PCR • is a revolutionary method developed by Kary Mullis in the 1980s • PCR is based on using the ability of DNA polymerase to synthesize new strand of DNA complementary to the offered template strand. Because DNA polymerase can add a nucleotide only onto a preexisting 3'-OH group, it needs a primer to which it can add the first nucleotide. • Umumnya jumlah siklus yang digunakan pada proses PCR adalah 30 siklus. Penggunaan jumlah siklus lebih dari 30 siklus tidak akan meningkatkan jumlah amplicon secara bermakna dan memungkinkan peningkatan jumlah produk yang non-target. • Perlu diingat bahwa di dalam proses PCR effisiensi amplifikasi tidak terjadi 100 %, hal ini disebabkan oleh target template terlampau banyak, jumlah polimerase DNA terbatas dan kemungkinan terjadinya reannealing untai target. • Template DNA ini dapat berupa DNA kromosom, DNA plasmid ataupun fragmen DNA apapun asal di dalam DNA template tersebut mengandung fragmen DNA target yang dituju • Penyiapan DNA template dapat dilakukan dengan menggunakan metode lisis sel ataupun dengan cara melakukan isolasi DNA kromosom atau DNA plasmid. • DNA polimerase. Dengan adanya MgCl2 ini akan meningkatkan interaksi primer dengan templat yang membentuk komplek larut dengan dNTP (senyawa antara). • Dalam proses PCR konsentrasi MgCl2 berpengaruh pada spesifisitas dan perolehan proses. Umumnya buffer PCR sudah mengandung senyawa MgCl2 yang diperlukan. Tetapi disarankan sebaiknya antara MgCl2 dan buffer PCR dipisahkan supaya dapat dengan mudah dilakukan variasi konsentrasi MgCl2 sesuai yang diperlukan. Hairpin
1. Hairpin pada ujung 3' dengan ΔG(energy
yang dipelukan untuk memecah struktur hairpin) = -2 kcal/mol 2. Hairpin internal dengan ΔG = -3 kcal/mol masih dapat ditoleransi. Self dimer
1. Self-dimer pada ujung 3’ dengan ΔG = -5 kcal/mol
2. Selfdimer internal dengan ΔG= -6 kcal/mol masih dapat ditoleransi. Cross dimer/ pair dimer/ hetero dimer
1. Cross-dimer pada ujung 3’ dengan ΔG= -5 kcal/mol
2. Cross-dimer bagian internal dengan ΔG= -6 kcal/mol masih dapat ditoleransi Repeats & Runs 1. Perulangan yang cukup panjang dengan basa sama (lebih dari tiga basa berurutan sama, misal memiliki 5 basa berurutan G) basa AGCGGGGGATG dapat menyebabkan proses penempelan primer menjadi sulit. 2. Primer sebaiknya juga tidak memiliki urutan pengulangan dari 2 basa dan maksimum basa sebanyak 4 kali masih dapat di toleransi. ATATATAT Hal ini juga menyebabkan terbentuknya struktur hairpin. • selisih suhu leleh sepasang primer tidak boleh lebih dari 5°C. Pasangan primer sebaiknya tidak memiliki selisih suhu leleh yang tinggi. • GC Content adalah menggunakan persen basa G dan C antara 40% hingga 60%
𝐺𝐶 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 = (𝑛𝐺 +𝑛𝐶 )/ Panjang primer 𝑥 100 %
• GC Clamp. GC Clamp yang dimaksud adalah ujung C, G, CG atau GC, yang
diyakini membuat hibridisasi lebih stabil.Namun perlu dihindari lebih dari 3 basa G atau C pada 5 basa terakhir ujung 3′ karena ujung 3′-nya bisa melipat membentuk struktur dimer yang mengakibatkan ujung 3′ primer tidak terikat pada template.