
Islam adalah gerakan yang didirikan oleh Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo. Pasca kemerdekaan Kartosuwiryo tetap
berkeras memperjuangkan terwujudnya negara Islam di
Indonesia. Pada 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo
memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan
wilayah mencakup daerah pegunungan di Jawa Barat, hingga
ke Timur Bandung dan meluas hingga perbatasan Jawa
Tengah. Kekuatan NII masih terasa kuat di wilayah ini hingga
1959. Pemerintah pusat terus menerus melakukan negosiasi
untuk menghentikan gerakan ini. NII semakin melemah di
tahun 1960-an ketika para pengikutnya semakin banyak yang

190
NATION BUILDING (1951-1998)

tertangkap. Kartosuwiryo sendiri tertangkap pada 4 Juni


1962. Ia meninggal pada bulan September, menandai akhir
keberadaan NII di Jawa Barat.

Negara Pasundan. Negara bagian dari Republik Indonesia Serikat


dengan Ibu Kota Bandung. Pada 1947, Bupati Garut Soeria
Kartalegawa mendeklarasikan berdirinya negara Pasundan,
namun tidak mendapat dukungan masyarakat. Belanda
mengadakan konferensi Jawa Barat di Bandung pada 12-19
Oktober 1947, 16-20 Desember 1947, dan 23 Februari-5
Maret 1948. Pada 24 April 1948 Negara Pasundan berdiri dan
Wiranatakusumah terpilih menjadi Presiden.
Wiranatakusumah sendiri sebenarnya lebih mendukung
Republik Indonesia. Fakta ini bukan tidak diketahui Belanda,
namun Wiranatakusumah dipertahankan karena ia
memegang dukungan sebagian besar masyarakat Pasundan.
Kedudukan Negara Pasundan melemah karena persitiwa
APRA dan Peristiwa Westerling. Negara ini dibubarkan pada 8
Maret 1950 dan kembali menjadi wilayah Republik Indonesia.

Negara Sumatra Timur. Negara yang dibentuk dari persekutuan


kaum bangsawan dan para kepala suku yang anti terhadap
republik pada 25 Desember 1947. Tengku Mansur dari
Kerajaan Asahan diangkat menjadi wali negara pertama.
Negara ini didukung oleh para bangsawan Melayu,
Simalungun, dan Suku Karo. Negara Sumatera Timur

191
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

kemudian dibubarkan seiring dengan terbentuknya Negara


Kesatuan Republik Indonesia pada 15 Januari 1950.

Nikita Khrushchev. Atau yang memiliki nama panjang Nikita


Sergeyevich Khrushchev lahir di pedesaan Kursk pada 17 April
1894. Khrushchev menggantikan Stalin memimpin Uni Soviet
pada 1953. Khrushchev lalu memimpin Partai Komunis Uni
Soviet sejak 1953 sampai 1964. Lalu menjadi Perdana
Menteri sejak 1958 sampai 1964. Selama memimpin Uni
Soviet, Khrushchev merumuskan kebijakan-kebijakan
penting, antara lain, memerintahkan militer Uni Soviet untuk
mengintervensi Hungaria pada 1956, hubungan yang kurang
harmonis antara Cina dan Soviet yang disebabkan karena
keberpihakannya yang terlalu ke Barat, menguasai luar
angkasa, dan berperan penting dalam proyek pembangunan
Tembok Berlin pada 1961. Karier politiknya berakhir pada
1964, ia digantikan oleh Leonid Brezhnev. Preah Bat
Samdech Preah Norodom Sihanouk Varman, merupakan
mantan Raja Kamboja. Ia dilahirkan di Phnom Penh, ia adalah
putra Pangeran Norodom Suramarit dan Putri Sisowath
Kossamak. Sepanjang sejarah Kamboja, Sihanouk memegang
banyak jabatan sehingga Guinness Book of World Records
mencatat bahwa Norodom Sihanouk sebagai ahli politik yang
memegang jabatan politik paling banyak. Ini termasuk dua
periode sebagai raja, satu periode sebagai presiden, dua
periode sebagai perdana menteri, dan satu periode sebagai

192
NATION BUILDING (1951-1998)

kepala negara tanpa gelaran di Kamboja, termasuk pelbagai


jabatan sebagai ketua dalam pelbagai pemerintahan dalam
pengasingan. Dewan Mahkota melantik Sihanouk menjadi
raja pada 1941. Sihanouk meninggal dunia pada usia 89
karena serangan jantung di Beijing pada 2012.

Nolly Tjokropranolo, Kolonel CPM. Adalah mantan gubernur DKI


Jakarta, lahir di Temanggung, 21 Mei 1924. Mengawali karier
kemiliteran dalam Pembela Tanah Air (PETA) pada masa
pendudukan Jepang, dilanjutkan dengan menjadi pengawal
pribadi Jendral Soedirman. Perjalanan militer tertinggi
menjadi Kepala Kontingen Garuda XI dari pasukan
perdamaian PBB di Kongo. Tjokropronolo mengakhiri karier
militernya saat pensiun dengan pangkat Letnan Jendral pada
1977. Ditahun yang sama, Tjokropanolo terjun ke dunia
politik dan menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 1977-1982.
Ia adalah pengagas upah dan kesejahteraan buruh,
memerhatikan usaha-usaha kecil, dan mengalokasikan
anggaran besar untuk pedagang kecil untuk dapat berdagang
dengan legal. Tjokropanolo meninggal pada usia 74 tahun di
Rumah Sakit Tentara Jakarta, 22 Juli 1988.

-O-

Oei Tjoe Tat. Seorang politisi dan mantan Menteri Negara pada masa
Presiden Sukarno. Ia dilahirkan di Kota Solo pada 1922. Oei

193
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Tjoe Tat mengenyam pendidikan tinggi di Universiteit van


Indonesie dan lulus pada 1948. Di 1950an ia menjadi anggota
Palang Merah Indonesia, Tiong Hoa Hwee Koan (THHK), dan
Klub Sepak Bola UMS Jakarta. Oei Tjoe Tat juga diangkat
menjadi ketua Sin Ming Hui dan wakil ketua Partai Demokrat
Tionghoa Indonesia. Pada tahun 1954 ia ikut membangun
Baperki dan terpilih menjadi wakil ketua di pimpinan pusat. 6
tahun kemudian ia bergabung dalam Komite Eksekutif
Partindo. Ia menjabat sebagai menteri [apa?] antara 1964-
1965. Pasca peristiwa 65, Oei Tjoe Tat sempat ditangkap dan
ditahan, namun kemudian dibebaskan atas campur tangan
Adam Malik. Ia menulis Memoar Oei Tjoe Tat: Pembantu
Presiden Soekarno pada 1995. Oei Tjoe Tat meninggal karena
kanker setahun kemudian.

Oemar Dhani. Marsekal Madya Udara TNI (Purn.) Oemar Dhani lahir
di Solo, Jawa Tengah, 23 Januari 1924. Ia menjabat Kepala
Staf TNI Angkatan Udara ke-2 yang menjabat periode 1962-
1965. Kekuatan AURI di bawah Oemar Dhani menjadi salah
satu yang terkuat di Asia. AURI yang dipimpinnya sangat loyal
terhadap Presiden Sukarno. Mereka mendukung gerakan
"ganyang Malaysia" yang dilancarkan pemerintah Sukarno,
tetapi pihak Angkatan Darat dalam hal ini Soeharto tidak
mendukung kebijakan itu dengan sepenuh hati. Untuk
menghadapi Malaysia pada 3 Mei 1964, ia membentuk
Komando Siaga. Oemar Dhani juga dianggap terlibat pada

194
NATION BUILDING (1951-1998)

peristiwa G30S, sehingga ia dipenjara selama puluhan tahun.


Oemar Dhani menghembuskan napas terakhir pada pukul
13.55 WIB Jumat, 24 Juli 2009.

Operasi Trisula. Sebuah operasi pengejaran sisa-sisa anggota PKI di


Blitar Jawa Timur. Pasca gagalnya gerakan 30 September
1965, banyak anggota PKI yang melarikan diri dan
bersembunyi. Salah satu wilayah yang menjadi tempat
persembunyian para anggota PKI adalah kabupaten Blitar.
Mereka memilih sebuah desa terpencil untuk bersembunyi.
Selama masa persembunyian tersebut, mereka tidak hanya
membangun basis kekuatan tetapi juga mempengaruhi
masyarakat dan apparat setempat. Banyak penduduk dan
aparat pemerintahan atau aparat keamanan yang
terpengaruh dengan gerakan mereka itu. Pembentukan
basis-basis kekuatan PKI ini disebut sebagai Proyek PKI Gaya
Baru. Beberapa kesaksian menyebutkan, keberadaan basis
PKI di wilayah tersebut menimbulkan gangguan karena
menimbulkan peningkatan tindakan kriminal terutama aksi-
aksi perampokan. Untuk menghancurkan basis-basis baru PKI
di Blitar, TNI kemudian mengadakan Operasi Trisula. Operasi
ini diklaim berhasil menangkap 850 orang anggota PKI.

Oprasi Halilintar. Adalah operasi yang bertujuan untuk memberantas


penyelundupan khususnya di daerah perairan Riau dan
penanggulangan pencurian kekayaan laut. Oprasi Halilintar ini

195
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

membuahkan hasil pada 16 Mei 1980 dengan tertangkapnya


kapal laut berbendera Jepang. Kapal tersebut ditangkap
karena telah memasuki perairan Indonesia tanpa izin. Di
dalam kapal tersebut juga berhasil disita puluhan ton ikan
hasil curian. Oprasi Halilintar juga berhasil menggagalkan
penyelundupan barang-barang ke luar negeri. Oprasi
Halilintar ini berhasil menekan angkap penyeludupan dan
pencurian ikan di perairan Indonesia.

Oprasi Seroja. Oprasi keamanan dalam negeri (Opkamdagri) dalam


rangka penggunaan kekuatana ABRI untuk memantapkan
keamanan dan ketertiban. Oprasi Seroja adalah intruksi yang
dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam menghadapi
pergolakan di Timor Timur Portugis. Rencana operasi
tersebut disusun oleh Pimpinan Hankam/ABRI yang
kemudian diberi nama Rencana Kampanye Seroja, yang
didalamnya terdapat tiga tahap, yaitu: (1) tahap Oprasi
Militer sercara tertutup, (2) tahap kegiatan diplomasi, yaitu
operasi militer tertutup, (3) tahap operasi militer
sesungguhnya. Rencana Kampanye Seroja disusun dan
ditandatangani oleh Menhankam/Pangab M. Jusuf pada 21
Mei 1975. Oprasi Seroja secara resmi dimulai pada 25 Mei
1975. Operasi ini bertujuan untuk membersihkan basis
Fretilin di beberapa wilayah, seperti di Atasbe, Hutalia,
Fatubesi dan beberapa wilayah lainnya. Pada 6 Desembe
1975 satu kompi pasukan Kopasandha diterjunkan di Ibukota

196
NATION BUILDING (1951-1998)

Dili dalam rangka merebut dan menduduki kota. Dalam


pertempuran ini banyak korban jatuh dari kedua belah pihak.
Akhirnya pada 7 Desember 1975 Kota Dili dapat direbut,
serta operasi militer ini juga bergerak memberikan bantuan
ekonomi berupa sembilan bahan pokok kepada daerah-
daerah basis Fretilin yang berhasil direbut. Selain itu
pemulihan keadaan di bidang pendidikan dan keamanan juga
dilakukan, agar daerah operasi berangsur kondusif.

Oprasi Trisula. Adalah Oprasi militer di Blitar Selatan yang bertujuan


untuk menumpah sisa-sisa anggota Partai Komunis Indonesia.
Oprasi militer yang dimulai pada 1968 ini dipimpin oleh
Kolonel Witarmin dari Kodam VIII/Brawijaya. Dalam waktu
satu setengah bulan, operasi ini mendapat dari bantuan
rakyat dan menumpas sisa-sisa kekuatan PKI di Blitar Selatan.
Oprasi Trisula berhasil menangkap 850 orang tokoh PKI, 13
orang di antaranya tingkat Central Committee dan 12 orang
tingkat Committee Daerah Besar Jawa Timur. Di antara yang
tertangkap ialah Rewang, Munir, Sukatno, dan Olohan
Hutapea. Dengan berhasilnya operasi di Blitar Selatan ini,
dapatlah dicegah pembebasan lebih lanjut gerakan PKI di
Jawa Timur. Setelah selesai, selanjutnya dilancarkan operasi
teritorial yang bertujuan untuk menghapuskan pengaruh PKI
di masyarakat.

197
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Organisasi Konferensi Islam (OKI): Adalah organisasi yang


menghimpun negara-negara muslim di dunia. Secara umum
tujuan didirikannya OKI untuk mengumpulkan sumber daya
dunia Islam. Secara khusus, OKI bertujuan memperkokoh
solidaritas Islam di antara negara anggota dan memperkuat
kerja sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Organisasi ini
dibentuk berdasarkan keputusan pertemuan tingkat tinggi
yang diadakan di Rabat, Maroko pada 25 September 1967
sebagai hasil munculnya aksi yang terjadi di Masjidil Aqsa,
Yerusalem. OKI merupakan satu-satunya organisasi antar
pemerintah yang mewakili umat Islam dunia. Organisasi ini
beranggotakan 57 negara termasuk salah satunya Indonesia
yang juga menjadi salah satu negara partisipan dalam
pembentukan OKI. Pada awal pembentukannya OKI lebih
banyak menekankan pada masalah politik, terutama pada
masalah Palestina. Seiring berjalannya waktu OKI meluaskan
peranannya sebagai organiasasi internasional yang juga
menjadi wadah kerjasama di bidang ekonomi, sosial, budaya,
dan ilmu pengetahuan antar negara muslim seluruh dunia.

Osa Maliki Wangsadinata. Adalah anggota Sarekat Islam dan Pemuda


Indonesia. Osa Maliki tokoh yang lahir di Padalarang, Jawa
Barat, 30 Desember 1907. Osa menjadi pejuang Indonesia
pada masa revolusi. Pada 1926, ia terlibat peristiwa gerakan
Partai Komunis Indonesia dalam melawan pemerintahan

198
NATION BUILDING (1951-1998)

Hindia Belanda. Dikarenakan hal itu ia pernah dipenjara


selama empat tahun, hingga kemudian diasingkan ke Boven
Digul. Setelah kemerdekaan, ia memilih untuk masuk menjadi
anggota Partai Nasionalis Indonesia (PNI), tetapi pada 1960 ia
bersama Usep Ranawidjaja memimpin GMNI “aliran kanan”
sebagai bentuk perlawanan terhadap PNI yang dianggap
bersimpati terhadap PKI. Dalam GMNI ini, ia
mempermasalahkan aksi penurunan dan penyobekan gambar
Sukarno sehingga memicu kemarahan massa pendukung
Sukarno. Dalam kepemimpinan Osa, PNI mengikuti pemilu
tahun 1971.

Otto Iskandardinata. Tokoh dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di dalam sidang-
sidang BPUPKI Otto, adalah tokoh yang aktif berbicara
mengenai batas-batas wilayah Indonesia. Pasca kemerdekaa
Otto ditunjuk sebagai anggota PPKI. Di dalam PPKI ia banyak
terlibat dalam merumuskan pasal-pasal dalam Undang-
Undang. Dalam sidang PPKI kedua, Otto ditunjuk sebagai
ketua dari panitia kecil yang membuat rancangan tentang
urusan rakyat, pemerintah daerah, kepolisian dan tentara
kebangsaan. Otto sempat menjabat sebagai Menteri Urusan
Keamanan. Otto Iskandar Dinata mengawali kariernya
sebagai guru di HIS Banjarnegara (1920-1921) dan sempat
mengajar di Sekolah Rakyat di Bandung (1921-1924). Ia
mengawali karier politiknya dengan bergabung bersama

199
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Boedi Oetomo cabang Bandung dan Pagoeyoeban Pasoendan


yang pada akhirnya mengantarkannya menjadi anggota
Volksraad mewakili Pagoeyoeban Pasoendan. Kelincahan,
ketegasan, dan keberaniannya dalam berpendapat dalam
sidang-sidang Volksraad membuatnya dijuluki “Si Jalak
Harupat”. Otto Iskandardinata dilahirkan di Bojongsoang,
Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung pada 31 Maret
1897. Otto memulai pendidikannya di HIS Bandung, setelah
itu melanjutkan pendidikannya di Kweekschool Onderbouw
di kota yang sama. Setelah tamat dari Kweekscool
Ondebouw, Otto melanjutkan pendidikannya di Hogere
Kweekschool Purwerejo, Jawa Tengah. Selain aktif dalam
organisasi, masa mudanya juga aktif dalam dunia jurnalistik.
Pada akhir hayatnya Otto harus mengalami peristiwa tragis,
ia diculik oleh orang-orang yang menyebut dirinya sebagai
Lasykar Rakyat. Pada 20 Desember 1945 terdengar kabar
bahwa Oto telah di bunuh di Pantai Mauk, Kabupaten
Tangerang, Banten. Hingga kini jenazahnya tidak pernah
ditemukan.

-P-

Panca Usaha Tani. Program kebijakan Pemerintahan Orde Baru untuk


meningkatkan hasil pertanian. Ada dua usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan hasil pertanian, pertama adalah
ekstensifikasi pertanian yang dilakukan dengan perluasan
lahan pertanian. Usaha kedua adalah intensifikasi pertanian

200
NATION BUILDING (1951-1998)

yang dilakukan dengan beberapa langkah yang kemudian


dikenal sebagai Panca Usaha Tani. Usaha yang perlu
dilakukan dalam Panca Usaha Tani terdiri dari: teknik
pengolahan tanah, pengaturan irigasi, usaha pemupukan,
pemberantasan hama, dan penggunaan bibit unggul.
Program pertanian ini dalam jangka waktu yang singkat
mampu meningkatkan hasil pertanian. Pemerintah juga
mengatur pengadaan pupuk, petisida, dan bibit sehingga
mengurangi kemandirian petani.

Panji Iskaq Tjokroadisurjo. Menteri Dalam Negeri (Kabinet Sukiman-


Suwiryo1951-1952), Menteri Perekonomian, salah seorang
pendiri Partai Nasional Indonesia kelahiran Ngoro, Jombang
1896. Setelah menyelesaikan Sekolah Kehakiman (1917), ia
melanjutkan ke bagian hukum Universitas Leiden, dan lulus
pada 1925. Setelah tamat Sekolah Kehakiman, ia menjadi
pegawai kehakiman (1917-1922) dan pengacara di Surabaya
(1925). Dalam perkembangannya, ia juga menjadi pengurus
Partai Indonesia dan Partai Indonesia Raya. Pada zaman
pendudukan Jepang, ia menjadi anggota Chuo Sangi In,
Jakarta, kemudian anggota Surabaya-Syu Sangi Kai. Ia pernah
melawat ke Jepang bersama 25 utusan dari Jawa lainnya.

Parisada Dharma Hindu Indonesia (PDHI). Adalah majelis organisasi


umat Hindu Indonesia yang mengurusi kepentingan
keagamaan maupun sosial. Organisasi ini didirikan di

201
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Denpasar, 23 Februari 1959. Didirikan sebagai Majelis


Tertinggi Agama Hindu di Indonesia yang bersifat keagamaan
dan independen. Pada awalnya organisasi tersebut bernama
Parisada Hindu Dharma Bali yang dibentuk dalam rangka
memperjuangkan agama Hindu menjadi agama yang diakui
oleh Indonesia. Setelah agama Hindu diakui sebagai agama
yang resmi oleh pemerintah Indonesia pada 1964, nama
organisasi ini diubah menjadi Parisadan Dharma Hindu
Indonesia yang mencerminkan upaya agama Hindu yang tidak
hanya di Bali tapi meliputi seluruh wilayah Indonesia. Tokoh
perjuangan Parisada Dharma Hindu adalah Ida Bagus Mantra
yang dikenal sebagai mantan Gubernur Bali pada 1978. Ida
Bagus mengadakan pertemuan di Fakultas Sastra Udayana
dan mengutarakan keinginan pembentukan Parisada Dharma
Hindu, pertemuan tersebut merupakan cikal bakal adanya
organisasi ini.

Partai Demokrasi Indonesia. Pada 11 Januari 1973, lima buah partai


politik yang tergabung dalam kelompok Demokrasi
Pembangunan, yakni PNI, Parkindo, IPKI, Partai Katholik, dan
Murba melebur diri dalam satu partai dengan nama Partai
Demokrasi Indonesia. Partai ini diketuai oleh Moh. Isnaeni.
Menurut anggaran dasarnya, tujuan partai ini adalah (1)
tegaknya kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia
yang penuh sebagai negara kesatuan dan negara hukum yang
demokratis; (2) terwujudnya masyarakat adil dan makmur

202
NATION BUILDING (1951-1998)

dengan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan


kehidupan bangsa; (3) terwujudnya ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.

Partai Indonesia Raya (Parindra). Partai yang dibentuk pada


Desember 1935 sebagai gabungan dari Budi Utomo dan
Persatuan Bangsa Indonesia. Tokoh-tokoh yang memimpin
partai ini adalah Sutomo, M.H. Thamrin, Susanto Tirtoprojo,
dan Sukarjo Wiryopranoto. Parindra bersifat nasionalis
moderat. Mereka menempatkan wakilnya di Volksraad dan
memiliki peran penting dalam pembentukan Gapi. Pada 1938,
Parindra mendirikan Pertanian Bumi Putera, sebuah
perusahaan komersial di bidang pertanian dan perindustrian.
Pada saat Jepang muncul sebagai salah satu negara poros
dalam PD II, Parindra mengharapkan negara tersebut dapat
memberikan tekanan kepada pemerintah dan mendorong
adanya reformasi. M.H. Thamrin diduga menjalin komunikasi
rahasia dengan pihak Jepang sehingga pada 1941 ditahan
oleh pemerintah karena dugaan tersebut.

Partai Katolik. Partai yang bermula dari Pakumpulan Politik Katolik


Jawi yang berdiri pada 1923. Sejak 1924, PPKJ menempatkan
wakilnya di Volksraad, Permufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dan Gapi. Dalam
kepemimpinan Ignatius Joseph Kasimo yang dimulai pada

203
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

1925, pergantian nama terjadi beberapa kali. 5 tahun


kemudian partai ini berganti nama menjadi Persatuan Politik
Katolik Indonesia (PPKI), Persatuan Katolik Republik Indonesia
(PKRI) pada 1945, dan akhirnya menjadi Partai Katolik pada
1950. Partai Katolik memiliki konstituen yang solid di Flores
dan Jawa Tengah. Sejak 1945, partai ini juga selalu memiliki
perwakilan di DPR. Selanjutnya pada 1973 menyusul
kebijakan penyederhanaan partai politik, Partai Katolik
bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia.

Partai Muslimin Indonesia (Parmusi). Partai politik yang dibentuk


pada 7 Mei 1967. Partai ini mendapat pengesahan oleh
pemerintah pada 20 Februari 1968. Parmusi didirikan sebagai
wadah politik umat Islam di Indonesia melalui Rapat Panitia
Tujuh yang dipimpin oleh tokoh Muhammadiyah, Faqih
Usman. Tokoh-tokoh Masyumi banyak bergabung dalam
partai ini meski pemerintah melarang mereka menjadi
pemimpin dalam Parmusi. Larangan diberikan berkaitan
dengan pembubaran Masyumi karena tokoh-tokoh Masyumi
dituduh terlibat dalam gerakan pemberontakan yang
dilakukan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI). Parmusi menjadi salah satu partai peserta dalam
pemilu 1971. Pada 1973 Parmusi bergabung dengan partai-
partai Islam lainnya membentuk Partai Persatuan
Pembangunan.

204
NATION BUILDING (1951-1998)

Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba). Partai politik yang


didirikan pada Oktober 1948. Partai berhaluan nasionalis
komunis radikal ini menolak keras negosiasi dengan Belanda.
Sementara PKI mendukung komunis RRC, Murba lebih dekat
dengan Uni Soviet. Partai Murba ikut berpartisipasi dalam
pemilu 1955. Pada pemilu ini Murba memperoleh 0,5 persen
suara dan mendapatkan dua kursi. Partai Murba merupakan
salah satu partai pendukung setia demokrasi terpimpin dan
bersaing keras dengan PKI untuk mendapatkan dukungan
Sukarno. Adam Malik dan tokoh Murba lainnya mendirikan
Badan Pendukung Sukarnoisme sebagai alternatif bagi
Marxisme. Atas desakan PKI, Sukarno membubarkan Badan
Pendukung Sukarnoisme dan Partai Murba karena dianggap
berusaha melemahkan kekuasaannya. Partai Murba kembali
muncul pada masa Orde Baru, tetapi tidak mendapatkan
kursi pada pemilu 1971 dan bergabung dengan PDI pada
1973.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai yang dibentuk dari hasil


penggabungan dari Partai Nahdlatul Ulama, Partai Serikat
Islam Indonesia, Partai Tarbiyah Islamiyah dan Partai
Muslimin Indonesia pada 1973. Pada awal pendiriannya
partai ini berasaskan Islam dan menggunakan gambar Ka’bah
sebagai lambangnya. Pada perkembangannya, pada 1984
Partai Persatuan Pembangunan mengganti asas partai
menjadi Pancasila dan mengubah lambangnya menjadi

205
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

bintang. Pada tahun yang sama pula, Nahdlatul Ulama


memilih mundur dari Partai ini.

Partai Rakyat Demokratik. Adalah salah satu partai politik di


Indonesia. Partai ini didirikan pada 1996 di Kaliurang, Sleman,
Yogyakarta oleh sejumlah intelektual muda, termasuk ketua
pertamanya, yaitu Budiman Sujatmiko. Banyak anggotanya
adalah intelektual dan aktivis muda serta mahasiswa. Partai
ini mendapat dukungan dari salah satu organisasi yaitu
Solidatiras Mahasiswa Indonesia Demokrasi (SIMD) serta
organisasi buruh, budayawa dan seniman (Jaringan Kerja
Kebudayaan Rakyat), dan petani (Serikat Tani Nasional).
Dengan tujuan membangun kekuasaan politik secara
konstitusional demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat,
berdikari dan berkepribadian, menuntaskan demokrasi sosial,
dan terlibat aktif dalam menggalang persatuan nasional
melawan imperialisme. PRD mengalami kegoncangan pada
saat Juli 1996, ketika pemerintah melakukan penangkapan
dan pembunuhan terhadap pimpinan dan aktivis PRD. Lalu
pada 1999 PRD mengikuti Pemilu namun tidak berhasil
mendapatkan kursi.

Partai Rakyat Nasionalis (PRN). Adalah partai yang dibentuk pada


1950 dan diketuai oleh Dr. Djody Gondokusuma. Partai yang
memiliki ideologi nasionalisme tersebut pada pemilu tahun
1950 memiliki 10 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat, lima

206
NATION BUILDING (1951-1998)

kursi dari Republik Indonesia Serikat dan lima dari BFO.


Pemilu 1955, PRN mendapatkan 0,64% suara dan mendapat
dua kursi DPR. Setelah pemilu 1955, PRN bergabung bersama
progresif nasional dan menjadi bagian dari sepuluh anggota
parlemen dari Jawa. Pada 1956, partai ini mengalami
perpecahan antara kepemimpinan Jawa (Djody
Gondokusumo) dan pemimin non-Jawa (Bebasa Daeng Lao).
Sehingga terbentuk dua partai PRN Babesa dan PRN Djody.
Pada era Demokrasi terpimpin, presiden Sukarno
menerapkan partai tunggal, sehingga sejak turunnya Keppres
Nomor 129 tahun 1961, PRN dibubarkan.

Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Partai yang didirikan pada 1923
oleh H.O.S. Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim. Partai ini
dibentuk untuk menegaskan status politik Sarekat Islam. Di
Jawa, PSSI bersifat konservatif dan mendukung Pan
Islamisme. Meski demikian beberapa cabang, seperti di
Sumatera Barat mereka bersikap lebih keras dan
menunjukkan sikap anti kolonial yang menyebabkan
pemimpin mereka pada akhirnya ditangkap dan diasingkan.
Setelah H.O.S Cokroaminoto meninggal, PSSI dipimpin oleh
Abikusno Cokrosuyoso dan Kartosuwiryo yang memilih jalan
non-kooperasi. PSSI kemudian dilarang oleh pemerintah
Hindia-Belanda pada 1940. Pasca kemerdekaan, tepatnya
pada 1947, PSSI kembali muncul di bawah kepemimpinan
Aruji Kartawinata. Di masa pemerintahan Suharto pada 1973,

207
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

partai politik ini bergabung dalam PPP bersama partai Islam


lainnya.

Partai Sosialis Indonesia (PSI). Adalah partai yang didirikan oleh


Sultan Syahrir dengan ideologi sosialis pada 12 Februari 1948.
Pembentukan PSI mempertegas perpecahan pengikut Syahrir
dan Amir Sjarifudin setelah terjadinya Perundingan Renville.
PSI kemudian memberikan dukungan kepada pemerintahan
Hatta. Pada pemilu 1955, PSI mendapatkan 17 kursi di Dewan
Perwakilan Rakyat dengan perolehan suara 7,3%. PSI
mengukung kabinet pertama yang dibentuk oleh Natsir
bersama dengan Masyumi. Pada pemilu tahun 1955, PSI
hanya mendapatkan 753.191 suara serta mendapatkan 5
kursi di parlemen. Pada saat pemerintahan mulai
mengumumkan adanya demokrasi terpimpin, PSI adalah
partai yang tidak mendukung keputusan pemerintah
tersebut. Pada 17 Agustus 1960, sesuai dengan Keputusan
Presiden No. 200 dan 201, pemerintah membubarkan PSI
karena dianggap melakukan upaya pemberontakan dan
bertentangan dengan azas negara.

Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Adalah hasil metamorfosis


dari Syarikat Islam yang berubah menjadi Partai Syarekat
Islam Hindia Timur. Berdiri pada 1929, PSII mengusung
ideologi islam yang bertujuan menjalankan Islam dengan
seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya. Sejak 1930, HOS

208
NATION BUILDING (1951-1998)

Tjokroaminoto adalah salah satu tokoh utama dalam PSII. PSII


termasuk partai kaderisasi, tercatat pada 1932, ketika
mengadakan kaderisasi tingkat nasional di Yogyakarta dan
pada 1933 di Bandung. Keikutsertaan PSII dalam kancah
politik terhitung pada pemilu 1955, mendapatkan 2,86%
suara dan 8 kursi DPR. Menjelang pemilu 1971 tercatat PSII
memiliki 3.325.195 orang anggota namun sesudah pemilu
keanggotaan tercata mengalami penurunan menjadi
1.308.237 orang dan total pemilih dalam pemilihan umum
1971 adalah 58.558.776 orang. Pada saat kebijakan fusi partai
diberlakukan oleh pemerintahan Sukarno, PSII kemudian
bergabung dan membentuk PPP setelah 1971.

Pattimura (Thomas Matulessy). Pemimpin perlawanan masyarakat


Maluku terhadap Belanda 1817. Pahlawan Nasional Indonesia
asal Maluku. Ayah Pattimura bernama Frans Matulessy dan
ibunya bernama Fransina Tilahoi, Pattimura lahir pada 8 Juni
1783, di wilayah bernama Haria di daerah Saparua, Maluku
Tengah menurut versi pemerintah Indonesia. Dalam
perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang
persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di
Bali, Sulawesi dan Jawa.

Pedoman Penghayatan Dan Pengamalahn Pancasila (P4). Adalah


program pemerintah Orde Baru yang bertujuan memberikan
pedoman kepada masyarakat tentang nilai-nilai Pancasila.

209
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Tujuan penataran P4 adalah menciptakan manusia Pancasila,


yakni manusia yang dalam keadaan apapun secara konsisten
dan konsekuen mengamalkan Pancasila. Lahirnya program ini
dilatarbelakangi karena munculnya berbagai pemberontakan
dan revolusi sosial di berbagai daerah. P4 diperuntukan
kepada para pegawai negeri sipil, pelajar, dan organisasi.
Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada 1978 setelah Uraian
Pancasila hasil rumusan “Panitia Lima” dalam Sidang Umum
MPR-RI pada 11-23 Maret 1978. Dari penggodokan tersebut
melahirkan apa yang dinamakan Ekaprasetya Pancasila atau
kemudian dikenal dengan P4. Melalui kegiatan ini masyarakat
mendapat kesempatan untuk secara terorganisir
membicarakan jati diri kita sebagai sebuah bangsa, falsafah
dan nilai yang mendasarinya, sejarah masa lalunya, dan cara
bagaimana peradaban bangsa ini hendak ditegakkan. Materi
utama dalam P4 adalah nilai-nilai yang mendasari bangunan
peradaban bangsa yang secara formal tersarikan ke dalam
Pancasila dan UUD 1945. P4 merupakan sarana pendidikan
masyarakat untuk memupuk toleransi dalam keragaman
agama, pendalaman falsafah bangsa, kesadaran Wawasan
Nusantara, dan pengertian tentang arah kebijakan
pembangunan bangsa. Dalam P4 juga diperkenalkan
Wawasan Nusantara sebagai suatu cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam

210
NATION BUILDING (1951-1998)

penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Pelantikan Soeharto Sebagai Pejabat Presiden. Soeharto dilantik


sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia pada 12 Maret
1967. Ia mengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966
dan sumpahnya sebagai Presiden Republik Indonesia ke-2
berdasarkan ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967. Sidang
tersebut dipimpin oleh Jenderal Abdul Haris Nasution.
Setahun setelah menjabat sebagai Pejabat Presiden,
Soeharto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada
27 Maret 1968 dalam Sidang Umum V MPRS.

Pembajakan Pesawat Garuda Woyla di Bangkok. Adalah peristiwa


pembajakan pesawat maskapai Garuda Indonesia bernama
“Woyla” bernomor penerbangan 206, dengan rute
penerbangan Jakarta–Medan. Peristiwa pembajakan pada 28
Maret 1981 itu dilakukan oleh lima orang pelaku teroris yang
menamakan diri mereka kelompok Komando Jihad. Pesawat
DC-9 Woyla tersebut mengalami pembajakan sesaat setelah
transit dari Bandar Udara Talangbetutu, Palembang. Dalam
pembajakan tersebut, kelompok Komando Jihad meminta
pilot untuk ke Penang, Malaysia. Setelah mendarat di Penang
untuk mengisi bahan bakar kemudian para pelaku teror
meminta pilot untuk terbang ke Bangkok. Peristiwa ini
mengalami puncaknya saat pesawat mendarat di Bandara

211
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Don Mueang, Para pembajak mengajukan empat tuntutan


kepada pemerintah Indonesia, yakni (1) membebaskan
anggota Komando Jihad yang ditahan pasca peristiwa
Cicendo, Bandung, Jawa Barat; (2) meminta uang sejumlah
USD 1,5 Juta; (3) orang Israel dikeluarkan dari Indonesia; dan
(4) Adam Malik dicopot sebagai wakil presiden. Peristiwa
pembajakan teresebut berlangsung selama empat hari di
Bandara Don Mueang, Bangkok dan berakhir setelah serbuan
Grup-1 Para Komando yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Infantri Sintong Panjaitan.

Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Adalah program pembangunan


berkala selama lima tahun yang diterapkan pada masa Orde
Baru. Penerapan program PELITA dimulai pada 1 April 1969.
Selama masa kepemimpinan Presiden Suharto, program
Pelita telah dilaksanakan sebanyak empat kali. Pelita I dimulai
sejak 1 April 1969. Titik fokus Pelita I adalah meningkatkan
taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakan dasar bagi
pembangunan-pembanbunan berikutnya. Pelita II dimulai
sejak 1 April 1974 dengan sasaran ketersediaan sandang,
pangan yang serba cukup dengan mutu yang baik dan
terjangkau oleh masyarakat umumnya. (2) tersedianya
bahan-bahan perumahan dan fasilitas-fasilitas lain yang
diperlukan, terutama untuk kepentingan rakyat banyak (3)
keadaan prasarana yang makin meluas dan sempurna (4)
keadaan kesejahteraan rakyat yang lebih baik dan lebih

212
NATION BUILDING (1951-1998)

merata (4) meluasnya kesempatan kerja. Pelita III dimulai


pada 1 April 1979 dengan sasaran (1) pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khusunya
pangan, sandang dan perumahan, (2) kesempatan
memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, (3)
pemerataan pembagian pemerataan, (4) pemerataan
kesempatan kerja, (5) pemerataan kesempatan berusaha, (6)
pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan,
khusunya bagi generasi muda dan kaum wanita, (7)
pemerataan memperoleh keadilan. Replita IV disusun sebagai
pelaksanaan GBHN tahun 1983 memfokuskan pada perbaikan
sektor perekonomian yang kala itu sedang merosot.

Pemberontakan Andi Azis. Pemberontakan yang dilakukan oleh


kesatuan-kesatuan bekas KNIL dan dipimpin oleh Kapten Andi
Azis pada 5 April 1950 di Makassar. Pemberontakan ini
dilatarbelakangi oleh tuntutan Andi Azis agar hanya pasukan-
pasukan APRIS bekas KNIL yang bertanggungjawab atas
keamanan di Negara Indonesia Timur (NIT). Ia juga
menentang dan menghalangi masuknya pasukan APRIS yang
sedang dikirim dari Jawa dibawah pimpinan Mayor Worang.
Andi Azis menyatakan Negara Indonesia Timur harus
dipertahankan. Andi Azis sebelumnya menjadi Letnan Ajudan
Wali Negara “Negara Indonesia Timur” beserta satu kompi
anak buahnya, bekas KNIL, pada 30 Maret 1950 telah
diterima masuk APRIS dan diangkat sebagai Komandan Kompi

213
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dengan pangkat kapten. Tetapi beberapa hari setelah


pelantikannya, Kapten Andi Azis menggerakkan pasukannya
dengan dukungan Batalyon KNIL Makassar yang tidak masuk
APRIS untuk menawan Pejabat Panglima Teritorium
Indonesia Timur, Letnan Kolonel Achmad Yunus Mokoginta,
beserta seluruh stafnya. Pemerintah kemudian memberikan
ultimatum kepada Andi Azis untuk menghadap ke Jakarta
guna mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setelah
batas waktu ultimatum yang diberikan oleh pemerintah tidak
dipenuhi, pemerintah kemudian mengirimkan satu ekspedisi
guna menumpas pemberontakan itu. Pasukan ekspedisi
tersebut dipimpin oleh Kolonel Alex Kawilarang terdiri dari
berbagai kesatuan dari tiga angkatan dan kepolisian. Dengan
didahului oleh Batalyon Worang yang telah mendarat di
Jeneponto pada 18 April 1950, seluruh pasukan ekspedisi
berhasil didaratkan pada 26 April 1950. APRIS segera
bergerak menguasai kota Makassar dan sekitarnya. Andi Azis
kemudian menyerahkan diri pada April 1950, tetapi
pertempuran-pertempuran masih terjadi hingga bulan Mei
dan Agustus 1950.

Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil. Pemberontakan yang


terjadi di Kota Bandung dengan latar belakang tentangan dan
keengganan untuk bekerjasama dengan bekas anggota
tentara KNIL yang dilebur ke dalam APRIS pada 23 Januari
1950. Ketegangan ini dipertajam oleh pertentangan politik

214
NATION BUILDING (1951-1998)

antara golongan federalis dengan golongan unitaris.


Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) merupakan milisi yang
didirikan dan dipimpin oleh Kapten Reymond Westerling,
seorang mantan kapten pasukan khusus KNIL, yang pada
Desember 1946 memimpin gerakan pembunuhan massal
terhadap rakyat Sulawesi Selatan. Pasukan APRA menyerang
kota Bandung berjumlah sekitar 800 personil. Setiap anggota
TNI yang mereka temui, bersenjata maupun tidak, ditembak
mati. Dalam suatu pertempuran di daerah Pacet pada 24
Januari 1950, pasukan TNI berhasil menghancurkan sisa-sisa
pasukan APRA. Di Kota Bandung juga diadakan pembersihan
dan penahanan terhadap pelaku termasuk beberapa tokoh
Negara Pasundan. Setelah melarikan diri dari Bandung,
Westerling melanjutkan petualangannya di Jakarta. Ia
merencanakan suatu gerakan untuk menangkap semua
Menteri RIS yang sedang menghadiri sidang kabinet, dan
membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Sekjen Kementerian Pertahanan Mr. A.
Budiardjo, dan Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B.
Simatupang. Gerakan tersebut dapat digagalkan, kemudian
diketahui bahwa otaknya adalah Sultan Hamid II, yang juga
menjadi anggota kabinet RIS sebagai menteri tanpa
portofolio. Sultan Hamid II segera ditangkap, sedangkan
Westerling sempat melarikan diri keluar negeri dengan
menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda.

215
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia


(PRRI). Pemberontakan yang dilakukan oleh Achmad Husein
dan pembentukan kabinetnya dengan Sjafruddin
Prawiranegara sebagai Perdana Menteri pada 15 Februari
1958. Pemberontakan ini dilatarbelakangi oleh permasalahan
otonomi daerah di Sumatra pada 20 Desember 1956 serta
tuntutan-tuntutan Achmad Husein, pada rapat akbar 10
Februari 1958 di Padang, berupa Pencabutan mandat Kabinet
Djuanda dalam Tempo 5x24 jam; permintaan, secara spesifik
meminta Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX,
pembentukan Zaken Kabinet; permintaan mengambil kembali
kedudukannya sebagai Presiden Konstitusional. Permintaan-
permintaan tersebut ditolak dan pemerintah pusat memecat
dengan tidak hormat tokoh-tokoh yang terlibat yaitu Letnan
Kolonel Achmad Husein (Pimpinan Dewan Banteng, Eks Divisi
Banteng Sumatra Barat), Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel
Dachlan Djambek, dan Kolonel Simbolon (Pimpinan Dewan
Gajah, Eks Divisi Gajah Sumatra Utara). Pemerintah segera
membentuk operasi gabungan untuk menumpas
pemberontakan PRRI di Sumatera. Operasi Tegas dilancarkan
di daerah Riau di bawah pimpinan Letnan Kolonel Kaharuddin
Nasution. Di daerah Sumatera Barat dilancarkan Operasi 17
Agustus di bawah pimpinan Kolonel Achmad Yani. Didaerah
Sumatera Utara dilancarkan Operasi Saptamarga di bawah
pimpinan Brigadir Jenderal Djatikusumo, dan daerah
Sumatera Selatan dilancarkan Operasi Sadar di bawah

216
NATION BUILDING (1951-1998)

pimpinan Letnan Kolonel Ibnu Sutowo. Pimpinan PRRI


akhirnya menyerah satu per satu. Pada 29 Mei 1961 secara
resmi Achmad Husein melaporkan diri dengan pasukannya,
disusul oleh tokoh PRRI yang lain, baik militer maupun sipil.

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Pemberontakan


yang dipimpin oleh Dr. Soumokil, bekas Jaksa Agung
Indonesia Timur, yang berpusat di Ambon bertujuan untuk
melepaskan diri dari Republik Indoensia Serikat pada 25 April
1950. Sebelum memproklamasikan RMS, Soumokil berhasil
memindahkan pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau yang
terlibat pemberontakan Andi Azis ke Ambon. Pasukan-
pasukan tersebut yang menjadi tulang punggung perlawanan
RMS. Setelah kota Ambon jatuh ke tangan pasukan APRIS
pada November 1950, sisa-sisa pasukan RMS melarikan diri
ke dalam hutan dan untuk beberapa tahun melakukan
kegiatan pengacauan. Sisa-sisa kekuatan RMS kemudian
mendirikan pemerintahan pengasingan di Belanda.
Pemerintah Pusat semula mencoba menyelesaikan konflik ini
secara damai dengan mengirimkan suatu misi yang diketuai
oleh Dr. Leimena. Setelah usaha penyelesaian damai tidak
berhasil, Pemerintah memutuskan untuk menumpasnya
dengan kekuatan senjata. Dalam pelaksanaannya dibentuk
sebuah pasukan ekspedisi dibawah pimpinan Kolonel
Kawilarang. Pada 14 Juli 1950 pasukan ekspedisi APRIS
mendarat di Laha, Pulau Buru. Pasukan APRIS juga mendarat

217
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

di Pulau Seram, Tanimbar, Kepualauan Kei, dan Aru dan


dapat segera menguasainya.

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). adalah suatu organisasi


bentukan pemerintah yang bertujuan untuk
menyejahterakan keluarga. Di lapisan paling bawah,
pedesaan khususnya, negara melakukan kontrol terhadap
perempuan melalui PKK. Pada awalnya PKK adalah salah satu
seksi dalam Lembaga Sosial Desa (LSD) di bawah Departmen
Sosial pada 1972 yang dibentuk di desa-desa seluruh
Indonesia. Pokok-pokok kegiatan PKK meliputi, penghayatan
dan pengamalan Pancasila, gotong royong, pangan, sandang,
perumahan, pendidikan dan keterampilan, kesehatan,
berkoprasi, kelestarian lingkungan hidup, dan perencanaan
kesehatan.

Pembubaran PKI 12 Maret 1966. Menjelang penghujung 1965


operasi militer penumpasan para simpatisan Partai Komunis
Indonesia dapat dikatakan sudah mencapai tahap akhir.
Namun penyelesaian politik terhadap peristiwa G30S
nampaknya belum juga terlihat tanda-tanda akan
diselesaikan oleh Sukarno. Hal ini memunculkan kecemasan
di kalangan masyarakat. Selanjutnya gelombang masa yang
mendorong agar PKI segera dibubarkan segera meluas.
Tuntutan Masyarakat agar para pelaku peristiwa G30S segera
diselesaikan seadil-adilnya kian meningkat. Perasaan

218
NATION BUILDING (1951-1998)

ketidakpuasan ini segera menggugah hati para pemuda yang


pada selanjutnya memunculkan Tri Tuntutan Hati Nurani
Rakyat atau lebih dikenal dengan Tritura (Tri Tuntutan
Rakyat). Pada 12 Januari 1966 KAMI dan KPPI yang
merupakan barisan kesatuan aksi mahasiswa dan tergabung
dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR untuk
mengajukan tiga buah tuntutan yang di antaranya; (1)
pembubaran PKI, (2) pembersihan kabinet dari unsur-unsur
PKI, (3) penurunan harga/perbaikan ekonomi. Perkembangan
selanjutnya terkait pembubaran PKI dilaksanakan oleh Letnan
Jenderal Soeharto pada 12 Maret 1966, sehari setelah
menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Pada
12 Maret 1966, berdasarkan wewenang Surat Perintah 11
Maret, Letnan Jenderal Soeharto atas nama Presiden
menetapkan pembubaran dan pelarangan Partai Komunis
Indonesia, termasuk semua bagian-bagian organisasinya dari
tingkat pusat sampai ke daerah.

Pembubaran RIS. Pembubaran RIS adalah keinginan dari negara-


negara bagian untuk membubarkan diri dan kembali kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keinginan ini bermula
dari Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur.
Pada 8 Maret 1950 di Bandung, rakyat berdemonstrasi
menuntut pembubaran Negara Pasundan dan kembali pada
Republik Indonesia. Sebuah panitia kemudian dibentuk untuk
merancang Undang-undang dasar Negara Kesatuan Republik

219
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Indonesia dan mencapai kesepakatan pada 19 Mei 1950. DPR


kemudian melakukan pembahasan mengenai rancangan
Undang-undang Dasar yang telah diajukan. Undang-Undang
Dasar ini disepakati dan diberi nama Undang-Undang Dasar
Sementara 1950. UUDS 1950 ditandatangani Presiden
Sukarno pada 17 Agustus 1950. Hal ini menandai
dibubarkannya RIS dan terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Pemilihan Umum (Pemilu) 1955. Pemilihan Umum pertama Republik


Indonesia pasca Kemerdekaan untuk memilih anggota
Konstituante pada 15 Desember 1955 dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) pada 29 September 1955. Dalam
pelaksanaannya Indonesia dibagi dalam 16 daerah pemilihan
yang meliputi 208 kabupaten, 2.139 kecamatan, dan 43.429
desa. DPR hasil pemilu beranggotakan 272 orang, yaitu
dengan perhitungan satu orang anggota DPR mewakili
300.000 orang penduduk, sedangkan anggota Konstituante
berjumlah 542 orang. Pelantikan anggota DPR hasil pemilu
dilaksanakan pada 20 Maret 1956, sedangkan anggota
Konstituante pada 10 November 1956. Pemilu 1955
menghasilkan empat partai terbesar yang duduk sebagai
anggota DPR yaitu PNI (57 kursi), Masyumi (57 kursi), NU (45
kursi) dan PKI (39 kursi).

220
NATION BUILDING (1951-1998)

Pemilihan Umum 1971. Adalah pemilihan umum kedua yang pernah


diselenggarakan di Indonesia pasca merdeka. Pemilihan
umum ini dilaksanakan pada 3 Juli 1971. Lebih dari 58 juta
rakyat Indonesia mendapatkan hak untuk memilih wakil-
wakil mereka di Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat,
yaitu Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah I, dan Daerah Tingkat II secara langsung dan bebas.
Pemilu ini diikuti oleh 10 peserta, sembilan partai politik dan
satu golongan karya, antara lain Partai Katolik, Partai Sarekat
Islam Indonesia, Partai Nahdatul Ulama, Partai Muslimin
Indonesia, Golongan Karya, Partai Kristen Indoneesia,
MURBA, PNI, PERTI, dan Partai IPKI. Golongan Karya
memperoleh mayoritas kursi di DPR dengan perolehan kursi
sebanyak 236 kursi. Sesuai dengan Undang-Undang yang
berlaku, anggota DPR berjumlah 460 orang, di antaranya 360
orang dipilih melalui pemilihan umum dan 100 orang
diangkat, termasuk 75 orang yang mewakili golongan karya
ABRI.

Pemuda Rakyat. Sayap pemuda dari Partai Komunis Indonesia. Pada


awalnya, organisasi ini didirikan sebagai sayap pemuda dari
Partai Sosialis Indonesia dengan nama Pemuda Sosialis
Indonesia. Pemuda Sosialis Indonesia terlibat aktif dalam
perjuangan melawan penjajah. Pada 1948, Pemuda Sosialis
Indonesia ikut terlibat dalam Peristiwa Madiun. 2 tahun
kemudian, Pemuda Sosialis bergabung dengan Partai

221
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Komunis Indonesia sebagai sayap pemuda. Nama organisasi


ini kemudian diubah menjadi Pemuda Rakyat. Organisasi ini
banyak melakukan kegiatan sosial dan pendidikan. Dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan, Pemuda Rakyat meraih
banyak dukungan terutama di wilayah perkotaan dan
perkampungan. Organisasi ini lalu dilarang pada 1966
sebagaimana dengan PKI. Penangkapan juga dilakukan pada
anggota yang aktif di dalam Pemuda Rakyat.

Penandatanganan UUDS RI oleh Sukarno tahun 1950. UUDS 1950


adalah undang-undang dasar sementara karena menunggu
undang-undang tetap yang akan disusun oleh Konstituante.
Setelah penandatanganan persetujuan antara pemerintah RIS
dan pemerintah RI yang berisi tentang bergabungnya negara-
negara bagian RIS menjadi bagian dari Republik Indonesia,
dibuatlah rancangan Undang-Undang Dasar baru untuk
negara ini. Undang-Undang Dasar yang baru ini disahkan oleh
Presiden Sukarno pada 17 Agustus 1950 dan dinamai
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950
atau UUDS RI 1950. Penandatanganan UUDS RI pada 17
Agustus 1950 ini juga menandai dibubarkannya Republik
Indonesia Serikat secara resmi dan terbentuknya kembali
Negara Kesatuan Republik Indonesia. UUDS RI 1950 berlaku
hingga 1959.

222
NATION BUILDING (1951-1998)

Penembak Misterius (Petrus). Peristiwa pembunuhan yang terjadi


antara 1983-1985 di berbagai daerah, terutama Jakarta, Jawa
Tengah, dan Yogyakarta. Korban pembunuhan Petrus
umumnya adalah mantan narapidana atau orang-orang yang
sering kali disebut dengan istilah gali. Mereka biasanya mati
karena luka-luka dan sebagian terkena tembakan. Sebagian
jenazah korban ditemukan tergeletak di tempat-tempat
umum. Suharto dalam memoarnya mengakui bahwa
peristiwa Petrus dilakukan oleh aparat untuk menekan
jumlah kejahatan yang saat itu memang sedang mengalami
peningkatan. Berbagai dugaan muncul mengenai latar
belakang Petrus. Tindakan ini juga dikritik sebagai
pelanggaran HAM karena aparat menindak pelaku kriminal
tanpa didahului dengan proses peradilan.

Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera). Referendum untuk


menentukan keinginan masyarakat Papua Barat untuk
menjadi bagian Indonesia atau Belanda. Salah satu
permasalahan yang timbul setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia adalah penentuan wilayah. Beberapa wilayah
menjadi sengketa antara Belanda dan Indonesia. Papua Barat
merupakan wilayah yang masih diperebutkan antara Belanda
dan Indonesia. Sebagian rakyat Papua Barat diyakini ingin
bergabung dengan wilayah Indonesia, sedangkan lainnya
tidak. Dengan PBB sebagai penengah, referendum akhirnya
diadakan untuk menentukan status wilayah ini menjadi

223
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

bagian dari wilayah Indonesia atau Belanda. Referendum ini


disebut dengan Penentuan Pendapat Rakyat atau Pepera.
Pepera dilaksanakan anatara Juli-Agustus 1969. Hasilnya
menyatakan sebagian besar rakyat Papua Barat ingin
bergabung dengan Indonesia. Pada 19 November 1969 PBB
mengesahkan hasil referendum ini.

Penetapan Ejaan yang Disempurnakan. Ejaan yang Disempurnakan


adalah ejaan baru yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia pada 1972 untuk menggantikan ejaan lama.
Penetapan tersebut diputuskan dalam Seminar Bahasa
Indonesia diadakan pada 1972 di Puncak, Jawa Barat. Dalam
seminar ini, rancangan mengenai ketentuan tata bahasa dan
ejaan standar dalam bahasa Indonesia yang telah disusun
beberapa tahun sebelumnya dilengkapi. Pembicaraan-
pembicaraan dengan pihak Malaysia mengenai standar ejaan
Melayu-Indonesia turut menjadi referensi dalam rancangan
ini. Hasil Seminar Bahasa Indonesia kemudian diperkenalkan
secara luas oleh sebuah panitia antar departemen dengan Ida
Bagus Mantra sebagai ketua dan Lukman Ali sebagai Ketua
Kelompok Teknis Bahasa. Ejaan yang Disempurnakan
kemudian diresmikan pada 17 Agustus 1972 melalui
keputusan Presiden No. 57. Pada tahun yang sama,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga menerbitkan
buku berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

224
NATION BUILDING (1951-1998)

Penggabungan (Fusi) Partai Islam. Pada masa Orde Baru diterapkan


kebijakan penyederhanaan partai-partai Islam dengan
menggabungkan empat partai Islam kala itu, yakni NU, Partai
Syarikat Islam Indonesia (PSII), Perti, dan Parmusi. Pada 5
Januari 1973 keempat partai itu berfusi dalam satu partai
politik, yaitu Partai Persatuan Pembangunan dengan ketua
sementaranya H.M.S Mintadiredja.

Pengumuman Bersama Ejaan Bahasa Melayu-Indonesia (Melindo)


1961. Ejaan Bahasa Melayu-Indonesia adalah ejaan bahasa
Melayu yang disepakati antara Indonesia dan Malaysia.
Sebagai negara tetangga, Indonesia dan Malaysia (yang
dalam kurun waktu 1948-1963 bernama Persekutuan Tanah
Melayu) terlibat dalam berbagai perjanjian politik dan
budaya, salah satunya mengenai bahasa. Sebagai bangsa
serumpun, Bangsa Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu
memiliki bahasa yang hampir sama karena berakar dari
bahasa yang sama yaitu bahasa Melayu. Pada 1959 kedua
negara mengadakan sidang untuk memnyamakan ejaan
bahasa dari kedua negara. Pada sidang ini utusan dari
Indonesia diketuai oleh Slamet Muljana dan utusan
Persekutuan Tanah Melayu diketuai oleh Syed Nasir bin
Ismail. Sidang tersebut menghasilkan konsep ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia). Hasil sidang ini tidak langsung
diresmikan dan diumumkan pada saat itu juga. Penundaan
terjadi karena keadaan politik kedua negara.

225
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Penyerahan Kekuasaan Presiden Sukarno. Pada 22 Februari 1967


bertempat di Istana Merdeka telah berlangsung penyerahan
kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno kepada
Pengemban Ketetapan MPRS No. IX, Jenderal Soeharto.
Penyerahan kekuasaan atas prakarsa Presiden Soekarno ini
merupakan peristiwa penting dalam usaha mengatasi situasi
konflik yang sedang memuncak. Tertuang dalam sebuah
Pengumuman Presiden/Mandataris MPRS/Panglima Tertinggi
ABRI tanggal 20 Februari 1967, penyerahan kekuasaan
pemerintah itu didasarkan atas Ketetapan MPRS No. XV
Tahun 1966 yang menyatakan, “Apabila Presiden
berhalangan, maka pemegang Surat Perintah 11 Maret
memegang jabatan presiden”.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). PMII berdiri pada 17


April 1960 sebagai respon dari kecenderungan politik umat
Islam sejak 1950-an yang tidak lagi menganggap Masyumi
sebagai satu-satunya partai politik bagi umat Islam. Kondisi
politik kala itu secara otomatis berpengaruh di kalangan
terpelajar Nahdatul Ulama (NU). Selain aspek politik, kondisi
sosiologis juga mempengaruhi semakin banyaknya kelompok
terpelajar dari kalangan NU. Pada 1954 NU mendirikan
organisasi pelajarnya yang dinamakan Ikatan Pelajar
Nahdatul Ulama (IPNU). Kebaradaan IPNU kala itu
mengakomodir para pelajar dan juga mahasiswa NU. Setelah
IPNU cukup kuat eksistensinya, Konferensi Besar IPNU di

226
NATION BUILDING (1951-1998)

Yogyakarta pada 1960 menetapkan perlu adanya organsisasi


mahasiswa. Selanjutnya pada 1960 secara resmi PMII berdiri
di Surabaya dengan Mahbub Junaidi sebagai ketua umum, M.
Khalid Mawardi sebagai wakil ketua, dan M. Said Budairy
sebagai sekretaris umum.

Peristiwa 17 Oktober 1952. Peristiwa demonstrasi militer yang


menuntut pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
(DPRS) pada 17 Oktober 1952 di Jakarta. Demonstrasi ini
dilatarbelakangi konflik di dalam angkatan darat karena
adanya pihak-pihak yang tidak setuju dengan kebijakan-
kebijakan A. H. Nasution sebagai KSAD. Anggota DPR
kemudian mengajukan pembubaran kepemimpinan tentara
pusat dan reorganisasi kementrian pertahanan. Tentara pusat
melihat hal ini sebagai upaya campur tangan sipil terhadap
urusan kemiliteran. Dengan membawa banyak massa beserta
tank-tank dan artileri militer. Sukarno berhasil meredakan
demonstrasi dan memecat para pemimpin militer yang
terlibat dalam aksi ini. A. H. Nasution dipecat dari kedudukan
sebagai KSAD sekaligus diskors selama tiga tahun.

