Makalah Sejarah Perkembangan Pendidikan
Makalah Sejarah Perkembangan Pendidikan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Pendidikan Dasar Pada Masa Pendudukan Belanda ……………... 2
2.1.1 Awal Pelaksanaan Pendidikan Pada Masa Kolonial Tahun 1900-1930 …. 2
2.1.2 Pendidikan Dibawah Van Heutsz Dan Resesi Ekonomi …………………. 3
2.2 Karakteristik Pendidikan Menengah Pada Masa Pendudukan Belanda ………… 4
2.3 Karakteristik Pendidikan Tinggi Pada Masa Pendudukan Belanda …………….. 5
2.4 Karakteristik Pendidikan Kejuruan Pada Masa Pendudukan Belanda ………….. 7
2.5 Hakikat Politik Etis dalam Sejarah Pendidikan Indonesia Pada Awal Abad-20 .. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan dasar pada masa pendudukan Belanda.
2. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan menengah pada masa pendudukan Belanda.
3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan tinggi pada masa pendudukan Belanda.
4. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan kejuruan pada masa pendudukan Belanda.
5. Untuk mengetahui hakikat politik etis dalam sejarah pendidikan Indonesia awal abad ke-20.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pendidikannya. Kebetulan pada saat itu yang mau menempuh pendidikan lebih lanjut yaitu R. A
Kartini yang kemudian bersekolah di ELS Jepara.
2.1.2 Pendidikan Dibawah Van Heutsz Dan Resesi Ekonomi
Pada tahun 1904, muncul seorang gubenur jenderal baru yaitu Van Heutsz. Dia merupakan
pahlawan Belanda pada perang di Aceh. Ia ingin mengubah pendidikan untuk pribumi agar lebih
praktis. Yang dimaksud dengan praktis adalah ia ingin mendirikan sekolah kejuruan. Akan tetapi
sistem pendidikan tidak mudah diubah menjadi arah yang lebih praktis, dikarenakan sekolah
kejuruan yang belum memiliki peserta didik.
Kemudian, gubernur Van Heutsz melakukan penelitian terhadap sekolah dasar kelas satu
apakah tujuan telah berfungsi sebagai pengembangan potensi dan tingkat peradaban anak-anak
Bumiputra. Gubernur juga mengubah masa pendidikan sekolah dasar, yang pada awalnya hanya
5 tahun ditambah menjadi 6 tahun. Pada masa itu, mendirikan sekolah desa untuk melayani anak-
anak yang ingin bersekolah, yang masa belajaranya 3 tahun. Sekolah diresmikan kemudian
dilakukan percobaan pada 4 kabupaten. Percobaan sekolah desa itu juga memiliki fungsi untuk
meningkatkan kemakmuran masyarakat, dimana 40% anak usia 4-9 tahun bisa merasa sekolah.
Pada masa pemerintahan Belanda inilah rakyat pribumi mampu menempuh pendidikan dan
berkembang sampai dengan satat ini. Yang dulunya anak rakyat biasa hanya bisa sekolah sampai
sekolah desa, namun pada 1900-an anak rakyat biasa mulai dikenalkan dengan bahasa Belanda.
Adapun sekolah-sekolah dasar pada zaman kolonial belanda, di antaranya :
1. ELS (Euroopeesche Lagere School)
Sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda yang hanya diperuntukkan untuk
peranakan Eropa dan Belanda, dimana dalam proses pembelajarannya menitikberatkan
pada bahasa Belanda dengan masa sekolah 7 tahun. ELS didirikan pada tanggal 1817.
2. HCS (Hollandsch Chineesche School)
Sama seperti ELS, HCS juga didirikan oleh kolonial Belanda. Akan tetapi, HCS
diperuntukkan untuk anak keturunan Tionghoa di Hindia Belanda pada masa itu. Bahasa
yang digunakan sebagai bahasa pengantar adalah bahasa Belanda. HCS didirikan pada
tanggal 1908 oleh pemerintah Belanda.
3. HIS (Hollandsch Inlandsche School)
3
Rakyat yang bisa bersekolah di HIS hanyalah rakyat yang keturunan bangsawan
atau tokoh terkemuka. Sekolah ini didirikan pada tanggal 1914, bahasa yang digunakan
juga bahasa Belanda.
4
mengikuti pembelajaran di HRS ini adalah peserta didik dengan intelektual yang cukup
tinggi.
