Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL

Judul

PURI SOMA NEGARA PEJENG, GIANYAR, BALI (PERSPEKTIF SEJARAH, STRUKTUR SERTA
POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL )

Oleh : Putu Agustina Setiawan, Nim 1214021021

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2016
PURI SOMA NEGARA PEJENG, GIANYAR, BALI (PERSPEKTIF SEJARAH, STRUKTUR SERTA
POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL )

Putu Agustina Setiawan, Ketut Sedana Arta, Desak Made Oka Purnawati

Jurusan Pendidikan Sejarah


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: agustinaputu8@gmail.com, sedana.arta@gmail.com, okapurna@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan Latar Belakang Sejarah Berdirinya Puri Soma
Negara Pejeng, Gianyar, Bali, (2) Mendeskripsikan Struktur bangunan Puri Soma Negara Pejeng
Sampai Saat Ini, (3) Mendeskripsikan Aspek – Aspek yang terdapat di Puri Soma Negara Pejeng yang
dapat dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMA. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Heuristik (tehnik observasi, tehnik wawancara, dan studi dokumen) (2)
Kritik sumber (kritik eksteren dan kritik internal), (3) Interpretasi, (4)Historiografi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa, Latar Belakang Sejarah Berdirinya Puri Soma Negara Pejeng akibat dari
Pemberontakan I Gusti Agung Maruti di Gelgel, Dalem Jambe berhasil merebut kembali Gelgel, Dalem
Pemayun memulai perjalanan yang berakhir di Bukit Tampaksiring. Dalem Pemayun memiliki tiga putra
salah satunya yakni Dewagung Mayun PutraDewagung Mayun membuat Puri Baru yang terletak di
Desa Pejeng, Struktur fisik Puri Soma Negara Pejeng menggunakan konsep Sanga Mandala yang terbagi
menjadi tiga yakni Utama Mandala, madya Mandala, dan Nista Mandala, Aspek-aspek yang dapat
dikembangkan di dalam Puri Soma Negara Pejeng yang dapat di jadikan sumber belajar sejarah adalah
sebagai berikut: Aspek Historis, Aspek Budaya, dan Aspek Pendidikan.

Kata Kunci: Sejarah, Puri Soma Negara Pejeng

ABSTRACT

This study aimed (1) to describe the background of Historical background of the establishment of
Puri Soma State Pejeng, Gianyar, Bali, (2) Describe the Castle Soma State Pejeng to date, (3) Describe
the aspects which was found in Puri Soma State Pejeng that can be developed as a learning source of
local history in high school. This study uses a qualitative method by stages; (1) Heuristic (observation
techniques, interview techniques, and study documents) (2) source criticsm (external criticsm dan
internal criticsm), (3) Interpretation, (4)Historiography.The results showed that, The Historical
Background of the establishment of Puri Soma State Pejeng originated result of I Gusti Agung Maruti
Rebellion in Gelgel. Dalem Pemayun embarked on a journey that ended in Bukit Tampaksiring. Dalem
Pemayun had three sons one of them is Dewagung Mayun Putra Dewagung Mayun Putra made New
Puri situated in Pejeng, The Puri was named Puri Soma State Pejeng, The physical structure Puri Soma
State Pejeng used the concept of Sanga Mandala which divided into three namely of Utama Mandala,
Madya Mandala, and Nista Mandala, The aspects that can be developed in Puri Soma State Pejeng
which can be used as a source of learning history which follows: historical aspects, aspects of Culture,
and aspect Education.