Peristiwa Talangsari Lampung. Adalah peristiwa bentrokan antara


kelompok Warsidi dengan aparatur keamanan (TNI-Polri)
yang terjadi di Dusun Talangsari, Lampung. Peristiwa
Talangsari, Lampung tidak terlepas dari Gerakan Usroh pada
masa Orde Baru. Peristiwa ini bermula saat para simpatisan

227
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

gerakan Usroh di bawah Warsidi, salah seorang ustadz yang


melakukan pelarian ke Dusun Talangsari, Lampung. Warsidi
adalah salah satu tokoh penampung para simpatisan Gerakan
Usroh pimpinan Abdullah Sungkar. Di Umbul Cihideung,
Dusun Talangsari III, Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way
Jepara, Kabupaten Lampung Tengah Warsidi bersama
pengikutnya bermaksud mendirikan perkampungan Islam
tempat diterapkannya syariat Islam dalam kampung tersebut.
Sayangnya, keberadaan mereka yang eksklusif dan tidak
berhubungan baik dengan masyarakat menuai kecurigaan
dari pemerintah setempat. Camat Way Jepara, Zulkifli Malik
mencurigai keberadaan mereka dan melaporkan keberadaan
mereka kepada Kapten Sutimans selaku Komandan Rayon
Militer (Danramil) Way Jepara. Warsidi bersama pengikutnya
kerap berceramah dengan nada keras berisi konten-konten
yang ekstrim. Mereka juga mempersiapkan peralatan perang
tradisional seperti bom molotof, golok, dan panah beracun
serta mengadakan latihan-latihan beladiri. Pada 6 Februari
rombongan pejabat lokal dari kalangan militer maupun sipil
mendatangi kelompok Warsidi. Kedatangan mereka disambut
dengan serangan, sehingga bentrok pun tidak dapat
dihindarkan. Dalam bentrokan tersebut satu prajurit Koramil
Way Jepara tewas terbunuh oleh pengikut Warsidi. Pada
tengah malam keesokannya, Kolonel Henderopriyono
memimpin pasukan tiga batalyon. Pada 7 Februari 1989
pasukan menyerang Desa Talangsari tempat kelompok

228
NATION BUILDING (1951-1998)

Warsidi tinggal. Dalam penyerbuan itu sebanyak 246


pengikut Warsidi tewas, termasuk Warsidi di dalamnya.

Peristiwa Tanjung Morawa. Adalah salah satu peristiwa berdarah


yang terjadi di Sumatera Timur pada 16 Maret 1953.
Peristiwa ini berkaitan dengan persoalan tanah perkebunan
tembakau di Deli. Persoalan hak kepemilikan tanah sudah
dimulai ditangani pada 1951 oleh Menteri Dalam Negeri
dalam Kabinet Soekiman, Mr. Iskak, dalam hal ini pemerintah
menyetujui mengembalikan kepada DPV (Deli Planters
Vereniging) sebesar 130.000 hektar dari luasnya yang semula
255.000 hektar. Masalahnya, sebelum persetujuan tersebut
dilaksanakan, Kabinet Soekiman jatuh, sehingga pelaksanaan
selanjutnya dilakukan oleh Kabinet Wilopo. Kampung Tanjung
Morawa yang sebagian besar adalah keturunan Cina
mendadak menolak memenuhi rencana pemerintah.
Penolakan tersebut disambut dengan ultimatum dari
pemerintah dengan memberi batas waktu. Hingga lewat
batas waktu, petani di Tanjung Morawa tidak juga
meninggalkan tanah tersebut sehingga atas perintah
Gubernur Sumatera Utara, A. Hakim meratakan tanah
dengan traktor. Perlakuan pemerintah tersebut mendapat
perlawanan dari para petani. Insiden ini menimbulkan 21
orang terkena sasaran tembakan, enam diantaranya
tewas,sedang lainnya luka berat. Peristiwa ini menimbulkan
jatuhnya Kabinet Wilopo karena dinilai merugikan rakyat.

229
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Peristiwa Tanjung Priok. Adalah peristiwa kerusuhan yang terjadi


pada 12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta. Peristiwa
ini mengakibatkan sejumlah korban tewas dan luka-luka serta
sejumlah gedung rusak terbakar. Peristiwa ini bermula dari
percekcokan antara pengurus Mushola Asa’adah di daerah
Koja, Tanjung Priok dengan oknum aparat militer dan
berujung pada penangkapan empat orang, yaitu Syarifuddin
Rambe, Sofyan Sulaiman, Ahmad Sahi, dan Mohammad Nur.
Kejadian tersebut mendorong Amir Biki untuk menjadi
penengah, tetapi ternyata tidak berhasil. Pada 12 September
1984 diadakan pengajian akbar yang diadakan para ulama di
lingkungan Tanjung Priok. Pengajian tersebut mengusung
kewaspadaan umat Islam dalam menghadapi musuh-musuh
Islam serta meminta kepada pemerintah agar membebaskan
keempat orang yang ditahan. Jika tidak juga membebaskan
keempat orang tersebut, maka umat Islam akan menyerang.
Merasa permintaan tersebut tidak dipenuhi oleh pemerintah,
masa yang berjumlah 1500 orang kemudian menuju Kodim.
Peristiwa ini pada Orde Baru yang mendorong semua
organisasi masyarakat harus menggunakan asas tunggal
Pancasila.

Perjanjian Mutual Security Act (MSA). Adalah perjanjian kerjasama


antara Menteri Luar Negeri di Kabinet Sukiman, yaitu Ahmad
Subarjo dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indoneisa,
Merle Cochran pada 1951. Perjanjian tersebut merupakan

230
NATION BUILDING (1951-1998)

pertukaran antara Nota Keuangan bantuan dari pemerintah


Amerika Serikat dalam bidang ekonomi dan militer dengan
pembatasan kebebasan politik luar negeri Indonesia yang
harus memperhatikan kepentingan luar negeri pemerintah
Amerika Serikat. Perjanjian tersebut mengakibatkan jatuhnya
kabinet Sukiman karena dinilai telah melanggar kebijakan
politik bebas aktif yang mengharuskan Indonesia
menghindarkan diri dari perjanjian internasional yang
menjadikan Indonesia terikat kepada salah satu blok, baik
blok barat maupun blok timur.

Perjanjian New York Indonesia-Belanda 15 Agustus 1962. Adalah


perjanjian puncak perjuangan pembebasan Irian Barat.
Penyelenggaraan perjanjian yang berlangsung di Markas
Besar PBB ini berisi penandatanganan perjanjian antara
pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda.
Pokok persetujuan tersebut adalah sejak tertanggal 1
Oktober 1962 Irian Barat akan diserahkan pada PBB oleh
pemerintah Belanda serta PBB meminta tenaga Indonesia
untuk keamanan di Irian Barat dengan catatan pasukan
Belanda akan berangsur-angsur meninggalkan Irian Barat.
Kemudian pada 1 Mei 1963 pemerintah sementara PBB akan
menyerahkan Irian Barat kepada pemerintah Republik serta
Indonesia menerima kewajiban untuk mengadakan
“penentuan pendapat rakyat” di Irian Barat. Penentuan
pendapai itu untuk menentukan pilihan terhadap Indonesia

231
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

atau Belanda dan kedua belah pihak akan menerima apapun


hasil dari jejak pendapat tersebut.

Perjanjian Persahabatan RI Dengan Persekutuan Tanah Melayu.


Adalah perjanjian persahababatan antara Republik Indonesia
dengan Persekutuan Tanah Melayu dilaksanakan pada 17
April 1959. Perjanjian ini dihadiri oleh Perdana Menteri
Indonesia, Djuanda dan Perdana Menteri Dato Abdul Rozak
sebagai perwakilan dari persekutuan Tanah Melayu.
Perjanjian ini dilakukan karena persekutuan Tanah Melayu
merupakan negara tetangga yang berbatasan paling dekat
dengan Republik Indonesia dan melihat persamaan
pencapaian kemerdekaan yang tidak mudah dan dalam
kondisi sedang menyusun rumah tangga masing-masing.
Selain itu juga dikarenakan keturunan yang sama dan
memiliki bahasa yang sama, begitupun dengan dunia
perdagangan sama-sama penghasil karet dan timah. Dengan
perjanjian ini, meskipun Persekutuan Tanah Melayu tidak ikut
serta dalam Konperensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955,
tetapi perjanjian Persekutuan Tanah Melayu ini menunjukan
nilai tinggi asas-asas konferensi tersebut.

Permina/Pertamina. Perusahaan minyak dan gas bumi milik


pemerintah Indonesia. Perusahaan ini didirikan dengan nama
Permina pada 10 Desember 1957 di bawah pimpinan Ibnu
Sutowo. Selanjutnya pada 1961, pemerintah mendirikan

232
NATION BUILDING (1951-1998)

Pertamin, menyusul adanya aturan bahwa pertambangan


minyak dan gas bumi hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah. Permina dan Pertamin pada 1968 digabungkan
dengan nama Perusahaan Negara Pertamina (PN Pertamina).
Status hukum Pertamina berubah menjadi Persero pada
2003. PT Pertamina (Persero) juga mengalami perubahan
substansial setelah dikeluarkan Undang-Undang (UU) No.
22/2001 tentang migas. Dengan ndang-undang ini PT
Pertamina tidak lagi menjadi pengatur sekaligus pemain
usaha perminyakan tetapi menjadi perusahaan biasa yang
harus menghadapi kompetisi.

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Adalah organisasi yang


menghimpun guru-guru di berbagai tingkatan dasar,
menengah pertama, maupun menengah atas. Pendirian
organisasi ini tercetus pada saat penyelenggaran Kongres
Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta.
Melalui kongres ini semua organisasi dan kelompok guru
sepakat dihapuskan dan disatukan dalam satu wadah
organisasi. Dalam kongres inilah, pada 25 November 1945
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan. Tujuan
pendirian PGRI di antaranya, mempertahankan dan
menyempurnakan Republik Indonesia, mempertinggi tingkat
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar
kerakyatan, membela hak, dan nasib buruh umumnya dan
guru khusunya.

233
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti). Salah satu partai politik yang


didirikan pada 1928. Para pendirinya guru yang mengajar di
lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional di Sumatera
Barat, seperti di surau dan madrasah. Pada masa
kemerdekaan, Persatuan Tarbiyah Islamiyah mendeklarasikan
diri sebagai partai politik. Partai ini menjadi salah satu
pendukung setia sistem Demokrasi Terpimpin. Di samping itu,
agak berbeda dengan partai-partai politik Islam lainnya, Perti
mampu membangun hubungan yang baik dengan PKI. Hal ini
membuat Perti sering kali dianggap kiri. Kedekatan Perti
dengan Sukarno dan PKI memunculkan berbagai kesulitan
bagi partai ini di awal pemerintahan Suharto. Pada saat
pemerintah mengeluarkan kebijakan penyederhanaan partai
politik, sebagian anggota Perti bergabung dengan PPP,
sebagian yang lain memilih bergabung dengan Golkar.

Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI). Perwari didirikan


pada 17 Desember 1945 saat dilangsungkannya Kongres
Wanita I di Klaten, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh
berbagai organisasi wanita kala itu, seperti Perwani, Wani,
Muslimat NU, Aisyiyah, Wanita Katolik, Wanita Taman Siswa,
dan beberapa organisasi perempuan lainnya. Berdasarkan
kongres tersebut, disepakati membentuk suatu wadah
organisasi wanita yang dapat menghimpun seluruh kalangan.
Sejak saat itulah digagas pembentukan Perwari sebagai
organisasi yang bersifat nasional. Tujuan pembentukan

234
NATION BUILDING (1951-1998)

Perwari untuk memperjuangkan penyempurnaan


hak/kewajiban dan peningkatan harkat martabat serta
kedudukan wanita Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Organisasi ini
juga turut aktif dalam berbagai kegiatan yang diprogramkan
pemerintah dalam bidang organisasi, bidang pendidikan,
bidang hukum, bidang kesehatan, lingkungan hidup, bidang
sosial ekonomi, dan bidang hubungan luar negeri.

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Adalah organisasi profesi


wartawan yang dibentuk pada 9 Februari 1946. Dibentuknya
PWI sebagai wadah aspirasi perjuangan wartawan dan pers
Indonesia. Kelahiran PWI dalam arus kemerdekaan Indonesia
melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan
Indonesia dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Dengan
dibentuknya PWI, wartawan dan pers semakin teguh dalam
menampilkan dirinya sebagai bagian dari perjuangan nasional
menentang kembalinya kolonialisme. Selain itu, PWI
berperan dalam membenahi masalah kewartawanan dengan
penerbitan kartu anggota, kartu pers, dan pendidikan
kewartawanan yang dimulai sejak 1971. PWI juga berperan
penting dalam menjalin kerjasama luar negeri, khususnya
dengan wartawan-wartawan di ASEAN.

Persitiwa Tiga Daerah. Pergolakan yang muncul di Tegal, Brebes, dan


Pekalongan Jawa Tengah pada Oktober 1945. Peristiwa ini

235
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

terjadi akibat masyarakat merasa tidak puas secara sosial dan


ekonomi terhadap elite birokrasi setempat. Tujuan dari
pergolakan rakyat tersebut adalah mencegah kembalinya
Belanda dan negara-negara lain yang ingin menjajah
Indonesia melalui bantuan para elite birokrasi daerah,
memecat para elite birokrasi dan menggantinya dengan
penguasa Indonesia yang berbeda nilai dan sikapnya, dan
menghancurkan seluruh tatanan sosial yang dipakai Belanda.
Target dari sasaran perlawanan rakyat bukan hanya elite
birokrasi, melainkan juga orang-orang keturunan Cina dan
Eropa yang berkesempatan hidup secara berkecukupan dan
juga dianggap menikmati sistem kolonial. Banyak korban
meninggal dari pihak elite birokrasi dan juga orang-orang
keturunan Cina dan Eropa. Salah satu tokoh paling tersohor
dalam Peristiwa Tiga Daerah adalah Kutil yang berasal dari
Tegal. Kutil alias Sakyani ialah pelempar isu-isu yang isinya
menghasut rakyat sehingga dampaknya rakyat menaruh
dendam terhadap para elite birokrasi.

Pertempuran Laut Aru 15 Januari 1962. Adalah pertempuran yang


terjadi di wilayah perairan Irian Barat antara satuan kapal
ALRI dan armada kapal perang Belanda. Pimpinan
pertempuran tersebut adalah Yos Soedarso yang menempati
Kapal RI Macan Tutul. Pertempuran ini diawali dengan
melintasnya pesawat-pesawat terbang milik Belanda yang
berhasil meluncurkan tembakan-tembakan meriam dan

236
NATION BUILDING (1951-1998)

menghancurkan kapal-kapal milik Republik Indonesia. Yos


Soedarso memberikan perintah untuk melakukan manoeuvre
dan menjadikan RI Macan Tutul sebagai satu-satunya sasaran
tembakan dari Belanda untuk menyelamatkan kapal yang
lain. Siasat RI Macan Tutul ini berhasil, tetapi menyebabkan
tenggelam dan terbakarnya kapal tersebut bersama dengan
Komodor Yos Soedarso dan Kapten Wiratno serta beberapa
awak kapalnya. Sebelum Komondor Yos Soedarso meninggal
di medan perang, ia masih sempat memberikan komando
yang berisi, “kobarkan semangat pertempuran”.

Perundingan Triparit. Adalah perundingan yang diselenggarakan


guna menyelesaikan permasalahan Timor Timur. Dalam
Perjanjian Triparit yang disahkan pada 5 Mei 1999 di New
York, Indonesia, Portugal, dan PBB bersepakat untuk
menjalankan jajak pendapat. Jajak pendapat rakyat Timor
Timur akan menentukan nasib mereka sendiri. Tindak lanjut
atas perundingan tersebut, dibentuklah United Nation
Mission in East Timor (UNAMET) pada 11 Juni 1999. Habibie
dan Kofi Anan bersepakat untuk merahasikan hasil jajak
pendapat ini. Jajak pendapat dilaksanakan pada 30 Agustus
1999 sesuai dengan Persetujuan New York. Hasil jajak
pendapat adalah 78.5 % menolak bergabung dengan
Indonesia dan 21,5 % menerima bergabung.

237
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Petisi 50 (5 Mei 1980). Adalah sebuah pernyataan protes terhadap


pemerintahan Orde Baru yang telah menggunakan Pancasila
untuk kepentingan politik semata. Petisi tersebut ditulis
sebagai “ungkapan keprihatian” yang kemudian
ditandatangani oleh 50 orang tokoh terkemuka di Indonesia.
Ali Sadikin dan Hoegeng adalah tokoh yang ikut
menandatangani petisi tersebut. Isi ungkapan keprihatinan
menyatakan keprihatinan terhadap pidato-pidato Presiden
yang mengungkapkan prasangka terhadap rakyat akan pihak
yang ingin mengganti Pancasila; menggunakan Pancasila
sebagai ancaman terhadap lawan-lawan politik;
membenarkan tindakan-tindakan yang tidak terpuji oleh
pihak yang berkuasa dengan menggunakan Sapta Marga dan
Sumpah Prajurit; meyakinkan ABRI untuk memihak dan tidak
berdiri di atas seluruh golongan masyarakat, melainkan
memilih-milih teman berdasarkan pertimbangan pihak yang
berkuasa.

Pham Van Dong. Pham van Dong (1 Maret 1906-29 April 2000)
adalah orang dekat Ho Chi Minh. Ia menjabat
sebagai perdana menteri Vietnam Utara dari 1955 sampai
1976, dan perdana menteri seluruh Vietnam dari 1976
sampai ia pensiun pada 1987 di bawah pemerintahan Le
Duan dan Nguyen Van Linh. Setelah kekalahan Jepang,
pasukan nasionalis melawan pasukan kolonial Perancis dalam
Perang Indocina Pertama yang berlangsung dari 1945 sampai

238
NATION BUILDING (1951-1998)

1954. Perancis mengalami kekalahan besar dalam


Pertempuran Dien Bien Phu pada 1954. Selama 1954 ia
menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar
Negeri. Pada 1955, Dong ditunjuk sebagai Perdana Menteri.
Ia dikenal sebagai salah satu pemimpin Vietnam Utara selama
perang dengan AS dan diketahui memiliki hubungan dekat
dengan pemerintah China, yang membantu mendanai konflik
dengan Vietnam Selatan.

Piagam Perjuangan Rakyat Semesta. Gerakan separatis yang


dipimpin oleh Letnan Kolonel H. N. V. Sumual di Sulawesi
Selatan pada 2 Maret 1957. Dalam piagam ini ia
menyampaikan ikrar untuk menyelesaikan Revolusi
Indonesia. Piagam Rakyat Semesta kemudian berkembang
menjadi pemberontakan terhadap pemerintah pusat untuk
menuntut otonomi daerah. Untuk menumpas gerakan ini,
pemerintah melancarkan operasi gabungan dengan nama
Operasi Merdeka dibawah pimpinan Letnan Kolonel Rukmito
Hendraningrat. Pada pertengahan 1961 sisa-sisa Permesta
menyerahkan diri.

Pidato Terakhir Presiden Sukarno 1966. Pada 17 Agustus 1966


Presiden Sukarno mengucapkan pidato terakhirnya yang
terkenal dengan pidato “Jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah” atau dikenal dengan JASMERAH. Sukarno

239
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

mengucpkan pidato tersebut di depan rakyat dari halaman


Istana Merdeka.

Pierre Andreas Tendean. Kapten Czi. (Anumerta) Pierre Andreas


Tendean (21 Februari 1939-1 Oktober 1965) adalah seorang
perwira militer Indonesia yang menjadi salah satu korban
peristiwa Gerakan 30 September. Ia ditangkap oleh
gerombolan G30S yang mengira dirinya Nasution. Nasution
sendiri berhasil melarikan diri dengan melompati pagar.
Tendean dibawa ke Lubang Buaya bersama enam perwira
tinggi lainnya. Mengawali karier militer dengan
menjadi intelijen dan kemudian ditunjuk sebagai
ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution dengan
pangkat letnan satu, ia dipromosikan
menjadi kapten anumerta setelah kematiannya. Tendean
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan
bersama enam perwira korban Gerakan 30
September lainnya, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi
Indonesia pada 5 Oktober 1965.

Pokja Petisi 50 (13 Mei 1980). Adalah kelompok yang muncul dalam
rangka mengoreksi kebijakan Orde Baru yang dinilai telah
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945. Pihak-pihak yang
termasuk dalam petisi 50 adalah pimpinan Angkatan Laut, Ali
Sadikin, mantan Gubernur DKI Jakarta, mantan Perdana
Menteri Mohammad Natsir, dan Menteri Perindustrian Ir. H.

240
NATION BUILDING (1951-1998)

M. Sanusi. Petisi 50 merespon Peristiwa Tanjung Priok dan


membuat Panitia Kecil dengan diketuai oleh H.R. Dharsono
dan anggotanya Sjafrudin Prawiranegara, Slamet Branata,
Anwar Harjono, dan A.M. Fatwa yang mengeluarkan
Lembaran Putih koreksi kesalahan pemerintah yang
menyimpang dari UUD 1945 dan asas tunggal Pancasila,
namun ketiga orang yang menandatangai Lembaran Putih itu
dijatuhi hukuman dengan tuduhan berbeda. Hingga
puncaknya, Petisi 50 dituduh melakukan Kudeta
Konstitusional yang akan mengubah ideologi Pancasila.

Politik Bebas Aktif. Adalah konsep politik luar negeri yang digunakan
oleh Indonesia. “Bebas” berarti bebas menentukan sikap ke
masalah-masalah internasional dan lepas dari pengaruh Blok
Timur dengan paham komunisnya dan Blok Barat dengan
paham liberalnya. Sedangkan arti kata “aktif” adalah selalu
aktif dalam membina perdamaian dunia internasional.
Setelah diproklamasikannya kemerdekaan tahun 1945, dalam
rangka menjalan roda pemerintahan, pemerintah RI
memegang prinsip politik ini. Prinsip politik ini mengharuskan
RI menjalin hubungan luar negara. Selama menjalankan
prinsip politik tersebut RI menjalin hubungan bilateral
dengan beberapa Negara, termasuk Belanda. Pemilihan
prinsip politik ini dilandasi oleh kebutuhan akab dukungan
dari luar negeri untuk mempertahankan kemerdekaan.
Prinsip politik tersebut dijalankan oleh pemerintah hingga

241
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

1949 yang menghasilkan beberapa peristiwa penting.


Diantara keterlibatan PBB dalam mebahas masalah RI yang
menghasilkan perjanjian, seperti perjanjian Linggarjati tahun
1947, pembentukan Komisi Tiga Negara (KTN) dari 1947
hingga perundingan Renville. Politik bebas-aktif adalah
prinsip politik damai dan bersedia melakukan perundingan
untuk menyelseikan persoalan politik dan sikap berperang
untuk membela diri apabila diserang. Politik bebas-aktif
berakhir pada 1949.

Poniman. Jenderal TNI (Purn) Poniman lahir di Surakarta, Jawa


Tengah, 18 Juli 1926. Pendidikan militernya diawali dari
bergabung dengan PETA pada 1944, diselesaikan dari SSKAD
V Bandung pada 1956, dan Seskoad Bandung pada 1964.
Setelah menyelesaikan pendidikan militer ia menjadi Kepala
Seksi (Kasi) Pendidikan Yon Divisi Siliwang, Danki Divisi
Siliwangi, hingga pada 1966 menjadi Pangdam III 17 Agustus.
Puncak karier militer Poniman saat menjabat sebagai
Pangkostrad selama 1973-1974, kemudian menjadi Kepala
Staf TNI Angkatan Darat 1980-1983. Ia kemudian dipanggil
untuk memenuhi jabatan politik dan menjabat sebagai
Menteri Pertahanan periode 1983-1988. Poniman telah
memperoleh 14 bintang kehormatan antara lain Bintang
Mahaputra Adi Pradana, Bintang Dharma, dan 9 tanda jasa
diantaranya adalah Satya Lencana Perang Kemerdekaan I dan
II. Ia meninggal di usia 83 tahun pada 30 April 2010.

242
NATION BUILDING (1951-1998)

Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Adalah kegiatan kesehatan


dasar yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat
yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu memiliki
lima program, yaitu kesehatan Ibu dan anak/KIA, keluarga
berencana/KB, gizi, penangulangan diare, dan imunisasi.
Dalam perkembangan selanjutnya Posyandu bukan saja
untuk pelayanan balita, tetapi juga difungsikan untuk
pelayanan ibu hamil, bahkan pada waktu-waktu tertentu
Posyandu dimanfaatkan untuk promosi dan distribusi vitamin
A, garam yosium dan suplemen gizi. Posyandu menjadi garda
terdepan dalam upaya pencegahan penyakit, khususnya pada
ibu dan anak. Konsep Posyandu terus mengalami
perkembangan pesat, bahkan negara Amerika Latin,
Honduras mengadopsi konsep ini.

Prabowo Subianto. Dikenal sebagai mantan Panglima Kostrad TNI AD


yang kemudian aktif sebagai politisi dan juga seorang
pengusaha. Ia lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951. Ayahnya
adalah seorang ahli ekonomi Indonesia, Soemitro
Djojohadikoesoemo. Dalam karier militernya, Prabowo
mencetak berbagai prestasi. Ia merupakan komandan
termuda dalam operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Pada
1983 ia menjabat sebagai Wakil Detasemen Penanggulangan
Teror Komando Pasukan Khusus (Kopassus) kemudian
sebagai Komandan Kopasus pada 1995, dan Komandan
Jenderal Kopasus pada 1996. Tugas terakhirnya di TNI AD

243
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

adalah Panglima Kostrad, menjelang kejatuhan Soeharto


pada 1998. Prabowo mendirikan Partai Gerakan Indonesia
Raya pada 6 Februari 2008. Ia mencalonkan diri sebagai wakil
presiden mendampingi Megawati pada Pemilu 2009 tetapi
gagal. Ia kembali gagal terpilih ketika maju sebagai Calon
Presiden pada Pemilu 2014.

Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan yang Lahir di Blora, Jawa


Tengah, pada 6 Februari 1925. Ia secara luas dianggap
sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam
sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan
lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41
bahasa asing. Pram, begitu ia disapa pernah mendekam di
penjara selama pemerintahan Orde Lama dan diasingkan
oleh Orde Baru ke Pulau Buru karena keterlibatannya dalam
Lekra, organisasi yang berafiliasi dengan PKI. Ada beberapa
karya Pram yang terkenal, diantaranya Bumi Manusia, Jejak
Langkah, Gadis Panta, dan Arok Dedes.

Pranoto, Mayor Jenderal. Pelaksana tugas Menteri Panglima


Angkatan Darat pada 1965. Pranoto memiliki latar belakang
pendidikan Muhammadiyah. Ia menjadi guru sekolah
menengah setelah menyelesaikan pendidikannya di HIK
Muhammadiyah pada 1943. Karier militernya dimulai ketika
ia bergabung dalam PETA yang merupakan cikal bakal TNI.
Dalam kurun waktu 1962-1965, ia menjabat sebagai Asisten

244
NATION BUILDING (1951-1998)

III Menteri Panglima Angkatan Darat. Pranoto kemudian


bertugas sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat
menggantikan Jenderal Ahmad Yani yang gugur pada
peristiwa G30S. Setelah masa pemerintahan Soekarno
berakhir, Mayor Jenderal Pranoto dituduh terlibat dalam
G30S, dan ditahan pada 1966. Ia dibebaskan pada 1981,
tetapi dicopot dari TNI. Pranoto wafat pada 9 Juni 1992.

Prawotomangkusasmito. Lahir di desa Tirto, Grabag Magelang 4


Januri 1910 (dan meninggal 24 Juli 1970 pada umur 60
tahun). Ia adalah seorang aktivis Islam Indonesia, Wakil
Perdana Menteri Indonesia kesembilan dan Ketua
Umum Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang terakhir.
Beliau juga pernah menjadi pejabat Ketua Badan
Pekerja KNIP selama Indonesia menjadi negara serikat
menggantikan Assaat yang menjadi pejabat
Presiden RIS sampai 15 Agustus 1950. Prawoto
Mangkusasmito adalah ketua Masyumi yang terakhir,
sebelum dibubarkan Sukarno dengan tanpa alasan yang jelas
lewat Keputusan Presiden RI No. 200/1960 tertanggal 17
Agustus 1960 (dan merujuk Penetapan Presiden No.7/1959).

Probowinoto. Basoeki Probowinoto lahir di Tempurung


(Tlogomulyo), Grobogan, Purwodadi, 19 Januari 1917 adalah
seorang Pendeta GKJ, Pendiri Parkindo, dan beberapa
gerakan dalam dan antar-agama di Indonesia. Berkaitan

245
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

dengan kiprahnya di bidang politik. Ia cukup menonjol di


antara beberapa pemikir Kristen, khususnya dari kalangan
rohaniwan. Dengan statusnya sebagai pendeta,
keberaniannya mengumpulkan beberapa tokoh Kristen untuk
membentuk wadah bagi perjuangan kemerdekaan adalah
salah satu karakternya yang menonjol. Di bawah ancaman
kepada Belanda, Probowinoto membangun kontak dengan
tentara Jepang untuk menjelaskan posisi Kristen secara lebih
obyektif. Dengan langkah yang cukup bijaksana, Probowinoto
senantiasa mendorong Kristen untuk berpihak kepada
Republik, demi kemerdekaan.

