Anda di halaman 1dari 232

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING MELALUI

DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL


BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 4 BUTON TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Hasil Pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam

Oleh:

SINDI SABRIANTI

NIM : 17010107029

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2021

i
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Sultan Qaimuddin No. 17 Baruga-Kota Kendari
Telp/fax. 041-393710. Email: Iainkendari@yahoo.com
Website: iainkendari.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penelitian ini berjudul “PENGARUH MODEL PROBLEM BASED

LEARNING MELALUI DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 BUTON TENGAH” yang ditulis oleh

SINDI SABRIANTI, NIM: 17010107029, mahasiswa Program Studi Tadris

IPAPada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Kendari, telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing untuk

diujikan dalam seminar ujian Proposal.

Kendari, 30 November 2020,

Pembimbing

Hasrin Lamote, S.Pd.,M.Sc

NIP. 198006122003121003

i
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Sultan Qaimuddin No. 17 Baruga-Kota Kendari
Telp/fax. 041-393710. Email: Iainkendari@yahoo.com
Website: iainkendari.ac.id

PENGESAHAN SEMINAR PROPOSAL

Proposal penelitian dengan judul “PENGARUH MODEL PROBLEM


BASED LEARNING MELALUI DEMONSTRASI DAN DISKUSI
TERHADAP KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 BUTON
TENGAH” yang ditulis oleh SINDI SABRIANTI, NIM: 17010107029,
mahasiswa Program Studi Tadris IPA Pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, telah diuji dan dipresentasikan dala
m Seminar Proposal yang diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 08 Desember
2020 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk dilanjutk
an pada tahap Ujian Hasil.

Dosen Penguji Seminar Proposal

Ketua Hasrin Lamote, S.Pd.,M.Sc (…………………………..)

Sekretaris Ismaun S.Si, M.Si (…………………………..)

Anggota Zul Arham S.Si, M.Si (…………………………..)


Kendari, 16 Februari 2021

Dekan

Dr. Masdin, M.Pd

NIP. 19671231199903100

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas izin dan petunjuk Allah Subhanahu Wata’ala. skripsi

ini dapat terselesaikan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Pernyataan

rasa syukur kepada sang Khalik atas hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis

dalam mewujudkan karya ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan

kepada junjungan kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam sebagai suri

tauladan yang merupakan sumber inspirasi dan motivasi dalam berbagai aspek

kehidupan setiap insan termasuk penulis.

Judul penelitian yang penulis jadikan penelitian adalah “Pengaruh Model

Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi Terhadap Keaktifan

dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Buton

Tengah”. Skripsi penelitian ini disusun guna memenuhi tugas dan persyaratan

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Tadris IPA,

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Kendari.

Proses penyusunan skripsi penelitian ini tidak terlepas dari motivasi dan

do’a kedua orang tua saya, ayahanda Haerudin dan ibunda Harnia serta keluarga

tercinta yang telah memberikan segalanya baik semangat, cinta, dan kasih sayang

yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Serta bantuan, bimbingan, dan motivasi,

dari pembimbing saya sekaligus ketua program studi Tadris IPA bapak Hasrin

Lamote, S.Pd.,M.Sc, yang telah memberikan izin penelitian, serta berkenan

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dengan tekun dan sabar memberikan

iii
pengarahan dalam penyusunan skripsi penelitian ini. Selain itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Faizah Binti Awad, M.Pd selaku Rektor Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Kendari.

2. Bapak Dr. Masdin, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari.

3. Bapak Ismaun, S.Si.,M.Si. Selaku dewan penguji pertama, yang telah

banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti.

4. Bapak Zul Arham S.Si.,M.Si. Selaku dewan penguji kedua, yang telah

banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti.

5. Segenap dosen dan staf Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

6. Sahabat-sahabatku dari keluarga Program Studi Tadris IPA angkatan

2017 (Nur fathur, Delni, Nur Syamsia, Khaira, Gusni Arfa Nur Aini,

Lutfi Auliyatul Jannah, Risnayanti, Yuni, Nurfadilah, Muqsitul Akhsan,

Dewi Apriana Hasim, Kiki Nurzila, Sasa Mazda, Emi Ekasari, Hernia,

Nurma dan Iswanto),yang senantiasa memberikan semangat baik suka

maupun duka.

7. Teman-teman dari keluarga besar Program Studi Tadris IPA yang

senantiasa mendoakan dan memberikan semangatnya.

8. Teman – teman dari Program Studi Tadris Fisika angkatan 2017 yang

senantiasa mendoakan dan memberikan semangatnya

iv
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan, dorongan serta bimbingan sehingga proposal

penelitian ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih perlu

penyempurnaan baik dari isi maupun metodologi. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi penelitian ini.

Penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pembaca umumnya. Aamiin.

Kendari, Maret 2021

Penulis

Sindi Sabrainti

NIM.17010107029

v
ABSTRAK

Sindi Sabrianti, NIM: 17010107029. Pengaruh Model Problem Based


Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi Terhadap Keaktifan dan Hasil
Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Buton
Tengah (Dibimbing Oleh: Bapak Hasrin Lamote, S.Pd., M.Sc)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)pengaruh model Problem


Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan belajar IPA
siswa kelas VIII SMP Negeri 4 ButonTengah, (2) pengaruh model Problem Based
Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
VIII SMP Negeri 4 Buton Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yaitu sebanyak 128
orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak dua kelas
dengan jumlah siswa 50 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan, kuesioner (angket), dokumentasi dan instrumen tes. Pendekatan
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen
(QUASI Experiment). Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment,
dan uji reliabilitas menggunakan rumus K-R21. Hasil penelitian pada taraf
signifikan 5% menunjukan bahwa: (1) Hasil uji-tpost-test keaktifan belajar t
diperoleh nilai thitung 2,84 dan ttabel 1,677. Nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1
diterima,artinya terdapat pengaruh model Problem Based Learning melalui
Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII SMP Negeri
4 Buton Tengah. (2)Hasil uji-t post-test hasil belajar siswa diperoleh nilai thitung
6,11dan ttabel 1,677. Nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya
terdapat pengaruh model Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan
Diskusi terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Buton Tengah. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini model Problem Based Learning
melalui Demonstrasi dan Diskusi memiliki pengaruh terhadap keaktifan dan
hasil belajar siswa.

Kata Kunci : SMP Negeri 4 Buton Tengah, Model Problem Based Learning
melalui Demonstrasi dan Diskusi, Keaktifan Belajar, Hasil Belajar.

vi
ABSTRACT

Sindi Sabrianti, NIM: 17010107029. The Influence of Problem Based Learning


Models through Demonstration and Discussion on Activity and Learning
Outcomes of Natural Science Students of Class VIII SMP Negeri 4 Buton
Tengah (Supervised by: Mr. Hasrin Lamote, S.Pd., M.Sc)

This study aims to determine: (1) the effect of the Problem Based Learning
model through demonstration and discussion on the science learning activities of
class VIII students of SMP Negeri 4 Buton Tengah, (2) the effect of the Problem
Based Learning model through demonstration and discussion on the science learning
outcomes of class VIII junior high school students. Country 4 Central Buton. This
research is a quantitative research. The population in this study were all students of
class VIII as many as 128 people. The sample used in this study were two classes
with 50 students. Data collection techniques in this study used a questionnaire
(questionnaire), documentation and test instruments. The research approach used is
quantitative with the type of experimental research (QUASI Experiment). The
validity test uses the product moment correlation formula, and the reliability test uses
the K-R21 formula. The results of the study at a significant level of 5% showed that:
(1) The results of the t-test-post-test learning activity t obtained the t-count value of
2.84 and t-table 1.677. The value of tcount > ttable, then H0 is rejected and H1 is
accepted, meaning that there is an effect of the Problem Based Learning model
through Demonstration and Discussion on the learning activities of class VIII
students of SMP Negeri 4 Buton Tengah. (2) The results of the post-test t-test of
student learning outcomes obtained tcount 6.11 and ttable 1.677. The value of tcount
> ttable, then H0 is rejected and H1 is accepted, meaning that there is an influence of
the Problem Based Learning model through Demonstration and Discussion on the
learning outcomes of class VIII students of SMP Negeri 4 Buton Tengah. So, it can
be concluded that in this study the Problem Based Learning model through
demonstration and discussion has an influence on student activity and learning
outcomes.

Keywords : SMP Negeri 4 Buton Tengah, Problem Based Learning Model through
Demonstration and Discussion, Active Learning, Learning Outcomes.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

ABSTRAK..............................................................................................................vi

DAFTAR ISI..........................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1

1.2. Identifikasi Masalah..........................................................................................6

1.3. Batasan Masalah............................................................................................... 7

1.4. Rumusan Masalah............................................................................................. 7

1.5.Tujuan Penelitian............................................................................................... 8

1.6. Manfaat Penelitian............................................................................................ 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................10

2.1. Model PBL (Problem Based Learning)............................................................10

2.1. Metode Demonstrasi.........................................................................................14

2.3. Metode Diskusi.................................................................................................19

2.4. Keaktifan Belajar..............................................................................................24

2.5. Hasil Belajar.....................................................................................................30

2.6. Penelitian yang Relevan....................................................................................33

2.7. Kerangka Berpikir.............................................................................................34

viii
2.8. Hipotesis Penelitian..........................................................................................35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................36

3.1. Jenis Penelitian.................................................................................................36

3.2. Tempat danWaktu Penelitian............................................................................36

3.3. Metode Penelitian.............................................................................................36

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................................36

3.5. Variabel dan DesainPenelitian..........................................................................38

3.6. Teknik Pengumpulan Data................................................................................40

3.7. Instrumen Penelitian.........................................................................................42

3.8.Validitas dan Reliabilitas Instrumen..................................................................45

3.9.Teknik Analisis Data ........................................................................................48

3.10.Prosedur Penelitian .........................................................................................56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................57

4.1. Hasil Penelitian ................................................................................................57

4.1.1. Deskriptif Data Hasil Penelitian ...................................................................58

4.1.2. Analisis Inferensial .......................................................................................82

4.2. Pembahasan .....................................................................................................91

BAB V PENUTUP ................................................................................................97

5.1. Kesimpulan ......................................................................................................97

5.2. Rekomendasi ....................................................................................................97

5.3. Limitasi Penelitian ...........................................................................................98

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................99

ix
DAFTAR TABEL

NO JUDUL TABEL HALAMAN

2.1 Langkah-langkah Model PBL............................................................................12

2.2 Langkah-langkah Metode Demonstrasi ............................................................16

2.3 Langkah-langkah Metode Diskusi ....................................................................23

3.1 Populasi Penelitian ............................................................................................37

3.2 Sampel Penelitian .............................................................................................37

3.3 Desain Penelitian ..............................................................................................40

3.4 Kriteria Penskoran Instrumen ...........................................................................41

3.5 Kisi-kisi Variabel Keaktifan Belajar .................................................................43

3.6 Kisi-kisi Variabel Hasil Belajar.........................................................................44

3.7 Tabel Intrepretasi Nilai r....................................................................................46

3.8 Kriteria Koefisien Realibiltas Instrumen...........................................................48

3.9 Kriteria Nilai N-gain..........................................................................................55

4.1 Data Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen...........................................59

4.2 Distribusi Frekuensi Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen.................59

4.3 Distribusi Kategorisasi Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen.............61

4.4 Data Post-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen.........................................62

4.5 Distribusi Frekuensi Post-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen...............62

4.6 Distribusi Kategorisasi Post-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen............64

4.7 Data Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Kontrol.................................................65

4.8 Distribusi Frekuensi Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Kontrol.......................65

4.9 Distribusi Kategorisasi Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Kontrol....................67

x
4.10 Data Post-test Keaktifan Belajar Kelas Kontrol..............................................68

4.11 Distribusi Frekuensi Post-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen.............68

.12 Distribusi Kategorisasi Post-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen............70

4.13 Data Pre-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen................................................71

4.14 Distribusi Frekuensi Pre-testHasil Belajar Kelas Eksperimen........................71

4.15 Distribusi Kategorisasi Pre-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen...................73

4.16 Data Post-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen..............................................74

4.17 Distribusi Frekuensi Post-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen.....................74

4.18 Distribusi Kategorisasi Pre-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen...................76

4.19 Data Pre-test Hasil Belajar Kelas Kontrol.......................................................77

4.20 Distribusi Frekensi Pre-test Hasil Belajar Kelas Kontrol...............................77

4.21 Distribusi Kategorisasi Pre-test Hasil Belajar Kelas Kontrol........................79

4.22 Data Post-test Hasil Belajar Kelas Kontrol....................................................79

4.23 Distribusi Frekensi Post-test Hasil Belajar Kelas Kontrol.............................80

4.24 Distribusi Kategorisasi Post-test Hasil Belajar Kelas Kontrol........................82

4.25 Uji Normalitas Pada Kelas Eksperimen........................................................... 83

4.26 Uji Normalitas Pada Kelas Kontrol ................................................................84

4.27 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.................................85

4.28 Hasil Perhitungan Uji Normal Gain Keaktifan Belajar ..................................86

4.29 Hasil Perhitungan Uji Normal Gain Hasil Belajar...........................................87

4.30 Hasil Parsial (Uji-t) Dua Sampel Independent Variabel Keaktifan Belajar....89

4.31 Hasil Parsial (Uji-t) Dua Sampel Independent Variabel Hasil Belajar............90

xi
DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL GAMBAR HALAMAN

2.1 Diagram Kerangka Berpikir...............................................................................34

3.1 Diagram Prosedur dan Alur Penelitian..............................................................56

4.1 Diagram Batang Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen ......................60

4.2 Diagram Batang Post-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen .....................63

4.3 Diagram Batang Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Kontrol .............................66

4.4 Diagram Batang Post-test Keaktifan Belajar Kelas Kontrol............................69

4.5 Diagram Batang Pre-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen .............................72

4.6 Diagram Batang Post-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen ............................75

4.7 Diagram Batang Pre-test Hasil Belajar Kelas Kontrol ....................................78

4.8 Diagram Batang Post-test Hasil Belajar Kelas Kontrol ...................................81

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran

1.1 Silabus ...............................................................................................................107

1.2 RPP Kelas Eksperimen .....................................................................................110

1.3 RPP Kelas Kontrol ............................................................................................122

1.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) .............................................................................. 134

1.5 Instrumen Keaktifan Belajar Sebelum Validitas ..............................................137

1.6 Instrumen Keaktifan Belajar Setelah Validitas .................................................140

1.7 Instrumen Hasil Belajar Sebelum Validitas ......................................................142

1.8 Instrumen Hasil Belajar Setelah Validitas ........................................................150

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Realibilitas

2.1 Hasil Uji Validitas Hasil Belajar ......................................................................156

2.2 Hasil Uji Validitas Keaktifan Belajar ...............................................................158

2.3 Hasil Uji Realibilitas Hasil Belajar ...................................................................160

2.4 Hasil Uji Realibilitas Keaktifan Belajar............................................................162

Lampiran 3. Data Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar

3.1 Data Keaktifan Belajar ......................................................................................164

3.1.1 Hasil Keaktifan Belajar Pre-test dan Post-test Siswa Kelas Eksperimen......164

3.1.2 Hasil Keaktifan Belajar Pre-test dan Post-test Siswa Kelas Kontrol.............165

3.2 Data Hasil Belajar .............................................................................................166

3.2.1 Hasil Belajar Pre-test dan Post-test Siswa Kelas Eksperimen ......................166

xiii
3.2.2 Hasil Belajar Pre-test dan Post-test Siswa Kelas Kontrol .............................167

Lampiran 4. Analisis Deskriptif ..........................................................................168

Lampiran 5. Hasil Analisis Inferensial

5.1 Uji Normalitas ...................................................................................................178

5.1.1 Hasil Belajar ..................................................................................................178

5.1.2 Keaktifan Hasil Belajar ..................................................................................178

5.2 Uji Homogenitas ...............................................................................................179

5.2.1 Uji Homogenitas Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................179

5.2.2 Uji Homogenitas Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................180

5.3 Uji Hipotesis .....................................................................................................180

5.3.1 Uji t Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .........180

5.3.2 Uji t Post-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......181

5.3.3 Uji t Pre-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Eksperimen .........181

5.3.4 Uji t Post-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...............182

Lampiran 6. Uji Normal Gain (N-Gain)

6.1 Keaktifan Belajar ..............................................................................................182

6.1.1 Uji N-Gain Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen...........................................182

6.1.2 Uji N-Gain Motivasi Belajar Kelas Kontrol ..................................................183

6.2 Hasil Belajar .....................................................................................................184

6.2.1 Uji N-Gain Hasili Belajar Kelas Eksperimen ................................................ 184

6.2.2 Uji N-Gain Hasil Belajar Kelas Kontrol ........................................................185

xiv
xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan

keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun

masyarakat. Penekanan pendidikan dibanding dengan pengajaran terletak pada

pembentukan kesadaran dan kepribadian individu atau masyarakat di samping

transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara

dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian

kepada generasi berikutnya, sehingga mereka betul-betul siap menyongsong masa

depan kehidupan bangsa dan negara yang lebih cerah. (Nurkholis, 2013)

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini, masih jauh dari yang diharapkan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,

antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru,

penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku, alat pelajaran, dan perbaikan sarana

prasarana pendidikan lainnya, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun,

berbagai indikator mutu pendidikan tersebut belum mampu menunjukkan

peningkatan yang memadai. (Anggareni, 2013)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan khususnya

Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Werzi, 2017)

1
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu

proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan pembentukan kepribadian dengan segala

aspek yang dicakupnya. Dengan demikian pengajaran lebih berorientasi pada

pembentukan spesialis atau bidang-bidang tertentu, oleh karena itu perhatian dan

minatnya lebih bersifat teknis.

Ilmu pengetahuan alam atau sains merupakan ilmu yang mempelajari gejala-

gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan mahluk tak hidup atau sains tentang

kehidupan dan sains tentang dunia fisik. Pendidikan sains menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains

diarahkan untuk mencari tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat membantu

siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang

gejala alam berupa fakta, konsep dan hukum yang telah teruji kebenarannya melalui

suatu rangkaian penelitian. Pembelajaran IPA diharapkan dapat membantu siswa

untuk memahami fenomena-fenomena alam. (Ida, 2017)

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran,

karena keberhasilan pembelajaran banyak ditentukan oleh guru. Seorang guru harus

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran diantaranya:

metode, rencana pembelajaran, serta komponen pembelajaran seperti buku pelajaran,

alat peraga yang ada agar tujuan tercapai.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa tentu mempunyai

tujuan. Terlebih guru dalam tugas mengajar atau melakukan kegiatan belajar

mengajar harus berorientasi pada tujuan yang hendak ditentukan. Untuk itu perlu

2
dipersiapkan bagaimana penggunaan metode yang sesuai agar waktu yang telah

ditentukan dapat tercapai hasil belajar yang optimal. (Sumarni, 2013)

Dalam pembelajaran seorang guru dituntut supaya dapat memilih model

pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif dan semangat dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Salah satu alternative model pembelajaran yang dapat

mengembangkan keterampilan berpikir siswa dalam memecahkan masalah dan dapat

menumbuhkan keaktifan dan semangat belajar siswa adalah model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) atau yang sering juga disebut dengan model

Pembelajaran Berbasis Masalah. (Ni, 2016)

PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menunjang dalam

proses pembelajaran kurikulum 2013 . Model PBL adalah model pembelajaran yang

dirancang agar siswa mendapat pengetahuan penting yang membuat mereka mahir

dalam memecahkan masalah dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

Dalam model PBL, masalah kehidupan yang nyata dan kompleks digunakan untuk

memotivasi siswa untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang

dibutuhkan untuk mengetahui dan memecahkan masalah tersebut. Siswa bekerja

dalam tim belajar, menyatukan keahlian kolektif yang dimiliki, berkomunikasi dan

mengintegrasikan informasi. (Herlinda, 2017)

Menurut (Siswono, 2005), Problem Based Learning adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang dimulai dengan mengajukan masalah dan dilanjutkan dengan

menyelesaikan masalah tersebut. Untuk menyelesaikan masalah itu menurut (Ha

Roh, 2008), peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk menemukan

solusinya. Masalah tersebut dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa yang di dalamnya mencakup kemampuan berfikir analitis.

3
Sejalan dengan pendapat di atas, PBL mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada proses pemecahan masalah dengan memperoleh

pengetahuan yang diperlukan. PBL adalah metode pembelajaran dimana siswa

belajar dengan inspirasi, pemikiran kelompok, dan menggunakan informasi terkait.

Untuk mencoba memecahkan masalah baik yang nyata maupun hipotetis, siswa

dilatih untuk mensintesis pengetahuan dan keterampilan sebelum mereka

menerapkannya pada masalah. (Asrani, 2016)

Selain penggunaan model pembelajaran, metode mengajar juga dibutuhkan

sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar. metode mengajar merupakan cara

menyajikan bahan pelajaran pada siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara maksimal. Metode mengajar mempengaruhi proses belajar. Jika metode

mengajar guru cenderung membosankan, maka akan membuat siswa kesulitan dalam

proses belajar. Kesulitan dalam belajar ini dapat berdampak terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran tersebut. Guru harus mampu menggunakan metode

mengajar yang tepat, efisien dan efektif bagi siswa agar perhatian dalam kelas tertuju

pada pembelajaran. (Budi, 2017)

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung

maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

atau materi yang sedang disajikan. Metode ini digunakan agar siswa menjadi lebih

paham terhadap materi yang dijelaskan karena menggunakan alat peraga dan

menggunakan media visualisasi yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami.

(Dedi, 2010)

4
Muhibbin Syah (2000) mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode

mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem

solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion)

dari resitasi bersama (socialized recitation). (Yeti, 2018) Menurut Mulyasa (2006)

diskusi kelompok adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan

berbagi informasi pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu

masalah. (Tri, 2017)

Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu unsur dasar yang penting bagi

keberhasilan proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif

berarti giat dalam bekerja atau berusaha. Kegiatan bekerja dan berusaha dilakukan

oleh siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru. (Nugroho, 2016)

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui

keberhasilan belajar siswa, baik dalam perubahan tingkah laku maupun kemampuan

dalam pembelajaran. Hasil belajar juga bisa dikatakan sebagai perubahan perilaku

siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pendidikan. Hasil belajar tersebut dilihat dari kemampuan siswa

dalam menguasai materi pelajaran berdasarkan pengalaman atau pelajaran setelah

mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. (Agus, 2018)

SMP Negeri 4 Buton Tengah merupakan salah satu sekolah menengah

pertama yang terletak di Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah,

Provinsi Sulawesi Tenggara. Sekolah ini memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang

memadai sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar. Salah satunya dalam

5
mata pelajaran IPA tersedia laboratorium untuk melakukan demonstrasi/praktek,

namun masih jarang digunakan oleh guru khususnya guru IPA. Mata pelajaran IPA

di SMP Negeri 4 Buton Tengah masih dianggap sulit dan banyak siswa yang kurang

bersemangat dalam megikuti pelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara pada (Guru IPA) kelas VIII tanggal 24 Oktober

2020 di SMP Negeri 4 Buton Tengah, bahwa “proses belajar mengajar masih

didominasi dengan metode konvensional. Penggunaan model/metode menarik masih

belum dimanfaatkan sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran masih monoton,

kurangnya interaksi antara siswa dengan guru, dimana guru lebih berperan aktif dari

pada siswanya, serta kurangnya melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah.

Penerapan metode konvensional tentu membuat beberapa siswa cenderung pasif dan

mudah bosan saat proses belajar mengajar berlangsung. Inilah yang menyebabkan

aktivitas siswa untuk belajar menjadi kurang aktif dan mengakibatkan hasil belajar

siswa kurang baik“. Hal ini semakin diperjelas dari hasil ulangan harian, sebagian

besar siswa masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65,

sehingga harus diadakan remedial untuk mencukupi nilai KKM.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik dengan judul “Pengaruh

Model Problem Based Learning Melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap

keaktifan dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 4 Buton Tengah” dengan harapan bisa meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah :

6
1. Keaktifan siswa masih tergolong rendah dalam mengikuti pembelajaran IPA

2. Hasil belajar siswa masih tergolong rendah

3. Model dan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran kurang

bervariasi.

4. Kondisi kelas yang tidak kondusif dan pasif.

5. Kurangnya perhatian guru terhadap siswa.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penulis meneliti siswa kelas VIII khususnya di SMP Negeri 4 Buton Tengah

2. Model yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPA adalah Model

Problem Based Learning (PBL) dengan metode demonstrasi dan diskusi.

3. Keaktifan belajar yang di maksud adalah kekatifan mendengar, mencatat,

bertanya, berpartisiipasi dalam diskusi, turut serta membuat kesimpulan, dan

memanfaatkan sumber belajar.

4. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif

5. Materi pokok yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah Tekanan

Zat

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Apakah ada pengaruh model Problem Based Learning melalui metode

demonstrasi dan diskusi terhadap keaktifan belajar siswa?

2. Apakah ada pengaruh model Problem Based Learning melalui metode

demonstrasi dan diskusi terhadap hasil belajar siswa?

7
1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning melalui metode

demonstrasi dan diskusi terhadap keaktifan belajar siswa?

2. Untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning melalui metode

demonstrasi dan diskusi terhadap hasil belajar siswa?

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi siswa

1. Menumbuhkan minat belajar siswa sehingga siswa lebih berperan aktif dalam

kegiatan pembelajaran

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan model Problem Based Learning (PBL)

3. Meningkatkan pemahan peserta didik terhadap mata pelajaran IPA

1.6.2 Bagi guru

1. Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme khususnya

dalam memanfaatkan model pembelajaran.