Keywords: History, Puri Soma State Pejeng


PENDAHULUAN Sri Dalem Dimade memiliki dua
orang putra yaitu Dalem Pemayun dan
Sebelum berdirinya Negara kesatuan Dalem Jambe. Ketika Sri Dalem Dimade
Republik Indonesia pada tanggal 17 wafat, putra-putra beliau serta keturunan
Agustus 1945 Indonesia terdiri dari Dalem melakukan perundingan di Puri
berbagai Negara tradisional (kerajaan) yag Guliang, banyak hal yang dibicarakan salah
bersifat Kerajaan-kerajaan yang terkena satunya adalah menaklukkan kembali
peradaban Hindu dengan bercirikan agama Gelgel dari I Gusti Agung Maruti. Dalem
Hindu dan Budha, yang dalam Pemayun tidak sependapat dengan Dalem
perkembangan selanjutnya digantikan pula Jambe karena beliau seperti Sri Dalem
oleh peradaban Islam dan Kristen yang Dimade lebih memilih hidup sebagai Raja
tersebar di Wilayah Indonesia. Negara Rsi. Akan tetapi Dalem Pemayun tidak
tradisional (kerajaan) tersebar diseluruh melarang rencana tersebut. Setelah
wilayah Indonesia. Bali adalah salah satu perundingan tersebut semua kepemilikan
provinsi di Indonesia. dengan ibukota akan dibagi rata antara Dalem Pemayun
provinsi adalah Denpasar. Bali merupakan dengan Dalem Jambe. Masing-masing
salah satu pulau di Indonesia. Sejarah memperoleh 150KK, dan sebagain besar
Kerajaan Bali merupakan salah satu bagian pusaka diberikan kepada Dalem Jambe
dari sejarah kehidupan masyarakat Bali untuk melancarkan rencananya mengambil
secara keseluruhan. Bagian pemerintahan alih Gelgel kembali. Dengan meminta
kerajaan di Bali juga beberapa kali berganti bantuan bersama Anglurah Sidemen dan
mengingat telah terjadi banyak pertikaian kekuatan lainya seperti Buleleng dan
antara kerajaan yang memperebutkan Badung dan masih banyak lagi. Dalem
daerah kekuasaan. Jambe menggempur Gelgel dan I Gusti
Agung Maruti berhasil dikalahkan. Ketika
Terdapat banyak Puri di Bali sebagai memperebutkan Gelgel kerusakan Keraton
tempat tinggal Raja sebagai Penguasa. Gelgel tidak bisa dihindari. Setelah berhasil
Kemunculan Puri, masing-masing dengan menduduki Gelgel secara sempurna Dalem
latar belakang sejarahnya. Begitu pula Jambe meminta Dalem Pemayun menjadi
dengan Puri Soma Negara Pejeng. Raja akan tetapi Dalem Pemayun menolak,
Kemunculanya cukup lama kurang lebih Dalem Jambe juga merasa tidak berhak
sejak permulaan abad XVIII. Latar belakang mengambil kedudukan menjadi Raja
sejarah Puri Soma Negara Pejeng berawal Gelgel. Sehingga Dalem Jambe membuat
dari mengungsinya Dalem Dimade ke keputusan bahwa beliau akan menjadi Raja
Guliang akibat pemberontakan I Gusti bila Kraton di pindahkan ke daerah lain.
Agung Maruti di Gelgel. Keberadaan Sri Dalem Jambe membuat keraton di Desa
Dalem Dimade di Guliang membawa Klungkung dan Kraton tersebut
banyak perubahan. Guliang menjadi ramai, dibenamakan Kraton Semarapura tahun
masyarakat dari wilayah yang cukup jauh 1710 M. Sementara Dalem Jambe sibuk
seperti Buleleng berdatangan membawa membangun Kraton yang baru, Dalem
persembahan hasil bumi kepada beliau, Pemayun meninggalkan Guliang dan
masih banyak yang menghormati Sri Dalem menuju ke arah Barat Laut menuju ke bukit
Dimade, bantuan yang paling besar di Tampaksiring dan membawa pusaka
berikan oleh Taman Bali, yakni dari berupa Keris Ki Tanda Langlang. Dan
Pungakan Den Buncingah. Masih besarnya beliau membangun Pesraman di Bukit
kesetiaan masyarakat terhadap Sri Dalem Tampaksiring pada tahun 1711 M. Dalem
Dimade, sehingga masyarakat siap untuk Pemayun mempunyai tiga putra yang
membantu beliau merebut kembali Gelgel, pertama bernama Dewa Agung Mayun
akan tetapi beliau lebih memilih menjalani Putra dan membangun Puri di Pejeng yang
hidup sebagai Raja Rsi dan beliau sangat diberi nama Puri Soma Negara Pejeng.
meyakini bahwa keturunannyalah yang Yang kedua bernama Dewa Guang Made
akan berhasil menggulingkan I Gusti Agung Mayun, beliau membangun puri di
Maruti kelak Blahbatuh. Yang ketiga bernama Dewa
Agung Mayun Anom, yang menetap di Puri
Tampaksiring. Arti kata Soma Negara pada pemerintahan dan kebudayaan pada masa
Puri Soma Negara Pejeng untuk kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
mengingatkan akan kekuatan politik zaman Indonesia dan menunjukan contoh bukti-
Bali Kuno. Puri Soma Negara Pejeng bukti yang masih berlaku pada kehidupan
memiliki keunikan dimana di saat ada masyarakat Indonesia masa kini”. Sumber
upacara agama (Piodalan Gede) Pusaka belajar bukan hanya berasal dari buku
yang dimiliki oleh Puri Soma Negara Pejeng sumber atau teks, dapat pula
berupa Keris bernama Ki Tanda Langlang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
akan di keluarkan (Tedun), setelah di sumber belajar sepeti Puri – Puri yang
sembahyangkan dan kemudian dibawa berada di kabupaten Gianyar, Bali salah
mengelilingi Pura. Puri Soma Negara satunya adalah Puri Soma Negara Pejeng.
Pejeng memperbaiki pura-pura kuno di Puri (kerajaan) ini dapat digunakan sebagai
Pejeng dan sekitarnya, pura yang dimaksud sumber belajar sejarah lokal (Negara
antara lain Pura Pengukur-ukuran, Pura tradisional (kerajaan). Di dalam kurikulum
Penataran Sasih, Pura Manik Galang 2013 guru sejarah diberikan peluang dalam
(Manik Corong), Pura Kebo Edan, Pura memanfaatkan sumber sejarah lokal
Pusering Jagat dan masih banyak lagi dengan memanfaatkan objek-objek sejarah
(Babad Sri Aji Pemayun Pejeng, 2014: 26). yang berada disekitar lingkungan siswa.
Sehingga pembelajaran sejarah dapat
Sama halnya dengan rumah orang menjadi lebih menarik dan dapat semakin
kebanyakan maka Puri milik bangsawan menarik minat siswa dalam mengikuti
dulu juga harus mengikuti aturan-aturan pelajaran sejarah lokal khususnya.