Program Wajib Belajar. Adalah program pemerintah Orde Baru


dalam bidang pendidikan. Program ini diawali dengan
pembangunan SD Inpres di seluruh Indonesia sehingga semua
wilayah memiliki SD Inpres. Program ini dicanangkan pada 2
Mei 1984 dengan program wajib belajar enam tahun atau
setingkat Sekolah Dasar (SD). Dalam sambutan peresmiannya
Presiden Soehato menyatakan bahwa kebijakan pemerintah
untuk memberikan kesempatan seadil-adilnya kepada
seluruh anak Indonesia yang berusia 7-12 tahun untuk
menikmati pendidikan dasar. Program ini terbukti dapat
menurunkan jumlah penduduk yang buta huruf dari tahun ke
tahun. Pemerintah Orde Baru juga menggulirkan program
beasiswa kepada siswa yang tidak mampu namun

246
NATION BUILDING (1951-1998)

berprestasi. Salah satu program beasiswa terkenal adalah


beasiswa Supersemar.

Proklamasi Balibo. Adalah proklamasi yang dicetuskan oleh rakyat


Timor Timur pada 17 Desember 1975, berisi ketegasan rakyat
Timor Timur untuk bersatu dengan bangsa Indonesia menjadi
provinsi ke-27. Proklamasi tersebut adalah langkah yang
diambil setelah melihat tindakan Fretelin yang semakin lama
semakin sewenang-wenang sehingga seluruh rakyat
mengemukakan keinginan Proklamasi kemedekaan. Teks
Proklamasi Balibo dikeluarkan pada 30 November 1975 dan
diserahkan secara resmi kepada pemerintahan Indonesia
yang pada waktu itu diwakili oleh Menteri Luar Negeri Adam
Malik pada 1 Desember 1975. Proklamasi tersebut
ditandatangani oleh wakil dari APODETI, UDT, KOTA dan
Partido Trabalhista. Setelah peristiwa tersebut mulailah
dibentuk pemerintahan sementara dengan Arnold Dosreis
Araujo sebagai Ketua Eksekutif. Selain itu menjadikan
Guilherme Maria Convalves sebagai ketua Dewan Perwakinan
Rakyat Timor-Timor. Proklamasi menandai pembentukan
pemerintah sementara secara de facto dan de jure,
kekuasaan Portugal di Timor Timor telah berakhir dan beralih
kepada Pemerintah Sementara Timor Timur (PSTT).

Proklamasi PRRI 15 Februari 1958. Proklamasi Pemerintah


Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) adalah proklamasi

247
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

yang dikumandangkan oleh Kolonel Achmad Husein setelag


dipecat oleh Sidang Dewan Menteri pada 11 Februari di
Padang. Proklamasi PRRI bersamaan dengan pembentukan
kabinet pemerintahan yang mengangkat Sjafrudin
Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Proklamasi PRRI ini
menyebabkan pemerintah Republik Indonesia mengambil
keputusan untuk menyelesaikannya dengan kekuatan
senjata. Penyelesaian pemerintah terhadap PRRI dilakukan
dengan berbagai cara, daerah Sumatera Barat dilancarkan
Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Brigasir Ahmad Yani.
Pada 17 April, padang berhasil dikuasai, kemudian disusul
pada 4 Mei penguasaan terhadap daerah Bukit Tinggi. Pada
16 Mei 1961, Achmad Husein melaporkan diri dengan
pasukannya disusul oleh tokoh PRRI yang lain, baik militer
maupun sipil.

Pujangga Baru. Adalah kelompok sastra dan bahasa yang muncul


1930-an sebagai reaksi dari banyaknya sensor Commissie
voor de Volkslectuur (kini menjadi Balai Pustaka)
Pemerintahan Belanda. Komisi tersebut menyensor karya
sastra yang berikatan dengan rasa nasionalisme dan
kesadaran berbangsa. Kelompok yang membuat majalah
dengan menggunakan “Poedjangga Baroe” sebagai nama dari
majalah tersebut. Perintis Poedjangga Baru dipimpin oleh
Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane.
Majalah tersebut terbit sejak 1933-1942, dan berhasil

248
NATION BUILDING (1951-1998)

menerbitkan 90 edisi serta memiliki 150 pelanggan. Sejak


adanya pendudukan Jepang, majalah tersebut ditutup karena
dianggap kebarat-baratan dan progresif, tetapi pada 1954-
1962 majalah tersebut terbit kembali. Dalam perkembangan
sastra dan bahasa majalah tersebut merefleksikan satu
periode sastra dan Bahasa Indonesia dengan sebutan
Angkatan Pujangga Baru. Angkatan ini dinilai menjadi
“bapak” sastra modern Indonesia. Ciri yang menonjol dalam
pujangga baru adalah menggunakan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa dalam bersastra, menceritakan kehidupan
masyarakat kota, persoalannya berisi masalah masyarakat
seperti emansipasi perempuan dan strata sosial yang ada di
masyarakat, berupaya melahirkan budaya nasional, serta
menonjolkan nasionalisme, romantisme, dan intelektualisme
dalam setiap karyanya. Karya sastra yang terkenal dari
Angkatan Pujangga Baru adalah Layar Terkembang karangan
Sutan Takdir Alisjahbana.

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Adalah sarana


pelayanan kesehatan masyarakat yang digunakan sebagai
unit pelaksana teknis penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan terhadap masyarakat. Penerapan
pengembangan Puskesmas dimulai pada 1968 dalam Rapat
Kerja Nasional di Jakarta dalam rangka mengorganisasi sistem

249
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

pelayanan kesehatan. Sebelum berdirinya puskesmas


beberapa balai kesehatan telah berdiri seperti Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengobatan (BP), tetapi
balai kesehatan tersebut masih berjalan sendiri dan tidak
teroganisir. Jadi pada 1979 mulai dirintis pembangunan
Puskesmas di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa.
Hingga kini puskesmas telah ada ditiap kecamatan di seluruh
Indonesia.

-R-

Raden Eddy Martadinata. Adalah salah satu pahlawan Angkatan Laut


Indonesia. Ia pernah menjadi Menteri/Panglima Angkatan
Laut masa Presiden Sukarno pada 1959. Pemilik nama
lengkap Raden Eddy Martadinata lahir di Bandung, 29 Maret
1921. Ia bersekolah di sekolah pelayaran milik pemrintah
Hindia Belanda, Zeevaart Technische School pada 1941, tetapi
tidak lulus dan mengikuti pendidikan pelayaran Militer
Jepang sehingga menjadi Nahkoda Kapal Latih Dai 28 Sakura
Naru (1943-1944). Karier di Angkatan Laut dimulai pada
Agustus 1945. Pada awal tahun 1950-an R.E. Martadinata
turut memadamkan pemberontakan Andi Aziz di Sulawesi
Selatan. Peran Karier kelautan meningkat setelah mengikuti
pendidikan United States Navy Post Graduate School di
Amerika Serikat. Tak lama setelah peristiwa Gerakan 30
September 1965, ia mengundurkan diri sebagai

250
NATION BUILDING (1951-1998)

Menteri/Panglima Angkatan Laut pada Februari 1966.


Selanjutnya pada tahun yang sama ia diangkat menjadi Duta
Besar Luar Biasa RI untuk Pakistan dan tewas dalam
kecelakaan pesawat helikopter di Riung Gunung, Bogor.

Radius Prawiro. Adalah Menteri Koordinator Bidang Ekonomu,


Keuangan, Industri dan Pengawasan Pengembangan, Industri
dan Pengawasan Pembangunan Indonesia periode 1988-
1992, Menteri Keuangan Republik Indonesia pada 1983-1988,
Menteri Perdagangan Republik Indonesia pada 1973-1983,
dan pernah menjadi Gubernur Bank Indonesia pada 1966-
1968. Kariernya dimulai dari pendidikan di Nederlandsce
Economische Hogeschol di Rotterdam dan menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di
Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan, Radius menjadi
Sekretaris Badan Keamanan Rakyat di Yogyakarta pada 1945.
Dalam bidang keuangan Radius mengawali menjadi Pegawai
Teknis Direktorat Akuntan Negara pada 1960-1960 hingga
1965 menjadi Menteri Pemeriksa Keuangan Negara /BPK dan
Deputi Menteri Urusan Bank Sentral pada 1965, kemudian
barulah menjadi menteri dalam Kabinet Republik Indonesia.
Ia meninggal di Jerman dalam usia 76 tahun dan dimakamkan
di taman Makam Pahlawan Kalibata.

Rahmat Muljoamiseno. Rachmat Mulyomiseno dilahirkan di


Temanggung, Jawa Tengah pada 9 Juni 1919. Ia adalah

251
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Menteri Perdagangan pada masa kepemimpinaan Presiden


Sukarno. Rahmat dipilih sebagai menteri perdagangan,
diawali oleh kariernya di perbangkan dengan mengikuti Kurus
perbankan di Syomin Ginko yang sekarang menjadi Bank
Rakyat Indonesia, sehingga menjadi Bendaraha serikat buruh
Bank Rakyat Indonesia dan tiga tahun kemudian dia menjadi
Ketua Perhimpunan Bank-Bank Swasta nasional sejak 1952-
1957 dengan ini ia menjadi Wakil Ketua Dewan Ekonomi
Pusat yang kemudian mengantarkannya menjadi Menteri
Perdagangan. Selain di dunia ekonomi, sejak 1953 ia resmi
bergabung dengan partai NU karena tertarik gagasan partai
tersebut dan pada 1971 ia menjadi angora DPR/MPR hingga
1987 mewakili Partai NU dan kemudian menjadi Partai
Persatuan Pembangungan. Ia meninggal pada 1984.

Ramos Horta. Salah satu peraih nobel perdamaian dan merupakan


presiden ke-2 Negara Timor Leste. Ramos Horta lahir di Dili
pada bulan Desember 1949. Ia memiliki darah Timor dan
Portugis. Ramos Horta terlibat aktif dalam Associacao Social
Democrata (ASDT) yang kemudian berganti nama menjadi
Fretilin (Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente).
Selama Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia, Ramos
Horta menjadi pelarian politik yang tinggal dan mendapatkan
perlindungan di Australia. Ramos Horta kembali ke Dili pada
bulan Desember 1999 dan bekerja sama dengan UNTAET
yang dibentuk PBB sebagai pemerintah transisi sebelum

252
NATION BUILDING (1951-1998)

Timor Leste merdeka sepenuhnya. Setelah kemerdekaan


Timor Leste ia ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri. Pada
2007 Ramos Horta terpilih menjadi Presiden ke dua Timor
Leste.

Rasuna Said, Hajjah Rangkayo. Adalah perempuan perintis


kemerdekaan asal Sumatra Barat yang aktif berjuang melalui
Sarekat Rakyat. Peranannya juga banyak dikenal dalam
Persatuan Muslim Indonesia (PERMI). Rasuna Said dikenal
sebagai seorang orator ulung dan kritis. Berkat
keberaniannya tersebut ia pernah ditangkap dan dipenjara
pada 1932 di Penjara Semarang. Pada masa pendudukan
Jepang di Indonesia, Rasuna Said turut serta dalam
mendirikan organisasi Pemuda Nippon Raya di Padang.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan dia kembali aktif dalam
dunia politik, tercatat ia pernah menduduki beberapat
jabatan penting, diantaranya anggota Dewan Perwakilan
Sumatera mewakili Sumatera Barat, anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), dan
anggota Dewan Pertimbangan Agung. Rasuna Said lahir pada
14 September 1910 di Maninjau, Sumatra Barat dan wafat di
Jakarta pada 2 November 1965. Rasuna Said mengawali
karier pendidikannya di Sekolah Desa di Maninjau. Setelah itu
ia melanjutkan studinya ke Madrasah Diniyah Puteri, Padang
Panjang. Rasuna Said juga pernah belajar secara pribadi
kepada Haji Abdul Malik Karim Amrullahm (Hamka).

253
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Kemudian ia kembali menempa dirinya di Sekolah Thawalib,


Maninjau. Saat berusia 23 tahun Rasuna Said menuntut ilmu
di Islamic Collage yang dipimpin oleh Muchtar Yahya.

Ratu Aminah Hidayat. Adalah istri dari kolonel Hidayat kepala Staf
Komandemen. Sosok yang sangat mengagumi pemikiran
Sukarno ini aktif di bidang politik sebagai ketua umum Partai
IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia). Ia
merupakan satu-satunya perempuan dengan jabatan sebagai
ketua umum dari 10 parpol konstestan Pemilu yang sudah
sejak 30 tahun lalu tidak perempuan yang menjadi ketua
umum atau sekjen partai politik (parpol). Perempuan
kelahiran 1905 ini, selain menjadi ketua umum parpol, juga
menjadi pendiri Persatuan Kaum Ibu Tentara (PKIT) pada 3
Apri 1946. PKIT adalah cikal bakal Persit Kartika Chandra
Kirana. Pendirian PKIT terdorong oleh keinginan Ratu Aminah
Hidayat untuk menggerakkan para Istri Prajurit melakukan
sesuatu guna membantu prajurit di dalam melaksanakan
tugasnya.

Raymond Westerling. Raymond Pierre Paul Westerling lahir di


Istanbul, Kesultanan Utsmaniyah, 31 Agustus 1919 dan
meninggal di Purmerend, Belanda, pada 26 November
1987 di usia 68 tahun. Ia adalah komandan pasukan
Belanda yang terkenal karena memimpin Pembantaian
Westerling (1946-1947) di Sulawesi Selatan dan percobaan

254
NATION BUILDING (1951-1998)

kudeta APRA di Bandung, Jawa Barat. Pada 20 Juli 1946,


Westerling diangkat menjadi komandan pasukan khusus. Di
Makassar, Westerling membantai para penduduk dengan
tidak mengindahkan peraturan perang. Westerling kemudian
diberhentikan dari militer. Pada 1949, Westerling secara
diam-diam mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai
pengikut sekitar 500.000 orang. Di Jawa Barat, Westerling
bersama anak buahnya secara membabi buta menembak
mati setiap orang yang mereka temukan di jalan.

Reformasi. Adalah perubahan secara drastis untuk melakukan


perbaikan dalam tatanan masyarakat atau negara. Di
Indonesia Reformasi terjadi pada masa pasca-Orde Baru
(1998) ketika semakin menguatnya krisis ekonomi yang
melanda Asia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
reformasi diartikan sebagai perubahan secara drastis untuk
perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu
masyarakat atau negara. Pengunduran diri Presiden Soeharto
sebagai presiden pada 21 Mei 1998 menandai roda reformasi
mulai bergulir. Reformasi di Indonesia berlangsung dengan
dukungan berbagai kekuatan guna menata kehidupan politik,
sosial, dan ekonomi dengan menciptakan landasan stabilitas
politik.

Republik Indonesia Serikat (RIS). Adalah suatu negara federasi yang


berdiri sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar

255
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

antara Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal


Overleg (BFO), dan Belanda. Wilayah RIS meliputi seluruh
daerah Indonesia, terbagi menjadi beberapa negara bagian,
termasuk Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia
Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa timur, Negara
Madura, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan,
serta satuan-satuan kenegaraan yang tegak sendiri seperti
Jawa tengah, Bangka, Belitung, dan beberapa daerah lain.
Kedaulatan Republik Indonesia Serikat diakui pada 27
Desember 1949, dengan Sukarno sebagai Presiden Republik
Indonesia Serikat dan Mohammad Hatta sebagai perdana
menteri RIS serta Ratu Belanda sebagai pimpinan Simbolis.
KNIP kemudian mengangkat Assaat Datuk Mudo, ketua KNIP,
sebagai pemangku jabatan Presiden Indonesia.
Penandatanganan kedaulatan RIS dilakukan di Belanda,
bersamaan dengan penantandatanganan naskah penyerahan
kekuasaan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX di Jakarta.
Wacana untuk kembali bersatu dalam satu bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dimulai oleh Negara
Indonesia Timur (NIT), dan pemerintah Negara Sumatra
Timur (NST). Pada 8 April 1950 diadakan konferensi segitiga
antara RIS-NIT-NST. Pada 17 Agustus 1950, bertepatan
dengan momen kemerdekaan, Presiden Sukarno
menandatangani rancangan UUD yang kemudian dikenal
sebagai Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
1950 (UUDS 1950). Dengan ditandanganinya rancangan

256
NATION BUILDING (1951-1998)

UUDS, maka secara resmi RIS dibubarkan, dan dibentuk


kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Revolusi Hijau. Proses memodernisasi pertanian gaya lama menjadi


pertanian gaya modern dengan melakukan pengembangan
bibit dan perubahan pola pertanian dari pertanian subsiten
menuju pertanian berbasis kapital dan komersil. Peningkatan
produksi pangan dan produksi pertanian mencanangkan
empat usaha pokok yang meliputi: intensifikasi pertanian,
ekstensifikasi pertanian, diservikasi pertanian, dan
rehabilitasi pertanian. Revolusi Hijau ditandai dengan
semakin berkurangnya ketergantungan petani pada cuaca
dan keadaan alam, digantikan dengan peran ilmu
pengetahuan dan teknologi. Revolusi Hijau sesungguhnya
tidak hanya menyangkut bidang pertanian, tetapi juga
meliputi bidang perkebunan, peternakan, perikanan, dan
perhutanan. Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang
yang pada akhirnya meluas ke negara-negara di Afrika dan
Asia, Indonesia khususnya. Gerakan Revolusi Hijau di
Indonesia dimulai pada masa pemerintahan Presiden
Suharto. Revolusi Hijau di Indonesia diformulasikan ke dalam
konsep Panca Usaha Tani yang meliputi, pemilihan dan
penggunaan bibit unggul atau varietas unggul, pemupukkan
yang teratur, pengairan yang cukup, pemberantasan hama
secara intensif, dan teknik penanaman yang lebih teratur.

257
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Roeslan Abdulgani. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal


Menteri Penerangan pada 1947-1954. Roeslan yang akrab
dipanggil Cak Roes ini berperan penting dalam
mempersiapkan Konferensi Asia Afrika yang dibuka pada 18
April 1955. Ia juga dipercaya sebagai Duta Besar Indonesia di
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1967-1971. Tidak sampai di
situ, Roeslan juga pernah dipercaya sebagai Ketua Tim
Penasihat mengenai Pancasila pada 1978. Roeslan memulai
kariernya di bidang politik dengan bergabug bersama Natipy,
sebuah kepanduan berhaluan nasionalis. Kemudian ia
bergabung sebagai anggota Jong Islameten Bond dan
Indonesia Muda. Roeslan dilahirkan di Kota Surabaya pada 24
November 1914. Ia juga dikenal karena peranannya sebagai
tokoh penting dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika
di Bandung pada 1955. Roealan tutup usia pada 29 Juni 2005
di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta saat berusia 91 tahun.

Rosihan Anwar. Rosihan Anwar lebih dikenal sebagai tokoh pers


Indonesia. Dia juga sering dikatakan sebagai sastrawan,
sejarawan bahkan budayawan. Pria yang hidup dalam “multi-
zaman” itu telah bergelut di dunia jurnalistik semenjak masa
perjuangan. Ia menyelesaikan pendidikannya di sekolah
rakyat (HIS) dan SMP (MULO) di Padang. Kemudian
melanjutkan pendidikannya ke AMS di Yogyakarta. Dari sana
Rosihan mengikuti berbagai workshop di dalam dan di luar
negeri, termasuk di Universitas Yale dan School of Journalism

258
NATION BUILDING (1951-1998)

di Universitas Columbia, New York City, Amerika Serikat.


Karier jurnalistiknya dimulainya saat ia berusia 20 tahun.
Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia
Raya di masa pendudukan Jepang pada 1943 hingga menjadi
pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-
1961), yang ditutup oleh rezim pemerintahan Presiden
Sukarno pada saat itu. Pada masa Orde Baru, Rosihan
mendapat anugerah sebagai wartawan sejak sebelum
Revolusi Indonesia dengan mendapatkan anugerah Bintang
Mahaputra III, bersama tokoh press Jakob Oetama. Ia pernah
berkecimpung di dunia film, dengan mendirikan Perusahaan
Film Nasional (Perfini) pada 1950 bersama Usmar Ismail.
Rosihan juga pernah mencicipi dunia aktor sebagai figuran.
Rosihan juga pernah menjadi Ketua Umum Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI). Rosihan juga gemar menulis
puisi. Puisinya banyak dimuat di surat kabar Asia Raya,
Merdeka, dan majalah mingguan politik dan budaya, Majalah
Siasat. Rosihan Anwar meninggal dunia pada 14 April 2011.

Rudini. Adalah Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Pembangunan


V 1988-1993. Karier dalam pemerintah diawali dengan karier
militer seteleh mengikuti Akademi Militer di Breda, Belanda
selama lima tahun (1951-1955). Sepulangnya ke Indonesia, ia
dilantik menjadi perwira remaja dengan pangkat Letnan II.
Pendidikan berikutnya adalah Suski Bandung pada 1961,
Seskoad Bandung pada 1970 dan Lemhannas Jakarta pada

259
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

1977. Dengan bekal pendidikan tersebut, ia pernah menjabat


sebagai Panglima Kodam XIII/ Merdeka pada 1978, kemudian
menjadi Panglima Kostrad pada 1981, serta menjadi Kepala
Staf Angkatan Darat pada 1983 hingga 1986. Rudini tidak
hanya menggeluti dunia militer, namun ia turut membantu di
dunia pemerintah dengan menjadi Ketua Pemilihan Umum
(KPU) selama 1999-2001. Ia lahir di Malang pada 15
Desember 1929 dan meninggal karena serangan jantung
dalam usia 77 tahun pada 21 Januari 2006.

-S-

Sabilal Rasjad. Adalah Menteri Perburuhan pada Kabinet Ali


Sastroamidjoto II, yang dibentuk pada 24 Maret 1956-14
Maret 1957, dari Partai Syarikat Islam Indonesia dan PNI.
Pada Desember 1934, Sabilal Rasjad bersama Uddin Rahmany
ditangkap karena melanggar larangan berkumpul. Setelah
dikurung selama lebih setahun kemudian diasingkan ke
Boven Digul. Selanjutnya pada 1965, Sabilal Rasjad
diberhentikan dari PNI bersama beberapa teman lain.

Sabilillah. Adalah kelompok perkumpulan para santri yang didirikan


bersama dengan Laskar Hizbullah saat menjelang
pemerintahan Jepang. Pendirian Sabilillah hampir merata di
seluruh Jawa dengan menjadikan kiai sebagai komandan
Sabilillah. Laskar Sabilillah turut memperjuangkan

260
NATION BUILDING (1951-1998)

kemerdekaan Indonesia. Peran Sabilillah dalam


memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ialah seperti ikut
membantu pertempuran 10 November 1945, Pertempuran
Ambarawa, dan perjuangan di berbagai wilayah. Ketika
pembentukan Tentara Nasional Indonesia, pasukan Sabilillah
juga turut dilebur kedalamnya untuk memperkuat
perjuangan dan mengisi kemerdekaan. Sabilillah
menggunakan Islam sebagai landasan bergerak dan
perjuangan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
diartikan sebagai Jihad fi Sabilillah atau berjuang di jalan
Allah SWT.

Sahal Mahfudh, Kiai. Tokoh yang pernah menjabat selama 10 tahun


memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa
Tengah, ia kemudian didaulat menjadi Ketua Umum Dewan
Pimpinan MUI pada Juni 2000 sampai 2010. Di luar itu, Kiai
Sahal adalah pemimpin Pesantren Maslakul Huda (PMH)
sejak 1963. Pesantren di Kajen, Margoyoso, Jawa Tengah ini
didirikan ayahnya, KH Mahfudh Salam pada 1910. Selain itu
Kiai Sahal adalah rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama
(INISNU) di Jepara, Jawa Tengah sejak 1989 hingga
mengantarkan INISNU menjadi UNISNU Jepara pada 2013.
Kiai Sahal biasa menulis namanya secara resmi sebagai HMA.
Sahal Mahfudh. Tiga huruf paling depan merupakan
kependekan dari Haji Muhammad Ahmad. Kiai Sahal

261
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

mendapatkan gelar doktor kehormatan dari UIN Syarif


Hidayatullah pada 2003.

Saleh Lahade. Adalah seorang tokoh militer Indonesia yang pernah


menjadi salah satu pimpinan dalam pemberontakan
Permesta di Sulawesi. Saleh, bersama dengan Panglima Besar
Permesta Ventje Sumual, mendapatkan julukan “Dwitunggal
Permesta”. Saleh termasuk salah satu penandatangan Piagam
Permesta yang dikeluarkan pada Februari 1957. Muhammad
Saleh Lahade dilahirkan di Barru, Saleh adalah putra dari
seorang guru sekolah. Saleh bersekolah di Sekolah Menengah
Belanda (AMS) di Yogjakarta dan menempuh pendidikan
tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor. Pada awal
1948, Saleh menjabat sebagai kepala staf Komisi Militer
di Makassar. Dalam perjalanan kariernya, dia memegang
berbagai jabatan tinggi dalam staf pimpinan Kodam
Wirabuana. Jabatan yang ditempatinya pada umumnya
berfokus dalam menangani masalah-masalah wilayah dan
masyarakat, pemerintahan daerah, dan sebagainya. Pada
September 1951, ketika Kolonel Alex Kawilarang dimutasi
menjadi Panglima Kodam Siliwangi, Kepala Staf Letkol R.A.
Kosasih mengambil alih Komando Tentara Teritorium VII
Wirabuana sebagai pejabat panglima sambil menunggu
kedatangan Kolonel Gatot Subroto. Saleh juga pernah
menjabat sebagai kepala staf merangkap PMT. Jabatan ini
dipegangnya selama tiga setengah bulan, di tengah operasi

262
NATION BUILDING (1951-1998)

yang dilakukan pemerintah terhadap pemberontakan yang


dilakukan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan dan Tenggara,
dan RMS di Maluku Tengah. Pada Januari 1952, Ketika Gatot
Soebroto tiba di Makassar, dia mengukuhkan Saleh menjadi
Staf V Teritorial sekaligus “juru bicara” Panglima.

Samanhudi. Pendiri Sarekat Dagang Islam. Lahir di Laweyan,


Surakarta, Jawa Tengah 1868 dan meninggal di Klaten, Jawa
Tengah 28 Desember 1956. Ia sempat bejar di pondok
pesantren yaitu Ponpes KM Sayuthy (Ciawigebang), Ponpes
KH Abdur Rozak (Cipancur), Ponpes Sarajaya (Kab Cirebon),
Ponpes (di Kab Tegal, Jateng), Ponpes Ciwaringin (Kab.
Cirebon) dan Ponpes KH Zaenal Musthofa (Tasikmalaya).
Pada 1905, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam. Kemudian
muncul cabang-cabang SDI dalam waktu singkat di luar kota
Solo. Atas dorongan beberapa pengurus dan anggota, SDI
pun berubah menjadi sebuah partai politik yang ditandai
dengan perubahan nama dari SDI menjadi SI pada 10
September 1912. Sejak 1920, Haji Samanhudi tidak aktif lagi
dalam kepengurusan partai SI. Usaha dagang batiknya pun
mengalami kemerosotan. Namun, hal tersebut tak dapat
memadamkan kepeduliannya terhadap pergerakan nasional.
Kemudian ia mendirikan Barisan Pemberontakan Indonesia
Cabang Solo dan Gerakan Persatuan Pancasila. Ketika terjadi
Agresi Militer II, ia membentuk laskar Gerakan Kesatuan
Alap-alap yang bertugas menyediakan perlengkapan,

263
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

khususnya bahan makanan untuk para prajurit. KH


Samanhudi wafat usia pada tanggal 28 Desember 1956 di
Klaten dan dikebumikan di Desa Banaran, Kecamatan Grogol,
Kabupaten Sukohardjo, Jawa Tengah. Ia adalah seorang
perintis dan pemimpin yang baik.

Santa Cruz, Peristiwa. Adalah peristiwa yang terjadi pada 12


November 1991 di pekuburan umum Santa Cruz, Dili.
Peristiwa ini dipicu oleh unjuk rasa warga Timor timur setelah
kematian Sebastiao Gomes, pemuda yang terbunuh oleh
milis prointegrasi. Unjuk rasa tersebut merupakan wujud
protes terhadap pemerintah Indonesia, mereka menggelar
spanduk untuk meminta penentuan nasib sendiri dan
kemerdekaan dengan menampilkan gambar pemimpinan
Xanana Gusmao. Saat melakukan unjuk rasa, pasukan
Indonesia mulai dengan tembakan peringatan dan terjadi
penembakan massa, hingga menewaskan warga Timor timur.
Pemerintah Indonesia menyatakan ada 19 orang yang
meninggal dunia, namun laporan dari Portugal menyatakan
271 orang tewas, 382 orang luka-luka, dan 250 hilang.
Peristiwa ini menempatkan pemerintah Indonesia pada
agenda Pelanggaran Hak Asasi Manusia Internasional.

Sarekat Kerakyatan Indonesia (SKI). Adalah partai politik kebangsaan


yang didirikan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 19
Januari 1946. Partai ini berasaskan Pancasila dan bertujuan

264
NATION BUILDING (1951-1998)

pembangunan negara di segala lapangan untuk mencapai


masyarakat yang adil, makmur, dan sentosa. Kongres
pertama SKI pada Desember 1946 memberikan pernyataan
dukungan terhadap pemerintahan Kabinet Syahrir dan
meminta agar Kalimantan dimasukkan ke dalam Republik
Indonesia atas dasar Persetujuan Linggarjati. SKI berperan
dalam pemilihan anggota Dewan Daerah Banjar pada 1947
dengan masuknya lima perwakilan. Kembalinya Republik
Indonesia Kesatuan pada 1950, menguatkan kembali posisi
SKI dengan duduknya wakil SKI sebagai anggota DPR RI. Pada
pemilu tahun 1955, SKI tidak berhasil memenangkan kursi
DPR atau Konstituante dan dengan terjadinya hal tersebut
akhirnya SKI dibubarkan.