2. Dapat dijadikan sebagai model pembelajaran alternatif dalam proses

pembelajaran di kelas.

1.6.3 Bagi peneliti

1. Dapat menambah wawasan dan keterampilan peneliti dalam meningkatkan hasil

belajar dari model Problem Based Learning (PBL)

2. Sebagai bekal bagi peneliti untuk melaksanakan pembelajaran IPA kelak ketika

menjadi guru

8
1.6.4 Bagi sekolah

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah.

2. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah yang diteliti.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model PBL (Problem Based Learning)

2.1.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL)

merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya

permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang

membutuhkan penyelesaian yang nyata. Dalam model pembelajaran ini guru

memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap

kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang

dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan guru menciptakan

susasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

(Indrawati, 2017)

Model problem based learning atau model pembelajaran berbasis masalah

adalah model yang menekankan pada pembelajaran berbasis student centered, yang

dapat memberdayakan peserta didik untuk melakukan penyelidikan,

mengintegrasikan teori dan praktik, menerapkan pengetahuan dan keterampilannya

untuk mengembangkan penemuan solusi atau pemecahan masalah tertentu.

(Nurqomariah, 2015)

Menurut Tan (Rusman, 2012) pembelajaran berbasis masalah merupakan

inovasi dalam pembelajaran karena dalam model ini kemampuan berfikir siswa betul-

betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,

10
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan

kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. Model pembelajaran Problem

Based Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa. Peningkatan keaktifan siswa

dapat dilihat pada tahapan pembelajaran PBL. Pada tahapan mengorganisasi dan

membimbing pengalaman individual/kelompok, siswa melakukan diskusi dan saling

bertukar informasi antar teman dalam kelompok. (Masyhuri, 2017)

2.1.2 Karakteristik Model PBL (Problem Based Learning)

Model PBL memiliki tiga karakteristik utama :

1. Melibatkan peserta didik sebagai pemangku kepentingan dalam situasi masalah

2. Mengorganisasi kurikulum seputar masalah holistik, memungkinkan

pembelajaran peserta didik dalam cara yang relevan dan terhubung

3. Menciptakan lingkungan belajar dimana guru melatih peserta didik dan

memandu peserta didik berinkuiri, serta memfasilitasi tingkat pemahaman yang

lebih dalam.

2.1.3 Langkah-langkah Model PBL (Problem Based Learning)

Menurut Arends, langkah-langkah dalam melaksanakan PBL ada 5 fase yaitu:

1. Mengorientasi siswa pada masalah

2. Mengorganisasi siswa untuk meneliti

3. Membantu investigasi mandiri dan berkelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. (Yunin, 2014)

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model PBL (Problem Based Learning)

11
Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1:
Orientasi peserta  Menjelaskan tujuan pembelajaran,
didik kepada menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
masalah
 Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih.

Tahap 2:
Mengorganisasikan  Membantu pesrta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
Peserta didik berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap 3:
Membimbing  Mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
Penyelidikan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecazan masalah
individu dan
kelompok

Tahap 4:
Mengembangkan  Membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyajikan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
hasil karya laporan, dan model dan berbagai tugas dengan
temannya

Tahap5:
Menganalisis dan
 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
mengevaluasi yang telah dipelajari/meminta kelompok
proses pemecahan presentasi hasil karya. ( Arsil, 2019)
masalah

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Model PBL (Problem Based Learning)

12
Kelebihan model PBL menurut Shoimin antara lain:

1. Peserta didik dilatih untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam

keadaan nyata

2. Mempunyai kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas

belajar

3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada

hubungannya tidak perlu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini mengurangi beban

peserta didik dengan menghafal atau menyimpan informasi

4. Terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok

5. Peserta didik terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari

perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi

6. Peserta didik memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri

7. Peserta didik memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam

kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka

8. Kesulitan belajar peserta didik secara individual dapat diatasi melalui kerja

kelompok dalam bentuk peer teaching

Kekurangan model PBLmenurut Shoimin antara lain:

1. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap

materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM

lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang

kaitannya dengan pemecahan masalah, dan

2. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman peserta didik yang tinggi

akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. (Nensy, 2017)

2.2 Metode Demonstrasi

13
2.2.1 Pengertian Demonstrasi

Demonstrasi merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran dalam proses

belajar mengajar. Melalui demonstrasi, seorang guru mempertunjukkan materi ajar

kepada siswa baik menyangkut fakta, kejadian, maupun konsep-konsep pengetahuan.

(Kosmas, 2018)

Menurut Abdul Majid (2015), “Demontrasi merupakan salah satu metode yang

cukup efektif karena membantu siswa untuk mencari jawaban sendiri berdasarkan

fakta atau data yang benar. (Hendri, 2017)

2.2.2 Pengertian Metode Demonstrasi

Menurut (Darmawang, dkk, 2008), Metode demonstrasi adalah suatu

penyajian pembelajaran yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan

sebuah tindakan disertai dengan ilustrasi dan pernyataan lisan maupun peragaan.

Sedangkan menurut Djamarah (2002) mengatakan bahwa “Metode demonstrasi

adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan

kepada peserta didik suatu proses, sesuatu atau benda tertentu yang sedang dipelajari,

baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan”. (Nawir,

2015)

Menurut Muhibbin Syah dalam Anas (2014) metode demonstrasi adalah

“metode mengajar dengan cara meperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan

melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau meteri yang sedang disajikan”.

(Agus, 2016)

14
Dari pengertian beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa demonstrasi

memberikan suatu cara dalam menyajikan suatu materi pelajaran agar dapat dipahami

oleh siswa.

Roymond Simamora menambahkan perihal manfaat psikologis metode

demonstrasi bahwa:

1. Perhatian peserta didik dapat lebih dipusatkan

2. Proses belajar peserta didik terarah pada materi yang sedang dipelajari

3. Pengalaman dan kesan sehingga hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri

peserta didik.

4. Dengan kata lain, metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada siswa

mengamati tahapan yang akan dikerjakannya dalam melakukan sebuah proses

atau keterampilan. (Rifai, 2017)

2.2.3 Ciri-ciri Metode Demonstras

Ciri-ciri metode demonstrasi Menurut Bahri ( 2006) adalah sebagai berikut:

1. Mengerjakan sesuatu dengan penjelasan, mendapatkan gambaran yang lebih

jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses

2. Anak dapat melihat bagaimana suatu proses berlangsung

3. Memberikan ilustrasi dalam penjelasan informasi pada anak

4. Merangsang perhatian

5. Dapat meningkatkan daya pikir dalam peningkatan kemampuan mengenal,

mengingat, dan berfikir (Ida, 2015).

2.2.4 Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Suprijono (2009) menjelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan metode

demonstrasi sebagai berikut:

15
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dibahas.

3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.

4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang

telah disiapkan.

5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisisnya.

6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa

didemonstrasikan.

7. Guru membuat kesimpulan (Fikria, 2017, h. 39).

Sintaks metode demonstrasi disajikan dalam 5 tahap, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Langkah-langkah Metode Demonstrasi

Langkah Peran Guru


Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
ingindicapai.
Melakukan apersepsi dengan mengaitkan
Menyampaikan tujuan dan pelajaran yanglalu dengan pelajaran yang akan
mempersiapkan siswa. dipelajari.
Guru menjelaskan kompetensi, informasi latar
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
pengetahuan atau benar,atau menyajikan informasi tahap demi
keterampilan. tahap.
Guru merencanakan dan memberi bimbingan
Membimbing pelatihan. pelatihan awal pada setiap siswa yang belum
paham dari apa yang telah didemonstrasikan .
Mengecek pemahaman dan Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan
memberikan umpan balik. tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Memberi kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan dan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
penerapan. pada penerapan kepada situasi lebih kompleks
dan kehidupan sehari-hari. Dan pada bagian
akhir memberikan test tertulis dari materi

16
pelajaran yang telah dipelajari. (Deden, 2016)

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan termasuk

metode demonstrasi. Adapun keunggulan dan kelemahan metode demonstrasi

sebagai berikut:

1. Keunggulan

Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki keunggulan,diantaranya:

a. Melalui metode demonstarsi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab

siswa langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan

b. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar,

tetapijuga melihat peristiwa yang terjadi

c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk

membandingkan antara teori dan kenyataan

d. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

2. Kelemahan

Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa

kelemahan. Kelemahan tersebut dijabarkan oleh beberapa ahli, diantaranya: Menurut

Sanjaya W (2006) kekurangan metode demonstrasi adalah:

a. Metode demonstrsi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa

persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan

metode ini tidak efektif lagi.

17
b. Demonstrasi memerlukan peralatan,bahan-bahan, dan tempat yang memadai

yang bearti menggunakan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal

dibandingkan dengan ceramah.

c. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus,

sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Disamping itu metode

demonstrasi juga memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagusuntuk

keberhasilanproses pembelajaran siswa. (Abdul, 2018)

Huda (2010) mengungkapkan kelebihan metode demonstrasi dalam

pembelajaran antara lain:

1. Membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret

2. Memusatkan perhatian siswa pada pembelajaran

3. Lebih mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari

4. Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran dalam diri

siswa

5. Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari

6. Membuat proses pengajaran lebih menarik

7. Merangsang siswa untuk aktif mengamati antar teori dengan kenyataan

8. Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau cara kerja

suatu benda

9. Memudahkan berbagai jenis penjelasan

10. Memperbaiki kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah melalui pengamatan dan

contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.

18
Selain memiliki sepuluh kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki

beberapa kekurangan seperti yang diungkapkan oleh Huda (2010) antara lain:

1. Metode demonstrasi mengharuskan keterampilan guru secara khusus

2. Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti peralatan, tempat, dan

biyaya yang memadai setiap kelas

3. Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping waktu yang

cukup panjang

4. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

5. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai

materi atau barang yang didemonstrasikan. (Lailatul, 2017)

2.3 Metode Diskusi

2.3.1 Pengertian Diskusi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Diskusi diartikan sebagai suatu

pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Sebagai metode

pembelajaran berkelompok, diskusi biasanya membahas satu topik yang menjadi

perhatian umum dimana masing-masing anggota kelompok mempunyai kesempatan

yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat. Berdasarkan hal tersebut

diskusi dapat dikatakan sebagai metode partisipatif.

Menurut Suparman.S (2010) diskusi merupakan suatu metode atau cara

mengajar dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi, baik atau lebih, dimana

setiap peserta diskusi berhak mengajukan argumentasinya untuk memperkuat

pendapatnya. (Tri, 2016)

19
2.3.2 Pengertian Metode Diskusi

Ida (2012) mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang

sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (probem solving). Metode ini

lazim disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama

(socialized recitation). (Yosef, 2015)

Sedangkan menurut Semiawan (dalam Nurjamal, dkk, 2014) metode diskusi

adalah suatu cara penyampaian suatu materi pelajaran melalui sarana pertukaran

pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.

Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan

suatu metode dengan guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada siswa, dan

para siswa diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu

dengan teman-temannya. Dalam diskusi siswa dapat mengemukakan pendapat,

menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul, dan mengajukan saran-saran

dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari berbagai segi. (Ika, 2020)

2.3.3 Macam-macam Metode Diskusi

Metode diskusi dalam pembelajaran terdapat berbagai macam diskusi. Ditinjau

dari bentuknya, metode diskusi dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Whole Group, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal,

paripurna)

2. Buzz Group, merupakan suatu diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (3-6)

orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling berhadapan

untuk memudahkan pertukaran pendapat

20
3. Panel, merupakan suatu diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang dianggap ahli

untuk mendiskusikan objek tertentu dengan cara duduk melingkar yang dipimpin

oleh seorang moderator

4. Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi

beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masing-masing

melakukan tugas-tugas yang berbeda

5. Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas

berbagai aspek dengan subjek tertentu

6. Brainstorming, merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas

menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu, di bawah seorang

ketua dan dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek)

7. Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2

kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti tangkisan dengan

tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya

tinggi

8. Seminar, pada umumnya merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah.

Suatu pokok persoalan dibahas secara teoritis (Tri, 2016).

2.3.4 Langkah-langkah Metode Diskusi

Agar pelaksanaan diskusi berjalan efektif, maka perlu

diperhatikan langkah-langkah berikut ini :

1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan

pengarahan. perlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Bisa juga pokok

masalah yang akan didiskusikan ditentukan bersama oleh guru dan siswa. Dalam

21
hal ini guru harus merumuskan dengan jelas masalah yang akan dibahas

sehingga dapat difahami dengan baik oleh siswa

2. Guru mengatur pembagian kelompok, memilih pemimpin diskusi, mengatur

tempat duduk, ruangan dan peralatan pendukung lainnya

3. Menentukan jenis-jenis diskusi yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

4. Selama diskusi berlangsung, guru memperhatikan apakan jalannya diskusi sesuai

yang diharapkan. Hal ini bisa terlihat dari partisipasi siswa, fokus pembicaraan,

ketertiban diskusi, peran pemimpin, pemanfaatan wakatu dan hasil yang ingin

dicapai

5. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil

diskusi

6. Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh

pesertasebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya (Nurul, 2014).

Model pembelajaran diskusi mempunyai lima fase yaitu menyampaikan tujuan

dan mengatur setting, mengarahkan diskusi, menyelenggarakan diskusi, mengakhiri

diskusi dan tanya jawab (Mochammad, 2017).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sintaks diskusi pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Langkah-langkah Metode Diskusi

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1:
Menyampaikan tujuan dan  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus
mengatur setting dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi.

22
Tahap 2:
Mengarahkan diskusi  Guru mengarahkan fokus diskusi dengan
menguraikan aturan dasar, mengajukan pertanyaan
awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera
dijelaskan, atau menyampaikan isu diskusi.

Tahap 3:
Menyelenggarakan diskusi  Guru memonitor antar-aksi, mengajukan
pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa,
menanggapi gagasan, melaksanakan aturan dasar,
membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan
sendiri.

Tahap 4:
Mengakhiri Diskusi  Guru menutup diskusi dengan merangkum atau
mengungkapkan makna diskusi yang telah
diselenggarakan kepada siswa.

Tahap 5:
Melakukan tanya jawab  Guru menyuruh para siswa untuk memeriksa
singkat tentang proses proses diskusi dan berpkir siswa (Trianto, 2014).
diskusi itu

2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan

belajar mengajar, diantaranya:

1. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam

memberikan gagasan dan ide-ide

2. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap

permasalahan

3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara

verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai

pendapat orang lain

23
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:

1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa

yang memiliki keterampilan berbicara

2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan

menjadi kabur

3. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang

tidak terkontrol. Akibatnya, kadang kadang ada pihak yang merasa tersinggung,

sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran. (Lutfatul, 2013)

2.4 Keaktifan Belajar

2.4.1 Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan

dalam pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keaktifan berasal dari

kata dasar aktif yang berarti giat. Keaktifan belajar merupakan suatu proses kegiatan

belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional

sehingga siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan

kegiatan belajar, sehingga keaktifan belajar siswa adalah suatu proses kegiatan

belajar mengajar yang menuntut siswa terlibat aktif dan berpartisipasi dalam proses

pembelajaran sehingga mampu mengubah tingkah laku siswa. (Agustina, 2018)

Belajar secara aktif berarti keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran

sangat dominan. Keaktifan siswa selama proses belajar tergantung pada interaksi

siswa dengan lingkungannya. Sebagaimana dikemukan T. Raka Joni dalam Sudjana

(2008), “Peristiwa belajar terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi

dengan lingkungan belajar yang di atur oleh guru”. Jadi belajar adalah upaya

24
menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui

keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan belajar. (Riry, 2012)

Belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan

keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil

belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator

adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki

keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru

atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab

pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa ” hal yang

paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi

antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. (Ni, 2018)

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Keaktifan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Gagne dan Briggs faktor

faktor tersebut diantaranya:

1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

2. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa

4. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari)

5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya

6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

25
7. Memberi umpan balik (feed back)

8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa

selalu terpantau dan terukur

9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran (Nely, 2019)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan keaktifan dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor yaitu membuat pembelajaran menjadi menarik atau

memberikan motivasi kepada siswa dan keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu

cara meningkatkan keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang kurang

terlibat dalam proses pembelajaran. (Nugroho, 2016)

2.4.3 Klasifikasi Keaktifan Belajar

Menurut Sagala (2006: 124), keaktifan belajar terbagi menjadi keaktifan

jasmani maupun rohani meliputi:

1. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain

2. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan dalam memecahkan

masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan

3. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan

pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian

pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali

4. Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa mencintai

pelajarannya. (Maulida, 2020)

Keaktifan dalam belajar juga dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu keaktifan

yang dapat diamati (konkret) dan sulit diamati (abstrak). Kegiatan yang dapat

diamati, misalnya mendengar, menulis, membaca, menyanyi, menggambar, dan

berlatih. Kegiatan ini biasanya berhubungan dengan kerja otot (psikomotorik).

26
Sementara kegiatan yang sulit diamati berupa kegiatan psikis seperti menggunakan

khasanah pengetahuan untuk memecahkan masalah, membandingkan konsep,

menyimpulkan hasil pengamatan, dan berpikir tingkat tinggi. (Mukti,2016)

Menurut Paul D. Dierch dalam Hamalik (2005) jenis keaktifan belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati pekerjaan orang

lain

2. Kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi

3. Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan

4. Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi

angket

5. Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat grafik,

diagram peta, dan pola

6. Kegiatan motorik (Motor activities), yaitu melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang

7. Kegiatan mental (Mental activities), yaitu merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil

keputusan

27
8. Kegiatan emosional (Emotional activities) yaitu menaruh minat, merasa bosan,

gembira, berani, tenang, dan gugup (Marah, 2015)

Berdasarkan pendapat diatas tentang klasifikasi keaktifan belajar dapat

disimpulkan bahwa keaktifan belajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

macam, diantaranya: keaktifan jasmani dan keaktifan rohani.

Keaktifan jasmani dilakukan oleh peserta didik dengan menggunakan fisiknya.

Hal ini dilakukan setelah penggunaan panca indera dalam mengintepretasikan

sesuatu hal, otak akan mengolah data yang diterimanya, kemudian fisiknyalah yang

akan terlihat apakah peserta didik ini melakukan keaktifan atau tidak. Dalam

keaktifan rohani, perubahan tingkah laku yang terlihat adalah perubahan dalam

tingkat emosionalnya. Keaktifan ini berkaitan dengan emosi jiwa siswa.

2.4.4 Indikator Keaktifan Belajar.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator

adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar.

Sudjana (2006) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajar

b. Terlibat dalam pemecahan masalah

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang

dihadapinya

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis

28
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. (Agustina, 2017)

Menurut Djamarah (2010), keaktifan belajar dapat dilihat dari berbagai hal,

diantaranya:

a. Siswa belajar secara individual untuk menerapkan konsep, prinsip dan

generalisasi

b. Siswa belajar dalam bentuk kelompok untuk memecahkan masalah

c. Siswa berpatisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara

d. Siswa berani mengajukan pendapat

e. Terdapat keaktifan belajar analisis, sintesis, penilaian, dan kesimpulan

f. Terjalin hubungan sosial dalam melaksanakan kegiatan belajar

g. Setiap siswa dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat siswa lainnya

h. Setiap siswa berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia

i. Setiap siswa berusaha menilai hasil belajar yang dicapainya,

j. Terdapat usaha dari siswa untuk bertanya kepada guru dan meminta pendapat

guru dalam upaya kegiatan belajarnya. (Maulida, 2020)

2.5 Hasil Belajar

2.5.1 Pengertian Belajar

Menurut Hintzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri

manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku

manusia. Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang ditimbulkan

29
oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi perilaku dalam

kehidupan sehari-hari sampai batas tertentu. (Fitria, 2014)

2.5.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar hanya bisa diperoleh seseorang setelah

melaksanakan aktivitas belajar (RifaíI dan Anni, 2011). Lapono (2008)

menambahkan bahwa hasil belajar menjadikan perubahan tingkah laku sebagai

indikator seseorang memperoleh hasil belajar atau tidak. Hasil belajar diukur

berdasarkan terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang

telah melaksanakan proses belajar.

Menurut Bloom sebagaimana dikutip oleh Anni dan Rifai (2011) mengatakan

tiga taksonomi dalam ranah belajar, yaitu:

1. Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berupa pengetahuan mencakup

enam tingkatan yaitu tingkatan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis dan penilaian

2. Ranah afektif merupakan hasil belajar yang berkaitan dengan perasaan, minat,

sikap dan nilai yang terdiri dari lima tingkatan yaitu tingkatan penerimaan,

penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup

3. Ranah psikomotorik merupakan hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan

fisik seperti ketrampilan motorik, koordinasi syaraf, dll mencakup 5 tingkatan,

yaitu tingkatan peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian dan naturalisasi.

(Puji, 2016)

Menurut Robert M. Gagne dilihat dari tujuan belajar ada tipe hasil belajar, yaitu:

30
1. Kemampuan Intelektual, adalah sejumlah kemampuan mulai dari baca tulis

hitung sampai dengan kemampuan memperhitungkan kekuatan sebuah jembatan

atau akibat devaluasi.

2. Strategi kognitif , Kemampuan mengatur “cara belajar dan berfikir” seseorang

dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

(Self-management behavior)

3. Informasi Verbal, adalah kemampuan menyerap pengetahuan dalam arti

informasi dan fakta termasuk kemampuan untuk mencari dan mengolah

informasi.

4. Keterampilan motorik, adalah kemampuan yang erat kaitannya dengan

ketrampilan pisik seperti ketrampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka,

busur dan lain lain.

5. Sikap dan nilai, adalah kemampuan yang erat hubungannya dengan arah serta

intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagimana dapat disimpulkan

dari kecendrungan nya bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.

(Elis, 2016)

2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dicapai peserta didik melalui usaha-usaha sebagai

perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai secara optimal. Hasil belajar yang

diperoleh peserta didik tidak sama karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilannya dalam proses belajar.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi: faktor intern dan ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor

31
intern dikelompokan menjadi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor

kelelahan. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor ekstern

meliputi : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. (Slameto, 2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Faktor Intern (dalam diri siswa)

1.Faktor jasmaniah, yaitu: faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2.Faktor psikologis, yaitu: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan.

3.Faktor kelelahan, yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b. Faktor ekstern (faktor luar diri siswa)

1. Faktor keluarga, yaitu: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang

tua dan latar belakang kebudayaan.

2. Faktor sekolah, yaitu: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat, yaitu: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. (Hendra, 2018)

2.6 Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan topik

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrizal Eko Setiono (2010) yang berjudul

“penggunaan problem based learning dalam pembelajaran fisika melalui metode

32
demonstrasi dan diskusi ditinjau dari motivasi belajar siswa terhadap prestasi

belajar siswa di SMA”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa “Tidak ada

perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa antara penggunaan problem

based learning melalui metode demonstrasi dan metode diskusi. Siswa yang

diberi pembelajaran dengan pendekatan problem based learning melalui metode

demonstrasi mendapatkan prestasi belajar yang sama dengan siswa yang diberi

pembelajaran dengan pendekatan problem based learning melalui metode

diskusi. Pada penelitiannya, ditinjau variabel prestasi belajar sedangkan penulis

meninjau variabel Keaktifan dan hasil belajar siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Eka Fatchurrohmah, dkk (2017). Yang

berjudul “Pengaruh problem based learning melalui demonstrasi dan diskusi

terhadap kemampuan verbal”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

“pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) melalui

demonstrasi mampu meningkatkan kemampuan verbal siswa dibandingkan

dengan pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) melalui

diskusi”. Dalam penelitiannya ditinjau variabel kemampuan verbal, sedangkan

penulis meninjau variabel keaktifan dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan beberapa penelitian relevan yang ada, peneliti dapat melihat

persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah

terletak pada variabel keaktifan belajar , hasil blajar, dan penggunaan model problem

based learning melalui demonstrasi dan diskusi. Sedangkan perbedaannya terletak

pada mata pelajaran yang akan diteliti dimana pada penelitian ini fokus pada

pembelajaran IPA, jenis penelitian, tahun ajaran, jenjang pendidikan, lokasi

penelitian hingga variabel penelitian.

33
2.7 Kerangka Berpikir

Menurut Mujiman (2011) menyatakan bahwa kerangka pikir adalah

merupakan konsep berisikan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

dalam rangka memberikan jawaban sementara (Ningrum, 2027, h. 148).

Berdasarkan teori-teori yang telah diuraian pada tinjauan pustaka diatas maka

kerangka berfikir dapat diilustrasikan dengan diagram berikut:

Keaktifan Belajar (Y1)


Model Pembelajaran
Problem Based Learning
(PBL) Melalui Demonstrasi
dan Diskusi (X) Hasil Belajar (Y2)

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Oleh

karena itu masih perlu diuji kebenarannya. Suharsimi (2010) bahwa ”Hipotesis dapat

diartikan suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti

melalui data yang terkumpul”. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat penulis

jelaskan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara (Ningrum,

2027).

Pada penelitian ini perumusan hipotesisnya adalah :

1. Terdapat perbedaan pengaruh model PBL (Problem Based Learning) melalui

metode demonstrasi dan diskusi terhadap keaktifan belajar siswa.

34
2. Terdapat perbedaan pengaruh model PBL (Problem Based Learning) melalui

metode demonstrasi dan diskusi terhadap hasil belajar siswa.

