Responden
Perwakilan/Institusi :
DAFTAR INVENTARIS MASALAH
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pendataan, Pemanfaatan dan Pengelolaan Tanah Daerah Terlantar
Instansi Pengusul : Komisi A DPRD Kota Depok
MATERI RAPERDA PENDATAAN, PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KOMENTAR/TANGGAPAN KETERANGAN
TANAH DAERAH TERLANTAR
A. Aspek Kewenangan
B. Aspek Struktur
C. Judul
PENDATAAN, PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN TANAH
DAERAH TERLANTAR
Mengingat
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 1 Daerah adalah Kota Depok
2 Pemerintah kota adalah kepala daerah
beserta perangkat daerah otonom yang lain
sebagai badan eksekutif daerah.
BAB V : KEWAJIBAN
Pasal 7 (1) setiap orang, badan hukum, instansi
pemerintah yang telah memperoleh
penggunaan hak atas tanah daerah
berkewajiban memanfaatkan dan
mengelolanya.
(2) jika pemilik hak atas tanah daerah sebagai
mana pada ayat (1) tidak mampu mengelola
dan memanfaatkan tanah daerah maka akan
dilakukan pencabutan hak yang dimilikinya.
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pembinaan dan Pengawasan Ketertiban
Umum
Instansi Pengusul : Komisi A DPRD Kota Depok
MATERI RAPERDA Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 16 Tahun
KOMENTAR/TANGGAPAN KETERANGAN
2012 tentang Pembinaan dan Pengawasan Ketertiban Umum
A. Aspek Kewenangan
B. Aspek Struktur
C. Judul
Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Ketertiban Umum
b. bahwa tata kehidupan yang teratur, tertib dan disiplin seluruh masyarakat
diperlukan dalam rangka mewujudkan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat;
c.bahwa Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Ketertiban Umum sudah tidak sesuai dengan perkembangan
peraturan perundang-undangan dan keadaan masyarakat, sehingga perlu diubah;
Mengingat
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
2.Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (Lembaran
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209);
19.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6205);
Pasal 10
(1) Setiap orang atau badan harus membuang sampah pada
tempat sampah yang telah disediakan
4. Diantara Bab II dan Bab III disisipkan 3 (tiga) Bab yakni Bab IIA, Bab IIB, Bab IIC
dan diantara Pasal 23C dan Pasal 24 disisipkan 3 (tiga) Pasal yakni Pasal 23D,
Pasal 23E, dan Pasal 23F, sehingga berbunyi sebagai berikut:
a kepala Satlinmas;
b kepala pelaksana;
c komandan regu; dan
d anggota
(4) Pemberdayaan Satlinmas dilaksanakan untuk meningkatkan
peran dan eksistensi Satlinmas dalam pelaksanaan tugas
Pasal 29 (1) Setiap orang atau Badan yang melanggar ketentuan dalam
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 6, Pasal 7,
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal
14, Pasal 16, Pasal 18, Pasal 19 ayat (3) dan ayat (4),
Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling besar
Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).
(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) adalah pelanggaran.
A. Aspek Kewenangan
B. Aspek Struktur
C. Judul
KEPEMUDAAN
D. Aspek Materi Muatan
menimbang :
a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemuda yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif,
inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, serta memiliki jiwa
kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan, maka diperlukan
pembangunan kepemudaan sehingga pemuda mampu berpartisipasi aktif
dalam pembangunan daerah dan nasional serta bersaing dalam berbagai
kegiatan baik tingkat daerah, nasional maupun internasional;
Mengingat
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 1 Daerah adalah Kota Depok
2 Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom
6 Pemuda adalah Warga Negara Indonesia yang Pemuda pada usia kematangan berfikir 18 -
memasuki periode pertumbuhan dan perkembangan 40 Tahun
yang berusia 16 (enam belas) tahun sampai dengan
usia 30 (tiga puluh) tahun
d. Perencanaan
e. Pembangunan Kepemudaan
f. Penyadaran
g. Pemberdayaan
h Pengembangan
i Koordinasi dan Kemitraan Kepemudaan
j Prasarana dan Sarana Kepemudaan
k. Organisasi Kepemudaan
l. Penghargaan
m. Penghargaan
n. Pendanaan
BAB III FUNGSI, KARAKTERISTIK, ARAH DAN STRATEGI PELAYANAN
KEPEMUDAAN
Bagian Kesatu Fungsi
Pasal 5 Pelayanan kepemudaan berfungsi melaksanakan
penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi
kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan
pemuda dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
a. bela negara
b. kompetisi dan apresiasi pemuda
c. peningkatan dan perluasan memperoleh peluang
kerja sesuai potensi dan keahlian yang dimiliki;
dan
b. pendampingan pemuda
(2) Dalam rangka pelaksanaan tugas, wewenang dan Jika perangkat daerah tidak melaksanakan
tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat tugas dan fungsinya dalam hal pembinaan
(1),Wali Kota menunjuk Perangkat Daerah yang kepemudaan apakah bs di katakan mereka
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang melanggar perda tersebut
Kepemudaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
g. memfasilitasi program dan kegiatan pemuda apa bentuk fasilitas yang diberikan?