Sarekat Tani Indonesia (SAKTI). Adalah kelompok gerakan tani pasca


kemerdekaan yang dibentuk pada 1951 sebagai organisasi
sayap dari Partai Komunis Indonesia di bawah pimpinan Aidit.
Pada 1955, Sakti menyetujui bergabung bersama Barisan Tani
Indonesia (BTI) dan Rukun Tani Indonesia (RTI) menjadi satu
dengan nama BTI. Sebelum penyatuan tersebut pada 1954
anggota BTI berjumlah 800.000 anggota. Setelah penyatuan
Sakti mengklaim pada 1955 telah memiliki 42 cabang, 387
ranting, dan 200.000 anggota. Gerakan tersebut merupakan
gerakan anti imperialisme dan feodalisme dengan
memperjuangakan terlaksananya landreform. Organisasi tani
inilah yang secara aktif menuntut nasionalisasi perusahaan

265
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

asing dan pelaksanaan secara konsisten UUPA 1960. Pada


1968, Sakti menyetujui pembentukan Himpunan Kerukunan
Tani Indonesia (HKTI) oleh BKS Tani Militer (Tamil), hingga
pada kemudian dideklarasikanlah HKTI oleh BKS Tamil
sebagai salah satu program pemerintah.

Sartono Kartodirjo. Pelopor penulisan sejarah dengan pendekatan


multidimensional. Lahir di Wonogiri pada 15 Februari 1921.
Ayahnya bernama Tjitrosarojo, seorang pegawai kantor pos
zaman pemerintahan Belanda hingga Jepang. Sartono
Menempuh pendidikan dasar di Hooge Inlandse Kweekschool
(HIK) di Solo lalu melanjutkan sekolah menengah di
Yogyakarta. Kemudian masuk Universitas Indonesia pada
1950. Ia menjadi lulusan pertama jurusan sejarah UI pada
1956. Kemudian pada tahun 1957 menjadi pengajar di
Universitas Gadjah Mada. Pendidikan magister ditempuhnya
di Yale University, Amerika Serikat, kemudian mendapat gelar
doctor dengan predikat cumlade dari Universitas Amsterdam,
Belanda pada 1966. Hampir semua kegiatannya bergerak
dalam bidang penelitian, seminar, lokakarya, dan penulisan.
Ia juga mendapat banyak penghargaan diantaranya Harry J.
Benda Prize yang diberikan oleh The Association of Asian
Studies pada 1977, Tanda Kehormatan Satya Lencana sebagai
tokoh untuk Ilmu Pengetahuan dan Kesenian pada 1970. Lalu
pada 20 Desember 1985 ia menerima hadiah pemenang Buku
Utama Bacaan Dewasa bidang sejarah berjudul Pemikir dan

266
NATION BUILDING (1951-1998)

Perkembangan Historiografi Indonesia. Sartono Kartodirjo


telah meninggalkan puluhan karya tulis dan hasil
wawancaranya termuat di berbagai media massa, jurnal, dan
majalah.

Sarwo Edhie Wibowo. Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sarwo Edhie


Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925. Sarwo
Edhie Wibowo adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia
adalah ayah dari Kristiani Herrawati, ibu negara Republik
Indonesia dan istri dari Presiden Republik Indonesia ke-
6, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia juga ayah dari
mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo. Ia memiliki peran
yang sangat besar dalam penumpasan
Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya
sebagai panglima RPKAD (atau disebut Kopassus pada saat
ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7
Pusat, dan menjadi duta besar Indonesia untuk Korea
Selatan, serta menjadi Gubernur AKABRI. Sarwo Edhie
Wibowo meninggal saat usia 64 tahun, di Jakarta, pada 9
November 1989.

Sayuti Melik. Mohamad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal


sebagai Sayuti Melik lahir di Sleman, Yogyakarta pada 22
November 1908. Dalam aktivitasnya bersama pemuda, Sayuti
Melik termasuk dalam Kelompok Menteng 31, yang berperan
dalam peristiwa Rengasdengklok. Sayuti juga tercatat dalam

267
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

sejarah Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi


kemerdekaan Republik Indonesia. Sayuti Melik pernah
ditangkap pemerintah karena keterlibatannya dalam
Persatuan Perjuangan. Dia adalah suami dari Soerastri Karma
Trimurti, seorang wartawati, dan aktivis perempuan di zaman
pergerakan dan zaman setelah kemerdekaan. Pada masa
Orde Baru, Sayuti menjadi anggota DPR mewakili Golkar
hasil Pemilu 1971 dan 1977. Sayuti Melik meninggal
di Jakarta, 27 Februari 1989 pada usia 80 tahun.

SD Inpres (Intruksi Presiden). Adalah program pemerintahan Orde


Baru dalam bidang pendidikan yang digagas melalui Inpres
(Intruksi Presiden) No. 10/1973 tentang Program Bantuan
Pembangunan Gedung SD. Tujuan dari kebijakan ini untuk
memperluas kesempatan belajar, terutama di pedesaan dan
sektor perkotaan yang penduduknya berpenghasilan rendah.
Pelaksanaan pertama program SD Inpres adalah
pembangunan 6.000 gedung SD di seluruh wilayah Indonesia.
Dana pembangunan gedung SD diperoleh dari hasil penjualan
minyak bumi yang kala itu harganya tengah menlonjak naik.
Hampir setiap tahun pendirian gedung SD Inpres terus
berjalan. Pada 1968 telah terdapat sebanyak 60.023 unit
gedung SD dan 5.897 gedung SMP. Pembangunan gedung ini
terus berkembang pesat dan mencapai puncaknya selama
1982-1994. Dalam kurun waktu 1993-1994 tercatat hampir
150.000 unit SD Inpres telah dibangun.

268
NATION BUILDING (1951-1998)

Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber GOLKAR). Adalah cikal


bakal dari organisasi peserta pemilu Golongan Karya. Sekber
Golkar dibentuk pada Oktober 1964 oleh Angkatan Darat
untuk berkoordinasi dan menyatukan kekuatan. Pada 1970
saat menghadapi pemilihan umum, Surat Keputusan Presiden
tanggal 23 Mei 1970 no. 43 telah menetapkan Sekretariat
Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) sebagai organisasi
Golongan Karya yang dapat ikut serta dalam Pemilihan
Umum 1971. Di bawah pimpinan Soeharto, Sekber Golkar
mengikuti Pemilihan Umum 1971 dengan nama Golongan
Karya (Golkar) dan berhasil memenangkannya dengan
perolehan kursi terbanyak, yaitu 227 kursi. Pada masa Orde
Baru, Golkar menjadi kendaraan bagi dominasi militer dan
birokrasi.

Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI): Adalah wadah


gabungan dari berbagai serikat buruh di Indonesia. Dibentuk
sejak 29 November 1946 melalui kongres di Malang,
merupakan hasil peleburan dari Gabungan Serikat Buruh
Vertikal (GSBV) dan GABRI (Gabungan Serikat Buruh
Revolusioner Indonesia). Dipimpin oleh Harjono selaku ketua
dan Njono selaku wakil ketua. SOBSI dibubarkan pada 1966
oleh pemerintah Orde Baru karena bergabung menjadi
organisasi sayap PKI sejak 1961. Organisasi ini menjadikan
basis penduduk pedesaan sebagai sumber tenaga dan
sumber bahan keperluan hidup yang menjadi pangkal untuk

269
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

mengumpulkan kekuatan massa. Pemimpin mereka antara


lain Njono, Moh. Munir, dan Mardjoko dijatuhi hukuman mati
oleh Mahmilub.

Siasat, Majalah. Adalah majalah politik dan kebudayaan yang terbit


pertama kali di Jakarta pada 4 Januari 1947. Majalah Siasat
merupakan pendukung republic di daerah pendudukan
militer Belanda. Majalah mingguan ini didirikan dan dipimpin
oleh Rosihan Anwar dan Soedjatmoko. Salah satu direkturnya
adalah Gadis Rasid, wartawan wanita terkemuka. Makalah
mingguan ini terkenal dengan rubik kebudayaannya yang
bernama Gelanganggang. Di antara para direktur ruang
kebudayaan ini termasuk para pengarang terkemuka seperti
Chairil Anwar, Asrul Sani, dan Rivai Apin. Siasat berkembang
pesat sebagai majalah dengan pencaaian 13.000 eksemplar
setiap kali tebit. Majalah ini berhenti terbit pada 1957.

Sidi Bhakarudin. Bupati pertama Tanah Datar ini sebelumnya


merupakan kepala Djawatan kereta api Sumatera Barat.
Usaha pertama yang di tempuh Sidi Bhakarudin sebagai
Bupati Militer Tanah Datar adalah mengundang seluruh
Penghulu Kepala dan Camat Militer se-Kabupaten Tanah
Datar ke Batusangkar. Salah satu hasil pertemuan itu adalah
ditetapkannya daerah Salimpaung sebagai markas Bupat
Militer Tanah Datar. Alasan untuk memilih tempat ini adalah
karena banyak tentara dan merupakan markas KKP. Selain itu

270
NATION BUILDING (1951-1998)

secara geografis wilayah ini sulit dimasuki Belanda karena


berhutan lebat dan berbukit bukit sehingga cocok untuk
menjalankan roda pemerintahan yang bersifat mobil. Dalam
menjalankan tugas, sering Sidi Bhakarudin dan stafnya tidur
dalam pondok-pondok yang terletak di tengah kebun tebu
milik penduduk.

Sidik Djojosukarto. Lahir di Blitar, Jawa Timur pada 7 Juni 1908.


Pendidikan dasarnya di HIS Blitar, kemudian MULO Kediri,
dan pindah ke MULO Madiun hingga tamat 1927. Pendidikan
selanjutnya adalah Ovts Handelsleergang atau Sekolah
Dagang Menengah di Surabaya yang ditamatkannya pada
1930. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Sidik menjadi Ketua
Komite Nasional Indonesia (KNI) Karesidenan Kediri. Sidik
mendirikan cabang Serikat Rakyat Indonesia (Serindo) di
Kediri pada Januari 1946. Serindo Cabang Kediri kemudian
mengemban tugas penting: menjadi tuan-rumah kongres
yang melahirkan PNI Selain aktif dalam KNIP, Sidik juga
terlibat dalam keorganisasian daerah bagi partai, 1946
sampai 1949. Kongres PNI di Yogyakarta awal Mei 1950
menjadikan Sidik Djojosukarto dikukuhkan sebagai Ketua
Umum PNI.

Sidik Kertapati. Dilahirkan di Klungkung Selatan, Bali pada 1920.


Sejak masa mudanya telah aktif berkecimpung di dalam
pergerakan politik Gerakan Indonesia Merdeka (Gerindom)

271
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

yang berjuang untuk Indonesia Merdeka. Sidik Kertapati


adalah salah satu tokoh dalam Dewan Eksekutif Gerindom,
yang didirikan oleh pemuda-pemuda revolusioner sebagai
reaksi pembubaran PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), yang
berpusat di Gedung Menteng 31, melakukan kegiatan-
kegiatan membangun jaringan-jaringan pemuda revolusioner
anti fasis dengan massa tani, buruh, pegawai kantor,
mahasiswa dan angkatan bersenjata. Pasca proklamasi
kemerdekaan, Sidik mendirikan Sarekat Tani Indonesia
(SAKTI), yang kemudian berfusi dengan Barisan Tani
Indonesia (BTI). Setelah Indonesia merdeka, Sidik juga turut
aktif sebagai anggota legislatif.

Silas Parare. Lahir di Serui, Papua dan 18 Desember 1918 dan wafat
pada 7 Maret 1973 di umur 54 tahun. Ia adalah seorang
pejuang penyatuan Irian Jaya (Papua) ke dalam
wilayah Indonesia. Pada bulan Oktober 1949 di Yogyakarta, ia
mendirikan Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta dalam
rangka membantu pemerintah Republik Indonesia untuk
memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah RI.
Namanya diabadikan menjadi salah satu Kapal Perang Korvet
kelas Parchim TNI AL KRI Silas Papare dengan nomor lambung
386. Selain itu, dididirkan Monumen Silas Papare di dekat
pantai dan pelabuhan Laut Serui. Sementara di Jayapura,
namanya diabadikan sebagai nama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial

272
NATION BUILDING (1951-1998)

Politik (STISIPOL) Silas Papare, yang berada di Jalan


Diponegoro. Ia adalah seorang pahlawan nasional Indonesia.

Simposium Kebangkitan Semangat 66. “Mendjeladjah Teracee


Baru”adalah gerakan pertama di bidang kebudayaan.
Simposium ini dilaksanakan pada 6-9 Mei 1966. Inilah awal
bangkitnya sastra Indonesia yang menamakan dirinya
Angkatan 66, Angkatan 70, dan Angkatan Pasca 70-an. Dari
sinilah sastrawan di berbagai daerah di Indonesia seolah
mendesak legitimasi keberadaannya.

Siswondo Parman. Lahir di Wonosobo, Jawa Tengah 4 Agustus


1918 dan meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober
1965. Dia pernah bekerja untuk polisi militer Kempeitai
Jepang. Lalu ia ditangkap karena keraguan atas kesetiaannya,
namun kemudian dibebaskan. Setelah dibebaskan, ia dikirim
ke Jepang untuk pelatihan intelijen, dan bekerja lagi untuk
Kempeitai sampai akhir perang dan bekerja sebagai
penerjemah di Yogyakarta. Kemudian S. Parman bergabung
dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada akhir
Desember 1945, ia diangkat menjadi kepala staf dari Polisi
Militer di Yogyakarta. Empat tahun kemudian ia menjadi
kepala staf untuk gubernur militer Jabodetabek dan
dipromosikan menjadi mayor. Pada 1951, Parman dikirim ke
Sekolah Polisi Militer di Amerika Serikat untuk pelatihan lebih
lanjut, dan pada 11 November tahun itu, diangkat menjadi

273
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

komandan Polisi Militer Jakarta. Ia kemudian menduduki


sejumlah posisi di Polisi Militer Nasional dan Departemen
Pertahanan Indonesia sebelum dikirim ke London sebagai
atase militer di Kedutaan Indonesia. Pada 28 Juni, dengan
pangkat Mayor Jenderal, ia diangkat menjadi asisten pertama
bidang intelijen untuk Kepala Staf Angkatan Darat Letnan
Jenderal Ahmad Yani. Setelah peristiwa G30S, melalui
Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965, Presiden
Sukarno secara resmi menganugerahi S. Parman sebagai
Pahlawan Revolusi. Pangkatnya kemudian dinaikkan satu
tingkat menjadi Letnan Jenderal.

Sjam Kamaruzaman. Anggota Kunci Partai komunis Indonesia lahir di


Tuban, Jawa Timur 30 April 1924 dan meninggal di Kepulauan
Seribu, Jakarta 30 September 1986. Dia mengenyam
pendidikan di sekolah dasar, sekolah menengah dan
kemudian sekolah agronomi di Surabaya. Sjam meninggalkan
studinya sebelum lulus dan pergi ke Yogyakarta, disana ia
masuk sekolah bisnis. Dia adalah anggota dari kelompok
Pathuk, pemuda yang melawan Jepang di sekitar distrik
Pathuk Yogyakarta. Sjam bekerja di Departemen Informasi
dan tinggal di Jalan Guntur. Sjam adalah seorang PNS tahun
1947-1948, organisator persatuan buruh periode 1948-1950.
Sjam bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
1949, kemudian bergabung dengan bagian militer dari
Departemen Organisasi PKI di tahun 1950-an.

274
NATION BUILDING (1951-1998)

Soebroto. Soebroto lahir di Surakarta, 19 September 1923. Ia adalah


Menteri Transmigrasi dan Koperasi pada 1971-1973 dan
menjadi Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
sampai 1972 hingga 1978 juga menjadi Menteri
Pertambangan dan Energi selama dua periode pada 1978-
1988. Kariernya dalam pemerintahan diawali dengan ia
berhasil menyelesaikan Sarjana Muda di Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta pada 1955, kemudian
melanjutkan di Universitas McGill, Kanada pada 1956 dan
menyelesaikan doktoralnya di Ilmu Ekonomi Universitas
Indonesia. Keahlian di dalam bidang Ekonomi membawanya
menjadi Presiden Konferensi OPEC sejak 31 Oktober 1984
hingga 9 Desember 1985 dan menjadi Sekretaris Jenderal
OPEC sejak 1 Jauli 1988 hingga 30 Juni 1994. Meski sudah
aktif dalam pemerintahan, Soebroto tetap menjalani
kehidupan akademiknya dengan menjadi Rektor Universitas
Pancasila dan Guru Besat Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

Soehardiman. Adalah pendiri Sentral Organisasi Karyawan Seluruh


Indonesia (SOKSI) sejak 1960 yang lahir di Surakarta pada
1924. Sejak lahirnya SOKSI, karier politiknya menanjak. SOKSI
menjadi salah satu ormas yang membantu kelahiran Partai
Golkar, sehingga ia menjadi Pembina Golkar. SOKSI
membendung penyebaran paham komunisme pada 1965
serta menjadi tempat pengkaderan para pemimpin bangsa.

275
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Pensiun dari karier militer dengan pangkat Letnan Jendral,


pernah menjabat sebagai MPR/DPR RI pada 1983-1988 dan
wakil ketua DPA RI tahun 1993-1998. Hingga 13 Desember
2015 di usia 91 tahun, ia dikenal dengan prediksi kuatnya
tentang peristiwa politik dan kepemimpinannya di Indonesia.

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Lahir di Cepu, Jawa Tengah


pada 7 Januari 1905. Ia adalah seorang tokoh Islam
Indonesia yang memimpin pemberontakan Darul Islam
melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 hingga
tahun 1962, dengan tujuan mengamalkan Alquran dan
mendirikan Negara Islam Indonesia berdasarkan hokum
syariah. Pada masa perang kemerdekaan 1945-1949,
Kartosoewirjo terlibat aktif tetapi sikap kerasnya
membuatnya sering bertolak belakang dengan pemerintah,
termasuk ketika ia menolak pemerintah pusat agar seluruh
Divisi Siliwangi melakukan long march ke Jawa Tengah.
Perintah long march itu merupakan konsekuensi dari
Perjanjian Renville yang sangat mempersempit wilayah
kedaulatan Republik Indonesia. Karena semua perjanjian
yang dibuat pemerintah Belanda menyengsarakan rakyat
Indonesia, perjanjian-perjanjian semuanya hanya untuk
mengelabui orang-orang penting agar mereka taat kepada
Hindia Belanda. Maka dari itu Karto menolak semua
perjanjian Belanda. Kartosoewirjo juga menolak posisi
menteri yang ditawarkan Amir Sjarifuddin yang saat itu

276
NATION BUILDING (1951-1998)

menjabat Perdana Menteri. Kekecewaannya terhadap


pemerintah pusat semakin membulatkan tekadnya untuk
membentuk Negara Islam Indonesia. Kartosoewirjo
memproklamirkan NII pada 7 Agustus 1949. Beberapa
daerah menyatakan menjadi bagian dari NII terutama Jawa
Barat, Sulawesi Selatan dan Aceh. Pemerintah Indonesia
kemudian menjalankan operasi untuk menangkap
Kartosoewirjo. Kartosoewirjo ditangkap di wilayah Gunung
Rakutak di Jawa Barat pada 4 Juni 1962. Ia dihukum mati
pada 5 September 1962 di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu,
Jakarta.

Soemitro. Menteri, Wakil Panglima ABRI dan Pangkopkamtib, salah


satu Tokoh Pendiri FEUI. Lahir di Probolinggo, 13 Januari
1927 dan meninggal di Jakarta, 10 Mei 1998. Ia sangat
dikenal karena dalam masa kepemimpinannya meletus
peristiwa Malari, yang mengakibatkan pengunduran dirinya
dari militer. Soemitro adalah anak dari Raden Mas Margono
Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia dan
anggota BPUPKI. Dalam pemerintahan, posisi yang pernah
diembannya adalah sebagai Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian dan Menteri Riset atau Menristek saat ini. Saat
agresi Belanda II, ia menjabat wakil Komandan Sub-
Wehkreise di Malang, dan mendapat perintah dari Panglima
Komando Jawa, Kolonel Nasution untuk melakukan perang
Wingate (sebuah strategi yang dilakukan Jenderal Wingate

277
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

asal Burma, mirip dengan strategi gerilya). Soemitro


kemudian diangkat menjadi Komandan Batalyon I di Malang.
Di usia ke-33, Sumitro pernah menjabat sebagai Menteri
Perdagangan dan Perindustrian RI dan ikut mendirikan
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ia meraih gelar
doktor di Nederlandse Economise Hogeschool, Rotterdam
Belanda pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul Het
Volkscredietwezen in de Depressie. Selama 1942-1994,
Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam
bahasa Inggris. Sumitro memperoleh banyak penghargaan,
baik dalam maupun luar negeri yaitu, Bintang Mahaputra
Adipradana (II), Panglima Mangku Negara Kerajaan
Malaysia, Grand Cross of Most Exalted Order of the White
Elephant First Class dari Kerajaan Thailand, Grand Cross of the
Crown dari Kerajaan Belgia, serta yang lainnya dari Republik
Tunisia dan Prancis (RSB).

Soepomo. Salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memiliki jasa


di bidang hukum. Supomo lahir di Surakarta pada 22 Januari
1903. Ia mendapat gelar doktor ilmu hukum di Universitas
Leiden, Belanda dengan tesis mengenai sistem agraria di
Surakarta. Sebagai pelajar, Supomo menjadi anggota
organisasi Jong Java. Ia juga menyumbangkan pemikirannya
dalam Kongres Perempuan Indonesia melalui brosur berjudul
Perempuan Indonesi dalam Hukum yang ditulisnya bersama
Ali Sastroamijoyo. Dalam bidang ketatanegaraan di

278
NATION BUILDING (1951-1998)

Indonesia, Supomo dikenal sebagai salah satu penyusun


Undang-Undang Dasar 1945. Ia diangkat sebagai Menteri
Kehakiman pertama di Indonesia pada 1949-1950. Supomo
meninggal di usia 55 tahun akibat serangan jantung pada
tanggal 12 September 1958.

Soeprapto. Pahlawan Nasional lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 20


Juni 1920 dan meninggal di Lubangbuaya, Jakarta, 1 Oktober
1965. Pendidikan formalnya setelah tamat MULO adalah AMS
(tamat 1941) Bagian B di Yogyakarta. Pada tahun yang sama
ia memasuki dunia militer lewat Koninklijke Militaire
Akademie di Bandung. Pendidikan ini tidak bisa
diselesaikannya karena pendudukan Jepang di Indonesia.
Kemudian mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan
keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Ia pernah bekerja di
Kantor Pendidikan Masyarakat. Pada awal kemerdekaan RI, ia
adalah salah satu pejuang yang ikut andil dan turut serta
dalam merebut senjata dari pasukan Jepang di Cilacap.
Kemudian ia masuk dalam anggota dari Tentara Keamanan
Rakyat di Purworejo. Ia menjabat sebagai Kepala Staf dari
Tentara dan Territorial IV (T&T) di Semarang. Lalu ia ditarik
kembali ke Jakarta untuk ditugaskan sebagai Staf dari
Angkatan Darat, lalu Menteri Pertahanan, dan terakhir
sebagai Deputi Kepala Staf dari Angkatan Darat wilayah
daerah Sumatera di Medan. Melalui Kepres no.
111/KOTI/1965, Sukarno meresmikan Suprapto bersama

279
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

korban Lubang Buaya yang lain sebagai Pahlawan Revolusi


dengan diberikan pangkat Letnan Jenderal.

Soerjo, Raden Mas Tumenggung Ario. Soerjo mengawali karier


politiknya sebagai Bupati Magetan. Selama menjabat sebagai
Bupati Magetan Soeryo terkenal bersifat berani dan tegas
terutama saat berhubungan dengan tentara Jepang.
Keberanian dan ketegasannya membuat kalangan tentara
Jepang kagum dengannya. Soeryo juga sempat menjabat
sebagai Syucokan atau residen Bojonegoro yang
kekuasaaanya sama dengan tingkat gubernur, tetapi cakupan
wilayah kekuasaanya sama seperti residen. Kala itu jarang
orang Indonesia yang memiliki jabatan seperti Soerjo. Pada
waktu pemerintah pendududkan Jepang membentuk Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) dan Soeryo terpilih sebagai anggota yang diangkat
oleh Pemerintah Jepang karena jabatannya sebagai Syucokan
Bojonegoro. Selepas proklamasi kemerdekaan, Soeryo
didampuk sebagai Gubernur Jawa Timur. Raden Mas
Tumenggung Ario Soerjo dilahirkan pada 9 Juli 1985 di
Magetan, Jawa Timur. Terlahir dari keluarga bangsawan
membuat Soerjo mendapatkan pendidikan yang baik. Ia
mengawali karier pendidikannya di Tweede Inlandsche
School di Magetan, kemudian ia dipindahkan ke HIS. Selepas
lulus dari HIS, Soeryo dikirim oleh orang tuanya ke Opleidings
School Voor Inlandsche (Bestuurs) Ambtenaren (OSVIA) pada

280
NATION BUILDING (1951-1998)

1918. Pada 1923 Soerjo memperoleh kesempatan untuk


menempuh pendidikan di Politie School, Sukabumi, Jawa
Barat. Beberapa tahun kemudian Soeryo mendapatkan
kesempatan untuk memperdalam ilmu pemerintahan dan
kepamongan selama 2 tahun di Bestuuracademie di Batavia.

Soeroso, R. P. Adalah Gubernur Jawa Tengah pertama. Ia merupakan


tokoh pergerakan yang berjuang meningkatkan
kesejahteraan pegawai negeri, baik sebelum dan sesudah
proklamasi kemerdekaan yang lahir di Sidoarjo pada 1839.
Soeroso menamatkan pendidikan di Sekolah Guru pada 1916
kemudian aktif dalam Budi Utomo dan Sarekat Islam. Terpilih
menjadi anggota Volksraad yang berani menetang kebijakan
pemerintah mengenai pelaksanaan pajak di Sumatera Barat.
Pada 1941 karena kepeduliannya terhadap kepentingan
buruh akhirnya mendirikan Gabungan Sarekat Sekerja
Partikelir Indonesia (GASPI). Pada masa Kabinet Natsir,
diangkat menjadi Menteri Perburuhan. Untuk meningkatkan
kesejahteraan pegawai negeri, Soeroso menjadi pelopor
gerakan koperasi dengan membangun Badan Koordinasi
Pusat Koperasi Pegawai Negeri Seluruh Indonesia. Ia
meninggal pada 16 Mei 1981 di Jakarta dan dimakamkan di
Mojokerto.

Soetjipto Joedodihardjo, Jenderal Polisi. Mantan Menteri Panglima


Angkatan Kepolisian. Soetjipto Jeododihardjo dilahirkan di

281
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Jember pada 27 April 1917. Ia merupakan salah satu menteri


pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno. Pada Asian
Games 1962 di mana Indonesia menjadi tuan rumah,
Soetjipto yang saat itu berpangkat Komisaris Besar Polisi
ditunjuk menjadi Pimpinan Harian Organizing Committee. Ia
diangkat oleh Presiden Sukarno sebagai Menteri Panglima
Angkatan Kepolisian (Menpangak) pada 1965. Di masa
jabatannya, pemerintah mendirikan Akademi Angkatan
Kepolisian yang kemudian disatukan dalam AKABRI pada
bulan Desember 1965. Perubahan banyak terjadi pada badan
kepolisian Indonesia selama ia menjabat karena kondisi
pemerintahan yang tidak stabil. Soetjipto menyelesaikan
masa jabatannya pada 1968. Ia meninggal pada tahun 1984.

Solichin. Lahir di Tasikmalaya, 21 Juli 1926 yang dikenal sebagai


Gubernur Jawa Barat periode 1970-1974. Sebelum menjadi
gubernur, Solichin adalah seorang tentara. Ia menyeleseikan
Sekolah Staf Komando Angkatan Darat pada 1954, kemudian
melanjutkan di US Army Infantry School pada 1957 dan
terakhir di Sekolah Staf dan Komando TNI AD pada 1969.
Karier militernya adalah menjadi Guru SSKAD pada 1954-
1956, kemudian menjadi Panglima Kodam XIV Hassanuddin
Makassar pada 1968-1970, terakhir menjadi Gubernur Akabri
Umum dan Darat di Magelang pada 1968-1970. Solichin
kemudian masuk di dunia pemerintahan dengan menjadi
Gubernur Jawa Barat ke-10 sampai1974. Selama menjadi

282
NATION BUILDING (1951-1998)

gubernur, ia memiliki perhatian untuk mengatasi rawan


pangan di wilayah Indramayu dengan mengusung program
“pagi gogo rancah”. Setelah masa bakti gubernurnya
berakhir, ia menjadi Sekretaris Pengendalian Operasional
Pembangungan periode 1977-1992 dan pernah menjadi
anggota DPA periode 1992-1997, hingga menjadi Anggota
MPR pada 1998.

Subagyo. Lahir di Yogyakarta, 12 Juni 1946. Ia adalah Kepala Staf TNI


Angkatan Darat pada 1998 sampai 1999. Ia adalah satu-
satunya KSAD yang menjabat pada tiga presiden Indonesia
yang berbeda. Karier militernya dimulai saat ia
menyeleseikan Operasi Wolya di Thailand, setelah itu
Subagyo menjadi Pangdam Dipenogoro, kemudian menjadi
Wakil Kepala Staf Angkatan Darat dan Menjadi Kepala Staf
Angkatan Darat pada 1998. Saat menjadi KSAD ia menjadi
saksi atas peristiwa Mei 1998 dan Peristiwa Trisakti. Pada
2015, Subagyo menjadi Anggota Pertimabangan Presiden,
mulai sejak 19 Januari 2015.