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut

penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,

serta penampilan dari hasilnya (Nugroho, 2018).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Buton Tengah. Sekolah tersebut

berlokasi di Jl. Yosudarso No. 100, Kec. Mawasangka, Kab. Buton Tengah, Provinsi

Sulawesi Tenggara. Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas VIII semester genap

tahun pelajaran 2020/2021

3.3 Metode Penelitian

Metode Penelitian ini adalah quasi experiment dengan desain pretest-posttest

yang menggunakan dua kelas sebagai kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen

diberikan perlakuan berupa pembelajaran PBL melalui metode demonstrasi dan

diskusi (X1) dan satunya lagi melalui metode konvensional (X2). (Anis, 2017)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Mahir, 2016)

36
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Buton

Tengah yang terdiri dari 5 kelas, yakni kelas VIII A sampai dengan VIII E yang

berjumlah 156 orang.

Tabel 3.1. Populasi Siswa Kelas VIII di SMP N 4 Buton Tengah

No. Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rata

1. VIII A 27 77,8
2. VIII B 25 67
3. VIII C 25 67,5
4. VIII D 25 66,8
5. VIII E 26 66
Sumber : Dokumentasi Tata Usaha SMP Negeri 4 Buton Tengah

3.4.2 Sampel

Sugiyono (2011) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Mahir, 2016). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling Sugiyono

menyatakan “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu”. Sampel diambil dari kelas yang yang telah ditentukan

dengan tujuan dan kriteria tertentu yaitu sampel memiliki nilairata-rata kelas hampir

sama. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Keadaan Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rata Keterangan

37
1. VIII D 25 66,8 Eksperimen
2. VIII E 26 66 Kontrol
Berdasarkan tebel di atas, maka sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII

D dan siswa kelas VIII E karena mimiliki nilai rata-rata hampir sama yaitu kelas VIII

D memiliki nilai rata-rata 66,8 dan kelas VIII D memiliki nilairata-rata 66, Kemudian

dilakukan pengundian. Pengundian dilakukan untuk mengetahui mana yang akan

dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol Pengundian dilakukan dengan cara

menuliskan masing-masing kelas pada dua kertas dan digulung, gulungan yang jatuh

pertama dinyatakan sebagai kelas eksperimen dan gulungan yang tersisa adalah kelas

kontrol. Setelah dilakukan pengundian maka terpilih siswa kelas VIII D sebagai kelas

eksperimen yang mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

PBL melalui demonstrasi dan diskusi, dan siswa kelas VIII E sebagai kelas kontrol

yang mendapat perlakuan dengan menggunakan model konvensional.

3.5 Variabel dan Desain Penelitian

3.5.1 Variabel Penelitian

Menurut Sumadi Suryabrata “variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang

akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel

penelitian itu sebagai faktor–faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang

akan diteliti” (Sumadi Suryabrata, 2016).

Variabel penelitian menurut sugiyono adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini

terdapat 2 variabel yaitu:

38
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel yang menjadi

sebab timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu

model PBL, metode demonstrasi, dan metode diskusi.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah keaktifan dan hasil belajar IPA.

3.5.2 Desain Penelitian

Metode penelitian kuantitatif eksperimen memiliki macam-macam jenis desain.

Eksperimen pada penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari

suatu perlakuan. Desain penelitian yang digunakan dengan bentuk pretes-posttes 2

kelas experiment design. Dalam pretes-posttes 2 kelas experiment design terdapat

dua kelas yang telah dipilih dengan menggunakan tekhnik Purposive Samping,

kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol (Sugiono, 2016). Kelas eksperimen diberi

perlakuan dengan menggunakan model PBL melalui demonstrasi dan diskusi,

sedangkan kelas kontrol menggunakan model PBL melalui model konvensional.

Setelah selesai diberikan perlakuan kedua kelas tersebut diberi posttest

Rancangan experimen pada penelitian ini ditunjukan dalam Tabel dibawah ini:

Tabel 3.3. Desain Pretest-Postest Control Group

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen OE1 X1 OE2

Kontrol OK1 X2 OK2

Keterangan :

39
OE1 : pre-test (kelas eksperimen)

OE2 : post-test (kelas eksperimen)

OK1 : pre-test (kelas kontrol)

OK2 : post-test (kelas kontrol)

X1 : Model PBL melalui demonstrasi dan diskusi

X2 : Model PBL melalui model konvensional (Sugiono, 2013)

Tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui dan

menyelidiki ada tidaknya pengaruh sebab akibat suatu model atau metode

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan-

perlakuan tertentu pada kelompok yang diujikan, yaitu pada kelompok eksperimen

dan kontrol..

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Angket

Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Puji, 2016).

Teknik pengisian angket yang digunakan adalah untuk mengumpulkan data-data

mengenai keaktifan siswa dengan menggunakan skala likert.

Skala Likert menurut Djaali (2008) ialah skala yang dapat dipergunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. (Gusti, 2016, h. 49-50). Angket

dengan Skala Likert biasanya menyajikan pernyataan yang disertai dengan pilihan.

Pilihan pada skala Likert berupa frekuensi (selalu, sering, jarang, tidak pernah) atau

40
persetujuan (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju). Pilihan

jawaban dengan skala ini diskor secara berjenjang (ordinal). (Heri, 2015)

Tabel 3.4. kriteria penskoran instrumen

Pernyataan positif Skor Pernyataan negatif Skor


Selalu (SL) 4 Selalu (SL) 1
Sering (SR) 3 Sering (SR) 2
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang (KD) 3
(KD)
Tidak Pernah (TP) 1 Tidak Pernah (TP) 4

3.6.2 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2016: 240) menyatakan “Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang”. (Nuning, 2003).

Metode dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk memperoleh data

siswa, guru, foto kegiatan pembelajaran, surat-surat atau arsip dokumen sekolah.

3.6.3 Tes

Purwanto (2013) menyatakan bahwa, tes merupakan alat atau instrumen

untuk mengumpulkan data dari hasil respons peserta didik atas pertanyaan dalam

instrumen yang dimana tugas tersebut harus dijawab atau kerjakan oleh peserta didik.

Tes yang digunakan biasanya untuk mengukur tingkat kemampuan atau prestasi

siswa dalam bidang kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, dan

evaluasi. (Syamsul, 2019)

Instrumen tes ini diberikan pada saat sebelum perlakuan (pretest) dan setelah

perlakuan (posttest). Pretest merupakan tes awal sebelum dilakukan eksperimen pada

sampel penelitian dan menjadi langkah awal dalam penyamaan kondisi antara

41
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan posttest digunakan untuk

uji akhir eksperimen dengan tujuan untuk mendapatkan nilai sampel pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberi perlakuan berupa model Problem

Based Learning melalui domonstrasi dan diskusi dan tanpa perlakuan model

Problem Based Learning melalui domonstrasi dan diskusi

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik

(Arikunto, 2013). Instrumen penelitian sangat berperan penting dalam menentukan

kualitas suatu penelitian karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh sangat

ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan (Alwan,2017).

3.7.1 Instrumen Untuk Mengukur Keaktifan Belajar

Tabel 3.5. Kisi-kisi Variabel Keaktifan Belajar

Variabel Aspek Indikator No. Soal


Keaktifan Interaksi dengan  Mendengarkan dan 1,2,3,4,5
Belajar guru memperhatikan materi
dari guru
 Mencatat materi yang
diberikan guru
 Mencari informasi yang
berkaitan dengan materi
pelajaran
 Bertanya kepada guru
jika tidak paham
terhadap materi yang
disampaikan.
 Berani menyampaikan
pendapat ketika diminta
guru
Interaksi dengan  Mendengarkan dan 6,7
siswa memperhatikan pada saat
teman lain yang
menjelaskan materi.

42
 Memberikan informasi
yang berkaitan dengan
materi pelajaran kepada
teman jika ada teman
yang belum paham
tentang materi tersebut.
Kerjasama dengan  Bertanya pada teman 8,9,10,11
teman sekelompok sekelompok jika belum
paham dengan materi ,12
yang dipelajari
 Berani menyampaikan
pendapat ketika ditanya
oleh teman kelompok
 Berpartisipasi dalam
kelompok
 Ikut serta dalam diskusi
kelompok
 setiap pendapat teman
yang berbeda
Mengerjakan soal  Mencatat soal dan hasil 8,9,10,11
dan Tugas pembahasan yang
diberiakan oleh guru
 Mengerjakan LKS yang
diberikan.
Motivasi dalam  Ikut membuat 13,14,15
mengikuti pelajaran kesimpulan materi yang
telah dipelajari
 Memanfaatkan sumber
belajar {Misal : buku,
lingkungan sekitar, dll}
yang ada untuk lebih
memahami materi
 Merasa tidak perlu
berusaha mempelajari
karena sudah menjadi
tugas guru memberikan
materi kepada siswa.

3.7.2 Instrumen Untuk Mengukur Hasil Belajar

Tabel 3.6 Kisi-kisi Variabel Hasil Belajar

Kompetensi Dasar Indikator Aspek Bentuk Tes No. Soal

43
Kognitif Tertulis (PJ)

3.8 Menjelaskan Menjelaskan C1 PG 1,2


konsep tekanan zat konsep tekanan
dan penerapannya
dalam kehidupan Menganalisis C4 PG 3,4,5,6,7
sehari-hari, hubungan
termasuk tekanan antara gaya
darah, osmosis, dan dan luas
kapilaritas jaringan penampang
angkut pada
Menjelaskan C1 PG 8,9,10,11,1
tumbuhan
tekanan 2,13
hidrostatis

Menjelaska C1 PG 14,15,16
hukum
Archimedes

Menganalisis C4 PG 17,181,19,
penerapan 20,21,22
hukum
archimedes
pada benda
yang terapung,
melayang dan
tenggelam

Menjelaskan C1 PG 23,24,25
hukum pascal

Menerapkan C4 PG 26,27
hukum pascal
pada benda
dalam
kehidupan
sehari-hari

Menjelaskan C1 PG 28
proses
pengangkutan
air dan nutrisi
pada tumbuhan

Menjelaskan C1 PG 29,30
proses tekanan
darah pada
proses sistem
peredaran
darah manusia

44
3.8 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.8.1 Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2010) validitas merupakan suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen

yang valid akan mempunyai validitas tinggi dan sebaliknya instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas yang rendah.

Uji validitas instrumen penelitian dilakukan dengan menganalisis hubungan

antar skor setiap butir soal dengan total skor. Sugiyono (2010) rumus korelasi yang

dapat digunakan yang dikemukakan oleh pearson dikenal dengan rumus Korelasi

Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = Koefisien antara variabel X dan Y

N = Jumlah sampel

X = jumlah skor item

Y = jumlah skor soal

=jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Kaidah keputusan : Jika rhitung> rtabel berarti valid, sebaliknya jika rhitung< rtabel

berarti tidak valid atau drop out.

45
Tabel 3.6; Tabel Interpretasi Nilai r

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,81 - 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

Sumber: Abidin dan Purwanto, 2015.

3.8.2 Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang valid belum tentu reliabel. Suatu alat pengukur dikatakan

reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan

senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Uji reliabilitas ini pada penelitian ini

menggunakan rumus K-R. 21 yaitu:

Keterangan:

r11 = Realiabilitas Instrumen seluruh soal

N = banyaknya item soal

M = Mean (skor rata-rata)

nSt2 = Varians total yaitu varians skor total (Arikunto, 2006)

46
Hasil perhitungan dari rumus K-R 21 (r11) dikonsultasikan dengan nilai rtabel

pada α sebesar 5% atau 0,05, maka kaidah keputusannya sebagai berikut. Jika r11 >

rtabel berarti reliabel, sedangkan jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel.

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen

ditentukan berdasarkan kriteria menurut Guilford berikut:

Tabel 3.7; kriteria Koefisien Korelasi Reliabiltas Instrumen

Koefisien Korelasi Korelasi Interpretasi Reliabilitas

0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat Tinggi Sangat tetap/sangat baik

0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi Tetap/baik

0,40 ≤ r < 0,60 Sedang Cukup tetap/ cukup baik

0,20 ≤ r < 0,40 Rendah Tidak tetap/buruk

r < 0,20 Sangat Rendah Sangat tidak tetap/sangat tidak baik

Sumber: Sunarti dan Selly, 2013.

3.9 Teknik Analisis Data

3.9.1 Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Statistika deskriptif adalah teknik statistika yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi (Sovia, 2016).

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-Rata (Mean)

47
Rata-rata dihitung dengan rumus sebagai berikut, untuk data tunggal

frekuensi berulang.

Keterangan:

X = rata-rata nilai

f = frekuensi

x = data yang berfrekuensi

N = Total data

2. Menghitung Rentang Data

Rentang data (range) dihitung dengan jalan mengurangi data yang terbesar

dengan data terkecil yang ada dalam kelompok itu. Rumusnya adalah:

R= xt - xr

Keterangan:

R = Rentang

xt = Data terbesar dalam kelompok

xr = Data terkecil dalam kelompok (Sumardi, 2020)

3. Jumlah Kelas Interval

Jumlah kelas interval dihitung dengan rumus sebagai berikut:

48
Keterangan:

K = jumlah kelas interval

n = jumlah data observasi

log = logaritma (Indra, 2019)

4. Menentukan Panjang Kelas

Dalam penentuan panjang kelas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = panjang kelas

R = rentang data

K = jumlah kelas interval (Indra, 2019)

5. Varians dan Standar Deviasi

Varians merupakan jumlah kuadrat semua deviasi semua nilai-nilai individual

terhadap rata-rata kelompok. Sedangkan standar deviasi adalah nilai statistik yang

dimanfaatkan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, serta

seberapa dekat titik data individu ke mean atau rata-rata sampel atau akar dari

varians. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Rumus varians:

49
Rumus standar deviasi:

Keterangan :

S2 = varians

S = standar Deviasi

Xi= nilai x ke-i

x= Rata-rata

n = Jumlah sampel (Indra, 2019).

6. Menghitung Persentase

Untuk menghitung persentase digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = persentase

∑F = jumlah frekuesi

N = jumlah responden (Indra, 2019)

7. Tabel Kecenderungan Kategori

50
Deskripsi selanjutnya adalah menentukan pengkategorian skor (X) yang

diperoleh masing-masing variabel. Dari skor tersebut kemudian dibagi menjadi tiga

kategori. Pengkategorian dilaksanakan berdasarkan Mean (M) dan Standar Deviasi

(S) yang diperoleh. Tingkat kecenderungan dibedakan menjadi tiga kategori sebagai

berikut:

X ≥ (M + SD ) : tinggi

(M-SDM) ≤ X < (M+SD) : sedang

(M-S) : rendah (Indra, 2019)

3.9.2 Teknik Analisis Statistik Inferensial

Statistika inferensial adalah statistika yang digunakan untuk menganalisis

data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk menyimpulkan populasi (Syafriandi,

2018). Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang

diajukan. Untuk menguji hipotesis, sebelumnya harus dilakukan uji prasyarat analisis

yaitu uji normalitas dan uji homogenitas dan selanjutnya melakukan pengujian

hipotesis. Secara berturut-turut diuraikan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai

sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut

berdistribusi normal ataukah tidak. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data

yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal

(Dodiy, 2018). Penggunaan parametris mensyaratkan data setiap variabel yang

dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2011). Salah satu uji yang bisa

51
digunakan untuk menguji normalitas data adalah Kolmogorof-Smirnov test. (Putri,

2013)

2. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas, dilakukan juga uji homogenitas. Uji ini untuk mengetahui

kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah

uji homogenitas dua varians atau uji F (Sugiyono, 2016) Langkah-langkah

melakukan pengujian homogenitas dengan uji F sebagai berikut: (Supardi, 2012).

1. Tentukan taraf signifikansi (α) untuk menguji hipotesis:

2. H0 : = (kedua kelompok populasi memiliki varians yang homogen)

3. H1 : ≠ (kedua kelompok populasi tidak memiliki varians yang

homogen)

Dengan kriteria pengujian:

Terima H0 jika Fhitumg < Ftabel; dan

Tolak H0 jika Fhitumg > Ftabel

4. Menghitung varians tiap kelompok data

5. Tentukan nilai Fhitung, yaitu:

Fhitung

52
6. Tentukan nilai Ftabel untuk taraf signifikansi α, dk1 = dkpembilang = na – 1, dan

dk2 = dkpenyebut = nb – 1. Dalam hal ini, na = nb = banyaknya data kelompok

varians terkecil.

7. Lakukan pengujian dengan cara membandingkan Fhitung dan Ftabel

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari

variabel bebas terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2010). Pengujian dalam

penelitian ini yaitu hipotesis pertama menggunakan Uji-t komparatif dua sampel

independen, yaitu untuk mengetahui keaktifan belajar siswa yang diberi pengajaran

melalui model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan

Diskusi lebih tinggi dari pada siswa yang diberi pengajaran tanpa model Problem

Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi. Untuk menguji hipotesis kedua

juga menggunakan Uji-t komparatif dua sampel independen, yaitu untuk mengetahui

hasil belajar siswa yang diberi pengajaran dengan model pembelajaran Problem

Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi lebih tinggi daripada siswa yang

diberi pengajaran tanpa model Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan

Diskusi.

Uji t-test komparatif dua sample independen kriteria data diperoleh dari 𝑛1 = 𝑛2

dengan varians homogen maka pengujian hipotesis digunakan uji-t komparatif dua

sample independen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus Separated

Varian sebagai berikut : (Sugiyono, 2010).

53
Keterangan :

Keterangan :
x1 = Nilai rata-rata sampel 1 s22 = Variansi sampel 2
x2 = Nilai rata-rata sampel 2 n1 = Jumlah sampel 1
S12 = Variansi sampel 1 n2 = Jumlah sampel 2

Hipotesis penelitian akan di uji dengan kriteria pengujian sebagai

berikut:

H0 = Tidak ada perbedaan, jika nilai t hitung < t table

H1 = Ada perbedaan, jika t hitung > t table

4. Uji Normal Gain (N-Gain)

Uji gain ternormalisasi (N-Gain) dilakukan untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar kognitif siswa setelah diberikan perlakuan. Peningkatan ini diambil dari

nilai pretest dan posttest yang didapatkan oleh siswa. Gain ternormalisasi yang

disingkat dengan N-Gain merupakan perbandingan skor gain aktual dan skor

maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa, sedangkan skor

gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.

Hasil penelitian yang diperoleh diuji dengan menggunakan nilai gain yang

ternormalisasi, yaitu perbandingan antara rata-rata pertumbuhan nyata dengan

pertumbuhan rata-rata maksimum yang mungkin. Yaitu dengan rumus: (Usman dan

Akbar, 2008)

Tabel 3.8; Kriteria Nilai N-Gain

No. N-Gain Kemajuan

54
1 N-Gain ≥ 0,70 Tinggi

2 0,7 > N-Gain > 0,3 Sedang

3 N-Gain ≤ 0,3 Rendah

3.10 Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdapat prosedur atau alur penelitian yang akan

dilaksanakan dalam melakukan penelitian sebagaimana digambarkan sebagai berikut:

Studi Survei
Literatur Pendahuluan

Analisis Masalah

Penyusunan Instrumen

Uji Validitas dan Reabilitas

PELAKSANAAN
Penelitian
Pretes Pretes

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

PERLAKUAN

Model Pembelajaran PBL Tanpa Model Pembelajaran


melalui demonstrasi dan PBL melalui demonstrasi
Diskusi dan Diskusi

Postes Postes

Pengumpulan Data Analisis Data Pengumpulan Data

Penulisan Laporan hasil


penelitian

Penyusunan
55Skripsi
HASIL BELAJAR IPA DI SMPN 1 BESULUTU
Gambar 3.1 Prosedur dan Alur Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan dan hasil belajar

pokok bahasan tekanan zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa

kelas VIII SMP Negeri 4 Buton Tengah. Data keaktifan dan hasil belajar siswa

berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan meliputi data keaktifan yaitu

menggunakan angket dan nilai pre-test post-test dari dua kelas yang berbeda. Dalam

penelitian ini digunakan 2 kelas, yakni kelas VIII.D sebagai kelas eksperimen dan

kelas VIII.E sebagai kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran yang

berbeda.

Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi pada kelas eksperimen dan pembelajaran tidak

menggunakan model Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi

pada kelas kontrol. Jumlah sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-

masing sebanyak 25 siswa. Pokok bahasan pembelajaran IPA yang disampaikan

56
adalah tekanan zat dan penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari. Untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa, maka

akan dijelaskan secara rinci melalui data analisis berikut.

1.1.1 Deskriptif Data Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, deskriptif data berisi informasi data masing-masing

variabel meliputi : rata-rata (mean), nilai maksimm, nilai minimum, varians, standar

deviasi, rentang data, banyak kelas, panjang kelas, persentase, tabel distribusi

frekuensi, diagram batang frekuensi dan tabel distribusi kategorisasi. Instrumen pada

penelitian ini yaitu berupa angket variabel motivasi belajar pre-test dan post-test pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan untuk variabel hasil belajar yaitu

berupa soal pre-test dan pos-test pada kelas eksperimen dan kontrol siswa kelas VIII

SMP Negeri 4 Buton Tengah, Kab. Buton.

1.1.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Pre-test dan Post-test Keaktifan Belajar Pada

Kelas Eksperimen

1.1.1.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Pre-test Keaktifan Belajar Pada Kelas

Eksperimen

Data hasil analisis statistik deskriptif pre-test motivasi belajar siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Data pre-test Keaktifan belajar kelas eksperimen

57
Kelas Eksperimen

Statistik Pre-test Sumber: Data diolah dengan


N 25
software SPPS
Rata-rata (Mean) 61,88

Nilai maksimum 78 Berdasarkan tabel 4.1 di atas,

dapat Nilai minimum 52 diketahui bahwa keaktifan

belajar Varians 57,94 siswa kelas eksperimen

sebelum Standar deviasi 7,61 perlakuan (pre-test) memilki

nilai rata-rata 61,88, nilai maksimum sebesar 78, nilai minimum sebesar 52, varians

sebesar 57,94 dan standar deviasi sebesar 7,61. Untuk distribusi frekuensi pre-test

keaktifan belajar kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pre-test eksperimen

N0. Nilai Frekuensi Persentase


1 52-55 8 32
2 56-59 3 12
3 60-63 5 20
4 64-67 2 8
5 68-71 4 16
6 72-75 1 4
7 76-79 2 8
Sumber: Data primer diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, maka hasil pengolahan data tersebut dapat

ditampilkan melalui gambar diagram batang sebagai berikut:

58
Gambar 4.1 Diagram batang pre-test keaktifan belajar kelas eksperimen

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa

kelas eksperimen sebelum perlakuan (pre-test) frekuensi tertinggi terletak pada nilai

interval 52 – 55 sebanyak 8 orang siswa dengan persentase 32% dan frekuensi

terendah terletak pada nilai interval 72 – 75 sebanyak 1 orang siswa dengan

persentase 4%.

Untuk mengetahui kecenderungan motivasi belajar siswa sebelum perlakuan

(pre-tes) pada kelas eksperimen dimana nilai mean sebesar 61,88 dan nilai standar

deviasi sebesar 7,61. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh kriteria

kecenderungan pre-test keaktifan belajar kelas eksperimen sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi kategorisasi pre-test keaktifan belajar kelas eksperimen

Pre-test
Kategori
Skor Frekuensi %

Tinggi X ≥ 69 6 24

Sedang 55 ≤ X < 69 17 68

Rendah X < 55 2 8

Jumlah 25 100

59
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, bahwa kecenderungan keaktifan belajar siswa

kelas eksperimen sebelum perlakuan (pre-test) untuk kategori tinggi sebanyak 6

orang siswa dengan persentase 24%, kategori sedang sebanyak 17 orang siswa

dengan presentase 68%, kategori rendah sebanyak 2 orang siswa dengan persentase

8%. Jadi mayoritas kecenderungan penilaian responden pada variabel keaktifan

belajar sebelum perlakuan (pre-test) pada kelas eksperimen dalam kategori sedang

yaitu sebanyak 17 orang siswa (68%).

4.1.1.1.2. Analisis Statistik Deskriptif Post-test Keaktifan Belajar Pada Kelas

Eksperimen

Data hasil analisis statistik deskriptif post-test keaktifan belajar siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 4.4. Data post-test keaktifan belajar kelas eksperimen

Kelas Eksperimen

Statistik Post-test

N 25

Rata-rata (Mean) 75,76

Nilai maksimum 88

Nilai minimum 62

Varians 61,27

Standar deviasi 7,82

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

60
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa

kelas eksperimen setelah perlakuan (post-test) memilki nilai rata-rata 75,76, nilai

maksimum sebesar 88, nilai minimum sebesar 62, varians sebesar 61,27 dan standar

deviasi sebesar 7,82. Untuk distribus frekuensi post-test keaktifan belajar kelas

eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi post-test eksperimen

No. Nilai Frekuensi Persentase


1 62-65 2 8
2 66-69 3 12
3 70-73 6 24
4 74-77 4 16
5 78-81 3 12
6 82-85 3 12
7 86-89 4 16
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, maka hasil pengolahan data tersebut dapat

ditampilkan melalui gambar diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.2 Diagram batang post-test keaktifan belajar kelas eksperimen

61
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, menunjukkan bahwa keatifan belajar siswa

kelas eksperimen setelah perlakuan (post-test) frekuensi tertinggi terletak pada nilai

interval 70 – 73 sebanyak 6 orang siswa dengan persentase 24% dan frekuensi

terendah terletak pada nilai interval 62 – 65 sebanyak 2 orang siswa dengan

persentase 8%.

