Anda di halaman 1dari 18

PERAN GREEN BRAND IMAGE DALAM MEMEDIASI PENGARUH GREEN

MARKETING TERHADAP PURCHASE INTENTION WISATAWAN UNTUK

BEREKREASI DI AMARTA RETREAT BALI

Diajukan oleh :

Ni Luh Gede Kristina Dewi

18.02.01.3141

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI BISNIS PARIWISATA UNIVERSITAS HINDU

INDONESIA 2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Di era modernisasi serta dengan kemajuan teknologi zaman sekarang persaingan

dalam dunia usaha semakin ketat. Hal tersebut membuat perusahaan harus kreatif dalam

mengembangkan strategi pemasaran yang tepat untuk dapat bersaing. Pertumbuan

perekonomian di dunia tidak terlepas pula dari peranan teknologi yang terus berkembang

pesat. Suatu perusahaan pada dasarnya selalu mengedepankan kegiatan pemasaran untuk

menjual produk ataupun jasanya. Banyak perusahan yang sejenis menyebabkan aktivitas

pemasaran menjadi beragam dan memiliki gaya yang berbeda-beda.

Kesadaran akan lingkungan dan kesehatan, telah merubah cara pandang dan pola

hidup dari manusia dan pelaku usaha. Hal ini dapat dilihat dari fenomena terbesar yang

sedang dihadapi dunia ditengah perkembangan era globalisasi dan kerusakan pada

lingkungan, yang salah satunya disebabkan oleh pemakaian produk tidak ramah lingkungan

secara terus-menerus. Dengan adanya hal itu, beberapa perusahaan yang pada awalnya tidak

menggunakan strategi ramah lingkungan kini mulai menerapkan strategi ramah lingkungan

yang disebut dengan strategi green marketing. Strategi green marketing didefinisikan sebagai

semua kegiatan yang dirancang untuk menghasilkan dan memfasilitasi setiap pertukaran

dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia, sehingga kepuasan atas

kebutuhan dan keinginan terjadi, dengan dampak minimal pada kerugian lingkungan

(Polonsky dalam Sarkar, 2012: 121). Beberapa perusahaan yang ada dunia dapat menerima

green marketing secara luas sebagai salah satu strategi yang pantas untuk dikembangkan.

Perusahaan sebaiknya menerapkan konsep pemasaran berbasis lingkungan atau yang

dikenal dengan konsep green marketing. Jika perusahaan ingin melaksanakan green

marketing yang berhasil, mereka harus mengintegrasikan konsep green marketing ke semua
aspek kegiatan pemasaran (Ottman, 1992). Elham (2011) menyatakan bahwa green

marketing merupakan sebuah tindakan yang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan produk

yang tidak memberikan dampak berbahaya kepada lingkungan. Pemasar harus cerdas dalam

memandang perubahan tersebut menjadi sebuah peluang untuk memuaskan kebutuhan

konsumen. Pemasar harus mengimplementasikan issue mengenai lingkungan dalam

melakukan aktivitas yang bertujuan memberikan nilai tambah bagi suatu produk. Dengan

demikian upaya tersebut akan menimbulkan fenomena baru yang menarik dalam dunia

pemasaran berupa konsep green marketing.

Green Marketing tidak hanya menawarkan keuntungan bagi lingkungan tetapi bagi

pelaku dan konsumen. Telah banyak pelaku idustri yang menerapkan konsep ini, salah

satunya Amarta Retreat Bali. Hanya saja tantangan bagi perusahaan yang berbasis lingkungan

ini adalah kemampuan pemasar dalam mengedukasi masyarakat bahwa produk maupun jasa

yang mereka gunakan, tidak hanya baik digunakan untuk konsumen, tetapi baik juga untuk

alam. Mesekipun green marketing tidak menjanjikan keuntungan yang besar untuk

perusahaan, namun dapat meningkatkan aspek social konsumen terutama terhadap alam.

Perusahaan harus dapat meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli green product.

Akomodasi pariwisata sejenis Amarta Retreat Bali ini merupakan akomodasi wisata

yang mempertimbangkan aspek social, ekonomi, dan lingkungan dalam proses perencanaan,

pembangunan, dan pemeliharaannya. Dengan tujuan agar memiliki dampak yang minimum

terhadap lingkungan alam, menghargai nilai-nilai social dan budaya setempat. Tempat wisata

ini memiliki suatu kelebihan dalam memberikan pelayanan melalui private service dan

suasana yang mendukung dengan menampilkan sistem go green yang diterapkan pada

Amarta Retreat Bali yang lokasinya terletak di Pesagi, Penebel, Tabanan Regency, Bali,

secara tidak langsung mengajarkan konsumen untuk hidup dengan mencintai lingkungan

sekitarnya. Meningkatnya komitmen global terhadap lingkungan ini meniscayakan


perusahaan untuk mengadopsi praktek-praktek pemasaran baru yang lebih ramah lingkungan.

Bukan hanya karena setiap perusahaan harus bertumbuh dengan mengadopsi nilai-nilai yang

diinginkan pelanggan, tetapi juga karena pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab

sosial yang melekat pada diri setiap individu di dunia (Fariddeddin, 2013 dalam Gilang &

Made Purnami).

Purchase intention merupakan suatu keputusan terhadap sesuatu yang disertai dengan rasa

senang terhadap sesuatu barang yang akan dibeli, kemudian minat individu atau seseorang

menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan konsumen jika barang

tersebut memiliki manfaat serta ingin memiliki barang tersebut. Jadi minat beli tidak hanya

tentang butuh atau tidak tetapi memiliki manfaat lebih dari itu. Terdapat beberapa faktor yang

membentuk minat beli, yaitu Harga, kualitas, Merek dan distribusi Purchase intention

mengacu pada kemungkinan subjektif bahwa individu melakukan perilaku tertentu (Ajzen &

Fishbein dalam Sa’ait, et al., 2016). Jika individu tertarik untuk mendapatkan produk atau

layanan, berarti ada niat pembelian dalam pikiran mereka; mereka ingin mendapatkan produk

atau layanan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Tabel. Pngunnjung.
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, penelitian ini lebih memfokuskan pada pengaruh

green marketing terhadap minat beli yang dimediasi oleh WOM. Berdasarkan beberapa

permasalahan diatas maka penelitian lebih lanjut dengan judul

” PERAN GREEN BRAND IMAGE DALAM MEMEDIASI PENGARUH GREEN

MARKETING TERHADAP PURCHASE INTENTION WISATAWAN UNTUK

BEREKREASI DI AMARTARE RETREAT BALI “

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimankah pengaruh Green Marketing terhadap Purchase Intention pada Amartha Retreat

Bali?

2. Bagaimanakah pengaruh Green Marketing terhadap Green Brand Image pada Amartha

Retreat Bali?

3. Bagaimanakah Pengaruh Green Brand Image & Purchase Intention untuk rekreasi pada

Amartha Retreat Bali?

4. Bagaiamanakah pengaruh Green Brand Image memediasi Green Marketing terhadap

Purchase Intention untuk rekreasi pada Amartha Retreat Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Green Marketing terhadap Purchase Intention pada Amartha

Retreat Bali

2. Untuk mengetahui pengaruh Green Marketing terhadap Green Brand Image pada Amartha

Retreat Bali

3. Untuk mengetahui Pengaruh Green Brand Image & Purchase Intention untuk rekreasi pada

Amartha Retreat Bali


4. Untuk mengetetahui pengaruh Green Brand Image memediasi Green Marketing terhadap

Purchase Intention untuk rekreasi pada Amartha Retreat Bali

1.4 Manfaat Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan

pendidikan ataupun referensi dan pengetahuan bagi peneliti yang melakukan pengembangan

penelitian selanjutnya.

2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan suatu erusahaan dalam memahami

mengenai promosi periklanan, dan kualitas pelayanan pada perusahaan.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman serta

menerapkan teori-teori yang diperoleh selama masa perkuliahan berlangsung dalam

lingkungan bisnis khususnya di bidang pemasaran. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Hindu Indonesia.

2) Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Munduk

Jaen Retreat selalu berupaya dalam mempertahankan serta meningkatkan kualitas yang telah

dimiliki. Selain itu, semoga penelitian ini nantinya dapat membantu dalam proses penerapan

strategi pemasaran yang efektif pada masa yang akan datang.

3) Bagi Fakultas/Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi di lingkungan akademis

sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai tema yang

sama.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian Menurut Sekaran dan Bougie (2010) dalam Abraham. jenis

penelitian dapat dibagi menjadi empat macam berdasarkan tujuannya yaitu: exploratory,

descriptive, hypothesis testing, dan case study analysis. Jenis penelitian dalam riset ini adalah

hypothesis testing yaitu penelitian yang dilakukan untuk menguji beberapa hipotesa yang

telah dirumuskan. Berdasarkan horizon waktu pengambilan data untuk penelitian ini peneliti

menggunakan cross sectional karena penelitian ini informasinya dikumpulkan hanya pada

suatu saat tertentu. Berdasarkan type of investigation, penelitian ini merupakan penelitian

correlational. Jenis penelitian korelasional dimaksudkan untuk mencari atau menguji

hubungan antara variabel.

Gambar 3.1 kerangka berpikir

PERAN GREEN BRAND IMAGE DALAM MEMEDIASI PENGARUH GREEN

MARKETING TERHADAP PURCHASE INTENTION WISATAWAN UNTUK

REKREASI DI AMARTHA RETREAT BALI


3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Amarta Retreat Bali tepatnya di Banjar Munduk

Juwet, Desa Pesagi, Kecamatan Penebel , Kabupaten Tabanan.

3.3 Objek Penelitian

Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah peran Green Brand Image dalam

Memediasi pengaruh Green Marketing terhadap Purchase Intention wisatawan untuk

Rekreasi di Amartha Retreat Bali.

3.4 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipejari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya Sugiyono,2013:38). Adapun variabel yang digunakan terdapat tiga jenis, yaitu

variabel independen, variabel mediasi, dan variabel dependen, yang masing-masing

dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen atau terikat Sugiyono, 2014:61)). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas adalah green marketing (X1).

2. Variabel Mediasi

Variabel mediasi atau variabel intervening penghubung) merupakan variabel yang

secara teoritis mempengaruhi antara variabel independen dengan variabel ependen menjadi

hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur Sugiyono, 2014:63)).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel mediasi adalah Green Brand Image.
3. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat atau dependent variable (Sugiyono, 2017:39) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karna adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel

terikat dalam penelitian ini adalah Purchase Intention (Y).

3.5 Definisi Operasional Variabel

3.5.1 Minat Beli

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah minat beli. Penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah desain kausalita. Desain Kausalitas ini bertujuan untuk

mendapatkan bukti hubungan sebab akibat, sehingga diketahui mana yang menjadi variabel

yang mempengaruhi, dan mana variabel yang dipengaruhi. Hal ini sesuai dengan yang

dikatakan Mahlotra (2005:100) dalam Arini bahwa desain kausalitas tujuan utamanya adalah

untuk mendapatkan bukti mengenai hubungan sebab-akibat. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui green marketing & green brand image terhadap pengaruh purchase intention

3.5.2 Green Marketing

Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Green

Marketing. Green Marketing (X) dalam penelitian ini adalah didefinisikan sebagai upaya

untuk mendesain, mempromosikan, dan mendistribusikan produk yang tidak merusak

lingkungan (Pride dan Farrel, 1993) dalam Ariyanto. Serta kemampuan mengaplikasikan alat-

alat pemasaran untuk mencapai tujuan baik perusahaan maupun individu (Lozada, 2000).

Pengukuran green marketing menggunakan indikator dari Stanton dalam Swastha dan

Handoko (2000:124) yang meliputi: produk, harga, tempat atau saluran distribusi dan

promosi, untuk mengukur sejauhmana kemampuan green marketing dapat berpengaruh

secara langsung dan tidak langsung terhadap minat beli pelanggan.


3.5.3 Green Brand Image

Variabel Mediasi (Penghubung) Variabel mediasi (M) atau mediating variable adalah

variabel yang mempengaruhi fenomena yang diobservasi (variabel dependen), Variabel

mediasi sering juga disebut dengan variabel intervensi (intervening variable), karena

memediasi atau mengintervensi hubungan kausal variabel independen ke variabel dependen,

Jogiyanto (2004: 154). Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah green brand image.

Green brand image (X1) adalah persepsi yang dimiliki oleh konsumen tentang kepedulian

suatu merek terhadap kelestarian lingkungan. Menurut Chen (2010) indikator dari green

brand image adalah sebagai berikut

1) Best Benchmark atau merk dianggap sebagai tolak ukur yang terbaik dari komitmen

linkungan.

2) Profesional atau merk sangat ahli mengenai reputasi linkungan.

3) Successful, atau merek berhasil mengenai lingkungan.

4) Well Estabilished, atau merek terbentuk dengan baik mengenai kepedulian lingkungan.

5) Trustworthy, atau merk sangat bisa dipercaya mengenai janji—janji terhadap lingkungan.

3.6 Jenis Data Dan Sumber Data

3.6.1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung, seperti jumlah

konsumen pertahun dan jumlah pegawai Amarta Retreat Bali

b. Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka-angka atau data yang berupa informasi,

seperti struktur organisasi, sejarah beridirinya perusahaan dan deskripsi jabatan pada Amarta

Retreat Bali.
3.6.2 Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama atau secara langsung diperoleh

ditempat penelitian melalui observasi, wawancara, yang kemudian dicatat, dalam hal ini data

primer didapat di Amarta Retreat Bali.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bersumber dari pihak-pihak tertentu, yang telah diolah lebih

lanjut terkait dengan penelitian ini dan disajikan baik oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk

tabel-tabel/ diagram-diagram, struktur organisasi dan data jumlah pegawai.

3.7 Populasi dan Metode Penentuan Sampel

3.7.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono,2008:61). Dalam penelitian ini penulis mengambil

jumlah populasi yaitu konsumen Amarta Retreat Bali.

3.7.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2017:81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diambil dapat

menggunakan rumus slovin (Riduwan & Akdon, 2015:249) besarnya sampel dalam

penelitian ini adalah 100 responden yang diambil dari pengunjung Munduk Jaen Retreat.

3.8 Metode Pengumpulan Data


1. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung ke lokasi

penelitian yang dibantu dengan pencatatan dan dokumentasi untuk menadapatkan gambaran

yang jelas tentang lokasi, potensi dan permasalahan yang ada pada Amartha Retreat Bali.

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara lisan atau tanya

jawab secara langsung kepada pihak- pihak yang terkait, owner dan karyawan agar penulis

mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang sedang diteliti

pada Munduk Jaen Retreat.

3. Kuesioner

Kuesioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan alternatif

pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk memperoleh data primer yang

diperlukan dalam penyusunan penelitian ini. Kuisoner yang diberikan menggnakan skala

likert. Dalam hal ini digunakan 5 tingkat (likert) yang terdiri dari sangat setuju (SS), setuju

(S), cukup setuju (CS), Tidak Setuju (TS), dan sangat Tidak Setuju (STS). Kelima penilaian

tersebut diberikan bobot:

1. Jawaban sangat setuju diberi bobot 5

2. Jawaban setuju diberi bobo 4

3. Jawaban cukup setuju diberi bobot 3

4. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2

5. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1.

3.9 Uji Instrumen Penelitian

Metode analisis data adalah suatu cara untuk mengelola dan menganalisa data

sehingga data bisa memberikan informasi untuk menjawab hasil penelitian yang bisa
digunakan secara akurat. Dalam melakukan analisis, penulis menggunakan perhitungan

statistik sebagai alat hitung, sebagai berikut:

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar

pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Dalam pernyataan ini pada umumnya

mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas sebaiknya dilakukan pada setiap

butir pernyataan di uji validitasnya. Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df =

n – 2 dengan sig. 5%. Jika r tabel > r hitung maka dikatakan valid (V.Wiratna Sujarweni,

2014:192). Dalam hal ini, yang dimaksud r hitung unuk setiap pertanyaan adalah koefisien

korelasi product moment antara skor masng-masing ite tersebut dengan total skor seluruh

item yang dinotasikan dengan corrected item total correlation pada hasil perhitungan

program SPSS untuk setiap item petanyaan dari sebuah variabel (Santoso,2017:277).

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir

pernyataan. Uji Reabilitas bertujuan untuk mencari tau sampai sejauh mana konsistesi alat

ukur yang digunakan, sehingga bila alat ukur tersebut digunakan kembali untuk meneliti

objek yang sama dengan teknik yang sama walaupun waktunya berbeda, maka hasil yang

diperoleh akan sama. Untuk menguji reabilitas sebuah daftar pertanyaan dari sebuah variabel

penelitian digunakan koefisien Cronbach’s Alpha. Besarnya Koefisien Cronbach’s Alpha

menunjukan tingkat realiabilitas daftar pertanyaan.

Jika nilai alpha > 0,60 maka dapat dikatakan reliabel atau handal (V. Wiratna

Sujarweni, 2014;192). Setelah diketahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, maka

selanjutnya baru dilakukan analisis data.

3.10 Teknik Analisis Data

3.10.1 Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganlisis data dengan cara

mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,

(2012: 206).

A. Uji Asumsi Klasik

Untuk meyakinkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh adalah linear dan

dapat dipergunakan valid untuk mencari peramalah, maka akan dilakukan uji asumsi klasik,

yaitu dengan menggunakan uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji normalitas.

1) Uji Multikolineartias

Uji multikolineartias bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya kolerasi antar variabel bebas (Suyana, 2007:92). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi kolerasi diantara variabel bebas. Deteksi problem multikolinearitas dilakukan

dengan melihat nilai tolerance dan lawannya yaitu variance infliantion factor (VIF). Jika nilai

tolerance

< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 maka dapat disimpulkan terhadap problem

multikolinearitas.

2) Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas berujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Suyana,

2007:93). Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas. Mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan

uji Scatter Plot.

3.10.2 Inner Model Evaluation Model

Dalam penelitian yang menspesifikasikan hubungan antar variabel laten (model

struktural). Menurut Ghozali (2008) evaluasi inner model didasarkan pada persentase
variance yang dijelaskan dengan melihat nilai R2 (pengaruh) untuk konstruk laten dependen.

Pengujian terhadap stabilitas estimasi dievaluasi dengan menggunakan uji t-statistik.

Innermodel atau modelstructural menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan

teori subtantif. Innermodel dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk

dependen, Q-Square predictive relevance untuk model struktural, dan uji t serta signifikansi

dari koefisien paremeter jalur struktural.

3.10.3 Path coeffiecient dan T-test Path

Coefficeinet menjelaskan nilai koefisien dari hubungan antar variabel yang diteliti.

Menurut Ghozali (2008) pengujian pengaruh antar variabel didasarkan pada nilai t-test.

Pengujian T-test dilakukan untuk mengetahui nilai t-statistics yang diperlukan jika peneliti

ingin melakukan uji hipotesis mengenai pengaruh signifikan suatu variabel dan dilakukan

dengan menggunakan metode bootstrapping. Metode bootstrapping tersebut merupakan suatu

proses pengujian re-sampling yang dilakukan oleh sistem komputer untuk mengukur akurasi

pada sampleestimate. Ketentuan pengujian yang digunakan adalah nilai t-test diharapkan di

atas 1,96 atau di bawah -1,96. Suatu variabel dianggap signifikan apabila memiliki nilai

bootstraping lebih dari (>) 1.96, sebaliknya apabila nilai bootstrap lebih rendah (<) dari 1,96

maka pengaruh suatu variabel dianggap lemah atau bahkan tidak signifikan.

3.10.4 Analisis Jalur (Path Analisys)

Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda. Analisis jalur

merupakan analisis untuk menguji pengaruh variabel mediasi dalam penelitian ini. Hasil dari

uji analisis digunakan untuk membandingkan pengaruh mana yang lebih besar antara

pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung, serta menarik suatu kesimpulan apakah

dengan adanya variabel mediasi ini dapat memperkuat atau justru memperlemah pengaruh

independen terhadap dependen (Ghozali, 2012).

Langkah-langkah dalam analisis jalur (path analysis) yaitu:


1. perumusan model analisis jalur (path analysis)

Menurut Bohrnstedt dalam Kusnendi (2005:1), analisis jalur Path adalah perluasan

dari model regresi yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel dengan

tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung dari himpunan variabel

bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

2. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan

Koefsien jalur (path) adalah koefisien regresi yang distandarkan yaitu koefisien

regresi yang dihitung dari baris data yang telah diatur pengaruh X1 terhadap Y2 tanpa

mengontrol Y1, sedangkan e’ adalah koefisien pengaruh X1 terhadap Y2 setelah mengontrol

Y1.

3.10.5 Outer Model Evaluation Model

Dalam penelitian yang menspesifikasikan hubungan tiap blok indikator dengan

variabel laten (model pengukuran). Outer model menjelaskan hubungan antara setiap variabel

dengan indikator.

3.10.6 Convergent Validity dan Discriminant Validity

Dalam rangka melakukan pengujian terhadap item-item yang dipergunakan dan untuk

mendapatkan jawaban dari kondisi yang diharapkan, maka diperlukan uji validitas. Validitas

didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat

mengukur apa yang ingin diukur. Menurut Ghozali (2012) bahwa convergent validity dari

model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score

dengan construct score yang dihitung dengan menggunakan PLS.

Discriminant validity dalam persamaan structural equation model adalah model

pengukuran reflektif indikator yang dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan
konstruk (Ghozali, 2012). Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan

hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik.

Menurut Ghozali (2008) bahwa indicator reliability dan internal consistency merupakan

pengujian reliabilitas. Indikator reliability diuji menggunakan composite reliability, yaitu

blok indikator yang mengukur suatu konstruk berdasarkan internal consistency

Anda mungkin juga menyukai