Anda di halaman 1dari 53

BUKU PEDOMAN

PRAKTIKUM HISTOLOGI
SEMESTER I

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
TIM PENYUSUN

Endang Listyaningsih S., dr., M.Kes


Dr. Muthmainah, dr., M.Kes
Suyatmi, dr., MbiomedSc
Tri Agusti Sholikah, dr., M.Sc
Slamet Riyadi, dr., M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Tim Penyusun
dapat menyelesaikan buku Pedoman Praktikum Histologi Semester I.

Buku ini merupakan penunjang kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum pendidikan
kedokteran untuk semester I. Materi yang ditulis pada buku ini merupakan bagian dari
materi pembelajaran Blok 1.1 (Biology Cell and Hematologi), Blok 1.2 (Integumen and
Musculosceleton), dan Blok 1.3 (Digestive and Metabolism).

Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan buku ini yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.

Semoga buku ini dapat bermanfaat dan bila ada kekurangan kami menerima setiap
masukan untuk perbaikan buku ini.

Surakarta, Agustus 2021

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Tim Penyusun ....................................................................................................................... ii

Kata Pengantar .....................................................................................................................iii

Daftar isi ...............................................................................................................................iv

Topik Praktikum Blok 1.1 (Biology and Hematology) .........................................................1

Histologi Jaringan Epitel .......................................................................................................2

Histologi Jaringan Pengikat Sejati ........................................................................................8

Histologi Organ Sistem Limfatika ......................................................................................12

Topik Praktikum Blok 1.2 (Integumen and Musculosceleton) ............................................15

Histologi Kulit (Sistem Integumen) ....................................................................................16

Histologi Jaringan Tulang Rawan (Kartilago) ....................................................................24

Histologi Jaringan Tulang ...................................................................................................26

Histologi Jaringan Otot .......................................................................................................29

Topik Praktikum Blok 1.3 (Digestive and Metabolism) .....................................................32

Histologi Traktus Digestivus (Saluran Pencernaan) ...........................................................33

Histologi Glandula Digestiva (Kelenjar Pencernaan) .........................................................41

Daftar Pustaka .....................................................................................................................47

iv
Topik Praktikum Blok 1.1 (Biology and Hematology):

Histologi Jaringan Epitel

Histologi Jaringan Pengikat Sejati

Histologi Organ Sistem Limfatika dan Jaringan Darah

1
HISTOLOGI JARINGAN EPITEL

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa dapat mengidentifikasi berbagai macam epitel dalam fungsinya sebagai


membran penutup, sesuai dengan hasil pengamatannya dari preparat histologis.

Penejelasan Umum:

Jaringan epitel merupakan jaringan yang terdiri atas sel-sel polihidris yang saling
berhubungan dengan erat satu sama lain dan mengandung sedikit bahan antar sel.
Berdasarkan fungsinya maka jaringan epitel dapat berguna sebagai membran penutup
(disebut dengan epitel pelapis/penutup/membran) dan sebagai kelenjar (disebut dengan
epitel kelenjar).

Berdasarkan atas fungsinya sebagai membran penutup, bentuk sel epitel dapat dibedakan
rnenjadi 3 macam yaitu:
1. Sel skuamosa/gepeng: memiliki ukuran lebar yang lebih besar daripada tingginya.
2. Sel kuboid: memiliki ukuran lebar dan tinggi yang hamper sama.
3. Sel kolumner/silindris: memiliki ukuran tinggi yang lebih besar daripada lebarnya.

Menurut jumlah lapisan selnya, jaringan epitel dapat dibedakan menjadi:

1. Jaringan epitel selapis/simplex


Terdiri atas satu lapis sel yang kesemuanya melekat pada membrana basalis dan
mencapai permukaan bebas secara bersama-sama.

2. Jaringan epitel berlapis/complex/stratificatum


Terdiri atas dua atau lebih lapisan sel dan hanya sel-sel pada lapisan paling bawah yang
melekat pada membrana basalis.

3. Jaringan epitel berlapis semu/bertingkat/pseudocomplex/pseudostratificatum


Sebenarnya hanya terdiri atas satu lapis sel tetapi karena letak inti sel tidak sama tinggi,
sehingga memberi kesan seolah-olah ada beberapa lapisan sel. Tidak semua sel
mencapai permukaan bebas, tetapi semuanya melckat pada membrana basalis.

Pembagian lebih lanjut dari jaringan epitel didasarkan pada bentuk sel yang menyusunnya.
Khusus untuk epitel berlapis, pembagian lebih lanjut berdasarkan pada bentuk sel yang
menyusun pada lapisan paling superfisial/permukaannya saja, misalnya: epitel berlapis
gepeng maka bentuk sel yang gepeng/pipih hanya terdapat pada lapisan permukaan
sedangkan sel-sel di bawahnya bukan sel yang berbentuk pipih.

Dengan demikian pemberian nama pada epitel penutup/pelapis/membran didasarkan pada


jumlah lapisan sel penyusunnya dan bentuk sel penyusunnya (khusus untuk epitel berlapis
didasarkan pada bentuk sel penyusunnya yang paling superfisial). Selain itu kadang-
kadang pemberian nama epitel penutup/pelapis/membran juga ditambahi dengan jenis
bangunan/struktur yang ada di permukaan superfisial jaringan epitel, misal adanya silia

2
pada permukaan bebas epitel berlapis silindris, maka nama epitel tersebut adalah epitel
berlapis silindris dengan silia (epitel berlapis silindris bersilia).

Klasifikasi epitel penutup/pelapis/membran beserta contoh lokasi tempat epitel tersebut


dapat ditemukan:

No Jenis Epitel Lokasi

1. Epitel Selapis

a. Skuamosa − Alveoli pulmo


− Bagian tipis loop of Henle
− Lamina parietalis kapsula Bowman
− Rete testis

b. Kuboid − Folikel kelenjar tiroid


− Permukaan luar ovarium
− Lapisan berpigmen pada retina
− Permukaan dalam kapsula lentis bola mata

c. Kolumner tanpa silia − Dinding traktus digestivus


− Dinding kandung empedu

d. Kolumner bersilia : − Endometrium pada dinding uterus


− Kanalis sentralis medula spinalis (disebut
dengan sel ependim)
− Tuba falopii/tuba uterina
− Bronkus kecil pada traktus respiratorius

2. Epitel pseudokompleks

a. Kolumner tanpa silia − Sebagian saluran keluar kelenjar parotis


− Pars membranacea uretra pria

b. Kolumner bersilia − Sebagian besar traktus respiratorius


− Sebagian besar saluran keluar/duktus
ekskretorius sistem reproduksi pria
− Tuba audivtiva
− Sakus lakrimalis.

No Jenis Epitel Lokasi

3
3. Epitel berlapis

a. Skuamosa non-kornifikasi − Rongga mulut dan esophagus


− Sebagian epiglottis
− Kornea dan sebagian konjungtiva
− Vagina

b. Skuamosa dengan − Lapisan epidermis pada kulit (kornifikasi


kornifikasi tampak sangat tebal pada kulit telapak tangan
dan kaki)

c. Kuboid − Saluran keluar kelenjar keringat


− Lapisan epidermis pada kulit janin/fetus

d. Kolumner tanpa silia − Sebagian mukosa anus


− Forniks konjungtiva
− Faring - Uretra pars kavernosa

e. Kolumner bersilia − Laring


− Esofagus janin/fetus
− Permukaan atas palatum mole

4. Epitel transisional − Kaliks mayor


− Pelvis renalis
− Ureter
− Vesika urinaria
− Sebagian uretra

Membrana Basalis:
Adalah suatu membran tipis non seluler, yang terletak tepat di bawah epitel, tempat
jaringan epitel melekat. Membrana basalis tersusun oleh dua lapisan yaitu lamina basalis
(terdiri dari laminin, proteoglikgan, dan kolagen tipe IV) dan lamina retikularis/lamina
fibrosa (terdiri dari protein-polisakarida dan kolagen tipe III). Membrana basalis bersifat
permeabel terhadap zat-zat nutrisi untuk jaringan epitel di atasnya dan berfungsi untuk
melekatkan epitel dengan jaringan ikat di bawahnya. Membrana basalis dapat dilihat
dengan mikroskop cahaya sebagai lapisan tipis tepat di bawah jaringan epitel. Pada
berbagai tempat, ketebalan membrana basalis tidak sama, misalnya pada epitel kornea dan
trakhea membrana basalis sangat tebal, tetapi pada epitel epidermis kulit membrana basalis
tampak sangat tipis.

Bangunan atau struktur pada permukaan bebas epitel

4
1. Mikrovilii:
Mikrovilli merupakan tonjolan protoplasma pada permukaan bebas sel epitel yang
bersifat nonmotil (tidak dapat bergerak), berukuran pendek dan halus, berfungsi untuk
memperluas permukaan sel dalam hubungannya dengan proses absorbsi. Mikroviili
yang terdapat pada permukaan bebas sel epitel usus diberi nama striated border,
sedangkan yang terdapat pada permukaan bebas sel epitel tubulus proksimalis ginjal
dikenal sebagai brush border. Dengan mikroskop elektron diketahui bahwa striated
border tersusun oleh filament-filamen berukuran sama panjang dan tersusun rapat,
sedangkan brush border filamen-filamennya mempunyai ukuran panjang yang tidak
sama, dan jika dibandingkan dengan striated border filament-filamennya lebih panjang
dan lebih kasar. Pada mikroskop cahaya mikrovilli tampak sebagai garis vertikal yang
tersusun berjajar di permukaan bebas sel epteil.

2. Stereosilia
Stereosilia juga merupakan tonjolan protoplasma pada permukaan bebas sel epitel yang
bersifat nonmotil (tidak dapat bergerak) seperti mikrovilli, namun mempunyai ukuran
yang lebih panjang dibandingkan mikrovilli. Stereosilia dapat ditemukan pada
permukaan bebas epitel duktus epididimis. Tetes-tetes sekret sering dapat dilihat pada
permukaan bebas epitel duktus epididimis dan menyebabkan stereosilia saling melekat
satu dengan yang lain, sehingga epitel dengan stereosilia ini nampak seperti sikat yang
basah.

3. Kinosilia
Kinosilia atau sering disebut dengan istilah “silia” merupakan tonjolan protoplasma
yang panjang, halus, dan bersifat moti (dapat bergerak). Pada dasar tiap silia terdapat
basal granula/basal bodies. Dengan mikroskop elektron diketahui bahwa tiap silia
terdiri dari sepasang filamen sentral yang dikelilingi oleh 9 pasang filamen. Dengan
mikroskop cahaya silia tampak sebagai deretan garis vertikal pada permukaan bebas
epitel dan pada bagian basal dari deretan garis vertikal tersebut terdapat deretan basal
granula.

Pengamatan mikroskopis

1. Epitel selapis skuamosa:


Epitel ini tersusun oleh satu lapis sel berbentuk pipih, semua sel penyusunnya melekat
pada membrana basalis dan semua sel penyusunnya mencapai permukaan bebas epitel.
Pada potongan sejajar permukaan jaringan, sel-sel penyusunnya tampak berbentuk
poligonal ireguler dengan inti bulat terletak di tengah sel. Pada potongan tegak lurus
permukaan jaringan, sel tampak berbentuk pipih dengan inti berbentuk pipih terletak di
tengah sel.

2. Epitel selapis kuboid:


Epitel ini tersusun oleh satu lapis sel berbentuk kubis, semua sel penyusunnya melekat
pada membrana basalis dan semua sel penyusunnya mencapai permukaan bebas epitel.
Pada potongan sejajar permukaan jaringan, sel-sel penyusunnya tampak berbentuk
heksagonal dengan inti bulat terletak di tengah sel. Pada potongan tegak lurus
permukaan jaringan, sel tampak berbentuk segi empat sama sisi dengan inti berbentuk
bulat terletak di tengah sel.

5
3. Epitel selapis kolumner bersilia:
Epitel ini tersusun oleh satu lapis sel berbentuk silindris, semua sel penyusunnya
melekat pada membrana basalis dan semua sel penyusunnya mencapai permukaan
bebas epitel. Pada permukaan bebas epitel terdapat bangunan/struktur berupa silia. Pada
potongan sejajar permukaan jaringan, sel-sel penyusunnya tampak berbentuk
heksagonal dengan inti bulat terletak di tengah sel. Pada potongan tegak lurus
permukaan jaringan, sel tampak berbentuk empat persegi panjang dengan inti berbentuk
lonjong/oval terletak agak di bagian basal sel.

4. Epitel berlapis skuamosa tanpa kornifikasi:


Epitel ini tersusun oleh beberapa lapis sel, dan pada permukaan bebas epitel tidak
dijumpai adanya hasil proses kornifikasi (zat tanduk). Lapisan yang paling superfisial
tersusun oleh sel berbentuk pipih, lapisan di bawahnya tersusun oleh sel-sel pipih yang
semakin ke arah bawah/basal, sel-selnya semakin berbentuk poligonal, dan pada lapisan
yang paling bawah/basal (yang melekat pada membrana basalis) sel-selnya berbentuk
silindris pendek atau kuboid.

5. Epitel berlapis skuamosa dengan kornifikasi:


Epitel ini tersusun oleh beberapa lapis sel, dan pada permukaan bebas epitel dapat
ditemukan adanya hasil proses kornifikasi (zat tanduk). Lapisan yang paling superfisial
tersusun oleh sel berbentuk pipih, lapisan di bawahnya tersusun oleh sel-sel pipih yang
semakin ke arah bawah/basal, sel-selnya semakin berbentuk poligonal, dan pada lapisan
yang paling bawah/basal (yang melekat pada membrana basalis) sel-selnya berbentuk
silindris pendek atau kuboid.

6. Epitel berlapis kolumner:


Epitel ini tersusun oleh beberapa lapis sel. Lapisan paling superfisial tersusun oleh sel-
sel berbentuk silindris, sedangkan lapisan dibawahnya (lapisan tengah dan paling
bawah/basal) tersusun oleh sel-sel polihidris (poligonal). Sel-sel pada lapisan yang
paling basal melekat pada membrana basalis.

7. Epitel pseudokompleks kolumner:


Epitel ini tersusun oleh satu lapis sel, tetapi karena letak inti dalam lapisan epitel
tersebut tidak sama tinggi maka seolah-olah epitel ini terdiri dari beberapa lapis sel.
Semua sel penyusun melekat pada membrana basalis namun tidak semua sel penyusun
ini mencapai permukaan bebas. Pada permukaan bebas epitel ini sering terdapat silia
maupun stereosilia, dan diantara sel-sel penyusunnya sering terdapat sel goblet.

8. Epitel transisional:
Epitel transisional merupakan variasi jaringan epitel berlapis. Epitel ini didapatkan
pada dinding-dinding organ yang mempunyai kemampuan untuk berkontraksi maupun
berdistensi (misal vesika urinaria), sehingga struktur epitel menjadi tidak tetap. Bila
organ dalam keadaan kontraksi, epitelnya terdiri dari 5-6 lapisan sel yang dapat
dibedakan menjadi:
a. Lapisan yang paling basal terdiri dari sel-sel berbentuk1 kuboid atau kolumner.
b. Lapisan tengah terdiri dari sel-sel polihidris (berbentuk seperti buah pear
terbalik)

6
c. Lapisan paling superfisial terdiri atas sel-sel besar dengan permukaan bebasnya
yang cembung (sering disebut sebagai sel payung), Sitoplasma bagian
superfisial sel ini sering mengalami kondensasi (pemadatan) sehingga pada
pengecatan HE tampak lebih gelap, dan pada sel payung sering didapatkan 2
inti dengan jelas.
Bila organ dalam keadaan teregang (distensi), epitelnya menjadi sangat tipis, dan
biasanya hanya terdiri dari 2-3 lapisan sel mirip epitei berlapis skuamosa. Pada bagian
paling superfisial terdiri dari sel-sel besar yang memipih, sedangkan di bawahnya sel-
sel berbentuk kuboid tidak teratur.

