UP Kristina Bab 1,3
UP Kristina Bab 1,3
Diajukan oleh :
18.02.01.3141
INDONESIA 2021
BAB I
PENDAHULUAN
dalam dunia usaha semakin ketat. Hal tersebut membuat perusahaan harus kreatif dalam
perekonomian di dunia tidak terlepas pula dari peranan teknologi yang terus berkembang
pesat. Suatu perusahaan pada dasarnya selalu mengedepankan kegiatan pemasaran untuk
menjual produk ataupun jasanya. Banyak perusahan yang sejenis menyebabkan aktivitas
Kesadaran akan lingkungan dan kesehatan, telah merubah cara pandang dan pola
hidup dari manusia dan pelaku usaha. Hal ini dapat dilihat dari fenomena terbesar yang
sedang dihadapi dunia ditengah perkembangan era globalisasi dan kerusakan pada
lingkungan, yang salah satunya disebabkan oleh pemakaian produk tidak ramah lingkungan
secara terus-menerus. Dengan adanya hal itu, beberapa perusahaan yang pada awalnya tidak
menggunakan strategi ramah lingkungan kini mulai menerapkan strategi ramah lingkungan
yang disebut dengan strategi green marketing. Strategi green marketing didefinisikan sebagai
semua kegiatan yang dirancang untuk menghasilkan dan memfasilitasi setiap pertukaran
dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia, sehingga kepuasan atas
kebutuhan dan keinginan terjadi, dengan dampak minimal pada kerugian lingkungan
(Polonsky dalam Sarkar, 2012: 121). Beberapa perusahaan yang ada dunia dapat menerima
green marketing secara luas sebagai salah satu strategi yang pantas untuk dikembangkan.
dikenal dengan konsep green marketing. Jika perusahaan ingin melaksanakan green
marketing yang berhasil, mereka harus mengintegrasikan konsep green marketing ke semua
aspek kegiatan pemasaran (Ottman, 1992). Elham (2011) menyatakan bahwa green
marketing merupakan sebuah tindakan yang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan produk
yang tidak memberikan dampak berbahaya kepada lingkungan. Pemasar harus cerdas dalam
melakukan aktivitas yang bertujuan memberikan nilai tambah bagi suatu produk. Dengan
demikian upaya tersebut akan menimbulkan fenomena baru yang menarik dalam dunia
Green Marketing tidak hanya menawarkan keuntungan bagi lingkungan tetapi bagi
pelaku dan konsumen. Telah banyak pelaku idustri yang menerapkan konsep ini, salah
satunya Amarta Retreat Bali. Hanya saja tantangan bagi perusahaan yang berbasis lingkungan
ini adalah kemampuan pemasar dalam mengedukasi masyarakat bahwa produk maupun jasa
yang mereka gunakan, tidak hanya baik digunakan untuk konsumen, tetapi baik juga untuk
alam. Mesekipun green marketing tidak menjanjikan keuntungan yang besar untuk
perusahaan, namun dapat meningkatkan aspek social konsumen terutama terhadap alam.
Perusahaan harus dapat meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli green product.
Akomodasi pariwisata sejenis Amarta Retreat Bali ini merupakan akomodasi wisata
yang mempertimbangkan aspek social, ekonomi, dan lingkungan dalam proses perencanaan,
pembangunan, dan pemeliharaannya. Dengan tujuan agar memiliki dampak yang minimum
terhadap lingkungan alam, menghargai nilai-nilai social dan budaya setempat. Tempat wisata
ini memiliki suatu kelebihan dalam memberikan pelayanan melalui private service dan
suasana yang mendukung dengan menampilkan sistem go green yang diterapkan pada
Amarta Retreat Bali yang lokasinya terletak di Pesagi, Penebel, Tabanan Regency, Bali,
secara tidak langsung mengajarkan konsumen untuk hidup dengan mencintai lingkungan
Bukan hanya karena setiap perusahaan harus bertumbuh dengan mengadopsi nilai-nilai yang
diinginkan pelanggan, tetapi juga karena pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab
sosial yang melekat pada diri setiap individu di dunia (Fariddeddin, 2013 dalam Gilang &
Made Purnami).