Suhadi Mangkusuwondo. Adalah tokoh perekonomian Indonesia dan


dikenal sebagai seorang arsitek pembangunan ekonomi Orde
Baru. Suhandi lahir di Solo pada 23 Desember 1927. Ia
memulai karier di bidang ekonomi setelah menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Ekonomi pada 1957, kemudian
melanjutkkan magisternya di MIT Cambridge Massachusetts,

283
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

USA pada 1959 dan pendidikan terakhirnya di Universitas of


California Berkeler, USA pada 1967. Pendidikannya
menghantarkannya menduduki beberapa jabatan penting
dalam pemerintahan. Selama 1972-1976 menjadi Ketua Sub
Konsorsium Ekonomi, Konsorsium Ilmu-Ilmu Sosial
(Departemen P dan K), kemudian menjadi Direktur Jendral
Penelitian dan Pengembangan dalam Departemen
Perdanganan selama 1973-1975. Selesai itu, ia menjabat
sebagai Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri
(Departemen Perdagangan). Dalam bidang pendidikan ia
menjadi Pembantu Dekan Bidang Akademi FEUI selama 1967-
1970.

Supardjo, Brigadir Jenderal. Salah satu anggota TNI yang terlibat


dalam Gerakan 30 September. Sebelumnya, ia bertugas
sebagai Pangkopurgada (Panglima Komando Tempur Siaga
Dua) Bengkayang, Kalimantan Barat. Supardjo juga
ditugaskan dalam penyerbuan ke Kuching dalam gerakan
Ganjang Malaysia. Pada saat G30S, Supardjo bekerja di
bawah Untung. Soepardjo sempat melarikan diri setelah
menyadari kegagalan G30S. Ia kemudian berhasil ditangkap
pada 1966 dan diajukan ke hadapan Mahmilub. Dalam
peradilan militer ini Supardjo dinyatakan bersalah dan
dijatuhi hukuman mati. Eksekusi Supardjo dilakukan pada
tanggal 18 Maret 1967.

284
NATION BUILDING (1951-1998)

Surantiko Samin. Pemimpin ajaran Saminisme asal Blora.


Keyakinannya disebut sebagai Ngelmu Nabi Adam. Aliran ini
lebih banyak mengajarkan mengenai pertanian, memiliki
keyakinan tentang kesetaraan, dan menolak ekonomi uang.
Surantiko Samin mulai menarik perhatian pemerintah Hindia
Belanda ketika masyarakat yang dipimpinnya menolak untuk
membayar pajak, melaksanakan kerja paksa, ataupun
memanfaatkan sekolah-sekolah pemerintah. Perlawanan ini
pada akhirnya mulai dianggap sebagai gerakan yang
berbahaya karena dikhawatirkan akan mendorong terjadinya
perlawanan fisik. Atas kekhawatiran tersebut, pada 1907
Surantika Samin ditangkap dan diasingkan ke Palembang.
Penangkapan ini pada kenyataannya tidak mampu
menghentikan perlawanan kaum Samin yang bahkan
mencapai puncaknya pada 1914 ketika pemerintah
menetapkan jumlah pajak yang lebih besar.

Surastri Karma Trimurti. Juga lebih dikenal dengan S. K. Trimurti. Ia


adalah seorang tokoh jurnalis dan pejuang kemerdekaan.
Trimurti lahir pada 11 Mei 1912 di Solo, Jawa Tengah. Pada
1930an setelah lulus dari Tweede Indlansche School, ia
menjadi guru dan mengajar di sekolah-sekolah dasar di
Surakarta dan Bandung. Pada tahun yang sama Trimurti juga
terlibat aktif dalam organisasi Partai Indonesia Raya. Gerakan
politik yang dilakukannya pada masa itu mengantarkan
Trimurti ke penjara pada 1936. Setelah dikurung selama

285
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

sembilan bulan di Penjara Bulu Semarang, Trimurti menjadi


semakin giat dalam dunia jurnalistik. Ia aktif menulis di
sejumlah surat kabar dengan berbagai nama samaran seperti
Trimurti atau Karma. Hal ini dilakukan untuk menghindari
penangkapan karena tulisan-tulisannya yang sangat kritis
terhdap pemerintah. Pada masa pendudukan Jepang,
bersama suaminya, Sayuti Melik, Trimurti mendirikan harian
Pesat. Terbitan ini pada akhirnya juga dilarang oleh
pemerintah Militer Jepang di Indonesia. Pasca kemerdekaan,
S. K. Trimurti diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja pada
masa kabinet Amir Sjarifuddin pada 1947-1948. Trimurti juga
terlibat dalam pendirian Gerwis, organisasi cikal bakal
Gerwani, sebelum akhirnya ditinggalkan untuk melanjutkan
pendidikan pada 1965. Ia menempuh perguruan tinggi di
Jurusan Ekonomi Universitas Indonesia saat berusia 41 tahun.
Pada 1980, Trimurti ikut menandatangani Petisi 50 yang
memprotes penyalahgunaan Pancasila untuk menyerang
pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh oleh pemerintahan
Soeharto. Trimurti meninggal dunia pada 20 Mei 2008 di
Jakarta dalam usia 96 tahun.

Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Adalah surat perintah


dari Presiden Sukarno kepada Letnan Jendral Soeharto atas
nama Presiden/Panglima ABRI/ Pimpinan Besar Revolusi
untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna
terjaminya keamanan dan ketenangan serta kestabilan

286
NATION BUILDING (1951-1998)

pemerintahan. Surat ini merupakan pemberian kepercayaan


dan sekaligus pemberian wewengan kepada Jendral Soeharto
untuk mengatasi keadaan yang serba tidak menentu (setelah
peristiwa 30 September 1965). Penyerahan surat perintah ini
memulai kembali kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Kemudian dimulailah
babak baru dalam perjalanan sejarah dan perjuangan bangsa
Indonesia, yakni babak masa Orde Baru.

Suro, Mbah. Seorang tokoh spiritual yang namanya muncul pada


1966. Ia membangun padepokannya di pegunungan
perbatasan antara Blora dan Ngawi. Aktivitas perdukunan
yang dilakukan oleh Mbah Suro menarik banyak pengikut. Hal
ini memancing kecurigaan aparat yang saat itu sedang
melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap orang-
orang PKI dan diduga terlibat dalam peristiwa 30 September
1965. Mbah Suro dituduh sebagai anggota PKI yang sengaja
mengumpulkan dan mempengaruhi masyarakat.
Padepokannya diduga menjadi tempat persembunyian para
pendukung PKI yang melarikan diri. Mbah Suro juga memiliki
ratusan pasukan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan
sehingga aparat sulit mengambil tindakan. Namun dengan
berbagai usaha, Mbah Suro dan pengikutnya dapat ditangkap
untuk kemudian dieksekusi.

287
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Suroso Tjondronegoro, R.P. Suroso mengawali karier politiknya di


Orgainsasi Budi Oetomo saat usia 15 tahun. Pada 1912
dirinya bergabung dengan Syarikat Islam dan menjabat
sebagai presiden SI di Probolinggo (1913-1919). Ia juga
pernah menjadi anggota Pusat Pimpinan Syarikat Islam
(1918-1932) dan sebagai Commisaris Central Bestuur SI.
Selain berjibaku dalam bidang politik, Suroso juga aktif
sebagai mantra boekhouder Kantor Irigasi di Probolinggo.
Selain itu pernah menjabat sebagai ketua dan aktif dalam
dunia jurnalistik. Kariernya dalam bidang jurnaistik dibuktikan
lewat capaiannya sebagai pimpinan surat kabar Kemajoean
Hindia (1922-1924) di Surabaya. Sempat juga menjadi
anggota Voklsraad pada 1924-1942 hingga kemudian
melanjutkan kariernya sebagai tentara Jepang. Pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia, Soeroso menjabat sebagai
ketua Poetra daerah Malang, Jawa Timur. Kariernya terus
menanjak di kemiliteran Jepang dengan ditujuknya ia sebagai
syucokan di Kedu, Magelang. Menjelang proklamasi
kemerdekaan di kumandangkan, Soeroso berperan aktif
dalam BPUPKI dengan menjabat sebagai ketua muda. Di
dalam BPUPKI Soeroso tampil sebagai pemimpin sidang yang
cakap. Ia tidak segan untuk bertindak tegas guna mencapai
tujuan dalam persidangan karena kecakapannya dan
pengalamannya dalam berorganisasi. Setelah kemerdekaan
Indonesia Soeroso diangkat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
Dalam kurun waktu 1950-1956, R.P Soeroso menduduki

288
NATION BUILDING (1951-1998)

beberapa jabatan penting, di antaranya Menteri Perburuhan


Kabinat Natsir, Menteri Urusan Pegawai Kabinet Sukiman,
Menteri Urusan Pegawai Kabinet Wilopo, Menteri Sosial
Kabinet Wilopo, Menteri Sosial Kabinet Alisastroamidjojo,
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Kabinet
Burhanuddin Harahap sekaligus merangkap Menteri Dalam
Negeri. Selain menjabat beberapa posisi penting dalam
pemerintahan, Soeroso adalah tokoh yang berjasa dalam
menyuarakan gerakkan koperasi di kalangan pegawai negeri.
R.P Soeroso dilahirkan di Sidoarjo, Jawa Timur pada 3
November 1893. Ia menempuh pendidikannya melalui Eerste
Volkschool (Sekolah Dasar Kelas I) dan Kweekschool di
Probolonggo. R.P Soeroso harus tutup usia yang ke-87 tahun
pada 16 Mei 1981.

Susanto Tirtoprodjo. Adalah Menteri Kehakiman pada periode


Kabinet Sjahrir III hingga Kabinet Hatta II. Sebelum menjadi
menteri, Soesanto yang lahir di Solo pada 1900
menyelesaikan pendidikannya dalam bidang hukum di
Universitas Leiden. Ia dikenal aktif dalam politik dan
bergabung pada Partai Indonesia Raya di Surabaya hingga
menjadi pengurus partai. Karier politiknya terus berlanjut
dengan menjabat sebagai Bupati Ponorogo dan Residen
Madiun pada 1945-1946. Masuknya kembali Belanda dalam
Agresi Militer II, Susanto diserahi tanggung jawab sebagai
Menteri Kehakiman dan Penerangan Komisatirat

289
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Jawa


pada 1949. Hingga pada masa RIS, ia memimpin Kabinet
Peralihan sebelum menjabat sebagai Menteri Kehakiman
pada Kabinet Natsir. Pada 1960, Sosanto dianugrahi Bintang
Gerilya dan Bintang Mahaputra Kelas III oleh pemerintah,
sebelum akhirnya meninggal dunia ada 1969.

Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden pertama di Indonesia yang


terpilih melalui pemilihan langsung. Ia lahir di Pacitan pada 9
September 1949. Ayahnya bernama Raden Soekotjo dan
ibunya bernama Siti Habibah. SBY yang dikenal cerdas
menyelesaikan pendidikan di AKABRI pada 1973 sebagai
lulusan terbaik. Ia juga meraih honor graduate dari Infantry
Officer Advanced Course di Forth Benning, Georgia setelah
menempuh pendidikan di sana pada 1982-1983. Pada 1989,
SBY kembali mendapatkan gelar lulusan terbaik dari Seskoad
di Bandung. Gelar Master diperolehnya dari Webster
University, AS. Karier SBY di pemerintahan dimulai pada 1999
ketika diangkat menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral. Setahun kemudian ia diangkat menjadi Menteri
Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan pada masa
pemerintaahan Abdurrahman Wahid. Selanjutnya pada masa
pemerintahan Megawati, SBY menjabat sebagai Menteri
Koordinator Bidang Politik dan Kemanan. SBY mengundurkan
diri sebelum masa jabatannya berakhir kemudian
membentuk Partai Demokrat. Melalui Partai Demokrat, SBY

290
NATION BUILDING (1951-1998)

mencalonkan diri sebagai presiden dalam Pemilu Presiden


pertama di Indonesia pada 2004. SBY memenangkan pemilu
ini bersama Yusuf Kalla sebagai wakil presiden. Selama lima
tahun kepemimpinan, SBY nampaknya berhasil merebut
simpati rakyat. Hal ini dibuktikan pada pemilu presiden pada
2009, SBY memenangkan pemilihan dalam satu putaran.
Pada Periode ini SBY didampingi oleh Prof. Budiono sebagai
wakil presiden.

Sutan Sjahrir. Seorang intelektual, politisi, ahli ekonomi, dan seorang


tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal sebagai
salah satu perintis dan pemimpin gerakan kemerdekaan
Indonesia serta Perdana Menteri pertama setelah Indonesia
merdeka. Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang
Panjang. Ia hanya menghabiskan satu tahun hidup di kota
kelahirannya. Setahun kemudian ia dan keluarganya pindah
ke Jambi. Setelah empat tahun tinggal di Jambi, mereka
kembali berpindah ke Medan.
Di Medan, Sutan Syahrir mulai menempuh
pendidikan. Meski bukan termasuk keluarga yang kaya, orang
tua Sutan Syahrir mampu mengirim anaknya ke sekolah yang
baik. Di usia enam tahun Syahrir masuk ke Europeesche
Lagere School (ELS), sebuah sekolah terbaik di kota Medan.
Sutan Syahrir kemudian menempuh pendidikan di Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan lulus pada 1926.
Selama masa sekolahnya di Medan, Sutan Syahrir terhitung

291
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

aktif dalam kegiatan olah raga dan musik. Ia juga


mendapatkan pendidikan dasar Islam langsung dari sang
ayah. Dalam usia 6-12 tahun, Sutan Syahrir juga mengikuti
pelajaran Alquran sepulang sekolah.
Setelah lulus MULO, ia masuk Algeemene Middelbare
School (AMS) di Bandung. Di AMS Sutan Syahrir memilih
jurusan westerse-klassiek yang menyiapkan lulusannya untuk
melanjutkan pendidikan di bidang hukum. Ia menjadi pelajar
yang cukup populer saat menempuh pendidikan di Bandung.
Selain mengikuti klub debat di sekolahnya, Sutan Syahrir
terlibat dalam Tjahja Volksuniversiteit di mana ia
memberikan pendidikan baca tulis secara gratis kepada anak-
anak dari keluarga tak mampu.
Kegiatan politik Sutan Syahrir juga dimulai saat ia
berada di Bandung. Pada 20 Februari 1927, Syahrir bersama 9
orang temannya menggagas pendirian Jong Indonesie yang
bercorak nasionalis dan selanjutnya berganti nama menjadi
Pemuda Indonesia. Perkumpulan inilah yang kemudian
memotori penyelenggaraan Sumpah Pemuda pada 1928.
Selain itu, Sutan Syahrir juga dikenal sebagai pemimpin
redaksi majalah Himpunan Pemuda. Syahrir melanjutkan
pendidikannya di negeri Belanda setamatnya dari AMS. Ia
menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas
Amsterdam. Di Belanda inilah Syahrir mendalami sosialisme.
Syahrir juga aktif di Perhimpunan Indonesia yang pada masa
itu dipimpin oleh Mohammad Hatta. Syahrir juga aktif

292
NATION BUILDING (1951-1998)

menulis dalam majalah Daulat Rakjat milik Pendidikan


Nasional Indonesia. Syahrir kembali ke Indonesia pada 1931,
meninggalkan sekolahnya dan terjun ke dalam pergerakan
nasional.
Pada 1932 Syahrir menjadi ketua Partai Nasional
Indonesia Baru. Syahrir terlibat pula dalam gerakan-gerakan
buruh, dan ditunjuk menjadi Ketua Kongres Kaum Buruh
Indonesia pada 1933. PNI Baru di bawah kepemimpinan
Syahrir dan Hatta, yang bergabung sepulang dari Belanda
pada tahun 1932, menjadi partai yang lebih radikal dari pada
PNI di bawah kepemimpinan Soekarno. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran bagi pemerintah kolonial.
Pada 1934 Syahrir, Hatta, dan pemimpin PNI Baru
lainnya ditangkap dan dibuang ke Boven-Digoel. Hatta dan
Syahrir kemudian dipindahkan ke Banda Neira untuk
menjalani sisa penahanan selama enam tahun. Pada masa
pendudukan Jepang, Syahrir yang memiliki keyakinan bahwa
Jepang tidak akan memenangkan perang, memilih jalan
politik yang berbeda dengan Soekarno dan Hatta. Sementara
Soekarno Hatta memilih jalan kerja sama dengan Jepang,
Syahrir justru membangun gerakan anti fasis. Perkiraan
Syahrir akan kekalahan Jepang terbukti benar. Syahrir dan
kawan-kawannya dari kelompok progresiflah yang pertama
kali mendengar berita kekalahan Jepang terhadap sekutu dan
mendorong Soekarno Hatta untuk memproklamirkan
kemerdekaan. Pasca kemerdekaan, tepatnya pada November

293
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

1945 Syahrir dengan dukungan para pemuda ditunjuk oleh


Soekarno untuk menjadi Perdana Menteri Pertama. Dalam
masa tugasnya sebagai Perdana Menteri, Syahrir sempat
mengalami penculikan yang dilakukan oleh kelompok
Persatuan Perjuangan. Kelompok ini merupakan pendukung
Tan Malaka yang menginginkan kemerdekaan penuh. Mereka
tidak puas dengan diplomasi kabinet Syahrir yang hanya
menuntut kemerdekaan di wilayah Jawa dan Bali. Syahrir
berhasil dibebaskan dari penculikan ini, dan pelakunya
ditangkap sebagai pemberontak. Indonesia pada masa
pemerintahan Kabinet Syahrir sedang dalam masa
perjuangan memperoleh kedaulatan. Syahrir secara konsisten
berusaha menunjukkan sikap anti kekerasan. Dalam
diplomasinya Syahrir hendak menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang beradab dan demokratis. Ada
beberapa hal yang mendasari sikap yang diambil oleh Syahrir
ini. Pertama, lemahnya teknologi persenjataan Indonesia bila
dibandingkan dengan Belanda yang mendapatkan dukungan
dari sekutu, sehingga diplomasi harus lebih dikedepankan
dari pada perlawanan fisik. Kedua, diplomasi yang damai
tanpa kekerasan diperlukan untuk mematahkan propaganda
Belanda kepada dunia internasional yang menyatakan bahwa
orang Indonesia adalah orang yang suka membuat
kekacauan, brutal, senang merampok, menculik dan
membunuh. Untuk menguatkan kesan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang beradab, Syahrir memprakarsai

294
NATION BUILDING (1951-1998)

penyelenggaraan pameran kesenian dengan publikasi yang


bersifat internasional.
Setelah tidak lagi menjadi perdana menteri, Syahrir
tetap ditugaskan untuk memperjuangkan kedaulatan
Indonesia di kancah internsional. Ia ditunjuk sebagai
perwakilan Indonesia di PBB. Sebelum menghadiri sidang
PBB, Syahrir bersama Agus Salim dan Biju Patnaik juga
mendatangi negara India dan Mesir untuk menggalang
dukungan terhadap kedaulatan Republik Indonesia. Melalui
pidato Syahrir di hadapan sidang Dewan Keamanan PBB pada
14 Agustus 1947, Indonesia berhasil memenangkan
kedaulatan Indonesia di dunia internasional. Bagi Belanda,
hal ini merupakan sebuah kegagalan. Syahrir menduduki
posisi sebagai perwakilan Indonesia di PBB selama satu bulan
sebelum akhirnya digantikan oleh Lambertus Nicodemus
Palar. Selama satu bulan menjadi wakil Indonesia, Syahrir
mengikuti dua sidang PBB. Pemikiran Sosialis Sutan Syahrir
masih bertahan hingga Indonesia merdeka. Pemikiran politik
Syahrir diwujudkan dalam Partai Sosialis Indonesia yang
didirikan pada 1948. Meski berpandangan kiri dan sangat
dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx dan Frederich Engels,
Sutan Syahrir dengan PSI-nya tidak sepakat dengan sistem
kenegaraan Uni Soviet. PSI ikut serta dalam pemilu pertama
yang diadakan pada 1955, namun tidak berhasil
memenangkan suara. Hubungan Syahrir dan Sukarno menjadi
buruk sejak terjadinya peristiwa PRRI pada 1958. Pada 1960

295
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Sukarno membubarkan PSI. Syahrir juga ditangkap dan


dipenjarakan tanpa proses peradilan antara 1962 hingga
1965. Syahrir sempat jatuh sakit di dalam penjara namun
tidak segera mendapatkan izin untuk berobat. Baru pada
1965, Syahrir diizinkan melakukan pengobatan di Zurich,
Swiss. Di kota itu pula Syahrir pada akhirnya meninggal pada
9 April 1966.

Sutopo Yuwono. Sutopo Juwono lahir di Yogyakarta, 27 Mei 1927


adalah seorang Letnan Jenderal TNI (Purn.). Ia mengawali
karier militer dengan masuk dalam Akademi Militer di Tokyo
dan bergabung dengan BKR pada masa Revolusi
Kemerdekaan. Pada 1955, ia masuk Seskoad dan
melanjutkannya di Sekolah Staf dan Komando AS di Fort
Leacenworth, Kansas, Amerika Serikat. Bersama dengan
pendidikan militer, ia tercatat sebagai salah seorang pendiri
Badan Rahasia Negara. Pada masa peristiwa 30 September, ia
adalah Kepala Staf Kodam V dan menjadi Panddam X/Lamung
Mangkurat tercatat sejak 15 nnovember 1965-19 Maret
1966. Ia menjadi Kepala Badan Koordinasi Intelejen Negara
hingga tahun 1774. Masa puncak kariernya ketika ia
menduduki jabatan sebagai Gubernur Lemhannas pada 1978
hingga tahun 1983. Dalam masa kepemimpinannya,
Lemhannas menjadi lembaga pengkajian dan pendidikan
nasional berdasarkan Konsepsi Ketahanan Nasional (Tannas)

296
NATION BUILDING (1951-1998)

yang bekerjasama dengan badan pemerintahan dan non


pemerintahan.

Syafri Syamsuddin. Lahir 30 Oktober 1952 di Sulawesi dengan


mengawali karier militer melalui pendidikan AKABRI Bagian
Darat pada 1974. Pada 1976, ia menjadi komandan Naggala X
Timor Timor, dan setahun kemudian menjadi Komandan
Nanggala XXI Aceh. Tahun 1997 menjadi Pangdam Jaya dan
tahun 2002-2005 menjadi Kapuspen TNI. Setelah berkarier di
bidang militer, ia masuk di dunia politik dengan menjadi wakil
Menteri Pertahanan Indonesia sejak 6 Januari 2010-20
Oktober 2014 dan menduduki posisi Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertahanan Indonesia sejak 2005. Pada saat
menjabat sebagai Sekjen Kementerian Pertahanan, ia
mencoba melakukan pembenahan dari dalam terutama pada
pengadaan alat utama sistem persenjataan.

Syarif Thayeb. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada


masa Orde Baru. Syarif Thayeb lahir di Peureulak, Aceh pada
1920. Ia menjabat sebagai Rektor Universitas Indonesia ke-5
pada 1962-1964. Pada bulan Agustus 1964, Presiden Sukarno
menunjuk Syarif Thayeb sebagai Menteri Perguruan Tinggi
dan Ilmu Pengetahuan (PTIP). Ia kembali menduduki kursi
kabinet pada masa kepresidenan Suharto. Dalam Kabinet
Pembangunan II pada 1974-1978, Syarif Thayeb menjabat
sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Semasa

297
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

menjabat, ia mengeluarkan Instruksi Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia No. 1/U/1978 pada 31
Januari 1978. Instruksi tersebut menetapkan agar rektor dan
Kopertis membekukan seluruh kegiatan Dewan Mahasiswa,
Senat Mahasiswa, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa dan
badan-badan sejenisnya.

-T-

Taman Ismail Marzuki (TIM). Adalah kompleks pusat kesenian yang


terletak di Jalan Cikini Raya No 73, Menteng, Jakarta Pusat.
TIM diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 10
November 1968. TIM adalah pusat kesenian tradisional
maupun kesenian kontemporer yang dampak positifnya tidak
hanya bagi sastrawan Jakarta, tetapi juga di berbagai daerah
di Indonesia. Di kawasan Taman Ismail Marzuki ini terdapat
gedung Perpustakaan Daerah, Planetarium, Pusat
Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Akademi Jakarta, Institut
Kesenian Jakarta, dan Dewan Kesenian Jakarta.

Taman Mini Indonesia Indah (TMII). TMII adalah taman yang


memberikan gambaran miniatur dari keberagaman,
kekayaan, dan keindahan Indonesia. Pembangunan TMII
digagas oleh Ibu Tien Soeharto. Gagasan tesebut muncul saat
ia mendengarkan dan menghayati uraian isi pidato Presiden
Soeharto mengenai kebesaran, keanekaragaman, dan

298
NATION BUILDING (1951-1998)

kekayaan Indonesia yang seharusnya dipelihara dan


dilestarikan sebagai aset nasional. Serangkaian kunjungan
resmi kenegaraan ke luar negeri juga ternyata memberikan
kesan khusus bagi Ibu Tien. Kunjungan ke luar negeri tersebut
melahirkan hasrat di hati Ibu Tien untuk membangun sebuah
pusat kebudayaan. Berangkat dari hal tersebutlah, gagasan
agar dibuatnya sebuah proyek yang menggambarkan
Indonesia ke dalam bentuk yang kecil. TMII mewakili
berbagai potensi dan kondisi alamiah dan kebudayaan
daerahnya. Tujuan pendirian TMII berdasarkan amanat
Presiden Soeharto untuk menciptakan keseimbangan
pembangunan fisik ekonomi dan mental spiritual yang
tersebutdalam lima aspek dan prospek, yaitu spiritual,
pendidikan dan kebudayaan, serta teknologi ekonomi dan
kesejahteraan.

Tan Malaka. Seorang pahlawan nasional dan tokoh pejuang


kemerdekaan Republik Indonesia. Tan Malaka atau Sultan
Datuk Tan Malaka lahir di Pandan Gading, Suliki, Sumatera
Barat pada 2 Juni 1897. Di usia 16 tahun, tepatnya pada 1912,
Tan Malaka melanjutkan pendidikannya ke Negeri Belanda.
Setelah pecah Revolusi Rusia pada 1917, Tan Malaka semakin
berminat mempelajari sosialisme dan komunisme. Ia sering
mengikuti berbagai pembicaraan politik kaum kiri di
Amsterdam. Setelah kembali ke Indonesia pada 1919, Tan
Malaka mulai menulis artikel di surat kabar. Tan Malaka juga

299
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

menulis brosur berjudul “Sovyet atau Parlemen”. Pandangan


tentang kedua bentuk pemerintahan tersebut dimuat di
majalah Soeara Rakjat. Ketika ISDV (Perserikatan Demokrasi
Sosial Hindia) ingin mengganti nama, Tan Malaka
menyarankan nama “Partai Nasional Revolusioner Indonesia”
tetapi ditolak oleh Semaun yang menginginkan nama
“Persatuan Komunis”. Ketika Tan Malaka menjadi ketua
Partai Komunis Indoensia setelah kepergian Semaun ke Rusia
pada 1921, ia mengembangkan cabang-cabang PKI ke
daerah-daerah dan mengecam pemerintahan kolonial yang
menindas para buruh. Setahun kemudian Tan Malaka
ditangkap Pemerintah Kolonial Belanda karena terlibat aksi
pemogokan buruh perkebunan. Ia kemudian minta untuk
diasingkan ke Belanda, tidak lama setelah itu Tan Malaka
pergi ke Moskwa. Pada 1942-1943, Tan Malaka menulis buku
Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang
menyuguhkan cara berpikir baru untuk memerangi cara
berpikir lama (dipengaruhi takhayul atau mistik yang
menyebabkan orang menyerah secara total kepada alam). 3
tahun kemudian Tan Malaka kembali ditangkap dengan
tuduhan menggerakkan rakyat menentang Perjanjian
Linggarjati antara Indonesia dan Belanda. Tidak lama
kemudian Tan Malaka juga dituduh terlibat dalam peristiwa 3
Juli 1946, yakni peristiwa kudeta terhadap pemerintah.
Namun pengadilan menyatakan Tan Malaka tidak bersalah
sehingga ia dibebaskan. Selanjutnya, Tan Malaka merintis

300
NATION BUILDING (1951-1998)

pembentukan Partai Murba pada 7 November 1948 di


Yogyakarta. Pada persitiwa Pemberontakan PKI Madiun 1948,
Tan Malaka sedang berada di Kediri untuk mengumpulkan
sisa-sisa anggota PKI yang belum tertangkap. Pada bulan
Februari 1949 Tan Malaka tertangkap bersama sejumlah
pengikutnya dan mereka ditembak mati di tempat. Pada 1963
Tan Malaka dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh
Presiden Sukarno.

Tanaka. Perdana Menteri Jepang yang menduduki jabatannya dalam


masa kurun 1972-1974. Perdana Menteri Tanaka sempat
melakukan kunjungan ke Indonesia pada 14 Januari 1974
sampai 17 Januari 1974. Kehadirannya disambut dengan
protes mahasiswa yang sejak beberapa hari sebelumnya telah
melakukan demonstrasi anti penanaman modal asing.
Demonstrasi tersebut berlanjut menjadi kekacauan bahkan
hingga terjadi pembakaran di beberapa tempat. Peristiwa ini
juga dikenal sebagai peristiwa Malaria atau Malapetaka Lima
Belas Januari. Menyusul peristiwa Malari, pemerintah
mengambil tindakan tegas dengan menangkap dan menahan
para mahasiswa yang terlibat demonstrasi berujung
kekacauan tersebut. Pemerintah juga menutup beberapa
media cetak seperti, Indonesia Raya, Abadi, Nusantara,
Harian Kami, serta Mahasiswa dan Pedoman.