Untuk mengetahui kecenderungan keaktifan belajar siswa setelah perlakuan

(post-test) pada kelas eksperimen dimana nilai mean sebesar 75,76 dan nilai standar

deviasi sebesar 7,82. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh kriteria

kecenderungan post-test keaktifan belajar kelas eksperimen sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi kategorisasi post-test motivasi belajar kelas eksperimen

Post-test
Kategori
Skor Frekuensi %

Tinggi X ≥83 6 24

Sedang 67 ≤ X < 83 15 60

Rendah X < 67 4 16

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.6 kecenderungan keaktifan belajar sesudah perlakuan

(post-test) untuk kategori tinggi sebanyak 6 orang siswa dengan persentase 24%,

kategori sedang sebanyak 15 orang siswa dengan persentase 60%, kategori rendah

sebanyak 4 orang siswa dengan presentase 16%. Jadi mayoritas kecenderungan

variabel keaktifan belajar setelah perlakuan (post-test) pada kelas eksperimen dalam

kategori sedang yaitu sebanyak 15 orang siswa (60%).

62
4.1.1.2. Analisis Statistik Deskriptif Pre-test dan Post-test Keaktifan Belajar

Pada Kelas Kontrol

4.1.1.2.1. Analisis Statistik Deskriptif Pre-test Keaktifan Belajar Kelas Kontrol

Data hasil analsisis statistik deskriptif pretest keaktifan belajar siswa yang

diajar tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 4.7 Data pre-test keaktifan belajar kelas kontrol

Kelas Kontrol

Statistik Pre-test

N 25

Rata-rata (Mean) 58,68

Nilai maksimum 68

Nilai minimum 48

Varians 40,28

Standar deviasi 6,34

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa

kelas kontrol sebelum perlakuan (pre-test) dengan nilai rata – rata 58,68, nilai

maksimum sebesar 68, nilai minimum 48, varians sebesar 40,28 dan standar deviasi

sebesar 6,34. Distribusi frekuensi pre-test keaktifan belajar siswa kelas kontrol

disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi pre-test keaktifan belajar kelas kontrol

No. Nilai Frekuensi Persentase

63
1 48-50 2 8
2 51-53 3 12
3 54-56 5 20
4 57-59 2 8
5 60-62 6 24
6 63-65 3 12
7 66-68 4 16
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka hasil pengolahan data tersebut dapat

ditampilkan melalui gambar diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.3 Diagram batang pre-test keaktifan belajar kelas kontrol

Berdasarkan gambar 4.3 di atas, menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa

kelas kontrol sebelum perlakuan (pre-test), frekuensi tertinggi terletak pada nilai

interval 60 – 62 sebanyak 6 orang siswa dengan persentase 24% dan frekuensi

terendah terletak pada nilai interval 48 – 50 dan 57 - 59 masing – masing sebanyak 2

orang siswa dengan persentase 8%.

Untuk mengetahui kecenderungan keaktifan belajar siswa sebelum perlakuan

(pre-test) pada kelas kontrol dimana nilai mean sebesar 58,68 dan nilai standar

64
deviasi sebesar 6,34. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh kriteria

kecenderungan pre-test keaktifan belajar kelas kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi kategorisasi pre-test kontrol

Pre-test
Kategori 5
Skor Frekuensi %

2
Tinggi X ≥ 65 6 24

6
Sedang 53 ≤ X < 65 15 60

6
Rendah X < 53 4 16

1
Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, bahwa kecenderungan keaktifan belajar siswa

kelas kontrol sebelum perlakuan (pre-test) pada kategori tinggi yaitu sebanyak 6

orang siswa dengan persentase 24%, kategori sedang yaitu sebanyak 15 orang siswa

dengan persentase 60% dan rendah berjumlah 4 orang dengan persentase 16%. Jadi

mayoritas kecenderungan variabel keaktifan belajar sebelum perlakuan (pre-test)

pada kelas kontrol dalam kategori sedang yaitu sebanyak 15 orang siswa (60%).

4.1.1.2.2. Analisis Statistik Deskriptif Post-test Keaktifan Belajar Kelas Kontrol

Data hasil analsisis statistik deskriptif post-test keaktifan belajar siswa yang

diajar tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

65
Tabel 4.10 Data post-test keaktifan belajar kelas control

Kelas Kontrol

Statistik Post-test

N 25

Rata-rata (Mean) 70,2

Nilai maksimum 83

Nilai minimum 60

Varians 49,86

Standar deviasi 7

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa

kelas kontrol sesudah perlakuan (post-test) memilki nilai rata-rata 70,2, nilai

maksimum sebesar 83, nilai minimum 60, varians sebesar 49,86, dan nilai standar

deviasi sebesar 7. Distribusi frekuensi post-test keaktifan belajar siswa kelas kontrol

disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi post-test keaktifan belajar kelas kontrol

No. Nilai Frekuensi Persentase


1 60-63 4 16
2 64-67 6 24
3 68-71 4 16
4 72-75 6 24
5 76-79 1 4
6 80-83 4 16
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

66
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, maka hasil pengolahan data tersebut

dapat ditampilkan melalui gambar diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.4 Diagram batang post-test keaktifan belajar kelas kontrol

Berdasarkan gambar 4.4 di atas, menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa

kelas kontrol setelah perlakuan (post-test), frekuensi tertinggi terletak pada nilai

interval 64 – 67 dan 72 – 75 masing-masing sebanyak 6 orang siswa dengan

persentase 24% dan frekuensi terendah terletak pada nilai interval 76 – 79 sebanyak 1

orang siswa dengan persentase 4%.

Untuk mengetahui kecenderungan keaktifan belajar siswa setelah

perlakuan (post--test) pada kelas kontrol dimana nilai mean sebesar 70,2 dan nilai

standar deviasi sebesar 7. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh kriteria

kecenderungan post-test keaktifan belajar kelas kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.12 Kategorisasi post-test keaktifan belajar kelas kontrol

Kategori Post-test

Skor Frekuensi 5

67
%

1
Tinggi X ≥ 77 4 16

7
Sedang 6 3≤ X < 77 19 76

8
Rendah X < 63 2 8

1
Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, bahwa kecenderungan keaktifan belajar

siswa kelas kontrol setelah perlakuan perlakuan (post-test pada kategori tinggi yaitu

sebanyak 4 orang siswa dengan persentase 16%, kategori sedang yaitu sebanyak 19

orang siswa dengan persentase 76% dan rendah berjumlah 2 orang dengan persentase

8%. Jadi mayoritas kecenderungan variabel keaktifan belajar setelah perlakuan (post-

test) dalam kategori sedang yaitu sebanyak 19 orang siswa (76%).

4.1.1.3. Analisis Statistik Deskriptif Pre-test dan Post-test Hasil Belajar Kelas

Eksperimen

4.1.1.3.1. Analisis Statistik Deskriptif Pre-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Data hasil analsisis statistik deskriptif pre-test hasil belajar siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi

dan Diskusi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 4.13 Data pre-test hasil belajar kelas eksperimen

Kelas Eksperimen

Statistik Pre-test

68
N 25

Rata-rata (Mean) 45,8

Nilai maksimum 65

Nilai minimum 30

Varians 70,16

Standar deviasi 8,37

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas

eksperimen sebelum perlakuan (pre-test) memiliki rata-rata sebesar 45,8. Nilai

maksimum sebesar 65, nilai minimum sebesar 30, varians sebesar 70,16 dan nilai

standar deviasi sebesar 8,37. Distribusi frekuensi pre-test hasil belajar siswa kelas

eksperimen disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 4.14 Distribusi frekuensi pre-test hasil belajar kelas eksperimen

No. Nilai Frekuensi Persentase


1 30-35 5 20
2 36-41 2 8
3 42-47 9 36
4 48-53 4 16
5 54-59 3 12
6 60-65 2 8
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, maka hasil pengolahan data tersebut dapat

ditampilkan melalui gambar diagram batang sebagai berikut:

69
Gambar 4.5 Diagram batang pre-test hasil belajar kelas eksperimen

Berdasarkan gambar diagram 4.5 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

kelas eksperimen sebelum perlakuan (pre-test) frekuensi tertinggi terletak pada nilai

interval 42 – 47 sebanyak 9 orang siswa dengan persentase 36% dan frekuensi

terendah terletak pada nilai interval 36 – 41 dan 60 – 65 masing-masing sebanyak 2

orang siswa dengan persentase 8%.

Untuk mengetahui kecenderungan hasil belajar siswa sebelum perlakuan

(pre-test) pada kelas eksperimen dimana nilai mean sebesar 45,8 dan nilai standar

deviasi sebesar 8,37. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh kriteria

kecenderungan pre-test hasil belajar kelas eksperimen sebagai berikut:

Tabel 4.15 Kategorisasi pre-test hasil belajar kelas eksperimen

Pre-test
Kategori 5
Skor Frekuensi %

2
Tinggi X ≥ 54 5 20

Sedang 38 ≤ X < 54 15 6

70
60

2
Rendah X < 38 5 20

1
Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer Diolah,2021

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, bahwa kecenderungan hasil belajar

siswa kelas eksperimen sebelum perlakuan perlakuan (pre-test) pada kategori tinggi

yaitu sebanyak 5 orang siswa dengan persentase 20%, kategori sedang yaitu

sebanyak 15 orang siswa dengan persentase 60% dan rendah berjumlah 5 orang

dengan persentase 20%. Jadi mayoritas kecenderungan variabel hasil belajar seelum

perlakuan (pre-test) dalam kategori sedang yaitu sebanyak 15 orang siswa (60%).

4.1.1.3.2. Analisis Statistik Deskriptif Post-test Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Data hasil analsisis statistik deskriptif post-test hasil belajar siswa yang

diajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 4.16 Data post-test hasil belajar kelas eksperimen

Kelas Eksperimen

Statistik Post-test

N 25

Rata-rata (Mean) 73,6

Nilai maksimum 85

Nilai minimum 55

Varians 94,83

Standar deviasi 9,73

71
Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

kelas eksperimen setelah perlakuan (post-test) memiliki rata-rata sebesar 73,6. Nilai

maksimum sebesar 85, nilai minimum sebesar 55, varians sebesar 94,83 dan nilai

standar deviasi sebesar 9,73. Distribusi frekuensi post-test hasil belajar siswa kelas

eksperimen disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 4.17 Distribusi frekuensi post-test hasil belajar kelas eksperimen

No. Nilai Frekuensi Persentase


1 55-59 3 12
2 60-64 1 4
3 65-69 2 8
4 70-74 4 16
5 75-79 3 12
6 80-84 8 32
7 85-89 4 16
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, maka hasil pengolahan data tersebut dapat

ditampilkan melalui gambar diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.6 Diagram batang post-test hasil belajar kelas eksperimen

72
Berdasarkan gambar 4.6 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

kelas eksperimen setelah perlakuan (post-test) frekuensi tertinggi terletak pada nilai

interval 80 – 84 sebanyak 8 orang siswa dengan persentase 32% dan frekuensi

terendah terletak pada nilai interval 60 – 64 sebanyak 1 orang siswa dengan

persentase 4%.

Untuk mengetahui kecenderungan hasil belajar siswa ssetelah perlakuan

(post-test) pada kelas eksperimen dimana nilai mean sebesar 73,6 dan nilai standar

deviasi sebesar 9,73. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh kriteria

kecenderungan post-test hasil belajar kelas eksperimen sebagai berikut:

Tabel 4.18 Kategorisasi post-test hasil belajar siswa kelas eksperimen

Post-test
Kategori 5
Skor Frekuensi %

1
Tinggi X ≥ 83 4 16

6
Sedang 63≤ X < 83 17 68

1
Rendah X < 63 4 16

1
Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.18 di atas, bahwa kecenderungan hasil belajar siswa

kelas eksperimen setelah perlakuan (post-test) pada kategori tinggi sebanyak 4 orang

siswa dengan persentase 16%, kategori sedang sebanyak 17 orang siswa dengan

persentase 68%, dan kategori rendah sebanyak 4 orang siswa dengan persentase 16%.

73
Jadi mayoritas kecenderungan variabel hasil belajar setelah perlakuan (post-test)

dalam kategori sedang yaitu sebanyak 17 orang siswa (68%).

4.1.1.4. Analisis Statistik Deskriptif Deskriptif Pre-test dan Post-test Hasil

Belajar Kelas Kontrol

4.1.1.4.1. Analisis Statistik Deskriptif Pre-test Hasil Belajar Kelas Kontrol

Data hasil analisis statistik deskriptif pre-test hasil belajar siswa yang diajar

tanpa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel 4.19 Data pre-tes hasil belajar kelas control

Kelas Kontrol

Statistik Pre-test

N 25

Rata-rata (Mean) 42,6

Nilai maksimum 60

Nilai minimum 25

Varians 65,38

Standar deviasi 8,08

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.19 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar kelas

kontrol sebelum perlakuan (pre-test) memiliki nilai rata-rata sebesar 42,6 nilai

maksimum sebesar 60, nilai minimum 25, varians sebesar 65,38, dan nilai standar

deviasi sebesar 8,08. Distribusi frekuensi pre-test hasil belajar siswa kelas kontrol

disajikan pada Tabel berikut:

74
Tabel 4.20 Distribusi frekuensi pre-test hasil belajar kelas kontrol

No. Nilai Frekuensi Persentase


1 25-30 2 8
2 31-36 6 24
3 37-42 3 12
4 43-48 8 32
5 49-54 3 12
6 55-60 3 12
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.20 di atas, maka hasil pengolahan data tersebut dapat

ditampilkan melalui gambar diagram batang sebagai berikut:

Gambar 4.7 Diagram batang pre-test hasil belajar kelas kontrol

Berdasarkan gambar 4.7 di atas, menunjukkan bahwa bahwa hasil belajar

siswa kelas kontrol sebelum perlakuan (pretest) frekuensi tertinggi terletak pada nilai

interval 43 – 48 sebanyak 8 orang siswa dengan persentase 32% dan frekuensi

terendah terletak pada nilai interval 25 – 30 sebanyak 2 orang siswa dengan

persentase 8%.

75
Untuk mengetahui kecenderungan hasil belajar siswa ssetelah perlakuan

(pre-test) pada kelas eksperimen dimana nilai mean sebesar 42,6 dan nilai standar

deviasi sebesar 8,08. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh kriteria

kecenderungan pre-test hasil belajar kelas kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.21 Kategorisasi pre-test hasil belajar siswa kelas control

Pre-test
Kategori
Skor Frekuensi %

Tinggi X ≥ 51 3 12

Sedang 35≤ X < 50 20 80

Rendah X < 34 2 8

Jumlah 25 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.21 di atas, bahwa kecenderungan hasil belajar siswa

kelas eksperimen setelah perlakuan (pre-test) pada kategori tinggi sebanyak 3 orang

siswa dengan persentase 12%, kategori sedang sebanyak 20 orang siswa dengan

persentase 80%, dan kategori rendah sebanyak 2 orang siswa dengan persentase 8%.

Jadi mayoritas kecenderungan variabel hasil belajar setelah perlakuan (pre-test)

dalam kategori sedang yaitu sebanyak 20 orang siswa (80%).

4.1.1.4.2. Analisis Statistik Deskriptif Pos-test Hasil Belajar Kelas Kontrol

Tabel 4.22 Data post-test hasil belajar kelas kontrol

Kelas Kontrol

Statistik Post-test

76
N 25

Rata-rata (Mean) 57

Nilai maksimum 70

Nilai minimum 40

Varians 89,46

Standar deviasi 9,45

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.22 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar kelas

kontrol sebelum perlakuan (post-test) memiliki nilai rata-rata sebesar 57 nilai

maksimum sebesar 70, nilai minimum 40, varians sebesar 89,46, dan nilai standar

deviasi sebesar 9,45. Distribusi frekuensi postest hasil belajar siswa kelas kontrol

disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 4.23 Distribusi frekuensi post-test hasil belajar kelas kontrol

No. Nilai Frekuensi Persentase


1 40-44 2 8
2 45-49 3 12
3 50-54 3 12
4 55-59 4 16
5 60-64 4 16
6 65-69 6 24
7 70-74 3 12
Sumber: Data Primer Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.23 di atas, maka hasil pengolahan data tersebut dapat

ditampilkan melalui gambar diagram batang sebagai berikut:

77
Gambar 4.8 Diagram batang post-test hasil belajar kelas kontrol

Berdasarkan gambar 4.8 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar pada kelas

kontrol setelah perlakuan (post-test) frekuensi tertinggi terletak pada nilai interval 65

– 69 sebanyak 6 orang siswa dengan persentase 24% dan frekuensi terendah terletak

pada nilai interval 40 – 44 sebanyak 2 orang siswa dengan persentase 8%.

Untuk mengetahui kecenderungan hasil belajar siswa setelah perlakuan (post-

test) pada kelas kontrol dimana nilai mean sebesar 57 dan nilai standar deviasi

sebesar 9,45. Berdasarkan nilai tersebut, maka diperoleh kriteria kecenderungan

post-test hasil belajar kelas kontrol sebagai berikut:

Tabel 4.24 Kategorisasi post-test hasil belajar siswa kelas kontrol

Post-test
Kategori
Skor Frekuensi %

Tinggi X ≥ 66 3 12

48≤ X <
Sedang 66 17 68

Rendah X < 48 5 20

Jumlah 25 100

78
Sumber: Data Primer Diolah, 20

Berdasarkan tabel 4.24 di atas, bahwa kecenderungan hasil belajar siswa

kelas kontrol setelah perlakuan (post-test) pada kategori tinggi sebanyak 3 orang

siswa dengan persentase 12%, kategori sedang sebanyak 17 orang siswa dengan

persentase 68%, dan kategori rendah sebanyak 5 orang siswa dengan persentase 20%.

Jadi mayoritas kecenderungan variabel hasil belajar setelah perlakuan (post-test)

dalam kategori sedang yaitu sebanyak 17 orang siswa (68%).

4.1.2. Analisis Inferensial

Analisis inferensial dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang

telah dirumuskan sebelumnya. Langkah-langkah pengujian hipotesis diawali dengan

melakuklan uji persyaratan analisis (uji asumsi), yaitu melakukan uji normalitas, uji

homogenitas, dan selanjutnya melakukan pengujian hipotesis. Secara berturut-turut

diuraikan sebagai berikut.

4.1.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi data

dari variabel. Statistik uji yang digunakan dalam uji normalitas adalah Kolmogorof-

Sminorv dengan hipotesis dan ketentuan adalah H0 = data berdistribusi normal dan H 1

= data berdistribusi tidak normal. Jika Signifikansi > 0.05, maka H0 diterima atau

nilai residual berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Signifikansi < 0.05, maka H 0

ditolak atau nilai residual tidak berdistribusi normal. Untuk analisis uji prasyarat

normalitas motivasi belajar dan hasil belajar pada kelas eksperimen baik sebelum

79
(pre-test) maupun setelah dilakukan perlakuan (post-test) disajikan pada Tabel

berikut ini:

Tabel 4.25 Uji normalitas pada kelas eksperimen

Nilai
Perlakuan Variabel Nilai α Keterangan
Signifikan

Hasil Belajar 0,090 Data terdistribusi


Pre-test 0,05
Keaktifan Belajar 0,142 normal

Hasil Belajar 0,077 Data terdistribusi


Post-test 0,05
Keaktifan Belajar 0,200 Normal

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.25 di atas, menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pre-

test untuk kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi untuk variabel hasil belajar

yaitu 0,083 dan untuk keaktifan belajar yaitu 0,086. Sedangkan untuk hasil uji

normalitas post-test untuk kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi untuk

variabel hasil belajar yaitu 0,064 dan untuk keaktifan belajar yaitu 0,200. Hal ini

menunjukkan bahwa sebaran data untuk variabel hasil belajar dan variabel keaktifan

belajar pada kelas eksperimen dari sampel sebelum (pre-test) maupun setelah

dilakukan perlakuan (post-test) adalah normal. Untuk analisis uji prasyarat normalitas

keaktifan belajar dan hasil belajar baik sebelum (pre-test) maupun setelah dilakukan

perlakuan (post-test) disajikan pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.26 Uji normalitas pada kelas kontrol

80
Nilai
Perlakuan Variabel Nilai α Keterangan
Signifikan

Hasil Belajar 0,073 Data terdistribusi


Pre-test 0,05
Keaktifan Belajar 0,200 normal

Hasil Belajar 0,082 Data terdistribusi


Post-test 0,05
Keaktifan Belajar 0,200 Normal

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.26 di atas, menunjukkan bahwa hasil uji normalitas pre-

test untuk kelas kontrol diperoleh nilai untuk variabel hasil belajar yaitu 0,050 dan

untuk keaktifan belajar yaitu 0,200. Sedangkan untuk hasil uji normalitas post-test

untuk kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi untuk variabel hasil belajar yaitu

0,073 dan untuk keaktifan belajar yaitu 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran

data untuk variabel hasil belajar dan variabel motivasi belajar pada kelas kontrol dari

sampel sebelum (pre-test) maupun setelah dilakukan perlakuan (post-test) adalah

normal.

4.1.2.2. Uji Homogenitas

Berdasarkan hasil pengujian normalitas populasi, ternyata kedua kelas

pembelajaran mempunyai data yang terdistribusi normal, maka dilanjutkan uji

homogenitas. Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians

kedua populasi homogen (sama). Pengujian homogenitas dapat dihitung dengan

menggunakan Uji Fisher (F). Apabila homogenitas terpenuhi maka peneliti dapat

melakukan pada tahap analisa dan lanjutan. Uji F dilakukan dengan cara

membandingkan varians data terbesar dibagi varians data terkecil. Jika Fhitumg < Ftabel

81
maka H0 diterima atau kedua kelompok populasi memiliki varians yang homogen dan

jika Fhitumg > Ftabel maka H1 ditolak atau kedua kelompok populasi tidak memiliki

varians yang homogen. Untuk analisis uji homogenitas keaktifan belajar dan hasil

belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol baik sebelum (pre-test) maupun

setelah dilakukan perlakuan (post-test) disajikan pada Tabel berikut ini

Tabel 4.27 Uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol

n
Perlakuan Variabel Fhitung b Ftabel Α Ket

keaktifan belajar 1,43 2


Pre-test 1,98 0,05 Homogen
Hasil Belajar 1,07 5

keaktifan belajar 1,22 2


Post-test 1,98 0,05 Homogen
Hasil Belajar 1,06 5

Sumber: Data diolah dengan software SPPS

Berdasarkan tabel 4.27 di atas, menunjukkan bahwa hasil perhitungan

yang diperoleh, nilai Fhitung<Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data variabel

hasil belajar dan keaktifan belajar pada kelas eksperimen dan kontrol dari sampel

sebelum perlakuan (pre-test) maupun setelah perlakuan (post-test) adalah homogen

yang artinya H0 diterima.

4.1.2.3. Uji Normal Gain (N-Gain)

Perhitungan N-Gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Data penelitian diperoleh

dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu tes objektif berupa pilihan ganda

dan angket. Untuk mengetahui hasil penelitian, maka dilakukan uji N-Gain untuk

melihat ada atau tidaknya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah

82
perlakuan yang diperoleh dari hasil selisih antara pre-test dan post-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Serta membandingkan N-Gain dari kedua kelas

tersebut. Adapun hasil perhitungan Normal Gain motivasi belajar antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat melalui Tabel berikut:

Tabel 4.28 hasil perhitungan uji normal gain keaktifan belajar

Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 25 25

Rata-rata (Mean) 0,38 0,29

Nilai maksimum 0,54 0,47

Nilai minimum 0,21 0,22

Sumber: Data Primer diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.28 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata N-Gain

keaktifan belajar siswa untuk kelas eksperimen adalah 0,38 termasuk dalam kategori

rendah dengan nilai maksimum 0,54 dan nilai minimum 0,21. Sementara untuk nilai

rata-rata N-Gain motivasi belajar siswa untuk kelas kontrol adalah 0,29 termasuk

kategori rendah dengan nilai maksimum 0,47 dan nilai minimum 0,22. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi memiliki peningkatan keaktifan belajar

lebih baik dari pada kelas kontrol atau tanpa perlakuan. Untuk hasil perhitungan

Normal Gain hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat

melalui Tabel berikut:

Tabel 4.29 Hasil perhitungan uji normal gain hasil belajar

83
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Sumber: Data Primer diolah, 2021
N 25 25

Rata-rata (Mean) 0,53 0,26 Berdasarkan


Nilai maksimum 0,67 0,36
tabel 4.29 di atas,
Nilai minimum 0,31 0,14

menunjukkan bahwa nilai rata-rata N-Gain hasil belajar siswa untuk kelas

eksperimen adalah 0,53 termasuk dalam kategori sedang dengan nilai maksimum

0,67 dan nilai minimum 0,31. Sementara untuk nilai rata-rata N-Gain hasil belajar

siswa untuk kelas kontrol adalah 0,26 termasuk kategori rendah dengan nilai

maksimum 0,36 dan nilai minimum 0,14. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi

dan Diskusi memiliki peningkatan hasil belajar lebih baik dari pada kelas kontrol

atau tanpa perlakuan.

4.1.2.4. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data

pre-test dan post-test terdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan

pengujian hipotesis. Pengujian hipotesisi dilakukan untuk membuktikan kebenaran

atau menjawab hipotesis yang dipaparkan dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji t. Hasil perhitungan data selanjutnya

dibandingkan dengan t-tabel yang menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Dalam

penelitian ini ada 2 pengujian hipotesis.

4.1.2.4.1. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi Terhadap Keaktifan Belajar

84
Dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini, langkah pertama adalah

membuat hipotesis dalam penelitian. Adapun hipotesis pertama dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

 H0: “tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem

Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan belajar

peserta didik di SMP Negeri 4 Buton Tengah..

 H1: “terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan belajar peserta

didik di SMP Negeri 4 Buton Tengah.

Uji hipotesis diuji dengan menggunakan Uji-t komparatif dua sampel

independen dengan kriteria thitung < ttabel maka H0 ditolak atau tidak ada pengaruh dan

jika thitung > ttabelmaka H1 diterima atau ada pengaruh. Adapun hasil uji hipotesis

dengan menggunakan uji t komparatif dua sample independent dapat dilihat dari

Tabel berikut:

Tabel 4.30 Hasil parsial (uji-t) dua sampel independent variabel keaktifan

belajar

Variabel Dk thitung ttabel Keterangan

thitung>ttabel H1
µ1- µ2 48 2,84 1,677
diterima

Keterangan:

µ1 = keaktifan belajar post-test kelas eksperimen

µ2 = keaktifan belajar post-test kelas kontrol

85
Berdasarkan tabel 4.30, menunjukkan bahwa hasil uji parsial (uji-t) dua

sampel independent diperoleh nilai thitung sebesar 2,84 sedangkan nilai ttabel sebesar

1,677. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel, sehingga hipotesis

diterima dimana variabel model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi (X) berpengaruh signifikan terhadap keaktifan belajar (Y1).

4.1.2.4.2. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi Terhadap Hasil Belajar

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 H0: “tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem

Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap hasil belajar

pesrta didik di SMP Negeri 4 Buton Tengah.

 H1: “terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap hasil belajar peserta

didik di SMP Negeri 4 Buton Tengah

Uji hipotesis diuji dengan menggunakan Uji-t komparatif dua sampel

independen dengan kriteria thitung< ttabel maka H0 ditolak atau tidak ada pengaruh dan

jika thitung > ttabel maka H1diterima atau ada pengaruh. Adapun hasil uji hipotesis

dengan menggunakan uji t komparatif dua sample independent dapat dilihat dari

Tabel berikut:

Tabel 4.31 Hasil parsial (uji-t) dua sampel independent variabel hasil belajar

Variabel Dk thitung ttabel Keterangan

thitung>ttabel
µ1- µ2 48 6,11 1,677
H1 diterima

86
Keterangan:

µ1 = hasil belajar post-test kelas eksperimen

µ2 = hasil belajar post-test kelas kontrol

Berdasarkan tabel 4.31, menunjukkan bahwa hasil uji parsial (uji-t) dua

sampel independent diperoleh nilai thitung sebesar 6,11 sedangkan nilai ttabel sebesar

1,677. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai thitung> ttabel, sehingga hipotesis diterima

dimana variabel model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi

dan Diskusi (X) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar (Y2).

4.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan dan

hasil belajar pokok bahasan tekanan zat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Buton Tengah. Data keaktifan dan hasil belajar

siswa berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan meliputi data keaktifan yaitu

menggunakan angket dan nilai pre-test post-test dari dua kelas yang berbeda. Dalam

penelitian ini digunakan 2 kelas, yakni kelas VIII.D sebagai kelas eksperimen dan

kelas VIII.E sebagai kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran yang

berbeda. Hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti akan dideskripsikan secara

merinci terhadap masing-masing variabel penelitian yang digunakan.

4.2.1. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap

Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Buton Tengah

87
Berdasarkan tujuan pertama dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

adanya pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi

dan Diskusi terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Buton Tengah.

Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner dalam bentuk instrument

kuesioner dimana variabel keaktifan belajar memiliki 24 butir pernyataan kuesioner

valid dan reliabel dengan rentang skor 4, 3, 2, 1. Angket yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan belajar siswa.

Berdasarkan hasil Uji hipotesis dengan menggunakan Uji-t komparatif dua

sampel independen, diperoleh nilai thitung sebesar 2,84 sedangkan nilai ttabel sebesar

1,677. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel, sehingga hipotesis

diterima dimana variabel model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi (X) berpengaruh terhadap keaktifan belajar (Y1). Selaras

dengan hasil penelitian Anis dkk., (2018) bahwa terdapat peningkatan kemampuan

verbal siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII IPA

SMP Negeri 4 Buton Tengah Tahun Ajaran 2021/2020.

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi

keberhasilan dalam pembelajaran (Agustina, 2018). Salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya keaktifan belajar adalah penggunaan model pembelajaran

yang tepat. Hasil analisis deskriptif penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi yang dilakukan pada kelas eksperimen

menunjukan terjadinya peningkatan yang lebih baik setelah perlakuan (post-test)

88
yaitu nilai rata-rata (mean) post-test adalah 75,76 sedangkan nilai rata-rata (mean)

pada pretest adalah 61,88.

Meningkatnya keaktifan belajar siswa setelah perlakuan (post-test) didukung

oleh Model Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi yang

mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Model

pembelajaran ini mampu merangsang rasa ingin tahu siswa untuk mencari hubungan

konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka

pelajari. Sehingga siswa akan lebih aktif untuk menemukan mereka.

Kecenderungan keaktifan belajar siswa kelas eksperimen pada setelah

perlakuan (post-test) yaitu pada kategori sedang sebanyak 15 siswa memiliki nilai

keaktifan belajar lebih tinggi yaitu dengan masing-masing interval ≥ 83 dan 67 – 83

dan dengan sebelum perlakuan (pre-test) yaitu pada kategori sedang sebanyak 17

siswa dengan masing-masing interval ≥ 69 dan 55 – 69.. Hal ini mengindikasikan

bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi memiliki keaktifan yang tinggi

dibandingkan sebelum perlakuan dan tanpa perlakuan.

Perbedaan keaktifan belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

dapat dilihat dari hasil perhitungan N-Gain diperoleh nilai rata-rata N-Gain keaktifan

belajar siswa untuk kelas eksperimen adalah 0,38 dibandingkan nilai rata-rata N-Gain

untuk kelas kontrol yaitu 0,29. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi

dan Diskusi memiliki peningkatan keaktifan belajar lebih baik daripada kelas kontrol

atau tanpa perlakuan.

89
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian siswa

dengan hipotesis H1, yakni terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based

Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap keaktifan siswa kelas VIII SMP

Negeri 4 Buton Tengah.

4.2.2. Model Pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan

Diskusi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Buton

Tengah

Tujuan penelitian yang kedua adalah untuk mengetahui adanya pengaruh

model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi

terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Buton Tengah. Penelitian ini

dilakukan dengan melakukan tes objektif dengan menggunakan pilihan ganda. Tes

terdiri dari 20 butir soal valid dan reliabel dengan memberikan skor 1 apabila siswa

menjawab benar dan nilai 0 jika siswa menjawab salah. Tes yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil Uji hipotesis dengan menggunakan Uji-t komparatif dua

sampel independen, maka model pembelajaran Problem Based Learning melalui

Demonstrasi dan Diskusi (X) terhadap hasil belajar siswa (Y2) terdapat pengaruh

yang sangat signifikan dengan nilai thitung sebesar 6,11 sedangkan nilai ttabel sebesar

1,677. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai thitung> ttabel, sehingga hipotesis diterima

dimana variabel model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi

dan Diskusi (X) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar (Y2). Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauziah,(2018) yang berjudul Penerapan

90
Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar

Matematika(Putu, 2019).

Hasil penelitian pada kelas eksperimen sebelum perlakuan (pre-test) hasil

belajar siswa rata – rata 45,8 dan sesudah perlakuan (post-test) hasil belajar siswa

rata – rata 73,6. Deskripsi ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sesudah

perlakuan (post-test) lebih tinggi dari pada sebelum perlakuan (pre-test). Peningkatan

keaktifan belajar setelah perlakuan diakibatkan oleh model pembelajaran Problem

Based Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi memberikan kesempatan luas

kepada siswa untuk aktif dan mendorong rasa keingintahuan siswa dalam belajar,

sebagaimana yang disampaikan oleh Akinoglu, (2006) menyebutkan bahwa aplikasi

dari PBL memengaruhi perkembangan pemahaman konsep oleh siswa. Hal ini juga

sama seperti hasil penelitian Fatimah, (2012)bahwa kemampuan pemecahan masalah

siswa dengan menerapkan model PBL di dalam pembelajaran lebih baik di

bandingkan dengan pembelajaran biasa( Anis, 2017).

Hasil penelitian hasil belajar siswa sebelum perlakuan (pre-test) pada kelas

eksperimen mayoritas siswa berada pada interval 42 – 47 sebanyak 9 siswa dengan

persentase 36% dan sesudah perlakuan (post-test) mayoritas siswa berada pada

interval 80 - 84 sebanyak 8 siswa dengan persentase 32%. Berdasarkan nilai interval

ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sesudah perlakuan (post-test) lebih tinggi

dari pada sebelum perlakuan (pre-test). Tingginya tingkat pemahaman siswa pada

kelas eksperimen diakibatkan oleh model pembelajaran Problem Based Learning

melalui Demonstrasi dan Diskusi yang merangsang siswa untuk menemukan sendiri

pengalaman belajarnya sehingga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan saat

evaluasi.

91
Kecenderungan hasil belajar siswa kelas eksperimen sesudah perlakuan (post-

test) yaitu pada kategori sedang sebanyak 17 siswa memiliki nilai hasil belajar lebih

tinggi yaitu dengan masing-masing interval ≥ 83 dan 63 – 83 siswa dibandingkan

dengan sebelum perlakuan (pre-test) yaitu pada kategori sedang sebanyak 20 siswa

dengan masing-masing interval ≥ 51 dan 35 – 51. Deskripsi ini memberikan indikasi

bahwa kecenderungan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen untuk sesudah

perlakuan (post-test) lebih baik dibandingkan sebelum perlakuan (pre-test).

Perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat dari nilai rata-rata N-Gain untuk kelas eksperimen adalah 0,53

lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata N-Gain kelas kontrol yaitu 0,26. Sehingga

dapat diasumsikan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning

melalui Demonstrasi dan Diskusi memiliki efek atau dampak terhadap hasil belajar

siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Padmavathy, (2013) yang

menyebutkan bahwa model PBL memengaruhi serta meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami persoalan dan menyelesaikan(Anis, 2017).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian siswa

dengan hipotesis H1, yakni terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based

Learning melalui Demonstrasi dan Diskusi terhadap hasil belajar siswa kelas VIII

SMP Negeri 4 Buton Tengah.

BAB V
PENUTUP

92
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi

dan Diskusi berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri 4 Buton Tengah. Hal ini ditunjukkan dari hasil post-test uji-t dengan nilai

thitung = 2,84 yang nilainya lebih besar dari ttabel = 1,677, dan dibuktikan dengan

rata-rata nilai N-Gain peningkatan kemajuan keaktifan belajar kelas eksperimen

0,38 lebih besar dari kelas kontrol 0,29.

2. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning melalui Demonstrasi

dan Diskusi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 4

Buton Tengah. Hal ini ditunjukkan dari hasil post-test uji-t dengan nilai thitung =

6,11 yang nilainya lebih besar dari ttabel = 1,677, dan dibuktikan dengan rata-rata

nilai N-Gain peningkatan kemajuan hasil belajar kelas eksperimen 0,53 lebih

besar dari kelas kontrol 0,26.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka peneliti

menyatakan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada guru hendaknya berusaha meningkatkan keaktifan dan kemampuan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat lebih aktif

di dalam kelas maupun di luar kelas dalam menghadapi masalah di sekitarnya.

93
2. Bagi sekolah dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan dan upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan model

pembelajaran yang bervariasi.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perbandingan atau rujukan pada

penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa ini.

5.3. Limitasi Penelitian

Limitasi atau pembatasan pada penelitian ini terletak pada proses pengambilan

data. Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti terjadi banyak kendala

atau hambatan yang dapat terjadi pada saat proses pengambilan data dan proses

pembelajaran. Salah satu faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan pada saat pandemi COVID-19 yang

menyebabkan keterbatasan waktu tatap muka antara peneliti dan siswa pada proses

pembelajaran.

94
DAFTAR PUSTAKA

Alam, H. W. N. (2017). Peningkatan Kemampuan Memproduksi Teks Prosedur

Kompleks Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi. Jurnal Diksatrasia,

1(1), 34

Afiefah, N. (2014). Pembelajaran Dengan Metode Diskusi Kelas. Jurnal Tarbawiyah

11(1), 63-64

Alwan, Menza, H., & Darmaji. (2017). Faktor-Faktor Yang Mendorong Siswa MIA

SMAN Mengikuti Bimbingan Belajar Luar Sekolah Di Kecamatan

Telanaipura Kota Jambi. Jurnal Edufisika, 2(1), 28

Arifin. Z. (2017). Kriteria Instrumen Dalam Suatu Penelitian. Jurnal Theorems, 2(1),

31

Arikunto, & Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arsil. (2019). Implementasi Model Problem Based Learning Berbantuan Multimedia

Di Sekolah Dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 4(1), 2

Doly, M. N. (2015). Penerapan Strategi Instant Assessment Untuk Meningkatkan

Keaktifan Belajar Matematika Siswa SMP Al Hidayah Medan T.P 2013/2014.

Jurnal Edutech, 1(1), 3

Fatchurrohmah, A. K., Sarwi, & Utsman. (2017). Pengaruh Problemm Based

Learning Melalui Demonstrasi Dan Diskusi Terhadap Kemampuan Verbal.

Journal Of Primary Education, 6(2), 142

Firmansyah, M. B. (2017). Model Pembelajaran Diskusi Berbasis Perilaku Berliterasi

Untuk Keterampilan Berbicara. Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, 8 (2) 122

95
Fitria, M., Zulfan, & Anwar, Y. (2020). Penggunaan Strategi Pembelajaran Active

Knowledge Sharing Terhadap Keaktifan Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPA

1 di SMA Negeri 4 Aceh Barat Daya. 5(2), 91-92

Fitriyah, L., & Romirio, T. P. (2017). Pengaruh Penerapan Metode Demonstrasi

Terhadap Keterampilan Berhitung Siswa Kelas 3 SD Negeri Kecandran 01.

Journal Of Education Research And Evaluation, 1(3), 176

Gafur, A. (2018). Peningkatan Hasil Belajar IPA Terpadu Melalui Metode

Demonstrasi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sano Nggoang Manggarai

Barat Tahun Pelajaran 2017/2018. JISIP, 2(1), 151

Hardini, A. T. A., & Arlita, A. (2017) Penerapan Metode Snowball Throwing

Berbantuan Media Konkret Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar

Ipa Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 3(1),

235

Hartika, N., & Farach, M (2019) Pengaruh Keaktifan Belajar dan Kecerdasan

Emosional Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan,

Akuntansi Dan Keuangan, 2(1), 60

Herdiana, M., Eko, S. K., & Ashari. (2016) Pengaruh Simulasi Physics Education Of

Technology (Phet) Terhadap Keaktifan Siswa Dan Hasil Belajar Siswa Kelas

X SMA Muhammadiyah Kutoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal

Radiasi, 08(1), 39

Herlinda, Eko, S., & Eko, R. (2017). Pengaruh Model Problem Based Learning (Pbl)

Terhadap Hasil Belajar, Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Dan Minat

96
Belajar Siswa Pada Materi Fluida Statis Di SMAN 1 Lebong Sakti. Jurnal

Pembelajaran Fisika, 1(1), 2

Idayani, N. P. (2018). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model STAD Terhadap

Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Kelas VII SMP. JEAR, 2(1), 33

Karyaningsih, N. L. S. A., Nengah, S., & Gusti, A. O. (2016). Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan

Hasil Belajar Pengetahuan IPA. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha, 4(1), 3

Kistian, A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (Nht)

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di Kelas IV Sdn 4 Banda Aceh.

Genta Mulia, IX(2), 73

Kurniawan, B., Ono, W., & Perman, T. (2017). Studi Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Teknik Listrik Dasar

Otomotif. Journal Of Mechanical Engineering Education, 4(2), 158

Kusdinar, D. (2016). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

Dengan Penerapan Metode Demonstrasi Siswa Kelas IV SD Negeri 010

Banjar Panjang Kecamatan Kerumutan. Jurnal Primary Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Riau, 5(3), 310

Mardiyan, R. (2012). Peningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran Akuntansi Materi Jurnal Penyesuaian Pada Siswa Kelas XI IPS

97
3 SMA Negeri 3 Bukit Tinggi Dengan Metode Bermain Peran (Role Playing).

Pakar Pendidikan, 10(2), 152

Masyhuri, Albertus, D. L., Rif’ati, D. H. (2017). “Model Problem Based Learning

(PBL) Disertai Tugas Dalam Pembelajaran Fisika Di SMP” (Pokok Bahasan

Listrik Dinamis). Jurnal Pembelajaran Fisika, 6 (4), 149

Nafiah, Y. N. (2014). Penerapan Model Problem-Based Learning Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal

Pendidikan Vokasi, 4(1), 130

Nawir, Kaharuddin, A., & Triyanto, P. (2015). Penerapan Metode Demonstrasi

Untuk Meningkatkan Keterampilan Melukis Peserta Didik Kelas XII IPA 3

SMA Negeri 1 Donri Kabupaten Soppeng. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi

Pendidikan, 1(1), 2

Ningrum, P. (2016) Meningkatkan Keaktifan Dan Kemampuan Berpikir Kreatif

Melalui Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah Materi Kelarutan Dan

Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Siswa Kelas XI SMP Negeri 10 Semarang,

04(01), 19-20

Nurkholis. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal

Kependidikan, 1(1), 24-25

Nurqomariah, & Gunawan, S. (2015). Pengaruh Model Problem Based Learning

Dengan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas

VII SMP Negeri 19 Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan

Fisika Dan Teknologi, 1(3), 174

98
Prianto, T. J. (2017). Metode Diskusi Macromedia Flash Untuk Peningkatan Hasil

Belajar Alat Ukur Mekanik. Jurnal Taman Vokasi, 5(1), 33-34

Pour, A. N., Lovy, H., & Baiq, A. S. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Talking

Stick Terhadap Keaktifan Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian

Ilmu Pendidikan: E-Saintika, 2(1), 38

Retnawati, H. (2015) Perbandingan Akurasi Penggunaan Skala Likert Dan Pilihan

Ganda Untuk Mengukur Self-Regulated Learning. Jurnal Kependidikan,

45(2), 158-159

Rerung, N., Iriwi, L. S. S., & Sri, W. W. (2017). Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta

Didik SMA Pada Materi Usaha Dan Energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika

Al-Biruni, 06(1), 49

Rifai. (2017). Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Pendidikan Agama Kristen Materi Pembelajaran Sakramen Perjamuan Kudus

VIII SMP Negeri 17 Surakarta, Tahun 2015/2016. DUNAMIS (Jurnal Teologi

Dan Pendidikan Kristiani), 1(2), 174-175

Rohendi, D., Heri, S., & Mugi, A. G. (2010). Efektivitas Metode Pembelajaran

Demonstrasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Mata

Pelajaran Keterampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi Di Sekolah

Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi Dan

Komunikasi (Ptik), 3(1), 16

99
Romadhoni, I., Ketut, M., & Alex, H. (2017). Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Disertai Media CD Interaktif Terhadap Hasil

Belajar Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika SMA Di

Kabupaten Bondowoso. Jurnal Pembelajaran Fisika, 5(4), 330

Saputra, A. E., & Slamet, P. (2016). Penerapan Metode Demonstrasi Dan Media Film

Untuk Meningkatkan Keaktifan Dalam pembelajaran Dan Prestasi Belajar

Sistem Rem. Jurnal Taman Vokasi, 4(2), 154

Saputra, H. D., Faisal, I., & Andrizal. (2018). Pengaruh Motivasi Terhadap Hasil

Belajar Siswa SMK. Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi, 18(1), 26

Sobon, K., & Sofly, J. L. (2018). Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Ipa Di Sd

Negeri Kawangkoan Kecamatan Kalawat. Jurnal Pendidikan Dasar

Nusantara, 3(2), 199−200

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

R&D). Bandung: Alfabeta

Sumarni, Abdul H., & Harun, I. (2016). Penerapan Metode Diskusi Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Kecil Toraranga

Pada Mata Pelajaran PKN Pokok Bahasan System Pemerintahan Kabupaten,

Kota Dan Provinsi. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 3(4), 14

100
Supriyati, I. (2020). Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Keterampilan

Berbicara Pada Siswa Kelas VIII MTSN 4 Palu. Jurnal Bahasa Dan Sastra,

5(1), 106

Trisnawaty, F. (2015). Peningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Penggunaan Metode

Demonstrasi Pada Siswa Kelas 4 SD. Satya Widya, 33(1), 39

Warti, E. (2016). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Di SD Angkasa 10 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur.

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut, 5( 2), 180

Wibowo, N. (2016). Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran

Berdasarkan Gaya Belajar Di SMK Negeri 1 Saptosari. Jurnal Electronics,

Informatics, And Vocational Education (Elinvo), 1(2), 130-131

Yosef, P. & Koton, (2015). Metode Pembelajaan Diskusi Dalam Peningkatan

Kompetensi Peserta Diklat. Jurnal Ilmu Administrasi, 4(2), 94

Yulianingsih, Y. (2018). Meningkatkan Pemahaman Terhadap Materi Soal Cerita

Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metoda Diskusi Di

Kelas II SDN Budiharti. Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang,

1(1), 2

Yuliastia, I. A. R., Nyoman, J., & Mutiara, M. (2015). Penerapan Metode

Demonstrasi Melalui Kegiatan Outbond Untuk Meningkatkan Kemampuan

Motorik Kasar Anak Kelompok B Semester II TK Negeri Tahun Pelajaran

2014/2015. E-Journal PG PAUD, 3(1), 4

101
102
Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran

1.1. Silabus

SILABUS

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton tengah

Kelas / Semester : VIII / Genap

Materi Pelajaran : Ilmu Pengutahuan Alam (IPA)

Kompetensi Inti :

KI1 : Memahami dan menghayati ajaranagamayangdianutnya.

KI2 : Menunjukkanprilakujujur,tanggungjawab,peduli(toleransi,gotongroyong),santun,percayadiri,dalambe

rinteraksi secara efektifdengan lingkungan sosial dan alamdalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya

103
KI3 :Memahamidanmenerapkanpengetahuan(faktual,konseptual,danprosedural)berdasarkanrasaingintahunyatentangilm

u pengetahuan, teknologi, seni, budayaterkait fenomenadan kejadian tampakmata.

KI4 : Mengolah, menyajikan, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,memodifikasi,

dan membuat) dan rana abstrak(menulis,membaca,menghitung,menggambar,dan mengarang)sesuai dengan yang

dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Indikator Alokasi Sumber


Pembelajaran
Waktu Belajar

3.8 Menjelaskan 1. Tekanan, Zat 1. Menganalisis dan 3.8.1. Menjelaskan 8X40me  Buku
tekanan zat Padat,Tekana mengevaluasi konsep tekanan
n Hidrostatis, peristiwa yang 3.8.2. Mendeskripsik nit paket
dan penerapannya Archimedes terkait dengan an tekanan zat cair
dalam kehidupan dan hukum prinsip tekanan zat pada kedalaman  LKS
sehari-hari, Pascal padat, tekanan tertentu
termasuk tekanan hidrostatis, hukum (Hidrostatis).
darah, osmosis, 2. Penerapan  Buku
Archimedes serta 3.8.3. Menjelaskan
dan kapilaritas Tekanan hukum Pascal, hukum Archimedes.
jaringan angkut atau
dalam kemudian 3.8.4. Mendeskripsik
pada tumbuhan Kehidupan merumuskan ide an penerapan hukum
sumber
Sehari-hari untuk menyelesaikan Archimedes pada
permasalahan terkait benda yang terapung,
lain
dengan peristiwa melayang dan
tersebut. tenggelam di dalam
yang
air.

104
2. Menganalisis dan 3.8.5. Menjelaskan relefan
mengevaluasi hukum Pascal pada
peristiwa yang benda dalam
terkait dengan kehidupan sehari-
pengangkutan zat hari.
pada tumbuhan, 3.8.6. Menjelaskan
hubungan antara luas
penampang terhadap
besarnya gaya
tekanan.
3.8.7. Menjelaskan
prinsip tekanan zat
gas pada benda
dalam kehidupan
sehari-hari.
3.8.8. Menjelaskan
teori tekanan zat
dengan proses
tekanan darah.
4.8 Menyajikan data 1. Melakukan 4.8.1. Menyajikan
hasil percobaan percobaan tekanan, hasil percobaan
untuk menyelidiki zat padat, cair dan tekanan zat padat,
tekanan zat cair gas cair, dan gas.
pada kedalaman 4.8.2. Melakukan
tertentu, gaya 2. Menyelidiki faktor- percobaan untuk
apung, dan faktor yang menyelidiki tekanan
kapilaritas, mempengaruhi zat padat, cair, dan
misalnya dalam tekanan zat padat, gas
batang tumbuhan cair, dan gas 4.8.3. Mengidentifika
si melalui percobaan
faktor-faktor yang

105
mempengaruhi
tekanan zat padat,
cair, dan gas
4.8.4. Menganalisis
tekanan pada zat
cair, padat dan gas.
Mawasangka, Maret 2021

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Peneliti

Sinardin, S.Pd. Farida, S.Pd Sindi Sabrianti

NIP. 196312311986011045 NIP. 197408162000122004 NIM:17010107029

106
1.2. RPP Kelas Eksperimen

PERTEMUAN PERTAMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton Tengah

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester : VIII.D / Genap

Materi Pokok : Tekanan Zat

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kompetensi Dasar (KD) KD 3.8 KD 4.8


Memahami tekanan zat Menyajikan data hasil
dan penerapannya dalam percobaan untuk
kehidupan sehari-hari, menyelidiki tekanan zat
termasuk tekanan darah, cair pada kedalaman
osmosis, dan kapilaritas tertentu, gaya apung, dan
jaringan angkut pada kapilaritas, misalnya
tumbuhan dalam batang tumbuhan

Tujuan Pembelajaran - Menjelaskan konsep tekanan


- Menganalisis hubungan antara gaya dan luas
penampang
Melalui Pembelajaran model Problem Based Learning
(PBL) melalui Demonstrasi dan Diskusi peserta didik
dapat memahami tekanan zat dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tekanan
darah, osmosis, dan kapilaritas jaringan angkut
pada tumbuhan dan terampil menyajikan data hasil
percobaan untuk menyelidiki tekanan pada benda
padat dan berperilaku teliti, jujur, tekun terhadap data
dan fakta, disiplin, tanggung jawab dan peduli,
berperilaku santun dan berani mengajukan pertanyaan
dan argumentasi.
Pembelajaran Konsep tekanan, hubungan antara gaya dan luas

109
penampang.

