Anda di halaman 1dari 28

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang

ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2005;429). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh

merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, pengaruh merupakan

bentuk hubungan sebab akibat antar variabel. Dalam hal ini audit internal akan

memberikan pengaruh terhadap efektivitas pengendalian internal persediaan barang

jadi.

2.1.2 Audit Internal

2.1.2.1 Pengertian Audit Internal

Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang
independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para
anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan
2

saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang


efektif dengan biaya yang wajar (Hiro Tugiman, 2006:11).

Definisi lain audit internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang ada
dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai
pemberian jasa kepada organisasi. Audit internal melakukan aktivitas pemberian
keyakinan serta konsultasi yang independen dan obyektif, yang dirancang untuk
menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi (Wuryan Andayani, 2008;2).

Pendapat lain menyebutkan audit internal adalah sebuah penilaian yang


sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol
yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1)informasi
keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi
perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta
kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi
yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan
ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif – semua dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif (Sawyer, 2005;10)

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa audit internal

merupakan audit yang ditujukan untuk memperbaiki kinerja. Kegiatan audit internal

adalah menguji, menilai efektivitas dan kecukupan dalam sistem pengendalian

internal yang ada dalam organisasi. Dengan demikian audit internal berfungsi

sebagai penilai independen yang dibentuk dalam suatu organisasi dan mempunyai

aktivitas untuk memberikan jaminan keyakinan dan konsultasi. Auditor internal

berperan untuk membawa para anggota organisasi agar dapat menjalankan tanggung

jawabnya secara efektif dan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Auditor internal juga berhak memberikan penilaian, rekomendasi, konseling, dan

informasi untuk menciptakan pengendalian yang efektif.


3

2.1.2.2 Tujuan Audit Internal

Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar

dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu pemeriksa internal

akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan

pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya

yang wajar (Hiro Tugiman, 2006;11).

2.1.2.3 Tugas Audit Internal

Audit internal dapat memberikan berbagai jenis layanan jasa kepada


organisasi yaitu membantu mengevaluasi aktivitas dalam bidang: pengendalian
akuntansi internal, pencegahan dan pendeteksian kecurangan, pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan ketaatan, pemeriksaan operasional, pemeriksaan manajemen,
pemeriksaan kontrak, pemeriksaan sistem informasi, pengembangan kualitas internal,
dan hubungan entitas di luar organisasi (Hiro Tugiman, 2006;7).

Audit internal dapat membantu manajemen dalam:

1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen


puncak. Setiap tahun kepala Audit (SPI) menyiapkan rencana jadwal audit
khusus untuk aktivitas yang diawasi. Rencana ini dipresentasikan di depan
manajemen eksekutif dan dewan, dan diubah sesuai pergeseran strategi
organisasi dan kebutuhan serta harapan pegawai senior. Kepala eksekutif audit
juga memastikan bahwa waktu dan sumber daya tersedia untuk audit yang
sewaktu-waktu diperlukan dan tidak bisa diperkirakan pada saat rencana awal
dibuat. Pada lingkungan bisnis yang tidak stabil, audit semacam ini sudah
menjadi hal biasa sebagai tanggapan auditor internal terhadap kebutuhan
manajemen yang muncul ke permukaan dengan cepat. Pada kenyataannya,
beberapa departemen audit internal tidak menerapkan pendekatan “tepat pada
4

waktunya” untuk penjadwalan audit sehingga mereka dapat memaksimalkan


tanggung jawabnya terhadap kebutuhan manajemen.
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko. Dunia usaha pernah mengandalkan
asuransi untuk mengatasi risiko yang dihadapi, tetapi banyak organisasi terbesar
di dunia saat ini membentuk fungsi manajemen risiko yang proaktif. Pendekatan
holistik atas risiko ini mencakup semua kemungkinan risiko mulai dari masalah
hukum, politik, dan peraturan, sampai hubungan pemegang saham, dampak
persaingan, dan kompetensi manajemen. Auditor internal memperluas persepsi
mereka tentang manajemen risiko dan meningkatkan upaya mereka untuk
meyakinkan manajemen bahwa semua jenis risko organisasi telah dievaluasi dan
diperhatikan dengan layak.
3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior. Manajer senior biasanya membuat
keputusan berdasarkan laporan yang mereka terima, bukan berdasarkan
pengetahuan mereka sendiri. Laporan yang akurat dan tepat waktu lebih
mungkin menghasilkan keputusan yang bermakna. Beberapa organisasi audit
membuat daftar laporan eksekutif dan menjadikan laporan tersebut sebagai acuan
untuk audit yang dijadwalkan. Ketika audit dilakukan, auditor menelaah laporan
tersebut untuk menilai akurasi, ketepatan waktu, dan maknanya kebijakan
manajemen yang diputuskan kemudian bisa menjadi lebih valid.
4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis. Teknologi memiliki dampak
yang sangat besar terhadap apa dan bagaimana audit dilakukan. Auditor internal
modern harus mengetahui bagaimana data berawal, bagaimana proses
pegolahannya, dan di mana letak risiko kemanannya. Dengan semakin
banyaknya prosedur audit tradisional yang diganti dengan pemrosesan data
elektronik, semua auditor internal membutuhkan paling tidak beberapa tingkat
keandalan keahlian. Pengamanan data teleh menjadi risiko terbesar yang telah
dihadapai oleh organisasi modern.
(Sawyer, 2005;32)

2.1.2.4 Kriteria-kriteria Audit Internal

Untuk dapat melakukan tugasnya dengan baik, bagian audit internal dalam
suatu organisasi haruslah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Independensi (Independence)
5