5
Namun, pada dasarnya tujuan didirikannya Rechts Hogeschool untuk kepentingan pihak
Belanda sendiri. Pihak Belanda memerlukan ketertiban dan keamanan pada wilayah-
wilayah jajahannya agar tetap terjaga. Selain menjaga ketertiban dan keamanan, pihak
Belanda juga bertujuan untuk melancarkan penanaman modal dan mengembangkan
industri di wilayah-wilayah jajahannya. Untuk masuk ke Perguruan Tinggi Rechts
Hogeschool, pihak Belanda mewajibkan calon mahasiswa berasal dari lulusan HIS
(Hollandsche Inlandsche School). Karakteristik pendidikan tinggi Rechts Hogeschool yaitu
memiliki masa studi selama 6 tahun dan lulusannya akan memperoleh gelar Meester (Mr).
Masa studinya juga memiliki bagian-bagian tertentu, yaitu bagian “Persiapan”
(Voorbereidende afdeeling) selama 3 tahun dan bagian “Keahlian hukum” (rechtsundige
afdeeling) selama tiga tahun. Pada masa “Persiapan” studi yang diberikan, yaitu Bahasa
Belanda, Bahasa Prancis, Sejarah Umum, Matematika, dan Pengetahuan Alam. Pada masa
“Keahlian hukum” studi yang diberikan, yaitu Pengantar Ilmu Hukum, Tata Negara
Belanda, Tata Negara Hindia Belanda, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang,
Hukum Rakyat, Hukum Adat, Hukum Acara, dan Hukum Melayu.
3. Pendidikan Tinggi Dokter
Pendidikan tinggi kedokteran pada masa pemerintah kolonial Belanda memiliki dua
perguruan tinggi, yaitu School tot Opleiding voor Indische Arsten (STOVIA) dan
Nederlandsch Indische Arsten School (NIAS). Awal mula didirikannya School tot
Opleiding voor Indische Arsten (STOVIA) oleh pemerintah kolonial Belanda karena
kekhawatiran akan kurangnya tenaga kesehatan untuk menghadapi berbagai macam
penyakit berbahaya di wilayah-wilayah jajahannya. Karakteristik pendidikan tinggi School
tot Opleiding voor Indische Arsten (STOVIA), yaitu mahasiswa diwajibkan memakai
pakaian daerah dan menggunakan bahasa pengantar Belanda. Selain itu, pendidikan tinggi
STOVIA memiliki masa studi yang cukup panjang, yaitu 3 tahun bagian “Persiapan”
(Pendidikan dasar tentang kedokteran) dan 7 tahun bagian “kedokteran” (Pendidikan
khusus kedokteran) sehingga lulusan School tot Opleiding voor Indische Arsten (STOVIA)
mendapatkan gelar inlandse arst atau dokter Bumiputra.
Nederlandsch Indische Arsten School (NIAS) didirikan pada tahun 1911. Awal mula
didirikannya Nederland Indische Arsten School oleh pemerintah kolonial Belanda
6
bertujuan berniat menambah dokter dan memperluas pendidikan dokter di Surabaya.
Sistem pendidikan tinggi Nederlandsch Indische Arsten School (NIAS) diadopsi dari
pendidikan tinggi STOVIA, yaitu bagian “Persiapan” (Pendidikan dasar tentang
kedokteran) selama 3 tahun dan bagian “kedokteran” (Pendidikan khusus kedokteran)
selama 7 tahun dengan lulusan memperoleh gelar Dokter Djawa.
7
Ambachtsschool menggunakan bahasa belanda dan hanya menerima bumiputra lulusan
HIS, HCS, dan Schakel dengan masa studi selama 3 tahun.
2. Sekolah Pertukangan (Amachts leergang)
Sekolah pertukangan (Amachts leergang) didirikan pada tahun 1881. Awal mula
didirikannya Amachts leergang bertujuan untuk mendidik tukang-tukang. Sekolah
Pertukangan ini menggunakan bahasa daerah dan hanya menerima bumiputra lulusan
sekolah lanjutan (Vervolgschool).
3. Sekolah Teknik (Technish Onderwijs)
Sekolah Teknik (Technish Onderwijs) didirikan pada tahun 1906. Technish Onderwijs
merupakan lembaga pendidikan lanjutan Ambachtsschool. Awal mula didirikannya
Technish Onderwijs bertujuan untuk mendidik tenaga-tenaga Indonesia untuk menjadi
pengawas. Technish Onderwijs menggunakan bahasa belanda dan memiliki masa studi
selama 3 tahun.
4. Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs)
Sekolah Pertanian (Landbouw Onderwijs) didirikan pada tahun 1903. Awal mula
didirikannya Landbouw Onderjis bertujuan untuk menghasilkan pengawas-pengawas
pertanian dan kehutanan. Landbouw Onderwijs menggunakan bahasa pengantar belanda
dan hanya menerima bumiputra lulusan sekolah Dasra. Namun, pada tahun 1911 sekolah
pertanian kembali mendirikan sekolah menengah atas yang diberi nama Middelbare
Landbouwschool yang hanya menerima lulusan dari MULO dan HBS. Landbouw
Onderwijs memiliki masa studi selama 3-4 tahun dengan dua jurusan, yaitu pertanian dan
kehutanan.
5. Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs)
Sekolah Dagang (Handels Onderwijs) didirikan pada tahun 1914. Awal mula
didirikannya Handels Onderwijs bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan eropa
yang berkembang dengan pesat. Handels Onderwijs memiliki masa studi selama 3 tahun.
2.5 Hakikat Politik Etis dalam Sejarah Pendidikan Indonesia Pada Awal Abad-20
Politik etis (etische politiek) yang biasa disebut dengan politik balas budi, dan suatu istilah
atau konsep yang digunakan untuk mensejahterakan bangsa jajahan. Sebelum politik etis
8
dicetuskan, masalah pendidikan hampir tidak tergarap dan memang sengaja tidak digarap. Sesuai
dalam tulisan Van Deventer yang dijuluki “Bapak Pergerakan Etis” dalam majalah De Gids pada
tahun 1908 yaitu sebagai berikut: “sampai pada waktu-waktu yang terakhir, hampir ada kita
memikirkan pendidikan kecerdasan dan penyempurnaan akal budi pekerti bangsa Bumiputera.
Asal pajak dibayarkan, kewajiban rodi dan bertanam dilakukannya, asal kehidupan rakyat tidak
sengsara, memadailah. Maka senanglah hati pemerintah.”
Anggota partai Demokrat Liberal, D.Fock (Menteri Jajahan) yang bersedia meluaskan dan
memajukan pendidikan bagi para pribumi. Snouck Hurgronje (professor indilog di Leiden tahun
1906) yang menyarankan agar pemerintah colonial belanda memberikan pendidikan kepada elit
pribumi dalam tradisi yang paling baik dari barat yang nantinya akan menjadi tokoh penting
yang berpengaruh dalam masyarakat Indonesia dan sementara itu, J.H. Abendanon (Direktur
Pendidikan di Hindia Timur 1900) banyak memberikan rangsangan yang menimbulkan
kesadaran pada angkatan muda Indonesia, salah satunya adalah Abdoel Moeis (pemimpin
Sarekat Islam) yang berhasil mengobarkan semangat pemikiran Raden Ajeng Kartini, yang pada
akhirnya mendirikan sekolah-sekolah untuk kalangan wanita di Indonesia. Sesuai dengan
semangat politik etis, pada tahun 1903 didirikanlah sekolah rendah yang dinamakan Volk School
(Sekolah Desa) suatu jenis sekolah yang lebih sederhana dengan masa belajar selama 3 tahun,
lalu selanjutnya didirikan Vervolg School (Sekolah Lanjutan) dengan masa belajar selama 2
tahun, dilanjutkan pula di tahun berikutnya yaitu Meer Uitgebreid Leger Onderwijs (MULO)
setingkat dengan SMP dan Algemeene Middelbare School (AMS) setingkat dengan SMA.
Sebagai contoh bagaimana sebenarnya Volk School (Sekolah Desa) dilaksanakan, yaitu
sebagai berikut:
a) Program pembelajarannya yaitu membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa
jawa.
b) Diajarkan juga keterampilan tangan seperti membuat keranjang, genting, pot, dan
lain sebagainya.
c) Tempat belajarnya bersifat sementara, yaitu memakai pendapa.
d) Guru-gurunya adalah dari kalangan penduduk sendiri, dengan gaji yang berupa
sebidang tanah untuk digarap.
e) Anak-anak akan duduk di lantai.
9
f) Bagi anak-anak yang memiliki kewajiban menggembala kerbau maka pada jam
belajar (antara pukul 09.00-12.00 dan 13.00-15.00), kerbau-kerbau yang mereka
gembalakan dapat dilepas pada sebidang tanah di sebelah tempat belajar yang
dipagari.
Walaupun nampaknya terlihat cukup baik tujuan didirikannya persekolahan tersebut,
ternyata masih ada kecenderungan diskriminatif. Yaitu dalam penyaringan anak-anak sekolah
dengan memberlakukan biaya sekolah yang cukup mahal, dan juga diutamakan bagi keluarga
keturunan darah biru (darah ningrat, darah keratin) atau juga kalangan para “priyayi (pangreh
praja). Dan bagi kalangan masyarakat rendah atau kurang berpunya tidak dapat memasukkan
anak-anaknya pada sekolah tersebut dan mengambil alternatif pada pondok pesantren.
Pada hakikatnya, pendidikan yang dilaksanakan pada program politik etis belum
menunjukkan adanya hal yang menggembirakan apalagi sampai mengenai derajat yang memadai.
Program politi etis itu hanya sampai memberikan hasil tersedianya birokrat baru itupun pada
level rendahan kebanyakan yang untuk direkrut dalam sistem pemerintahan kolonial Belanda.
