Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH GREEN MARKETING TERHADAP

GREEN BRAND IMAGE DAN PURCHASE INTENTION PELANGGAN


PADA STARBUCKS COFFEE MALANG

Abraham Krishna M Osiyo dan Prof. Dr. Hatane Semuel, M.S


Jurusan Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen
Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: abraham.osiyo@gmail.com

Abstrak-Meningkatnya kesadaran konsumen untuk ikut terlibat dalam penerapan go green


akan berbagai masalah lingkungan, juga turut concept. Green marketing merupakan sebuah evolusi
mempengaruhi aktifitas perusahaan yang berfokus pemasaran era baru akibat tumbuhnya kesadaran
kepada isu lingkungan. Green marketing merupakan masyarakat akan produk yang lebih ramah
sebuah evolusi pemasaran yang muncul akibat lingkungan demi keberlangsungan hidup yang lebih
tumbuhnya kesadaran masyarakat akan produk yang baik.
lebih ramah lingkungan. Starbucks, salah satu
perusahaan yang menerapkan konsep green Konsep green marketing muncul sebagai
marketing. Jenis penelitian ini adalah hypothesis perhatian terhadap isu-isu kerusakan lingkungan
testing. Sumber data penelitian ini didapatkan dari yang kemudian digunakan oleh perusahaan sebagai
kuisioner yang disebarkan kepada 100 responden. salah satu strategi dalam pemasarannya. Tetapi ada
Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh positif perusahaan yang merasa enggan menerapkan green
Green Marketing pada Green Brand Image marketing dalam memasarkan produk mereka,
Starbucks dan Purchase Intention pelanggan karena produk yang ramah lingkungan, dapat
Starbucks Coffee Malang. diperbaharui dan didaur ulang pada umumnya akan
dijual dengan harga yang tinggi. Hal ini dikarenakan
Kata Kunci : Green Brand Image, Green riset yang dilakukan untuk menemukan teknologi
Marketing, Hypothesis Testing, Purchase Intention produk baru yang ramah lingkungan membutuhkan
Abstract-Increased consumer awareness of investasi yang sangat besar (Kennedy &
various environmental issues, also affects the Soemanagara, 2006).
activities of companies that focus on environmental Salah satu ritel perusahaan dunia yang gencar
issues. Green marketing is a marketing evolution menjalankan konsep green marketing adalah
arising from the growing public awareness of starbucks. Sebagai contoh program go green yang
environmentally friendly products. Starbucks, is one diluncurkan oleh Starbucks adalah pemberian diskon
of the companies that apply the concept of green sebesar 10% bagi pengunjung yang membawa
marketing. This type of research is hypothesis cangkir kopi sendiri ketika menikmati suguhan kopi
testing. Sources of this research data obtained from dari Starbucks. Dengan melibatkan pengunjung
questionnaires distributed to 100 respondents. This dalam gerakan re-use atau pemakaian kembali
study proves the positives influence of Green cangkir kopi bekas pakai, perusahaan ini dapat
Marketing on Green Brand Image Starbucks and mengurangi 109 truk sampah cangkir kopi setiap
Purchase Intention consumer Starbucks Coffee tahunnya (Neviana, 2010). Selain itu Starbucks juga
Malang. melakukan promosi kreatif mengusung green
Keywords: Green Brand Image, Green concern melalui program “tumbler starbucks on the
Marketing, Hypothesis Testing, Purchase Intention. go”. Program ini dilakukan dengan tujuan
mengedukasi dan mengubah perilaku konsumsi
I. PENDAHULUAN konsumen starbucks dari mengkonsumsi produk
Isu global warming, kebebasan energy, dan gerakan minuman starbuck dengan kemasan gelas regular
hijau (the green movements) telah menjadi gerakan sekali pakai menuju kemasan gelas tumbler pribadi
sosial di masyarakat saat ini. Berbagai komunitas konsumen yang dapat dibeli di gerai Starbucks.
sosial mengelu-elukan perubahan kebiasaan manusia Citra “go green” perusahaan Starbucks tercipta
yang cenderung hedonis dan konsumtif melalui go melaui komitmennya terhadap pembuangan limbah
green concept. Hal ini juga menarik perusahaan dan penggunaan bahan yang tepat. Starbucks
memanfaatkan sarana kampanye dengan
mengajarkan pelanggan tentang cara-cara yang tepat Marketing Starbucks pada Green Brand Image yang
dengan menggunakan kembali, mengurangi serta nantinya berpengaruh pada Purchase Intention
mendaur ulang kemasan produk. Penelitian ini pelanggan.
