Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN
OLEH :

FIONA
REZFEMY

NPM :
F0H020042

DOSEN
PENGAMP
UH :

Ns.
NURMUKAROMATIS SALEHA, M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2020/2021
SOAL

KASUS DBD

Seorang anak laki-laki usia 7 tahun, dibawa orang tuanya ke RS dengan keluhan sejak 1 hari
yang lalu mendadak demam tinggi tanpa diketahui sebabnya. Anak mengalami epistaksis, serta
banyak terdapat petichia di kulit. Dokter mendiagnosis anak menderita DBD. BB anak sebelum
sakit 22 Kg.

1. Pada fase apakah DBD yang dialami anak tersebut?


Jawaban :
Dalam kasus diatas fase DBD yang dialami adalah fase febris, demam mendadak
tinggi 1 hari yang lalu, disertai mengalami epistaksis dan banyak terdapat petchia
dikulit.
2. Derajat berapakah DBD yang dialami anak tersebut?
Jawaban :
Derajat II, disertai mengalami epistaksis, serta banyak terdapat petichia di kulit.
3. Bagaimana tata laksana perawatan anak di RS?
Jawaban :
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
Berikan hanya larutan isotonic seperti ringer laktat/asetat.
Kebutuhan cairan parenteral:
- Berat badan < 15 kg: 7 ml/kgBB/jam
- Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
- Berat badan > 40 kg: 3 ml/kgBB/jam

• Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematocrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
• Apabila terjadi penurunan hematocrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intrvena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
4. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada anak tersebut dan bagaimana
perkiraan yang terjadi pada anak tersebut?
Jawaban :

1) Pemeriksaan trombosit, dimana ditemukan trombositopenia (100.000/μl atau


kurang).

2) Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler dengan


manifestasi sebagai berikut:
 Peningkatan hematocrit ≥ 20 % dari nilai standar.

 Peningkatan hematokrit setelah ≥ 20% setelah mendapat terapi cairan.

 Efusi pleura/pericardial, asites, hipoproteinemia.

Dua dari kriteria gejala klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis kerja DBD.

 Pemeriksaan serologi dan Ns1

 Tes demam berdarah Ns1

5. Di hari ke 4 setelah dirawat anak mengalami syok, apa saja tanda dan gejala yang
menunjukkan anak mengalami syok?
Jawaban :
Tanda dan gejala syok, yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tak
teraba, penyempitan tekanan nadi ( ≤ 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang ( > 2 detik)
dan pasien tampak gelisah.
6. bagaimana tatalaksana yang dapat dilakukan pada anak tersebut?
Jawaban :

1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara

nasal.

2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.

3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20


ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematocrit dan hemoglobin
menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi
darah/komponen.

5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer


mulai membaik, tekanan darah meningkat), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai
kondisi klinis laboratorium.

6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit

KASUS NS

Seorang anak laki-laki usia 3 tahun, dibawa ke poliklinik anak oleh orangtuanya dengan keluhan
wajah tampak sembab, anak mengeluh kelemahan fisik. Orang tua mengatakan anak tidak nafsu
makan, serta jarang BAK. Dua bulan yang lalu anak pernah dirawat dengan penyakit malaria.
Berat badan sebelum anak sebelum sakit 15 Kg saat ini menjadi 20 Kg. Anak dianjurkan untuk
dirawat oleh dokter dengan diagnosa nefrotik syndrom

1. Bagan patofisiologi
2. Data Pengkajian

DS :

 Anak mengeluh kelemhan fisik

 Orang tuanya mengatakan anak tidak nafsu makan

 Jarang BAK

 Orang tua mengatakan anak pernah dirawat dengan penyakit


malaria
DO :

 Berat badan sebelum sakit 15 Kg menjadi 20 Kg

 Frekunsi pernapasan 15-32 x/menit

 Nadi 70-100 X.menit

 Tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg

 Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri

3. Diagnosa Keperawatan

a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder


terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.

b) Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder


terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan

c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun

d) Kecemasaan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing


(dampak hospitalisasi).

4. Intervensi Keperawatan

 Diagnosa 1

1) Catat intake dan output secara akurat. Rasional : Evaluasi harian


keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan

2) Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine. Rasional


: Tekanan darah dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi
3) Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama. Rasional :
Estimasi penurunan edema tubuh

4) Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. Rasional :


Mencegah edema bertambah berat

5) Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Rasional : Pembatasan protein


bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah
bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal.

 Diagnosa 2

1) Catat intake dan output makanan secara akurat. Rasional

2) Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

3) Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare. Rasional : Gangguan nuirisi


dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal

4) Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup. Rasional :


Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk.

 Diagnosa 3

1) Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui


pembatasan pengunjung. Rasional : Meminimalkan masuknya
organisme.

2) Tempatkan anak di ruangan non infeksi. Rasional : Mencegah


terjadinya infeksi nosokomial.

3) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional : Mencegah


terjadinya infeksi nosokomial.
4) Lakukan tindakan invasif secara aseptik. Rasional : Membatasi
masuknya bakteri ke dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat
mencegah sepsis.

 Diagnosa 4

1) Validasi perasaan takut atau cemas. Rasional : Perasaan adalah nyata


dan membantu pasien untuk tebuka sehingga dapat menghadapinya.

2) Pertahankan kontak dengan klien. Rasional : Memantapkan hubungan,


meningkatan ekspresi perasaan.

3) Upayakan ada keluarga yang menunggu. Rasional : Dukungan yang


terus menerus mengurangi ketakutan atau kecemasan yang dihadapi.

4) Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan atau foto keluarga.


Rasional : Meminimalkan dampak hospitalisasi terpisah dari anggota
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai