PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembelajaran abad 21. Saat ini, pembelajaran abad 21 sangat tepat diterapkan untuk
ini memiliki istilah 4C yang meliputi: (1) Communication (2) Collaboration, (3)
Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and Innovative.
(genre based approach). Melalui teks berbasis teks, guru dan peserta didik secara
memproduksi* teks*, baik* teks lisan# maupun* tulis dalam* berbagai^ konteks* dan
situasi*.
Salah satu Kompetensi Dasar di kelas X SMA sesuai dengan kurikulum 2013
cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai. Pembelajaran ini bertujuan melatih
dalam kehidupan peserta didik, yakni peserta didik akan memiliki keterampilan dna
kemampuan literasi dan kemampuan berpikir* HOTS, kreatif*, kritis*, dan inovatif.
Oleh karena itu, pembelajaran* mengonstruksi teks harus diperhatikan oleh guru
semua materi di kelas X. Bahkan, dapat melintas pada materi pelajaran lainnya.
dengan memanfaatkan fitur kebahasaan. Dalam proses ini, dimulai dari proses
kontruksi dalam bentuk tulisan berisi sejumlah proposisi yang* ingin# disampaikan
oleh penulis kepada* pembaca dan penikmat teks (*Darmadi, 1996: 21).
bahkan mengonstruksi teks sastra (Darmadi, 1996: 21). Di kelas X, terdapat salah
rakyat ke dalam bentuk cerpen. Pembelajaran ini sangat perlu diajarkan agar cerita
rakyat masih bertahan di kalangan milenial saat ini. Hal ini mendukung pendapat
tumbuh* dang menyebar* di kalangan* masyarakat atau rakyat, baik secara lisan*
karena cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang timbul di kalangan rakyat
yang diwariskan secara lisan sebagai bagian dari budaya yang harus tetap lestari.
4
Cerita rakyat ini mmeiliki keunikan karena persoalan lahir dan siapa yang
Sebagai sebuah teks, cerita rakyat dapat dijadikan sebagai bahan, sumber, dan
media pembelajaran menulis cerpen. Salah satunya adalah cerita rakyat Sulawesi
Selatan. Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang kaya dengan cerita yang tersebar
di tiga etnis (Bugis, Makassar, dan Toraja). Dalam cerita rakyat tersebut, berbagai
masyarakat yang dilukiskan dalam setiap cerita. Terdapat pula cerita yang
yang tentunya menceritakan tentang budaya lokal melalui penggambaran tokoh. Jadi,
yang memiliki banyak pesan dan nilai kearifan lokal, seperti cerita berbasis budaya
Makassar Syeikh Yusuf yang berjudul Syeikh Yusuf Meminang siti Daeng Nisanga,
Ibunda yang Melahirkan Syeikh Yusuf. Selain itu, terdapat cerita rakyat daerah Bugis
5
yang berjudul Anaq Turusiengngi Duae To Pajajianna “Anak yang Patuh kepada
Orang Tua”.
Makassar yang hingga kini masih cukup sering ditampilkan dalam berbagai kronik*
budaya. Sementara itu, di sisi lain dapat pula dipandang sebagai cermin kehidupan,
sebagai tanggapan terhadap kehidupan, dan dapat pula sebagai penilaian terhadap
kehidupan. Oleh karena itu, cerita daerah merefleksikan kehidupan dan berarti pula
dalam cerita rakyat merupakan penggambaran kepribadian unggul, sifat atau ciri khas
pelaku atau masyarakat yang diceritakan untuk dijadikan sebagai keteladanan. Hal ini
sama dengan cerita pada umumnya sebagaimana dikemukakan oleh Zaidan (2005:
Cerita berbasis budaya lokal diartikan sama dengan rakyat daerah atau cerita
klasik. Cerita rakyat menuru Mattalitti (1986: 9) merupakan suatu penceritaan yang
pesan, nilai, dan hiburan. Diartikan pula bahwa cerita* rakyat$ adalah cerita dari
zaman dahulu yang timbul di kalangan rakyat yang diwariskan secara lisan.