Purchase intention merupakan suatu keputusan terhadap sesuatu yang disertai dengan rasa
senang terhadap sesuatu barang yang akan dibeli, kemudian minat individu atau seseorang
menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan konsumen jika barang
tersebut memiliki manfaat serta ingin memiliki barang tersebut. Jadi minat beli tidak hanya
tentang butuh atau tidak tetapi memiliki manfaat lebih dari itu. Terdapat beberapa faktor yang
membentuk minat beli, yaitu Harga, kualitas, Merek dan distribusi Purchase intention
mengacu pada kemungkinan subjektif bahwa individu melakukan perilaku tertentu (Ajzen &
Fishbein dalam Sa’ait, et al., 2016). Jika individu tertarik untuk mendapatkan produk atau
layanan, berarti ada niat pembelian dalam pikiran mereka; mereka ingin mendapatkan produk
Tabel. Pngunnjung.
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, penelitian ini lebih memfokuskan pada pengaruh
green marketing terhadap minat beli yang dimediasi oleh WOM. Berdasarkan beberapa
1. Bagaimankah pengaruh Green Marketing terhadap Purchase Intention pada Amartha Retreat
Bali?
2. Bagaimanakah pengaruh Green Marketing terhadap Green Brand Image pada Amartha
Retreat Bali?
3. Bagaimanakah Pengaruh Green Brand Image & Purchase Intention untuk rekreasi pada
1. Untuk mengetahui pengaruh Green Marketing terhadap Purchase Intention pada Amartha
Retreat Bali
2. Untuk mengetahui pengaruh Green Marketing terhadap Green Brand Image pada Amartha
Retreat Bali
3. Untuk mengetahui Pengaruh Green Brand Image & Purchase Intention untuk rekreasi pada
a. Kegunaan Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan
pendidikan ataupun referensi dan pengetahuan bagi peneliti yang melakukan pengembangan
penelitian selanjutnya.
2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan suatu erusahaan dalam memahami
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi Peneliti
lingkungan bisnis khususnya di bidang pemasaran. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Hindu Indonesia.
2) Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Munduk
Jaen Retreat selalu berupaya dalam mempertahankan serta meningkatkan kualitas yang telah
dimiliki. Selain itu, semoga penelitian ini nantinya dapat membantu dalam proses penerapan
3) Bagi Fakultas/Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi di lingkungan akademis
sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai tema yang
sama.
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian Menurut Sekaran dan Bougie (2010) dalam Abraham. jenis
penelitian dapat dibagi menjadi empat macam berdasarkan tujuannya yaitu: exploratory,
descriptive, hypothesis testing, dan case study analysis. Jenis penelitian dalam riset ini adalah
hypothesis testing yaitu penelitian yang dilakukan untuk menguji beberapa hipotesa yang
telah dirumuskan. Berdasarkan horizon waktu pengambilan data untuk penelitian ini peneliti
menggunakan cross sectional karena penelitian ini informasinya dikumpulkan hanya pada
suatu saat tertentu. Berdasarkan type of investigation, penelitian ini merupakan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Amarta Retreat Bali tepatnya di Banjar Munduk
Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah peran Green Brand Image dalam
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipejari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya Sugiyono,2013:38). Adapun variabel yang digunakan terdapat tiga jenis, yaitu
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen atau terikat Sugiyono, 2014:61)). Dalam penelitian ini
2. Variabel Mediasi
secara teoritis mempengaruhi antara variabel independen dengan variabel ependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur Sugiyono, 2014:63)).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel mediasi adalah Green Brand Image.
3. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat atau dependent variable (Sugiyono, 2017:39) adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karna adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah minat beli. Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain kausalita. Desain Kausalitas ini bertujuan untuk
mendapatkan bukti hubungan sebab akibat, sehingga diketahui mana yang menjadi variabel
yang mempengaruhi, dan mana variabel yang dipengaruhi. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan Mahlotra (2005:100) dalam Arini bahwa desain kausalitas tujuan utamanya adalah
untuk mendapatkan bukti mengenai hubungan sebab-akibat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui green marketing & green brand image terhadap pengaruh purchase intention
Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Green
Marketing. Green Marketing (X) dalam penelitian ini adalah didefinisikan sebagai upaya
lingkungan (Pride dan Farrel, 1993) dalam Ariyanto. Serta kemampuan mengaplikasikan alat-
alat pemasaran untuk mencapai tujuan baik perusahaan maupun individu (Lozada, 2000).
Pengukuran green marketing menggunakan indikator dari Stanton dalam Swastha dan
Handoko (2000:124) yang meliputi: produk, harga, tempat atau saluran distribusi dan
Variabel Mediasi (Penghubung) Variabel mediasi (M) atau mediating variable adalah
mediasi sering juga disebut dengan variabel intervensi (intervening variable), karena
Jogiyanto (2004: 154). Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah green brand image.
Green brand image (X1) adalah persepsi yang dimiliki oleh konsumen tentang kepedulian
suatu merek terhadap kelestarian lingkungan. Menurut Chen (2010) indikator dari green
1) Best Benchmark atau merk dianggap sebagai tolak ukur yang terbaik dari komitmen
linkungan.
4) Well Estabilished, atau merek terbentuk dengan baik mengenai kepedulian lingkungan.
5) Trustworthy, atau merk sangat bisa dipercaya mengenai janji—janji terhadap lingkungan.
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung, seperti jumlah
b. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka-angka atau data yang berupa informasi,
seperti struktur organisasi, sejarah beridirinya perusahaan dan deskripsi jabatan pada Amarta
Retreat Bali.
3.6.2 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama atau secara langsung diperoleh
ditempat penelitian melalui observasi, wawancara, yang kemudian dicatat, dalam hal ini data
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang bersumber dari pihak-pihak tertentu, yang telah diolah lebih
lanjut terkait dengan penelitian ini dan disajikan baik oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk
3.7.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
3.7.2 Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2017:81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil dapat
menggunakan rumus slovin (Riduwan & Akdon, 2015:249) besarnya sampel dalam
penelitian ini adalah 100 responden yang diambil dari pengunjung Munduk Jaen Retreat.
penelitian yang dibantu dengan pencatatan dan dokumentasi untuk menadapatkan gambaran
yang jelas tentang lokasi, potensi dan permasalahan yang ada pada Amartha Retreat Bali.
2. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara lisan atau tanya
jawab secara langsung kepada pihak- pihak yang terkait, owner dan karyawan agar penulis
mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang sedang diteliti
3. Kuesioner
Kuesioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan alternatif
pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk memperoleh data primer yang
diperlukan dalam penyusunan penelitian ini. Kuisoner yang diberikan menggnakan skala
likert. Dalam hal ini digunakan 5 tingkat (likert) yang terdiri dari sangat setuju (SS), setuju
(S), cukup setuju (CS), Tidak Setuju (TS), dan sangat Tidak Setuju (STS). Kelima penilaian
Metode analisis data adalah suatu cara untuk mengelola dan menganalisa data
sehingga data bisa memberikan informasi untuk menjawab hasil penelitian yang bisa
digunakan secara akurat. Dalam melakukan analisis, penulis menggunakan perhitungan
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar
pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Dalam pernyataan ini pada umumnya
mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas sebaiknya dilakukan pada setiap
butir pernyataan di uji validitasnya. Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df =
n – 2 dengan sig. 5%. Jika r tabel > r hitung maka dikatakan valid (V.Wiratna Sujarweni,
2014:192). Dalam hal ini, yang dimaksud r hitung unuk setiap pertanyaan adalah koefisien
korelasi product moment antara skor masng-masing ite tersebut dengan total skor seluruh
item yang dinotasikan dengan corrected item total correlation pada hasil perhitungan
program SPSS untuk setiap item petanyaan dari sebuah variabel (Santoso,2017:277).
