NIM :18075026
Konsep taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang
psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian
tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum keterampilan (skills) abad 21.
Pengetahuan (knowledge)
Pemahaman (comprehension)
Penerapan (application)
Analisis (analysis)
Sintesis (synthesis)
Evaluasi (evaluation).
Tingkatan-tingkatan dalam taksonomi Bloom, telah digunakan hampir setengah abad sebagai
dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes dan kurikulum. Revisi
dilakukan terhadap taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (taksonomi versi
lama) menjadi kata kerja (taksonomi versi baru). Revisi taksonomi Bloom dilakukan oleh
Krathwohl dan Anderson, taksonomi menjadi:
mengingat (remember)
memahami (understand)
mengaplikasikan (apply)
menganalisis (analyze)
mengevaluasi (evaluate)
mencipta (create).
Taksonomi tujuan pendidikan (the taxonomy of educational objective) adalah suatu kerangka
untuk mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk memprediksi
kemampuan peserta didik dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Taksonomi
tujuan instruksional ialah adanya hierarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang
terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi
tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya.
a) Guru mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur atau
metode pembelajaran
c) Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan
sehingga diperkecil kemungkinan munculnya celah atau saling menutupi antar guru
Taksonomi Bloom diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara
berjenjang dan progresif ketingkat yang lebih tinggi. Masing- masing kawasan/ranah dari
taksonomi Bloom dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Mengingat (remember)
Tujuan Instruksional pada level ini adalah menuntut siswa untuk mengingat (recall) informasi
yang telah diterima sebelumnya, misalnya:fakta, terminology, rumus, strategi pemecahan
masalah dan sebagainya. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan
memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa
lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah,
dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
b) Memahami (understand)
Kategori ini dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan dan informasi
yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Memahami/mengerti berkaitan dengan
membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan
membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa
berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan
tertentu.
c) Mengaplikasikan/menerapkan (apply)
Tingkatan ini merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang
telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul
dalam kehidupan sehari-hari. Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan
permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural
knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan
mengimplementasikan (implementing).
d) Menganalisis (analyze)
e) Mengevaluasi (evaluate)
Mengevaluasi adalah level dimana siswa diharapkan mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan kriteria tertentu.
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan
standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa.
Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh
siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi
mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian.
Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi
adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa.
Mengkreasi atau mencipta adalah level tertinggi. Menciptakan mengarah pada proses kognitif
meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan
beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat
berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh
pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk
dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.
Menurut Bloom, Krathwohl, dan Masia (truschel, 2008) ranah sikap berkaitan dengan nilai
tentang kesadaran, untuk dapat membedakan nilai-nilai secara implisit melalui analisis.
Dalam kurun waktu yang lama, dalm pelaksanaan pembelajaran Taksonomi Bloom pada
ranah sikap kurang begitu mendapat perhatian disebabkan kurang praktis daripada ranah
kognitif. Namun, dalam pelaksanaan pembelajaran secarau umum dapat dipraktikkan dan
dilakukan penilaiannya melalui pengamatan (observasi).
Tingkat Menerima
Menerima disini diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara
membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus terstentu yang mengandung estetika.
Tingkat Tanggapan
o Tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku baru dan
sasaran didik (siswa) sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena
adanya perangsang pada saat ia belajar.
Tingkat Menilai
o Pengakuan secara obyektif (jujur) bahwa siswa obyektif, sistem atau kadar
tertentu mempunyai manfaat.
o Kemauan untuk menerima suatu obyek atau kenyataan setelah seseorang itu
sadar bahwa obyek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara
menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif.
Tingkat Organisasi
Karakerisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang
selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-
olah telah menjadi ciri-ciri pelakunya.
a. Persepsi
b. Kesiapan
c. Gerakan Terbimbing
e. Gerakan Kompleks
g. Kreativitas
Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak yang baru atas dasar
prakarsa dan inisiatif sendiri.
1) Dimensi Pengetahuan
a. Pengetahuan Faktual
mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu, baik yang bersifat verbal maupun
yang bersifat non-verbal. Setiap disiplin ilmu biasanya memiliki banyak sekali terminologi
yang khas untuk disiplin ilmu tersebut. Contohnya: pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan
tentang istilah ilmiah, dan pengetahuan tentang simbol dalam peta.
mencakup pengetahuan tentang kejadian, oarang, waktu, dan informasi lainnya yang
bersifat sangat spesifik. Contohnya: pengetahuan tentang nama tempat dan waktu
kejadian, pengetahuan tentang kode produk dan komponen elektronika, dan pengetahuan
tentang sumber informasi.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalm struktur
yang lebih besar dan semuanya berfungsi sama. Pengetahuan konseptual mencakup
skema, model pemikiran, dan teori baik yang bersifat implisit maupun eksplisit. Ada tiga
macam pengetahuan konseptual, yaitu:
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu yang dapat
berupa kegiatan atau prosedur.
mencakup pengetahuan tentang keterampilan khusus yang diperlukan untuk bekerja dalm
suatu bidang ilmu atau tentang algoritmeyang harus ditempuh untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Contohnya: pengetahuan tentang mengukur besaran listrik, pengetahuan
tentang mengukur suhu air yang dididihkan dalam gelas beker.
Pengetahuan tentang tekhnik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang
tertentu
mencakup pengetahuan yang pada umumnya merupakan hasil konensus, perjanjian, atau
aturan yang berlau dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan tentang tekhnik dan metode
lebih mencerminkan bagaimana ilmuwan dalm bidang tersebut berpikir dan memecahkan
masalah yang dihadapi. Contohnya: pengetahuan tentang metode penelitian, pengetahuan
tentang metode pengukuran parameter internal komponen transistor.
Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk
digunakan
mencakup pengetahuan tentang kapan suatu tekhnik, strategi, atau metode harus
digunakan. Peserta didik dituntut, bukan hanya tahu sejumlah tekhnik atau metode tetapi
juga dapt mempertimbangkan tekhnik atau metode tertentu yng sebaiknya digunakan
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu. Contohnya:
pengtahuan tentang kriteria radiasi gelombang tegak antena, pengetahuan tentang kriteria
pemilihan rumus yang sesuai dalam memecahkan masalah dan pengetahuan memilih
metode statistika menganalisa data dalam penelitian.
d. Pengetahuan Metakognisi
Kuhn (2000) mendefinisikan metakognisi sebagai kesadran dan manajemen dari proses dan
produk kognitif yang dimiliki seseorang atau secara sederhana disebut sebagai “berpikir
mengenai berpikir”. Secara umum metakognisi dianggap sebagai suatu konstruk
multidimensi. Sebuah model yang populer (Ravell, dkk, 2002) menggambarkan dua dimensi
metakognisi yang berhubungan tetapi berbeda secara konsep, yaitu pengetahuan metakognitif
dan proses metakognitif.
A. Kognotif
Siswa diberi mateeri tentang kemasan apa saja yang membuat kemasan tersebut rusak,
lalu siswaa mengingat materi dan memahaminya, lalu guru memberikan contoh
kemasan yang rusa kepada siswa, disaat itu siswa menganalisi bagaimana kerusakan
kemasan tersebut dan apa yang menyebabkan kemasan tersebut rusak, setakah itu
siswa mengevaluasi bagaimana cara atau solusi agar kemasan tersebut tidak mudah
rusak dan mengatasinya .
B. Afektif
Siswa diberi pilihan oleh guru apa yang ingin dipelajari atau diiminati oleh siswa ,
setelah itu siswa itu akan menganalisis materi yg telah diberi oleh guru, dan siswa itu
boleh mengubah materi tersebut dengan mengaitkan dengan materi lain apabila kedua
materi tersebut berkaitan
C. Psikomotor
Siswa diberi Resep untuk dikerjakan oleh guru dan guru meminta siswa itu untuk
meniru resep dan membuatnya sama persis dengan contoh nyata yg diberikan oleh
guru, maka siswa itu akan membiasakan diri dengan meniru materi yang diberikan
oleh guru tersebut sama persis agar dapat dinilai lebih bagus
Daftar Pustaka