berusaha melihat bagaimana pengaruh Green
II. LANDASAN TEORI daya tarik secara visual atau rasa yang lebih baik.
Green Marketing Seringkali, green products mempunyai biaya awal
Green marketing atau bisa juga disebut yang cukup tinggi tapi biaya jangka panjang yang
dengan environmental marketing didefinisikan lebih rendah (Polonsky dan Rosenberger, 2001).
sebagai konsistensi dari semua aktifitas yang 3. Saluran Distribusi atau Tempat Ramah
mendesain pelayanan dan fasilitas bagi kepuasan Lingkungan
kebutuhan dan keinginan manusia, dengan tidak Perusahaan bertujuan untuk “menghijaukan”
menimbulkan dampak pada lingkungan alam produknya secara sukses seharusnya memposisikan
(Polonsky, 1994). Pengertian ini serupa dengan perusahaannya secara lebih luas di pasaran (The
definisi dari Ecological Marketing yang Queensland Government, 2006). Saluran distribusi
menyebutkan tentang perihal positif dan negatifnya produk harus menerapkan solusi desain ramah
dari aktifitas marketing terhadap polusi, hilangnya lingkungan, sejak saat dimana perusahaan harus
energi dan sumber daya non energi (Boztepe, 2012). menjamin nilai ekologis produk yang ada di pasaran
Green marketing tidak hanya sebatas pada aktifitas (Imballagio, 2002).
pemasaran dan komposisi atau karakteristik produk 4. Promosi Ramah Lingkungan
yang dihasilkan saja, namun juga pada proses dan Sebuah promosi maupun sponsor yang ramah
teknik produksinya. Dalam marketing ada istilah lingkungan juga diperlukan. Ottman (2011)
positioning yang berarti kedudukan perusahaan mengklaim bahwa penting bagi perusahaan untuk
terhadap konsumen, rival, perusahaan lain, lebih transparan sehingga konsumen bisa dengan
organisasi/lembaga maupun pemerintah. Isu mudah melihat apabila informasi yag diberikan
lingkungan hidup bukan saja untuk membangun citra perusahaan sudah benar. Selanjutnya, The
(image) baik, bahkan bisa dijadikan dasar Queensland Government (2006) menyatakan bahwa
positioning yang kuat bagi perusahaan. perusahaan harus mengkomunikasikan inisiatif
perusahaan untuk menjadi green company kepada
Green Marketing Mix konsumen dan karyawan.
Penggunaan konsep green marketing
memang menjadi hal yang menarik karena isu Green Brand Image
lingkungan merupakan isu yang cukup sensitif dan Konsumen yang memiliki citra yang positif
cukup mendapat perhatian masyarakat (Walker & terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan
Hanson, 1998). Secara konseptual Pride & Ferrel untuk melakukan pembelian. Lebih dalam Kotler &
(1993) menyampaikan bahwa dalam operasionalnya, Keller (2012) mendefinisikan Green Brand Image
konsep green marketing menggunakan marketing sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang
mix sebagai berikut : dimiliki oleh seseorang terhadap suatu brand.
1. Produk Ramah Lingkungan Menurut Simamora (2004) mengatakan bahwa
Bradley (2007) menyatakan bahwa produk image adalah persepsi yang relative konsisten dalam
“hijau” seharusnya lebih disukai sehingga harus jangka panjang (enduring perception). Pada
dikonstruksi sedemikian rupa sehingga produk dasarnya Green Brand Images, yakni diskripsi
tersebut bisa didaur ulang dan digunakan kembali. tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap
Sampah dari produk juga seharusnya tidak merusak merek tertentu. Dari beberapa teori yang
lingkungan. dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan
2. Harga Premium bahwa Green Brand Image adalah seperangkat
Industri ramah lingkungan memiliki sistem kerja keyakinan pada suatu nama, simbol / design dan
yang berbeda, maka harga yang dibamderol pun kesan yang dimiliki seorang terhadap suatu merek
berbeda. The Queensland Government (2006), yang diperoleh berdasarkan informasi tentang fakta-
menyatakan bahwa kebanyakan konsumen hanya fakta yang kemudian menggunakan merek tersebut,
mau membayar harga premium bila konsumen sehingga kesan yang muncul ini relatif jangka
melihat green products memiliki nilai lebih. Nilai panjang yang terbentuk dalam benak konsumen.
lebih ini bisa dalam bentuk performa, fungsi, desain, Manfaat green brand image
Menurut Kotler & Keller (2012), terdapat
banyak manfaat merek, baik bagi penjual,
distributor, maupun konsumen, yaitu :
1) Bagi Penjual :
a) Nama merek memudahkan penjual untuk
mengolah pesanan-pesanan dan menekan
permasalahan.
b) Nama merek dan tanda dagang akan secara c) Merek memberi penjual peluang kesetiaan
hukum melindungi penjual dari pemalsuan konsumen pada produk.
ciri-ciri produk, karena bila tidak, setiap d) Merek dapat membantu penjual dalam
pesaing akan meniru produk yang telah mengelompokkan pasar ke dalam segmen-
berhasil di pasaran. segmen.
e) Citra perusahaan dapat dibina dengan tersebut dengan cara membayar atau menukar
adanya merek yang baik. dengan uang.
2) Bagi Distributor
Distributor menginginkan adanya merek sebagai Indikator purchase intention
cara untuk memudahkan penanganan produk, Menurut Ferdinand (2002) minat beli dapat
mengidentifikasi pembekal, meminta produksi diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai
agar bertahan pada standar mutu tertentu dan berikut :
juga meningkatkan pilihan para pembeli. 1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan
seseorang untuk membeli produk.
3) Bagi Konsumen 2) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang
Konsumen menginginkan dicantumkannya untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
merek untuk mempermudah mengenali 3) Minat preferensial, yaitu minat yang
perbedaan mutu serta agar dapat berbelanja menggambarkan perilaku seseorang yang
dengan lebih efisien. memiliki prefrensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi
Komponen Green Brand Image sesuatu dengan produk prefrensinya.
Menurut Sutisna (2012), Green Brand Image 4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan
memiliki 3 variabel pendukung, yaitu : perilaku seseorang yang selalu mencari
1. Citra Pembuat (Corporate Image) merupakan informasi mengenai produk yang diminatinya
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan dan mencari informasi untuk mendukung sifat-
konsumen terhadap perusahaan yang membuat sifat positif dari produk tersebut.
suatu produk atau jasa. Menurut Ajay & Goodstein (1998) jika
2. Citra Pemakai (User Image) merupakan ingin mempengaruhi seseorang, maka cara yang
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan terbaik adalah mempelajari apa yang dipikirkannya,
konsumen terhadap pemakai yang menggunakan dengan demikian yang akan didapatkan tidak hanya
suatu barang atau jasa. sekedar informasi tentang orang itu tentu lebih
3. Citra Produk (Product Image) merupakan bagaimana proses infromasi itu dapat berjalan dan
sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan bagaimana memanfaatkannya. Hal ini yang
konsumen terhadap suatu produk. dinamakan “The Buying Process” (proses
pembelian).
Purchase Intention
Pengertian minat beli menurut Howard dan Model Penelitian
Sheth (1969) adalah sesuatu yang berhubungan
dengan rencana konsumen untuk membeli produk
tertentu serta berapa banyak unit produk yang
dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan
bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari
konsumen yang merefleksikan rencana pembelian
sejumlah produk dengan merek tertentu. H1: Pemasaran hijau berpengaruh positif terhadap
Berdasarkan uraian di atas maka pengertian minat minat beli pada Starbucks Coffee Malang
beli adalah pemusatan perhatian terhadap sesuatu H2: Pemasaran hijau berpengaruh positif terhadap
yang disertai dengan perasaan senang terhadap citra merek pada Starbucks Coffee Malang.
barang tersebut, kemudian minat individu tersebut H3: Citra merek berpengaruh signifikan terhadap
menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan minat beli pada Starbucks Coffee Malang
yang meyakinkan bahwa barang tersebut mempunyai H4: Citra merek memediasi pengaruh pemasaran
manfaat sehingga individu ingin memiliki barang hijau terhadap minat beli pada Starbucks
Coffee Malang
III. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian
Menurut Sekaran dan Bougie (2010) jenis
penelitian dapat dibagi menjadi empat macam
berdasarkan tujuannya yaitu: exploratory,
descriptive, hypothesis testing, dan case study
analysis. Jenis penelitian dalam riset ini adalah
hypothesis testing yaitu penelitian yang dilakukan
untuk menguji beberapa hipotesa yang telah tertentu. Berdasarkan type of investigation, penelitian
dirumuskan. Berdasarkan horizon waktu ini merupakan penelitian correlational. Jenis
pengambilan data Untuk penelitian ini peneliti penelitian korelasional dimaksudkan untuk mencari
menggunakan cross sectional karena penelitian ini atau menguji hubungan antara variabel.