Mencermati uraian tersebut, maka cerita rakyat difokuskan pada cerita rakyat
Makassar. Hal ini dipilih untuk menyesuaikan dengan kondisi sosial peserta didik
yang berlatar belakang budaya Makassar. Selain itu, untuk menyesuaikan dengan
6
karakter bebasis keunggulan lokal. Cerita rakyat Sulawesi Selatan, khususnya cerita
literasi menulis bagi peserta didik dalam berbahasa. Selain itu, pembelajaran
bernalar, dan menguji kepekaan nalar dan perasaan peserta didik untuk memahami
dan menikmati karya sastra lokal. Selanjutnya, dinyatakan pula bahwa pembelajaran
mengonstruksi teks cerpen dimaksudkan agar peserta didik terdidik menjadi pribadi
yang memiliki karakter sopan, beradab, berbudi pekerti, memiliki rasa kemanusiaan,
berimajinasi, tanggung jawab, mandiri, memiliki jiwa berekspresi secara kreatif baik
akan terwujud jika teks yang ditulis menampilkan berbagai alur, penokohan, latar,
konflik, serta nilai. Oleh karena itu, melalui menginstruksi teks sastra pembaca*dapat
7
mengonstruksi cerita rakyat menjadi cerpen peserta didik kelas X SMA Negeri 10
Makassar tahun pelajaran 2019/2020 hanya berkisar antara rentang 56 sampai dengan
80. Nilai rata-rata pun masih rendah, yakni hanya mencapai 72. Sementara, standar
dan target pencapaian kompetensi yang diistilahkan dengan KKM sesuai dengan
Fenomena lain yang menjadi kendala yang sering terjadi berdasarkan hasil
observasi awal penulis adalah peserta didik terbentur pada proses mengonstruksi
cerpen, terutama ketika peserta didik diarahkan untuk mengembangkan ide, kesulitan
menjadi cerpen karena minimnya penguasaan diksi. Persoalan ini merupakan faktor
kebiasaan yang jarang dilakukan oleh peserta didik dalam mengungkapkan perasaan,
tersebut disebabkan oleh tidak adanya pemahaman nilai dan manfaat lainnya yang
dapat diperoleh peserta didik ketika mengonstruksi cerpen. Motivasi belajar peserta
didik yang kurang. Selain itu, metode yang digunakan dalam pembelajaran
8
mengonstruksi cerpen masih kurang sehingga minat dan kompetensi peserta didik
perhatian dan diatasi sehingga peserta didik dapat mengonstruksi cerpen melalui
media dan bahan ajar yang lain yang dapat menunjang keterampilan peserta didik
(learning meaning) jika peserta didik mengonstruksi cerpen dengan bantuan cerita,
khususnya cerita daerah berbasis budaya lokal Makassar. Melalui cerita daerah
cerpen dengan berbagai fenomena sosial dan budaya daerah sehingga peserta didik
tinggal memformulasikan isi cerita itu melalui larik dan diksi menjadi cerpen.
diperhatikan%oleh guru. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan peserta didik
saat proses mengonstruksi cerita rakyat menjadi cerpen. Beberapa hal yang menjadi
kebutuhan peserta didik saat mengonstruksi cerita rakyat menjadi cerpen adalah
bantuan dan bimbingan guru, metode, media, serta komponen lain yang dapat
B. Rumusan Masalah
yaitu:
C. Tujuan*Penelitian
10
D. Manfaat Penelitian
dari penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu manfaat teoretis dan
praktis.
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
rakyat.
A. Tinjauan Pustaka
1. Menulis Teks
Menulis merupakan bagian proses ekspresi dan eksplorasi ide dan gagasan.
Dalam menulis terdapat ide yang dikonstruk menjadi sebuah teks sebagaimana
menyusun beberapa kata, frasa, dan klausa dalam sebuah kalimat yang bermakna
(KBBI, 2016*).
lambang tulisan sebagai medianya. Dalam proses menulis terdapat aktivitas dan
proses berpikir yang mengolah beberapa subinformasi. Proses berpikir tersebut tentu
melibatkan indra penalaran, sebab penalaran yang baik akan menghasilkan tulisan
Menulis sebagai wujud penuangan ide dan gagasan agar menarik dan
menghadirkan nalar yang baik. Artinya, untuk menghasilkan tulisan dengan simpulan
yang benar harus dilakukan melalui proses penalaran secara cermat dengan
sebuah simpulan yang keliru dan tidak bermakna atau tidak logis.