Kedudukan bagian audit haruslah terpisah dari kegiatan-kegiatan yang diauditnya


dan harus dapat bersikap objektif
2. Kemampuan profesional (Professional Profeciency)
Audit internal haruslah mencerminkan keahlian serta ketelitian profesional yang
seharusnya.
3. Ruang lingkup (Scope of work)
Lingkup pekerjaan auditor internal haruslah meliputi pengujian dan evaluasi
terhadap kecukupan dan keefektifan. Pengendalian internal yang dimiliki
organisasi dan kualitas dari pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
4. Pelaksanaan Kegiatan Audit (Performance of Audit Work)
Kegiatan audit harus meliputi perencanaan audit (Audit Program), pengujian, dan
pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil (Reporting) dan menindaklanjuti
(Follow Up).
5. Manajemen Bagian Audit Internal (Management of The Auditing Department)
Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat.
(Hiro Tugiman, 2006;11)

2.1.2.5 Karakteristik Organisasi Audit Internal

Organisasi audit internal yang ada di perusahaan mempunyai sifat yang


independen dan sangat penting keberadaannya bagi suatu organisasi. Organisasi
audit internal mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Pelaksanaan audit internal harus mendapat dukungan dari organisasi. Audit
internal harus memberi laporan yang benar dari temuan dan rekomendasi
perbaikan.
2. Letak departemen audit internal bisa berada di bawah presiden direktur atau
dewan komisasris tergantung tujuan yang ingin dicapai.
3. Bersifat independen dalam menjalankan tugas audit internal.
4. Laporan hasil audit internal ditujukan kepada tingkat manajemen yang lebih
tinggi, bisa juga untuk pihak-pihak lain setelah mendapat persetujuan dari pihak
manajemen.
5. Suatu departemen audit internal biasanya terdiri dari direktur, manajer, staf senior
dan junior yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda.
Posisi departemen audit internal dalam struktur organisasi bisa berada di
bawah direktur utama dan sejajar dengan dewan direksi (Wuryan Andayanai, 2008;8).
6

2.1.2.6 Lingkup Pekerjaan Audit Internal

Lingkup pekerjaan pemeriksa internal harus meliputi pengujian dan evalusi


terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki
organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan, meliputi:

1. Keandalan informasi: pemeriksa internal haruslah memeriksa keandalan


(reliabilitas dan integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dan
cara-cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi,
dan melaporkan suatu informasi tersebut.
2. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-
undangan: pemeriksa internal haruslah memeriksa sistem yang telah ditetapkan
untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan,
rencana, prosedur, hukum, dan peraturan yang memiliki akibat penting terhadap
pekerjaan-pekerjaan atau operasi-operasi, laporan-laporan serta harus menentukan
apakah organisasi telah memenuhi hal-hal tersebut.
3. Perlindungan terhadap harta: pemeriksaan internal haruslah memeriksa alat atau
cara yang dipergunakan untuk melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang
perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi.
4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien: Pemeriksa internal harus
menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.
5. Pencapaian tujuan: Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau
program untuk menetapkan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu pekerjaan, operasi, atau
program telah dijalankan secara tepat dan sesuai dengn rencana (Hiro Tugiman,
2006;17).

2.1.2.7 Peran Auditor Internal

Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi


sistem pengendalian dan menunjukkan kelemahan-kelemahann dalam pengendalian
internal. Bukti ketaatan terhadap kebijakan, prosedur, peraturan atau undang-undang
yang sudah ditetapkan, baik oleh manajemen maupun pemerintah terletak pada
pendokumentasian yang layak. Jika sistem pengendalian didokumentasikan dengan
baik, suatu organisasi dapat lebih siap mematuhi peraturan – peraturan yang relevan.
7

Dalam mengevaluasi pengendalian internal, auditor internal harus terus mengingat


bahwa pengendalian dirancang untuk mencapai tujuan mereka.
Selain itu, auditor interal juga berperan untuk membantu manajemen dalam
beberapa hal, yakni :
1. Mengidentifikasi dan meminimalkan risiko. Semua organisasi menetapkan
manajemen risiko dengan melakukan pendekatan yang holistik meliputi semua
risiko pada perusahaan, yang berasal dari hukum, politik, dan pembuat peraturan,
hubungan dengan pemegang saham, dan pengaruh persaingan.
2. Memvalidasi laporan kepada manajemen puncak. Para manajemen membuat
keputusan berdasarkan laporan yang dibuat oleh auditor internal.
3. Melindungi manajemen dalam bidang teknis. Auditor internal harus tahu data
berasal, bagaimana memrosesnya, dan pengamanan data-data perusahaan.
4. Membantu membuat proses keputusan.
5. Mereview aktivitas perusahaan tidak hanya masa lalu, tetapi juga masa depan.
6. Membantu manajer membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan
mengendalikan masalah. (Wuryan Andayani, 2008;58)
2.1.2.8 Standar Kinerja Auditor Internal

Standar Kinerja Auditor Intetrnal yang dikeluarkan oleh Konsorsium


Organisasi Profesi Auditor Internal.

1. Pengelolaan Fungsi Auditor Internal

Penanggung jawab fungsi auditor internal harus mengelola fungsi auditor


internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut
memberikan nilai tambah bagi organisasi.

a. Perencanaan
Penanggung jawab fungsi auditor internal harus menyusun perencanaan yang
berbasis risiko (risk based plan) untuk menetapkan prioritas kegiatan auditor internal,
konsisten dengan tujuan organisasi. Rencana Penugasan auditor internal harus
berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan paling sedikit setahun sekali, masukan
dari pimpinan dan dewan pengawas organisasi serta perkembangan terkini harus juga
dipertimbangkan dalam proses ini. Rencana penugasan auditor internal harus
mempertimbangkan potensi untuk meningkatkan pengelolaan risiko, memberi nilai
tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi.

b. Komunikasi dan persetujuan


8

Penanggungjawab fungsi auditor internal harus mengomunikasikan rencana


kegiatan audit dan kebutuhan sumber daya kepada pimpinan dan dewan pengawas
organisasi untuk mendapat persetujuan. Penanggung jawab fungsi auditor internal
harus mengomunikasikan dampak yang timbul karena adanya keterbatasan sumber
daya.

c. Pengelolaan Sumber Daya


Penanggung jawab fumgsi auditor internal harus memastikan bahwa sumber
daya fungsi auditor internal sesuai, memadai, dan dapat digunakan secara efektif
untuk mencapai rencana yang telah disetujui.

d. Kebijakan dan Prosedur


Penanggung jawab fungsi auditor internal harus menetapkan kebijakan dan
prosedur sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi auditor internal.

e. Koordinasi
Penanggungjawab fungsi auditor internal harus berkoordinasi dengan pihak
internal dan eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan
bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan
duplikasi.

f. Laporan Kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas


Penanggungjawab fungsi auditor internal harus menyampaikan laporan secara
berkala kepada pimpinan dan dewan pengawas mengenai perbandingan rencana dan
realisasi yang mencakup sasaran, wewenang, tanggung jawab, dan kinerja fungsi
auditor internal. Laporan harus memuat permasalahan mengenai risiko,
pengendalian, proses governance dan hal lainnya yang dibutuhkan atau diminta oleh
pimpinan dewan pengawas.

2. Lingkup Penugasan
Fungsi auditor internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance.

a. Pengelolaan Risiko
Fungsi auditor internal harus membantu organisasi dengan cara
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.
9

b. Pengendalian
Fungsi auditor internal harus membantu organisasi dalam memelihara
pengendalian internal yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi
dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pegendalian
internal secara berkesinambungan.

Berdasarkan hasil penilaian risiko, fungsi auditor internal harus mengevaluasi


kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal yang mencakup governance,
kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi. Hal ini harus mencakup (a)
efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi (b) kenadalan dan integritas informasi, (c)
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, (d) pengamanan
aset organisasi

Fungsi auditor internal harus memastikan sampai sejauh mana sasaran dan
tujuan program serta kegiatan operasi telah ditetapkan sejalan degan sasaran dan
tujuan organisasi. Auditor internal harus mereview kegiatan operasi dan program
untuk memastikan sampai sejauh mana hasil-hasil yang diperoleh konsisten dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mengevaluasi sistem pengendalian
internal diperlukan kriteria yang memadai.

c. Proses governance
Fungsi auditor internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang
sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan:
(a).Mengembangkan etika dan nilai yang memadai dalam organisasi, (b).Memastikan
pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas, (c).Secara efektif
mengoordinasikan kegiatan dari dan mengomunikasikan informasi di antara
pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal secara manajemen.
Fungsi auditor internal mengevaluasi rancangan, implementasi, dan efektivitas
dari kegiatan, program dan sasaran organisasi yang berhubungan dengan etika.

3. Perencanaan penugasan
Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana
untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi
sumber daya.

a. Pertimbangan Perencanaan
Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan
(a). Sasaran dari kegiatan yang sedang direview dan mekanisme yang digunakan
kegiatan tersebut dalam mengendalikan kinerjanya, (b). Risiko yang signifikan atas
10

kegiatan, sasaran, sumber daya, dan operasi yang direview serta pengendalian yang
diperlukan untuk menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat diterima, (c).
Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan SPI, (d).Peluang yang signifikan
untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan SPI.

b. Sasaran Penugasan
Sasaran untuk setiap penugasan harus ditetapkan.

c. Ruang Lingkup Penugasan


Agar sasaran penugasan tercapai maka fungsi auditor internal harus
mempunyai ruang lingkup penugasan yang memadai.

d. Alokasi Sumber Daya Penugasan


Auditor internal harus menentukan sumber daya sesuai untuk mencapai
sasaran penugasan. Penugasan staf harus didasarkan pada evaluasi atas sifat dan
kompleksitas penugasan, keterbatasan waktu dan ketersediaan sumber daya.

e. Program Kerja Penugasan


Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja
dalam rangka mencapai sasaran penugasan.
Program kerja harus menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi,
menganilisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama penugasan.
Program kerja ini harus memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan. Perubahan
atau penyesuaian atas program kerja harus segera mendapat persetujuan.

4. Pelaksanaan Penugasan
Dalam pelaksanaan penugasan, auditor internal harus mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasi informasi yang memadai untuk
mencapai tujuan penugasan.

a. Mengidentifikasi Informasi
Dalam pelaksanaan penugasan, auditor internal harus mengidentifikasi
informasi yang memadai, handal, relevan dan berguna untuk mencapai sasaran
penugasan.

b. Analisis dan Evaluasi


Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada
analisis dan evaluasi yang tepat.
11

c. Dokumentasi Informasi
Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk
mendukung kesimpulan dan hasil penugasan.

d. Supervisi Penugasan
Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan
tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan staf.

5. Komunikasi Hasil Penugasan


Auditor internal harus mengomunikasikan hasil penugasannya secara tepat
waktu.

a. Kriteria Komunikasi
Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan,
rekomendasi dan rencana tindakannya. Komunikasi akhir penugasan, jika
memungkinkan membuat opini keseluruhan dan kesimpulan auditor internal.

Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi, dalam komunikasi hasil


penugasan, terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang direview. Jika hasil
penugasan disampaikan kepada pihak luar organisasi, maka pihak yang berwenang
harus menetapkan pembatasan dalam distribusi dan penggunaannya.

b. Kualitas Komunikasi
Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat,
objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.
Jika komunikasi final mengandung kesalahan dan kealpaan, penanggung jawab
fungsi auditor internal harus mengomunikasikan informasi yang telah dikoreksi
kepada semua pihak yang telah menerima komunikasi sebeleumnya.

c. Pengungkapan atas Ketidakpatuhan terhadap Standar


Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang mempengaruhi
penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan harus mengungkapkan: (a).
Standar yang tidak dipatuhi, (b). Alasan ketidakpatuhan, (c). Dampak dari
ketidakpatuhan terhadap penugasan.

d. Diseminasi Hasil-hasil Penugasan


Penanggung jawab fungsi auditor internal harus mengomunikasikan hasil
penugasan kepada pihak yang berhak.
12

6. Pemantauan Tindak lanjut


Penanggung jawab fungsi auditor internal harus menyusun dan menjaga
sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan
kepada manajemen.

a. Penyusunan Prosedur Tindak Lanjut


Penanggung jawab fungsi auditor internal harus menyusun prosedur tindak
lanjut untuk mamantau dan memastikan bahwa manajemen telah melaksanakan
tindak lanjut secara efektif atau menaggung risiko karena tidak melakukan tindak
lanjut.

b. Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen


Jika manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko residual
yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh organisasi, penanggung jawab fungsi
auditor internal harus mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior. Jika
diskusi tersebut tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan, maka penanggung
jawab fungsi auditor internal dan manajemen senior harus melaporkan hal tersebut
kepada pimpinan dan dewan pengawas organisasi untuk mendapatkan resolusi.
(Wuryan Andayani, 2008;265)

2.1.2.9 Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian,


serta pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (follow up).
1. Perencanaan pemeriksaan: pemeriksa internal haruslah merencanakan setiap
pemeriksaan.
2. Pengujian dan pengevaluasian informasi: pemeriksa internal harus
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi, dan membuktikan
kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.
3. Penyampaian hasil pemeriksaan: Pemeriksa internal harus melaporkan hasil-hasil
pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.
4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan: pemeriksa internal harus terus meninjau atau
melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan
pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindak lanjut yang tepat.
(Hiro Tugiman, 2006;18)
13

2.1.3 Pengendalian Internal

2.1.3.1 Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan setiap tindakan yang diambil manajemen


untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Pengendalian bisa bersifat preventif, (untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan), detektif (untuk mendeteksi dan memperbaiki hal-hal yang tidak
diinginkan), atau korektif (untuk memperbaiki hal-hal yang tidak semestinya terjadi).
Konsep sistem pengendalian merupakan gabungan komponen pengendalian yang
terintergrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai
tujuan-tujuan dan sasarannya (Sawyer, 2005;59).

Menurut American Institute of Certified Public Accountant – AICPA


pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan
komisasris, manajemen atau pegawai lainnya yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang wajar mengenai pencapaian tujuan pada hal-hal berikut:

a. Keandalan pelaporan keuangan,


b. Efektivitas dan efisiensi operasi, dan
c. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
(Sawyer, 2005;58)

Pengendalian internal terdiri dari rencana organisasi yang mengoordinasikan


dan melakukan pengukuran dalam suatu usaha untuk (i). Mengamankan asset (harta
perusahaan), (ii). Mengecek keakuratan, dan (iii). Data akuntansi yang dapat
dipercaya, sehingga dapat meningkatkan operasional secara efisien dan meningkatkan
ketaatan terhadap kebijakan manajerial (Wuryan Andayani, 2008;46).

Jadi, pengendalian internal merupakan aktivitas perusahaan yang berisi

rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-

pengukuran yang diterapkan perusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa

akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan

mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.


14

2.1.3.2 Tujuan Pengendalian Internal

Pengedalian internal merupakan proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan


komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang wajar mengenai pencapaian tujuan yang meliputi: (1). Keandalan
pelaporan keuangan, (2). Efektivitas dan efisiensi operasi, (3) Ketaatan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku. Ketiga hal tersebut berkaitan dengan jenis audit
khusus dengan urutan yang sama yaitu (1). Audit tahunan atas laporan keuangan, (2).
Audit operasional untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan, serta (3). Audit
ketaatan (dianggap sebagai audit terpisah, tetapi berkaitan dengan audit tahunan dan
audit operasional) (Wuryan Andayani, 2008;47).

2.1.3.3 Unsur-unsur Pengendalian Internal

Lima komponen pengendalian internal yang saling berkaitan pada pernyataan


COSO (committee of sponsoring organization) atau disebut dengan model
pengendalian COSO. Kelima komponen tersebut adalah:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penentuan risiko
3. Aktivitas pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Monitoring

1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pegendalian adalah menggambarkan keseluruhan sikap organisasi
yang mempengaruhi kesadaran dan tindakan personel organisasi mengenai
pengendalian. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam
suatu organisasi adalah nilai integritas dan etika, kompetensi, filosofi, dan gaya
manajemen, struktur organisasi, pembagian wewenang dan tanggung jawab,
kebijakan, praktik sumber daya manusia, kepentingan terhadap kesejahteraan
organisasi, fungsi dewan direksi dan dewan komite, terutama komite audit.
2. Penentuan Risiko
15

Penentuan risiko meliputi penentuan risiko di semua aspek organisasi dan


penentuan kekuatan organisasi melelui evalusi risiko, serta pertimbangan tujuan di
semua bidang operasi untuk memastikan bahwa semua bagian organisasi bekerja
secara harmonis. Penaksiran risiko meliputi pertimbangan risiko yang timbul dari
perubahan standar akuntansi, hukum dan peraturan baru, serta perubahan sistem dan
teknologi
3. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh
manajemen. Aktivitas pengendalian tersebut meliputi persetujuan, tanggung jawab
dan kewenangan, pemisahan tugas, pendokumentasian, rekonsiliasi, serta karyawan
yang kompeten dan jujur. Aktivitas-aktivitas ini harus dievaluasi risikonya untuk
organisasi secara keseluruhan. Aktivitas pengendalian bisa dibagi menjadi
pengendalian pengolahan informasi, pemisahan tugas yang memadai, pengendalian
fisik aset perusahaan, dan peninjauan atas kinerja.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan bagian penting dari proses manajemen.
Komunikasi informasi tentang operasi pengendalian internal memberikan substansi
yang dapat digunakan manajemen untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian dan
untuk mengelola operasinya.
5. Pengawasan
Pengawasan merupakan evaluasi rasional yang dinamis atas informasi yang
diberikan pada komunikasi informasi untuk tujuan pengendalian manajemen (Sawyer,
2005;61).

2.1.3.4 Sarana untuk Mencapai Pengendalian

Dalam sarana yang digunakan untuk mencapai pengendalian, ada beberapa


sarana operasional yang dapat digunakan manajer untuk mengendalikan fungsi di
dalam perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Organisasi (Organization) merupakan struktur yang disetujui untuk orang-orang
di dalam perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya secara
efisien dan ekonomis. Struktur tersebut meliputi:
a. Pemisahan tanggung jawab, sehingga tidak ada satu orang yang
mengendaliakan semua transaksi.
b. Manajer harus memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan yang
diperlukan dalam pelaksanaan tanggung jawabnya.
16

c. Tanggung jawab seseorang harus didefinisikan dengan jelas sehingga tidak


kekurangan atau kelebihan.
d. Pegawai yang menyerahkan tanggung jawab dan mendelegasikan wewenang
ke bawahan harus memiliki sistem tindak lanjut yang efektif untuk
memastikan bahwa tugas telah dilaksanakan dengan baik.
e. Orang yang diberi delegasi tugas harus melaksanakan kewenangan tersebut
dengan pengawasan yang ketat. Tetapi mereka bisa memeriksa bersama
atasan bila terjadi kesalahan.
f. Karyawan harus mempertanggungjawabkan tugasnya ke atasan.
g. Organisasi harus cukup fleksibel untuk memungkinkan terjadinya perubahan
dalam struktur jika rencana operasi, tujuan, dan kebijakan berubah.
h. Struktur organisasi harus di buat sesederhana mungkin.
i. Bagan dan manual organisasi harus disiapkan untuk membantu perubahan
rencana dan pengendalian, dan juga memberikan pemahaman yang baik
tentang organisasi, rantai wewenang, dan pemberian tanggung jawab.
2. Kebijakan (policies) adalah pernyataan prinsip yang menjadi pedoman dan
membatasi tindakan. Kebijakan harus memenuhi prinsip-prinsip tertentu:
a. Kebijakan harus dinyatakn dengan jelas secara tertulis, disusun secara
sistematis dalam bentuk buku pegangan, manual atau jenis publikasi lainnya
dan disetujui dengan semestinya.
b. Kebijakan haruslah dikomunikasikan secara sistematis ke semua pegawai dan
pegawai yang berwenang di organisasi.
c. Kebijakan haruslah sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku, dan harus
konsisten dengan tujuan dan kebijakan umum yang ditetapkan di tingkat yang
lebih tinggi.
d. Kebijakan harus dirancang untuk meningkatkan pelaksanaan aktivitas secara
efektif, efisien, dan ekonomis dan memberikan tingkat keyakinan yang
memuaskan bahwa sumber daya perusahaan telah dijaga dengan semestinya.
e. Kebijakan harus ditelaah secara periodik, dan harus direvisi jika kondisi telah
berubah.
3. Prosedur (procedures) adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan
aktivitas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Prinsip yang diterapkan
pada kebijakan juga bisa diterapkan untuk prosedur. Sebagai tambahan dalam
penetapan kebijakan, beberapa kebijakan yang harus ditambahkan adalah untuk:
a. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan,
prosedur harus dikoordinasikan sedemikian rupa. Dengan demikian,
pekerjaan seorang karyawan secara otomatis diperiksa oleh karyawan lain
17