informasinya dikumpulkan hanya pada suatu saat
Definisi Operasional Variabel
Variabel yang diidentifikasikan pada struktural di variabel laten manapun di dalam model
penelitian ini sebanyak 3 buah variabel, dimana penelitian (Hair et al., 2014).
peneliti merumuskan definisi operasional masing-
masing, sebagai berikut: Teknik Pengumpulan Data & Instrumen
1. Varibel Dependen Penelitian
Variabel terikat merupakan variabel yang Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dipengaruhi atau sebagai akibat, karena adanya dalam penelitian ini adalah dengan survei. Pada
variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel dependen penelitian ini, insrumen yang digunakan untuk
dalam penelitian ini adalah minat beli. survei adalah kuisioner. Angket (kuisioner)
2. Varibael Independent merupakan teknik survei suatu pengumpulan data
Green Marketing merupakan variabel dengan memberikan atau menyebarkan daftar
independen.. Variabel independen sering disebut pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan
sebagai variabel bebas yang artinya mempengaruhi harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya tersebut. Pengumpulan data dari pengunjung
variabel dependen (Sugiyono, 2013). Starbucks Coffee Malang dilakukan dengan
3. Varibael Intervening menyebarkan kuesioner untuk diisi oleh responden
Menurut Tuckman (dalam Sugiyono, 2013), dari penelitian ini.
variabel intervening adalah variabel yang secara Metode Pengolahan dan Analisis Data
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel Menurut Nazir (2012) analisis data
dependen dan variabel independen menjadi merupakan bagian yang sangat penting dalam
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat metode ilmiah karena dengan analisis, data tersebut
diamati dan diukur. Variabel intervening penelitian dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
ini adalah Green Brand Image. memecahkan masalah penelitian. Analisis data yang
Jenis dan Sumber Data digunakan dalam penelitian ini adalah:
Jenis data yang digunakan dalam penelitian Analisis Jalur (Path Analisys)
ini termasuk pada data kuantitatif. Data primer yang Analisis jalur merupakan perluasan dari
digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang analisis regresi linear berganda. Analisis jalur
didapatkan dari kuesioner yang disebar ke merupakan analisis untuk menguji pengaruh variabel
responden. mediasi dalam penelitian ini. Hasil dari uji analisis
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan digunakan untuk membandingkan pengaruh mana
Sampel yang lebih besar antara pengaruh langsung dan
Target populasi dalam penelitian ini adalah pengaruh tidak langsung, serta menarik suatu
pelanggan Starbucks Coffee di kota Malang. kesimpulan apakah dengan adanya variabel mediasi
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan ini dapat memperkuat atau justru memperlemah
penarikan sampel secara non-random (non- pengaruh independen terhadap dependen (Ghozali,
probabilitiy sampling). Prosedur non-probability 2012).
sampling yang digunakan adalah purposive Outer Model Evaluation
sampling. Menurut Zuriah (2009) menyatakan Model dalam penelitian yang
purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu menspesifikasikan hubungan tiap blok indikator
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan variabel laten (model pengukuran). Outer
dengan populasi yang diketahui sebelumnya. Jumlah model menjelaskan hubungan antara setiap variabel
sampel dalam penelitian dengan pendekatan PLS dengan indikator.
ditentukan berdasarkan 10-times rule dimana jumlah
sampel adalah sepuluh kali jumlah panah jalur Convergent Validity dan Discriminant Validity
Dalam rangka melakukan pengujian terhadap
item-item yang dipergunakan dan untuk
mendapatkan jawaban dari kondisi yang diharapkan,
maka diperlukan uji validitas. Validitas didefinisikan
sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji
validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat
pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur.
Menurut Ghozali (2012) bahwa convergent
validity dari model pengukuran dengan reflektif
indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item
score dengan construct score yang dihitung dengan konstruk (Ghozali, 2012).