13
melalui tahap pramenulis, penulisan, dan perevisian. Tahap penulisan tersebut sangat
menentukan kualitas tulisan yang dihasilkan. Pada tahap pramenulis, penulis mulai
Pendapat yang senada tentang menulis dikemukakan oleh beberapa ahli yang
menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi
gagasan yang dilakukan secara bertahap untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas
(Sumardjo, 2001: 30). Pendapat yang sama dinyatakan oleh Depoter & Hernacki
(2001: 50) bahwa proses menulis dapat dilakukan melalui langkah (1) persiapan,
dieksplorasi dan dikembangkan, (3) berbagi draf ke pembaca lain untuk ditanggapi
dan diberi umpan balik,(4) perevisian, dan umpan balik, perbaiki tulisan dan bagikan
menyunting semua kesalahan, tatabahasa, dan tanda baca, (6) penulisan kembali,
memasukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan, dan (7) evaluasi, periksalah
peserta didik proses menulis tersebut. Peserta didik harus dikenalkan langkah proses
menulis, yaitu tahap menulis awal, membuat draf, dan merevisi draf lalu
14
memperbaiki tulisan yang sudah dihasilkan. Selama ini di sekolah, ada lima tahap
proses kreatif menulis yang diterapkan, yaitu: (1) mulai dari persiapan dengan
dan direnungkan kembali untuk dikembangkan, (3) inspirasi, pada tahap ini penulis
mmefikuskan pada topik yang akan ditulis, (4) penulisan kerangka dan draf dengan
sistematika tulisan yang tepat, dan (5) merevisi untuk menghasilkan tulisan yang
merupakan kegiatan menulis yang lahir dari gagasan yang kreatif sehingga peserta
didik digiring agar mampu menciptakan ide yang lahir dari pikiran yang kreatif ke
2. Cerita
Cerita dan narasi merupakan dua istilah yang sering digunakan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Kedua istilah tersebut memiliki arti sebagai
rentetan kejadian yang menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi atau bagaimana
proses terjadinya sesuatu peristiwa secara kornologis. Cerita atau narasi adalah
sebuah pengisahan yang berkaitan dengan penyajian konflik dan masalah. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Keraf (2005: 136) bahwa cerita adalah paparan kejadian
pendengar.
Cerita adalah sebuah perilaku dan tindakan yang terjadi dalam suatu
rangkaian waktu dan peristiwa. Penggambaran dalam cerita didominasi oleh peristiwa
15
atau kejadian. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Keraf (2005: 140) bahwa
terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan
kejadian, dan agar pembaca dapat mengambil pesan dari peristiwa itu.
Hakikat cerita juga dikemukakan oleh Ambo Enre (1994: 90) yakni sebuah
tulisan yang bersifat naratif dan subjektif yang isinya bergantung pada selera
pengarang. Artinya, sekalipun cerita itu bersumber dari suatu kenyataan seperti
biografi dan riwayat seseorang, namun isi cerita dan penyusunannya tidak terlepas
dari keinginan penulis dalam mengolah bahasanya untuk menghasilkan sebuah cerita
yang kronologis. Konsepnya, sebuah cerita dapat berisi fakta yang benar-benar
terjadi, dapat pula berisi sesuatu yang khayali dan fiktif. Adapun cerita yang berupa
fakta misalnya otobiografi atau biografi seseorang tokoh terkenal. Isi wacana tersebut
benar-benar nyata atau berdasarkan fakta sejarah yang tidak dibuat-buat. Sebaliknya,
cerita khayalan seperti cerpen, novel, roman, hikayat, drama, dongeng, dan lain-lain
digolongkan cerita yang khayali karena disusun atas dasar imajinasi seseorang
samping naratif biasa. Dialog cerita memang terasa lebih bermakna dan menarik
Pelukisan dan penggambaran watak, dan kecerdasan sikap, serta tingkat pendidikan
tokoh dalam cerita yang disuguhkan sering bersifat real dan sesuai dengan kehidupan.