Pendidikan juga belum dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dalam arti yang seluas-
luasnya sesuai dengan istilah atau konsep dari politik etis itu sendiri.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Belanda, rakyat pribumi mampu menempuh pendidikan dan
berkembang sampai dengan satat ini. Yang dulunya anak rakyat biasa hanya bisa sekolah sampai
sekolah desa, namun pada 1900-an anak rakyat biasa mulai dikenalkan dengan bahasa Belanda.
Adapun sekolah-sekolah dasar pada zaman kolonial belanda, di antaranya :
1. ELS (Euroopeesche Lagere School) yaitu Sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda
yang hanya diperuntukkan untuk peranakan Eropa dan Belanda.
2. HCS (Hollandsch Chineesche School) yaitu Sekolah Dasar pada zaman kolonial
Belanda yang hanya diperuntukkan untuk anak keturunan Tionghoa di Hindia Belanda.
3. HIS (Hollandsch Inlandsche School) yaitu Sekolah Dasar pada zaman kolonial Belanda
yang hanya diperuntukkan untuk keturunan bangsawan atau tokoh terkemuka.
Adapula jenis-jenis pendidikan menengah pada masa kolonial Belanda, sebagai berikut :
1. MULO (Meer Uit Gebreid Lager School) adalah kelanjutan dari sekolah dasar yang
menggunakan bahasa Belanda dalam proses pembelajarannya.
2. AMS (Algemene Middelbare School) merupakan sekolah menengah umum pada zaman
Hindia Belanda dengan masa studi tiga tahun yang merupakan kelanjutan dari MULO.
3. HBS (Hoobere Burger School) adalah sekolah menengah kelanjutan dari ELS (sekolah
dasar yang disediakan untuk golongan Eropa) atau sekarang dikenal dengan SMP.
Lalu adapula sekolah tinggi pada zaman kolonial Belanda, yaitu :
1. Sekolah Teknik Tinggi (Technische Hogeschool) yang dibangun karena diperlukannya
tenaga teknik yang terdidik untuk membangun insfratruktur fisik yang mendukung
kekuasaan kolonial Belanda.
2. Sekolah Hakim Tinggi (Rechts Hogescool) yang bertujuan untuk menghasilkan teknisi
atau ahli hukum terdidik.
3. Pendidikan Tinggi Dokter yang didirikan karena kekhawatiran akan kurangnya tenaga
kesehatan untuk menghadapi berbagai macam penyakit berbahaya di wilayah-wilayah
jajahan Belanda.
11
Kemudian ada juga sekolah-sekolah kejuruan pada zaman kolonial Belanda, di antaranya :
1. Sekolah pertukangan (Ambachtsschool) yang hanya menerima bumiputra lulusan HIS,
HCS, dan Schakel dengan masa studi selama 3 tahun.
2. Sekolah pertukangan (Amachts leergang) yang hanya menerima bumiputra lulusan
sekolah lanjutan (Vervolgschool).
3. Sekolah Teknik (Technish Onderwijs) yang merupakan lembaga pendidikan lanjutan
Ambachtsschool.
4. Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs) yang memiliki masa studi selama 3-4
tahun dengan dua jurusan, yaitu pertanian dan kehutanan.
5. Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan eropa yang berkembang dengan pesat.
Sementara pendidikan yang dilaksanakan pada program politik etis (yang biasa disebut
dengan politik balas budi, dan suatu istilah atau konsep yang digunakan untuk
mensejahterakan bangsa jajahan), belum menunjukkan adanya hal yang menggembirakan
apalagi sampai mengenai derajat yang memadai. Pendidikan juga belum dimaksudkan
untuk memberdayakan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya sesuai dengan istilah
atau konsep dari politik etis itu sendiri.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat begitu banyak
kekurangan dan masih memerlukan pembenahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada
segenap pembaca untuk memberikan masukan berupa kritik maupun saran, baik secara lisan
maupun secara tertulis, agar dapat memperbaiki isi makalah ini menjadi lebih baik. Diharapkan
pula, dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan para pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL :
Afandi, A.N., Swastika, A.I., & Evendi, E.Y. 2020. Pendidikan Pada Masa Pemerintahan
Kolonial di Hindia Belanda Tahun 1900-1930. Jurnal Artefak Vol.7 N0.1 (2020).
INTERNET :
https://irfanwineers.wordpress.com/2012/02/15/pendidikan-pribumi-pada-masa-penjajahan-
belanda/
http://helm-mmpt.pasca.ugm.ac.id/opini/opini/sejarah-pendidikan-tinggi-di-indonesia
https://www.gurupendidikan.co.id/tokoh-politik-etis/
https://nurdayat.wordpress.com/2008/02/11/politik-etis-dan-kondisi-umum-indonesia-pada-awal-
abad-ke-20-1/
13