pernyataan. Uji Reabilitas bertujuan untuk mencari tau sampai sejauh mana konsistesi alat
ukur yang digunakan, sehingga bila alat ukur tersebut digunakan kembali untuk meneliti
objek yang sama dengan teknik yang sama walaupun waktunya berbeda, maka hasil yang
diperoleh akan sama. Untuk menguji reabilitas sebuah daftar pertanyaan dari sebuah variabel
Jika nilai alpha > 0,60 maka dapat dikatakan reliabel atau handal (V. Wiratna
Sujarweni, 2014;192). Setelah diketahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, maka
mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,
(2012: 206).
Untuk meyakinkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh adalah linear dan
dapat dipergunakan valid untuk mencari peramalah, maka akan dilakukan uji asumsi klasik,
yaitu dengan menggunakan uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji normalitas.
1) Uji Multikolineartias
adanya kolerasi antar variabel bebas (Suyana, 2007:92). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi kolerasi diantara variabel bebas. Deteksi problem multikolinearitas dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan lawannya yaitu variance infliantion factor (VIF). Jika nilai
tolerance
< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 maka dapat disimpulkan terhadap problem
multikolinearitas.
2) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas berujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Suyana,
2007:93). Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
struktural). Menurut Ghozali (2008) evaluasi inner model didasarkan pada persentase
variance yang dijelaskan dengan melihat nilai R2 (pengaruh) untuk konstruk laten dependen.
dependen, Q-Square predictive relevance untuk model struktural, dan uji t serta signifikansi
Coefficeinet menjelaskan nilai koefisien dari hubungan antar variabel yang diteliti.
Menurut Ghozali (2008) pengujian pengaruh antar variabel didasarkan pada nilai t-test.
Pengujian T-test dilakukan untuk mengetahui nilai t-statistics yang diperlukan jika peneliti
ingin melakukan uji hipotesis mengenai pengaruh signifikan suatu variabel dan dilakukan
proses pengujian re-sampling yang dilakukan oleh sistem komputer untuk mengukur akurasi
pada sampleestimate. Ketentuan pengujian yang digunakan adalah nilai t-test diharapkan di
atas 1,96 atau di bawah -1,96. Suatu variabel dianggap signifikan apabila memiliki nilai
bootstraping lebih dari (>) 1.96, sebaliknya apabila nilai bootstrap lebih rendah (<) dari 1,96
maka pengaruh suatu variabel dianggap lemah atau bahkan tidak signifikan.
Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda. Analisis jalur
merupakan analisis untuk menguji pengaruh variabel mediasi dalam penelitian ini. Hasil dari
uji analisis digunakan untuk membandingkan pengaruh mana yang lebih besar antara
pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung, serta menarik suatu kesimpulan apakah
dengan adanya variabel mediasi ini dapat memperkuat atau justru memperlemah pengaruh
Menurut Bohrnstedt dalam Kusnendi (2005:1), analisis jalur Path adalah perluasan
dari model regresi yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung dari himpunan variabel
Koefsien jalur (path) adalah koefisien regresi yang distandarkan yaitu koefisien
regresi yang dihitung dari baris data yang telah diatur pengaruh X1 terhadap Y2 tanpa
Y1.
variabel laten (model pengukuran). Outer model menjelaskan hubungan antara setiap variabel
dengan indikator.
Dalam rangka melakukan pengujian terhadap item-item yang dipergunakan dan untuk
mendapatkan jawaban dari kondisi yang diharapkan, maka diperlukan uji validitas. Validitas
didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat
mengukur apa yang ingin diukur. Menurut Ghozali (2012) bahwa convergent validity dari
model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score
pengukuran reflektif indikator yang dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan
konstruk (Ghozali, 2012). Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan
hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik.
Menurut Ghozali (2008) bahwa indicator reliability dan internal consistency merupakan