16
kesusasteraan sering disebut fiksi (berasal dari bahasa Inggris fiction) atau prosa
rekaan atau cerita rekaan, yaitu suatu cerita yang dihasilkan oleh iamjinasi dan daya
khayal pengarang (Rahmanto, 1998: 15). Cerita rekaan sebagai fiktif mengisahkan
berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan sesama
Nurgiyantoro (2014: 2) bahwa prosa dalam pengertian fiksi, yaitu teks naratif atau
Hakikat cerita juga dikemukakan oleh Mustopo (1983: 35) yakni cerita
rekayasa yang merupaan bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pelakon,
pelaku, peristiwa, dan alur sebagai sebuah hasil daya khayal atau imajinasi. Pendapat
ini diperkuat oleh Suharianto (1982: 27) bahwa cerita fiktif atau prosa, ciri khususnya
atau alinea dan kekhasan penggunaan bahasa yang konstruktif. Hal yang sama
dinyatakan oleh Aminuddin (1990: 66) bahwa cerita rekaan adalah kisahan atau cerita
yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar tahapan, dan
rangkain cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
a. Pengertian
Salah satu jenis cerita yang juga pernah berkembang di tengah masyarakat
adalah cerita rakyat yang memiliki konsep yang hampir sama oleh para ahli dan
rakyat adalah kiasan anonim*yang tidak terlihat pada ruang dan waktu yang beredar
dongeng, legenda, mitos, dan sage. Dengan kata lain, cerita yang dituturkan secara
pesan dan hiburan mendidik. Dinyatakan pula bahwa cerita*rakyat adalah cerita dari
zaman dahulu yang timbul di kalangan rakyat yang diwariskan secara lisan yang tidak
penyebarannya dari mulut ke mulut serta asal usul dan penciptaannya bersifat
anonim.
1987: 4) bahwa ciri khusus cerita rakyat ditularkan dari seseorang ke orang lain
rakyat benar-benar oral, artinya disebarkan dari mulut ke mulut. Dalam proses
penyebarannya, cerita rakyat dituturkan oleh seseorang dan didengar oleh orang lain.
Orang lain memformulasi kembali, mengulang, dan menuturkan kepada orang lain,
dengan memperhatikan urutan isinya, dengan atau tanpa tambahan yang dibuat oleh
Cerita rakyat pada dasarnya tersimpan di dalam ingatan manusia atau dalam
tradisi lisan kala itu sehingga cerita rakyat tidak pernah memiliki bentuk yang statis.
Cerita ini cenderung mengarahkan ke pola cerita yang datar tanpa menghadirkan
konflik. Cerita rakyat senantiasa mengalami perubahan dari masa ke masa, bahkan
dari penutur yang lain dalam satu yang berbeda, meski dari kelompok atau individu
yang sama.
penyebarannya disebabkan oleh penuturnya yang tidak mampu mengingat seluruh isi
cerita itu secara utuh dan lengkap, atau menuturkan secara tepat seperti yang
didengarnya dari penutur yang memberi berita kepadanya. Penyebar cerita kadang
19
tidak mampu mengingat bagian-bagian cerita yang dituturkannya itu, lalu diganti atau
diubahnya dengan bagian hasil rekamannya daan bahasa sesuai dengan gaya
penceritaannya sendiri.
Setiap penyusunan cerita memiliki fungsi dan dan manfaat bagi masyarakat
penuturnya. Hal ini telah dinyatakan oleh William R. Bascvom (dalam Danandjaya,
kebudayaan masyarakat*pendukungnya.
dan karakter anaknya, sehingga kelak si anak mempunyai keluhuran budi pekerti
halus*dan tinggi.
dipatuhi oleh semua anggota kolektif yang bersangkutan, baik rakyat biasa
1) Mite (myth)
Mite merupakan cerita rakyat yang benar-benar terjadi serta dianggap suci
oleh yang punya cerita. Mite dimainkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa.
Peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang bukan seperti yang dikenal saat ini
dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk tipografi,
gejala alam dan sebagainya. Mite juga berkisah tentang petualangan para dewa, kisah
sebagainya.
2) Legenda
dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci.
Berlainan dengan mite, legenda diperankan oleh manusia, walaupun ada kalanya
mempunyai karakter yang luar biasa, dan seringkali dibantu makhluk-makhluk ghaib.
21
Latar terjadinya adalah di dunia seperti yang sudah dikenal ini, karena waktu
dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda. Selain itu, legenda sering menyebar
dalam bentuk pengelompokan yang disebut siklus (cycle), yaitu sekelompok cerita
yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu (Danandjaya, 1987: 67).
3) Dongeng
Menurut Danandjaya (1987: 83), apabila legenda adalah sejarah kolektif (folk
history), maka dongeng merupakan cerita pendek kolektif yang bersifat kesusastraan
lisan. Dongeng merupakan cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar ada dna
setia cerita termasuk cerita rakyat mmeiliki aspek dan unsur, yaitu:
Aspek ini terjadi dari pelaku cerita, nilai yang terkandung, tendensi cerita,
bentuk cerita, dan sifat cerita. Nilai cerita biasanya mengandung nilai kepahlawanan
atau sejarah. Sedangkan untuk tendensi cerita, sasarannya ditujukan untuk orang
dewasa.