menggunakan PLS. Discriminant validity dalam Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana
persamaan structural equation model adalah model hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil
pengukuran reflektif indikator yang dinilai pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan
berdasarkan cross loading pengukuran dengan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap
memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Menurut Analisis Deskriptif
Ghozali (2008) bahwa indicator reliability dan
internal consistency merupakan pengujian Penelitian ini juga menggunakan teknik
reliabilitas. Indikator reliability diuji menggunakan statistik deskriptif sebagai salah satu alat analisa
composite reliability, yaitu blok indikator yang untuk menggambarkan karakteristik responden dan
mengukur suatu konstruk berdasarkan internal menarik kesimpulan dari hasil data kuisioner yang
consistency. didapatkan untuk dijelaskan dalam suatu wadah
yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Inner Model Evaluation Analisis deskriptif dengan menjelaskan nilai rata-
Model dalam penelitian yang rata tanggapan responden terhadap setiap pernyataan
menspesifikasikan hubungan antar variabel laten pada variabel penelitian. Menurut Moore, McCabe,
(model struktural). Menurut Ghozali (2008) evaluasi & Craig (2009, p. 31) bahwa rumus nilai rata-rata
inner model didasarkan pada persentase variance adalah sebagai berikut:
yang dijelaskan dengan melihat nilai R 2 (pengaruh) 1
untuk konstruk laten dependen. Pengujian terhadap Nilai rata-rata =  xi
stabilitas estimasi dievaluasi dengan menggunakan n
uji t-statistik. Innermodel atau modelstructural Keterangan:
menggambarkan hubungan antara variabel laten n = jumlah observasi
berdasarkan teori subtantif. Innermodel dievaluasi x = skor hasil observasi
dengan menggunakan R-square untuk konstruk
dependen, Q-Square predictive relevance untuk IV. HASIL PENELITIAN DAN
model struktural, dan uji t serta signifikansi dari PEMBAHASAN
koefisien paremeter jalur struktural.
Gambaran Starbucks Coffee Malang
Path coeffiecient dan T-test Starbucks Coffee merupakan gerai kopi asal
Path coefficeinet menjelaskan nilai Amerika yang telah memiliki cabang yang tersebar
koefisien dari hubungan antar variabel yang diteliti. di seluruh dunia. Gerai kopi ini berkantor pusat di
Menurut Ghozali (2008) pengujian pengaruh antar Seattle. Starbucks Coffee berdiri di tahun 1971 oleh
variabel didasarkan pada nilai t-test. Pengujian T-test Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bawker.
dilakukan untuk mengetahui nilai t-statistics yang Starbucks mulai hadir di Indonesia pada tahun 2002
diperlukan jika peneliti ingin melakukan uji dan membuka gerai pertamanya di Malang tepatnya
hipotesis mengenai pengaruh signifikan suatu di Malang City Point pada tahun 2016. Gerai
variabel dan dilakukan dengan menggunakan metode Starbucks ini merupakan gerai ke 240 yang
bootstrapping. Metode bootstrapping tersebut menandakan ekspansi Starbucks ke -19 kota di
merupakan suatu proses pengujian re-sampling yang Indonesia. Seiring berkembangnya waktu, Starbucks
dilakukan oleh sistem komputer untuk mengukur Coffee tidak hanya menjual kopi namun juga teh,
akurasi pada sampleestimate. Ketentuan pengujian minuman blended, minuman soda, berbagai macam
yang digunakan adalah nilai t-test diharapkan di atas makanan, hingga pernak - pernik seperti tumbler, tas
1,96 atau di bawah -1,96. Suatu variabel dianggap dan gantungan kunci.
signifikan apabila memiliki nilai bootstraping lebih Starbucks Coffee memiliki 3 ukuran gelas
dari (>) 1.96, sebaliknya apabila nilai bootstrap minuman dalam penyajiannya yang dapat dipilih
lebih rendah (<) dari 1.96, maka pengaruh suatu oleh pengunjung dengan harga yang berbeda. Pada
variabel dianggap lemah atau bahkan tidak Starbucks Malang tersedia tiga ukuran, antara lain
signifikan. Tall (354ml), Grande (473 ml), dan Venti (591 ml).
Starbucks terus berinovasi dan menjadikan
perusahaannya semakin ramah lingkungan. Dengan
begitu, konsumennya menjadi semakin loyal karena
secara tidak langsung merekapun turut membantu
menjaga lingkungan ini tetap baik dan terjaga.