dan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan
pembangunan kepemudaan;
h. memfasilitasi masyarakat dan pelaku usaha apa bentuk fasilitas yang diberikan?
dalam penyelenggaraan pembangunan
kepemudaan;
i. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas harus lebih terperinci bagaimana pola atau
kelembagaan organisasi kepemudaan dan skema pengembangannya?
sumber daya pemuda sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi;
g. advokasi
Pasal 18 (1) Pemuda yang memiliki potensi atau bakat di bidang bagaimana mekanisme dalam mengakses
tertentu yang berasal dari keluarga miskin berhak program ini?
memperoleh bantuan dana atau beasiswa dari
Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat.
BAB VI : PERENCANAAN
Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah menyusun kebijakan dan
strategi Pembangunan Kepemudaan dalam rangka
mencapai tujuan Pembangunan Kepemudaan sesuai
tugas, wewenang, dan tanggung jawab
a. penyadaran;
b. pemberdayaan; dan
c. pengembangan.
(2) Pembangunan kepemudaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat dilaksanakan pada
jalur keluarga, organisasi, lembaga pendidikan,
masyarakat, dan/atau pemerintah.
a. pengembangan kepemimpinan;
b. pengembangan kewirausahaan;
c. pengembangan kepeloporan.
(2) Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan
strategis Kepemimpinan
Bagian Kedua : Pengembangan pengembangan kepemudaan sesuai dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Pasal 24 (1) Pengembangan kepemimpinan pemuda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1)
huruf a ditujukan agar pemuda mampu
mengembangkan visi dan potensi kepemimpinan
sehingga menjadi insan yang cerdas, tanggap dan
mampu menangani berbagai permasalahan dan isu-
isu yang berkembang. dilaksanakan melalui:
a. pelatihan;
b. pemagangan;
c. pembimbingan;
d. pendampingan;
e. kemitraan;
f. promosi; dan/atau
g. bantuan akses permodalan. redaksinya digangti menjadi " bantuan
pendanaan"
(2) Pelaksanaan kegiatan pengembangan termasuk didalamnya harus diperhatikan
kewirausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tentang hilirisasi dari hasil usaha tersebut.
dapat dilakukan dalam bentuk: Agar pelaku usaha tidak lagi bingung
untuk penjualan produk yang dihasilkan
a. diklat wirausaha pemuda;
b. pemagangan wirausaha muda;
c. pendampingan unit/kelompok usaha pemuda;
(3) Pemerintah daerah wajib memfasilitasi Sepakat, apabila hal ini di jalankan dengan
terselenggaranya kemitraan secara sinergis antara maksimal potensi pemuda yang ada akan
pemuda dan/atau organisasi kepemudaan dan lebih baik
dunia usaha.
(4) Organisasi kepemudaan dapat melaksanakan apakah kegiatan ini bisa terlaksana atas
kemitraan dengan organisasi kepemudaan negara persetujuan pemkot terlebih dahulu atau
lain tidak? Lalu bagaimana fasilitas yang akan
diberikan oleh pemkot?