Aspek ini terdiri dari cerita rakyat, diceritakan untuk apa, oleh siapa, apa
gunanya, apakah masih hidup sampai sekarang, asal cerita dari mana, apa
22
banyak*ditemukan kkeurangan dan masalah yang ada pada peserta didik yang
a. Pengertian*Teks%Cerpen
kekeluargaan, sosial, dan budaya masyarakat. Selain itu, isi dari cerita pendek juga
situasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Kosasih (2014: 111) bahwa cerita pendek
relative dan pada umumnya cerita*pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar
sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah penyebaran diksi dan kosakata sekitar 500-
23
dibaca*dalam sekali*duduk.
memiliki durasi pembacaan yang singka dengan target dapat diselesaikan dengan
sekali*duduk. Dalam hal ini, cerita jenis ini mempunyai jumlah kosakata yang tidak
banyak sehingga pembaca dapat*memahami isi cerita dalam waktu yang singkat.
Pernyataan tersebut didukung oleh Hidayati* (2009: 95) bahwa cerpen$adalah suatu
yang relatif singkat dan pendek dan dapat dibaca dalam waktu yanag singkat. Hal ini
berarti bahwa dalam membaca cerpen tidak memerlukan waktu yang banyak. Jadi,
cerpen* yang terdiri atas*tiga bagian. Ketika bagian tersebut meliptui cerita, tema,
dan sarana$cerita. Isi cerita meliputi karakter, alur, dan setting. Sarana*cerita
meliputi sudut pandang dan gaya*bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa cerita pendek
terdiri dari unsur pembangun untuk memberikan sebuah cerita yang dikemas secara
cerpen memiliki sifat naratif pendek yang memberikan satu kesan kepada*pembaca.
lengkap dan sederhana. Sesuai dengan namanya, maka cerita pendek memiliki struktu
cerita yang singkat, karena jumlah kata pada teks cerpen tidak banyak dan bisa
dalam penulisan sebuah teks yang bertujuan untuk membedakan antara*teks satu
dengan jenis*teks*lainnya.
tidak*formal.
25
kehidupan* masyarakat.
strukturnya; bagian-bagiannya*mengalami$pelesapan.
bagian-bagian’’yang mengalami*pelesapan.
langsung*petunjuk.
26
5) Penulisan cerpen hendaknya disertai latar* dan diuraikan dalam bentuk narasi.
Tata penulisan penulisan teks cerpen lebih cenderung berupa narasi yang yang
tokoh, penokohan, dan alur dideskripsikan dalam teks. Tata penulisan teks cerpen
juga tidak harus bertele-tele agar maksud dari penulis dapat tersampaikan langsung
kepada pembaca. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut maka kaidah teks
cerpen merupakan sebuah pedoman dan tata aturan dalam menulis teks agar dapat
Penggunaan gaya*bahasa tersebut bertujuan agar teks menjadi lebih menarik oleh
pembaca. Gaya*bahasa juga bertujuan untuk memperindah penulisan isi dalam teks*
cerpen.
c. Struktur*Teks$Cerpen
semua jenis teks, termasuk cerpen. Teks cerpen merupakan salah satu teks yang
memiliki sebuah struktur dan merupakan rangkaian cerita yang berfungsi untuk
27
menghasilkan tulisan yang*terpadu dan membentuk cerita tersebut. Dalam teks cerita
berikut ini.
cerita.
cerpen sebagai*berikut:
28
klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian
akhir cerita yang berisi tentang sikap atau nasib-nasib*yang dialami tokohnya
penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan pada imaji pembaca. Jadi, akhir
mengatakan bahwa struktur* dalam cerita pendek dikupas menjadi unsur-unsur yang
pemecahan soal. Artinya, dalam teks cerpen terdapat unsur dan struktur*yang
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur dan
menjadi lebih menarik dan tersusun rapi. Struktur teks diawali dengan pengenalan isi
cerita dan diakhiri dengan penyelesaian cerita tersebut. Pada struktur teks cerpen,
terdapat struktur yang sederhana sehingga pembaca dapat memahami*isi dari cerita
yang dibaca.
d. Unsur-unsur*Pembangun$Teks*Cerpen
merupakan unsur-unsur*yang terdapat dari dalam teks yang membentuk teks itu
instrinsik cerpen ini merupakan suatu hal yang penting. Apabila*salah satu unsur
1) Tema*
Tema merupakan pokok persoalan utama yang dibahas dalam cerita. Tema
juga diartikan sebagai gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita
tema, harus mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam cerpen
itu.