khusus di Bali baik untuk bangsawan dan
orang kebanyakan. Pada umumnya puri di Drs. I Putu Gede Subaga. (8 April
Bali mengunakan pola Tri Mandala dimana 2016). Dalam mengajar sejarah mengenai
puri dibagi menjadi tiga bagian yakni Nista kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di
Mandala, Madya Mandala, dan Utama Indonesia belum menggunakan sumber-
Mandala. Pola dan struktur bangunannya sumber sejarah lokal. Karena materi
didasari oleh kosmologi Hindu. Hal ini Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha sesuai
terlihat pada rumah tempat tinggal dengan yang tertera di silabus cakupanya
masyarakat yang menunjukan tingkat- hanya bersifat umum saja
tingkat kasta atau status sosial dan
Penelitian tentang puri-puri di Bali
peranannya di dalam masyarakat
sudah di kaji oleh beberapa peneliti, antara
(Paizah,1997:1-2). Rumah tempat tinggal
lain: Luh Putu Sendratari (2000) dengan
untuk kasta kesatria yang memegang
kajiannya tentang puri yang berjudul “Masa
pemerintahan disebut “Puri” yang umumnya
Kanak-kanak: Sebuah Sejarah Sosial
menempati bagian “Kaja Kangin” disudut
Tentang Kehidupan Keluarga Puri Agung
perempatan agung di pusat desa (Glebet,
Kanginan Buleleng pada Abad XX”, yang
1981/1982: 36).
menitik beratkan kajianya dalam perspektif
sejarah sosial Keluarga Puri Agung
Puri Soma Negara Pejeng, Gianyar, Kanginan terhadap konstruk budaya yang
Bali bisa digunakan sebagai sumber belajar terkait dengan pola perkembangan di
sejarah. Dalam Kurikulum 2013 berkaitan lingkungan puri tersebut, Wigayani (2007)
dengan proses perjalanan Bangsa mengkaji tentang Puri Marga Tabanan
Indonesia dari segi Negara tradisional tulisan ini menggambarkan tentang sejarah
dengan Kompetensi Inti (KI) “menganalisis berdirinya Puri Marga, struktur
perjalanan bangsa Indonesia dari negara bangunannya dan struktur kekuasaan Puri
tradisional, kolonial, pergerakan Marga, Sudarmawan (2011) dengan kajian
kebangsaan, hingga terbentuknya Negara tentang puri yang berjudul sejarah
kebangsaan sampai Proklamasi keberadaan Puri Agung Payangan di desa
Kemerdekaan Indonesia” dengan Melinggih tulisan ini menggambarkan
Kompetensi Dasar (KD) “Menganalisis tentang sejarah, struktur Puri Agung
karakteristik kehidupan masyarakat, Payangan serta hubungan historis Puri
Agung Payangan dengan puri-puri lain di penelitian ini observasi dilakukan dengan
Bali, mengamati secara langsung objek yang
dalam hal ini adalah Puri Soma Negara
Sejarah Puri sendiri perlu lebih dikaji Pejeng. Aspek yang diamati adalah struktur
sebagai pembelajaran lokal di Bali untuk pura mulai dari jaba sisi, jaba tengah, serta
mengaplikasikan prinsip-prinsip metodologi jeroan puri. (3)Teknik Wawancara,
sejarah karena didalam buku-buku sejarah Wawancara dilakukan untuk mendapatkan
yang mengkaji tentang sejarah lokal, data lisan dari para informan yang dianggap
sejarah kerajaan-kerajaan lokal tidak memiliki pemahaman tentang Puri Soma
dijelaskan didalamnya melainkan hanya Negara Pejeng. Para informan yang
sejarah kerajaan-kerajaan besar Indonesia diwawancarai adalah Penglingsir Puri Soma
yang ada didalamnya, Maka dari itu, penulis Negara Pejeng, bendesa adat Pejeng, dan
tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi pihak – pihak yang terkait. Studi Dokumen,
mengenai sejarah Puri Soma Negara Kegiatan studi dokumen tidak hanya
Pejeng, di Gianyar. Penulis juga belum mencari sumber data, namun juga peneliti
menemukan kajian tentang Puri Soma melakukan telaah terhadap sumber yang
Negara Pejeng. Sehingga penulis tertarik didapat agar lebih akurat. Untuk
mengkajinya dengan judul “Puri Soma mendapatkan sumber – sumber tertulis
Negara Pejeng, Gianyar, Bali (Perspektif yang relevan dengan penelitian tentang
Sejarah, Struktur serta Potensinya Sebagai Puri Soma Negara Pejeng, maka peneliti
Sumber Belajar Sejarah Lokal )” melakukan studi dokumen untuk mencari
monografi desa Pejeng di kantor perbekel
desa Pejeng, mencari buku atau arsip yang
berhubungan dengan keberadaan Puri
Soma Negara Pejeng misalnya buku
tentang sejarah Bali, sejarah tentang
METODE keberadaan Puri Soma Negara Pejeng di
kantor Perpustakaan umum Kabupaten
Metode penelitian sangat Gianyar, Balai Arkeologi, BP3, maupun
dibutuhkan dalam suatu penelitian ilmiah. koleksi pribadi dari informan. Kritik Sumber,
Metode penelitian adalah langkah – Dalam usaha mencari kebenaran (truth),
langkah yang diambil oleh peneliti untuk sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan
memecahkan masalah yang diteliti. Dalam untuk membedakan apa yang benar, apa
penelitian tentang Puri Soma Negara yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin
Pejeng, Gianyar, Bali ini, peneliti dan apa yang meragukan atau mustahil.
menggunakan langkah – langkah dalam Dalam metode sejarah dikenal dengan cara
metode sejarah. (1)Heuristik, Dalam melakukan kritik eksternal dan kritik
penelitian ini mengumpulkan berbagai internal, Intepretasi Data dan Historiografi.
sumber sejarah dari objek yang diteliti, baik
itu dengan observasi secara langsung HASIL DAN PEMBAHASAN
wawancara dengan sumber yang terkait,
study dokumen atau dengan tekhnik- 1. Sejarah Berdirinya Puri Pejeng
tekhnik lainnya yang revelan sehingga
penulis mendapatkan sebuah data yang Berdirinya Puri Pejeng bermula
akurat. Adapun narasumber yang akan ketika Dalam Jambe menjadi Raja Bali
penulis wawancarai yakni tokoh-tokoh kunci akan tetapi dengan Syarat bahwa istana
dari Puri Soma Negara Pejeng yaitu kerajaan harus dipindah, dibangun lah
Cokorda Gede Rai Widiarta Pemayun, Sh. istana baru di Klungkung pada tahun 1710