301
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Televisi Republik Indonesia (TVRI). Berdiri pada 24 Agustus 1962,


berdasarkan SK Menpen RI No. 20/SK/VII/61, ditandai dengan
siaran perdana Asian Games di Stadion Utama Gelanggang
Olah Raga Bung Karno. Hingga 1976, status TVRI berbentuk
yayasan TVRI dengan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden, hingga kemudian status berubah menjadi UPT (Unit
Pelaksana Teknis) dibawah Departemen Penerangan. Sampai
Oktober 2001, TVRI baru diubah menjadi Perseroan Terbatas
(PT) TVRI di bawah pengawasan Departemen Keuangan RI
dan Kantor Menteri Negara BUMN. TVRI merupakan stasiun
tertua di Indonesia dan satu-satunya televisi yang
jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia.

Tengku Abdul Rahman. Bapak Kemerdekaan Malaysia. Tengku Abdul


Rahman lahir di Alor Setar, Kedah, Malaysia pada 8 Februari
1903. Ia adalah putra ke-7 dari Sultan Kedah, Pangeran Abdul
Rahman Ibni. Tengku Abdul Rahman merupakan Ketua
Menteri Federasi Malaya (Persekutuan Tanah Melayu) sejak
1956. Ia juga menjadi perdana menteri pertama Malaysia
sejak kemerdekaan Malaysia dari Inggris pada 1957. Selama
aktif di bidang politik, Tengku Abdul Rahman konsisten
menunjukkan sikap anti komunis dan cenderung lebih dekat
pada pengaruh Barat. Ia memiliki cita-cita menyatukan
berbagai etnis yang tinggal di wilayah Malaysia. Tengku Abdul
Rahman menjadi symbol keberhasilan kerjasama politik
antara etnis Cina dan Melayu di Malaysia. Ia juga dikenal

302
NATION BUILDING (1951-1998)

sebagai pribadi yang cerdas dan mampu menggerakkan


pendengarnya melalui pendapat-pendapat dengan logika
yang sederhana. Tengku Abdul Rahman mundur dari dunia
politik Malaysia pada 1970 dengan kekecewaan karena
Malaysia dinilai belum menjadi bangsa yang berhasil. Hal ini
menyusul peristiwa kekerasan pada 1969 antara etnis Cina
dan Melayu yang memakan banyak korban jiwa dan
membuat Tengku Abdul Rahman menangis dalam sebuah
siaran radio. Namanya kembali muncul di panggung politik
Malaysia pada 1988 karena kritik yang ia lontarkan kepada
Mahathir Muhammad. Dengan kondisi kesehatan yang
kurang baik, Tengku Abdul Rahman berkeliling ke wilayah-
wilayah Malaysia untuk melawan kebijakan-kebijakan
Mahathir, dan memberikan dukungan kepada rival-rival
politiknya. Gerakan ini tidak berhasil karena Mahathir
Muhammad pada akhirnya terpilih menjadi Perdana Menteri.
Tengku Abdul Rahman meninggal dunia di Kuala Lumpur
pada 6 Desember 1990 dalam usia 87 tahun.

Tentara Islam Indonesia. Adalah pasukan gabungan sabilillah,


hizbullah dan organisasi islam lainnya dalam rangka
pembentukan Darul Islam/Negara Islam Indonesia dengan
Kartosuwiryo sebagai Imamnya. Pembentukan pasukan
terjadi pada Konferensi Cisayong pada 10 Februari 1948,
dengan mengangkat R. Oni sebagai Komandan Resimen.
Sesuai keputusan Konferensi Pangwedusan mengangkat

303
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Kamran sebagai panglima Divisi Tentara Islam Indonesia.


Tentara Islam Indonesia melaksanakan tugas di medan
pertempuran dalam rangka mempertahankan Negara Islam
Indonesia yang diproklamirkan pada 7 Agustus 1949,
menggunakan taktik hit and run dan memancing kesatuan
TNI masuk perangkap, meski hanya dipersenjatai oleh golok
dan senjata tajam seadanya. TII dibubarkan setelah 1962
ketika berakhirnya Negara Islam Indonesia.

Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi (TRIPS). Adalah


tentara yang dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia
untuk memperjuangkan kemerdekaan di Sulawesi.
Pembentukan tentara bertujuan untuk membantu
perjuangan masyarakat Sulawesi dalam menghadapi NICA.
Dalam pembentukan tentara tersebut, Jenderal Sudirman
mengirimkan beberapa tentara dari Jawa untuk membantu
melatih Tokoh pembentukkan TRIPS adalah Bau Massepe.

Teuku Muhammad Hasan. Teuku Muhammad Hasan adalah


Gubernur Sumatera Pertama pasca proklamasi kemerdekaan
Indonesia dikumandangkan. Saat menjabat sebagai anggota
PPKI Muhammad Hasan berperan dalam memutuskan
berbagai persoalan menyangkut pengumuman Proklamasi
Kemerdekaan yang berlangsung dalam sidang PPKI pada 16
Agustus 1945. Pasca Proklamasi Kemerdekaan, Sukarno
meminta Teuku Muhammad Hasan bertemu dengan Ki Bagus

304
NATION BUILDING (1951-1998)

Hadikusumo untuk bersama-sama mempertimbangkan


kembali beberapa materi pokok rancangan Undang-Undang
Dasar.
Sejak Desember 1948 sampai Maret 1949, Teuku
Muhammad Hasan menjabat sebagai Ketua Pemerintah
Darurat Republik Indonesia (PDRI) sekaligus merangkap
sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
serta Menteri Dalam Negeri. Selama kurun waktu 1950-1957,
ia menjabat beberapa posisi, yaitu anggota DPRS di Jakarta,
sebagai Wakil Ketua Panitia Negara Urusan Pertambangan,
Ketua Panitia Penasihat tentang Pelaksanaan Ordonansi
Statistik, dan Gubernur Departmen Kementerinan Dalam
Negeri. Teuku Muhammad Hasan dianugerahi sebagai
Pahlawan Nasional pada 2006 atas jasa-jasanya sebelum
maupun setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
Teuku Muhammad Hasan dilahirkan pada 4 April
1906 di Sigli, Aceh. Ayahnya, Teuku Bintara Ibrahim adalah
seorang Ulee Balang di Pidie. Teuku Muhammad Hasan
mengawali karier pendidikannya dengan memasuki Sekolah
Rakyat (Volkschool) di Lampoih Saka pada 1914. Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya di sekolah milik Belanda,
Europeesche Lagere School (ELS) dan berhasil
menyelesaikannya pada 1924. Selepas menyelesaikan
studinya di ELS, ia melanjutkan sekolah menengahnya di
Koningen Wilhelmina School (KWS), Batavia. Setelah itu,
masih di kota yang sama Hasan melanjutkan pendidikannya

305
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

di Rechtsschool (Sekolah Tinggi Hukum) Batavia. Pada usianya


yang menginjak 25 tahun Teuku Muhammad Hasan
memutuskan untuk bersekolah di Leiden University, Belanda.
Di Belanda Hasan kemudian bergabung dengan Perhimpunan
Indonesia. Di Organisasi itulah ia bertemu dengan tokoh-
tokoh kebangsaan lain seperti, Mohammad Hatta, Ali
Sastroamidjojo, Abdul Madjid Djojodiningrat, dan Nasir Datuk
Pamuntjak. Hasan berhasil menyelesaikan studinya di
Universitas Leiden dan mendapatkan gelar Meester in de
Rechten (Master of Laws) pada 1933.

The New Emerging Force (NEFOS). Adalah kekuatan blok baru yang
dibentuk untuk menyaingi kekautan blok yang telah ada
seperti Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni
Soviet). Presiden Sukarno adalah salah satu tokoh yang
mempelopori pembentukan NEFOS bersama negara-negara
sosialis di Asia, di antaranya Republik Rakyat Tiongkok, Korea
Utara, dan Vietnam Utara. Pada masa Orde Lama, kebijakan-
kebijakan politik luar negeri Indonesia lebih condong kepada
negara-negara sosialis yang masuk dalam NEFOS.

Tim Ahli Ekonomi Presiden Soeharto. Pada masa awal


pemerintahannya Presiden Soeharto memfokuskan pada
pembangunan ekonomi. Pada 15 Juni 1968 berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 195 Tahun 1968 dibentuk suatu
tim ahli ekonomi beranggotakan delapan ahli ekonomi

306
NATION BUILDING (1951-1998)

terkemuka yang bertugas untuk mengikuti perkembangan


ekonomi dan mengajukan pertimbangan-pertimbangan
mengenai masalah ekonomi kepada Presiden Soeharto.
Delapan tim ahli ekonomi tersebut terdiri dari Prof. Widjojo
Nitisastro, Prof. Dr. Ali Wardhana, Prof. Dr. Soemitro
Djojohadikusumo, Drs. Radius Prawiro, Prof. Dr. Ir. Moh Sadli,
Dr. Emil Salim, Drs. Frans Seda, dan Prof Subroto.

Tragedi Trisakti (12 Maret 1998). Adalah peristiwa penembakan


empat orang mahasiswa Trisakti, yaitu Elang Mulia Lesmana,
Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie, dipicu
oleh demonstasi mahasiswa di seluruh Indonesia menuntut
adanya perubahan akan pemerintahan yang demokratis serta
reformasi total. Demontrasi yang semakin melebar
menyebabkan mahasiswa sudah mulai turun ke jalan-jalan
kota. Unjuk rasa pada 12 Mei diawali dengan aksi damai
pihak Universitas Trisakti yang kemudian berakhir rusuh
setelah adanya long march. Untuk perjalanan sejarah Bangsa
Indonesia, peristiwa ini mengawali keruntuhan ekonomi,
kekejaman ABRI, korupsi rezim, dan kemustahilan akan
adanya reformasi telah memporakporandakan “banteng”
terakhir keabsahan rezim dan ketertiban social. Peristiwa ini
juga memicu munculnya kerusuhan pada 13-15 Mei dan
mengakhiri masa Orde Baru. Peristiwa ini menjadikan MPR
dan ABRI mengadakan sidang istimewa untuk memilih
presiden baru.

307
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Tri Komando Rakyat (Trikora) 19 Desember 1961. Adalah Pidato


Sukarno yang disampaikan di rapat raksasa di Yogyakarta
dalam rangka mengambil alih Irian Barat dari Belanda yang
sudah menyatakan akan memberi “kemerdekaan” terhadap
Irian Barat sebagai negara sendiri dengan nama “Negara
Papua”. Dalam hal ini, Belanda telah mencoba menjadikan
permasalahan Irian Barat sebagai masalah dekolonisasi di
dalam forum PBB, yaitu sebagai koloni yang akan
dimerdekakan. Oleh karena itu, Presiden Sukarno selaku
Presiden Republik Indonesia mengumumkan komando yang
berisi gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan
Belanda, kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air
Indonesia, dan bersiaplah untuk mobilisasi umum
mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan
Bangsa. Dengan adanya komando ini, usaha Belanda dapat
digagalkan.

Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA). Adalah tuntutan pembubaran PKI


setelah peristiwa 30 September 1965 kian keras dan
bertambah luas. Dengan dipelopori oleh Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan KAPPI bergabung dalam
Front Pancasila memenuhi halaman DPRGR dengan
mengajukan tiga buah tuntutan. Tuntutan tersebut berisi (1)
pembubaran PKI; (2) pembersihan Kabinet dari Unsur-unsur
PKI dan (3) penurunan harga dan perbaikan ekonomi. Aksi
tersebut berlangsung 12 Januari 1966, tidak mendapat

308
NATION BUILDING (1951-1998)

tanggap yang semestinya dari Presiden. Selanjutnya pada 15


Januari, perwakilan KAMI diundang untuk mengikuti sidang
kabinet Dwikora. Dalam sidang, Presiden Sukarno kembali
mengulang kesediaannya untuk memberikan penyelesaian
politik terhadap PKI. Selama sidang berlangsung, aksi tetap
berlangsung di depan Istana Bogor, tempat berlangsungnya
sidang. Aksi ini berakhir dengan pelopor perjuangan rakyat
dalam menumbangkan orde lama dan menegakkan Orde
Baru yang kemudian dikenal sebagai Angkatan 66.

Trilogi Pembangunan. Adalah tiga asas pembangunan pemerintahan


Soeharto yang bertujuan agar tercapainya masyarakat adil
dan makmur yang merata secara material maupun spiritual
berdasarkan Pancasila. Trilogi pembangunan meliputi (1)
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat; (2)
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; (3) stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis.

-U-

U Nu. Perdana Menteri Burma pertama setelah terbebas dari


penjajahan Inggris pada Januari 1948. U Nu yang dikenal
sebagai seorang pengikut Budha yang taat, sebelumnya
merupakan seorang guru. Ia muncul sebagai pemimpin
setelah meninggalnya pemimpin gerakan nasionalis Aung

309
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

San. U Nu juga dikenal sebagai salah satu tokoh Konferensi


Asia Afrika yang diadakan di Bandung, Indonesia pada 1955.
Jabatan perdana menteri dipegangnya antara 1948-1962. U
Nu menjadi Perdana Menteri pada tiga masa jabatan yakni
sebagai Perdana Menteri pertama (1948-1956), Perdana
Menteri ketiga (1957-1958) dan Perdana Menteri kelima
(1960-1962). Pada 1962 U Nu dilengserkan dari jabatannya
melalui sebuah kudeta militer, yang sekaligus mengawali
pemerintahan militer di Burma. U Nu meninggal dunia pada
14 Februari 1995 dalam usia 87 tahun.

Umar Wirahadikusumah. Adalah Wakil Presiden Indonesia ke-4


(1983-1988) bersama Presiden Soeharto. Umar
Wirahadikusumah lahir di Situraja, Sumedang, Jawa Barat, 10
Oktober 1924 dan wafat pada usia 79 tahun di Jakarta, 21
Maret 2003. Penerima beberapa penghargaan (bintang jasa)
ini dikenal sebagai sosok pejabat yang lebih banyak bekerja
daripada bicara. Memulai pendidikan kemiliteran pada zaman
Jepang. Ia mengikuti latihan pemuda Seinendojo (Sunen
Dancho) Tangerang (1943), lalu masuk latihan perwira
(Shoodanchoo) Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
(1944). Kemudian pendidikan Chandra Muka (1951), SSK AD
(1955) hingga Sus Jenderal (1966). Kehandalannya
mendukung Panglima Kostrad Mayjen Soeharto menumpas
PKI, membuatnya dipercaya menjabat Panglima Komando
Strategi Tjadangan Angkatan Darat (Pangkostrad) (1965-l967)

310
NATION BUILDING (1951-1998)

menggantikan Mayjen Soeharto. Beberapa bulan kemudian


diangkat menjadi Pangkolaga (1966). Lalu menjadi Wakil
Panglima Angkatan Darat (Wapangad) (1967-1969). Karier
militernya berpuncak saatmenjadi Kepala Staf AD (Desember
1969-AprII1973). Setelah itu, ia menjabat Ketua Badan
Pengawas Keuangan (BPK) selama 10 tahun (1973-l983).
Kemudian ia terpilih menjabat Wakil Presiden RI (1983-1988)
mendampingi Presiden Soeharto.

Uniao Democratica Timorense (Udt-Persatuan Demokratik Rakyat


Timor). Adalah salah satu partai yang terbentuk pada 1974
dalam rangka mewujudkan kemerdekaan di Timor Timur
setelah penjajahan Portugis mengalami kemunduran. Dalam
memperjuangan kemerdekaan UDT lebih memilih jalan
merdeka dengan jalan yang bertahap dan melalui
perundingan-perundingan. Partai inilah yang menjalin
hubungan dengan Indonesia untuk membangun kerjasama
dan integerasi Timor timur dengan Republik Indonesia. UDT
merupakan partai yang menyerukan untuk penandatangan
petisi inegerasi dengan Indonesia. Salah satu pimpinan UDT
adalah Mario Viegas Carraascalao yang akhirnya menjabat
sebagai Gubernur pertama Timor-timor pada 1987 dan 1992.

United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA). Adalah


badan yang dibentuk oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
dalam menyelesaikan permasalahan Irian Barat antara

311
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Belanda dan Indonesia. Terbentuk setelah penandatanganan


perjanjian New York tanggal 15 Agustus 1952. Badan tersebut
bertugas menjalankan pemerintahan sementara di Irian Barat
selama masa peralihan dimulai pada 1 Oktober 1962. Negara
yang tergabung didalamnya adalah Belgia, Amerika Seikat,
dan Australia. Adapun tugas pokok UNTEA adalah menerima
penyerahan pemerintahan atau wilayah Irian Barat dari pihak
Belanda, menyelenggarakan pemerintahan yang stabil di Irian
Barat selama suatu masa tertentu, dan menyerahkan
pemerintahan atas Irian Barat kepada pihak Republik
Indonesia. Pada 1 Mei 1963, UNTEA ditarik oleh PBB setelah
penyerahan resmi Irian Barat kepada Republik Indonesia.

Untung Sutopo, Letnan Kolonel. Tokoh kunci Gerakan 30 September


1965. Untung merupakan salah satu lulusan terbaik akademi
militer. Ia menjadi salah satu anak buah Suharto dalam
penyerbuan Irian Barat dan dipercaya sebagai Panglima
Mandala. Untung juga pernah menjadi Komandan Batalyon
545/Benteng Raiders yang berbasis di Srondol, Semarang,
sebelum akhirnya ditarik ke Resimen Cakrabirawa. Untung
melarikan diri setelah Gerakan 30 September gagal. Menurut
beberapa keterangan, ia tertangkap secara tidak sengaja.
Dalam Sidang Mahkamah Milter Luar Biasa (Mahmilub),
Untung menolak tuduhan bahwa ia melakukan gerakan untuk
menggulingkan pemerintah yang sah tetapi ia mengaku

312
NATION BUILDING (1951-1998)

bersalah telah menggerakkan orang lain untuk melakukan


pembunuhan secara terencana.

Usep Ranawijaya. Adalah seorang tokoh intelektual dalam bidang


hukum. Mantan Sekretaris Jendral Konstituante yang ikut
menyusun konstitusi baru sebagai pengganti UUD 1945. Pada
1959, konstitusi baru tidak kunjung selesai karena
perdebatan ideologis Presiden Sukarno yang mengambil
keputusan untuk membubarkan Konstituante dan
memberlakukan kembali UUD 1945. Dalam bidang hukum,
Usep Ranawijaya meletakkan konsep hukum dalam mengurai
hukum Tata Negara. Menurutnya penguraian hukum tata
negara, mau tidak mau harus menyinggung secara langsung
atau tidak langsung terhadap kebijakan penguasa dalam
penerapan hukum pada suatu waktu dan keadaan. Dalam
bidang pendidikan, intelektualitasnya menjadikannya
menjadi guru besar Universitas 17 Agustus 1945. Ia Pernah
menjadi Duta Besar Indonesia di Vietnam.

Uskup Belo. Monsignor Carlos Filipe Ximenes Belo adalah pejuang


pembebasan Timor Leste dan merupakan salah satu
penerima Nobel Perdamaian. Ia lahir di Baucau Timor Leste
pada 1948. Pendidikan awalnya di tempuh di Timor Leste dan
ia kemudian diangkat menjadi Pastor pada 1980 di Lisbon,
Portugal. 3 tahun kemudian ia diangkat menjadi
administrator apostolik di Dili. Belo kemudian diangkat

313
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

menjadi Uskup pada 1988. Keterlibatan Uskup Belo dalam


politik merupakan bentuk kepeduliannya terhadap rakyat
Timor Leste. Pada 2 Februari 1989 Uskup Belo mengirimkan
surat kepada PBB yang melaporkan adanya pembunuhan
terhadap rakyatnya dan ia meminta diadakan referendum
bagi Timor Timur. Pada 1996 bersama Jose Ramos Horta, ia
mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian. Keterlibatan
Uskup Belo dalam politik pembebasan Timor Leste membuat
nyawanya terancam sehingga ia harus lari ke Australia. Pasca
referendum Uskup Belo kembali bersama UNTAET ikut
mempersiapkan pemerintahan Timor Leste. Ia kembali
melakukan pelayanan sebagai pemimpin gereja setelah Timor
Leste secara resmi merdeka.

-V-

Van Mook. Hubertus Johannes van Mook adalah Wakil Gubernur


Jenderal Hindia Belanda dalam kurun waktu 1944-1948. Van
Mook lahir di Semarang pada 30 Mei 1894. Ia dibesarkan lalu
menempuh pendidikan dasar dan menengah di Hindia
Belanda. Pendidikan Tinggi ditempuh Van Mook di Leiden
pada 1916-1918. Van Mook sejak muda telah memiliki
gagasan tentang Hindia Belanda sebagai sebuah negara yang
berdiri sendiri dengan bentuk federasi. Setelah kemenangan
sekutu pada 1945, Van Mook sebagai wakil Gubernur
Jenderal bertanggung jawab untuk memulihkan kekuasaan

314
NATION BUILDING (1951-1998)

Belanda di Indonesia. Berbeda dengan keinginan pemerintah


Belanda yang menginginkan perlawanan fisik terhadap para
pejuang kemerdekaan, Van Mook berusaha melakukan
perundingan. Setelah gagal berunding dengan Sukarno, ia
mendekati Sutan Syahrir. Keduanya berusaha menempuh
jalan diplomasi antara Indonesia dan Belanda, dan menekan
adanya konflik fisik, namun gagal.

-W-

Wachid Hasjim, K.H. Salah satu anggota Badan Persiapan Usaha


Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Abdul Wahid Hasyim lahir di
Jombang pada 1 Juni 1914. Ia merupakan putera dari K. H.
Hasyim Asy’ari, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng.
Wahid Hasyim dikirim sang ayah untuk belajar ke sejumlah
pesantren di Jawa Timur dan Timur Tengah. Selama masa
belajar, Wahid Hasyim bersentuhan dengan pemikiran Islam
modern yang kemudian ia bawa ke Pondok Pesantren
Tebuireng yang dipimpin ayahnya. Ia menggagas perubahan
sistem pendidikan di Pesantren tersebut dengan
memasukkan pengetahuan umum dan mendorong para
santri untuk banyak membaca dan berorganisasi.
Wahid Hasyim juga mendirikan Madrasah Nizamiyah
yang pelajarannya disampaikan dalam tiga bahasa, yakni
bahasa Arab, Inggris, dan Belanda. Madrasah ini pada

315
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

awalnya diselenggarakan di serambi Masjid Tebuireng


dengan 29 orang siswa pertama. Wahid Hasyim sendiri aktif
dalam Nahdatul Ulama.
Pada usia 25 tahun ia terpilih menjadi Ketua Majelis
Islam A’la Indonesia (MIAI). Melalui MIAI, Wahid Hasyim
menuntut status Guru Ordonantie 1925 yang membatasi
aktivitas guru-guru agama. Menjelang kemerdekaan
Indonesia, Wahid Hasyim menjadi wakil Nahdlatul Ulama
dalam BPUPKI dan PPKI. Ia juga aktif dalam Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi). Pada masa pemerintahan
Sukarno, Wahid Hasyim ditunjuk sebagai Menteri Negara
Urusan Agama Indonesia. Ia kembali menjadi Menteri Agama
Indonesia yang bertugas antara tahun 1949-1952. Wahid
Hasyim meninggal di usia yang terbilang muda, 38 tahun. Ia
meninggal dalam sebuah kecelakaan di Kota Cimahi pada 19
April 1953.

Wahab Chasbullah, K.H. Salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama


dan juga seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Wahab
Chasbullah lahir di Jombang pada 31 Maret 1888. Ayahnya, K.
H. Hasbullah Said merupakan pengasuh pesantren
Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Sebelum mendirikan
Nahdatul Ulama, Wahab Hasbullah dikenal sebagai seorang
agen perjalanan haji. Keahliannya dalam berbisnis ikut
berperan dalam usahanya menyatukan kaum ulama. Pada
1918, bersama Hasyim Asy’ari, ia mendirikan Nahdhatul Tujar

316
NATION BUILDING (1951-1998)

(Kebangkitan Pedagang) yang merupakan jaringan niaga


muslim Jombang dan Surabaya. Kemudian pada 1926, ia ikut
mendirikan NU bersama kyai pesantren tradisional lain.
Wahab Hasbullah diangkat menjadi Rais Aam Syuriah NU
antara 1947-1971. Ia meninggal dunia pada 29 Desember
1971 dalam usia 83 tahun. Wahab Hasbullah diangkat sebagai
pahlawan nasional pada 7 November 2014.

Wajib Belajar Sembilan Tahun. Adalah program pemerintah Orde


Baru dalam bidang pendidikan. Upaya pelaksanaan wajib
belajar Sembilan tahun di kelompok usia 7-15 tahun mulai
diresmikan pada Pencanangan Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 Tahun pada 2 Mei 1994. Kebijakan ini diperkuat
dengan dikeluarkannya Intruksi Presiden Nomor 1 tahun
1994. Program wajib belajar diakui banyak kalangan telah
terbutki meningkatkan taraf belajar dan menurunkan angka
buta huruf.

Warung Telkom (WARTEL). Adalah tempat penyedia jasa


telekomunikasi umum. Pembangunan Wartel yang
kebanyakan didominasi oleh pihak swasta ini dimulai pada
1993. Melalui Wartel masyarakat dimudahkan dalam
menggunakan jasa telepon, faksimile, telegram dan email.

Wawasan Nusantara. Diartikan sebagai cara pandang dan sikap


bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografi

317
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam


pelaksanaannya, Wawasan Nusantara mengutamakan
kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk
mencapai tujuan nasional.

Widjojo Nitisastro. Seorang ahli ekonomi Indonesia. Ia menjabat


sebagai Menteri Negara Pelaksanaan Pembangunan Nasional
periode 1971-1973. Widjojo Nitisastro lahir pada 1927 di
Malang. Pada 1945 ia bergabung menjadi tentara pelajar di
Surabaya. Widjojo Nitisastro menempuh pendidikan tinggi di
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam bidang
demografi. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan di
Universitas California Berkeley hingga mendapatkan gelar
doktor. Widjojo Nitisastro sempat mendapatkan tekanan dari
PKI pada saat ia menjabat sebagai Pembantu Dekan Bagian
Akademik FE UI. Pada masa Demokrasi Terpimpin, FE UI
dituding PKI sebagai sarang pemikiran kapitalis. Pada
pencetusan Deklarasi Ekonomi oleh Sukarno pada 28 Maret
1963 tidak ada dosen FE UI yang terlibat di dalamnya. Isi
deklarasi kemudian dianggap tidak sesuai dengan prinsip
ekonomi FE UI. Posisi FE UI yang dipandang sebagai musuh
pemerintah masih terasa hingga Widjojo Nitisastro diangkat
menjadi dekan pada 1964. Peristiwa G30S memunculkan
banyaknya protes di kalangan mahasiswa, termasuk
mahasiswa FE UI terhadap Sukarno dan PKI. Widjojo
Nitisastro juga menunjukkan keberaniannya dalam

318
NATION BUILDING (1951-1998)

mengkritik pemerintahan Sukarno dalam “Pekan Tjeramah &


Seminar Soal2 Ekonomi & Keuangan” yang diadakan pada 4
Januari 1966 oleh KAMI FE UI. Gagasan-gagasan dalam
seminar ini nantinya menjadi dasar isi Ketetapan No.
XXIII/MPRS/1966 tentang “Pembaharuan Kebijakan Landasan
Ekonomi Keuangan dan Pembangunan”. Widjojo Nitisastro
kembali muncul dalam pembentukan kebijakan ekonomi
negara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Di
bawah Presiden Soeharto, Widjojo Nitisastro diangkat
sebagai Ketua Badan Perancang Pembangunan Nasional pada
1968, sebelum akhirnya pada tahun 1971 ia diangkat sebagai
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional.
Pengaruh Widjojo Nitisastro melemah setelah lengsernya
Presiden Soeharto. Meski demikian, ia sempat diangkat
sebagai pemimpin Tim Ekonomi Indonesia dalam Paris Club
pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur. Pada 2011,
Widjojo Nitisastro meluncurkan buku berjudul The
Indonesian Development Experience: Collection of Writing
and Speeches.

Widodo, Jenderal Polisi. Lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 1


September 1927, merupakan mantan Kapolri pada periode
1974-1978. Widodo memasuki karier kepolisian dengan
menyelesaikan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian pada 1955.
Setelah itu, Widodo menjadi Kabag Organisasi Polisi di
Purwarkarta selama tiga tahun 1956-1959. Pada awal 1960, ia

319
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

memperdalam ilmu militernya di US Coast Guard Officers


Candidate School dan selesai pada tahun itu juga.
Sepulangnya dari Amerika, Widodo menjabat sebagai Kabag
Operasi Polisi Jakarta Raya. Kemudian jabatannya beralih
menjadi Panglima Korp Perairan dan Udara pada 1964,
Panglima Daerah Kepolisisan II Sumatera Utara pada 1967,
dan Kadapol VII Metro Jaya periode 1970-1974. Selepas
menjadi Kadapol Metro Jaya, Widodo dilantik menjadi
Kapolri. Selama menjadi Kapolri, ia mendirikan Kantor
Bersama Tiga Instansi (Samsat) dalam rangka pengurusan
surat-surat kendaraan bermotor seperti STNK dan BPKB.
Widodo meninggal pada 5 Mei 2017.