Model: Problem Based Pendahuluan


Learning (PBL) melalui Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah
Demonstrasi dan Diskusi 1. Guru menyiapkan peserta didik secara fisik
dan mental untuk mengikuti pembelajaran
2. Guru mengarahkan ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum belajar
3. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
4. Memotivasi siswa dengan meminta siswa
untuk membaca buku paket
5. Meminta siswa menceritakan kepada teman-
temannya apa yang diamati pada gambar 7.2
Masalah yang muncul dari siswa:
“Peserta didik dapat mengajukan
pertanyaan terkait perbedaan kaki bebek atau
angsa dengan kaki ayam yang terdapat pada
Gambar 7.2.?”
6. Menggali pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan:
Mengapa bebek tidak mudah
terperosok masuk ke dalam lumpur?
Kegiatan inti
Fase 2: Mengorganisasi peserta didik dalam
belajar
1. Melalui tanya jawab, guru menggali materi
tentang konsep tekanan
2. Guru memastikan peserta didik duduk bersama
anggota kelompoknya, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan masing-masing
kelompok
Fase 3: Membimbing penyelidikan peserta
didik secara berkelompok
1. Guru membagikan alat dan bahan kepada
setiap kelompok disertai LKS
2. Guru memberikan demonstrasi untuk
menyelidiki tekanan pada benda padat
3. Mengarahkan siswa selama berdiskusi dengan
cara membantu kelompok yang mengalami
kesulitan
4. Guru membimbing siswa mengaitkan hasil
percobaan yang mereka temukan dengan
masalah awal yang akan dipecahkan
5. Siswa mendiskusikan penjelasan-penjelasan

110
yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada
dalam LKS
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
1. Peserta didik secara berkelompok menyiapkan
laporan/hasil kerja kelompok
2. Setiap perwakilan kelompok diarahkan untuk
maju di depan kelas menyajikan hasil kerja
kelompok
3. Guru memfasilitasi jalannya diskusi kelas
Kegiatan penutup
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
1. Guru membimbing peserta didik melakukan
analisis tentang tindak lanjut yang dapat
disarankan oleh setiap kelompok sebagai
solusi pemecahan masalah yang dibahas
2. Guru bersama siswa menarik kesimpulan
3. Guru melakukan evaluasi hasil belajar
mengenai materi yang telah dipelajari

PERTEMUAN KEDUA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton Tengah

111
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester : VIII.D / Genap

Materi Pokok : Tekanan Zat

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kompetensi Dasar (KD) KD 3.8 KD 4.8


Memahami tekanan zat Menyajikan data hasil
dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, percobaan untuk
termasuk tekanan darah,
osmosis, dan kapilaritas menyelidiki tekanan zat
jaringan angkut pada
tumbuhan cair pada kedalaman

tertentu, gaya apung, dan

kapilaritas, misalnya

dalam batang tumbuhan


Tujuan Pembelajaran - Menjelaskan tekanan hidrostatis
- Menjelaskan hukum Archimedes
- Menganalisis penerapan hukum Archimedes
padabenda yang terapung, melayang dan tenggelam
Melalui Pembelajaran model Problem Based Learning
(PBL) melalui Demonstrasi dan Diskusi peserta didik
dapat memahami tekanan zat dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tekanan
darah, osmosis, dan kapilaritas jaringan angkut
pada tumbuhan dan terampil menyajikan data hasil
percobaan untuk menyelidiki tekanan pada benda cair
dan berperilaku teliti, jujur, tekun terhadap data dan
fakta, disiplin, tanggung jawab dan peduli, berperilaku
santun dan berani mengajukan pertanyaan dan
argumentasi.

Materi Pembelajaran Tekanan hidrostatis, hukum Archimedes, penerapan


hukum Archimedes pada benda yang terapung,
melayang dan tenggelam

Model: Problem Based Pendahuluan


Learning (PBL) melalui Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah

112
Demonstrasi dan Diskusi 7. Guru menyiapkan peserta didik secara fisik
dan mental untuk mengikuti pembelajaran
8. Guru mengarahkan ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum belajar
9. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
10. Memotivasi siswa dengan meminta siswa
untuk membaca buku paket
11. Meminta siswa menceritakan kepada teman-
temannya apa yang diamati dari materi
sebelumnya.
Masalah yang muncul dari siswa:
“Apakah konsep tentang tekanan hanya
berlaku pada benda yang padat saja?”
12. Menggali pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan :
Dapatkah kamu menyebutkan
penerapan lain tentang tekanan zat dalam
kehidupan sehari-hari?
Ada berapa jenis zat yang kamu
ketahui?
Apakah zat cair juga dapat
memberikan tekanan??”
Kegiatan inti
Fase 2: Mengorganisasi peserta didik dalam
belajar
3. Melalui tanya jawab, guru menggali materi
tentang tekanan hidrostatis dan hukum
archimedes
4. Guru memastikan peserta didik duduk bersama
anggota kelompoknya, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan masing-masing
kelompok
Fase 3: Membimbing penyelidikan peserta
didik secara berkelompok
6. Guru membagikan alat dan bahan kepada
setiap kelompok disertai LKS
7. Guru memberikan demonstrasi untuk
menyelidiki tekanan pada benda cair
8. Mengarahkan siswa selama berdiskusi dengan
cara membantu kelompok yang mengalami
kesulitan
9. Guru membimbing siswa mengaitkan hasil
percobaan yang mereka temukan dengan
masalah awal yang akan dipecahkan
10. Siswa mendiskusikan penjelasan-penjelasan

113
yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada
dalam LKS
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
4. Peserta didik secara berkelompok menyiapkan
laporan/hasil kerja kelompok
5. Setiap perwakilan kelompok diarahkan untuk
maju di depan kelas menyajikan hasil kerja
kelompok
6. Guru memfasilitasi jalannya diskusi kelas
Kegiatan penutup
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
4. Guru membimbing peserta didik melakukan
analisis tentang tindak lanjut yang dapat
disarankan oleh setiap kelompok sebagai
solusi pemecahan masalah yang dibahas
5. Guru bersama siswa menarik kesimpulan
6. Guru melakukan evaluasi hasil belajar
mengenai materi yang telah dipelajari

PERTEMUAN KETIGA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton Tengah

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester : VIII.D / Genap

Materi Pokok : Tekanan Zat

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kompetensi Dasar (KD) KD 3.8 KD 4.8

114
Memahami tekanan zat Menyajikan data hasil
dan penerapannya dalam percobaan untuk
kehidupan sehari-hari, menyelidiki tekanan zat
termasuk tekanan darah, cair pada kedalaman
osmosis, dan kapilaritas tertentu, gaya apung, dan
jaringan angkut pada kapilaritas, misalnya
tumbuhan dalam batang tumbuhan

Tujuan Pembelajaran - Menjelaskan hukum pascal


- Menerapkan hukum pascal pada benda dalam
kehidupan sehari – hari
- Menerapkan prinsip tekanan zat gas pada benda
dalam kehidupan sehari –hari.
Melalui Pembelajaran model Problem Based Learning
(PBL) melalui Demonstrasi dan Diskusi peserta didik
dapat memahami tekanan zat dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tekanan
darah, osmosis, dan kapilaritas jaringan angkut
pada tumbuhan dan terampil menyajikan data hasil
percobaan untuk membuktikan tekanan pada udara, dan
berperilaku teliti, jujur, tekun terhadap data dan fakta,
disiplin, tanggung jawab dan peduli, berperilaku santun
dan berani mengajukan pertanyaan dan argumentasi.
Materi Pembelajaran hukum pascal, hukum pascal pada benda dalam
kehidupan sehari – hari, tekanan zat gas pada benda
dalam kehidupan sehari –hari.

Model: Problem Based Pendahuluan


Learning (PBL) melalui Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah
Demonstras dan Diskusi 1. Guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan
mental untuk mengikuti pembelajaran
2. Guru mengarahkan ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum belajar
Alat, Bahan, dan Media: 3. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
4. Memotivasi siswa dengan meminta siswa untuk
Buku paket, lembar kerja membaca buku paket
5. Meminta siswa menceritakan kepada teman-
siswa temannya apa yang diamati pada gambar 7.12
Masalah yang muncul dari siswa:
“Mengapa pompa hidrolik dapat
mengangkat mobil yang berat?”
6. Menggali pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan:
Bagaimana cara kerja pompa hidrolik?
Kegiatan inti

115
Fase 2: Mengorganisasi peserta didik dalam
belajar
5. Melalui tanya jawab, guru menggali materi
tentang hukum pascal
6. Guru memastikan peserta didik duduk bersama
anggota kelompoknya, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan masing-masing
kelompok
Fase 3: Membimbing penyelidikan peserta didik
secara berkelompok
1. Guru membagikan alat dan bahan kepada setiap
kelompok disertai LKS
2. Guru memberikan demonstrasi untuk
Membuktikan tekanan pada udara
3. Mengarahkan siswa selama berdiskusi dengan
cara membantu kelompok yang mengalami
kesulitan
4. Guru membimbing siswa mengaitkan hasil
percobaan yang mereka temukan dengan
masalah awal yang akan dipecahkan
5. Siswa mendiskusikan penjelasan-penjelasan
yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada
dalam LKS
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
7. Peserta didik secara berkelompok menyiapkan
laporan/hasil kerja kelompok
8. Setiap perwakilan kelompok diarahkan untuk
maju di depan kelas menyajikan hasil kerja
kelompok
9. Guru memfasilitasi jalannya diskusi kelas
Kegiatan penutup
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
7. Guru membimbing peserta didik melakukan
analisis tentang tindak lanjut yang dapat
disarankan oleh setiap kelompok sebagai solusi
pemecahan masalah yang dibahas
8. Guru bersama siswa menarik kesimpulan
9. Guru melakukan evaluasi hasil belajar
mengenai materi yang telah dipelajari

116
PERTEMUAN KEEMPAT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton Tengah

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester : VIII.D / Genap

Materi Pokok : Tekanan Zat

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kompetensi Dasar (KD) KD 3.8 KD 4.8


Memahami tekanan zat Menyajikan data hasil

dan penerapannya dalam percobaan untuk

kehidupan sehari-hari, menyelidiki tekanan zat

termasuk tekanan darah, cair pada kedalaman

osmosis, dan kapilaritas tertentu, gaya apung, dan

117
jaringan angkut pada kapilaritas, misalnya

tumbuhan dalam batang tumbuhan

Tujuan Pembelajaran - Menjelaskan proses pengangkutan air dan nutrisi

pada tumbuhan.

- Menjelaskan proses tekanan darah pada proses

sistem peredaran darah manusia.

- Menjelaskan proses tekanan gas pada proses

pernapasan manusia.
Melalui Pembelajaran model Problem Based

Learning (PBL) melalui Demonstrasi dan Diskusi

peserta didik dapat memahami tekanan zat dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,

termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas

jaringan angkut pada tumbuhan dan terampil

menyajikan data hasil percobaan untuk menyelidiki

proses pengangkutan air dan nutrisi pada tumbuhan,

berperilaku teliti, jujur, tekun terhadap data dan

fakta, disiplin, tanggung jawab dan peduli,

berperilaku santun dan berani mengajukan

pertanyaan dan argumentasi.


Materi Pembelajaran - Proses pengangkutan air dan nutrisi pada tumbuhan,

proses tekanan darah pada proses sistem peredaran

darah manusia, proses tekanan gas pada proses

pernapasan manusia.

118
Model: Problem Based Pendahuluan

Learning (PBL) melalui Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah

Demonstrasi dan Diskusi 1. Guru menyiapkan peserta didik secara fisik


Alat, Bahan, dan Media:
dan mental untuk mengikuti pembelajaran
Buku paket, lembar kerja
2. Guru mengarahkan ketua kelas untuk
siswa
memimpin doa sebelum belajar

3. Guru memeriksa kehadiran peserta didik

4. Memotivasi siswa dengan meminta siswa

untuk membaca buku paket

13. Meminta siswa menceritakan kepada teman-

temannya apa yang diamati pada gambar 7.20

Masalah yang muncul dari siswa:

“Bagiamana tumbuhan yang tinggi

dapat mengangkut air dari akar keseluruh

bagian tubuh tumbuhan?”

5. Menggali pengetahuan awal siswa dengan

menanyakan proses pengangkutan air dan

nutrisi pada tumbuhan

Kegiatan inti

Fase 2: Mengorganisasi peserta didik dalam

belajar

1. Melalui tanya jawab, guru menggali materi

119
tentang proses pengangkutan air dan nutrisi

pada tumbuhan.

2. Guru memastikan peserta didik duduk bersama

anggota kelompoknya, masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan

memperhatikan keheterogenan masing-masing

kelompok

Fase 3: Membimbing penyelidikan peserta

didik secara berkelompok

6. Guru membagikan LKS kepada siswa

7. Guru memberikan demonstrasi mengenai

proses pengangkutan air dan nutrisi pada

tumbuhan

8. Mengarahkan siswa selama berdiskusi dengan

cara membantu kelompok yang mengalami

kesulitan

9. Guru membimbing siswa mengaitkan hasil

percobaan yang mereka temukan dengan

masalah awal yang akan dipecahkan

10. Siswa mendiskusikan penjelasan-penjelasan

yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada

dalam LKS

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya

120
10. Peserta didik secara berkelompok menyiapkan

laporan/hasil kerja kelompok

11. Setiap perwakilan kelompok diarahkan untuk

maju di depan kelas menyajikan hasil kerja

kelompok

12. Guru memfasilitasi jalannya diskusi kelas

Kegiatan penutup

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

10. Guru membimbing peserta didik melakukan

analisis tentang tindak lanjut yang dapat

disarankan oleh setiap kelompok sebagai

solusi pemecahan masalah yang dibahas

11. Guru bersama siswa menarik kesimpulan

12. Guru melakukan evaluasi hasil belajar

mengenai materi yang telah dipelajari

1.3 RPP Kelas Kontrol

PERTEMUAN PERTAMA

121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton Tengah

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : VIII.E / Genap

Materi Pokok : Tekanan Zat

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kompetensi Dasar (KD) KD 3.8 KD 4.8


Memahami tekanan zat Menyajikan data hasil
dan penerapannya dalam percobaan untuk
kehidupan sehari-hari, menyelidiki tekanan zat
termasuk tekanan darah, cair pada kedalaman
osmosis, dan kapilaritas tertentu, gaya apung, dan
jaringan angkut pada kapilaritas, misalnya
tumbuhan dalam batang tumbuhan

Tujuan Pembelajaran - Menjelaskan konsep tekanan


- Menganalisis hubungan antara gaya dan luas
penampang
Melalui Pembelajaran model Konvensional peserta
didik dapat memahami tekanan zat dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas
jaringan angkut pada tumbuhan dan terampil
menyajikan data hasil percobaan untuk mengetahui
tekanan pada benda padat dan berperilaku teliti,
jujur, tekun terhadap data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab dan peduli, berperilaku santun dan
berani mengajukan pertanyaan dan argumentasi.
Materi Pembelajaran Konsep tekanan, hubungan antara gaya dan luas
penampang.

122
Model: Ceramah dan Pendahuluan
Diskusi Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah
14. Guru menyiapkan peserta didik secara fisik
dan mental untuk mengikuti pembelajaran
Alat, Bahan, dan Media: 15. Guru mengarahkan ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum belajar
Buku paket, lembar kerja 16. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
17. Memotivasi siswa dengan meminta siswa
siswa untuk membaca buku paket
18. Meminta siswa menceritakan kepada teman-
temannya apa yang diamati pada gambar 7.2
Masalah yang muncul dari siswa:
“Peserta didik dapat mengajukan
pertanyaan terkait perbedaan kaki bebek atau
angsa dengan kaki ayam yang terdapat pada
Gambar 7.2.?”
19. Menggali pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan:
Mengapa bebek tidak mudah
terperosok masuk ke dalam tanah?
Kegiatan inti
Fase 2: Mengorganisasi peserta didik dalam
belajar
7. Melalui tanya jawab, guru menggali materi
tentang konsep tekanan
8. Guru memastikan peserta didik duduk bersama
anggota kelompoknya, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan masing-masing
kelompok
Fase 3: Membimbing penyelidikan peserta
didik secara berkelompok
11. Guru membagikan LKS kepada siswa
12. Guru memberikan diskusi untuk mengetahui
tekanan pada benda padat
13. Mengarahkan siswa selama berdiskusi dengan
cara membantu kelompok yang mengalami
kesulitan
14. Siswa mendiskusikan penjelasan-penjelasan
yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada
dalam LKS
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
13. Peserta didik secara berkelompok menyiapkan
laporan/hasil kerja kelompok

123
14. Setiap perwakilan kelompok diarahkan untuk
maju di depan kelas menyajikan hasil kerja
kelompok
15. Guru memfasilitasi jalannya diskusi kelas
Kegiatan penutup
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
13. Guru membimbing peserta didik melakukan
analisis tentang tindak lanjut yang dapat
disarankan oleh setiap kelompok sebagai
solusi pemecahan masalah yang dibahas
14. Guru bersama siswa menarik kesimpulan
15. Guru melakukan evaluasi hasil belajar
mengenai materi yang telah dipelajari

PERTEMUAN KEDUA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton Tengah

124
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : VIII.E / Genap

Materi Pokok : Tekanan Zat

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kompetensi Dasar (KD) KD 3.8 KD 4.8


Memahami tekanan zat Menyajikan data hasil
dan penerapannya dalam percobaan untuk
kehidupan sehari-hari, menyelidiki tekanan zat
termasuk tekanan darah, cair pada kedalaman
osmosis, dan kapilaritas tertentu, gaya apung, dan
jaringan angkut pada kapilaritas, misalnya
tumbuhan dalam batang tumbuhan

Tujuan Pembelajaran - Menjelaskan tekanan hidrostatis


- Menjelaskan hukum Archimedes
- Menganalisis penerapan hukum Archimedes
padabenda yang terapung, melayang dan tenggelam
Melalui Pembelajaran model Konvensional peserta
didik dapat memahami tekanan zat dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas
jaringan angkut pada tumbuhan dan terampil
menyajikan data hasil percobaan untuk mengetahui
tekanan pada benda cair dan berperilaku teliti, jujur,
tekun terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab dan peduli, berperilaku santun dan berani
mengajukan pertanyaan dan argumentasi.
Materi Pembelajaran tekanan hidrostatis, hukum Archimedes, penerapan
hukum Archimedes pada benda yang terapung,
melayang dan tenggelam

Model: Ceramah dan Pendahuluan


Diskusi Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah
20. Guru menyiapkan peserta didik secara fisik
dan mental untuk mengikuti pembelajaran
21. Guru mengarahkan ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum belajar
22. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
23. Memotivasi siswa dengan meminta siswa

125
untuk membaca buku paket
24. Meminta siswa menceritakan kepada teman-
temannya apa yang diamati dari materi
sebelumnya
Masalah yang muncul dari siswa:
“Apakah konsep tentang tekanan hanya
berlaku pada benda yang padat saja?”
25. Menggali pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan:
Dapatkah kamu menyebutkan
penerapan lain tentang tekanan zat dalam
kehidupan sehari-hari?
Ada berapa jenis zat yang kamu
ketahui?
Apakah zat cair juga dapat
memberikan tekanan?
Kegiatan inti
Fase 2: Mengorganisasi peserta didik dalam
belajar
9. Melalui tanya jawab, guru menggali materi
tentang tekanan hidrostatis dan hukum
archimedes
10. Guru memastikan peserta didik duduk bersama
anggota kelompoknya, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan masing-masing
kelompok
Fase 3: Membimbing penyelidikan peserta
didik secara berkelompok
15. Guru membagikan LKS kepada siswa
16. Guru memberikan diskusi untuk mengetahui
tekanan pada benda cair
17. Mengarahkan siswa selama berdiskusi dengan
cara membantu kelompok yang mengalami
kesulitan
18. Siswa mendiskusikan penjelasan-penjelasan
yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada
dalam LKS
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
16. Peserta didik secara berkelompok menyiapkan
laporan/hasil kerja kelompok
17. Setiap perwakilan kelompok diarahkan untuk
maju di depan kelas menyajikan hasil kerja
kelompok

126
18. Guru memfasilitasi jalannya diskusi kelas
Kegiatan penutup
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
16. Guru membimbing peserta didik melakukan
analisis tentang tindak lanjut yang dapat
disarankan oleh setiap kelompok sebagai
solusi pemecahan masalah yang dibahas
17. Guru bersama siswa menarik kesimpulan
18. Guru melakukan evaluasi hasil belajar
mengenai materi yang telah dipelajari

PERTEMUAN KETIGA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton Tengah

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : VIII.E / Genap

Materi Pokok : Tekanan Zat

127
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kompetensi Dasar (KD) KD 3.8 KD 4.8


Memahami tekanan zat Menyajikan data hasil
dan penerapannya dalam percobaan untuk
kehidupan sehari-hari, menyelidiki tekanan zat
termasuk tekanan darah, cair pada kedalaman
osmosis, dan kapilaritas tertentu, gaya apung, dan
jaringan angkut pada kapilaritas, misalnya
tumbuhan dalam batang tumbuhan

Tujuan Pembelajaran - Menjelaskan hukum pascal


- Menerapkan hukum pascal pada benda dalam
kehidupan sehari – hari
- Menerapkan prinsip tekanan zat gas pada benda
dalam kehidupan sehari –hari.
Melalui Pembelajaran model Konvensional peserta
didik dapat memahami tekanan zat dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas
jaringan angkut pada tumbuhan dan terampil
menyajikan data hasil percobaan untuk membuktikan
tekanan pada udara, dan berperilaku teliti, jujur, tekun
terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab dan
peduli, berperilaku santun dan berani mengajukan
pertanyaan dan argumentasi.
Materi Pembelajaran hukum pascal, hukum pascal pada benda dalam
kehidupan sehari – hari, tekanan zat gas pada benda
dalam kehidupan sehari –hari.

Model: Ceramah dan Pendahuluan


Diskusi Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah
7. Guru menyiapkan peserta didik secara fisik
dan mental untuk mengikuti pembelajaran
Alat, Bahan, dan Media: 8. Guru mengarahkan ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum belajar
Buku paket, lembar kerja 9. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
10. Memotivasi siswa dengan meminta siswa
siswa untuk membaca buku paket
11. Meminta siswa menceritakan kepada teman-
temannya apa yang diamati pada gambar 7.12
Masalah yang muncul dari siswa:
“Mengapa pompa hidrolik dapat
mengangkat mobil yang berat?

128
12. Menggali pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan:
Bagaimana cara kerja pompa hidrolik?
Kegiatan inti
Fase 2: Mengorganisasi peserta didik dalam
belajar
11. Melalui tanya jawab, guru menggali materi
tentang hukum pascal
12. Guru memastikan peserta didik duduk bersama
anggota kelompoknya, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan masing-masing
kelompok
Fase 3: Membimbing penyelidikan peserta
didik secara berkelompok
11. Guru membagikan LKS kepada siswa
12. Guru memberikan diskusi untuk mengetahui
tekanan pada udara
13. Mengarahkan siswa selama berdiskusi dengan
cara membantu kelompok yang mengalami
kesulitan
14. Siswa mendiskusikan penjelasan-penjelasan
yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada
dalam LKS
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
19. Peserta didik secara berkelompok menyiapkan
laporan/hasil kerja kelompok
20. Setiap perwakilan kelompok diarahkan untuk
maju di depan kelas menyajikan hasil kerja
kelompok
21. Guru memfasilitasi jalannya diskusi kelas
Kegiatan penutup
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
19. Guru membimbing peserta didik melakukan
analisis tentang tindak lanjut yang dapat
disarankan oleh setiap kelompok sebagai
solusi pemecahan masalah yang dibahas
20. Guru bersama siswa menarik kesimpulan
21. Guru melakukan evaluasi hasil belajar
mengenai materi yang telah dipelajari

129
PERTEMUAN KEEMPAT

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 4 Buton Tengah

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : VIII.E / Genap

Materi Pokok : Tekanan Zat

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Kompetensi Dasar (KD) KD 3.8 KD 4.8


Memahami tekanan zat Menyajikan data hasil
dan penerapannya dalam percobaan untuk
kehidupan sehari-hari, menyelidiki tekanan zat
termasuk tekanan darah, cair pada kedalaman

130
osmosis, dan kapilaritas tertentu, gaya apung, dan
jaringan angkut pada kapilaritas, misalnya
tumbuhan dalam batang tumbuhan

Tujuan Pembelajaran - Menjelaskan proses pengangkutan air dan nutrisi


pada tumbuhan.
- Menjelaskan proses tekanan darah pada proses sistem
peredaran darah manusia.
- Menjelaskan proses tekanan gas pada proses
pernapasan manusia.
Melalui Pembelajaran model Konvensional peserta
didik dapat memahami tekanan zat dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk tekanan darah, osmosis, dan kapilaritas
jaringan angkut pada tumbuhan dan terampil
menyajikan data hasil percobaan untuk mengetahui
proses pengangkutan air dan nutrisi pada tumbuhan,
berperilaku teliti, jujur, tekun terhadap data dan fakta,
disiplin, tanggung jawab dan peduli, berperilaku
santun dan berani mengajukan pertanyaan dan
argumentasi.
Materi Pembelajaran - Proses pengangkutan air dan nutrisi pada tumbuhan,
proses tekanan darah pada proses sistem peredaran
darah manusia, proses tekanan gas pada proses
pernapasan manusia.