Ma., Cokorda Gede Mahendra Putra M. ketika Dalem Jambe mulai sibuk
Pemayun. Serta masyarakat sekitar yang membangun istana yang baru, Dalem
dianggap memiliki pengetahuan mengenai Pemayun pun memulai perjalannya menuju
sejarah serta struktur Puri Soma Negara kearah Barat Laut menuju daerah
Pejeng yakni I Gusti Ngurah Ketut pengunungan Bukti Tampaksiring.
Suardipa, SS. (2)Teknik Observasi, Dalam Penduduk asli disekitar kebanyakan adalah
orang-orang Bali Aga dan Bali Mula. (2) Dewa Agung Mayun Putu Bukit (Bergelar
Penolakan Dalem Pemayun untuk menjadi Ida Dewa Agung Pemayun Putu Bukit)
Dalem di Gelgel, karena Dalem Pemayun tahun 1750-1780. Pada masa
ingin hidup yang penuh damai sebagai pemerintahan Ida Dewa Agung
Rajaresi. Dalem Pemayun kemudian Pemayun Putu Bukit tidak terjadi
membuat pasraman di Bukti Tampaksiring. peristiwa-peristiwa yang besar, karena
Udara yang sejuk serta dikelilingi oleh pura- beliau sangat menjaga hubungan
pura menjadikan Dalem Pemayun sangat dengan kerajaan-kerajaan sekitar seperti
nyaman tinggal di Bukit Tampaksiring. dengan kerajaan Klungkung, Kerajaan
Demikianlah akhirnya Dalem Pemayun Sukawati.
menjalai hidup sebagai Rajaresi. (3) Dewa Agung Mayun Ratu (Bergelar Ida
Dewa Agung Pemayun Ratu) tahun
Cokorda Gede Rai Widiarsa Pemayun (22 1780-1810. Ketika Dewa Agung Mayun
April, 2016), Sebelum Puri Soma Negara Putu Bukit menginggal maka putra
Pejeng ada, leluhur kami yaitu Dalem mahkota yakni Dewa Agung Mayun Ratu
Pemayun membuat Puri di Tampaksiring, menggantikan ayahnya dan bergelar Ida
buktinya yakni terdapatnya Puri Dewa Agung Pemayun Ratu. Dalam
Tampaksiring yang masih ada hingga masa pemerintahan Dewa Agung Mayun
sekarang dan juga adanya Pura Penataran Ratu Pejeng mengalami masa
Alit Dalem Pemayun. Pura tersebut dibuat keemasan, masyarakat hidup sangat
pertamanya untuk Pasraman dari Dalem berkecukupan pertanian selalu subur
Pemayun. dan air sangat berlimpah pada masa itu.
Akan tetapi pada masa yang sama
(1) Dalem Pemayun memiliki Tiga orang terjadi banyak sekali perubahan
Putra yaitu: (1) Dewagung Mayun Putra, kekuasaan di Kerajaan-kerajaan yang
(2) Dewagung Made Mayun, (3) berada dekat dengan Pejeng, salah
Dewagung Mayun Anom. Ketika dewasa satunya yakni kerajaan Gianyar. Yang
putra-putra Dalem Pemayun melakukan kala itu berhasil memperluas dan
perundingan, perundingan tersebut memperkuat kekuasaannya dengan
membahas siapa yang pantas berhasil menduduki berbagai wilayah
mendudukin sebagai Raja di Puri diantaranya Desa Belong, Samu,
Tampaksiring. Dewagung Mayun Putra Kangetan, Sigaran, jukutpaku dan
mendirikan Puri Soma Negara Pejeng, Singakerta, juga Blahbatuh yang
Dewagung Made Mayun mendirikan Puri
mendukung Kerajaan Gianyar.Dewa
Blahbatuh, sedangkan Dewagung
Agung Mayun Suci Wirya Suta (Bergelar
Mayun Anom tetap di Puri Tampaksiring.
Ida Dewa Agung Pemayun Suci Wirya
Ida I Dewa Agung Mayun Putra tahun
Suta) tahun 1810-1820. Karena usia
1715-1750. Ida I Dewa Agung Mayun
yang sudah lanjut maka Dewa Agung
Putra merupakan pendiri sekaligus raja
Pemayun Putu Bukit akhirnya
pertama di Puri Soma Negara Pejeng,
meninggal. Kemudian tahta diberikan
Soma berarti Bulan dan Negara berarti
kepada putra mahkota yaitu Dewa
Negara jadi Puri Soma Negara Pejeng
Agung Mayun Suci Wirya Suta yang
memiliki arti puri yang menerangi
bergelar Ida Dewa Agung Pemayun Suci
rakyatnya dengan cahaya yang sejuk
Wirya Suta dan Tjokorda Anom Penatih
layaknya Bulan. Dalam pemerintahan
menjadi Wakil Raja. Pada waktu
Dewa Agung Mayun Putra
menjabatnya Dewa Agung Mayun Suci
membutuhkan waktu beberapa tahun
Wirya Suta sebagai Raja Pejeng,
untuk membangun Puri Pejeng beserta
keadaan Pejeng waktu itu sudah mulai
Desa Pejeng. Dan juga Dewa Agung
mengalami kemunduran akibat dari
Mayun Putra banyak memperbaiki pura-
pertukaran penduduk yang dilakukan
pura kuno yang berada di sekitaran
oleh Raja Gianyar. Pada saat itu timbul
Desa Pejeng, dan membangun
kerajaan baru yaitu kerajaan Gianyar
Pemerajan Agung serta Pura Dalem
yang berkuasa adalah Dewa Manggis.
Tenggaling Pejeng.
Karena Dewa Manggis sangat untuk lepas dari Gianyar. Dibawah
mengkawatirkan jika Pejeng akan pemerintahan Dewa Agung Anom
menjadi kerajaan yang kuat maka Pemayun Penatih, tampak kerukunan
dengan meminta bantuan kepada Raja masyarakat semakin pulih sehingga
Klungkung supaya Kerajaan Pejeng pembangunan desa-desa dapat
selalu dalam pengawasan kerajaan dilanjutkan. Dewa Agung Anom
Gianyar. Hal itu membuat Raja Gianyar Pemayun Penatih juga sangat menjaga
membuat keputusan yaitu pertukaran hubungan baik dengan pejabat-pejabat
penduduk Pejeng dengan penduduk Puri. Demikian pula dengan kerajaan
Gianyar dengan dalih untuk membina Klungkung dan Gianyar yang sudah
kerukunan rakyat kedua kerajaan semakin baik. Pada masa
tersebut, hal tersebut direstui oleh Raja pemerintahnya pula Pejeng, mengalami
Klungkung. Perpindahan yang terjadi perselisihan dengan Blahbatuh
antara rakyat Pejeng dengan Gianyar dikarenakan kepemilikan air subak dari
sangat tidak disetujui oleh pejabat- sungai Pakerisan. Perselisihan ini
pejebat Kerajaan Pejeng, akan tetapi berujung kepada pertemuan guna
Dewa Agung Mayun Putu Bukit tidak ada membahas mengenai perselisihan air
pilihan lain selain mengikuti kehendak subak tersebut. Selain Blahbatuh yang
Raja Klungkung hal ini dikarenakan dihadiri oleh I Gusti Ngurah Tengah,
Kerajaan Pejeng pada saat itu masih raja-raja sekitar Pejeng pun diundang
terbilang kerajaan baru dengan yaitu Raja Tegalalang, Raja Ubud, Raja
kekuasaan dan kukuatan politik yang Sukawati, dan Raja Gianyar.
masih sangat lemah mengingat leluhur Perundingan diadakan di Pura Pusering
raja Pejeng yakni Dalem Pemayun yang Jagat. Terjadilah pertempuran antara
memiliki keinginan untuk menjadi Raja Blahbatuh dengan Pejeng. Ketika
Resi sehingga kemampuan untuk pertempuran Raja-raja yang tidak
melakukan strategi perang serta pusaka bersangkutan kembali ke Kerajaannya.
sangatlah minim. Hal tersebut terjadi Dalam pertempuran tersebut I Gusti
pada menjelang berakhirnya masa Ngurah Tengah gugur. Pertempuran
pemerintahan dari Dewa Agung dimenangkan oleh Pejeng. Selang
Pemayun Putu Bukit. beberapa lama setelah pertempuran
(4) Tjokorda Anom Penatih (Bergelar Ida berakhir Raja Payangan datang ke
Dewa Agung Anom Pemayun Penatih) Pejeng. Kedatangan beliau guna untuk
tahun1820-1845. Dibawah pemerintahan menyampaikan lamaran kepada Dewa
Dewa Agung Anom Pemayun Penatih, Agung Istri Dalem dan Dewa Agung Istri
tampak kerukunan masyarakat semakin Muter.
pulih sehingga pembangunan desa-desa Prihal lamaran tersebut Raja Gianyar
dapat dilanjutkan. Dewa Agung Anom merasa sangat marah, karena prosesi
Pemayun Penatih selalu bersikap adil pelamaran tersebut tidak ada
dan tegas sehingga masyarakat sangat persetujuan dari Raja Gianyar. Hal ini
menghormati beliau. menyebabkan Dewa Agung Anom
(5) Tjokorda Pemayun Sukawati (Bergelar Pemayun Penatih ingin meluruskan
Ida Dewa Agung Mayun Sukawati ) kekeliruan yang telah terjadi. Dengan
tahun 1845-1860. Pembebasan Tjokorda melakukan pendekatan kepada keluarga
Pemayun Sukawati dari Bangsal besar Puri Soma Negara, dan Puri-puri
Cucukan. Tjokorda Pemayun Sukawati lain seperti Puri Payangan, Puri
mendapatkan kepercayaan dari Raja Tampaksiring dan Puri Bangli. Dewa
Gianyar untuk menjadi Raja Pejeng. Agung Anom Pemayun Penatih sangat
Dalam pemerintahanya, Tjokorda ingin melepaskan diri dari Gianyar.
Pemayun Sukawati memusatkan kepada Mendengar hal tersebut Raja Gianyar
pembangunan desa-desa yang sudah saat itu melakukan pendekatan kepada
hancur ketika terjadinya perang yang punggawa Bitra, Abianbase dan
terjadi karena keinginnan Raja Pejeng Blahbatuh. Karena Blahbatuh masih
yakni Dewa Agung Pemayun Penatih memiliki dendam kepada Pejeng maka
Blahbatuh menerima tawaran dari Raja yang melanda Pejeng serta terjadinya
Gianyar. Raja Gianyar berkeinginnan gagal panen.
untuk menggempur Pejeng. Beberapa (7) Tjokorda Gde Sudha (Bergelar Ida Dewa
hari kemudian bergeraklah rombongan Agung Gde Pemayun Sudha) tahun
dari Puri Gianyar beserta Bitra, 1880-1893.Dalam masa pemerintahanya
Abianbase juga tidak ketinggalan yaitu Ida Dewa Agung Gde Pemayun Sudha
Blahbatuh menuju ke Pejeng. Dengan yang menggantikan ayahnya Dewa
dipimpin oleh I Gusti Ngurah Gde dan I Agung Putu Guliang, Raja Gianyar
Gunsti Ngurah Made laskar bermaksud ingin melakukan kerjasama
Blahbatuhpun maju ke Pejeng, dengan Pejeng, akan tetapi Ida Dewa
sesampainya disana terlihat Pejeng Agung Gde Pemayun Sudha menolak
begitu sepi, bahkan di Puri sangat sepi. karena beliau masih mengingat masa
Pasukan Blahbatuh sangat kebingungan. lalu dimana Kerajaan Gianyar dua kali
Ketika malam tiba Pasukan Pejeng menghancurkan Pejeng. Hal tersebut
beserta pasukan Payangan, ditanggapi oleh Raja Gianyar dengan
Tampaksiring, dan Bangli menyerbu Perang melawan Pejeng.
Pejeng dari segala arah. Dimulailah Pada tahun 1908 Klungkung
pertempuran yang sangat sengit. Dalam diserang oleh Belanda, dan Belanda
pertempuran ini I Gusti Ngurah Made berhasil mendudukin Klungkung
beserta seluruh pasukanya gugur. sehingga Klungkung berada di bawah
mendengar hal tersebut keesokan pemerintahan Belanda. Maka kerajaan-
harinya laskar Gianyar, Bitra dan kerajaan di sekitar menjadi tunduk
Abianbase menyerbu dalam jumlah dengan Belanda dan kerajaan-kerajaan
besar. Dengan kelelahan dan kalah diubah daerah distrik. Pada saat
jumlah akhirnya Pasukan Pejeng pun Tjokorda Gde Rai Pemayun memerintah
menyerah dan menyatakan tunduk beliau tidak memakai gelar karena
kepada Raja Gianyar. Sebagian yang di Klungkung berada dibawah Belanda.
anggap sebagai otak dari Dan pada masa itu pemimpin
pemberontakan diasingkan di desa-desa pemerintahan disebut Punggawa. Maka
yang jauh. Seluruh keluarga Puri Soma berakhirlah Puri Soma Negara Pejeng
Negara Pejeng ditawan di Puri Gianyar. sebagai suatu kerajaan dan menjadi
Sedangkan Dewa Agung Pemayun distrik Pejeng.
Penatih bersama Dewa Agung Mayun
Sukawati diasingkan di bangsal cucukan
yang terletak disebelah barat Pantai
Desa Lebih. Peristiwa ini terjadi pada 2. Struktur Puri Soma Negara Pejeng
tahun 1830. Yaitu semasa Dewa Puri merupakan tempat tinggal bagi
Manggis VI memegang kekuasaan di kaum raja atau kesatria sebagai penguasa.
Gianyar. puri merupakan lambang kebangsawanan
(6) Tjokorda Putu Ancag (Bergelar Dewa sebagai kelas penguasa dengan segala
Agung Putu Guliang) tahun 1860-1880. bentuk dan struktur tata ruanganya yang
Tjokorda Putu Ancag memiliki empat telah menajdi pola kebudayaan istana yang
orang anak yaitu (1)Anak Agung Ayu ikut member corak didalam struktur
Oka Gianyar, (2) Tjokorda Gde Sudha, pemerintahan tradisional. Puri pada
(3) Tjokorda Rai Suci, (4) Tjokorda Gde umumnya menempati daerah yang vital
Sunteg. Ketika masa pemerintahan baik dalam segi politik, ekonomi, dan lain
Dewa Agung Putu Guliang, terjadi sebagainya. Puri di Bali biasanya tidak jauh
banyak musibah yang dialami Pejeng dari pasar dan juga perempatan agung.
baik Skala maupun Niskala seperti Struktur fisik bangunan Puri Soma Negara
hancurnya Pejeng ketika terjadi perang Pejeng juga menggunakan konsep Sanga
ketika Pejeng ingin melepaskan diri dari Mandala yaitu papan catur berpetak
Gianyar, serta musibah buruk secara Sembilan.
Niskala yakni terjadinya wabah penyakit
Utama Mandala Agung Pemayun untuk berkenan menjadi
raja di Gelgel. Namun Dewa Agung
Utama Mandala merupakan tempat yang Pemayun menolak tawaran dari sodaranya
utama dari struktur bangunan di puri. tersebut yakni Dewa Agung Jambe dan
Dimana areal ini biasanya digunakan untuk menyerahkan tanggung jawab tersebut
melaksanakan kegiatan yang suci. Pada kepada Dewa Agung Jambe. Pada saat
areal Utama Mandala di Puri Soma Negara yang hampir bersamaan Dewa Agung
Pejeng ini dibagi menjadi tiga yakni Jabe, Pemayun pun melakukan perjalanan Raja
Jabe Tengah dan Jeroan. Resi munuju ke Bukit Tampaksiring. Dan
disana beliau membuat sebuah paseraman
Madya Mandala dan beliau menbuat puri yang bernama Puri
Madya Mandala merupakan areal atau Tampaksiring. Dewa Agung Pemayun
tempat tinggal anggota keluarga puri. Di memiliki tiga orang putra yang masing-
tempat ini keluarga puri melakukan masing bernama Dewa Agung Mayun Putra
kegiatan sehari-hari dan kegiatan upacara- yang nantinya akan menciptakan Puri
upacara Manusa yadnya. Dalam Madya Soma Negara Pejeng, Dewagung Made
Mandala di Puri Soma Negara Pejeng ini di Mayun yang nantinya akan menciptakan
bedakan menjadi tiga yaitu Puri Saren Puri Blahbatuh, dan yang terakhir Dewa
Kauh, Puri Agung, dan Puri Rangki. Agung Mayun Anom yang nantinya akan
tetap tinggal di Puri Tampaksiring. Puri
Nista Mandala Soma Negara Pejeng ini nantinya akan
berkaitan dengan materi kelas X semester
Nista Mandala merupakan areal paling genap yakni Kerajaan-kerajaan Hindu-
luar puri. Dimana areal ini terbagi menjadi Buddha dan Bukti-bukti Kehidupan
tiga yakni Ancak Saji, Sumanggen dan pengaruh Hindu-Buddha yang masih ada
Jempel yang kini beralih fungsi menjadi Puri pada saat ini. Dengan menggunakan bukti-
Semarabawa. bukti sejarah yang ada disekitar siswa
makan pembelajaran sejarah akan semakin
3.Aspek-Aspek Apa yang Bisa diminati oleh siswa dan juga materi dalam
Digunakan Sebagai Sumber Belajar pembelajarah sejarah akan terus update.
Sejarah Puri Soma Negara Pejeng ini juga dapat
dikaitkan dengan Kompetensi Inti dalam
1. Aspek Histori
kurikulum 2013 maka masuk dalam
Dalam kurikulum 2013 yang Kompetensi Inti “Memahami, menerapkan,
dimana guru sejarah diberikan kebebasan dan menganalisis pengetahuan faktual,
untuk mencari sumber-sumber konseptual, prosedural berdasarkan rasa
pembelajaran baru, sehingga guru dapat ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
menjadikan lingkungan sekitar siswa untuk teknologi, seni, budaya, dan humaniora
menjadi sumber belajar sejarah. Dalam hal dengan wawasan kemanusiaan,
ini guru dapat menggunakan puri sebagai kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
sumber belajar sejarah. Salah satu puri terkait fenomena dan kejadian, serta
yang dapat dijadikan sebagai sumber menerapkan pengetahuan prosedural pada
belajar sejarah adalah Puri Soma Negara bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
Pejeng. Puri Soma Negara Pejeng ini bakat dan minatnya untuk memecahkan
muncul setelah pemberontakan yang masalah”. Karena Puri Soma Negara
dilakukan oleh I Gusti Agung Maruti di Pejeng ini dapat memberikan wawasan
Gelgel. Keturunan dari Dalem Dimade yakni yang lebih bagi siswa terhadap materi
Dewa Agung Pemayun dan Dewa Agung Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan
Jambe. Ketika Dewa Agung Jambe berhasil Bukti-bukti Kehidupan pengaruh Hindu-
menaklukkan kembali Gelgel dengan Buddha yang masih ada pada saat ini.
bantuan dari berbagai pihak. Gelgel sudah
2. Aspek Budaya
berada dibawah Dewa Agung Jambe. Dewa
Menurut C. Kroeber berpendapat
Agung Jambe meminta kepada Dewa
bahwa kebudayaan adalah sistem
pemaknaan yang dimiliki bersama, dan masih tetap ada di tengah-tengah
kebudayaan adalah merupakan hasil dari masyarakat. Puri Soma Negara Pejeng
proses sosial dan bukan proses sendiri dilihat dari aspek pendidikan
perseorangan. Bedasarkan dari observasi memiliki berbagai makna dan manfaat
yang dilakukan oleh peneliti di Puri Soma khususnya apabila dikaitkan dengan mata
Negara Pejeng, dapat dijelaskan bahwa pelajaran sejarah. Peri Soma Negara
banyak aspek-aspek budaya yang terlihat Pejeng ini merukapan sebuah sumber
dari segi kesenian, dan interaksi sosial belajar yang bisa dimanfaatkan bagi siswa
antar masyarakat di Pejeng. Dari segi terutama untuk mata pelajaran sejarah.
Kesenian terlihat pada ketika adanya Pada kurikulum 2013 mata pelajaran
upacara-upacara keagamaan di Puri. Pada sejarah terdapat beberapa Kompetensi
hari di berlangsungkanya upacara Puri Dasar yang berisi tentang materi Kerajaan-
beserta masyarakat akan memainkan kerajaan Hindu-Budha. Berdasarkan hal
tetabuhan dan juga kidung-kidung Puri Soma Negara Pejeng bisa dijadikan
Cokorda Gede Rai Widiarsa Pemayun (22, sebagai sumber pembelajaran sejarah
april 2016), Kami di puri sangat senang khususnya materi pembelajaran sejarah
dengan tetabuhan, di puri sendiri terdapat yang terdapat unsur sejarahnya.
dua set gong lengkap, gong-gong tersebut
akan di mainkan ketika ada upacara-
upacara di puri
Guru yang sukses adalah guru
yang mampu melaksanakan pembelajaran Penutup
dengan metode yang variatif. Dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
menggunakan metode variatif dapat pembahasan yang telah di uraikan pada
membangkitkan suasana tidak monoton bab sebelumnya mengenai “Puri Soma
dalam pembelajaran serta dapat membuat Negara Pejeng, Gianyar, Bali (Perspektif
siswa menjadi aktif saat proses Sejarah, Struktur serta Potensinya Sebagai
pembelajaran. Sama halnya dengan Sumber Belajar Sejarah Lokal )”, maka