yang melaksanakan tugas lain secara independen. Dalam menentukan luas


pemeriksaan internal secara otomatis yang harus diterapkan dalam sistem
pengendalian, faktor-faktor seperti tingkat risiko, biaya prosedur preventif,
ketersediaan karyawan, dampak operasional dan kemungkinan untuk
dikerjakan harus dipertimbangkan.
b. Untuk operasi-operasi yang bersifat non mekanik, prosedur ditetapkan jangan
terlalu rinci sehingga mengurangi pertimbangan yang harus dibuat.
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan keekonomisan sampai tingkat maksimum,
prosedur yang ditetapkan haruslah sesederhana dan semurah mungkin.
d. Prosedur-prosedur yang ada tidak boleh saling tumpang tindih, bertentangan
satu sama lain, atau bersifat duplikatif.
e. Prosedur harus ditelaah secara periodik dan ditingkatkan bila diperlukan.
4. Personalia (personel) mencakup orang-orang yang ditugaskan dalam organisasi.
Orang-orang tersebut harus memiliki kualifikasi untuk melaksanakan tugas yang
diberikan. Bentuk pengendalian terbaik di samping kinerja masing-masing
individu adalah supervisi. Jadi, standar supervisi yang tinggi harus ditetapkan,
praktik-praktik berikut ini bisa membantu meningkatkan pengendalian: (a).
Karyawan baru harus dilihat kejujuran dan keandalannya dalam melakukan
pekerjaan, (b). Karyawan harus diberi pelatihan dan kursus-kursus untuk
meningkatkan kemampuan diri, tetap mengetahui kebijakan dan prosedur yang
baru, (c). Karyawan harus diberi informasi tentang tugas dan tanggung jwaba
mengenai segmen lain dari organisasi, (d). Kinerja semua karyawan haruslah
ditelaah secara periodik. Kinerja yang bagus harus diberikan penghargaan yang
layak dan kekurangan yang ada harus dibahas.
5. Akuntansi (accounting) merupakan sarana yang sangat penting untuk
pengendalian keuangan pada aktivitas dan sumber daya. Akuntansi membentuk
kerangka kerja yang bisa disesuaikan dengan pemberian tanggung jawab. Lebih
lanjut, akuntansi merupakan alat untuk mengamankan harta dalam organisasi.
Berikut ini beberapa prinsip dasar untuk sistem akuntansi: (a). Akuntansi harus
sesuai dengan kebutuhan manajer guna pengambilan keputusan yang rasioal, (b).
Akuntansi harus didasarkan pada lini tanggung jawab, (c). Laporan keuangan
dari hasil operasi harus sesuai dengan unit organisasi yang bertanggung jwab
untuk melaksanakan operasi, (d). Akuntansi harus bisa menentukan biaya-biaya
yang dikendalikan.
6. Penganggaran (budgeting) adalah sebuah pernyataan hasil-hasil yang diharapkan
yang dinyatakan dalam bentuk numerik. Suatu pengendalian, yang menetapkan
18

standar masukan sumber daya dan hal-hal yang harus dicapai sebagai keluaran
(output) dan hasil.
a. Orang-orang yang bertanggung jawab untuk memenuhi target anggaran
haruslah berpartisipasi dalam penyiapannya.
b. Orang-orang yang bertanggung jawab untuk memenuhi target anggaran harus
dilengkapi dengan informasi yang memadai yang membandingkan anggaran
dengan kejadian-kejadian aktual dan memberikan alasan penyimpangan yang
signifikan.
c. Semua anggaran khusus harus cocok dengan keseluruhan anggaran
organisasi.
d. Anggaran harus menetapkan tujuan yang dapat diukur.
e. Anggaran akan menjadi tidak bermakna jika manajer tidak tahu apa
tujuannya.
f. Anggaran harus membantu mempertajam struktur organisasi.
7. Pelaporan (reporting) harus dilakukan tepat waktu, akurat, bermakna, dan
ekonomis. Berikut ini beberapa prinsip untuk menetapkan sistem pelaporan
internal yang memuaskan:
a. Laporan harus dibuat sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
b. Individu atau unit-unit harus diminta melaporkan hal-hal yang menjadi
tanggung jwabanya.
c. Laporan harus sederhana, konsisten dengan sifat subyek yang menjadi
masalah. Laporan harus berisi informasi yang melayani kebutuhan
pengguna. Klasifikasi dan terminologi umum harus digunakan sebanyak
mungkin untuk menghindari kebingungan.
d. Sedapat mungkin laporan kinerja memperlihatkan perbandingan dengan
standar biaya, kualitas, dan kuantitas yang ditetapkan. Biaya-biaya yang bisa
dikendalikan harus dipisahkan.
e. Jika kinerja tidak bisa dilaporkan secara kuantitatif, laporan harus dirancang
untuk menekankan pengecualian atau hal-hal lain yang membutuhkan
perhatian manajemen.
f. Agar bisa bermanfaat maksimal, laporan haruslah tepat waktu. Laporan yang
tepat waktu yang sebagian besar didasarkan pada estimasi bisa jadi lebih
berguna dibandingkan laporan yang lebih tepat tetapi terlambat.
g. Penerima laporan harus dinyatakan secara periodik untuk mengetahui apakah
mereka masih membutuhkan laporan yang diterima, atau apakah ada yang
bisa diperbaiki dari laporan tersebut.
(Wuryan Andayani, 2008;54)
19

2.1.3.5 Manfaat Pengendalian Internal bagi Manajemen

Semakin luasnya daerah lingkup perusahaan mengakibatkan manajemen tidak

dapat melakukan pengawasan secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya

operasi perusahaan. Sedangkan tanggung jawab yang utama untuk menjaga

keamanan hak milik perusahaan dan untuk mencegah kesalahan-kesalahan dan

kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Oleh karena itu, dibuatnya

pengendalian internal dan sistem pelaporan yang baik sangat diperlukan oleh

manajemen untuk melakukan fungsi pengawasan tersebut.

2.1.3.6 Pentingnya Pengendalian bagi Auditor Internal

Kegiatan audit internal harus dapat membantu organisasi menerapkan


pengendalian yang efektif, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta mendorong
perbaikan yang terus menerus. Berdasarkan hasil penentuan risiko, aktivitas audit
internal haruslah mengevaluasi kecukupan dan efektivitas pengendalian yang
mencakup tata kelola, operasi, dan sistem informasi organisasi yang meliputi: (1).
Keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasional, (2). Efektivitas dan
efisiensi operasi, (3). Pengamanan aktiva, dan (4) kepatuhan terhadap hukum,
regulasi, dan kontrak (Wuryan Andayani, 2008;52).

2.1.3.7 Audit terhadap Pengendalian

Audit Pengendalian adalah untuk menentukan bahwa: (1). Pengendalian


memang diterapkan, (2). Pengendalian secara struktural memang wajar, (3).
Pengendalian dirancang untuk mencapai tujuan manajemen khusus atau untuk
mencapai ketaatan dengan persyaratan yang ditentukan, atau untuk memastikan
akurasi dan kelayakan transaksi, (4). Pengendalian memang digunakan, (5)
20

pengendalian secara efisien melayani tujuan tersebut, (6). Pengendalian bersifat


efektif, dan (7). Manajemen menggunakan keluaran yang dihasilkan sistem
pengendalian.
Secara lebih rinci auditor harus:
1. Menentukan tujuan sistem pengendalian.
2. Menelaah tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi
atau dirancang untuk memastikan ketaatan dengan persyaratan internal atau
eksternal.
3. Memeriksa dan menganalisis sistem pengendalian untuk menentukan kewajaran
susunannya, yaitu apakah terdapat kriteria, metode pengukuran kondisi, evaluasi
penyimpangan, evaluasi efektivitas, dan metode pelaporan.
4. Menentukan apakah hasil dari pengendalian dirancang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
5. Menelaah operasi sistem pengendalian meliputi (a). Hasil yang digunakan, (b).
Data yang dimasukkan ke sistem harus valid, akurat, dan wajar. Jika metode
statistik digunakan, penggunaannya wajar secara teoritis, (c). Jika sistem
terkomputerisasi, harus beroperasi dengan layak (gunakan metode pengujian
terkomputerisasi), dan (d). Hasil operasi pengendalian valid.
6. Menentukan apakah dengan hasil pengendalian maka tujuan manajemen dapat
dicapai.
7. Menentukan apakah sistem pengendalian memiliki karakteristik fleksibel,
ketepatan waktu, akuntabilitas, pengidentifikasian penyebab, kelayakan, dan
penempatan.
(Wuryan Andayani, 2008;61)

2.1.4 Persediaan Barang Jadi

2.1.4.1 Pengertian Persediaan

Persediaan adalah aktiva:


a. Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal,
21

b. Dalam proses produksi atau perjalanan, atau


c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali,
misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan
tanah dan properti lainnya untuk di jual kembali. Persediaan juga mencakup barang
jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi
perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam
proses produksi.

Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan
biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk dijual atau dipakai.
Persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Biasanya merupakan aktiva lancar (current assets) karena masa
perputarannya biasanya kurang atau sama dengan satu tahun.
b. Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang atau
industri.
c. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi,
karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada akhir periode akan
mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga
pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan,
pembagian dividen dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke
laporan keuangan periode berikutnya.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan
adalah:
a. bahan baku (raw materials)
b. barang dalam proses (work in process)
c. barang jadi (finished goods)
d. suku cadang (spare parts)
e. bahan pembantu: olie, bensin, solar
f. barang dalam perjalanan (goods in transit), yiatu barang yang sudah dikirim
oleh Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.
g. Barang konsinyasi: consigmnment out (barang perusahaan yang dititip jual
pada perusahaan lain). Sedangkan consigmnment in (barang perusahaan lain
yang dititip jual pada perusahaan) tidak boleh dilaporkan /dicatat sebagai
persediaan perusahaan.
22

(PSAK No. 14 - Sukrisno Agoes, 2006;205)

2.1.5 Efektivitas Pengendalian Internal persediaan Barang Jadi

Berkenaan dengan efektivitas, Arens et, al. memberikan pendapatnya


Effectiveness refers to accomplishment of objective, whereas efficiency refers to
resources used to achiev those objective. An example the effectiveness is the
production of parts without deffects. Efficiency concerns whether those parts are
produced at minimal cost (Arens dkk., 792;2006).

Dari definisi di atas, disimpulkan bahwa efektivitas lebih mengacu pada

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan efisiensi mengacu pada

penggunaan sumber daya yang diperlukan agar mencapai tujuannya dan diproduksi

dengan biaya yang minimal.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, diketahui bahwa audit internal

dibutuhkan oleh perusahaan untuk memeriksa dan menilai efektivitas aktivitas-

aktivitas yang ada dalam perusahaan.

Evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas pengendalian internal

persediaan barang jadi meliputi:

1. Adanya laporan keuangan yang memuat persediaan barang jadi dapat dipercaya.

2. Adanya kartu persediaan yang selalu diperbaharui dan dapat dipercaya.

3. Adanya semangat dan komitmen dari para pelaksana pengendalian untuk

menjalankan pengendalian yang telah ditetapkan.


23

4. Pengendalian yang dibuat tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

5. Kebijakan, sistem, dan prosedur mampu melindungi persediaan barang jadi dari

penyalahgunaan.

6. Kebijakan, sistem, dan prosedur mampu melindungi persediaan barang jadi dari

kehilangan.

7. Para pelaksana pengendalian memiliki kompetensi yang dibutuhkan.

8. Pengendalian persediaan barang jadi memiliki manfaat yang lebih besar dari

biaya yang dikeluarkan.

9. Pengendalian internal persediaan barang jadi dapat meningkatkan kinerja

organisasi.

2.1.6 Pengaruh Audit Internal terhadap Efektivitas Pengendalian Internal

Persediaan Barang Jadi

Audit internal merupakan audit yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja.

Kegiatan audit internal adalah menguji, menilai efektivitas dan kecukupan dalam

sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi. Dengan demikian audit

internal berfungsi sebagai penilai independen yang dibentuk dalam suatu organisasi

dan mempunyai aktivitas untuk memberikan jaminan keyakinan dan konsultasi.

Auditor internal berperan untuk membawa para anggota organisasi agar dapat

menjalankan tanggung jawabnya secara efektif dan untuk membantu organisasi dalam
24

mencapai tujuannya. Auditor internal juga berhak memberikan penilaian,

rekomendasi, konseling, dan informasi untuk menciptakan pengendalian yang efektif.

Persediaan barang jadi merupakan aset yang material dalam organisasi dan

membutuhkan perawatan serta perlakuan yang perlu diperhatikan agar terhindar dari

pencurian dan penyalahgunaan. Karena itu pengendalian yang mencukupi harus

tercapai untuk mencegah penyelewengan yang terjadi. Hal tersebut harus diantisipasi

oleh pihak pimpinan dengan bantuan audit internal untuk memeriksa dan menilai

kecukupan dan keefektivitasan pengendalian internal persediaan barang jadi yang

telah ditetapkan perusahaan serta untuk menilai hasil pekerjaan, memberikan

informasi dan rekomendasi kepada pihak manajemen dan pihak lain yang berwenang

dalam laporan hasil audit.

2.2 Kerangka Pemikiran

Sejalan dengan berkembangnya perusahaan maka kemampuan manajemen

untuk mengawasi kegiatan perusahaan secara langsung berkurang, sedangkan

manajemen dituntut memiliki sikap dan cara kerja yang profesional dalam mencapai

hasil-hasil yang telah digariskan perusahaan. Manajemen harus selalu melihat,

meneliti, dan mengantisipasi setiap kejadian dan perubahan yang terjadi di dalam

perusahaan. Dengan keterbatasan tersebut, maka manajemen dalam melakukan

tindakan profesionalnya akan lebih tergantung pada laporan-laporan yang diterima.

Untuk itu perlu diciptakan suatu sistem yang menjamin bahwa kondisi dan kejadian
25

yang dilaporkan adalah benar, sehingga tindakan pengambilan keputusan manajemen

dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Di perusahaan yang semakin berkembang, pembentukan struktur organisasi

merupakan suatu hal yang sangat penting. Struktur organisasi yang baik harus

mencerminkan adanya pemisahan fungsi antara departemen operasional,

penyimpanan, dan akuntansi, sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya

kesalahan atau terjadinya penyimpangan, karena walaupun pengendalian internal

yang baik telah dirancang dan ditetapkan tetapi bukan berarti bahwa proses telah

ditaati, kecurangan dan pemborosan tidak terjadi, serta efisiensi dan efektivitas

tercapai seperti yang diharapkan, melainkan keberhasilan tetap tergantung pada

kendalan pelaksanaannya.

Tujuan utama pengendalian internal adalah meyakinkan:

1. Informasi yang dapat dipercaya,


2. Ketaatan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan,
3. Pengamanan asset,
4. Ekonomis dan efisiensi operasi,dan
5. Efektivitas pencapaian tujuan.

Pengendalian internal yang diterapkan atas persediaan barang jadi merupakan


salah satu bagian dari pengendalian internal secara keseluruhan karena persediaan
merupakan harta yang penting bagi perusahaan dan salah satu unsur yang paling aktif
dalam operasi perusahaan, serta secara berkesinambungan diperoleh, diproduksi, dan
dijual. Dalam hubungannya dengan pangendalian internal persediaan, seorang auditor
internal akan melakukan audit dan penilaian terhadap catatan informasi keuangan dan
semua pekerjaan dari departemen-departemen yang menangani persediaan. Dengan
adanya laporan yang dibuat oleh auditor internal mengenai hasil pemeriksaannya,
dapat membantu manajemen untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
26

mungkin terjadi pada pengendalian internal persediaan barang jadi serta membantu
pelaksanaan pengendalian internal tersebut menjadi semakin efektif. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya audit internal, maka efektivitas
pengendalian internal persediaan barang jadi dapat semakin ditingkatkan (Hiro
Tugiman, 2006;44).

Paradigma Penelitian

Efektivitas Pengendalian
Audit Internal Internal Persediaan
Barang Jadi

1. Fungsi Audit Internal 1. Informasi yang dapat


dipercaya
2. Lingkup penugasan 2. Ketaatan terhadap
3. Perencanaan penugasan kebijakan, rencana,
prosedur, dan peraturan

4. Pelaksanaan penugasan 3. Pengamanan asset


5. Komunikasi hasil 4. Ekonomis dan fisiensi
penugasan operasi
6. Pemantauan tindak lanjut 5. Efektivitas Pencapaian
tujuan
(Hiro Tugiman, 2006;44)
Sumber: Standar Kinerja
Auditor Intetrnal yang
Dikeluarkan oleh
Konsorsium Organisasi
Profesi Auditor Internal
dikutip dari Audit Internal
(Wuryan Andayani,
2008;265)

Hipotesis: Audit internal berpengaruh dalam mewujudkan


efektivitas pengendalian internal persediaan barang jadi
27

2.3 Hipotesis
28

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang sigifikan dalam

pelaksanaan audit internal terhadap efektivitas pengendalian internal persediaan

barang jadi.

Anda mungkin juga menyukai