2) Amanat
amanat pada umumnya tidak bisa lepas dari tema cerita. Misalnya, apabila tema cerita
tentang perjuangan kemerdekaan, maka amanat cerita itu pun tidak jauh dari
persoalan kemerdekaan.
4) Alur
suatu cerpen bervariasi, ada yang cerita yang dikembangkan dengan menarik, mudah
dipahami, dan logis. Ada juga yang dikembangkan dengan penyajian jalan cerita yang
5) Latar*atau$setting
sangat penting kehadirannya karena mendukung suasana dalam cerita. Setting sebuah
cerita merupakan tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam cerita. Latar*
cerita dapat bersifat nyata dan faktawi, juga bersifat imajinatif. Latar bertujuan
6) Gaya*bahasa
dengan persoalan bahasa dalam karya sastra. Akan tetapi, dalam perkembangannya,
pengertian gaya juga dilihat di luar hubungan sastra. Paling tidak, dibedakan antara
gaya sastra dan gaya bukan sastra, dan gaya bukan sastra meliputi bahasa ilmiah,
bahasa hukum, bahasa teknik atau bahasa jurnalistik, yang mempunyai ciri-ciri
tersendiri. Stilistika merupakan ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya
dalam karya sastra (Zaidan dkk., 2000). Pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu
cara yang digunakan seseorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya
e. Langkah-langkah*Menulis$Teks%Cerpen
bertujuan agar cerpen yang ditulis mempunyai daya*pikat sehingga cerpen menjadi
32
ditentukan.
penggunaan$kalimat. Selain itu, isi cerita harus diawali oleh paragraf pertama
ditulis.
sebagai berikut.
33
pensil warna-warni.
kertas.
kaidah*kebahasaannya.
sebagai*berikut.
menakutkan.
mendukung, karena menulis cerpen memerlukan banyak ide yang menarik. Ide yang
hidup dan juga dari cerpen yang sudah*dibaca. Menulis cerpen dapat diawali dengan
pembaca.
B. Kerangka*Pikir
2013 menuntut peserta didik memahami materi pembelajaran yang berbasis teks.
Salah satunya adalah teks tulis. Salah satu keterampilan menulis yang harus dikuasai
peserta didik adalah menulis teks cerpen dengan baik. Dalam menulis teks cerpen
kepada pembaca peristiwa demi peristiwa yang bergerak dari awal sampai akhir
sehingga pembaca akan mendapatkan gambaran yang jelas, seolah-olah dia sendiri
kejadian dan fenomena dalam cerita rakyat, lalu mengubahnya menjadi cerpen.
Berdasarkan isi cerita rakyat yang dibaca dalam cerita rakyat, selanjutnya
dituangkan dalam bentuk tulisan cerpen yang berisi abstrak (sinopsis) yangki bagian
cerpen yang menggambarkan keseluruhan isi cerita yang mewakili cerita rakyat.
Unsur komplikasi atau puncak konflik, yakni bagian cerpen yang menceritakan
puncak masalah yang dialami tokoh utama dalam cerita rakyat. Evaluasi*, yakni*
keseluruhan isi cerita, mungkin juga diisi dengan kesimpulan tentang hal-hal yang
dialami tokoh*utama.
mengembangkan cerita rakyat ke dalam bentuk cerpen peserta didik kelas X SMA
Negeri 10 Makassar. Secara skematis, kerangka pikir dalam penelitian ini dapat
Kemampuan Mengembangkan
Cerita Rakyat Menjadi Cerpen
Abstrak
Orientasi
Komplikasi
Evaluasi
Resolusi
Koda
Tes Keterampilan
Mengonstruksi Teks Cerpen
Analisis
Temuan
BAB III
METODE PENELITIAN
ke dalam bentuk menulis cerpen peserta didik kelas X SMA Negeri 10 Makassar.
Selanjutnya, peneliti menggunakan teori Sugiyono (2014: 23) untuk merumuskan dan
spesifik, jelas, dan rinci dan ditentukan secara mantap*sejak awal. Hal ini menjadi
cerita rakyat ke dalam bentuk menulis cerpen peserta didik kelas X SMA Negeri 10
Makassar.
B. Variabel Penelitian
mengembangkan cerita rakyat ke dalam bentuk menulis cerpen peserta didik kelas X
upaya, dan tindakan yang dilakukan, baik guru maupun peserta didik dalam
Dari aspek peserta didik meliputi aktivitas, kreativitas, keaktifan, kreativitas, dan
cerpen.
suatu output atau produk sebagai wujud kemampuan dan kompetensi yang
dihasilkan oleh peserta didik yakni teks cerpen hasil pengembangan dan gubahan
dari cerita rakyat yang memiliki komponen dan kelengkapan struktur cerpen,
1. Populasi
bena yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi ratget
kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi, 2016: 53) . Populasi penelitian
ini adalah seluruh peserta didik Kelas X SMA Negeri 10 Makassar yang berjumlah
39
penelitian ini adalah sama (homogen) karena peserta didik diajar oleh guru yang
sama, metode yang sama, dan materi yang sama selama di kelas X. Untuk lebih
jelasnya, keadaan populasi dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
2. Sampel
Bailey (dalam Prasetyo, 2006: 119) “Sampel merupakan bagian dari keseluruhan
populasi yang ingin dikaji”. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu
gambaran populasi dan bukan populasi itu sendiri. Mengacu pada pernyataan
tersebut, penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teknik acak sederhana (simlpe random sampling). Teknik acak sederhana adalah
teknik yang memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk
dipilih sebagai sampel. Dengan kesempatan yang sama ini, hasil dari suatu penelitian
40
dapat digunakan untuk memprediksi populasi. Selain itu, teknik acak sederhana
Slovin untuk tingkat kesalahan 10% sebagaimana dikemukakan oleh Prasetyo (2006:
137). Jadi, sampel penelitian ini berjumlah 10% atau 35 orang dari 353 populasi.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
(6x45 menit). Aspek yang diamati adalah segala bentuk aktivitas guru dan peserta
mengembangkan cerita rakyat ke dalam bentuk cerpen peserta didik kelas X SMA
Negeri 10 Makassar.
teknik statistik deskriptif kuantitatif dengan bantuan SPSS versi 20. Adapun langkah-
Nilai mentah dibuat dengan mengacu pada aspek penilaian keterampilan menulis
berskor 1.
berikut:
5) Orientasi tidak disajikan dalam teks serta tidak tampak pengenalan cerita
berikut:
tokohnya), berskor 5.
tokohnya), berskor 4.
43
5) Komplikasi atau puncak konflik tidak disajikan dalam teks serta tidak
berskor 5.
tokoh, berskor 2.
44
tokoh, berskor 1.
berskor 3.
cerita*, berskor 1.
3. Membuat*klasifikasi$kemampuan sampel.
Berdasarkan tabel 3.2 interval nilai kemampuan peserta didik dibagi ke dalam
cerpen peserta didik kelas X SMA Negeri 10 Makassar disesuaikan dengan penilaian
kurikulum 2013, yaitu: jika jumlah peserta didik mencapai 85% yang mendapat nilai
75 ke atas dianggap terampil dan jika jumlah peserta didik kurang dari 85% yang
rakyat ke dalam bentuk cerpen peserta didik kelas X SMA Negeri 10 Makassar.
47
DAFTAR*PUSTAKA
Al- Hajj, Ihtihsan. 2005. “Strategi Menulis Puisi Akrostik sebagai Upaya
Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Peserta didik Kelas X SMP Negeri
2 Kendari.” Tesis. Makassar: PPs UNM.
Aziz, Siti Aida dan Sukri Syamsuri. 2011. Apresiasi dan Kajian Puisi. Surabaya:
Putra Media Nusantara.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Keraf, Gorys. 2005. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
48
Mustopo, Habib M. 1983. Ilmu Belajar Dasar, Kumpulan Esai Manusia dan Belajar.
Surabaya: Indonesia Usaha Nasional.
Popham, James W., 1995. Classroom Assessment: What Teacher Need to Know.
USA: A.Simon & Schuster Company.
Sudjana, Nana. 2005. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Suhartini. 2005. “Kemampuan Menulis Puisi Peserta didik Kelas III Bahasa SMA
Negeri 1 Bajeng” Skripsi. Makassar: FBS UNM.
Sumardjo, J., 2001. Catatan Kecil tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
49
Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah. 2000. Kamus Istilah Sastra.
Jakarta: Balai Pustaka.