Model:Ceramah dan Pendahuluan


Diskusi Fase 1: Orientasi peserta didik pada masalah
6. Guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan
mental untuk mengikuti pembelajaran
7. Guru mengarahkan ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum belajar
Alat, Bahan, dan Media: 8. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
9. Memotivasi siswa dengan meminta siswa untuk
Buku paket, lembar kerja membaca buku paket
26. Meminta siswa menceritakan kepada teman-
siswa temannya apa yang diamati pada gambar 7.20
Masalah yang muncul dari siswa:
“Bagiamana tumbuhan yang tinggi
dapat mengangkut air dari akar keseluruh
bagian tubuh tumbuhan?”
10. Menggali pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan proses pengangkutan air dan
nutrisi pada tumbuhan

131
Kegiatan inti
Fase 2: Mengorganisasi peserta didik dalam
belajar
1. Melalui tanya jawab, guru menggali materi
tentang proses pengangkutan air dan nutrisi
pada tumbuhan.
2. Guru memastikan peserta didik duduk bersama
anggota kelompoknya, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan masing-masing
kelompok
Fase 3: Membimbing penyelidikan peserta
didik secara berkelompok
15. Guru membagikan LKS kepada siswa
16. Guru memberikan diskusi untuk mengetahui
proses pengangkutan air dan nutrisi pada
tumbuhan
17. Mengarahkan siswa selama berdiskusi dengan
cara membantu kelompok yang mengalami
kesulitan
18. Siswa mendiskusikan penjelasan-penjelasan
yang tepat untuk setiap pertanyaan yang ada
dalam LKS
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
22. Peserta didik secara berkelompok menyiapkan
laporan/hasil kerja kelompok
23. Setiap perwakilan kelompok diarahkan untuk
maju di depan kelas menyajikan hasil kerja
kelompok
24. Guru memfasilitasi jalannya diskusi kelas
Kegiatan penutup
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
22. Guru membimbing peserta didik melakukan
analisis tentang tindak lanjut yang dapat
disarankan oleh setiap kelompok sebagai solusi
pemecahan masalah yang dibahas
23. Guru bersama siswa menarik kesimpulan
24. Guru melakukan evaluasi hasil belajar
mengenai materi yang telah dipelajari

132
1.4 Lembar Kerja Siswa(LKS)

Lembar Kerja Siswa 1

Kelas :

Nama Kelompok :

Anggota Kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

A. Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskan konsep tekanan


2. Menganalisis hubungan antara gaya dan luas penampang
3. Menjelaskan tekanan hidrostatis
4. Menjelaskan hukum Archimedes
5. Menganalis penerapan hukum Archimedes pada benda yang terapung,
melayang dan tenggelam

B. Kegiatan Diskusi:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tekanan ?(20)

133
2. Sebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan ? (10)

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tekanan hidrostatis ? (20)

4. Jelaskan bunyi hukum Archimedes ?(40)

5. Sebutkan contoh penerapan hukum Archimedes dalam kehidupan sehari


–hari. (10)

Lembar Kerja Siswa 2

Kelas :

Nama Kelompok :

Anggota Kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

A. Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskan hukum pascal

2. Menerapakan hukum pascal pada benda dalam kehidupan sehari – hari.

134
3. Menerapkan prinsip tekanan zat gas pada benda dalam kehidupan sehari

–hari.

B. Kegiatan Diskusi:

1. Tuliskan bunyi hukum pascal ? (50)

2. Sebutkan contoh penerapan hukum pascal dalam kehidupan sehari –

hari ? (25)

3. Sebutkan contoh penerapan prisnip tekanan zat gas dalam kehidupan

sehari – hari ?(25)

Lembar Kerja Siswa 3

Kelas :

Nama Kelompok :

Anggota Kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

A. Tujuan Pembelajaran:

1. Menjelaskanproses pengangkutan air dan nutrisi pada tumbuhan.

135
2. Menjelaskan proses tekanan darah pada proses sistem peredaran darah

manusia.

3. Menjelaskan proses tekanan gas pada proses pernapasan manusia.

B. Kegiatan Diskusi:

1. Jelaskan fungsi xilem dan floem !

2. Jelaskan secara singkat proses pengangkutan air dari akar menuju daun

pada tumbuhan !

3. Jelaskan peristiwa tekanan yang terjadi pada saat jantung memompa

darah keseluruh tubuh

1.5 Instrumen Keaktifan Belajar Siswa Sebelum Validitas

Kuesioner (Angket) Keaktifan Belajar Di SMP Negeri 4 Buton Tengah

Nama :

Kelas :

Petunjuk Pengisian Angket

1. Tulislah nama dan kelas di kolom yang sudah tersedia

2. Pilihlah dengan jujur satu alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapat

kamu

3. Berilah tanda centang (√) pada kolom pilihan jawaban kamu

Keterangan Jawaban:

SL :Selalu

SR :Sering

KD :Kadang-kadang

136
TP :Tidak Pernah

No Pertanyaan
Pilihan Jawaban

S S K T
L R D P

1. Saya mendengarkan dan memperhatikan saat


guru sedang menjelaskan materi IPA

2. Ketika guru menyuruh saya mencatat materi


yang diberikan, saya melaksanakannya

3. Saya mengabaikan materi IPA yang disampaikan


oleh guru

4. ketika Saya sedang mempelajari materi IPA,


saya selalu mencatat materi yang diberikan Guru

5. Saya merasa ragu dan minder menjawab


pertanyaan yang diberikan oleh guru

6. Ketika saya diberi tugas IPA, saya akan


mengerjakannya

7. Saya sering menanyakan sesuatu masalah


tentang materi IPA yang belum saya pahami
kepada guru

8. Ketika akan bertanya kepada guru terhadap


materi yang belum dipahami, Saya selalu
dihantui rasa takut

137
9. Apabila terdapat kesalahan dalam proses belajar
mengajar, misalnya guru salah dalam
menerangkan, saya mampu (berani) mengatakan
tentang kesalahan itu

10. Ketika teman menjelaskan materi IPA, saya


mendengarkan dan memperhatikannya

11. Saya tidak memperhatikan penjelasan dari teman


saya

12. Apabila Saya mempunyai informasi yang lebih


dari materi yang diberikan oleh guru, Saya akan
membagi informasi tersebut kepada teman Saya

13. Apabila saya belum paham dengan materi IPA


yang disampaikan, saya akan bertanya pada
teman sekelompok saya

14. Ketika ada teman Saya yang belum paham


dengan materi IPA yang disampaikan, Saya
bersedia memberikan penjelasan kepadanya

15. Saya tidak mampu menyampaikan pendapat saat


ditanya oleh teman sekelompok saya

16. Pada saat teman saya menyampaikan


pendapatnya yang berkaitan dengan materi IPA
saya akan menyangkalnya

17. Ketika Saya berdiskusi tentang masalah IPA,


Saya mampu mengungkapkan ide meskipun
bertentangan dengan kelompok Saya

18. Saya selalu ikut serta dan selalu berpartisipasi


dalam kelompok Saya

19. Ketika guru memberikan masalah dalam


pelajaran IPA, saya ikut serta dalam diskusi
kelompok

20. Saya menghargai setiap pendapat teman yang


tidak sesuai dengan pemikiran Saya

21 Saya tidak bisa menerima penjelasan teman yang


tidak sesuai dengan pikiran saya

22. Saya mencatat soal dan hasil pembahasan yang


diberikan oleh guru

23. Pada saat Saya mengerjakan soal, Saya selalu

138
ragu dengan jawaban yang Saya selesaikan

24. Saat guru memberikan soal IPA yang belum


dicontohkan, saya merasa kesulitan untuk
menyelesaikannya

25. Ketika diberi soal IPA yang sudah dibahas, Saya


berusaha mencari ide atau solusi untuk
menyelesaikannya.

26. Apabila guru memberikan tugas mengerjakan


soal IPA yang tidak ada di LKS, Saya selalu lupa
dan tidak mengerjakannya

27. Apabila guru memberikan tugas kelompok, saya


merasa tugas itu pasti sulit hingga saya hanya
mengikuti jawaban teman kelompok saya

28. Saya ikut serta dalam membuat kesimpulan


materi IPA yang telah dipelajari

29. Ketika saya merasa kesulitan dengan materi IPA


yang ada di buku, saya memanfaatkan internet
untuk mencari informasi yang berkaitan dengan
materi tersebut

30. Pada saat Saya browsing di internet untuk


mencari materi IPA yang dibutuhkan dan Saya
tidak menemukannya, Saya akan merasa kesal
dan putus asa

31. Ketika saya berada di toko buku atau


perpustakaan, saya sering tertarik membaca buku
yang berkaitan dengan IPA

32. Saya merasa tidak perlu berusaha mempelajari


materi karena itu sudah menjadi tugas guru untuk
menerangkan materi

139
1.6 Instrumen Keaktifan Belajar Setelah Validitas

Kuesioner (Angket) Keaktifan Belajar Di SMP Negeri 4 Buton Tengah

No pertanyaan
Pilihan Jawaban

S S K T
L R D P

1. Saya mendengarkan dan memperhatikan saat guru


sedang menjelaskan materi IPA

2. ketika Saya sedang mempelajari materi IPA, saya


selalu mencatat materi yang diberikan Guru

3. Saya mengabaikan materi IPA yang disampaikan


oleh guru

4. Saya merasa ragu dan minder menjawab


pertanyaan yang diberikan oleh guru

5. Saya sering menanyakan sesuatu masalah tentang


materi IPA yang belum saya pahami kepada guru

6. Ketika akan bertanya kepada guru terhadap materi


yang belum dipahami, Saya selalu dihantui rasa
takut

7. Apabila terdapat kesalahan dalam proses belajar


mengajar, misalnya guru salah dalam
menerangkan, saya mampu (berani) mengatakan
tentang kesalahan itu

140
8. Ketika teman menjelaskan materi IPA, saya
mendengarkan dan memperhatikannya

9. Apabila Saya mempunyai informasi yang lebih


dari materi yang diberikan oleh guru, Saya akan
membagi informasi tersebut kepada teman Saya

10. Apabila saya belum paham dengan materi IPA


yang disampaikan, saya akan bertanya pada teman
sekelompok saya

11. Ketika ada teman Saya yang belum paham dengan


materi IPA yang disampaikan, Saya bersedia
memberikan penjelasan kepadanya

12. Saya tidak mampu menyampaikan pendapat saat


ditanya oleh teman sekelompok saya

13. Pada saat teman saya menyampaikan pendapatnya


yang berkaitan dengan materi IPA saya akan
menyangkalnya

14. Ketika Saya berdiskusi tentang masalah IPA, Saya


mampu mengungkapkan ide meskipun
bertentangan dengan kelompok Saya

15. Saya selalu ikut serta dan selalu berpartisipasi


dalam kelompok Saya

16. Ketika guru memberikan masalah dalam pelajaran


IPA, saya ikut serta dalam diskusi kelompok

17. Saya menghargai setiap pendapat teman yang


tidak sesuai dengan pemikiran Saya

18 Saya tidak bisa menerima penjelasan teman yang


tidak sesuai dengan pikiran saya

19. Saya mencatat soal dan hasil pembahasan yang


diberikan oleh guru

20. Saat guru memberikan soal IPA yang belum


dicontohkan, saya merasa kesulitan untuk
menyelesaikannya

21. Ketika diberi soal IPA yang sudah dibahas, Saya


berusaha mencari ide atau solusi untuk
menyelesaikannya.

22. Saya ikut serta dalam membuat kesimpulan materi


IPA yang telah dipelajari

141
23. Ketika saya merasa kesulitan dengan materi IPA
yang ada di buku, saya memanfaatkan internet
untuk mencari informasi yang berkaitan dengan
materi tersebut

24. Ketika saya berada di toko buku atau


perpustakaan, saya sering tertarik membaca buku
yang berkaitan dengan IPA

1.7 Instrumen Hasil Belajar Sebelum Validitas

Nama :

Kelas :

Petunjuk Mengerjakan Soal :

1. Tulis nama, kelas, dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia.

2. Bacalah baik-baik soal yang anda hadapi dan kerjakan soal yang anda

anggap mudah terlebih dahulu.

3. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda (X) jawaban

pada huruf a,b,c,atau d pada lembar jawaban.

4. Apabila ada jawaban yang salah dan ingin memperbaiki, coretlah dengan 2

garis lurus mendatar pada jawaban yang salah dan (X) pada jawaban yang

benar.

5. Periksa kembali hasil pekerjaan anda sebelum dikumpulkan.

6. Selamat Mengerjakan

142
1. Tekanan merupakan…

a. gaya yang diberikan pada luasan tertentu

b. gaya yang menyebabkan perpindahan posisi benda

c. gaya yang diberikan untuk melakukan usaha

d. gaya yang diberikan pada ketinggian tertentu

2. Peristiwa berikut yang tidak berhubungan dengan tekanan adalah ….

a. paku runcing mudah ditancapkan di papan

b. gerobak kecil mudah didorong

c. pisau tajam mudah untuk memotong

d. menjinjing beban dengan tali kecil terasa sakit di tangan

3. Tekanan akan semakin besar apabila…

a. luas permukaannya semakin besar

b. luas permukaannya semakin kecil

c. gaya yang diberikannya diperkecil

d. gaya yang diberikannya konstan

4. Faktor-faktor yang memengaruhi besarnya tekanan adalah ….

143
a. gaya tekan dan massa benda

b. gaya tekan dan gaya gravitasi

c. luas bidang tekan dan gaya tekan

d. luas bidang tekan dan gaya gravitasi

5.

1 2

Perhatikan gambar di atas! Dua balok seperti pada gambar (1) memiliki

luas bidang tekan yang berbeda, namun ketika diberi gaya yang sama, maka akan

menunjukkan hasil seperti pada gambar (2). Balok yang memiliki luas bidang

lebih kecil, akan menancap ke pasir lebih dalam ketika diberi gaya tekan yang

sama dengan balok dengan luas bidang yang lebih besar. Semakin kecil luas

bidang, maka semakin besar tekanan yang dihasilkan. Berdasarkan gambar

tersebut, persamaan yang tepat untuk tekanan pada zat padat adalah ….

a. P = F/A

b. P = F.A

c. P = A/F

144
d. P = F2

6.

Keempat balok di atas diletakkan di atas meja dan diberi gaya yang sama.

Tekanan yang paling besar diberikan oleh balok nomor ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

7. Perhatikan tabel berikut!

Tekanan terbesar sesuai dengan tabel di atas, dihasilkan oleh nomor ….

a. (1)

b. (2)

c. (3)

d. (4)

8. Tekanan hidrostatik adalah …

145
a. tekanan yang dihasilkan oleh zat padat

b. tekanan yang dihasilkan oleh zat cair

c. tekanan yang dihasilkan oleh gas

d. tekanan yang dihasilkan oleh zat padat, cair, dan gas

9. Di bawah ini yang termasuk faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis

adalah…

a. luas permukaan

b. gaya

c. kedalaman

d. volume

10. Tekanan hidrostatis akan semakin besar apabila… .

a. gayanya semakin besar

b. luas permukaannya semakin kecil

c. kedalamannya semakin besar

d. massa jenisnya semakin kecil

11. Perhatikan gambar berikut!

146
Tekanan yang paling besar terjadi pada titik ….

a. A

b. B

c. C

d. D

12. Sebuah tabung diisi penuh dengan air. Jika tabung diberi 3 lubang, gambar

yang benar adalah …

13. Para penyelam tradisional yang menyelam di lautan banyak terganggu

pendengarannya. Hal ini disebabkan karena …

a. tekanan udara di dalam zat cair

b. tekanan hidostatis air

c. gaya angkat air

147
d. tekanan atmosfer

14. Dibawah ini merupakan contoh alat teknologi yang menerapkan Hukum

Archimedes. Kecuali… .

a. kapal selam

b. kapal laut

c. mesin pengangkat mobil

d. hidrometer

15. kapal selam merupakan salah satu contoh penerapan… .

a. Hukum Pascal

b. Hukum Boyle

c. Hukum Archimedes

d. Hukum Newon

16. Apa penyebab kapal laut bisa terapung pada permukaan air …

a. Kapal terbuat dari bahan yang ringan

b. Massa yang terdapat pada jenis kapal lebih kecil dari massa jenis air

c. Massa yang terdapat pada kapal sama dengan yang terdapat pada air

d. Massa air lebih kecil

148
17. Perhatikan gambar di bawah ini!

Pernyataan di bawah ini yang benar adalah… .

a. Massa jenis air di A lebih kecil daripada massa jenis telur.

b. Massa jenis air di B lebih kecil daripada massa jenis telur

c. Massa jenis air di A lebih besar daripada massa jenis telur

d. Massa jenis di B lebih besar daripada massa jenis telur

18. Setiap benda akan dapat terapung pada air di karnakan …..

a. p benda = p cairan

b.  p benda > p cairan

c. p benda < p cairan

d. p benda + p cairan

19. Apabila suatu benda melayang di dalam air, berarti…

a. benda tersebut berat

b. benda tersebut ringan

c. massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis air

d. massa jenis benda sama dengan massa jenis air

149
20. Apabila suatu benda tenggelam di dalam air, berarti…

a. benda tersebut berat

b. benda tersebut ringan

c. massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis air

d. massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis air

21. Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan

mengalami gaya apung yang besarnya ... dengan berat zat cair yang dipindahkan

oleh benda tersebut.

a. lebih kecil

b. lebih besar

c. sama

d. bisa sama bisa tidak

22. Ketika kita mengangkat teman kita di dalam kolam renang akan terasa lebih

ringan dibandingkan ketika mengangkatnya di luar air. Hal ini disebabkan oleh…

a. ketika di dalam kolam berat badan seseorang menjadi lebih kecil sehingga

mempermudah mengangkat beban yang berat

b. ketika di dalam kolam renang tekanan yang diberikan kecil sehingga

mempermudah mengangkat beban yang berat

c. di dalam kolam terdapat bantuan dari gaya apung air sehingga

mempermudah mengangkat beban yang berat

d. di dalam kolam renang terdapat tekanan hidrostatis

150
23. Tekanan yang diberikan pada zat akan diteruskan ke segala arah oleh zat cair

itu sama besar. Pernyataan tersebut dinamakan… .

a. Hukum Boyle

b. Hukum Archimedes

c. Hukum Newton

d. Hukum Pascal

24. Hukum apakah yang terjadi jika volume gas berada pada ruangan yang

tertutup?

a. Pascal

b. Archimedes

c. Alam

d. Boyle

25. Perhatikan gambar di bawah ini!

Berdasarkan gambar di atas, Pernyataan di bawah ini yang benar

adalah… .

a. tekanan yang diberikan akan lebih besar, sehingga memudahkan mengangkat

beban yang berat

151
b. gaya yang diberikan lebih kecil untuk mengangkat beban yang berat

c. gaya yang diberikn akan lebih besar untuk mengangkat beban yang berat

d. tekanan yang diberikan akan besar sehingga gaya yang diberikannya juga

akan semakin besar

26. Di bawah ini yang bukan termasuk contoh penerapan Hukum Pascal dalam

kehidupan sehari – hari adalah… .

a. dongkrak hidrolik

b. mesin pengangkat mobil

c. mesin pada kapal laut

d. pompa hidrolik

27. Prinsip kerja yang digunakan mesin pengangkat mobil adalah… .

a. Hukum Boyle

b. Hukum Archimedes

c. Hukum Pascal

d. Hukum Newton

28. Pada tumbuhan, air dapat naik dari akar ke bagain tumbuhan lain yang lebih

tinggi karena adanya …

a. daya kapilaritas batang

b. gaya tarik bunga

c. sistem antigravitasi

152
d. tekanan yang dilakukan daun

29. Pada saat mengukur tekanan darah dengan tensimeter, berlaku hukum..

a. Boyle

b. Newton

c. Pascal

d. Archimedes

30. Pernyataan di bawah ini yang benar terkait dengan peristiwa naiknya air dari

akar sampaike daun adalah ….

a. air dari dalam tanah dapat naik karena daya isap daun yang rendah

sehingga tekanan osmosis dalam sel meningkat

b. di dalam sel-sel akar terjadi peristiwa osmosis sehingga menyebabkan daya

kapilaritas batang meningkat.

c. jaringan xylem memiliki diameter kecil sehingga tekanan yang dialami besar

d. jaringan floem memiliki diameter sangat kecil sehingga memiliki tekanan besar

untuk menaikkan air ke daun

153
1.8 Instrumen Hasil Belajar Setelah Validitas

SOAL PRE-TEST DAN POST-TEST

Nama :

Kelas :

Petunjuk Mengerjakan Soal :

7. Tulis nama, kelas, dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia.

8. Bacalah baik-baik soal yang anda hadapi dan kerjakan soal yang anda

anggap mudah terlebih dahulu.

9. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda (X) jawaban

pada huruf a,b,c,atau d pada lembar jawaban.

154
10. Apabila ada jawaban yang salah dan ingin memperbaiki, coretlah

dengan 2 garis lurus mendatar pada jawaban yang salah dan (X) pada

jawaban yang benar.

11. Periksa kembali hasil pekerjaan anda sebelum dikumpulkan.

12. Selamat Mengerjakan.

1. Tekanan merupakan…

a. gaya yang diberikan pada luasan tertentu

b. gaya yang menyebabkan perpindahan posisi benda

c. gaya yang diberikan untuk melakukan usaha

d. gaya yang diberikan pada ketinggian tertentu

2. Peristiwa berikut yang tidak berhubungan dengan tekanan adalah ….

a. paku runcing mudah ditancapkan di papan

b. gerobak kecil mudah didorong

c. pisau tajam mudah untuk memotong

155
d. menjinjing beban dengan tali kecil terasa sakit di tangan

3.

Keempatbalokdiatasdiletakkandiatasmejadandiberigaya yang sama.

Tekanan yangpaling besardiberikanolehbaloknomor ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

4. Perhatikantabelberikut!

Tekanan terbesar sesuai dengan tabel di atas, dihasilkan oleh nomor ….

a. (1)

b. (2)

c. (3)

d. (4)

156
5. Di bawah ini yang termasuk faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatis

adalah…

a. luas permukaan

b. gaya

c. kedalaman

d. volume

6. Tekanan hidrostatis akan semakin besar apabila… .

a. gayanya semakin besar

b. luas permukaannya semakin kecil

c. kedalamannya semakin besar

d. massa jenisnya semakin kecil

7. Perhatikan gambar berikut!

Tekanan yang paling besarterjadipadatitik ….

157
a. A

b. B

c. C

d. D

8. Sebuahtabungdiisipenuhdengan air. Jikatabungdiberi 3 lubang, gambar yang

benaradalah …

9. Dibawah ini merupakan contoh alat teknologi yang menerapkan Hukum

Archimedes. Kecuali… .

a. kapal selam

b. kapal laut

c. mesin pengangkat mobil

d. hidrometer

10. kapal selam merupakan salah satu contoh penerapan… .

a. Hukum Pascal

b. Hukum Boyle

c. Hukum Archimedes

158
d. Hukum Newon

11. Perhatikan gambar di bawah ini!

Pernyataan di bawah ini yang benar adalah… .

a. Massa jenis air di A lebih kecil dari pada massa jenis telur.

b. Massa jenis air di B lebih kecil dari pada massa jenis telur

c. Massa jenis air di A lebih besar dari pada massa jenis telur

d. Massa jenis di B lebih besar dari pada massa jenis telur

12. Setiap benda akan dapat terapung pada air di karnakan …..

a. p benda = p cairan

b.  p benda > p cairan

c. p benda < p cairan

d. p benda + p cairan

13. Apabila suatu benda tenggelam di dalam air, berarti…

a. benda tersebut berat

b. benda tersebut ringan

c. massa jenis benda lebih besar dari pada massa jenis air

159
d. massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis air

14. Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair akan

mengalami gaya apung yang besarnya ... dengan berat zat cair yang dipindahkan

oleh benda tersebut.

a. Lebihkecil

b. Lebihbesar

c. Bisa sama bias tidak

d. sama

15. Tekanan yang diberikan pada zat akan diteruskan ke segala arah oleh zat cair

itu sama besar. Pernyataan tersebut dinamakan… .

a. Hukum Boyle

b. Hukum Archimedes

c. Hukum Newton

d. Hukum Pascal

16. Hukum apakah yang terjadi jika volume gas berada pada ruangan yang

tertutup?

a. Pascal

b. Archimedes

c. Alam

d. Boyle

160
17. Perhatikan gambar di bawah ini!