pelajaran sejarah, kecenderungan guru dapat disimpulkan sebagai berikut.
hanya memberikan pelajaran di dalam
kelas saja membuat siswa bosan dan Berdirinya Puri Pejeng bermula ketika
juga menjadi kurang berminat dalam Dalam Jambe menjadi Raja Bali akan tetapi
mengikuti pelajaran sejarah. Agar dengan Syarat bahwa istana kerajaan
pelajaran sejarah tidak menjadi pelajaran harus dipindah, dibangun lah istana baru di
yang membosankan maka guru sejarah Klungkung pada tahun 1710 M. ketika
harus bisa mengarahkan siswa untuk Dalem Jambe mulai sibuk membangun
menggunakan metode pembelajaran yang istana yang baru, Dalem Pemayun pun
inovatif seperti karya wisata. Dimana guru memulai perjalannya menuju kearah Barat
bisa mengajak siswa untuk terjun Laut menuju daerah pengunungan Bukti
langsung ke sumber belajar sejarah yang Tampaksiring. Dalem Pemayun memiliki
ada di lingkungan sekitar siswa. Salah satu Tiga orang Putra yaitu: (1) Dewagung
yang dapat di kunjungi yaitu Puri Soma Mayun Putra, (2) Dewagung Made Mayun,
Negara Pejeng. Sehingga pembelajaran (3) Dewagung Mayun Anom. Dalam
sejarah yang sering dianggap sejarahnya puri pejeng pernah di perintah
membosankan menjadi lebih oleh delapan raja yakni: (1) Ida I Dewa
menyenangkan bagi siswa dan juga guru Agung Mayun Putra tahun 1715-1750, (2)
sejarah. Dewa Agung Mayun Putu Bukit (Bergelar
Ida Dewa Agung Pemayun Putu Bukit)
Aspek Pendidikan tahun 1750-1780, (3) Dewa Agung Mayun
Ratu (Bergelar Ida Dewa Agung Pemayun
Puri Soma Negara Pejeng merupakan Ratu) tahun 1780-1810. (4) Dewa Agung
salah satu bentuk peninggalan kebudayaan Mayun Suci Wirya Suta (Bergelar Ida Dewa
pada zaman dahulu yang sampai saat ini Agung Pemayun Suci Wirya Suta) tahun
1810-1820. (5) Tjokorda Anom Penatih Saji, Sumanggen dan Jempel yang kini
(Bergelar Ida Dewa Agung Anom Pemayun beralih fungsi menjadi Puri Semarabawa.
Penatih) tahun1820-1845.
Aspek-Aspek Apa yang Bisa
Digunakan Sebagai Sumber Belajar
(6) Tjokorda Pemayun Sukawati (Bergelar Sejarah
Ida Dewa Agung Mayun Sukawati ) tahun
1845-1860.(7) Tjokorda Putu Ancag Aspek Histori
(Bergelar Dewa Agung Putu Guliang) tahun
1860-1880. (8) Tjokorda Gde Sudha Puri merupakan tempat tinggal bagi
(Bergelar Ida Dewa Agung Gde Pemayun Raja dalam hal ini puri di ambil dalam
Sudha) tahun 1880-1893. bahasa sansekerta yakni berasal dari kata
pur,-puri, -puram, -pore yang berarti kota
Struktur Puri Soma Negara Pejeng benteng, atau kota dengan menara atau
istana. Dalam perkembanganya di Bali
Puri merupakan tempat tinggal bagi istilah Pura menjadi khusus untuk tempat
kaum raja atau kesatria sebagai penguasa. pemujaan Tuhan, sedangkan istilah puri
Menurut Paizah (1997:9) puri merupakan menjadi khusus untuk tempat tinggal para
lambang kebangsawanan sebagai kelas raja dan bangsawan.
penguasa dengan segala bentuk dan
struktur tata ruanganya yang telah menajdi Dalam kurikulum 2013 yang dimana
pola kebudayaan istana yang ikut member guru sejarah diberikan kebebasan untuk
corak didalam struktur pemerintahan mencari sumber-sumber pembelajaran
tradisional. Struktur fisik bangunan Puri baru, sehingga guru dapat menjadikan
Soma Negara Pejeng juga menggunakan lingkungan sekitar siswa untuk menjadi
konsep Sanga Mandala yaitu papan catur sumber belajar sejarah. Dalam hal ini guru
berpetak Sembilan. Utama Mandala dapat menggunakan puri sebagai sumber
merupakan tempat yang utama dari struktur belajar sejarah. Salah satu puri yang dapat
bangunan di puri. Dimana areal ini biasanya dijadikan sebagai sumber belajar sejarah
digunakan untuk melaksanakan kegiatan adalah Puri Soma Negara Pejeng. Puri
yang suci. Pada areal Utama Mandala di Soma Negara Pejeng ini nantinya akan
Puri Soma Negara Pejeng ini dibagi berkaitan dengan materi kelas X semester
menjadi tiga yakni Jabe, Jabe Tengah dan genap yakni Kerajaan-kerajaan Hindu-
Jeroan. di Jabe terdapat sebuah halaman Buddha dan Bukti-bukti Kehidupan
untuk persiapan memasuki Jeroan. Di pengaruh Hindu-Buddha yang masih ada
dalam Jabe Tengah terdapat beberapa pada saat ini. Dengan menggunakan bukti-
Bale yang digunakan untuk menyimpan bukti sejarah yang ada disekitar siswa
alat-alat, juga terdapat Pamerajan Alit makan pembelajaran sejarah akan semakin
dimana fungsinya untuk melakukan diminati oleh siswa dan juga materi dalam
persembahyangan untuk masyarakat pembelajarah sejarah akan terus update.
sekitar sebelum memasuki Jeroan. Pada Puri Soma Negara Pejeng ini juga dapat
Jeroan terdapat Pura Pamerajan Agung dikaitkan dengan Kompetensi Inti dalam
dan Pura Melanting. Madya Mandala kurikulum 2013 maka masuk dalam
merupakan areal atau tempat tinggal Kompetensi Inti “Memahami, menerapkan,
anggota keluarga puri. Di tempat ini dan menganalisis pengetahuan faktual,
keluarga puri melakukan kegiatan sehari- konseptual, prosedural berdasarkan rasa
hari dan kegiatan upacara-upacara Manusa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
yadnya. Dalam Madya Mandala di Puri teknologi, seni, budaya, dan humaniora
Soma Negara Pejeng ini di bedakan dengan wawasan kemanusiaan,
menjadi tiga yaitu Puri Saren Kauh, Puri kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
Agung, dan Puri Rangki. Nista Mandala terkait fenomena dan kejadian, serta
merupakan areal paling luar puri. Dimana menerapkan pengetahuan prosedural pada
areal ini terbagi menjadi tiga yakni Ancak bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah”. Karena Puri Soma Negara
Pejeng ini dapat memberikan wawasan
yang lebih bagi siswa terhadap materi
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan
Bukti-bukti Kehidupan pengaruh Hindu-
Buddha yang masih ada pada saat ini.