Deskripsi Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan terhadap 100 pengunjung Starbucks
Coffee Malang melalui penyebaran kuesioner, maka
dapat diperoleh gambaran umum tentang
karakteristik responden yang telah di teliti. Sebagian
besar responden yang diteliti berjenis kelamin laki- antara 24-30 tahun, sebanyak 12% responden berusia
laki yaitu sebesar 68 (68%) responden, dan 32 (32%) antara 24-30 tahun dan sebanyak 8% berusia di
responden berjenis kelamin perempuan. bawah 17 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan
Sebanyak 44% responden memiliki usia di dapat diketahui bahwa 48% berpendidikan terakhir
atas 30 tahun, sebanyak 36% responden berusia SMA/SMK, 22% responden berpendidikan Diploma,
30% responden berpendidikan Sarjana. Kategori Hasil Uji Reliabilitas
pekerjaan sebanyak 37% responden memiliki Reliabilitas menunjukan akurasi,
pekerjaan wiraswasta, sebanyak 28% responden konsistensi dan ketepatan suatu alat ukur dalam
memiliki pekerjaan pegawai swasta, sebanyak 14% melakukan pengukuran (Jogiyanto dan Abdillah
responden memiliki pekerjaan pegawai negeri, 2014). Uji reliabilitas dalam PLS dapat
sebanyak 12% responden memiliki pekerjaan menggunakan dua metode, yaitu Cronbach’s alpha
pelajar/mahasiswa, dan sebanyak 9% responden dan Composite reliability. Menurut Hair et al. (2014)
memiliki pekerjaan lain-lain sopir, ibu rumah koefisien cronbach’s alpha dan composite reliabelity
tangga. harus lebih besar dari 0,7 meskipun nilai 0,6 masih
dapat diterima. Hasil pengujian reliabilitas dalam
penelitian ini menunjukan bahwa secara umum
variabel pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dinyatakan reliabel, yakni
menunjukan Cronbach’s alpha dan Composite
reliability ≥ 0,8.
Berdasarkan jumlah pendapatan diketahui
sebanyak 36% responden memiliki rata-rata
pendapatan Rp 3.500.000-Rp 3.999.999, sebanyak Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)
24% responden memiliki rata-rata pendapatan Rp
Convergent Validity
2.500.000-Rp 3.499.999, sebanyak 22% responden
memiliki rata-rata pendapatan > Rp 4.000.000, dan
sebanyak 18% responden memiliki rata-rata
pendapatan < Rp 2.499.999. Diketahui sebanyak
46% responden menjadi pelanggan Starbucks Coffee
Malang antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
sebanyak 34% responden menjadi pelanggan lebih
dari 3 tahun, dan sebanyak 20% responden menjadi
pelanggan kurang dari 2 tahun. 1. Konstruk atau variabel green marketing diukur
dengan indikator X.1-X.7, semua indikator
Hasil Uji Validitas memiliki faktor loading diatas 0,5, AVE diatas
0,5 yakni 0,503
2. Konstruk Green Brand Image diukur dengan
indikator Z.1-Z.6, semua indikator memiliki
faktor loading diatas 0,5 dan AVE diatas 0,5
yakni 0,617.
3. Konstruk Minat Beli dengan indikator Y.1-Y.4,
semua indikator memiliki faktor loading diatas
0,5 dan AVE diatas 0,5 yakni 0,709.
Composite Reliability

Instrumen dapat dikatakan valid apabila


instrumen tersebut dapat mengukur yang seharusnya
diukur (Cooper dan Schindler, 2014). Dalam
penelitian ini uji validitas akan menggunakan
metoda Convergent validity dan discriminant Uji lainnya adalah composite reliability dari
validity dengan bantuan SmartPLS 3.0. blok indicator yang mengukur konstruk (Ghozali,
2012, p.25). Ketentuannya jika nilai composite
reliability > 0,80 ditafsirkan sangat memuaskan Discriminant Validity
(Ghozali, 2012, p.98)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai akar
kuadrat dari AVE (0,709, 0,785 dan 0,842) lebih
besar dari masing-masing konstruk atau nilai akar
AVE lebih besar dari 0,5.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pembahasan image. Dengan demikian hipotetsis pertama yaitu
“Terdapat pengaruh positif green marketing terhadap
Pengaruh Green Marketing terhadap Green
Green Brand Image kopi starbucks dalam kemasan
Green Brand Image
Starbucks” diterima. Koefisien Standardrized yang
Hasil estimasi analisis jalur untuk variabel
bernilai positif menunjukkan bahwa semakin baik
green marketing diperoleh nilai t hitung sebesar
green marketing maka semakin baik juga Green
13,544 > 1,660 dengan p-value 0,000 < 0,05 serta
Brand Image kopi starbucks dalam kemasan merek
Koefisien Standardrized sebesar 0,584. Hasil
Starbucks.
tersebut menunjukkan bahwa green marketing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap bran Green Marketing berpengaruh terhadap Minat
Beli.
Hasil estimasi analisis jalur untuk variabel
green marketing diperoleh t hitung sebesar 22,585 >
1,660 dengan p-value 0,000 < 0,05 serta Koefisien
Standardrized sebesar 0,417. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa green marketing berpengaruh
positif dan signifikan terhadap minat beli. Dengan
demikian hipotesis kedua yaitu “Terdapat pengaruh
positif green marketing terhadap minat beli kopi
Berdasarkan nilai Beta Koefisien dan nilai starbucks dalam kemasan Starbucks” diterima.