Willibrordus Surendra Broto Rendra. Seorang aktor, sutradara, dan


penyair. W.S. Rendra lahir di Surakarta pada 7 November
1935. Pada 1968 Rendra mendirikan Bengkel Teater, yang
awalnya sulit berkembang. Tekanan penguasa membatasi
kegiatan seni Rendra. Pada 1977 Rendra dicekal oleh
pemerintah dan dilarang untuk tampil di depan umum.
Rendra kembali membangun Bengkel Teater Rendra pada
1985. Sepanjang hidupnya, Rendra banyak menulis naskah
drama dan puisi. Di antara naskah drama yang ditulisnya
adalah Orang-orang di Tikungan Jalan, Panembahan Reso,
Kasidah Barzani. Sedang karya puisinya antara lain, Nyanyian
Angsa dan Sajak Rajawali. Tidak sedikit karyanya yang

320
NATION BUILDING (1951-1998)

diterbitkan kembali dalam terjemahan bahasa Inggris. Rendra


meninggal pada 6 Agustus 2009 dalam usia 75 tahun.

Wiluyo Puspoyudo. Adalah Gubernur pertama Lembaga Ketahanan


Nasional (Lemhannas) pada 1965. Wiluyo lahir di Balikpapan,
Kalimantan Timur. Ia adalah Wakil Ketua MPRS dan anggota
Dwikora 1964 sebagai Menteri Koordinator. Ia mengawali
kariernya dibidang militer dan pernah terlibat menjadi
donatur PB IPPI

Wiranatakusuma V. Adalah Menteri Dalam Negeri Republik


Indonesia yang pertama. Namanya sering dieja dengan Aria
Wiranatakusuma (1888-1965). Lahir di Bandung sebagai
keturunan ningrat, Wiranatakoesoemah mendapat
pendidikan di ELS, OSVIA, dan HBS. Sewaktu pembentukan
Republik Indonesia Serikat, ia pernah menjabat sebagai wali
atau Presiden Negara Pasundan, salah satu
negara federal RIS. Selain itu ia juga merupakan Bupati
Bandung Periode 1920-1931 dan Periode 1935-1945. Pada
1945, ia diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia, setelah itu ia menjadi Ketua Dewan Pertimbangan
Agung dari 1945 sampai 1948, sebelum akhirnya menjadi
Presiden Negara Pasundan.

Wiranto. Seorang politisi dan pendiri Partai Hati Nurani Rakyat


(Hanura). Wiranto memulai karier militernya pada 1968. Ia

321
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

ditunjuk sebagai ajudan Presiden Suharto periode 1989-1993.


Pada Maret 1998 Wiranto ditunjuk sebagai Panglima ABRI
dan berhenti pada masa pemerintahan Abdurahman Wahid.
Setelah pensiun, Wiranto dengan bergabung dalam Partai
Golkar. Wiranto terpilih menjadi kandidat presiden dari partai
Golkar pada 2004 dan menempati urutan ketiga. Dua tahun
kemudian Wiranto mendeklarasikan partai yang didirikannya,
Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura). Melaui Partai ini
Wiranto bersama Yusuf Kalla mencalonkan diri sebagai
Capres-Cawapres namun gagal. Partai Hanura awalnya
kembali mencalonkan Wiranto sebagai Capres pada 2014,
namun rencana ini tidak tercapai karena kurangnya dukungan
partasi politik.

Wismoyo Arismunandar. Lahir di Bondowoso, 10 Februari 1940. Ia


adalah purnawirawan tinggi TNI-AD yang menjabat sebagai
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) selama 1993-1995. Ia
merupakan lulusan dari Akademi Militer Nasional tahun
1963. Selama karier militer, ia menjadi Ajudan Presiden
Soeharto dan Komandan Grup IV Kopasus, Serang. Selama
menjadi Brigadir Jenderal jabatannya sebagaiKepala Staf
Daerah Militer IX/ Udayana. Kemudian menjadi Panglima
Daerah Militer VIII/Trikora, Panglima Daerah Militer IV
Dipenogoro dan Panglima Komando Cadangan Strategis
Angkatan Darat, hingga menjadi Wakil Kepala Staff Angkatan
Darat, dan Kepala Staf Angkatan Darat. Setelah pensiun dari

322
NATION BUILDING (1951-1998)

dunia militer, ia diberi jabatan sebagai Ketua Komite


Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Wongsonegoro. Salah satu anggota BPUPKI. Ia lahir di Surakarta pada


20 April 1897. Setelah kemerdekaan, Wonsonegoro
menduduki beberapa kursi menteri pada beberapa periode.
Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Mohammad
Hatta, Wongsonegoro ditunjuk sebagai Menteri Dalam
Negeri. Pada masa Kabinet Mohammad Natsir, ia
mendapatkan tugas sebagai Menteri Kehakiman Indonesia.
Jabatan ini dipegangnya antara 1950 sampai 1951.
Selanjutnya pada masa Kabinet Sukiman Wirjosandjojo, ia
menduduki posisi sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia. Pada 1953-1955 ia menjadi Wakil
Perdana Menteri dalam Kabinet Ali Satroamidjojo.
Wongsonegoro meninggal di usia 81 pada 20 April 1978.

-X-

Xanana Gusmao. Presiden pertama Timor Leste. Ia lahir di Manatuto


Timor-Leste pada 20 Juni 1946. Karier politiknya dimulai pada
1974 ketika ia bergabung dalam Associacao Social Democrata
(ASDT) yang kemudian berubah menjadi Frente
Revolucionária de Timor-Leste Independente, disingkat
Fretilin. Setelah Indonesia mengambil alih Timor Leste,
Xanana Gusmao tetap melanjutkan perlawanan. Setelah

323
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

gerilya yang dijalankan,ia ditangkap dan dipenjarakan pada


1992. Di dalam penjara Xanana Gusmao tetap merancang
strategi perlawanan, termasuk mempelajari hukum, Bahasa
Inggris dan Bahsaa Indonesia. Ia juga menulis. Xanana
Gusmao dibebaskan pada 7 September 1999, setelah Timor
Leste secara resmi lepas dari Indonesia melalui Referendum
30 Agustus 1999. Xanana Gusmao kemudian terpilih menjadi
Presiden pertama Timor Leste pada 14 April 2002.

-Y-

Yayasan Supersemar. Adalah sebuah organisasi nirlaba yang digagas


oleh Presiden Soeharto. Yayasan ini didirikan pada 16 Mei
1974 dan banyak memberikan beasiswa kepada para
mahasiswa yang terkendala biaya dalam menuntaskan
pendidikannya. Yayasan Supersemar memosisikan diri
sebagai mitra pemerintah dalam mengatasi masalah dana
pendidikan bagi keluarga tidak mampu.

Yoga Sugama. Adalah Ketua Badan Koordinasi Intelejen Negara


(BAKIN) yang menjabat dari 1974 sampai 1989. Yoga
Soegomo lahir di Tegal, Jawa Tengah pada 12 Mei 1925. Ia
menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan
Bangsa Bangsa periode1971-1974. Dikenal sebagai sosok
yang sangat dipercayai Soeharto dan menjadi salah satu dari
empat jenderal kepercayaan Soeharto. Yoga Soegomo pernah

324
NATION BUILDING (1951-1998)

menyarankan Soeharto untuk mundur dari Presiden dengan


empat alasan utama, yaitu dari faktor usia Soeharto, masa
keemasan Soeharto telah lewat, adanya kecemburuan sosial
karena adanya bisnis keluarga Soeharto yang menggurita,
dan sumber dan jaringan informasi menyempit akibat
kesenjangan generasi. Usulan Yoga tetap ditolak Soeharto,
setelah memberikan saran Yoga Soegomo mundur dari
kepala BAKIN, dan pada 1979 resmi menanggalkan
jabatannya. Sejak itu, Yoga tidak banyak berkecimpung di
dunia intelijen. Pada 2003 Yoga tutup usia, jenazahnya
dimakamkan di TMP Kalibata.

Yusuf Muda Dalam. Menteri Urusan Bank Sentral Republik pada


masa pemerintah Sukarno. Yusuf Muda Dalam lahir di Aceh
pada 1 Desember 1914. Jabatan menteri urusan Bank Sentral
ia pegang pada kurun waktu 1963-1966. Yusuf Muda Dalam
bergabung dalam Partai Nasionalis Indonesia pada 1954 dan
duduk sebagai pengurus pusat. Pada masa jabatannya, Yusuf
Muda Dalam menjadi salah satu kepercayaan Sukarno dalam
masalah perbankan. Ketika Sukarno berusaha mengontrol
penuh sistem perbankan dengan menggabungkan bank-bank
milik negara, Yusuf Muda Dalam mendapatkan kekuasaan
penuh dalam menentukan berbagai aturan mengenai hal itu
dan menempatkan orang-orang untuk menduduki posisi-
posisi penting. Yusuf Muda Dalam dicopot dari jabatannya,
dalam upaya reformasi perbankan yang dilakukan

325
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

pemerintah Suharto. Ia juga diajukan ke depan pengadilan


antara lain dengan tuduhan korupsi.

-Z-

Zaman Baru, Majalah. adalah majalah bulanan yang diterbitkan oleh


Lembaga Kebudayaan Rakyat pada kurun waktu 1955-1956.
Pada awalnya, redaksi majalah ini dipimpin oleh A.S Dharta,
setelah itu Rivai Apin dan S. Antaguna secara berturut-turut
memimpin majalah ini.

326
NATION BUILDING (1951-1998)

DAFTAR PUSTAKA

A. Makmur Makka. The True Life of Habibie: Cerita di Balik


Kesuksesan. Jakarta: PT Mizan Publik, 2008.

A. Teeuw. Sastra Baru Indonesia. Flores: Penerbit Nusa Indah. Tanpa


Tahun.

A.R. Soehoed. Proyek Asaha : Perjalanan Panjang Membangun


Industri Dasar Aluminium. Jakarta: Gatra Pustaka, 2007.

Abdul Munir Mulkhan dan Beliveer Singh. Demokrasi di Bawah


Bayangan Mimpi N-11: Dileme Politik Islam dalam Pradaban
Modern. Jakarta: Pustaka Buku Kompas. 2011.

Abdul Syukur. “Hubungan Masyarakat dan Negara”. Dalam Taufik


Abdullah & A.B Lapian (ed.). Indonesia dalam Arus Sejarah.
Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2010.

Abdul Syukur. Gerakan Usroh di Indonesia: Peristiwa Lampung 1989.


Yogyakarta: Ombak, 2003.

Agung, Ide Anak Agung Gde. Renville. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1991.

Ai Rospirawati. Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia


(Perwari) Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta (Thesis),
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.

Ajip Rosidi. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya,


2013.

Akbar Tanjung. The Golkar Way. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


2007.

327
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Ambarak A. Bazer. Islam di Timor Timur. Jakarta: Gema Insani Press,


1995.

Amien Rais dan Muhammad Najib. Amien Rais dari Yogya ke Bina
Graha. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Anhar Gonggong. Calon Pahlawan Nasional Raden Pandji Soeroso.


Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982.

_____________. Muhammad Husni Thamrin. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Keebudayan, 1985.

Anwar Harjono. Indonesia Kita: Pemikiran Berwawasan Iman-Islam.


Jakarta: Gema Insani, 1995.

Arif Santoso etall. Hoegeng: Oase Menyejukkan Di Tengah Perilaku


Koruptif Para Pemimpin Bangsa. Yogyakarta: Bentang
Pustaka, 2009.

Artawijaya. Belajar dari Partai Masjumi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,


2014.

Arum Wahyuningtias. Upaya Hb. Jassin Dalam Penyelesaian Polemik


Heboh Sastra Cerpen “Langit Makin Mendung” Karya
Kipanjikusmin Di Majalah Sastra Tahun 1968-1970.
AVATARA, E-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli
2015

Azyumardi Azra, dkk (ed.). Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid


III. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.

Basilio Dias Araujo. Timor Timur : Gagalnya Sebuah Diplomasi : Suatu


Analisa dan Kritik Dari Seorang Pelaku Sejarah. Depok: Indie
Publishing, 2014.

Cribb, R. B. & Audrey Kahin. Historical Dictionary of Indonesia.


Lanham: Scarecrow Press, 2004.

328
NATION BUILDING (1951-1998)

Deliar Noer. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:


LP3ES. 1996.

Dengel Holk H. Darull islam – NII dan Kartosuwirjo: Angan-angan


Yang Gagal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2012.

Didik Pradjoko. “Timor Timur pada Era Orde Baru”. Dalam Taufik
Abdullah & A.B Lapian (ed.). Indonesia dalam Arus Sejarah.
Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2010.

Elson, Robert. Soeharto: Sebuah Biografi Politik. Jakarta: Pustaka


Minda Utama, 2005.

Fachri Ali. Esai Politik tentang Habibie: Dari Teknokrasi ke Demokrasi.


Bandung: Mizan, 2013.

Faisal Ismail. Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama: Wacana


Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1999.

Frans Hitipeu. Dr. Johannes Leimena: Karya dan Pengorbanannya.


Jakarta: Departmen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1986.
Hlm: 129.

McTurnan Kahin, Geoge. Southeast Asia: A Testament. London:


Psychology Press, 2003.

Ginandjar Kartasasmita. 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Tiara


Pustaka, 1981.

Gunn, Geoffrey C. Historical Dictionary of East Timor. Maryland:


Scarecrow Press, 2010.

Guruh Dwi Riyanto, Pebriansyah Ariefana. Rapor Capres. Yogyakarta:


Galang Press, 2014.

Hanafi Hartanto. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 2004.

329
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Hanta Yuda. Presidensialisme Setengah Mati: Dari Dilema ke


Kompromi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Hendrawan Supratikno. Ekonomi Nurani VS Ekonomi Naluri. Jakarta:


Pustaka Obor, 2011.

Hendro Subroto. Sintong Pandjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para


Komando. Jakarta: Kompas, 2009.

Hersri Setiawan. Kamus Gestok. Yogyakarta: Galang Press, 2003.

Hindley, Donald. The Communist Party in Indonesia 1951-1963.


California: University of Californi, 1966.

Hwang, Julie Cernov. Umat Bergerak: Mobilisasi Damai Kaum Islamis


di Indonesia, Malaysia dan Turki. Jakarta: Freedom Institute.
2011.

Ide Anak Agung Gde Agung. Kenangan Masa Lampau: Zaman Kolonial
Hindia Belanda dan Zaman pendudukan Jepang di Bali.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.

Iin Nur Insaniwati. Mohamad Roem: Karier Politik dan


Perjuangannya, 1924-1968. Yogyakarta: Indonesia Tera, SNI
jilid VI, 2002.

Indra J. Piliang. “Gerakan Mahasiswa Mengontrol dan Mengoreksi


Negara”. Dalam Taufik Abdullah & A.B Lapian (ed.). Indonesia
dalam Arus Sejarah. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2010.

Ishak Rafick. Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia: Sebuah


Investigasi 1997-2007, Mafia Ekonomi, dan Jalan Baru
Membangun Indonesia. Jakarta: Ufuk Publishing House, 2008.

Iwa Kusuma Sumantri. Hasil karya dan pengabdiannya. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1983.

Jajat Burhanudin. Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik


Muslim dalam Sejarah Indonesia. Jakarta: Noura Books, 2012.

330
NATION BUILDING (1951-1998)

John Rosa. Dalih Pembunuhan Massal. Jakarta: Institut Sejarah Sosial


Indonesia dan Hasta Mitra, 2008.

Julius Pour dkk. Presiden Republik Indonesia 1945 - 2014. Jakarta:


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.

Kammen, Douglas Anton, Siddharth Chandra. A Tour of Duty:


Changing Patterns of Military Politics in Indonesia in the
1990s. Sheffield: Equinox Publishing, 2010.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Wahid Hasyim (Tokoh Islam di Awal Kemerdekaan). Jakarta :


Kepustakaan Populer Gramedia, 2011.

Kholid Novianto. “Politik Luar Negeri Indonesia Masa Orde Baru”.


Dalam Taufik Abdullah & A.B Lapian. Indonesia dalam Arus
Sejarah. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2012.

La Botz, Dan. Made in Indonesia: Indonesian Worker Since Suharto.


New York: South End Press, 2001.

Lee, Khoon Choy. Golden Dragon and Purple Phoenix: The Chinese
and Their Multi-Etnic Decendant in Southeast Asia. Singapore:
World Scientific, 2013.

Leo Suryadinata. Prominent Indonesian Chinese: Biographical


Sketches. Singapore: Institute of South Eas Asian Studies..
2015.

Liow, Joseph & Michael Liefer. 2014. Dictionary of the Modern Politics
of Southeast Asia. Abingdon: Routledge.

Lismiarti dkk. Frans Kaisiepo. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, 1996.

331
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Macmudin Noor. Lahirnya Provinsi Timor Timur: Dokumentasi


tentang Proses Dekolonisasi Timor Timur. Jakarta: Badan
Penerbit Almanak Republik Indonesia, 1977.

Maman S Mahayana. “Sastra Indonesia Zaman Orde Baru”. Dalam


Taufik Abdullah & A.B Lapian (ed.). Indonesia dalam Arus
Sejarah. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2010.

Mardanas Safwan. Mayor jenderal anumerta D.I Panjaitan. Jakarta:


Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan, 1981.

Marwati Djoened Poesponegero. Sejarah Nasional Indonesia IV.


Jakarta: Balai Pustaka, 1984.

_____________. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka,


1984.

___________. Sejarah Nasional VI. Jakarta: Balai Pustaka, 2008.

Moch Nur Ichwan. “Menuju Islam Moderat Puritan: Majelis Ulama


Indonesia dan Politik Ortofoksi Keagmanaan”. Dalam Martin
van Bruinessen (ed), Conservative Turn: Islam Indonesia
dalam Ancaman Fundamentalisme. Bandung: Mizan, 2014.

Moh. Demar. Pahlamwan Nasional Gatot Subroto. Jakarta:


Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1976.

MPB. Manus. Tokoh-Tokoh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. 1993.

Muchtaruddin Ibrahim. Cut Nyak Dien. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan , 1996.

Muhammad Ibrahim. Mr. Teokoe Muhammad Hasan: Karya dan


Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1983.

332
NATION BUILDING (1951-1998)

Muhammad Iskandar, dkk., Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid


3: Institusi dan Gerakan. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai
Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.

Muhammad Ridwan dkk. Modul Latihan Kader Himpunan Mahasiswa


Islam (HMI) Cabang Ciputat. Tangerang: HMI Cabang Ciputat,
2008.

Nabil A Hayaze. Karim. A.R Baswedan Revolusi Batin Sang Printis.


Bandung, Mizan, 2011.

Natalie Mobini-Kesheh. The Hadrami Awakening: Kebangkitan


Hadrami di Indonesia. Jakarta: Penerbit Akbar, 2007.

Nazaruddin Nasution dkk. Pasang Surut Hubungan Diplomatik


Indonesia dan Kamboja. Phnom Penh: Kedutaan Besar
Republik Indonesia Kamboja, 2002.

Nugroho Notosusanto. Naskah Proklamasi jang Otentik dan Rumusan


Pantjasila jang Otentik. Jakarta: Pusat Sejarah ABRI, 1972.

Ooi, Keat Gin. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor


Wat to East Timor, Volume 1. Santa Barbara: ABD-CLIO, 2004.

Panitia Penulisan Ensiklopedi Kapolri. Ensiklopedi KAPOLRI: Jenderal


Polisi M. Ng. Soetjipto Joedodihardjo Kapolri ke 4 Periode
Tahun 1965 s.d. 1968. Jakarta: Panitia Penulisan Ensiklopedi
Kapolri, 2007.

Pengembangan Informasi (PSPI). Tanjung Priok Berdarah, Tanggung


Jawab Siapa: Kumpulan Fakta dan Data.Yogyakarta: Gema
Insani Press.

Petrik Matanasi. Untung Cakrabirawa dan G30S. Yogyakarta: Trompet


Book, 2011.

333
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Sejarah


Daerah Jawa Timur. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan,
1978.

R. Z. Leirissa et all. Ensiklopedi Tokoh Kebudayaan. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.

_____________.Sejarah. Nasional Indonesia Jilid VII. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.

Rahman, Tunku Abdul, 87, Dead; First Prime Minister of Malaysia.


The New York Times. December 7, 1990.

Redaksi Great Publisher. Buku pintar politik: sejarah, pemerintahan,


dan ketatanegaraan. Yogyakarta: Galang Press, 2009.

Restu Gunawan. “Penanganan Kesehatan Pada Mada Orde Baru”.


Dalam Taufik Abdullah & A.B Lapian (ed.). Indonesia dalam
Arus Sejarah. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2010. Hlm:
216.
Ricklefs, M. C. Islamization and It’s Opponents in Java: A Political,
Social, Cultural, and Religious History c. 1930 to The Present.
Honolulu: University of Hawai’i Press, 2012.

_____________. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press, 2005.

Robinson, Richard. Indonesia: The Rise of Capital. Sheffield: Equinox


Publishing, 2009.

Roeder, O.G. Anak Desa: Biografi Presiden Soeeharto. Jakarta: Cv. Haji
Masaagung. 1990.

Rosalia Sciortio. Menuju Kesehatan Madani. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 1999.

Rosihan Anwar. Sejarah Kecil (Petite Histore) Indonesia Jilid 5 Sang


Pelopor: Tokoh-tokoh Sepanjang Perjalanan Bangsa. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, 2012.

334
NATION BUILDING (1951-1998)

_____________. Sejarah Kecil (Petite Historie) Indonesia Jilid I.


Jakarta: Pustaka Buku Kompas, 2004.

_____________. Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan Sebelum


Prahara Politik, 1961-1965. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2006.
Rosser, Andrew. The Politics of Economic Liberalization in Indonesia:
State, Market, and Power. London: Routledge, 2013.

Sartono Kartodirjo dkk. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975.

Silas Lauren Leimena. “Dari Bandung Plan ke Rencana Leimena”.


Dalam Victor Silaen (ed). Dr. Johanes Leimena Negarawan
Sejati & Politisi Berhati Nurani. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulya, tanpa tahun.

Siti Fatimah. “Wacana Gender dan Gerakan Perempuan:. Dalam


Taufik Abdullah dan AB. Lapian (ed.). Indonesia dalam Arus
Sejarah. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2012.

Soebantardjo. Jenderal Anumerta Basuki Rachmat. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

Soegito, A T. Prof. Mr. Dr. R. Supomo. Jakarta: Direktorat Jenderal


Kebudayaan, 1977.

Sri Indra Gayatri dkk. Sejarah Pemikiran Indonesia 1945-1966.


Jakarta: Direktorat Nilai Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah
dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
2007.

Sri Sudjiati Ningsih. Otto Iskandar Dinata. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1983.

Subhan S.D.. Mereka Bilang di Sini Tidak Ada Tuhan: Suara Korban
Tragedi Priok. Jakarta: Gagas Media, 2014

335
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Sudiyo. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan


Kemerdekaan. Jakarta: Adi Mahasatya, 2002.

Sudjiati Ningsih. K.H.Wahid Hasyim. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan, 1984.

Sulastomo. Hari-hari yang panjang transisi Orde Lama ke Orde Baru:


Sebuah Memoar. Jakarta: Kompas, 2008.

Suradi Hp. Dkk. Sejarah Pemikiran Pendidikan dan Kebudayaan.


Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1986.

Suratmin dan Didi Kwartanada. Biografi A.R Baswedan: Membangun


Bangsa Merajut Keindonesiaan. Jakarta: Pustaka Buku
Kompas, 2014.

Suratmin. Pakubuwono VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, 1982.

Susanto Zuhdi. “Epilog: Masa Awal Reformasi”. Taufik Abdullah dan


A.B Lapian (ed.) Indonesia dalam Arus Sejarah. Jakarta: PT
Ichtiar Baru van Hoeve, 2012. Hlm: 641.

Syamsul Hadi. Disintegrasi Pasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal,


dan Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2007.

Taufik Abdullah. Pengayaan Materi Sejarah. Jakarta: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.

Tim Penulis BKKBN. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana Dan


Program Kependudukan. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional, 1981.

Tim Penulis Depdikbud. Usman Bin Haji Muhammad Ali Alias Janatin.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993.

Tim Penulis Depsos. Srikandi Bangsaku. Jakarta: Departemen Sosial


Republik Indonesia, 2002.

336
NATION BUILDING (1951-1998)

Tim Penulis Kemensos. Profil Pahlawan Nasional. Jakarta:


Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2016.

Tim Penulis LPPM UNIS. Sejarah Kabupaten Tangerang. Kab.


Tengerang: Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat
(LPPM) UNIS, 1992.
Tim Penulis Mendiknas. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional, 2003.

Tim Penulis PMII Ciputat. Modul MAPABA PMII Cabang Ciputat.


Tangerang: PMII Cabang Ciputat, 2012.

Tim Penulis Pusat Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia


Yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2000.

Tim Penulis Sekretariat ASEAN. ASEAN Regional Forum Documents


Series 1994-2006. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2007. Hlm: 3

Tim Penyusun Sekretariat Negara RI. 30 Tahun Indonesia Merdeka


1950-1964. Jakarta: Tira Pustaka, 1981.

Toni Prasetiantoro (ed). Transformasi Pertamina. Yogyakarta: Galang


Press, 2009.

U.J. Nasution. Asmara Hadi: Penyair Api Nasionalisme. Djakarta:


Gunung Agung, 1965.

Ulinuha Rosyadi. Biografi Tokoh Sastra. Jakarta: Balai Pustaka, 2012.

Van Bruinessen, Martin. Contemporary Developments in Indonesian


Islam: Explaining the “Conservative Turn”. Singapore:
Institute of Southeast Asian Studies, 2013.Wardaya, Baskara
Tulus F.X. Indonesia melawan Amerika "Konflik Perang
Dingin". Yogyakarta : Galang Pres, 2008.

Wie, Thee Kian. “Pembangunan Ekonomi: Pertumbuhan dan


Pemerataan”. Dalam Taufik Abdullah & A.B Lapian (ed.).

337
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

Indonesia dalam Arus Sejarah. Jakarta: PT Ichtiar Baru van


Hoeve, 2010.

William H. Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah


Revolusi. Jakarta: LP3ES, 1984.

Y.B. Mangunwijaya. Menuju Republik Indonesia Serikat. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama, 1998.
Yudiono K.S. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo,
2010.

SURAT KABAR DAN MAJALAH

“Orang Arab di Nusantara; Mencari Cincin Nabi Sulaiman”. Dalam


Historia Nomor 15 Tahun II, 2013.

Eric Pace. U Nu, First Premier of Independent Burma and Democracy


Advocate, Dies at 87. The New York Times, Februari 15, 1995.

INTERNET

Detail Biodata Pejabat Menteri: Feisal Tanjung. Tersedia dalam


http://kepustakaan-
presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat
.php?id=596&presiden_id=2&presiden=suh. Diakses 6 Juli
2017 pukul 22.25 WIB.

Detail Biodata Pejabat Menteri: Harmoko. Tersedia dalam


http://kepustakaan-
presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/?box=detail&id=317&
from_box=list_245&hlm=1&search_tag=&search_keyword=&
activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto.
Diakses pada tanggal 7 Juli 2017. Pukul 17.23

http://alsi-itb.org/737/ (akses: 22 Agustus 2017)

338
NATION BUILDING (1951-1998)

http://ditpolkom.bappenas.go.id (Akses: 27 Juni 2017)

http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Asmara_Hadi,

http://kemlu.go.id (akses: 27 Juni 2017)

http://pensa-sb.info/sejarah-gerakan-tani-indonesia/

http://piki.web.id/index.php/sample-page/sejarah-piki/

http://pwi.or.id/index.php/sejarah/770-sekilas-sejarah-pers-nasional
(Akses: 28 Juni 2017)

http://uin-suka.ac.id/page/universitas/1-sejarah,

http://www.akmil.ac.id/index.php?option=com_content&view=secti
on&id=5&Itemid=65 (Akses: 23 Agustus 2017).

http://www.icmi.or.id/organisasi/sejarah

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2858/Siasat

http://www.kajianpustaka.com/2015/07/pengertian-fungsi-kegiatan-
pokok.html

http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-
regional/Pages/ARF.aspx (Akses: 27 Juni 2017)

http://www.srikandipp.com/mengenal-sosok-jend-purn-yoga-
sugama-kabakin-yang-berani-meminta-soeharto-mundur/

http://www.tamanmini.com/profile.php (Akses: 22 Agustus 2017)

http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-
ensiklopedi/1806-banyak-bekerja-dan-sedikit-bicara

http://www.tvri.co.id/,http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/677/jbptu
nikompp-gdl-yudhamaula-33834-6-unikom_y-i.pdf

339
KAMUS SEJARAH INDONESIA
JILID II

http://www.uinjkt.ac.id/tentang-uin/

https://dkj.or.id/tentang-dkj/ (Akses: 22 Agustus 2017)

https://indonesiana.tempo.co/read/77291/2016/06/08/ahmad.yusdi
28/kemal-idris-jenderal-yang-mengarahkan-meriam-ke-istana

https://indoprogress.com/2016/09/ibrahim-hari-tani-dan-hkti/

https://www.persitpusat.com/sejarah-organisasi/

Prime Minister and Minister of Defense and Security of the


Democratic Republic of Timor-Leste. Tersedia dalam
http://timor-leste.gov.tl/?p=3&lang=en. (Akses: 6 Juni 2017)

Profile Ali Alatas. Tersedia dalam


https://alialatas.kemlu.go.id/profile-ali-alatas. (Akses: 6 Juli
2017)

Sejarah Partai Gerindra, tersedia dalam


http://partaigerindra.or.id/sejarah-partai-gerindra (Akses: 19
Januari 2018)

Serba Serbi Pejabat Menteri UI. 2013. Tersedia dalam


http://humas.ui.ac.id/node/7460. (Akses: 7 Juli 2017)

www.pgri.or.id (Akses: 26 Juni 2017)

340

Anda mungkin juga menyukai