Berdasarkan gambar di atas, Pernyataan di bawah ini yang benar

adalah… .

a. tekanan yang diberikan akan lebih besar, sehingga memudahkan mengangkat

beban yang berat

b. gaya yang diberikan lebih kecil untuk mengangkat beban yang berat

c. gaya yang diberikn akan lebih besar untuk mengangkat beban yang berat

d. tekanan yang diberikan akan besar sehingga gaya yang diberikannya juga

akan semakin besar

18. Di bawah ini yang bukan termasuk contoh penerapan Hukum Pascal dalam

kehidupan sehari – hari adalah… .

a. dongkrak hidrolik

b. mesin pengangkat mobil

c. mesin pada kapal laut

d. pompa hidrolik

19. Prinsip kerja yang digunakan mesin pengangkat mobil adalah… .

a. Hukum Boyle

161
b. Hukum Archimedes

c. Hukum Pascal

d. Hukum Newton

20. Pernyataandibawahini yang benar terkait dengan peristiwa naiknya air dari

akar sampai kedaun adalah ….

a. air dari dalam tanah dapat naik karena daya isap daun yang rendah

sehingga tekanan osmosis dalam sel meningkat

b. didalamsel-selakar terjadi peristiwa osmosis sehingga menyebabkan daya

kapilaritas batang meningkat.

c. jaringan xylem memiliki diameter kecil sehingga tekanan yang dialami besar

d. jaringan floem memiliki diameter sangat kecil sehingga memiliki tekanan besar

untuk menaikkan air kedaun

162
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas

2.1 Uji validitas Hasil Belajar

165
166
2.2 Uji validitas Keaktifan Belajar

167
168
2.3 Uji Realibilitas Hasil Belajar

169
170
2.4 Uji Realibilitas Keaktifan Belajar

171
172
Lampiran 3. Data Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar

1.1. Data Keaktifan Belajar

1.1.1. Hasil Keaktifan Belajar pre-test dan post-test siswa yang diajar dengan

menggunakan model Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan

Diskusi (Kelas Eksperimen)

Tabel 3.1; Perolehan nilai keaktifan belajar pre-test dan post-test kelas VIII.D

No. Nilai
Nama Siswa
responden pretest posttest
1 A1 55 66
2 A2 65 82
3 A3 60 74
4 A4 65 80
5 A5 78 88
6 A6 62 80
7 A7 62 76
8 A8 62 77
9 A9 55 72
10 A10 60 75
11 A11 55 70
12 A12 52 64
13 A13 59 70
14 A14 53 62
15 A15 55 66
16 A16 55 69
17 A17 68 80
18 A18 55 70
19 A19 56 72
20 A20 70 84
21 A21 72 87
22 A22 70 84
23 A23 70 86
24 A24 56 72
25 A25 77 88

173
1.1.2. Hasil Keaktifan Belajar pre-test dan post-test siswa yang diajar dengan

menggunakan model Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan

Diskusi (Kelas Kontrol)

Tabel 3.2; Perolehan nilai keaktifan belajar pre-test dan post-test kelas VIII.E

No. Nama Nilai


responden Siswa pretest Posttest
1 A1 68 82
2 A2 58 68
3 A3 54 64
4 A4 52 62
5 A5 60 70
6 A6 68 83
7 A7 60 70
8 A8 54 64
9 A9 64 74
10 A10 53 63
11 A11 52 64
12 A12 66 80
13 A13 55 65
14 A14 65 74
15 A15 59 70
16 A16 65 76
17 A17 60 72
18 A18 48 60
19 A19 60 72
20 A20 55 66
21 A21 55 66
22 A22 60 75
23 A23 66 80
24 A24 60 72
25 A25 50 63

1.2. Data Hasil Belajar

174
1.2.1. Data Hasil Belajar pre-test dan post-test siswa yang diajar dengan

menggunakan model Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan

Diskusi (Kelas Eksperimen)

Tabel 3.3; Perolehan nilai hasil belajar pre-test dan post-test kelas VIII.D

No. Nama Nilai


responden Siswa pretest posttest
1 A1 35 55
2 A2 45 70
3 A3 45 70
4 A4 50 80
5 A5 55 85
6 A6 45 75
7 A7 35 55
8 A8 40 70
9 A9 35 65
10 A10 30 55
11 A11 35 60
12 A12 45 75
13 A13 40 65
14 A14 45 75
15 A15 60 85
16 A16 45 70
17 A17 50 80
18 A18 45 80
19 A19 45 80
20 A20 45 80
21 A21 50 80
22 A22 50 80
23 A23 55 85
24 A24 55 80
25 A25 65 85

1.2.2. Hasil Belajar pre-test dan post-test siswa tanpa menggunakan model

pembelajaran model Problem Based Learning melalui Demonstrasi dan

Diskusi (kelas kontrol)

Tabel 3.4; Perolehan nilai hasil belajar pre-test dan post-test Kelas VIII.E

175
No. Nilai
Nama Siswa
responden pretest posttest
1 A1 45 65
2 A2 35 50
3 A3 40 55
4 A4 60 70
5 A5 40 55
6 A6 45 65
7 A7 25 40
8 A8 35 40
9 A9 50 65
10 A10 35 45
11 A11 45 60
12 A12 35 50
13 A13 45 55
14 A14 35 50
15 A15 40 60
16 A16 55 70
17 A17 45 65
18 A18 30 45
19 A19 50 65
20 A20 35 45
21 A21 55 70
22 A22 45 60
23 A23 50 65
24 A24 45 60
25 A25 45 55

Lampiran 4. Hasil Analisis Deskriptif

Pembuktian

Contoh 1; pada data pre-test keaktifan belajar kelas eksperimen

176
 Menentukan Mean (Rata-rata)

Responden Data (X)


1 52
2 53
3 55
4 55
5 55
6 55
7 55
8 55
9 56
10 56
11 59
12 60
13 60
14 62
15 62
16 62
17 65
18 65
19 68
20 70
21 70
22 70
23 72
24 77
25 78
Jumlah 1547
X f X.f
52 1 52
53 1 53
55 6 330
56 2 112
59 1 59
60 2 120
62 3 186
65 2 130
68 1 68
70 3 210
72 1 72
77 1 77
78 1 78
Jumlah 25 1547

177
a. Menggunakan Rumus

= 61,88

Contoh 2; pada data pre-test hasil belajar kelas eksperimen

Responden Data (X)


1 30
2 35
3 35
4 35
5 35
6 40
7 40
8 45
9 45
10 45
11 45
12 45
13 45
14 45
15 45
16 45
17 50
18 50
19 50
20 50
21 55
22 55
23 55
24 60
25 65
Jumlah 1145

178
X f X.f
30 1 30
35 4 140
40 2 80
45 9 405
50 4 200
55 3 165
60 1 60
65 1 65
Jumlah 25 1145

a. Menggunakan Rumus

= 45,8

 Menentukan Varians dan Standar Deviasi

Data pre-test Keaktifan Belajar Kelas Eksperimen

Data
Responden Xi-X (Xi-X)2
(Xi)
1 55 -6,88 47,3344
2 65 3,12 9,7344
3 60 -1,88 3,5344
4 65 3,12 9,7344
5 78 16,12 259,8544
6 62 0,12 0,0144

179
7 62 0,12 0,0144
8 62 0,12 0,0144
9 55 -6,88 47,3344
10 60 -1,88 3,5344
11 55 -6,88 47,3344
12 52 -9,88 97,6144
13 59 -2,88 8,2944
14 53 -8,88 78,8544
15 55 -6,88 47,3344
16 55 -6,88 47,3344
17 68 6,12 37,4544
18 55 -6,88 47,3344
19 56 -5,88 34,5744
20 70 8,12 65,9344
21 72 10,12 102,4144
22 70 8,12 65,9344
23 70 8,12 65,9344
24 56 -5,88 34,5744
25 77 15,12 228,6144
Jumlah 1547 -15,12 1390,64
X 61,88

a. Menghitung varians sampel menggunakan rumus

b. Menghitung Standar Deviasi

180
1. Tabel Distribusi Frekuensi

Catatan: -Apabila Hasil perhitungan banyak kelas bukan merupakan bilangan

bulat maka banyak kelas dibulatkan (bisa dibulatkan ke bawah atau

ke atas.

(Buku:Dini Afriyanti (2008) Matematika kelompok Teknologi,

Kesehatan, dan Pertanian untuk sekolah menengah kejuruan Kelas

XII . Bandung: Grafindo Media Pratama,Hal. 33.

(Buku :Supranto (2000) Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam

Jilid 1. Jakarta: Erlangga, hal 63.

-Untuk menentukan interval kelas bisa digunakan aturan

“STURGES” dengan rumus K= 1+3,3 log n (Misal : K= 6,28, ini

dapat dibulatkan menjadi 7 kelas (tidak ada aturan yang pasti

tentang pembulatan ini). Aturan ini tidak selalu harus digunakan,

181
hanya sebagai perkiraan dan bergantung pada pertimbangan data

yang ada. (Buku: Farid Hirji Badruzzaman. Rumus Saku

Matematika SMA Kelas 1,2, & 3). Hal 200-201.

a. Keaktifan belajar

Pre-test kelas eksperimen

 Menghitung Rentang Data

R = xt-xr

= 78-52

= 26

 Menghitung Jumlah kelas interval

K = 1+3,3 log n

= 1+ 3,3 log 25

=6

 Menghitung panjang kelas

P = Rentang data : Jumlah Kelas

= 26 : 6

= 4,3 (4)

Post-test kelas eksperimen

 Menghitung Rentang Data

R = xt-xr

182
= 88-62

= 26

 Menghitung Jumlah kelas interval

K= 1+3,3 log n

= 1+ 3,3 log 25

=6

 Menghitung panjang kelas

P = Rentang data : Jumlah Kelas

= 26 : 6

= 4,3 (4)

Pre-test kelas kontrol

 Menghitung Rentang Data

R = xt-xr

= 68-48

= 20

 Menghitung Jumlah kelas interval

K = 1+3,3 log n

= 1+ 3,3 log 25

=6

183
 Menghitung panjang kelas

P = Rentang data : Jumlah Kelas

= 20 : 6

= 3,3 (3)

Post-test kelas kontrol

 Menghitung Rentang Data

R= xt-xr

= 83-60

= 23

 Menghitung Jumlah kelas interval

K= 1+3,3 log n

= 1+ 3,3 log 25

=6

 Menghitung panjang kelas

P = Rentang data : Jumlah Kelas

= 23: 6

= 3,8 (4)

b. Hasil Belajar

Pre-test kelas eksperimen

 Menghitung Rentang Data

184
R = xt-xr

= 65-30

= 35

 Menghitung Jumlah kelas interval

K = 1+3,3 log n

= 1+ 3,3 log 25

=6

 Menghitung panjang kelas

P = Rentang data : Jumlah Kelas

= 35 : 6

= 5,8 (6)

Post-test kelas eksperimen

 Menghitung Rentang Data

R = xt-xr

= 85-55

= 30

 Menghitung Jumlah kelas interval

K = 1+3,3 log n

= 1+ 3,3 log 25

185
=6

 Menghitung panjang kelas

P = Rentang data : Jumlah Kelas

= 30 : 6

=5

Pre-test kelas kontrol

 Menghitung Rentang Data

R = xt-xr

= 60-25

= 35

 Menghitung Jumlah kelas interval

K = 1+3,3 log n

= 1+ 3,3 log 25

=6

 Menghitung panjang kelas

P = Rentang data : Jumlah Kelas

= 35 : 6

= 5,8 (6)

Post-test kelas kontrol

186
 Menghitung Rentang Data

R = xt-xr

= 70-40

= 30

 Menghitung Jumlah kelas interval

K = 1+3,3 log n

= 1+ 3,3 log 25

=6

 Menghitung panjang kelas

P = Rentang data : Jumlah Kelas

= 30 : 6

=5

2. Tabel Kecenderungan

a. Keaktifan belajar

Pre-test kelas eksperimen

 Tinggi = X ≥ (M + SD)

= X ≥ ( 62 + 7)

= X ≥ 69

 Sedang = (M-SD) ≤ X < ( M+SD)

= (62-7) ≤ X < (62 + 7)

= 55 ≤ X < 69

187
 Rendah = X< (M-SD)

= X < (62-7)

= X < 55

Post-test kelas eksperimen

 Tinggi = X ≥ (M + SD)

= X ≥ ( 75 + 8)

= X ≥ 83

 Sedang = (M-SD) ≤ X < ( M+SD)

= (75-8) ≤ X < (75 + 8)

= 67 ≤ X < 83

 Rendah = X< (M-SD)

= X < (75-8)

= X < 67

Pre-test kelas kontrol

 Tinggi = X ≥ (M + SD)

= X ≥ ( 59 + 6)

= X ≥ 65

 Sedang = (M-SD) ≤ X < ( M+SD)

= (59-6) ≤ X < (59 + 6)

= 53 ≤ X < 65

 Rendah = X< (M-SD)

= X < (59-6)

= X < 53

Post-test kelas kontrol

188
 Tinggi = X ≥ (M + SD)

= X ≥ ( 70 + 7)

= X ≥ 77

 Sedang = (M-SD) ≤ X < ( M+SD)

= (70-7) ≤ X < (70 + 7)

= 63 ≤ X < 77

 Rendah = X< (M-SD)

= X < (70-7)

= X < 63

b.Hasil Belajar

Pre-test kelas eksperimen

 Tinggi = X ≥ (M + SD)

= X ≥ ( 73 + 10)

= X ≥ 83

 Sedang = (M-SD) ≤ X < ( M+SD)

= (73-10) ≤ X < (73+ 10)

= 63 ≤ X < 83

 Rendah = X< (M-SD)

= X < (73-10)

= X < 63

Post-test kelas eksperimen

 Tinggi = X ≥ (M + SD)

= X ≥ ( 46 + 8)

= X ≥ 54

189
 Sedang = (M-SD) ≤ X < ( M+SD)

= (46-8) ≤ X < (46 + 8)

= 38 ≤ X < 82

 Rendah = X< (M-SD)

= X < (46-8)

= X < 38

Pre-test kelas kontrol

 Tinggi = X ≥ (M + SD)

= X ≥ ( 43 + 8)

= X ≥ 51

 Sedang = (M-SD) ≤ X < ( M+SD)

= (43-8) ≤ X < (43 + 8)

= 35 ≤ X < 51

 Rendah = X< (M-SD)

= X < (43-8)

= X < 35

Post-test kelas kontrol

 Tinggi = X ≥ (M + SD)

= X ≥ ( 57 + 9)

= X ≥ 66

 Sedang = (M-SD) ≤ X < ( M+SD)

= (57-9) ≤ X < (57+9)

= 48≤ X < 66

 Rendah = X< (M-SD)

190
= X < (57-9)

= X < 48

Lampiran 5. Hasil Analisis Inferensial

1.1 Uji Normalitas

5.1.1. Hasil Belajar

Tabel 5.1; Uji Normalitas data hasil belajar pre-test post-test kelas

eksperimen dan kelas Kontrol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Kelas Statistic Df Sig.

Hasil Belajar Siswa Pre Test Eksperimen .162 25 .090

Post Test Eksperimen .165 25 .077

Pre Test Kontrol .166 25 .073

Post Test Kontrol .164 25 .082

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

5.1.2. Keaktifan Belajar

Tabel 5.2; Uji Normalitas data keaktifan belajar pre-test pos-ttest kelas

eksperimen dan kelas Kontrol

Kelas Kolmogorov-Smirnova

191
Statistic Df Sig.

Motivasi Belajar Siswa Pre Test Eksperimen .152 25 .142

Post Test Eksperimen .125 25 .200*

Pre Test Kontrol .139 25 .200*

Post Test Kontrol .137 25 .200*

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

5.2. Uji Homogenitas

Untuk uji homogenitas varians digunakan rumus

Rekapitulasi Data Pre-test Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Keaktifan Keaktifan

belajar Hasil Belajar Belajar Hasil Belajar


Pre- Posttes

  test t Pretest Postest Pretest Posttest Pretest Posttest

N 25 25 25 25 25 25 25 25

X 61,88 75,76 45,8 73,6 58,68 70,2 42,6 57

S
2
57,943 61,273 70,1667 94,8333 40,2878 49,869 65,389 89,462

7,6121 7,8277 8,377 9,7382 6,3473 7 8,086 9,458

192
5.2.1. Uji homogenitas pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

5.2.1.1. Keaktifan belajar

F=

F = 1,43

5.2.1.2. Hasil Belajar

F=

F = 1,07

Pada α = 0,05 dengan:

Dkpembilang = na – 1 = 25-1 = 24

dkpenyebut = nb – 1 = 25-2 = 24

Ftabel = 1,98

Hasil analisis uji homogenitas pre-test keaktifan belajar siswa diperoleh

Fhitung yaitu 1,43 dan Ftabel yaitu 1,98. Jadi Fhitung 1,43 < Ftabel 1,98 maka dapat

diartikan bahwa kedua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen.

Sedangkan nilai uji homogenitas hasil belajar siswa diperoleh Fhitung yaitu 1,07 dan

Ftabel yaitu 1,98. Jadi Fhitung 1,07 < Ftabel 1,98 maka dapat diartikan bahwa kedua

kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen.

5.2.2. Uji Homogenitas post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

5.2.2.1. Postest Keaktifan Belajar

193
F=

F = 1,22

5.2.2.2. Hasil Belajar

F=

F = 1,06

Pada α = 0,05 dengan:

dkpembilang = na – 1 = 25-1 = 24

dkpenyebut = nb – 1 = 25-2 = 24

Ftabel = 1,98

Hasil analisis uji homogenitas post-test keaktifan belajar siswa diperoleh

Fhitung yaitu 1,22 dan Ftabel yaitu 1,98. Jadi Fhitung 1,22 < Ftabel 1,98 maka dapat

diartikan bahwa kedua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen.

Sedangkan nilai uji homogenitas hasil belajar siswa diperoleh Fhitung yaitu 1,06 dan

Ftabel yaitu 1,98. Jadi Fhitung 1,06 < Ftabel 1,98 maka dapat diartikan bahwa kedua

kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen.

5.3. Uji Hipotesis

Diketahui :

Dimana derajat kebebasab (dk) yang berlaku adalah:

dk = (n1 + n2) – 2

dk = (25 + 25) – 2

dk = 48

194
Dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh ttabel = 1,677

Hipotesis :

H0 = tidak ada perbedaan, jika thitung < ttabel

H1 = ada perbedaan, jika thitung > ttabel

5.3.1. Uji t pre-test keaktifan belajar kelas eskperimen dan kelas kontrol

Menggunakan rumus t-tes sebagai berikut:

Nilai thitung 1,61 < ttabel 1,677 (H0 = tidak ada perbedaan) jadi pada pre-test

hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol tidak terdapat perbedaan.

5.3.2. Uji t post-test keaktifan belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

195
Nilai thitung 2,84 > ttabel 1,677 (H1 Diterima = ada perbedaan)

Jadi pada post-test hasil belajar kelas tersebut memiliki perbedaan setelah

perlakuan.

5.3.3. Uji t pre-test hasil belajar eksperimen dan kelas kontrol

Menggunakan rumus uji t sebagai berikut:

196
Nilai thitung 1,37 < ttabel 1

,677 (H0 = tidak ada perbedaan) jadi pada pre-test hasil belajar kelas

eksperimen dan kontrol tidak terdapat perbedaan artinya kedua kelas tersebut

homogen sebelum dilakukan perlakuan.

5.3.4. Uji t post-test hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

Nilai thitung 6,11 > ttabel 1,677 (H1 Diterima = ada perbedaan)

197
Jadi pada post-test hasil belajar kelas tersebut memiliki perbedaan

setelah perlakuan.

Lampiran 6. Uji Normal Gain (N-Gain)

6.1 Keaktifan Belajar

6.1.1 Hasil Uji N-Gain Keaktifan Belajar Eksperimen

Digunakan rumus berikut:

Skor maksimum : 96

Tabel 6.1; Hasil Perhitungan uji N-Gain keaktifan belajar kelas eksperimen

Kelas Eksperimen
No.
posttest- Maks- N-Gain
pretest posttest pretest pretest
1 52 62 10 48 0,21
2 53 64 11 47 0,23
3 55 66 11 45 0,24
4 55 66 11 45 0,24
5 55 69 14 45 0,31
6 55 70 15 45 0,33
7 55 70 15 45 0,33
8 55 70 15 45 0,33
9 56 72 16 44 0,36
10 56 72 16 44 0,36
11 59 72 13 41 0,32
12 60 74 14 40 0,35
13 60 75 15 40 0,38
14 62 76 14 38 0,37
15 62 77 15 38 0,39
16 62 80 18 38 0,47
17 65 80 15 35 0,43
18 65 80 15 35 0,43
19 68 82 14 32 0,44

198
20 70 84 14 30 0,47
21 70 84 14 30 0,47
22 70 86 16 30 0,53
23 72 87 15 28 0,54
24 77 88 11 23 0,48
25 78 88 10 22 0,45
jumlah 1547 1894 347 953 9,48
Rata-rata 0,38
minimal 0,21
Maksimal 0,54
Kategori Sedang

6.1.2 Hasil Uji N-Gain Keaktifan Belajar Kelas Kontrol

Digunakan rum us berikut:

Skor maksimum : 96

Tabel 6.2; Hasil Perhitungan uji N-Gain keaktifan belajar kelas kontrol

Kelas Kontrol
No. posttest- Maks- N-Gain
pretest posttest pretest pretest
1 48 60 12 52 0,23
2 50 62 12 50 0,24
3 52 63 11 48 0,23
4 52 63 11 48 0,23
5 53 64 11 47 0,23
6 54 64 10 46 0,22
7 54 64 10 46 0,22
8 55 65 10 45 0,22
9 55 66 11 45 0,24
10 55 66 11 45 0,24
11 58 68 10 42 0,24
12 59 70 11 41 0,27
13 60 70 10 40 0,25
14 60 70 10 40 0,25
15 60 72 12 40 0,30
16 60 72 12 40 0,30

199
17 60 72 12 40 0,30
18 60 74 14 40 0,35
19 64 74 10 36 0,28
20 65 75 10 35 0,29
21 65 76 11 35 0,31
22 66 80 14 34 0,41
23 66 80 14 34 0,41
24 68 82 14 32 0,44
25 68 83 15 32 0,47
jumlah 1467 1755 288 1033 7,17
Rata-rata 0,29
minimal 0,22
Maksimal 0,47
Kategori Sedang

6.2 Hasil Belajar

6.2.1 Hasil uji N-Gain hasil belajar kelas eksperimen

Digunakan rumus berikut:

Skor maksimum : 80

Tabel 6.3; Hasil perhitungan uji N-Gain Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Kelas Eksperimen
No. posttest- Maks- N-Gain
pretest posttest pretest pretest
1 30 55 25 70 0,36
2 35 55 20 65 0,31
3 35 55 20 65 0,31
4 35 60 25 65 0,38
5 35 65 30 65 0,46
6 40 65 25 60 0,42
7 40 70 30 60 0,50
8 45 70 25 55 0,45
9 45 70 25 55 0,45
10 45 70 25 55 0,45

200
11 45 75 30 55 0,55
12 45 75 30 55 0,55
13 45 75 30 55 0,55
14 45 80 35 55 0,64
15 45 80 35 55 0,64
16 45 80 35 55 0,64
17 50 80 30 50 0,60
18 50 80 30 50 0,60
19 50 80 30 50 0,60
20 50 80 30 50 0,60
21 55 80 25 45 0,56
22 55 85 30 45 0,67
23 55 85 30 45 0,67
24 60 85 25 40 0,63
25 65 85 20 35 0,57
jumlah 1145 1840 695 1355 13,13
Rata-rata 0,53
minimal 0,31
Maksimal 0,67
Kategori Sedang

6.2.2 Hasil Uji N-Gain hasil belajar kelas kontrol

Digunakan rumus berikut:

Skor maksimum : 80

Tabel 6.4; Hasil perhitungan uji N-Gain Hasil Belajar Kelas Kontrol

Kelas Kontrol
No. posttest- Maks- N-Gain
pretest posttest pretest pretest
1 25 40 15 75 0,20
2 30 40 10 70 0,14
3 35 45 10 65 0,15
4 35 45 10 65 0,15
5 35 45 10 65 0,15
6 35 50 15 65 0,23
7 35 50 15 65 0,23
8 35 50 15 65 0,23

201
9 40 55 15 60 0,25
10 40 55 15 60 0,25
11 40 55 15 60 0,25
12 45 55 10 55 0,18
13 45 60 15 55 0,27
14 45 60 15 55 0,27
15 45 60 15 55 0,27
16 45 60 15 55 0,27
17 45 65 20 55 0,36
18 45 65 20 55 0,36
19 45 65 20 55 0,36
20 50 65 15 50 0,30
21 50 65 15 50 0,30
22 50 65 15 50 0,30
23 55 70 15 45 0,33
24 55 70 15 45 0,33
25 60 70 10 40 0,25
jumlah 1065 1425 360 1435 6,43
Rata-rata 0,26
minimal 0,14
Maksimal 0,36
Kategori Rendah

Kriteria indeks Gain:

a. Skor (g) > 0,70 kategori tinggi

b. Skor 0,30 < (g) > 0,70 kategori sedang

c. Skor (g) < 0,30 kategori rendah

202
203
204
205
206
DOKUMENTASI

207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(CURRICULUM VITAE)

IDENTITAS

 Nama : Sindi Sabrianti


 Tempat/tanggal lahir : Mawasangka, 20 September 1999
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : Belum Menikah
 Nomor HP : 082157637434
 Alamat Rumah : Kecamatan Mawasangka, Lingkungan Moluno
 Email : sindisabrianti017@gmail.com

DATA KELUARGA

 Nama Orang Tua


Ayah : Haerudin
Ibu : Harnia
 Nama Saudara Kandung
Anak Pertama : Kalman
Anak Ketiga : Muhamad Rial
Anak Keempat : Uwais Alkarni

RIWAYAT PENDIDIKAN

 SD : SD Negeri 3 Mawasangka (2005-2011)


 SMP : SMP Negeri 1 Mawasangka (2011-2014)
 SMA : SMA Negeri 1 Mawasangka (2014-2017)

Kendari, Agustus 2021

Sindi Sabrianti

NIM. 17010107029

219
220

Anda mungkin juga menyukai