T-statistic diatas, maka hasil uji untuk masing- Koefisien Standardrized yang bernilai positif
masing hipotesis adalah sebagai berikut : menunjukkan bahwa semakin baik green marketing
Hipotesis 1 yang menyatakan green Starbucks maka semakin baik minat beli kopi
marketing berpengaruh positif terhadap Green starbucks dalam kemasan Starbucks.
Brand Image. Hasil perhitungan SmartPLS 3.0 Suatu produk dikatakan telah dikonsumsi
menunjukan bahwa green marketing berpengaruh oleh konsumen apabila produk tersebut telah
positif signifikan terhadap Green Brand Image diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Keputusan
dengan nilai koefisien beta sebesar 0,584 dan T- untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang
value 13,544 > t tabel 1,660. Artinya, hipotesis dievaluai. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar
pertama di dukung. dibanding pengorbanan untuk mendapatkannya,
Hipotesis 2 yang menyatakan Green Brand maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi.
Image berpengaruh positif terhadap Minat Beli.
Green Brand Image berpengaruh terhadap Minat
Hasil uji hipotesis menunjukan path antara Green
Beli
Brand Image dengan Minat Beli memiliki nilai
Hasil estimasi analisis jalur untuk variabel
koefision beta 0,348 dan T-value 8,488 > T tabel
Green Brand Image diperoleh nilai t hitung sebesar
,1660, hal ini menunjukan signifikansi antara Green
8,455 > 1,660 dengan p-value 0,000 < 0,05 serta
Brand Image dengan Minat Beli, sehingga hipotesis
Koefisien Standardrized sebesar 0,348. Hasil
ke 2 dinyatakan berpengaruh positif.
tersebut menunjukkan bahwa Green Brand Image
Hipotesis 3 green marketing berpengaruh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat
positif terhadap minat beli. Hasil penghitungan
beli. Dengan demikian hipotesis ketiga yaitu
menggunakan SmartPLS 3.0 menunjukan
“Terdapat pengaruh positif Green Brand Image
signifikannya green marketing dengan minat beli hal
terhadap minat beli kopi starbucks dalam kemasan
ini dibuktikan dengan koefisien beta sebesar 0,417
Starbucks” diterima. Nilai koefisien Standardrized
dan T-value sebesar 22,585 > T tabel 1,660, hal ini
yang positif menunjukkan bahwa semakin baik
menunjukan signifikansi antara green marketing
Green Brand Image kopi starbucks dalam kemasan
dengan Minat Beli, sehingga hipotesis ke 3
Starbucks maka semakin baik juga minat beli pada
dinyatakan berpengaruh positif.
Starbucks. Starbucks Coffee, sebaiknya tetap dan diyakini dapat memenuhi kebutuhan dan
memperhatikan pelanggan mereka, baik pelanggan keinginan konsumen, maka minat membeli suatu
yang memilih Starbucks Coffee karena aktivitas produk akan timbul dalam diri konsumen.
green marketing yang dilakukan maupun yang
V. PENUTUP
membeli produk kopi karena Green Brand Image
yang dimiliki Starbucks Coffee. Kesimpulan
Memperhatikan semua pelanggan penting Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan
untuk dilakukan, mengingat aktivitas green kesimpulan sebagai berikut:
marketing dan Green Brand Image Starbucks Coffee a. Hasil penelitian green marketing strategy
dapat mempengaruhi corporate reputation untuk memiliki pengaruh signifikan terhadap
jangka panjang. Konsumen cenderung memilih green Green Brand Image dari Starbucks
produk yang sudah dikenal baik atau sudah memiliki Coffee.
citra merek yang baik. Jadi apabila suatu produk b. Hasil penelitian membuktikan green
memiliki citra diri yang positif dimata konsumen marketing strategy memiliki pengaruh
signifikan terhadap minat beli produk- melakukan evaluasi pada setiap program
produk Starbucks Coffee Malang. yang dijalankan, serta pada pelayanan dan
c. Hasil penelitian membuktikan green Green karyawan yang bekerja di setiap gerai.
Brand Image mampu menjelaskan Evaluasi di butuhkan agar penerapan Green
hubungan antara green marketing strategy Marketing terlaksana pada semua bagian.
dan minat beli produk-produk pada 3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan
Starbucks Coffee Malang. dapat melanjutkan penelitian ini dengan
Saran menggunakan metode analisis yang
Berdasarkan uraian tentang pembahasan dan berbeda, memakai variabel-variabel yang
simpulan di atas, saran yang dapat diberikan adalah: lain. Penelitian berikutnya dapat melakukan
1. Starbucks Coffee seharusnya lebih gencar penelitian dengan teknik wawancara agar
dalam melakukan promosinya. Mereka jawaban dan hasil yang didapatkan lebih
dapat memberikan informasi yang lebih mendalam. Peneliti berikutnya juga dapat
rinci dan akurat mengenai produk yang memilih perusahaan selain Starbucks
ditawarkan dan mengedukasi konsumen Coffee yang juga menerapkan konsep
dengan green marketing yang diterapkan. Green Marketing pada perusahaannya.