7
HISTOLOGI JARINGAN PENGIKAT SEJATI

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa dapat menetapkan dengan mikroskop cahaya macam-macam jaringan pengikat


berdasarkan ciri-ciri histologisnya.

Penjelasan Umum:

Jaringan pengikat adalah struktur histologis yang tersusun atas komponen seluler dan
matriks ekstra seluler. Jaringan Pengikat mempunyai beberapa fungsi:
✓ Fungsi mekanis menjadi media penghubung antar sel-sel dan organ-organ tubuh
✓ Fungsi struktural memberi dan mempertahankan bentuk tubuh
✓ Fungsi sebagai medium pertukaran nutrisi dan sisa metabolisme antara sel-sel dan
pembuluh darah
✓ Fungsi sabagai reservoir bagi hormon yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
diferensiasi sel.

Komponen Seluler Jaringan Pengikat

Fibroblas : Pada jaringan pengikat dewasa sel ini tidak dapat bergerak dan sering disebut
fibrosit. Selnya besar, pipih bercabang-cabang berbentuk spindel. Intinya oval, pucat,
dengan satu atau dua anak inti. Sitoplasmanya homogen dan tampak kepucatan.

Makrofag : Bentuknya tidak teratur karena tonjolan-tonjolan sitoplasma intinya lebih


bulat dan lebih kecil dari inti fibroblas dan tampak lebih gelap. Dalam keadaan inaktif
sukar dibedakan dengan fibroblas. Tetapi dalam keadaan aktif perbedaan menjadi lebih
jelas karena selnya lebih kasar. Dengan pewarnaan khusus makrofag yang aktif mampu
memfagositosis partikel karbon (trypan blue) dan banyak terdapat didalam vakuola
sitoplasmanya.

Sel Plasma : Sel ini relatif jarang ditemukan. Bentuknya oval atau tidak teratur, lebih kecil
daripada makrofag lebih besar dari limfosit. Intinya relatif kecil letaknya eksentris
kromatinnya berupa-granula yang tercat gelap tersusun sedemikian rupa sehingga mirip
jari-jari roda pedati. Sitoplasmanya sangat basofilik dan cukup banyak, disekitar inti
terdapat daerah cerah terisi oleh kompleks Golgi sering disebut halo sitoplasma

Sel Mast: Sering ditemukan disepanjang pembuluh darah , bentuknya ovoid atau bulat
dengan inti kecil pucat. Sitoplasmanya mengandung granula kasar, menyerap warna alkalis
(basofilik), mengandung bahan-bahan heparin, histamin, serotonin dan mempunyai sifat
metakromasi.

8
Kromatofor : adalah sel berpigmen yang dapat ditemukan pada kulitdan lapisan koroid
bola mata. Didalam sitoplasmanya terdapat granula melanin berwarna kecoklatan meluas
sampai ke prosesus protoplasma.

Sel lemak: menyimpan lemak sebagai cadangan energi

Leukosit: eosinofil-allergi dan inflamasi,neutrofil-fagositosis.

Limfosit: sel-sel immunokompeten (sel T, Sel B)

Serat-serat pada Jaringan pengikat dewasa


Serat (fiber) pada jaringan pengikat terdiri atas bagian yang lebih halus disebut serabut
serabut (fibril). Kumpulan dari banyak serat membentuk suatu berkas (Bundle). Ada 3 jenis
serat utama pada jaringan pengikat yaitu: Kolagen, Retikuler dan Elastis.

Kolagen : merupakan serat yang paling banyak dalam jaringan pengikat. Sabutnya
merupakan berkas dari serabut kolagen dengan ukuran yang bervariasi. Sabut kolagen
sering menunjukan percabangan dan dapat menyatu kembali sehingga susunannya mirip
anyam-anyaman.

Retikuler: Berkasnya sangat halus dan bercabang-cabang sehingga tidak selalu tampak
pada pewarnaan rutin. Pengecatan khusus untuk ini antara lain dengan impegrasi perak
tampak berwarna hitam (argirofilik) dan dengan PAS positif kuat.

Elastis : sabutnya biasanya soliter, tidak pernah membentuk berkas, mengadakan


percabangan-percabangan dan anastomosis seperti jala. Dalam keadaan segar sabut ini
berwarna kuning maka sering disebut sabut kuning. Dengan pewarnaan rutin kurang
menyerap warna tetapi dengan pewarnaan khusus ; resorcin-fuchsin tampak lebih kuat
menyerap warna.

Skema Penggolongan Jaringan Pengikat :

Embrional - Mesenkim
- Mukosa

- Longgar
Umum
Jaringan Pengikat - Padat Tak teratur

Teratur Kolagen

Elastis
Dewasa

Khusus - Retikuler
- Berpigmen
- Lemak
9
Deskripsi Jaringan Pengikat

Jaringan Pengikat Embrional


Dalam keadaan normal, jaringan ini bersifat temporer didapatkan pada saat awal sampai
akhir perkembangan prenatal dan pada saat terjadi penyembuhan kerusakan jaringan,
Bahan antar sel bersifat homogen atau dengan serat-serat halus. Selnya terdiri atas sel-sel
mesenkim atau fibroblas.

Jaringan Pengikat Dewasa


Jaringan pengikat dewasa terdiri atas bermacam sel dan bahan antar sel. Sel-sel yang
terdapat pada jaringan pengikat dewasa, adalah : sel mesenkim, fibroblas, makrofag, sel
lemak, lekosit, sel plasma, sel mast, dan kromatofor (lihat kuliah). Macam dan kepadatan
sabut serta sifat-sifat bahan antar sel dalam jaringan pengikat akan menentukan jenis
jaringan pengikat (misalnya: kolagen, elastis, retikuler).

Pengamatan Mikroskopis

1. Jaringan Pengikat Mesenkim


Terdiri atas sel-sel mesenkim dan bahan antar sel amorf. Sel mesenkim berbentuk
stelata (bintang) sampai fusiform (spindel). Sitoplasmanya sedikit tetapi intinya relatif
besar dan pucat. Sel-selnya saling berhubungan dengan yang lain melalui prosesus
protoplasmanya secara sinsisium, dan dapat bergerak secara amuboid. Bahan antar
selulernya tampak homogen.

2. Jaringan Pengikat Mukosa: Warton Jelly


Bahan dasarnya pucat homogen seperti jeli bersifat metakromasi kuat dengan toluidine.
Mengandung serat-serat halus dari kolagen. Sel-selnya adalah fibroblas dengan
prosesus protoplasma yang saling berhubungan dengan sel yang berdekatan.

3. Jaringan Pengikat Longgar (Areolar): Peritoneum


Jaringan pengikat longgar tersusun atas bahan dasar amorf, mengandung hampir semua
macam sel dan sabut-sabut Jaringan pengikat terutama fibroblas dan makrofag, sabut-
sabutnya arahnya tidak teratur, biasanya mengandung sel-sel lemak.

4. Jaringan Pengikat Padat Tak teratur


Jaringan pengikat padat mempunyai komponen yang sama dengan Jaringan pengikat
longgar tetapi serat kolagen lebih menonjol dan arah serat-seratnya tidak teratur. Sel
utamanya adalah fibroblas dan makrofag. Jumlah sel lebih sedikit dibanding komponen
serabut.

5. Jaringan Pengikat Padat Teratur:


a. Tendon
Hampir seluruhnya terdiri dari sabut-sabut kolagen .yang berkumpul membentuk
berkas-berkas dengan arah sejajar. Satu-satunya sel yang terdapat disini adalah
10
fibroblas dan jumlahnya relatif sedikit, yang disebut juga sel tendon. Pada potongan
membujur sel-sel tendon tampak memanjang dan berderet-berderet diantara berkas-
berkas sabut kolagen.
Dalam potongan melintang sel-sel tendon tampak berbentuk bintang dengan
tonjolan-tonjolan sitoplasma yang terjepit diantara berkas-berkas sabut kolagen.
Diantara berkas-berkas kolagen terdapat sedikit jaringan pengikat longgar.
b. Aponeurosis
Sama dengan tendo hanya lebih besar dan tipis dan arah sabutnya dalam satu
lapisan tidak sama dengan lapisan yang lain.
c. Ligamentum
Sama dengan tendo terutama terdiri dari serabut kolagen, tetapi pada ligamentum
flavum terutama terdiri dari sabut-sabut elastis dengan sedikit Jaringan pengikat
longgar diantaranya.

6. Jaringan Pengikat Retikuler


Jaringan pengikat ini membentuk suatu jala yang terdiri dari sel-sel maupun sabut-
sabut retikuler. Sabut-sabutnya bercabang-cabang dan beranastomosa, sel-selnya
berbentuk stelat dengan tonjolan-tonjolan yang saling bersentuhan dengan tonjolan dari
sel disekitarnya. Jaringan rerikuler ini dapat dijumpai pada stroma Jaringan limfoid
(Limfonodus, limpa dan thymus) dan sumsum tulang. Pada jaringan limfoid, mata-
mata jala dari jaringan retikuler terisi limfosit sedangkan didalam sumsum tulang terisi
oleh elemen-elemen darah. Sel retikuler terdapat pada tempat- empat persilangan
sabut-sabut retikuler dengan inti besar, kromatin halus, satu atau lebih nukleolus.

7. Jaringan Pengikat Lemak


Sel-sel lemak biasanya terdapat diantara jaringan pengikat longgar dalam bentuk
tersebar atau bergerombol. Pada tempat-tempat tertentu mereka sangat padat dan
membentuk jaringan lemak misalnya jaringan pengikat dibawah kulit (paniculus
adiposus). Sel-selnya besar berbentuk bulat atau oval, sitoplasmanya terdesak ketepi
oleh vakuola lemak yang besar. Intinya pipih dan dikelilingi oleh sedikit Sitoplasma
dan terdesak ketepi sel. Pada sediaan rutin lemaknya larut sehingga bagian tengahnya
sel kosong, selnya akan tampak sebagai cincin bermata bila terpotong melalui intinya.

8. Jaringan Pengikat Berpigmen


Jaringan ini terdapat misalnya pada lapisan khoroida iris bola mata. Sitoplasma selnya
terisi pigmen coklat atau hitam yang disebut melanin.

11
HISTOLOGI ORGAN SISTEM LIMFATIKA

Tujuan Pembelajaran:

Setelah melaksanakan praktikum histologi organ sistem limfatika, diharapkan mahasiswa


dapat mengidentifikasi struktur mikroskopis organ-organ dari sistem limfatika.

Penjelasan:

Tubuh memiliki sistem kekebalan yang mempunyai kemampuan untuk


membedakan "diri" (molekul organisme sendiri) dari "bukan dirinya" (zat asing). Sistem
ini memiliki kemampuan untuk menetralisir atau menonaktifkan benda asing dan
menghancurkan mikroorganisme dan sel-sel lain (sel yang terinfeksi virus, sel kanker).
Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh tersebar pada seluruh tubuh yaitu pada darah,
getah bening atau limfonodus, epitel dan jaringan ikat. Selain itu sel-sel ini juga terdapat
pada nodule kecil (limfonodulus) yang ditemukan pada jaringan ikat dan beberapa organ.
Sel-sel tersebut diatur oleh organ limfatika yang terdiri atas kelenjar getah bening
(limfonodus), lien, timus, dan sumsum tulang.
Organ limfatika tersusun atas jaringan limfatika. Jaringan ini disusun oleh stroma
jaringan pengikat retikuler dan diantaranya dipenuhi sel-sel limfosit. Jaringan limfatika
dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu: 1) Jaringan limfatika noduler, disebut pula
limfonodulus/ nodulus limfatikus/ folikel limfatik dan 2) Jaringan limfatika difus.
Limfonodulus primarius disusun oleh kelompokan limfosit yang berukuran kecil dan pada
preparat tampak lebih gelap. Sedang limfonodulus sekundarius yang disebut pula dengan
centrum germinativum terdapat di bagian tengah disusun oleh sel-sel limfosit ukuran besar
(limfoblas/ sel pironinofil yang aktif membelah dan tampak lebih pucat.
Dalam tubuh jaringan limfatika tersebar dalam tiga garis pertahanan. Garis
pertahanan pertama terdapat dalam lamina propria saluran pencernaan, saluran pernafasan
dan saluran kemih yang berbentuk difusa, limfonodulus solitarius maupun limfonodulus
agregasi (mis. Pada Plageus Peyeri). Garis pertahanan ke-2 berupa kelenjar getah bening
atau limfonodus yang berlokasi pada inguinal, aksila, leher, rongga abdomen. Sedang garis
pertahanan ke-3 terdapat pada lien.
Dua macam sel limfosit yang menyusun jaringan limfatika adalah limfosit B dan
limfosit T yang secara histologis sukar dibedakan. Untuk membedakannya dipergunakan
identifikasi penanda yang terdapat pada permukaan sel. Secara fisiologis kedua sel tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda. Limfosit B berperan dalam kekebalan humoral sedang
limfosit T berperan dalam kekebalan seluler. Di dalam organ limfatika, sel limfosit
dibentuk dalam jaringan hemopoetik (sumsum tulang merah) yang kemudian akan
mengalami maturasi di dalam organ limfatika primer yaitu tymus untuk limfosit T dan
jaringan mirip bursa fabricous burung untuk limfosit B. Sel limfosit mempunyai berbagai
ukuran: kecil, sedang maupun besar. Sel limfosit berbentuk bulat dengan inti besar dan
sitoplasma tipis mengelilingi inti. Dalam sitoplasmanya terdapat granula nonspesifik
(azurofil).
Sel limfosit berperan dalam sistem imun spesifik. Mereka telah diprogram untuk
bereaksi terhadap benda asing (antigen) tertentu. Apabila aktif, sel ini akan berproliferasi
dan berdeferensiasi menjadi sel efektor dan sel memori. Sel efektor limfosit B adalah sel
plasma yang mampu memproduksi antibodi. Sedang sel limfosit T akan menjadi sel
pembunuh. Sel plasma mempunyai ciri-ciri inti terletak eksentris, kromatin dalam inti
berkelompok di sepanjang membran inti sehingga memberi gambaran seperti roda pedati.

12
Jaringan limfatika akan membentuk organ-organ limfatika yaitu Limfonodus (kelenjar
getah bening), Lien, Tonsila dan Timus.

Pengamatan Mikroskopis Organ Limfatika:

1. Limfonodus
Limfonodus dibungkus kapsula yang tersusun oleh jaringan pengikat fibrous
irreguler dengan banyak serabut kolagen & elastis terutama pada hilus. Jaringan ikat
kapsula akan melanjutkan diri kedalam nodus membentuk trabekula yang membagi
organ menjadi ruangan-ruangan yang tidak sempurna. Daerah subkapsula tampak
adanya rongga/ sinus subkapsularis yang memisahkan antara kapsula dengan bagian
luar dari korteks limfonodus. Sedang di sekitar trabekula juga terdapat sinus
trabekularis. Kedua sinus tersebut berisi cairan limfe. Parenkim organ dibedakan
menjadi dua yaitu korteks di sebelah luar dan medula di bagian dalam. Korteks
limfonodus disusun oleh kelompokan limfonodulus yang berbentuk bulat dan tersusun
padat oleh sel-sel, daerah ini menunjukkan aktifitas pembelahan dari sel limfosit.
Centrum germinativum di tengah limfonodulus, lebih pucat dan tersusun oleh sel-sel
limfosit besar, limfosit disekitar centrum germinativum berukuran kecil dan tampak
lebih gelap.
Pada perbatasan korteks-medula (zona parakorteks) ditempati oleh sel-sel
limfosit T. Medula limfonodus merupakan daerah pusat organ tampak sebagai genjel-
genjel (chorda) medularis tersusun oleh sel-sel limfosit dan sel plasma. Di antara genjel
medularis di dapatkan sinus-sinus medularis, sinus trabekularis primer maupun
sekunder. Stroma limfonodulus terdiri atas jaringan pengikat retikuler dengan serabut-
serabut yang bercabang-cabang, sel retikuler dan sel makrofag.