(5) Koordinasi strategis lintas sektor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi:
(3) Prasarana dan sarana Kepemudaan sarana kepemudaan jangan hanya dibuat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Ayat (1) pada satu titik, karena secara letak wilayah
dapat berupa: Depok ini terbelah menjadi Depok Timur
dan Barat
b. meningkatkan kreativitas;
Pasal 32 (1) Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi organisasi pemkot harus mengusung program fasilitas
kepemudaan, organisasi kepelajaran, dan asrama untuk mahasiswa Depok yang
organisasi kemahasiswaan. kuliah diluar kota Depok. Sekaligus
mendata berapa jumlah pemuda Depok
yang sedang mengenyam bangku kuliah di
(2) Satuan pendidikan dan penyelenggara pendidikan luar kota Depok
wajib memfasilitasi organisasi kepelajaran dan
kemahasiswaan sesuai dengan ruang lingkupnya.
a. keanggotaan;
b. program kerja;
(3)
(2) Pemerintah Daerah wajib menyediakan dana Sepakat, dengan memberikan anggran yang
untuk mendukung Pelayanan Kepemudaan di jelas per Tahunnya
Daerah.
BAB XV : SANKSI
Pasal 38 Organisasi Kepemudaan yang terdaftar dan tercatat pada lantas apabila justru Pemerintah daerahnya
Pemerintah Daerah sebagaimana Pasal 33 ayat (3), yang tidak menyentuh atau tidak maksimal
namun tidak melaporkan kegiatannya kepada Pemerintah dalam melaksanakan pembinaan apa
Daerah paling sedikit 2 (dua) tahun berturut-turut sangsi buat mereka?
dikenakan sanksi administratif berupa penghapusan dari
pencatatan.
A. Aspek Kewenangan
B. Aspek Struktur
C. Judul
PEMBERDAYAAN PESANTREN
D. Aspek Materi Muatan
menimbang
a.bahwa pesantren memiliki peran penting dan strategis dalam upaya mewujudkan
pembangunan di Kota Depok;
b.bahwa Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam
memberikan fasilitasi, bantuan pembiayaan, serta dukungan dalam bentuk kerja sama
program, kebijakan dan pendanaan melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah bagi
pesantren dalam fungsi pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat;
c.bahwa dalam rangka mendukung peran dan kontribusi pesantren, diperlukan upaya
untuk mewujudkan pesantren yang berdaya di Kota Depok;
d.bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (3), Pasal 12 ayat (2), Pasal 32,
Pasal 42, Pasal 46, dan Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang
Pesantren;
mengingat :
1.Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3828);
3.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
BAB I
Bagian Kesatu : KETENTUAN UMUM
Pasal 1 1 Daerah adalah Kota Depok
2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintahan Daerah Kota
Depok, terdiri dari pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Depok
adalah Wali kota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah, memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah.
b perencanaan;
c penyelenggaraan;
d tim pemberdayaan Pesantren;
e koordinasi dan komunikasi;
f sinergitas, kerja sama dan kemitraan;
g sistem informasil
h monitoring, evaluasi, pembinaan dan pengawasan;
i pendanaan.
BAB II : PRINSIP-PRINSIP UMUM PENYELENGGARAAN
Pasal 5 (1) Pemerintah Daerah beserta segenap jajarannya
berkomitmen dan bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan pemberdayaan Pesantren.
(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan kewajiban mengembangkan nilai Islam
rahmatan lil'alamin serta berdasarkan Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.
a. bantuan keuangan;
b. bantuan sarana dan prasarana;
c. bantuan teknologi; dan/atau
d. pelatihan keterampilan
BAB IV PENYELENGGARAAN
Pasal 12 (1) Pemberdayaan Pesantren sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 dilakukan dalam bentuk:
a. memberikan pelatihan dan program magang untuk
peningkatan Sumber Daya Manusia Pesantren;
Bagian Kesatu
Sinergitas
Pasal 17 (1) Wali kota melaksanakan sinergitas Penyelenggaraan
Pesantren dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi.
c. lembaga kesehatan;
d. lembaga keagamaan;
e. badan usaha milik negara/daerah/swasta;
BAB X : PENDANAAN
Bagian Kesatu : Umum
Pasal 22 (1) Pendanaan pemberdayaan Pesantren bersumber dari:
a. APBD; dan
b. sumber lainnya yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.