Sehingga informasi tersebut dapat
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran DAFTAR REFERENSI
konsumen. Serta membuat konsumen lebih
mudah untuk megevaluasi produk dan [1] Ajay, K., & Goodstein, R.C. (1998). The
mempengaruhi pengembilan keputusan Impact Of Advertising Positioning Strategies
pembelian. on Consumer Price Sensivity. Journal of
2. Starbucks Coffee diharapkan Marketing Research. 35(5), 20-28
mempertahankan green marketing yang [2] Boztepe, A. (2012). Green Marketing and Its
telah dilakukan sambil terus menemukan Impact on Consumer Buying Behaviour.
inovasi-inovasi baru mengenai promosi European Journal of Economic and Political
dengan green marketing. Serta terus Studies. 5(1), 5-21
[3] Bradley, N. (2007). The Green Marketing
Mix. Industrial Marketing Research
Association. 8-9
[4] Cooper, D. & Schindler, P. (2014). Business
Research Methods. 12th Edition. New York :
McGraw-Hill Higher Education.
[5] Ferdinand, A. (2002). Pengembangan Minat
Beli Merek Eksistensi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
[6] Ghozali, I. (2008). Model Persamaan
Struktural Konsep dan Aplikasi dengan
Program Amos 16.0. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
[7] Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.
Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
[8] Hair, J.E, et al. (2014). A Primer on Partial
Least Squares Structural Equation Modeeling
{PLS-SEM). SAGE Publications,Inc.
California. USA
[9] Howard, J.A. & Sheth, J.N. (1969). The
Theory of Buyer Behaviour. New York: John
Wiley and Sons.
[10] Imballagio, I. (2002). Ecology and [11] Jogiyanto, H. & Abdillah, W. (2014). PLS
Distribution. The Magazine for Packaging. (Partial Least Square) – Alternatif Structural
Retrieved 30 Oktober 2017 from Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian
www.italiaimballaggio.it/italiaimballaggio Bisnis, Yogyakarta: ANDI
/0302/sezioni/04envir/art2envir.html
[12] Kennedy, J.E. & Soemanagara, R.D. (2006).
Marketing Communication: Taktik dan [25] The Queensland Government. (2006). Green
Strategi. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer marketing: The competitive advantage of
[13] Kotler, P. & Keller, K.L. (2012). Marketing Sustainability.
Management (14nd ed.). New Jersey: Pearson [26] Walker, R. & Hanson, D. (1998). Green
Education Marketing and Green Places a Taxonomy for
[14] Moore, D.S., McGabe, G.P., & Craig, B.A. The Destination Marketers. Jurnal of
(2009). Introduction To The Practice Of Marketing Management. 14(6), 623-639
Statistics. New York: W.H. Freeman and [27] Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian
Company Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. Jakarta:
[15] Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Ghalia Indonesia
[16] Neviana. (2010). Triple Bottom Line: Lebih
Dari Sekedar Profit. Retrieved 27 Oktober
2017 from http://swa.co.id/my-article/triple-
bottom-line-lebih-dari-sekadar-profit.
[17] Ottman, J.A. (2011). The New Rules Of
Green Marketing Strategies, Tools and
Inspiration For Sustainable Branding. United
Kingdom: Greenleaf Publishing
[18] Polonsky, M.J. (1994). An Introduction to
Green Marketing. Electronic Green Journal.
1(2)
[19] Polonsky, M.J., & Rosenberger, P.J. (2001).
Reevaluating green marketing: A strategic
approach. Business Horizon. 44(4), 21-30
[20] Pride, W. & Ferrel, O. (1993). Marketing 8th
ed. Boston: Houghton Mifflin
[21] Sekaran. U., & Bougie, R. (2010). Research
Method For Business A Skill Building
Approach (5th ed.). United Kingdom: John
Willey & Sons Ltd.
[22] Simamora, H. (2004). Aura Merek. Jakarta:
Gramedia
[23] Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Method). Bandung :
Alfabeta.
[24] Sutisna. (2012). Perilaku Konsumen dan
Komunikasi Pemasaran (edisi 2). Bandung:
Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai