TENTANG
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Kesatu : Keputusan Direktur RSUD Sawerigading Kota Palopo tentang Kebijakan
Pelayanan Anestesi pada RSUD Sawerigading Kota Palopo
Kedua : Kebijakan Pelayanan Anestesi di RSUD Sawerigading Kota Palopo
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan pelayanan anestesi di RSUD
Sawerigading Kota Palopo dilaksanakan oleh Direktur Pelayanan RSUD
Sawerigading Kota Palopo.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Palopo
Pada tanggal : 20 Agustus 2015
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD SAWERIGADING KOTA PALOPO
NOMOR : 147 /SK/RSUD SWG/PLP/VIII/2015 TANGGAL 20 Agustus 2015
Kebijakan Umum :
1. Pelayanan Anestesi Secara Umum
a. Pelayanan anestesi ( termasuk sedasi moderat dan dalam) memenuhi standar di rumah
sakit, nasional dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
b. Pelayanan anestesi yang adekuat, regular dan nyaman harus selalu berorientasi kepada
mutu dan keselamatan pasien dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
c. Pelayanan anestesi dilakukan 24 jam, untuk keadaan darurat diluar jam kerja yang
ditentukan, disesuaikan dengan jadwal oncall yang telah dibuat.
d. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
e. Koordinator pelayanan anestesi di rumah sakit dibawah tanggung jawab dokter spesialis
anestesi.
f. Tugas dan tanggung jawab koordinator pelayanan anestesi diatur dalam SK direktur
rumah sakit.
g. Semua petugas di anestesi wajib memiliki ijin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
i. Informed concent atau persetujuan pembiusan dari pasien yang akan dilakukan tindakan
pembiusan harus ada secara tertulis karena menyangkut legalitas yang dilakukan dokter
anestesi.
j. Setiap tindakan anestesi yang dilakukan ditulis dalam rekam medis pasien.
k. Pelayanan anestesi sedasi ringan untuk tindakan CT – Scan di radiologi dan
pemasangan endotracheal tube di IGD atau ICU dilayani oleh dokter spesialis anestesi
dibantu oleh penata anestesi atau perawat ruangan.
l. Pelayanan anestesi termasuk didalamnya sedasi sedang, berat / dalam di setiap
pembedahan dilayani oleh dokter spesialis anestesi dibantu oleh penata anestesi.
m. Pelaksanaan tindakan anestesi lokal dapat dilakukan oleh dokter operator bedah atau
dokter spesialis anestesi sesuai dengan standar prosedur operasional.
n. Pelaksanaan pelayanan anestesi umum / general, anestesi regional / spinal untuk pasien
operasi elektif maupun darurat dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dengan dibantu
oleh penata anestesi dilakukan dengan standar prosedur operasional.
o. Penggantian gas medis anestesi baik O2 maupun CO2 dilakukan oleh penata anestesi
dengan dibantu oleh perawat kamar operasi, bila terjadi kebocoran atau kerusakan pada
tabung maupun regulator akan menghubungi IPRS dan petugas pengadaan gas medis.
p. Penggunaan alat medis anestesi berupa mesin anestesi, monitoring jantung, suction
dilakukan tes sebelum digunakan dan dilakukan pemeriksaan teratur oleh IPRS atau
teknisi dari luar rumah sakit.
q. Pada setiap pasien yang akan diberikan tindakan anestesi, prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi selalu dijalankan.
r. Bila dokter spesialis anestesi rumah sakit berhalangan / sedang keluar kota, akan
direkomendasikan dokter dari luar rumah sakit sesuai dengan rekomendasi direktur dan
dokter penanggung jawab pelayanan anestesi.
4. Persiapan Anestesi
a. Asesmen pra sedasi / pra anestasi untuk pasien elektif dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi di ruang rawat inap 1 hari sebelum atau sesaat sebelum operasi dilakukan.
b. Asesmen pra sedasi / pra anestasi untuk pasien emergency / cito dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi di IGD atau di ruang premedikasi kamar operasi sesaat sebelum operasi
dilakukan.
c. Asesmen pra sedasi untuk pasien yang akan menjalani pemeriksaan diagnostik (CT –
Scan, dll) dilakukan oleh dokter spesialis anestesi di IGD sebelum pemeriksaan
diagnostik dilakukan.
d. Asesmen pra induksi untuk pasien dilakukan oleh dokter spesialis anestesi sesaat
sebelum obat anestesi diberikan.
e. Persiapan pra sedasi dilakukan di ruang rawat inap, setelah dilakukan asesmen pra
sedasi / pra anestesi yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi maka dokter spesialis
anestesi akan memberikan instruksi untuk persiapan anestesi.
f. Pelayanan pra anestesi setiap pasien dilakukan di ruang pre operatif sebelum pasien
masuk ke ruang kamar operasi.
g. Setiap pasien yang akan diberikan tindakan anestesi, diberikan informasi / penyuluhan
serta edukasi mengenai prosedur yang akan dijalani oleh dokter spesialis anestesi.
h. Hasil kunjungan pra-anestesia menjadi dasar untuk menentukan proses perencanaan
anestesia dan sedasi yang aman dan sesuai
i. Hasil kunjungan pra-anestesia dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
menginterpretasi temuan hasil pemantauan selama proses pembedahan.
j. Kunjungan pra-anestesia dapat dilakukan di poliklinik preoperatif, ruang rawat inap dan
ruang lain bila dibutuhkan.
k. Penilaian pra-induksi berfokus pada stabilitas kondisi fisiologis pasien dan kesiapan
untuk menjalani prosedur anestesia.
l. Pada kasus kedaruratan, kunjungan pra-anestesia dan penilaian pra-induksi dapat
dilakukan bersamaan dengan persiapan pembedahan pasien.
m. Harus terdapat proses komunikasi antara dokter, pasien dan keluarga pasien sedangkan
pada kasus kedaruratan disesuaikan dengan kondisi saat itu.
n. Semua hasil kunjungan pra-anestesia dan penilaian pra-induksi harus tercatat atau
didokumentasikan secara terpisah didalam status anestesia