2. Lien
Kapsula lien disusun atas jaringan pengikat fibrous irreguler dengan beberapa
sel otot polos. Jaringan kapsula akan berlanjut sebagai trabekula ke dalam stroma lien.
Secara mikroskopis dapat dibedakan dua daerah yang berbeda warna yaitu pulpa putih
dan pulpa merah. Pulpa putih disebut pula korpuskulum malphigi lienalis terdiri atas
jaringan limfatika baik bentuk noduler maupun difusa yang ditembus oleh pembuluh
darah (arteria Centralis lien). Kadang-kadang dijumpai pula centrum germinativum.
Pulpa merah yang disebut pula Billroth cords tampak berwarna kemerahan karena
banyak sel eritrosit. Secara mikroskopis tampak adanya sinus-sinus venosus yang
dibatasi sel endotel dan genjel (Chorda) yang dipenuhi oleh sel-sel limfosit, sel plasma
serta sel-sel darah. Stroma lien disusun oleh jaringan pengikat retikuler.

3. Timus
Timus mempunyai kapsula yang tersusun atas jaringan pengikat longgar.
Kapsula timus berlanjut sebagai trabekula dan membagi timus dalam lobuli. Lobulus
timus terdiri atas korteks dan medula. Sel-sel limfosit penyusun timus disebut dengan
timosit. Korteks timus disusun oleh sel-sel timosit ukuran kecil dan tampak lebih gelap.
Medula timus terletak dibagian tengah lobulus, tampak tercat lebih muda dan disusun
lebih jarang. Dalam medula terdapat pula bangunan bulat yang terdiri atas sel besar
(giganto) dikelilingi sel epitelial yang tersusun konsentris. Sel besar ditengah sering
mengalami degenerasi hialin dan kalsifikasi. Bangunan tersebut khas untuk timus dan
disebut Korpuskulum Hassal, dan diperkirakan berasal dari sisa-sisa sel epitel retikuler.

13
Stroma timus tersusun oleh epitel retikuler yang antar sel-selnya dihubungkan secara
desmosom. Jaringan tersebut berperan sebagai sawar darah timus (blood-tymus barrier).

4. GALT
Struktur GALT (Gut-associated Lymphoid Tissue) dapat diamati sebagai plaque
payeri pada tunika submukosa illeum, intestinum crassum. Agregasi limfosit sangat
jelas dapat diamati juga pada appendix, dimana sel-sel limfosit membentuk nodul
dengan centrum germinativum.

JARINGAN DARAH

Tujuan Pembelajaran:

Setelah melaksanakan praktikum histologi, diharapkan mahasiswa dapat mengidentifikasi


struktur mikroskopis sel-sel darah.

Penjelasan

Jaringan darah terdiri dari sel-sel darah dan cairan ekstraseluler yang disebut
sebagai plasma. Plasma terdiri dari air, protein (albumin, globulin, fibrinogen) dan
molekul-molekul lain seperti elektrolit, nutrien. Sel-sel darah meliputi eritrosit (sel
darahmerah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit.

ERITROSIT

Eritrosit berbentuk bikonkaf. Sel ini tidak mempunyai inti dan organella.
Diameternya sekitar 7,5 µm. Pada bagian tepi tebalnya 2,6 µm dan pada bagian tengah
tebalnya 0,75 µm.

LEUKOSIT

Berdasarkan tipe granula sitoplasma dan bentuk intinya,leukosit dibagi menjadi 2 grup,
yaitu granulosit polimorfonuklear dan agranulosit mononuklear. Granulosit
polimorfonuklear mempunyai granula spesifik yang dapat mengikat pewarnaan asam,basa
maupun netral dan granula azurofilik (terutama lisosom) yang tercat gelap. Bentuk inti sel
grup ini adalah polimorfik dengan lobus yang berjumlah dua atau lebih. Yang termasuk
granulosit polimorfonuklear adalah basofil, eosinofil dan neutrofil. Agranulosit
mononuklear tidak mempunyai granula spesifik namun mempunyai granula azurofilik dan
bentuk intinya bulat atau berlekuk. Agranulosit mononuklear meliputi monosit dan
limfosit.

A. Neutrofil
Jumlah neutrofil sekitar 60-70% dari leukosit. Sel ini berbentuk sferis dengan
diameter 12-15 µm, dan intinya mempunyai 2-5 lobus. Lobus satu dengan lainnya
dihubungkan oleh untaian tipis yang merupakan perluasan inti sel. Pada perempuan
dapat dijumpai adanya drumstick yang merupakan kromosom X yang tidak aktif.
Drumstick terdapat pada salah satu lobus inti. Sitoplasma neutrofil mempunyai granula

14
spesifik yang sangat kecil dan hampir tidak tampak pada pengamatan dengan mikroskop
cahaya. Selain itu, sitoplasmanya juga mengandung granula azurofilik terutama lisosom
yang berfungsi untuk mencerna bakteri. Neutrofil merupakan leukosit pertama yang
muncul pada tempat infeksi.

B. Eosinofil
Di sirkulasi, jumlah eosinofil hanya 2-4% dari total leukosit yang beredar. Pada
apusan darah, diameternya sama dengan neutrofil. Eosinofil mempunyai inti dengan 2
lobus (bilobus). Pada sitoplasmanya terdapat granula spesifik yang besar dan berwarna
merah jika dicat dengan eosin. Granula spesifik ini mengandung major basic protein
yang kaya arginin. Protein ini bersama sama dengan peroksidase eosinofilik, enzim dan
toksin lainnya mempunyai efek sitotoksik pada parasit. Eosinofil juga berperan penting
dalam reaksi alergi.

C. Basofil
Basofil berjumlah kurang dari 1 % dari total leukosit yang ada di sirkulasi.
Diameter selnya 12-15 µm dan intinya terbagi menjadi 2 lobus atau lebih. Granula
spesifiknya sangat besar, dan menutupi nukleus. Diameter granulanya adalah 0,5 µm;
jumlahnya lebih sedikit serta bentuk dan ukurannya lebih ireguler bila dibandingkan
dengan granulosit yang lain. Granula spesifik ini jika dicat dengan pewarnaan basa akan
berwarna biru gelap atau metakromatik.

D. Limfosit
Berdasarkan diameter selnya, limfosit digolongkan menjadi 3 ukuran yaitu limfosit
kecil (diameternya 6-8 µm), sedang dan besar yang diameternya 9-18 µm. Sebagian
besar limfosit yang berada di darah adalah limfosit kecil. Limfosit mempunyai inti
berbentuk sferis, kadang-kadang melekuk dan kromatinnya basofilik sehingga mudah
dibedakan dari granulosit.

E. Monosit
Monosit berdiameter 12 – 20 µm. Pada blood count, jumlahnya sekitar 5% dari
total leukosit. Monosit mempunyai nukleus yang berukuran besar dengan bentuk oval
atau seperti ginjal atau ada pula yang berbentuk huruf U. Kromatin intinya tidak serapat
kromatin inti limfosit dan pada pengecatan tampak lebih terang bila dibandingkan
dengan limfosit besar.

TROMBOSIT

Trombosit atau keping-keping darah merupakan hasil fragmentasi megakariosit.


Jumlahnya sekitar 200.000 sampai 400.000 permikroliter darah. Trombosit mempunyai
ukuran yang kecil, diameternya 2-4 µm. Pada preparat apusan darah tampak beragregasi.
Trombosit berbentuk bulat, bikonveks dan tidak mempunyai inti. Pada pengecatan, bagian

15
tepinya tampak terang yang disebut hyalomer sedangkan bagian tengahnya tampak lebih
gelap karena mengandung granula-granula dan disebut sebagai granulomer.

16
Topik Praktikum Blok 1.2 (Integumen and Musculosceleton):

Histologi Kulit (Sistem Integumen)

Histologi Jaringan Tulang Rawan (Kartilago)

Histologi Jaringan Tulang

Histologi Jaringan Otot

17
HISTOLOGI KULIT
(SISTEM INTEGUMEN)

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur histologis kulit sesuai dengan hasil


pengamatannya dari preparat histologis.

Penjelasan Umum:

Secara histologis kulit terdiri atas epidermis, dermis, dan subkutan. Di dalam kulit
juga ditemukan adanya derivat-derivat kulit atau alat-alat tambahan (adneksa) kulit seperti:
rambut, kuku, kelenjar sebacea, dan kelenjar sudorifera.

A. Epidermis
Epidermis disusun oleh epitel skuamosa kompleks yang mengalami penandukan dan
terbagi dalam lapisan–lapisan. Lapisan tersebut adalah:
1. Srtatum korneum / lapisan tanduk
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel pipih yang telah mati tanpa inti.
Sitoplasma sel diganti dengan zat tanduk (keratin). Pada bagian superfisial, lapisan
ini selalu mengalami pengelupasan (desquamasi).
2. Stratum lusidum / lapisan bening
Lapisan ini tampak hanya pada kulit yang tebal seperti pada telapak kaki dan
telapak tangan. Terdiri dari beberapa lapis sel pipih yang tampak pucat, tanpa inti
dan pada sitoplasmanya mengandung tetes-tetes eleidin.
3. Stratum granulosum / lapisan berbutir
Lapisan ini terdiri dari tiga sampai lima lapis sel pipih, inti sel tampak di tengah
sel dan sitoplasma terisi oleh granula-granula basofilik kasar yang disebut dengan
granula keratohialin. Granula ini nantinya akan diubah menjadi tetes-tetes eleidin
pada stratum lusidum dan selanjutnya akan diubah menjadi keratin pada stratum
korneum.
4. Stratum spinosum / lapisan taju / prickle cell layer
Stratum ini terdiri dari beberapa lapis poligonal, dimana sel-selnya semakin ke
arah superfisial bentuknya semakin pipih. Inti sel tampak di tengah, sitoplasma
membentuk tonjolan-tonjolan pada permukaan sel dan terisi berkas-berkas filamen
yang disebut tonofibril. Tonjolan ini akan bertemu dengan tonjolan sitoplasma sel
yang lain dan berakhir pada tautan khusus “desmosom”. Dengan adanya struktur
tersebut akan memperkuat adesi antar sel pada lapisan ini. Pada kulit yang sering
mendapat tekanan / gesekan akan memperlihatkan stratum spinosum dengan lebih
banyak tonofibril. Dengan adanya tonjolan-tonjolan sitoplasma pada permukaan
sel yang terisi dengan tonofibril-tonofibril, maka pada mikroskop cahaya stratum
spinosum memberi gambaran seperti taburan duri (lapisan sel berduri / prickle cell
layer).
5. Stratum basal / germinativum / silindrikum / lapisan benih
Stratum ini terdiri dari selapis sel kubis atau silindris dengan sumbu panjang sel
tegak lurus dengan permukaan kulit. Lapisan ini pada bagian basalnya melekat
pada membrana basalis. Desmosom dalam jumlah besar menghubungkan sel-sel
dalam lapisan ini. Hemidesmosom ditemukan pada bagian basal sel lapisan ini dan

18
menghubungkannya dengan membrana basalis. Stratum basal ditandai dengan
aktivitas mitosis yang hebat dan secara kontinyu mengadakan pembaharuan sel-sel
epidermis di lapisan atasnya. Jadi stratum basal merupakan pusat regenerasi dari
epidermis kulit. Epidermis manusia diperbaharui kira-kira setiap 15 – 30 hari.
Stratum spinosum dan stratum basal sering dianggap sebagai satu kesatuan yang
disebut dengan stratum malfigi. Pada beberapa buku disebutkan bahwa selain kelima
lapisan tersebut, pada epidermis masih ada satu lapisan lagi yang disebut dengan
stratum disjunctivum (stratum disjunctum). Lapisan ini merupakan bagian dari
stratum korneum yang terletak paling superfisial dimana sel-selnya selalu mengalami
pengelupasan (desquamasi).
Pada epidermis, selain terdapat sel-sel keratinosit (sel-sel epitel yang
mempunyai tendensi membentuk keratin), terdapat pula sel-sel lain yaitu: Melanosit,
sel merkel, sel Langerhans / Langhan dan limfosit.

1. Keratinosit
Keratinosit merupakan sel utama yang menyusun lapisan-lapisan pada epidermis.
Sel-sel pada lapisan basal secara kontinyu mengalami mitosis untuk menggantikan
sel-sel pada lapisan bagian atas yang mengalami kematian dan pengelupasan. Sel-sel
pada bagian superfisial mengalami penandukan/keratinisasi yang selanjutnya
mengalami kematian dan akhirnya mengalami pengelupasan.

2. Melanosit
Melanosit merupakan sel penghasil pigmen melanin. Pigmen ini memberikan warna
coklat kehitaman pada kulit. Melanosit mempunyai badan sel yang berbentuk bulat
dengan tonjolan-tonjolan sitoplasma yang panjang. Sel ini terdapat dalam lapisan
basal epidermis dan tonjolan-tonjolan sitoplasmanya berjalan diantara sel-sel
keratinosit sekitarnya.
Pigmen melanin disintesis dalam melanosom yang terdapat di dalam melanosit.
Melanosom yang penuh terisi pigmen melanin disebut dengan granula melanin.
Granula melanin selanjutnya bergerak menuju tonjolan-tonjolan sitoplasma
melanosit, dan selanjutnya dipindahkan / dicurahkan ke dalam sel keratinosit. Sebuah
melanosit bersama-sama dengan sejumlah sel keratinosit epidermis yang diberi
pigmen melaninnya disebut dengan unit melanin epidermal.

3. Sel Merkel
Sel-sel merkel umumnya terdapat pada lapisan basal epidermis kulit yang tebal
seperti telapak kaki dan tangan. Morfologi sel ini mirip dengan sel epidermis tetapi
di dalam sitoplasmanya terdapat granula-granula kecil yang padat. Mengenai
kandungan kimia dari granula-granula ini belum diketahui secara pasti. Pada dasar
sel-sel ini melekat ujung-ujung saraf bebas sehingga terbentuk korpuskulum merkeli
atau diskus merkel yang merupakan mekanoreseptor sensoris.

4. Sel Langerhans / Langhan


Sel ini berbentuk bintang / stelat mirip dengan melanosit, tetapi tidak menghasilkan
pigmen melanin. Sel ini terutama ditemukan pada stratum spinosum epidermis.
Pengecatan impregnasi emas klorida akan menghitamkan sel ini dan bentuk stelatnya
menjadi sangat jelas. Sel langerhans memiliki reseptor permukaan dan petanda
imunologik serupa dengan yang terdapat pada makrofag, sehingga sel ini mempunyai
kemampuan fagositosis dan mempresentasikan antigen kepada limfosit (sebagai sel

19
APC / Antigen Presenting Cell). Jadi sel ini merupakan bagian dari sistem
imunologik kulit (SALT / Skin Associated Lymphoid Tissue).