Aspek Budaya

Menurut C. Kroeber berpendapat


bahwa kebudayaan adalah sistem
pemaknaan yang dimiliki bersama, dan
kebudayaan adalah merupakan hasil dari
proses sosial dan bukan proses
perseorangan. Bedasarkan dari observasi
yang dilakukan oleh peneliti di Puri Soma
Negara Pejeng, dapat dijelaskan bahwa
banyak aspek-aspek budaya yang terlihat
dari segi kesenian, dan interaksi sosial
antar masyarakat di Pejeng. Dari segi
Kesenian terlihat pada ketika adanya
upacara-upacara keagamaan di Puri. Pada
hari di berlangsungkanya upacara Puri
beserta masyarakat akan memainkan
tetabuhan dan juga kidung-kingung. DAFTAR PUSTAKA

Aspek Pendidikan
…………Babad Sri Aji Dalem Pemayun
Puri Soma Negara Pejeng Pejeng (Koleksi Puri Soma
merupakan salah satu bentuk peninggalan Negara Pejeng)
kebudayaan pada zaman dahulu yang
sampai saat ini masih tetap ada di tengah- Atmadja, Nengah Bawa. 2010. Genealogi
tengah masyarakat. Puri Soma Negara Keruntuhan Majapahit Islamisasi,
Pejeng sendiri dilihat dari aspek pendidikan Toleransi dan Pemertahanan
memiliki berbagai makna dan manfaat Agama Hindu di Bali. Yogjakarta.
khususnya apabila dikaitkan dengan mata Pustaka Pelajar
pelajaran sejarah. Peri Soma Negara Gelebet, I Nyoman. 1981/1982. Arsitektur
Pejeng ini merukapan sebuah sumber Tradisional Bali. Depdikbud.
belajar yang bisa dimanfaatkan bagi siswa
terutama untuk mata pelajaran sejarah. Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan
Pada kurikulum 2013 mata pelajaran Mentalitas dan Pembangunan.
sejarah terdapat beberapa Kompetensi Jakarta: PT. Gramedia
Dasar yang berisi tentang materi Kerajaan-
kerajaan Hindu-Budha. Berdasarkan hal Wigayani, Ni Gusti Agung Putu Ari. 2007.
Puri Soma Negara Pejeng bisa dijadikan Sejarah dan Struktur Kekuasaan
sebagai sumber pembelajaran sejarah Puri Marga Tabanan. Tugas Akhir
khususnya materi pembelajaran sejarah (tidak diterbitkan) Program Studi
yang terdapat unsur sejarahnya. Pendidikan Sejarah. UNDIKSHA
Singaraja

Anda mungkin juga menyukai