5. Limfosit
Sebagian besar limfosit yang berada di epidermis adalah jenis limfosit-T imatur
(belum matang). Tahap-tahap awal maturasi sel ini berlangsung di timus, dan
maturasi selanjutnya berlangsung di epidermis kulit dengan bantuan suatu zat ( mirip
timopoietin yang dihasilkan timus) yang dihasilkan oleh sel keratinosit. Bila ada
antigen masuk ke dalam epidermis maka antigen akan difagositosis dan
dipresentasikan oleh sel langerhans kepada limfosit, sehingga limfosit menjadi
teraktivasi. Limfosit yang teraktivasi pada tahap selanjutnya akan berproliferasi
sehingga jumlanya menjadi banyak dan kemudian akan tersebar melalui pembuluh
limfe ke seluruh tubuh. Jadi dapat dikatakan bahwa limfosit bersama-sama dengan
sel langerhans dan sel keratinosit membetuk kesatuan yang menjalankan fungsi
imunologik kulit.

Gambar 1. Lapisan-lapisan pada kulit

B. Dermis
Dermis atau korium kulit merupakan jaringan pengikat longgar dan jaringan pengikat
padat ireguler yang menyongkong epidermis dan berfungsi menghubungkan antara
epidermis dan subkutan. Permukaan luarnya sangat ireguler dan membentuk papila-
papila yang bertautan dengan epidermis. Dalam dermis dijumpai banyak pembuluh
darah, pembuluh limfe, akhiran saraf, folikel rambut, serta kelenjar-kelenjar kulit.
Secara histologis dermis terdiri atas lapisan papilaris dan lapisan retikularis.

1. Lapisan papilaris
Lapisan papilaris tipis dan disusun oleh jaringan pengikat longgar. Pada lapisan ini
dapat ditemukan adanya sel fibroblas serta sel jaringan ikat lainya terutama sel mast
dan makrofag. Pada papila dermis dapat dijumpai unsur-unsur pembuluh darah yang
berfungsi memberi nutrisi kepada epidermis secara difusi. Di dalam papila juga
terdapat unsur saraf yaitu korpuskulum Meissner yang merupakan organ reseptor
untuk menerima rangsang taktil/raba.

20
2. Lapisan retikularis
Lapisan retikularis lebih tebal daripada lapisan papilaris. Lapisan ini disusun oleh
jaringan pengikat padat ireguler. Jaringan ini terutama terdiri dari serabut kolagen
yang tersusun tidak teratur. Selain itu juga mengandung serabut elastis yang
berfungsi memelihara elastisitas kulit.

C. Subkutan
Lapisan subkutan disebut juga hipodermis, merupakan jaringan pengikat longgar yang
mengandung sel-sel lemak dengan jumlah bervariasi sesuai daerah tubuh dan status
gizi seseorang. Jaringan subkutan mengikat kulit secara longgar pada organ-organ di
bawahnya, yang memungkinkan kulit bergeser di atasnya. Suplai vaskular yang luas di
lapisan subkutan dapat meningkatkan ambilan insulin dan obat yang disuntikkan ke
dalam jaringan ini secara cepat. Pada lapisan ini juga dapat dijumpai akhiran saraf
Korpuskulum Vater Paccini yang merupakan reseptor untuk menerima rangsang
tekanan.

D. Adneksa Kulit
Di dalam kulit terdapat alat-alat tambahan (adneksa) kulit berupa: rambut, kuku,
kelenjar minyak (sebasea), dan kelenjar keringat (sudorifera).

1. Rambut
• Rambut terdiri dari batang rambut yang tampak dari luar (tidak tertanam di dalam
kulit) dan akar rambut yang tertanam di dalam kulit. Rambut secara mikroskopis
tersusun oleh tiga lapisan yang tersusun konsentris (dari dalam ke luar) adalah:
medula, korteks, dan kutikula. Akar rambut dibungkus oleh bangunan
berbentuk tabung yang disebut folikel rambut.
• Folikel rambut pada bagian ujung proksimal (bagian pangkalnya) mengalami
penggembungan/ pembesaran yang disebut bulbus rambut. Ujung distal bulbus
rambut ditakik oleh jaringan ikat dermis sehingga terbentuk suatu papila yang
tersusun oleh jaringan ikat dermis. Pada papila ini banyak terdapat kapiler darah
yang berfungsi memberi nutrisi pada rambut, sehingga kerusakan yang fatal /
permanen pada papila ini dapat mengakibatkan rambut mati atau tidak dapat
tumbuh kembali. Adapun pusat regenerasi rambut terletak pada sel-sel epitel
folikel rambut yang terdapat di sekitar papila ini. Di antara sel-sel epitel sebagai
pusat regenerasi ini, terdapat melanosit yang menghasilkan pigmen melanin yang
memberikan warna hitam pada rambut.
• Folikel rambut yang berbentuk tabung dan membungkus akar rambut, secara garis
besar terdiri dari dua lapisan yaitu: selubung akar dermal di sebelah luar dan
selubung akar epidermal di sebelah dalam. Selubung akar dermal berupa
jaringan pengikat yang identik dengan dermis kulit, sedangkan selubung akar
epidermal berupa jaringan epitel yang identik dengan epidermis kulit. Pada
selubung akar dermal dapat dijumpai adanya perlekatan salah satu ujung dari
berkas muskulus erektor pilli (dimana ujung yang satunya melekat pada papila
dermis). Apabila otot ini berkontraksi dapat menyebabkan rambut menjadi berdiri
tegak. Diantara selubung akar dermal dan epidermal terdapat glassy membrane/
membran kemaca/membran vitrea yang identik dengan membrana basalis yang
terletak di bawah epidermis kulit.
• Selubung akar epidermal secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua lapisan
yaitu vagina eksterna (selubung akar epidermal luar) dan vagina interna
(selubung akar epidermal dalam). Vagina eksterna terdiri dari dua bagian yang
21
masing-masing identik dengan stratum basal (di bagian luar) dan stratum
spinosum (di bagian dalam). Sedangkan vagina interna terdiri dari tiga lapisan,
berturut-turut dari luar ke dalam adalah: lapisan henle, lapisan huxley, dan
lapisan kutikula. Lapisan henle identik dengan stratum granulosum epidermis,
lapisan huxley identik dengan stratum lusidum epidermis, dan kutikula vagina
interna identik dengan stratum korneum epidermis. Kutikula vagina interna ini
berhubungan langsung dengan kutikula rambut, dan posisi sel-sel pada kedua
kutikula ini saling tumpang tindih (saling menyisip atau saling mengunci).

22
Gambar 2. Penampang bujur rambut beserta folikel rambut.

Gambar 3. Penampang lintang rambut beserta folikel rambut.

2. Kuku
Kuku merupakan lempeng-lempeng yang mengalami penandukan yang terdapat pada
permukaan dorsal ujung-ujung jari. Lempeng kuku identik dengan stratum lusidum
epidermis. Lempeng kuku terdiri dari badan kuku yang tampak dari luar dan akar
kuku yang tertanam dalam kulit. Di bawah lempeng kuku terdapat dasar kuku yang
berfungsi sebagai penyokong atau penopang lempeng kuku. Dasar kuku identik
dengan lapisan epidermis bagian bawah dan dermis.

3. Kelenjar sebacea
Kelenjar sebasea disebut pula dengan kelenjar palit. Kelenjar ini terletak di dalam
dermis dan umumnya bermuara pada bagian atas folikel rambut.
• Menurut morfologinya kelenjar sebacea merupakan kelenjar asiner bercabang
simpleks. Pars ekskretoriusnya berupa duktus yang pendek, lebar, tidak
bercabang dan dilapisi epitel squamous kompleks. Pars sekretoriusnya berupa
asinus-asinus (karena jumlah asinus banyak, maka seolah-olah asinusnya
bercabang-cabang). Pada bagian basal asinus terdapat sederetan sel kubis kecil
melekat pada membrana basalis yang tipis. Sel-sel di dalam asinus makin ke arah
tengah ruang asinus, ukuran selnya semakin besar dan berisi tetes-tetes lemak.
• Berdasarkan cara pengeluaran sekretnya kelenjar sebacea merupakan kelenjar
holokrin yaitu kelenjar yang sekretnya dikeluarkan bersama-sama dengan seluruh
bagian sel kelenjar. Jika tetes-tetes lemak yang disintesis oleh masing-masing sel
sudah memenuhi sel maka sel-sel tersebut pecah dan sekret (tetes-tetes lemak)
keluar dari asinus kelenjar bersama-sama dengan seluruh bagian (serpihan-
serpihan) sel yang pecah tadi. Sekret kelenjar sebasea disebut dengan sebum
terdiri dari campuran kompleks lipid yang mengandung trigliserida, asam lemak
bebas dan kolesterol beserta ester-esternya. Aliran sekret kelenjar sebasea adalah
kontinyu, dan gangguan pada sekresi aliran normal merupakan salah satu faktor
penyebab timbulnya jerawat.

4. Kelenjar sudorifera
Kelenjar keringat atau kelenjar sudorifera tersebar luas dalam kulit. Daerah-daerah
tubuh tertentu tidak dijumpai adanya kelenjar ini, misalnya pada glans penis.
Kelenjar ini dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu: kelenjar keringat tipe
sejati/ekrin dan tipe besar/modifikasi kelenjar keringat.
23
a. Kelenjar keringat sejati
Kelenjar keringat sejati terletak di dalam dermis. Berdasarkan
morfologinya kelenjar tipe sejati ini merupakan kelenjar tubuler bergelung
simpleks. Pars ekskretorius berupa duktus yang agak berkelok-kelok, tidak
bercabang dan bermuara pada pori-pori kulit. Dinding duktus dilapisi oleh epitel
berlapis kubis yang melekat pada membrana basalis. Pars sekretoriusnya
berbentuk tubulus bergelung, dengan diameter lebih besar daripada pars
ekskretorius. Dinding pars sekretorius dilapisi oleh epitel selapis silindris atau
selapis kubis yang melekat pada membrana basalis yang tebal. Diantara sel epitel
pars sekretorius dan membrana basalis terdapat mioepitel yang berfungsi
membantu mengeluarkan sekret dari kelenjar. Sel-sel epitel pars sekretorius dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu: sel gelap (dark cell) dan sel jernih (clear
cell). Dark cell, di dalam sitoplasmanya banyak mengandung retikulum
endoplasmik granuler dan granula-granula sekretorik yang mengandung
glikoprotein. Clear cell, di dalam sitoplasmanya mengandung sedikit retikulum
endoplasmik granuler dan tidak dijumpai granula sekretorik, dan pada bagian
basal sel sering terdapat invaginasi membran plasma.
Berdasarkan cara pengeluaran sekretnya, kelenjar keringat sejati
merupakan kelenjar merokrin. Pada kelenjar merokrin sekret dikeluarkan dari
kelenjar tanpa diikuti oleh keluarnya bagian-bagian dari sel kelenjar.

b. Kelenjar keringat besar


Kelenjar keringat besar atau modifikasi kelenjar keringat merupakan
kelenjar apokrin, yaitu kelenjar yang sekretnya dikeluarkan bersama-sama
dengan sebagian sitoplasma (bagian apikal) sel kelenjar. Ukuran kelenjar ini lebih
besar daripada kelenjar keringat sejati. Kelenjar terletak di dalam subkutan, dan
pada umumnya bermuara pada folikel rambut. Sekret kelenjar lebih kental
daripada sekret kelenjar tipe sejati. Yang merupakan kelenjar keringat besar atau
modifikasi kelenjar keringat antara lain: kelenjar aksilla, kelenjar areola mamae,
kelenjar mammae, kelenjar Moll pada kelopak mata, dan kelenjar Cerumen pada
telinga.

Pengamatan Mikroskopis Kulit

A. Kulit Kepala Potongan Tegak Lurus Permukaan:


Tampak epidermis dengan lapisan-lapisannya. Dermis terdiri atas lapisan papilaris yang
tersusun oleh jaringan pengikat longgar dan lapisan retikularis yang terdiri atas jaringan
pengikat padat tidak teratur (fibrous irregular). Pada subkutan didapatkan jaringan
pengikat longgar dengan sel-sel lemak. Adneksa kulit yang tampak adalah rambut
dengan folikel rambut, kelenjar sebacea, dan kelenjar sudorifera. Pada rambut dan
folikel rambut tampak bagian-bagian sebagai berikut:
1. Rambut yang terdiri atas lapisan medula, korteks, dan kutikula rambut.
2. Selubung akar epidermal yang terdiri atas: vagina interna (terdiri dari kutikula,
lapisan Huxley, dan lapisan Henle) dan vagina eksterna.
3. Membrana vitrea (glassy membrane)
4. Selubung akar dermal.
Pada selubung akar dermal melekat muskulus erektor pilli. Kelenjar sebacea tampak
sebagai kelenjar asiner bercabang simpleks yang bermuara pada folikel rambut.

24
Kelenjar sudorifera (kelenjar keringat sejati) tampak sebagai kelenjar tubuler bergelung
simpleks yang bermuara pada pori-pori kulit.

B. Kulit Kepala Potongan Sejajar Permukaan:


Tampak potongan melintang rambut dan folikel rambut. Rambut tampak
dikelilingi/dibungkus oleh folikel rambut. Bagian rambut, dari dalam (sentral) ke arah
luar (tepi) terdiri dari: lapisan medula, korteks, dan kutikula rambut. Pada folikel rambut
tampak bagian-bagian yang menyusunnya dari bagian dalam (sentral) ke arah luar
(tepi), yaitu: Selubung akar epidermal yang terdiri atas vagina interna (terdiri dari
kutikula, lapisan Huxley, dan lapisan Henle) dan vagina eksterna; Membrana vitrea
(glassy membrane); Selubung akar dermal. Diantara folikel-folikel rambut tampak
jaringan pengikat padat ireguler dari lapisan retikuler dermis.

C. Kulit Pollux Potongan Tegak Lurus Permukaan:


Pada preparat dapat diamati lapisan-lapisan pada epidermis dari stratum basal,
spinosum, granulosum, lusidum, dan korneum. Tampak lapisan korneum sangat tebal,
demikian pula lapisan lusidum tampak terang dan jelas. Dermis terdiri atas lapisan
papilaris (tersusun oleh jaringan pengikat longgar) dan lapisan retikularis (tersusun oleh
jaringan pengikat padat ireguler). Sedang pada subkutan tersusun oleh jaringan pengikat
longgar dengan sel-sel lemak.

25
HISTOLOGI JARINGAN TULANG RAWAN
(KARTILAGO)

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara mikroskopis 3 macam tulang rawan: Tulang


rawan hialin, elastis, dan fibrosa.

Penjelasan Umum:

Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdriri atas sel kondrosit,
dan matriks. Matriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam
bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya, ada 3 macam tulang rawan
yaitu (I) tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan
ujung-ujung persendian (2) tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikula dan tuba
auditiva dan (3) tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus
intervertebralis, simfisis pubis dan insersio tendo-tulang.

Jaringan tulang rawan diliputi oleh perikondrium, kecuali pada tulang rawan fibrosa.
Perikondrium berupa jaringan pengikat padat ireguler, bagian luar terutama banyak
mengandung sabut-sabut kolagen disebut lapisan fibrosa, bagian dalam banyak
mengandung pembuluh darah dan sel yang berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi
kondroblas disebut lapisan kondrogenik.

Jaringan tulang rawan bersifat avaskuler sehingga sistem nutrisinya melalui proses difusi
dan imbibisi dari kapiler darah yang berada di perikondrium.

Tulang rawan berasal dari jaringan mesenkim. Perubahan pertama dimulai dengan
diferensiasi sel mesenkim menjadi kondroblas, bentuknya menjadi bulat, sitoplasma
basofilik, prosesus protoplasma menghilang, berproliferasi dengan cepat sehingga tampak
sebagai kumpulan sel yang rapat di beberapa tempat disebut pusat-pusat kondrofikasi.

Pertumbuhan jaringan tulang rawan melalui dua cara yaitu (1) pertumbuhan interstisiil
dengan jalan mitosis kondrosit dalam matriks dan penambahan bahan dasar amorf. (2)
pertumbuhan aposisi dari luar dengan cara diferensiasi sel dari perikondrium menjadi
kondroblas dan kondrosit.

Perubahan regresif tulang rawan dapat terjadi terutama pada tulang rawan hialin. Yang
paling sering dalam bentuk kalsifikasi matriks, didahului dengan pembengkaan sel dan
kematian. Perubahan lainnya yang kadang-kadang terjadi adalah degenerasi amiantin
dengan pembentukan sabut-sabut asbestos (transformasi asbes). Perubahan ini ditandai
dengan adanya sabut-sabut sejajar yang telah kehilangan sifat kolagennya kemudian diikuti
dengan perlunakan matriks di beberapa tempat dan mengalami vakuolisasi.

26
Pengamatan Mikroskopis

1. Tulang Rawan Embrional


Sel-sel mesenkim yang telah kehilangan prosesus protoplasmanya berproliferasi
dengah cepat sehingga tampak sebagai jaringan yang sangat seluler dengan matriks
homogen.

2. Tulang Rawan Hialin


Sel-sel tulang rawan (kondrosit) bentuknya bulat terutama yang di bagian tengah, yang
di bagian tepi lebih pipih dan dianggap yang lebih muda. Kondrosit terletak didalam
suatu ruangan (lakuna) dan sitoplasmanya memenuhi ruangan tersebut tetapi pada
sediaan, kondrosit tampak berkerut dan bentuknya menjadi seperti bintang. Didalam
satu lakuna sering didapatkan lebih dari satu kondrosit. Kelompok kondrosit didalam
satu lakuna yang berasal dari satu induk sel disebut sel nest atau isogen. Sitoplasmanya
sering mengandung butir-butir lemak dan glikogen terutama pada kondrosit yang
berukuran besar. Intinya bulat mengandung satu atau lebih anak inti.
Bahan dasar untuk tulang rawan hialin tampak homogen oleh karena indeks bias antara
sabut-sabut kolagen dengan bahan dasar amorf adalah sama.
Bila tulang rawan dicat dengan Toluidin blue tampak lapisan tipis disekitar kondrosit
menunjukkan sifat metakromasi kuat, karena pada lapisan ini terutama terdiri dari
bahan kondroitin sulfat dan lapisan ini disebut kapsul sel tulang rawan (matriks
teritorial)

3. Tulang Rawan Elastis


Secara mikroskopis tulang rawan elastis menyerupai tulang rawan hialin. Dalam
keadaan segar berwarna kekuningan dan bahan antar sel banyak mengandung sabut-
sabut elastis sehingga matriks tampak kurang homogen terkesan keruh, akibat serat-
serat elastis yang ideks biasnya tidak sama dengan indeks bias bahan dasar amorfnya.

4. Tulang Rawan Fibrosa


Mirip tulang rawan hialin keculai bahan antar seluler banyak mengandung sabut-sabut
kolagen yang sangat padat dalam berkas-berkas yang arahnya lebih kurang sejajar
dengan arah tarikan yang bekerja pada jaringan ini. Sel-sel tulang rawan sering terdapat
berderet-deret diantara sabut-sabut kolagen. Kartilago fibrosa mempunyai sifat-sifat
diantara jaringan pengikat padat dan tulang rawan hialin. Ia berkembang dari jaringan
pengikat padat yang disertai diferensiasi fibroblas menjadi kondrosit.

5. Degenerasi Amiantin
Perubahan ini ditandai dengan terbentuknya serat-serat kasar yang telah kehilangan
sifat-sifat kolagennya (asbestos) diikuti dengan vakuolisasi matriks di beberapa tempat.

27
HISTOLOGI JARINGAN TULANG

Tujuan Pembelajaran:

1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara mikroskopis komponen-komponen jaringan


tulang.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara mikroskopis setiap zona pada osifikasi
endokondral diafisis.

Penjelasan Umum I: Struktur Jaringan Tulang

Tulang termasuk jaringan pengikat khusus yang terdiri atas bahan antar sel yang
mengalami kalsifikasi/ mineralisasi dan beberapa macam sel-sel tulang: osteoblas, osteosit
dan osteoklas. Bahan antar sel tulang terutama adalah kalsium dan fosfor dalam bentuk
kristal hidroksi-apatit dan bahan organis berupa sabut-sabut kolagen dan bahan dasar
amorf yang mengandung glikosaminoglikan.

Osteoblas: berfungsi mensintesis matriks organis tulang. Dalam keadaan aktif bentuknya
kuboid dan sitoplasmanya basofilik. Bila aktivitasnya menurun, bentuknya lebih pipih dan
basofilik sitoplasmanya berkurang. Osteoblas mempunyai. prosesus protoplasma yang
memungkinkan berhubungan dengan osteoblas di sekitarnya.

Osteosit: bila osteoblas telah berada dalam matriks tulang yang disintesisnya disebut
osteosit. Setelah matriks tulang mengalami kalsifikasi osteosit akan berada pada ruangan
ruangan yang disebut lakuna, dan tonjolan sitoplasmanya berada dalam kanalikuli
berhubungan dengan tonjolan sitoplasma osteosit yang berdekatan. Bila dibandingkan
dengan osteoblas, osteosit lebih pipih dan kromatinnya lebih padat.

Osteoklas: adalah sel berukuran besar, dapat bergerak dan sitoplasmanya bercabang-
cabang kepucatan dan banyak mengandung inti (5-50 buah). Sel ini mempunyai aktivitas
untuk mensekresi jaringan tulang sehingga sering terdapat dalam satu cekungan
dipermukaan jaringan tulang muda yang disebut lakuna Howship.

Secara histologis ada 2 macam jaringan tulang (1) jaringan tulang muda (nonlamelar) dan
(2) jaringan tulang dewasa (lamelar). Jaringan tulang muda bersifat temporer yaitu terdapat
pada proses pembentukan tulang, pada proses penyembuhan fraktur. Pada saat dewasa
sebagian besar akan digantikan oleh jaringan tulang dewasa.

Permukaan luar dan dalam jaringan tulang dilapisi oleh jaringan pengikat yang disebut
periosteum dan endosteum. Periosteum merupakan jaringan pengikat padat, dibagian luar
lebih banyak mengandung sabut-babut jaringan pengikat, pembuluh darah dan saraf
dengan sedikit sel. Bagian ini disebut stratum fibrosum. Bagian dalam periosteum disebut
stratum germinativum lebih banyak mengandung sel-sel pipih yang mampu berdiferensiasi
menjadi osteoblas, sabut-sabut elastis dan kolagen tersusun lebuh longgar. Sabut-sabut
kolagen periosteum yang menembus matriks tulang dan mengikatkan periosteum ke tulang
disebut sabut Sharpey. Endosteum mempunyai struktur dan komponen yang sama dengan-
periosteum tetapi lebih tipis dan tidak memperlihatkan 2 lapisan seperti pada periosteum.
Ke arah luar bersifat osteogenik ke arah dalam bersifat hemopoetik.

28
Pengamatan Mikroskopis

1. Jaringan Tulang Muda


Terdiri atas banyak sel dan sabut-sabut kolagen demgan sedikit bahan mineral
(anorganis). Osteoblas tersusun secara epithelial pada permukaan jaringan tulang muda
(trabekula tulang) terdapat dalam lakuna yang lebih bulat. Sabut-sabut kolagen
arahnya tidak teratur , kasar dan membentuk berkas. Sering ditemukan sel osteoklas di
permukaan jaringan tulang muda.

2. Jaringan Tulang Dewasa


Secara khusus memperlihatkan sabut-sabut kolagen tersusun dalam lamel-lamel
konsentris yang mengelilingi saluran/kanal Havers. Saluran Havers merupakan saluran
yang arahnya sejajar sumbu panjang tulang, dilapisi oleh endosteum, mengandung
pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat longgar. Kanal Havers dan lamel-lamel
(4-20 lamel konsentris) yang mengelilinginya disebut dengan Sistem Havers. Diantara
lamel-lamel terdapat deretan osteosit di dalam lakuna dengan tonjolan sitoplasmanya
terdapat di dalam kanalikuli yang menghubungkan satu lakuna dengan lakuna yang lain
dan akhirnya berhubungan dengan kanal Havers. Kanal Havers berhubungan dengan
rongga sumsum dan kanal Havers yang lain melalui kanal Volkman yang berjalan
secara melintang atau oblik. Kanal Volkman tidak dikelilingi oleh lamel-lamel
konsentris bahkan tampak menembus lamel-lamel tersebut. Selain lamel Havers ada
sistem lamel lain yaitu (1) lamel generalia eksterna terdapat di bawah periosteum
sejajar permukaan dan (2) lamel generalia interna terdapat di bagian dalam berbatasan
dengan endosteum (3) Lamel interstisiil atau intermediate, terdapat di antara sistem-
sistem Havers berbentuk segitiga atau tidak teratur.

Sediaan Jaringan Tulang:


Sediaan atau preparat histologis jaringan tulang dapat dibedakan menjadi preparat/sediaan
gosok dan dekalsifikasi.
1. Sediaan Gosok: Preparat ini terutama untuk memperlihatkan struktur detil dari matriks
anorganis seperti: lakuna dan kanlikuli.
2. Sediaan Dekalsifikasi: Preparat ini terutama untuk memperlihatkan struktur matriks
organis seperti: sabut-sabut kolagen dan osteosit.

Penjelasan Umum II: Osteogenesis

Jaringan tulang berkembang melalui 2 cara yaitu (1) Osifikasi intramembranosa, terjadi
dalam suatu membran mesenkim dan (2) Osifikasi endokondral, terjadi dalam suatu model
tulang rawan hialin.

1. Osifikasi intramembranosa: mula-mula sel mesenkim dalam suatu membran


mesenkim berdiferensiasi menjadi fibroblas untuk membentuk sabut-sabut kolagen
sehingga terbentuklah jaringan pengikat longgar berupa membran. Osifikasi
intramembranosa dimulai pada saat ada sekelompok sel mesenkim yang berdiferensiasi
menjadi osteoblas di dalam membran jaringan pengikat yang telah terbentuk, dan
selanjutnya tempat ini disebut pusat osifikasi. Pada pusat osifikasi, osteoblas mulai
membentuk matriks dan osteoblas terbenam dalam matriks yang dibentuknya sendiri
dan berubah menjadi osteosit. Tidak semua osteoblas berubah menjadi osteosit,
sebagian yang lain akan berproliferasi menjadi osteoblas baru dan akan menjauhi
pusat-pusat osifikasi. Akhirnya akan terjadi pengendapan bahan-bahan mineral dan

29
terbentuklah jaringan tulang muda disebut trabekula tulang sebagai hasil penggabungan
dari perluasan pusat-pusat osifikasi.

2. Osifikasi endokondral: dimulai dari masuknya kapiler darah, dan sel-sel bagian dalam
perikondrium yang berdiferensiasi menjadi osteoblas selanjutnya akan membentuk
jaringan tulang di bagian tepi dari model tulang rawan hialin. Perikondrium selanjutnya
menjadi periosteum. Jaringan tulang yang baru terbentuk disebut periostal bone collar
atau periostal band. Setelah terbentuk periostal bone collar, matriks tulang rawan di
bagian dalam akan mengalami pengapuran, sel-selnya hipertropi dan akhirnya mati
dengan meninggalkan ruang-ruang kosong. Periostal Bud yang terdiri atas Osteoblas
dan sel-sel osteogenik disertai kapiler darah periosteum memasuki ruang-ruang kosong
akibat kematian kondrosit. Osteoblas segera mensintesis matriks dasar yang dilanjutkan
dengan proses mineralisasi sehingga terbentuk jaringan tulang muda sebagai pusat
osifikasi primer.

Proses Osifikasi Endokondral pada Diafisis:


Proses osifikasi pada diafisis yang diamati saat diskus epifisis masih dalam bentuk tulang
rawan, memperlihatkan zona-zona osifikasi sebagai berikut:

(1) Zona Istirahat: terdiri atas tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologis. Pada zona
ini juga terdapat sel-sel kartilago embrional tersebar tidak teratur. Pembelahan sel dan
perubahan matriks berjalan sangat lambat.

(2) Zona Proliferasi: kondrosit membelah secara cepat dan membentuk deretan sejajar
sumbu panjang tulang. Proliferasi yang sangat cepat menyebabkan bentuk kondrosit
menjadi pipih dengan aksis tegak lurus sumbu panjang tulang.

(3) Zona Maturasi: ditandai dengan lakuna yang membesar berbetuk kuboid, sitoplasma
kondrosit mengandung glikogen. Pembesaran ukuran kondrosit menyebabkan matriks
tulang rawan menyempit, kondrosit berderet secara rapat yang hanya dipisahkan oleh
matriks yang tipis.

(4) Zona Kalsifikasi: bersamaan dengan kematian kondrosit, septum tipis dari matriks
akan mengalami kalsifikasi melalui pengendapan garam-garam anorganis terutama
kalsium sehingga tampak lebih basofilik dari sekitarnya.

(5) Zona Osifikasi: pada zona ini akan muncul jaringan tulang muda yang terbentuk secara
endokondral. Kapiler darah dan sel-sel dari periostal bud akan mengisi ruang-ruang
kosong yang ditinggal mati kondrosit. Sel-sel ini kemudian menjadi osteoblas dan
membentuk matriks tulang di atas matriks tulang rawan yang mengalami kalsifikasi.
Setelah osteoblas membentuk matriks tulang maka osteoblas berubah menjadi osteosit.

Proses Osifikasi Endokondral pada Epifisis:


Proses osifikasi pada epifisis (sekunder) mirip dengan proses osifikasi pada diafisis
(primer) tetapi pertumbuhan lebih lanjut tidak secara memanjang namun secara radier.
Lagi pula karena kartilago artikularis tidak mempunyai perikondrium maka periostal bone
collar tidak terbentuk. Setelah terbentuk jaringan tulang, masih ada tempat dimana tulang
rawan masih dipertahankan yaitu pada (1) kartilago artikularis yang menetap seumur hidup
dan (2) kartilago epifisealis yang akan menghilang pada usia dewasa.

30
HISTOLOGI JARINGAN OTOT

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara mikroskopis 3 macam jaringan otot (otot polos,
otot skelet, otot jantung)

Penjelasan Umum:

Jaringan otot terdiri dari kumpulan sel otot yang ditandai oleh adanya sejumlah besar
filamen sitoplasmik yang kontraktil. Sel otot berasal dari lapisan mesoderm.

Sel otot sangat berdiferensiasi, terutama terjadi dengan proses pemanjangan secara
berangsur-angsur dan pada saat bersamaan terjadi sintesa protein filamen tersebut.
Secara histologis serabut otot dibedakan berdasarkan ada-tidaknya garis melintang
sehingga digolongkan menjadi:
1. Otot tidak bergaris : otot polos
2. Otot bergaris : otot seran lintang/skelet
otot jantung

Komponen serabut otot dinamakan sesuai dengan sifat strukturnya :


Sitoplasma sel otot (tidak termasuk miofibril) disebut sarkoplasma
Retikulum endoplasmik halus disebut retikulum sarkoplasmik
Mitokondrianya disebut sarkosom
Membran selnya disebut sarkolemma atau plasmalemma

Berkas otot diliputi oleh selaput jaringan ikat padat di seluruh permukaan luarnya yang
disebut epimisium. Dari epimisium ini keluar septa-septa jaringan ikat padat masuk ke
dalam massa otot memisahkan berkas-berkas otot menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
yang disebut perimisium. Masing-masing serabut otot (muscle fiber) diliputi oleh selubung
jaringan ikat tipis yang terdiri dari lamina eksterna (basalis) dan anyaman retikuler disebut
endomisium.

Pada penampang bujur otot seran lintang mempunyai garis-garis atau pita-pita melintang
secara bergantian antara gelap dan terang. Pita yang gelap disebut pita A (Anisotrop),
sedangkan pita yang terang disebut pita I (Isotrop). Ditengah-tengah pita I terdapat satu
pita tipis yang gelap disebut garis Z. Bagian dari miofiber (serabut otot) yang dibatasi oleh
dua garis Z yang berurutan disebut sarkomer. Ditengah-tengah pita A masih terdapat satu
garis terang yang disebut garis H. Di dalam sarkoplasma pada tiap-tiap serabut otot
(miofiber) terdapat berkas-berkas filamen berbentuk silindris panjang yang disebut
miofibril. Miofibril mempunyai diameter 1-2 µm dan berjalan sejajar sumbu panjang
serabut otot, berkas dari miofibril disebut koellikers collum. Pada penampang melintang
dari miofiber, berkas-berkas (bundle) miofibril yang tersusun di dalam sarkoplasma
tampak sebagai pulau-pulau disebut Area Cohnheim.
Filamen tebal menempati seluruh pita A dan bagian sentral dari sarkomer. Filamen tipis
berjalan sejajar dengan filamen kasar dari pusat sarkomer dan berakhir melekat pada pita
Z. Pita I.merupakan bagian dari filamen tipis yang tidak overlap dengan filamen tebal
sehingga hanya terisi oleh filamen tipis. Pita A terutama terdiri dari filamen tebal
disamping bagian filamen tipis yang overlaping. Di bagian tengah dari filamen tebal yang

31
tidak overlap dengan filamen tipis tampak sebagai garis terang disebut pita H. Sehingga
pita H adalah bagian dari pita A yang hanya terisi oleh filamen kasar. Pada keadaan
istirahat, sarkomer tersusun oleh overlap sebagian dari filamen tebal dan filamen tipis.
Pada waktu kontraksi tidak terjadi pemendekan miofilamen secara individual, tetapi terjadi
penambahan daerah overlap antara filamen tebal dan filamen tipis.

Gambaran pita-pita pada waktu otot seran lintang kontraksi :

Filamen tipis bergerak menuju ke arah pusat sarkomer dan menyusup lebih ke dalam
diantara filamen-filamen tebal. Oleh karena filamen tipis melekat pada garis Z, maka garis
Z tersebut akan ikut bergerak mendekati pusat sarkomer yang akhirnya masing-masing
sarkomer akan memendek, dan secara keseluruhan otot akan lebih memendek.

Pita H yang pada waktu istirahat hanya terisi oleh filamen tebal (tampak terang) maka pada
waktu kontraksi akan terisi oleh filamen tebal dan tipis yang saling menyusup sehingga
pita H akan tampak sama gelap seperti pita A disekitarnya, atau pita H hilang pada waktu
kontraksi maksimal.

Pita I yang hanya terisi oleh filamen tipis, pada waktu kontraksi akan menyempit akibat
pergerakan filamen-filamen tipis ke arah pusat sarkomer yang diikuti garis Z, atau pita I
praktis menghilang pada waktu kontraksi maksimal.

Pengamatan Mikroskopis:

1. Otot Polos
Penampang Bujur
Terdiri dari sekelompok sel yang berbentuk fusiform (spindle) /pipih panjang berimpit
satu dengan yang lain dengan ujung-ujungnya saling tumpang tindah. Serat-serat
muskuler tersusun sedemikian rupa sehingga bagian-bagian yang tebal serat tersebut
tampak berdampingan dengan ujung-ujung tipis dari serat yang lain. Nukleus: pipih
panjang mengikuti bentuk selnya, terletak di bagian terlebar dari tiap serat (di sentral)

Penampang Lintang
Bentuk bulat-bulat mempunyai diameter yang berbeda-beda tergantung pada saat
memotongnya mengenai bagian sentral ataukah mengenai ujung-ujung yang
meruncing. Potongan-potongan yang terbesar mengandung nukleus.

2. Otot Seran Lintang/Skelet


Penampang Bujur
Serabut-serabut otot seran lintang yang memanjang dibungkus sarkolemma. Terlihat
garis-garis melintang yang nyata, garis-garis gelap/pita A = diskus Anisotrop, garis-
garis terang/Pita 1 = diskus Isotrop, garis-garis gelap yang terletak di tengah-tengah
Pita I = garis Z.
Nukleus: lonjong ramping atau memanjang/oval di tepi serabut otot tepatnya di bawah
sarkolemma.

Penampang Lintang
Seluruh permukaan luar otot diliputi oleh jaringan ikat padat yang disebut epimisium.
Beberapa jaringan ikat tersebut membentuk suatu selubung yang mengitari tiap-tiap
fasikulus muskuler disebut perimisium. Dari perimisium, sekat-sekat tipis jaringan ikat

32
tersebut menembus ke dalam fasikulus untuk mengelilingi dan memisahkan serabut-
serabut muskuler yang disebut endomisium.
Tampak berkas-berkas miofibril yang terpotong melintang, nukleus terletak ditepi.
Berkas-berkas miofibril yang terpotong melintang tersebut memperlihatkan gambaran
sebagai pulau-pulau disebut Area Cohnheim.

3. Otot Jantung
Penampang Bujur
Serabut-serabut otot jantung saling mengadakan anastomose, tampak garis-garis gelap
terang yang melintang. Garis tebal/gelap yang melintang dengan struktur tidak teratur
disebut diskus Interkalalus, merupakan tanda khas otot jantung. Nukleus: besar, lonjong
/oval terletak di tengah serabut otot jantung. Tiap-tiap sel otot jantung umumnya
mempunyai inti satu, .kadang-kadang dua.

Penampang Lintang
Bentuk bulat-bulat tanpa banyak perubahan dalam diameter. Nukleus terletak di tengah
serabut otot jantung.

33
Topik Praktikum Blok 1.3 (Digestive and Metabolism):

Histologi Traktus Digestivus (Saluran Pencernaan)

Histologi Glandula Digestiva (Kelenjar Pencernaan)

34
HISTOLOGI TRACTUS DIGESTIVUS
(SALURAN PENCERNAAN)

Tujuan Pembelajaran:

Setelah melaksanakan praktikum histologi organ sistem traktus digestivus, mahasiswa:


1. Mampu melakukan identifikasi secara mikroskopis traktus digestivus yang meliputi
cavum oris dan organ didalamnya (Lidah), esofagus, ventrikulus, intestinum tenue,
appendiks, intestinum crasum, rectum, dan anus..
2. Mampu menjelaskan kaitan struktur histologi traktus digestivus dan fungsinya
dalam sistem pencernaan.

Penjelasan:

Sistem digestivus tersusun oleh traktus digestivus (cavum oris, esofagus, gaster,
intestinum tenue, intestinum crasum, rektum, dan anus) dan sistem kelenjar eksokrin
(kelenjar saliva, hepar, dan pankreas).Pedoman praktikum ini akan membahas struktur
histologi traktus digestivus.
Traktus digestivus terbentang mulai dari mulut (cavum oris) sarnpai dengan anus.
Struktur traktus digestivus bagian atas yang dimulai dari bibir sampai dengan faring
berbeda dibanding traktus digestivus bagian bawah yang dimulai dari esofagus sampai
anus. Cavum orismerupakan ruangan yang dibatasi oleh labia (bibir) di bagian depan.
Dinding dan dasar mulut dibentuk oleh otot-otot dan atap cavum oris dibentuk oleh
palatum durum dan palatum molle. Didalam rongga mulut terdapat lingua (lidah) dan gigi
yang berperan dalam proses mastikasi makanan.
Labia (bibir), secara umum terdiri atas epitei berlapis pipih (squamous kompleks),
jaringan pengikat fibroelastis dan otot. Labia dibedakan menjadi tiga yaitu pars cutanea,
pars intermedia dan pars mukosa. Pars cutaneadilapisi oleh jaringan epitei squamous
kompleks dengan kornifikasi yang membentuk epidermis. Epidermis tipis dan lapisan
propria di bawahnya terdapat sedikitpapilla corium (sama dengan papilla dermis).
Lapisanpropriadisusun oleh jaringan pengikat fibroelastis yang mengandung kelenjar
sebacea, kelenjar.sudorifera, folikel rambut dan sedikit pembuluh darah. Pars intermedia,
merupakan peralihan antara kulit dan mukosa.Lapisan lusidum dari epidermisnya menebal,
papillacorium pada lapisan propria tampak lebih tinggi, dan banyak pembuluh darah.
Lapisan propria dan tunika submukosa sukar dibedakan dan tersusun oleh jaringan
fibroelastis. Pada pars intermedia tidak dijumpai kelenjar kulit dan folikel rambut. Pars
mukosa dilapisi epitelsquamous kompleks tanpa kornifikasi.Papilla corium pada lapisan
propria tidak setinggi pars intermedia. Di bawah ketiga pars tersebut terdapat muskulus
orbikularis oris yang disusun oleh otot seranlintang.
Palatum durum (langit-langit keras), dilapisi epitei squamous kompleks dengan
kornifikasi.Lapisan proprianya sangat tipis dan melekat langsung pada periosteum tulang
maxilla (Os Maxillaris).Palatum molle mempunyai dua permukaan yaitu yang menghadap
ke nasofaring dan orofaring.Palatum molle tersusun oleh otot seran lintang yang dilapisi
oleh epithel squamous kompleks tanpa kornifikasi yang berlanjut dengan lapisan
submukosa yang mengandung kelenjar mukus dan nodus limfatikus di bagian submukosa.
Lingua terutama disusun oleh ikatan-ikatan otot seran lintang yang berjalan dalam
tiga arah dan tegak lurus satu sama lain. Permukaan lidah terbagi menjadi dua oleh sulkus
terminalis yang berbentuk seperti huruf V. Di bagian depan sulkus banyak mengandung
papilla sedang bagian belakang sulkus terdapat limfonoduli (tonsila lingualis) dan kelenjar.

35
Kelenjar pada lidah antara lain kelenjar von Ebner bersifat serous murni dan kelenjar
Weber yang murni mukous bermuara di dasar papilla sirkumvalata. Kelenjar Blandinhun
yang bersifat sero-mukous terdapat pada ujung lidah.
Permukaan dorsal mukosa lidah disusun oleh epitei berlapis pipih yang bervariasi
antara epitel berlapis pipih dengan kornifikasi pada permukaan papilla filliformis
dansebagian besar area tanpa kornifikasi, sedang permukaan bawah disusun oleh epitel
berlapis pipih tanpa penandukan.Permukaan dorsal lidah banyak terdapat papilla yang
dapat berbentuk filiformis, fungiformis, dan papilla sirkumvalata.Papilla yang terakhir ini
merupakan papilla yang terbesar dan tersebar di sepanjang sulkus terminalis.Bentuk papilla
seperti piala, bulat dan terletak lebih rendah dari permukaan lidah.
Pada dinding papillafungiformis dan cirkumvalata terdapat alat pengecap, Di
sekitar papilla terdapat cekungan-cekungan tempat muara dari kelenjar von Ebner. Alat
pengecap atau kalikulus gustatorius/taste buds umumnya terdapat pada permukaan atau
pada sisi papilla. Alat ini terdapat di antara sel-sel epitelium dan tersusun atas dua macam
sel, yaitu sel neuroepitel yang disebut sel gustus dan sel penyangga (sustentakuler).
Gigi merupakan bangunan terkeras yang ada di dalam tubuh.Secara anatomis gigi
dapat dibedakan menjadi korona (mahkota gigi) yang tampak di atas permukaan ginggiva
dan radix yang masuk kedalam tulang alveolus.Secara embriologis gigi berasal dari
ektoderm dan mesoderm. Ektodermakan membentuk email gigi, sedang mesoderm akan
membentuk dentin, cementum dan pulpa gigi.
Pada penampang bujur preparat gosok dapat dibedakan bagian keras gigi yaitu
email, dentin dan cementum serta bagian lunak gigi yaitu pulpa gigi. Email merupakan
masa yang palingkeras disusun sebagian besar oleh substansiaanorganik (kristal apatit) dan
hanya sekitar 0,5% saja substansia organiknya. Matriks email dibentuk oleh sel ameloblas,
di mana setiap sel ameloblas akan membentuk sebuah prisma email yang berbentuk
heksagonal. Pada potongan longitudinal tampak garis-garis melintang yang disebut garis
Schreger yang terbentuk oleh proses mineralisasi yang berjalan secara periodik. Selain itu
dijumpai pula garis-garis yang berjalan dari permukaan gigi menuju ke akar gigi yang
disebut garis Retzius yang merupakan prisma-prisma email.
Permukaan bebas email dilapisi oleh dua lapis tipis, yaitu membrana Nasmyth di
sebelah dalam yang merupakan kutikula email hasil produksi dari sel ameloblas sebelum
menghilang. Lapisan sebelah luar merupakan, derivat sacus dentalis dari embriologis gigi
yang mengalami keratinisasi.
Dentin gigi disusun oleh substansia anorganik 80% dan organik 20%. Substansi
organik terutama terdiri atas serabut kolagen (92%). Pada pengamatan potongan gigi
sejajar aksis tampak adanya garis-garis radier yang disebut tubuli dentinalis yang berisi
prosesus protoplasmatis sel-sel odontoblas. Tubulus ini dikelilingi oleh lapisan dentin yang
dikenal dengan selubung Neumann. Dentin dibentuk oleh sel odontoblas yang membatasi
rongga pulpa gigi. Sel ini mensekresikan matriks organik dentin yang kemudian
mengalami kalsifikasi. Di beberapa tempat ada yang tidak mengalami kalsifikasi sehingga
membentuk ruangan berisi matriks organik dentin saja yang dikenal dengan ruang
interglobularis Owen. Pada perbatasan dentin-cementum akar gigi, ruangan-ruangan
tersebut membentuk deretan sehingga tampak sebagai lapisan yang disebut lapisan
granularis Tomes. Sel odontoblas berbentuk kolumner tinggi di mana apeksnya
melanjutkan diri sebagai prosesus protoplasmatis (serabut Tomes) yang masuk kedalam
tubuli dentinalis.
Cementum merupakan jaringan yung meliputi seluruh dentin bagian akar gigi.
Struktur histologis rnirip dengan tulang. Perbedaan dengan tulang adalah tidak didapatkan
sistim Haversi & tidak dijumpai pembuluh darah pada cementum. Cementum umumnya
aseluler hanya pada daerah ujung akar lapisannya menebal dan bersifat seluler.Sel

36
cementum disebut cementosit dan mirip dengan osteosit tulang. Sel juga berada dalam
lakuna dan satu sama lain dihubungkan dengan kanalikuli.
Jaringan pulpa terdapat di dalam rongga pulpa. Dalam keadaan dewasa pulpa
berbentuk gelatin dan merupakan substansia dasar yang bersifat metakromasi sebagaimana
halnya dengan jaringan pengikat. Di dalamnya terdapat serabut-serabut kolagen yang
berjalan tidak teratur, beberapa serabut elastis terutama di sekitar pembuluh darah.
Jaringan ini kaya akan pembuluh darah dan serabut saraf. Sel-sel yang ada antara lain
fibroblas, sel mesenkim, makrofag, limfosit, plasmosit dan eosinofil. Kearah apeks akar
gigi rongga pulpa akanmenyempit dan berakhir sebagai lubang, tempat pembuluh darah,
pembuluh limfe dan saraf masuk ke dalam jaringan pulpa.
Membrana (ligamentum) periodontalis merupakan jaringan yang menghubungkan
serta mengikatkan gigi dengan tulang alveolaris. Membran ini juga berperan sebagai
periosteum tulang alveolaris hanya tidak dijumpai serabut elastis. Membran disusun oleh
berkas kolagen tebal yang berjalan dari tulang alveolaris menuju ke cementum. Serabut
kolagen yang memasuki tulang alveolaris dan cementum menjadi serabut Sharpey.

Sususnan Umum Dinding Traktus Digestivus:

Secara umum dinding traktus digestivus (saluran pencernaan) terdiri atas empat
bagian utama, yaitu:tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika
adventitia/tunika serosa.

A. Tunika mukosa disusun oleh:


1. Epitel (bervariasi sesuai segmen dan terkait fungsinya).
2. Lamina propria yang merupakan jaringan pengikat longgar yang mengandung
pembuluh darah, linife, kelenjar serta sel-sel jaringan ikat.
3. Lapisan muskularis mukose terdiri atas otot polos.

B. Tunika submukosa disusun oleh jaringan pengikat padat tak teratur dan
menghubungkan tunika mukosa dengan tunika muskularis, banyak dijumpai serabut
elastis dan sedikit sel. Di dalam tunika ini dijumpai anyaman pembuluh darah (Pleksus
Helleri), anyaman saraf tak bermyelin (Pleksus submukosus Meissner), ganglion
parasimpatis, kelenjar dan kelompokan limfosit.

D. Tunika muskularis tersusun oleh- dua lapis otot polos, kecuali pada lambung yang
terdiri atas tiga lapis.Bagian dalam serabutnya berjalan sirkuler sedang bagian luar
berjalan longitudinal.

E. Tunika adventitia atau serosa disusun oleh jaringan pengikat longgar yang dilapisi
selapis pipih mesotelium.

Pengamatan Mikroskopis Traktus Digestivus:

LABIUM ORIS
Pars kutanea : tampak epitel skuameus berlapis yang mengalami penandukan dengan
papilla corium yang sedikit dan pendek. Juga dapat diamati adanya folikel rambut, kelenjar
sebacea, kelenjar sudorifera dan otot seran lintang dari muskulus orbikularis orfe.

37
Pars marginalis : merupakan perbatasan pars kutanea dengan pars intermedia tampak
epitel squamous kompleks dengan kornifikasi, bagian ini tidak mengandung folikel
rambut.
Pars intermedia/pars rubra : merupakan transisi antara kulit dan mukosa. Bagian ini
dilapisi oleh epitel squamous kompleks dengan sedikit penandukan, tidak mengandung
pigmen, papilla corium yang lebih tinggi. Pada lapisan propria (corium) banyak dijumpai
pembuluh darah dan tidak dijumpai folikel rambut dan kelenjar kulit.

LINGUA PENGAMATAN MACAM-MACAM PAPILLA


Pada lingua tampak adanya macam-macam papilla berbentuk filiformis dan fungiformis.
Pada permukaanya (tunika mukosa) dilapisi oleh epitel pipih berlapis dengan lapisan
propria jaringan ikat padat yang membentuk papilla kecil dengan banyak pembuluh darah.
Pada jaringan di bawahnya (tunika muskularis) tampak otot seran lintang yang berjalan
longitudinal, transversal dan vertikal. Kelenjar saliva yang bersifat serous, mukus, maupun
campuran terdapat diantara otot.

LINGUA PENGAMATAN PAPILLA CIRCUM VALLATA


Tunika mukosa dilapisi oleh epitel skuameus berlapis, lamina propria jaringan ikat
padat.Papilla circurnvallata seolah-olah tenggelam dalam lamina propria dan dikelilingi
sulkus sirkularis.
Organon gustus berbentuk oval terletak di dalam epitel, pucat, meruncing kearah
permukaan dan puncaknyaberporus (poruss gustatorius). Sel gustus berbentuk langsing
.tercat gelap dengan rambut kearah porus, sel penyokong lebih besar dan tercat pucat,
terdiri atas sel penyokong luar dan dalam serta sel-sel basal.
Tunika muskularis terdiri atas anyaman otot seran lintang yang tersusun longitudinal,
transversal dan vertikal. Kelenjar von Ebner bermuara pada dasar sulkus sirkularis

POTONGAN MEMBUJUR OESOFAGUS


Tunika mukosa dilapisi epithel squamous kompleks tanpa kornifikasi, Lamina
propriatersusun oleh jaringan pengikat padat dengan pembuluh darah, pars
ekskretoriuskelenjar oesofegus serta sel-sel limfosit. Lamina muskularis mukosae terdiri
atas dualapis otot polos yang berjalan sirkuler dan longitudinal,
Tunikasubmukosa terdiri atas jaringan pengikat padat irreguler dengan pars
sekretoriuskelenjar oesofagus yang bersifat mukous.
Tunika muskularis terdiri atas otot polos dan seranlintang (tergantung lokasinya),Bagian
proksimal otot seran lintang dan bagian distal otot polos.Serabut otot dua lapisberjalan
sirkuler dan longitudinal.
Tunika adventitia disusun oleh jaringan pengikat longgar, pembuluh darah danpembuluh
limfe.

38
POTONGAN MEMBUJUR PERALIHAN OESOFAGUS-VENTRIKULUS

Perbedaan antara oesofagus dan ventrikulus :


OESOFAGUS VENTRIKULUS

1. Tunika mukosa : 1. Tunika mukosa :


− Epitel squamous kompleks tanpa − Epitel kolumner simpleks
kornifikasi
− L. Propria J.P longgar dengan pars − JP longgar dengan pars
ekskretorius kelenjar oesofagus ekskretorius kelenjar kardiaka
− L. Muskularis mukosae otot polos − Otot polos satu lapis
dua lapis

2. Tunika submukosa : 2. Tunika submukosa:


− JP padat irreguler dengan pars − JP padatirreguler
sekretorius kelenjar oesofagus

3. Tunika muskularis : 3. Tunika muskularis:


− Otot polos sirkuler dan longitudinal − Otot polos sirkuler, oblik &
longitudinal
4. Tunika adventitia :
− JP longgar dan mesotelium 4. Tunika adventitia:
− JP longgar dan mesotelium

FUNDUS VENTRIKULI
Pada permukaan mukosa terdapat lekukan ke dalam disebut Foveolae Gastrcae.
• Tunika mukosa dilapisi epitel kolumner simpleks membetuk kelenjar
• Lamina propria disusun oleh JP longgar dengan glandula fundika yang bermuara pada
dasar Foveolae gastrika, dan lamina muskularis mukosae yang terdiri dari otot polos.
Glandula fundika:
1. Bagian ithmus dibatasi sel mukous leher berbentuk kolumner, jernih, inti bulat terletak
basal. Di antaranya terdapat dua macam sel yaitu sel prinsipal/zimogen cell berbentuk
piramid atau kubus, sitoplasma granuler basofil, inti terletak basal dikelilingi granula
zimogen di atasnya. Sel parietal, letaknya seolah-olah terdesak kearah lamina propria,
berbentuk piramidal atau sferis besar dengan puncak menghadap ke lumen, inti bulat tercat
kuat, sitoplasma granuler halus eosinofilik Sel ini menghasilkan asamlambung.
2. Bagian basal terdapat sel-sel yang mirip daerah leher kelenjar. Di antaranya terdapatsel
argentafin.
• Tunika submukosa: JP padat irreguler
• Tunika muskularis: tiga lapis otot polos yang berjalan sirkuler, oblik dan longitudinal.

39
PILORUS VENTRIKULI
Pada permukaan mukosanya dijumpai voveolae gastrika yang lebih dalam dibanding
fundus ventrikuli.
• Tunika mukosa dilapisi epitel kolumner selapis yang membentuk kelenjar pilorika.
Kelenjar pilorika disusun oleh sel-sel yang uniform berbentuk: kolumner bersifat
mukous, di antaranya terdapat sel gastrin yang mengeluarkan hormon gastrin.
Lamina propria disusun oleh JP longgar dengan kelenjar pilorika berbentuk tubuler
bercabang dan berkelok-kelok sehingga banyak terpotong melintang, kelenjar ini
bermuara pada dasar foveolae gastrika. Lamina muskularis mukosae otot polos.
• Tunika submukosa: JP padat irreguler
• Tunika muskularis: tiga lapis otot polos, stratum oblik, stratum sirkuler dan stratum
longitudinale.
• Tunika serosa disusun oleh JP longgar dengan mesotelium.

PERALIHAN VENTRIKULUS-DUODENUM

Pada peralihan ini terdapat perbedaan-perbedaan sebagai berikut:


PILORUS DUODENUM

1. Tunika mukosa: 1. Tunika mukosa :


− Epitel kolumner selapis membentuk − Epitel kolumner selapis dengan sel
kelenjar pilori menembus L propia Goblet
tunika submukosa.
− L.Propria JP longgar & kelenjar − JP longgar & kelenjar Bruneri
pilorika
− Lmuskularis mukosae otot polos utuh − L. muskularis mukosae otot polos
terputus-putus oleh kelenjar

2. Tunika submukosa 2. Tunika submukosa :


− JP padat irreguler − JP padat irreguler& kelenjar Bruneri

3. Tunika muskularis tiga lapis otot polos 3. Otot polos dua lapis di antaranya terdapat
pleksus myenterikus Auerbach

4. Tunika serosa JP longgar& mesotel 4. JP longgar & mesotel.

PENAMPANG MELINTANG YEYENUM


• Tunika mukosa, pada permukaannya terdapat plika sirkularis Kerkringi serta
viliintestinalis dan Kripte Lieberkuhn yang merupakan kelenjar intestinalis. Tunika
mukosa dilapisi epitel kolumner selapis dengan sel Goblet. Lamina propria disusun JP
longgardengan serabut otot polos Brucke yang merupakan lanjutan dari muskularis
mukosae. Pada vili intestinalis otot ini masuk kedalam lamina propria vili.
• Tunika submukosa disusun JP padat irreguler dengan akhiran saraf pleksus
submukosus Meisnerri.
• Tunika muskularis disusun otot polos dua lapis yang berjalan sirkuler dan
longitudinal, di antaranya terdapat pleksus myenterikus Auerbach.
• Tunika serosa terdiri atas JP longgar dengan mesotelium.
40
PENAMPANG MELINTANG ILEUM
• Tunika mukosa, terdapat plika sirkularis Kerkringi, vili intestinalis dan kripte
Lieberkuhn. Pada beberapa tempat tidak mempunyai vili. Tunika mukosa dilapisi
epitel kolumner selapis dengan sel Goblet. Lamina propria disusun JP longgar. Terdapat
agregasi jaringan limfatika noduler (Plaques Peyeri) yang tersebar pada bagian yang
tidak bervili sampai pada lamina propria dan submukosa. Lamina muskularis mukosae
otot polos yang pada tempat di mana terdapat Plaques Peyeri tampak terputus.
• Tunika submukosa disusun JP padat irreguler dan lanjutan dari Plaques Peyeri.
• Tunika muskularis disusun oleh otot polos dua lapis yang berjalan sirkuler di sebelah
dalam dan longitudinal di sebelah luar. Terdapat pleksus myenterikus Auerbach
diantaranya.
• Tunika serosa disusun JP longgar yang dilapisi mesotel.

PENAMPANG MELINTANG APPENDIKS


Lumen appendiks tampak berbentuk bintang atau segitiga yang agak sempit.
• Tunika mukosa: permukaannya tidak terdapat vili intestinalis, namun dijumpai kripte
Lieberkuhn. Tunika dilapisi epitel kolumner selapis dengan sel Goblet. Lamina propria
JP longgar dengan banyak sel-sel limfosit tersebar atau berbentuk nodulus solitarius.
Lamina muskularis mukosae sukar diamati.
• Tunika submukosa: disusun JP longgar dengan sel-sel limfosit.
• Tunika muskularis: terdiri atas otot polos dua lapis yang berjalan sirkuler dan
longitudinal
• Tunika serosa: JP longgar dengan mesotel.

PENAMPANG MELINTANG INTESTINUM CRASUM


Pada permukaan mukosa dijumpai plika semilunaris, tidak terdapat vili intestinalis namun
masih dijumpai kripte Lieberkuhn.
• Tunika mukosa dilapisi epitel kolumner selapis dengan sel Goblet. Lamina propria
disusun oleh JP longgar dengan sel-sel limfosit yang membentuk agregat (Plaque
Peyeri). Lamina muskularis mukosae: otot polos.
• Tunika submukosa disusun JP padat irreguler dengan pleksus submukosus Meissner.
• Tunika muskularis: otot polos dua lapis dengan pleksus myenterikus Auerbach.
• Tunika serosa: JP longgar dengan mesotel.

41
PENAMPANG MEMBUJUR REKTUM-ANUS

Perbedaan gambaran rektum dan anus:

REKTUM ANUS

1. Tunika mukosa: 1. Tunika mukosa


- Epitel kolumner selapis dengan - Epitel skumeus kompleksa dengan
banyak sel Globet. penandukan
- L. Propria JP longgar dengan - JP longgar dengan kelenjar
banyak limfosit sudorifera dan pars ekskretorius
kelenjar sirkum-anale.
- Agregasi limfosit menghilang.

2. Tunika submukosa: 2. Tunika submukosa:


JP padat irreguler dengan banyak JP padat irreguler
pembuluh darah vena

3. Tunika muskularis: 3. Tunika muskularis:


Otot polos dua lapis - Pars sekretorius kelenjar sirkum
anale
- Muskulus sfinkter ani eksternus (otot
seran lintang)

4. Tunika serosa: 4. Tunika serosa:


JP longgar JP longgar

42
HISTOLOGI KELENJAR PENCERNAAN
(GLANDULA DIGESTIVA)

Tujuan Pembelajaran:

Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara mikroskopis dan histologis kelenjar-kelenjar


digestiva: Glandula Parotis, Glandula Sub Maxillaris/ Sub Mandibularis, Grandula Sub
Lingualis, Hepar, Vesica Fellea dan Pankreas.

Penjelasan Umum:

Saluran pencernaan merupakan suatu saluran yang panjang dan muskuler, sedang
kelenjar tersebar di sepanjang saluran pencernaan baik berada dalam dinding saluran
pencernaan maupun sebagai organ di luar saluran.
Secara umum kelenjar pencernaan berfungsi mencerna makanan secara kimia. Kelenjar
pencernaan yang terdapat pada dinding saluran pencernaan biasanya terdapat pada lamina
propria dan kelenjar yang terdapat di luar dinding saluran pencernaan misalnya kelenjar
pankreas, kelenjar hepar.
Di dalam rongga mulut yang merupakan bagian permulaan dari saluran pencernaan
bermuara banyak kelenjar-kelenjar kecil disamping 3 pasang besar yang termasuk kelenjar
Parotis, Sub Maxillaris/ Sub Mandibullaris dan kelenjar Sub Lingualis.
Fungsi kelenjar saliva adalah membasahi dan melumasi rongga mulut dan isinya, memulai
pencernaan makanan, menyelenggarakan ekskresi zat-zat tertentu seperti urea dan
mereabsorbsi natrium dan mengekskresi kalium.
Hepar adalah kelenjar endokrin maupun eksokrin yang terbesar dalam tubuh. Pada
manusia dewasa beratnya 1,5 kg terletak dalam rongga abdomen di bawah diafragma.
Kelenjar ini tersusun atas kesatuan histologis berupa lobuli yang terbentuk prisma
poligonal.
Kandung empedu merupakan kelenjar eksokrin yang berfungsi menampung
empedu yang di hasilkan oleh sel hati dan kemudian mereabsorsi air dalam cairan empedu.
Pada manusia dewasa luasnya sekitar 10 X 4 cm dan hampir pada semua binatang
mempunyai kapasitas 1 - 2 ml/kg berat badan.
Bentuk dan ukuran bervariasi, apalagi dalam keadaan patologis ukuran dan tebal
dindingnya mengalami perubahan.
Pankreas merupakan campuran kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Lobus
pankreas diliputi oleh kapsula tipis, jaringan penyambung yang mengirimkan septa ke
dalam pankreas. Kapsul menembus pankreas dan membaginya menjadi lobuli yang tidak
jelas dan tidak sempurna. Pankreas sebagai kelenjar eksokrin, merupakan kelenjar tobulo-
asiner majemuk, sel asiner bersifat serous.
Menurut tipe sel sekretorisnya, kelenjar dapat digolongkan menjadi tiga tipe:
1. Kelenjar yang hanya mengandung sel-sel mucous.
2. Kelenjar yang hanya megandung sel-sel serous
3. Kelenjar campuran, mengandung sel mucous dan sel serous.
Setiap kelenjar terbagi menjadi lobulus-lobulus. Dalam lobulus, terdapat adenomer yaitu
parenkim yang merupakan kesatuan unit-unit morfologik dan fungsional, juga terdapat
unsur-unsur lain seperti jaringan pengikat, pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
Adenomir terdiri atas sel kelejar (Alveoli) saluran penyalur, duktus inter kalaris dan
saluran bercorak.

43
Tipe-tipe sel sekretoris yang dapat dijumpai pada kelenjar ludah yaitu:

1. Sel Serous
Tersusun oleh sel epithel bentuk piramida mengelilingi lumen sempit batas-batas
selnya tidak jelas. Granula sekretoris terkumpul antara nukleus dan permukaan bebas
selnya tidak jelas. Sesudah sel mengeluarkan sekret, sel menjadi lebih kecil, granula
sekretoris hanya pada permukaan sel saja.

2. Sel Mucous
Sel-sel bentuk piramid tak teratur, sitoplasma bersifat basofil, mengandung butir-butir
mucigen yang pucat. Inti tampak gelap, pipih dan terdesak pada basal sel oleh butir-
butir sekret yang dihasilkan.

3. Sel-sel dalam kelenjar campuran (Serous Mucous)


Jumlah tiap macam sel dalam kelenjar campuran bervariasi. Pada beberapa keadaan
jumlah tiap macam sel mucous lebih banyak atau sebaliknya. Sel-sel mucous
kebanyakan terletak dekat duktus ekskretorius, sedang sel-sel serous terbatas pada
ujung pars sekretoris.
Bila sel-sel mucous tidak banyak, bagian sekretoris dari granula akan menunjukkan
campuran yang tidak teratur, dari sel-sel mucous terpulas terang dan sel serous yang
terpulas gelap.

Bila sel-sel mucous lebih banyak, sel-sel serous terdorong menuju ujung buntu dari bagian-
bagian terminal atau ke dalam saccus yang berbentuk kantong.
Disini mereka membentuk kelompokan kecil, yang pada potongan melintang tampak
sebagai gambaran ½ bulan (Crescent), terpulas gelap dan mengelilingi tubulus yang
mucous. Bangunan ini disebut “Demilunnae Gianuzzi”.

• Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur dengan sifat sel serosa. Saluran eksresi
dinamakan duktus Stenson yang bermuara dalam rongga mulut daerah “molar dua”
rahang atas, dinding epithel pseudokolumner diantaranya terdapat sel goblet,
percabangan berupa duktus inter lobularis dengan epithel selapis kolumner.
Saluran-saluran tersebut berjalan melalui septa jaringan pengikat. Duktus inter
lobularis memberikan percabangan ke dalam lobuli sebagai duktus intralobularis.

• Kelenjar Sub Mandibullaris (Sub Maxillaris)


Kelenjar Sub Mandibullaris merupakan kelenjar liur dengan bagian sekretoris tersusun
atas sel mucous dan serous. Sel serous merupakan unsur utama. Duktus Wharton
sebagai saluran ekskresi menuju rongga mulut, dinding epithel kolumner simpleks.

• Kelenjar Sub Lingualis


Kelenjar Sub Lingualis merupakan kelenjar liur dengan bagian sekretoris tersusun atas
sel mucous dan serous. Sel mucous merupakan unsur utama, tidak mempunyai asini
yang semata-mata dibentuk oleh sel serosa.

• Hepar
Lobuli hepar berbentuk prisma poligonal, diameter 0,7-2 mm, potongan melintang
tampak sebagai hexagon, bagian pusat terdapat vena sentralis dan sudut-sudut luar
lobuli terdapat canalis portae.
44
Sebagai kesatuan histologis, lobuli hepar terdiri atas:
1. Parenkim hepar
2. Sel hepar (hepatosit)
3. Kapiler empadu (canaliculi biliferus)
4. Sinusoid

Pada canalis portae mengandung jaringan pengikat yang didalamnya terdapat


“PORTAL TRIADS” atau sering disebut juga “TRIGONUM KIERNANN”.
Portal Triads terdiri dari:
- Cabang-cabang Vena portae
- Cabang-cabang arteria hepatika
- Duktus biliferus
- Pembuluh limfe
- Saraf

• Vesica Fellea (Kandung Empedu)


Dinding Vesica Fellea terdiri dari 3 lapisan yaitu:

1. Tunika Mukosa
Tunika mukosa membentuk lipatan-lipatan/ rugae. Lipatan-lipatan yang
besar terbagi-bagi lagi menjadi lipatan-lipatan yang lebih kecil, sehingga
permukaannya tampak seperti sarang tawon. Permukaan lekukan ini dibatasi
dengan epithelium dan langsung meluas ke dalam lamina propria dan lapisan
muskuler. Kantung/ lekukan ini disebut “Sinus Rokitansky Asehoff”.
Epithelium kolumner tinggi dengan permukaan terdapat striated border yang
tipis, mengandung granula khromatin yang terletak di basis sel. Sitoplasma terpulas
kuat dengan eosin, inti oval terletak di basal. Disini juga mengandung lemak, lipid
dan mitokondria. Pada mukosanya tidak mengandung glandula dan goblet sel,
kecuali pada daerah leher (collum). Lamina propria dan lapisan perimusculair pada
bagian leher, mengandung glandula tubulo alveolair. Epithelium kuboid dari
glandula ini dikatakan menghasilkan mukus.

2. Tunika Muskularis
Merupakan lapisan otot paling polos yang tebal, sabut-sabut otot polos
longitudinal terletak dekat tunika propria. Sedang otot polos sirkulair lebih banyak
daripada otot polos longitudinal. Diantara otot polos tersebut terdapat jaringan
pengikat yang mengandung banyak sabut-sabut elastis.

3. Tunika Serosa/Tunika Adventitia


Merupakan jaringan pengikat longgar yang mengandung pembuluh-
pembuluh darah, pembuluh limfe, sabut-sabut saraf dan permukaan bebasnya
diliputi oleh peritoneum. Bagian yang melekat pada hepar menjadi tunika
adventitia.
Kadang-kadang pada permukaan hepar dekat leher (collum) terdapat
struktur aneh yang menyerupai suatu duktus. Mereka terdapat beberapa jauh dalam
jaringan pengikat dan beberapa diantara mereka ini berhubungan dengan duktus
biliferus. Mereka ini tidak pernah berhubungan dengan lumen vesica fellea dan
mungkin merupakan suatu penyimpangan letak duktus biliferus selama
perkembangan embryonik dari sistem empedu. Mereka ini disebut duktus dari
Luschka.
45
• Pankreas
Lobus pankreas diliputi oleh kapsula tipis jaringan penyambung yang
mengirimkan septa ke dalam pankreas. Kapsul menembus pankreas dan membaginya
menjadi lobuli yang tidak jelas dan tidak sempurna. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas
merupakan kelenjar tubulo – acinair majemuk, sel asinair bersifat serous.
Pada pars sekretorius: struktur asinus kelenjar eksokrin mirip dengan kelenjar parotis.
Sebagian permulaan duktus interkalatus menembus ke dalam lumen asini yang disebut :
sel-sel sentro asiner, pada sel-sel sentroasiner sitoplasmanya tidak mangandung granula
sekresi. Pada pars ekskretorius pankreas tidak didapatkan adanya saluran bercorak
(striated duct)
Pankreas juga disebut sebagai kelenjar endokrin oleh karena tidak mempunyai saluran
keluar (duktus ekskretorius), sehingga sekresinya dilakukan secara internal. Kelenjar
endokrin pankreas tersusun atas kelompok sel yang membentuk pulau-pulau dan di
selubungi oleh kapsula halus terdiri dari serabut retikuler disebut : sebagai pulau-pulau
Langerhans. Sel-sel kelenjar dari pulau Langerhans pada manusia terdiri atas tiga
jenis sel yaitu: sel alpha sel beta dan sel delta.
- Sel alpha: mengandung granula sekresi halus yang bersifat asidofil, nukleus irregular
dengan satu nukleus, biasanya terletak dibagian perifer pulau Langerhans.
- Sel beta: ukuran sel ini lebih kecil dari sel alpha, granula sel beta ini lebih besar.
Sitoplasma bersifat basofil. Letaknya cenderung terpusat di bagian tengah pulau.
- Sel delta: pada manusia jumlah sedikit, granula terikat pada membran plasma,
merupakan sel yang kecil dan tidak mengikat zat warna dengan kuat.

Pengamatan Mikrokopis:

1. Glandula Parotis
Glandula parotis ini terbagi dalam lobuli oleh jaringan pengikat longgar.
1. Pars secretorius :
a. Acineus (alveolus) tersusun oleh se-sel serous yang mengelilingi
lumen yang sempit.
b. Myopithel dan membrana basalis
2. Pars excretorius :
a. Ductus excretorius intralobularis: dindingnya tersusun oleh sel-sel columnair
simplex.

2. Glandula Sub Mandibullaris/ Sub Maxillaris


1. Pars secretorius
a. Acineus (alveolus) ada yang tersusun oleh sel-sel serous dan ada yang tersusun
oleh sel-sel mucous.
b. Myoepithel
c. Demilunare Gianuzzi: merupakan acini serous yang berbentuk bulan sabit
kerena terdesak oleh acini mucous.
2. Pars excretorius :
a. Ductus exretorius intralobularis.
b. Ductus excretorius interlobularis.

46
3. Glandula Sub Lingualis
Glandula Sub Lingualis ini terbagi dalam lobuli oleh jaringan pengikat longgar atau
jaringan pengikat interlobularis.
1. Pars secretorius :
a. Acineus (alveolus) ada yang tersusun oleh sel-sel serous dan ada yang tersusun
oleh sel-sel mucous.
b. Sel-sel serous: bentuk pyramidal, sitoplasma granular kasar, sifat acidophil,
nucleus oval ditengah.
c. Sel-sel mucous: pyramidal, sitoplasma jernih, nucleus pipih di bagian basal.
d. Sel-sel basket (myoepithel) berbentuk stelat, terletak diantara sel serous dengan
membrana basalis, juga diantara sel-sel mucous dengan membrana basalis.
e. Pada beberapa acineus terdapat “demilunare Gianuzzi”
2. Pars excretorius:
a. Ductus excretorius intrabularis: dindingnya tersusun oleh sel-sel sel cuboid
simplex.
b. Ductus excretorius interlobularis: dindingnya tersusun oleh sel-sel columnair
simplex.

4. Pengamatan Lobuli dan Trigonum Kiernann pada Hepar


1. Umumnya berbentuk Hexagonal. Dikelilingi oleh jaringan pengikat interlobularis
(septum interlobularis) sebagai lanjutan dari capsula fibrosa. Didalam lobuli terdapat
rangkaian sel-sel hepar atau sel-sel parenkim hepar yang tersusun radiair dengan
vena centralis sebagai pusat.
2. Sel-sel parenkim hepar: Bentuk sel polygonal, sitoplasma mengandung granula
glycogen, nucleus bulat, terdapat satu buah, tapi kadang-kadang 2 buah nucleus.
Diantara beberapa lobuli terdapat suatu daerah yang tersusun oleh jaringan pengikat,
yang pada potongan melintang umumnya berbentuk segitiga, ini adalah Trigonum
Kiernam.
3. Pada Trigonum Kierman terdapat:
a. Arteri interlobularis: cabang dari arteria hepatica
b. Vena interlobularis :cabang dari vena portae
c. Ductus biliferus yang mengumpulkan empedu dari sinusoid, dikelilingi oleh
epithelium columnair simplex.
d. Pembuluh-pembuluh darah
e. Serabut-serabut saraf
4. Dengan pengecatan khusus Trypan Blue
a. Akan menunjukkan dengan jelas adanya sinusoid-sinusoid yaitu celah-celah
diantara sel-sel parenkim hepar, dengan endothelium yang berbentuk pipih.
b. Tampak sel-sel Kuppfer berbentuk stealat, nukleus tampak merah sitoplasma
granulair biru, terdapat diantara sel-sel endothelium.
5. Dengan pengecatan khusus Gomori: - Tampak serabut-serabut retikulair yang berasal
dari jaringat pengikat interlobularis lalu masuk kedalam lobuli di antara sel-sel
parenkim hepar, akan tercat hitam.

5. Vesica Fellea
1. Tunika Mukosa: Permukaan berlipat-lipat, membentuk crista yang beranyaman
a. Epithelium columnair simplex dengan cuticula
b. Membrana basalis
c. Lamina propria: jaringan pengikat longgar, terdapat sinus Rokitanshy Aschoff.
2. Tunika Muscularis: otot polos 2 lapis: a. Stratum circulare b. Stratum longitudinale.

47
3. Tunika Serosa: jaringan pengikat longgar, pada batas parenkim hepar terdapat ductus
Aberans Luschka.

6. Pankreas
1. Capsula. Terdiri dari jaringan pengikat fibreus; Trabeculae: lanjutan dari capsula
yang masuk ke bagian dalam dan membagi pancreas menjadi lobuli.
2. Kelenjar excocrin. Kelenjar tubulo - acineus yang terbagi dalam lobuli.
a. Pars secretorius : Acineus (alveoli) yang tersusun oleh sel-sel acineus bentuk
pyramidal, nucleus bulat agak ke bagian basal.
b. Centro acineus. Kadang-kadang didapat dalam lumen acineus, sesungguhnya
merupakan potongan sel-sel tubulus excretorius (ductus intercallatus).
c. Pars excretorius : -Ductus excretoerius interlobularis - Ductus excretorius
intrabularis. Dinding ductus excretorius tersusun oleh sel-sel cuboid simplex atau
columnair simplex.
3. Kelenjar endocrin : Merupakan pulau-pulau terdiri atas kelompok sel-sel saling
anastomose, ini disebut "insulae langerhans" diantara kelompok sel-sel tersebut
terdapat sinusoid dan capilair-capilair darah. Insulae langerhans terletak diantara
acineus (intralobulair). Kelompok sel-sel tersebut dengan pengecatan Haematoxylin
Eosin (HE) tampak pucat, yang sebetulnya terdiri atas sel-sel alpha, beta, gamma dan
delta. Dengan pengecatan khusus Malori Azan, sel-sel tersebut dapat jelas dibedakan.

48
DAFTAR PUSTAKA

Bloom W and Fawcett DW. 2002. Buku Ajar Histologi. Alih bahasa: dr. Jan Tambayong.
Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Eroschenko VP. 2013. Atlas Histologi diFiore. Alih bahasa: Pendit BU. Edisi ke-11.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gartner L.,P & Hiatt J.,L, 2012. Atlas Berwarna Histologi. Edisi: V. Binarupa Aksara.
Tangerang Selatan.

Juquiera LC and Carneiro. 2007. Basic Histology: Text and Atlas, 11th Ed, The McGraw-
Hill Companies.

Mescher AL. 2009. Histologi Dasar Junqueira: Teks dan Atlas. Alih bahasa: Dany F. Edisi
ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Young B, Lowe JS, Steven A, and Heath JW.2007. Wheater’s Functional Histology: a text
and collor atlas, 5th Ed., Elsevier.

49

Anda mungkin juga menyukai