Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME

BERPENDEKATAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN


BAHASA INDONESIA

Ida Bagus Putrayasa

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana Singaraja

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menjawab permasalahan (1) miskonsepsi-miskonsepsi yang
terdapat pada siswa tentang subjek dan predikat, (2) efektivitas strategi pengubahan konsepsi, (3)
tingkat penguasaan siswa atas konsep-konsep subjek dan predikat, dan (4) komentar siswa tentang
model konstruktivisme yang berpendekatan inkuiri dalam mempelajari konsep-konsep subjek dan
predikat. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancang penelitian eksperimen dengan melibatkan dua
sekolah yang masing-masing diambil dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada tiap-tiap kelas diambil lima belas siswa kelas VII SMP secara acak untuk dijadikan
sampel. Data yang terkait dengan permasalahan di atas dikumpulkan dengan tes dan kuesioner.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan uji t. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa
yang diajar dengan model konstruktivisme yang berpendekatan inkuiri lebih baik daripada model
konvensional dalam mempelajari konsep-konsep subjek dan predikat. Berdasarkan hasil tersebut,
disarankan kepada guru agar menerapkan model tersebut sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia (khususnya dalam kalimat).

Abstract: The aim of this study was to find out (1) the students’ misconceptions about subject
and predicate, (2) the effectiveness of conception modification strategy, (3) the students’ mastery
of concepts of subject and predicate, and (4) the students’ comments about constructivism model
with inquiry approach in learning concepts of subject and predicate. For this purpose an
experiment was conducted at two schools and two classes were selected from each of the schools
as experiment and control classes. Fifteen students of class VII of each of the two classes were
selected as sample through random sampling. The data concerning the above problems were
collected by a test and questionnaire. The data were analyzed descriptively and t-test. The result
demonstrated that the students who were taught with constructivism model with inquiry
approach could learn the concepts of subject and predicate better than those who were taught with
conventional model. Based on the result it can be suggested to the teachers to implement the
model as one of the alternatives in the teaching and learning of Indonesian (particularly in the
teaching and learning of sentences).

Kata kunci: konstruktivisme, inkuiri, subjek, predikat

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang se- tinggi (Kurikulum, 2004). Kenyataan yang ter-
kolah menengah bertujuan untuk membekali pe- jadi di lapangan menunjukkan bahwa pembela-
serta didik seperangkat pengetahuan (pemaha- jaran Bahasa Indonesia, khususnya pada jenjang
man konsep), kemampuan dan keterampilan sekolah menengah pertama masih dihadapkan
menggunakan bahasa Indonesia, kemampuan in- pada masalah rendahnya mutu dan prestasi
telektual (keterampilan berpikir), kematangan belajar yang dicapai oleh peserta didik. Laporan
emosional, dan kematangan sosial agar dapat terakhir dari Diknas Kabupaten menunjukkan
memahami lingkungan sekitar dan sebagai bekal bahwa nilai ujian akhir nasional Bahasa Indo-
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih nesia mencapai rerata 6,25. Hal ini merupakan

36
37 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, Nomor 5, April 2010, hlm.36 - 46

salah satu indikasi bahwa mutu pendidikan yang dikembangkan oleh guru hendaknya mam-
Bahasa Indonesia pada jenjang sekolah me- pu memfasilitasi berkembangnya potensi peserta
nengah masih memerlukan berbagai upaya agar didik secara optimal, sehingga perolehan belajar
tercapainya standar mutu sebagaimana yang mereka menjadi bermakna (Hasan, 1996).
diamanatkan oleh PP No.19/2005. Berdasarkan uraian di atas, tampaknya kita
Rendahnya mutu pendidikan dan prestasi harus beralih pandangan dari pandangan konven-
belajar yang dicapai peserta didik dalam pembe- sional yang lebih memposisikan pendekatan
lajaran Bahasa Indonesia ditengarai banyak di- pembelajaran pada upaya pemindahan pengeta-
kontribusi oleh model pembelajaran yang dianut huan secara utuh dari kepala guru ke kepala pe-
dan diaplikasikan guru, serta didasari oleh asum- serta didik menuju ke pandangan inovatif, yakni
si bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara model pembelajaran konstruktivis yang lebih
utuh dari kepala guru ke kepala peserta didik. memposisikan pembelajaran pada upaya self-
Beranjak dari asumsi tersebut, akibatnya guru reconstruction, yaitu pengetahuan itu dibangun
merasa sudah melakukan pembelajaran dengan di dalam pikiran peserta didik dan oleh peserta
baik, namun ternyata di satu sisi peserta didik didik itu sendiri dengan fasilitasi guru. Kalangan
tidak belajar. Artinya, tidak terjadi perubahan konstruktivist memandang bahwa pengetahuan
dan perkembangan stratifikasi kognitif pada diri itu pada dasarnya dibangun sendiri oleh peserta
peserta didik itu sendiri. Hal ini terjadi karena didik yang didasari oleh struktur kognitif yang
potensi peserta didik cenderung diabaikan se- telah ada dan dimiliki sebelum pembelajaran itu
lama berlangsungnya pembelajaran. Guru hanya sendiri dilakukan (Fosnot, 1989). Sementara itu,
berpikir bagaimana menghabiskan materi yang guru lebih banyak berposisi sebagai mediator
telah dicanderakan oleh kurikulum dalam limit dan fasilitator kreatif selama berlangsungnya
waktu yang tersedia. Hal ini dipertegas lagi de- pembelajaran (Shymansky, 1992).
ngan seringnya guru menggunakan metode cera- Yang menjadi masalah dalam penelitian ini
mah dalam pembelajarannya, sehingga peserta adalah: (1) miskonsepsi-miskonsepsi apakah
didik lebih banyak berposisi dan diposisikan yang terdapat pada siswa sehubungan dengan
sebagai objek pembelajaran. konsep subjek dan predikat? (2) bagaimanakah
Pendekatan dan asumsi pembelajaran seba- efektivitas strategi pengubahan konsepsi yang
gaimana yang diuraikan di atas sudah saatnya berupa konflik kognitif dalam mengubah mis-
untuk ditinggalkan, khususnya dalam pembe- konsepsi siswa dalam pembelajaran subjek dan
lajaran Bahasa Indonesia, mengingat pembela- predikat? (3) sejauh manakah tingkat penguasaan
jaran Bahasa Indonesia senantiasa melibatkan siswa atas konsep-konsep subjek dan predikat?
aspek nilai dan keterampilan yang secara peda- dan (4) apakah model konstruktivisme yang ber-
gogis tidak mungkin bisa dibelajarkan secara pendekatan inkuiri diterima siswa sebagai suatu
bermakna melalui metode ceramah dan pende- kemudahan dalam mempelajari konsep-konsep
katan transfering sebagaimana selama ini dikem- subjek dan predikat? Sehubungan dengan perma-
bangkan oleh guru. Di samping itu, dalam pem- salahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah
belajaran Bahasa Indonesia guru hendaknya mendeskripsikan (1) miskonsepsi-miskonsepsi
mampu mengoptimalkan tumbuh dan berkem- yang terdapat pada siswa subjek dan predikat, (2)
bangnya peserta didik secara holistik (Wahab, efektivitas strategi pengubahan konsepsi yang
2000) yang tidak bisa dipindahkan secara utuh berupa konflik kognitif dalam mengubah mis-
dari kepala guru ke kepala peserta didik. Pada konsepsi siswa dalam pembelajaran subjek dan
hakikatnya belajar dan mengajar memiliki esensi predikat, (3) tingkat penguasaan siswa atas kon-
yang sangat berbeda, kita bisa mengajar dengan sep-konsep subjek dan predikat, dan (4) ko-
baik namun di sisi lain peserta didik tidak belajar mentar siswa tentang model konstruktivisme
(Bodner, 1986). Dengan demikian, pembelajaran
Ida Bagus Putrayasa, Penerapan Model Konstruktivisme Berpendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran… 38

yang berpendekatan inkuiri dalam mempelajari berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi pengajaran
konsep-konsep subjek dan predikat. yang melibatkan guru dan siswa dalam mem-
Dalam kerangka konstruktivis, belajar di- pelajari peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala ilmiah
maknai sebagai suatu upaya pengkonstruksian dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan (Kuslan &
pengetahuan oleh individu sebagai pemberian Stone, 1969). Wilson (Trowbridge, 1990) menya-
makna atas data sensori yang berkaitan dengan takan bahwa pendekatan inkuiri adalah sebuah
pengetahuan yang telah ada sebelumnya (Tasker, pendekatan dalam proses pengajaran yang berdasarkan
1992). Belajar merupakan suatu proses pemak- teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu
naan yang melibatkan konstruksi-konstruksi dari cara mengajar murid-murid bagaimana belajar
para pembelajar (Sukadi, 1999; Sadia, 1996; dengan menggunakan keterampilan proses, sikap,
Fosnot, 1989). Selanjutnya, Dyle dan Haas dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce & Bruce,
(1997) menyatakan bahwa belajar menurut pan- 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce,
dangan konstruktivis lebih diarahkan pada ter- Cleaf (1991) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah
bentuknya makna pada diri pembelajar atas apa satu strategi yang digunakan dalam kelas yang
yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan dan berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah
pemahaman mereka sebelumnya. Dalam proses strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang
ini lebih ditekankan pada terbentuknya hu- mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan
bungan-hubungan makna antara pengetahuan menemukan informasi. Pembelajaran inkuiri menga-
yang telah ada dan pengetahuan baru dengan cu pada pendekatan-pendekatan pembelajaran yang
fasilitasi kreativitas guru selaku mediator pem- secara kasar dimodelkan dengan proses secara
belajaran. Dengan demikian, dilihat dari dimensi ilmiah (Murray, et al., 2003). Proses tersebut sa-
pembelajaran, model konstruktivis memandang ma dengan prosedur yang digunakan oleh ilmuwan
belajar itu sebagai sebuah proses modifikasi ide sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan mene-
dan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa mukan informasi.
menuju terbentuknya pengetahuan baru. Dalam Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk
proses ini siswa secara aktif terlibat dalam upaya pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pe-
penemuan makna dari apa yang dipelajarinya, ngertian ilmiah atau pengertian yang diterima
sehingga secara langsung berdampak pada para pakar dalam bidang itu (Suparno, 2005).
tumbuh dan berkembangnya keterampilan ber- Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep
pikir mereka selama pembelajaran berlangsung awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar an-
(Sharon Lee, 1994). Di samping itu, aplikasi tara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pan-
model konstruktivis dalam pembelajaran bahasa dangan yang naif. Novak (1984) dalam Suparno
Indonesia memungkinkan siswa untuk mengua- (2005) mendefinisikan miskonsepsi sebagai su-
sai materi pelajaran secara lebih komprehensif atu interpretasi konsep-konsep dalam suatu per-
dan bermakna, mengingat mereka terlibat secara nyataan yang tidak dapat diterima. Brown (1989)
aktif selama berlangsungnya pembelajaran. seperti yang dikutip oleh Suparno (2005)
Pendekatan inkuiri pada hakikatnya merupakan menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pan-
pembelajaran yang memper-siapkan situasi bagi dangan yang naif dan mendefinisikannya sebagai
anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pe-
arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin ngertian ilmiah yang sekarang diterima. Feldsine
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul- (1987) mengemukakan bahwa miskonsepsi seba-
simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan gai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak be-
sendiri, menghubungkan penemuan yang satu de- nar antara konsep-konsep. Hanya Fowler (1987)
ngan penemuan yang lain, membandingkan apa yang menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi.
ditemukan dengan yang ditemukan orang lain (Sund Ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian
& Trowbridge, 1973; Eltinge, 1993). Pengajaran yang tidak akurat akan konsep, penggunaan
39 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, Nomor 5, April 2010, hlm.36 - 46

konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh model belajar konvensional (X2) yang dikenakan
yang salah, kekacauan konsep-konsep yang ber- pada kelas kontrol.
beda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang Penelitian ini dilakukan di kota Singaraja,
tidak benar (Suparno, 2005). kabupaten Buleleng, provinsi Bali dengan men-
Kalimat merupakan untai kata yang jadikan SMP Negeri sebagai lokasi penelitian.
mengandung pengertian lengkap. Untai kata ini Sementara itu, subjek penelitian terdiri atas guru
bisa dibentuk dengan minimal dua kata atau dan siswa kelas I SMP Negeri yang ada di kota
lebih. Dua kata ini harus mengandung pengertian Singaraja.
lengkap. Pengertian lengkap biasanya ditandai Di kota Singaraja terdapat enam SMP
dengan adanya subjek dan predikat, dan bila Negeri, yaitu: 1) SMP Negeri 1, 2) SMP Negeri
dibalik susunannya (diinversikan) tidak mengu- 2, 3) SMP Negeri 3, 4) SMP Negeri 4, 5) SMP
bah pengertian kalimat semula. Negeri 5, dan 6) SMP Negeri 6. Dari keenam
Kalimat merupakan satuan bahasa yang SMP N tersebut, dipilih dua SMP Negeri sebagai
secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai lokasi penelitian yang penentuannya dilakukan
pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook, secara random. Selanjutnya, dari dua SMP Ne-
1971; Elson dan Pickett, 1969). Ramlan (1996) geri yang terpilih sebagai lokasi penelitian di-
mengatakan bahwa kalimat adalah satuan ambil kelas sebanyak empat kelas masing-
gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda pan- masing dua kelas sebagai sampel penelitian. Ke-
jang yang disertai nada akhir turun atau naik. empat kelas ini dibagi menjadi dua, yakni dua
Kalimat merupakan hubungan dua buah kelas sebagai subjek pelatihan dan dua kelas
kata atau lebih yang paling renggang. Karena sebagai subjek penelitian yang sebenarnya. Beri-
renggangnya hubungan kata yang membangun kutnya, dua kelas subjek pelatihan dan dua kelas
suatu kalimat bisa dibalik susunannya tanpa subjek penelitian yang sebenarnya dari tiap-tiap
membawa perubahan arti. Kalimat dapat dijelas- SMP Negeri tersebut, masing-masing diambil
kan sebagai satuan kata terkecil yang mengan- satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu
dung pengertian lengkap. Batasan tersebut dapat kelas sebagai kelas kontrol. Penentuan kelas ter-
dibedakan atas dua bagian besar, yaitu: (1) dari pilih dilakukan dengan teknik random samling.
segi bentuk/struktur: Kalimat ialah satuan kata Prosedur yang ditempuh dalam penelitian
terkecil. Maksudnya, kalimat dapat dibangun ini meliputi tujuh tahapan sebagai berikut: (1)
minimal dengan dua buah kata; dan (2) dari segi menggali, mengidentifikasi, dan menganalisis
makna: Kalimat harus mengandung pengertian miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada
yang lengkap. Suatu kesatuan kata terkecil yang siswa terkait dengan konsep unsur-unsur inti
mengandung pengertian yang lengkap apabila di kalimat (subjek dan predikat). Penggalian mis-
dalamnya sudah terdapat subjek (S) dan predikat konsepsi siswa dilakukan melalui pretest dan
(P). Satuan kata yang mengandung S dan P su- interviu klinis. (2) merancang program pembela-
sunannya dapat dibalik tanpa mengubah arti jaran serta menyusun strategi pengubahan kon-
kesatuan tersebut. sepsi. Program pembelajaran dituangkan dalam
satuan pelajaran, sedangkan strategi pengubahan
METODE konsepsi diwujudkan dalam bentuk modul-mo-
dul kecil dengan memanfaatkan informasi yang
Penelitian ini menggunakan rancangan diperoleh pada tahap pertama di atas. (3) melatih
penelitian eksperimen dengan pretest-posttest guru yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
control group design. Dalam penelitian ini misi studi eksperimen ini. Guru tersebut adalah
dilibatkan variabel perlakuan, yaitu model guru Bahasa Indonesia yang secara formal ber-
belajar konstruktivis berpendekatan inkuiri (X1) tugas di sekolah yang bersangkutan. Dengan de-
yang dikenakan pada kelas eksperimen, dan mikian, bias yang disebabkan oleh faktor guru
Ida Bagus Putrayasa, Penerapan Model Konstruktivisme Berpendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran… 40

dapat diminimalisasi. Program latihan meliputi konsepsi-miskonsepsi mana yang bersifat re-
pengkajian terhadap miskonsepsi-miskonsepsi sistan.
siswa dan cara-cara mengimplementasikan pro- Data tentang pendapat siswa terhadap
gram pembelajaran yang telah disusun oleh model belajar konstruktivis yang berpendekatan
peneliti. (4) implementasi program pembelajaran inkuiri, yang diperoleh melalui kuesioner di-
yang telah disusun pada tahap dua di atas. Se- analisis dengan statistik deskriptif dan penyim-
lama implementasi program pembelajaran, pene- pulannya didasarkan atas skor rerata dan sim-
liti mengobservasi interaksi belajar-mengajar pangan baku.
yang berlangsung. (5) evaluasi terhadap efek- Hipotesis yang menyatakan “Penguasaan
tivitas model belajar konstruktivis. Evaluasinya konsep-konsep unsur inti kalimat siswa yang
meliputi penguasaan siswa terhadap konsep- diajarkan dengan model belajar konstruktivis
konsep subjek dan predikat kalimat, serta mis- yang berpendekatan inkuiri lebih baik daripada
konsepsi-miskonsepsi siswa yang masih resistan. siswa yang diajarkan dengan model belajar
Butir-butir tes yang digunakan sama dengan konvensional” diuji melalui uji perbedaan dua
yang digunakan pada pretest. Di samping itu, rerata dengan uji-t satu pihak.
dilakukan juga evaluasi terhadap respons siswa
atas model belajar konstruktivis yang ber- HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan inkuiri dengan menggunakan kuesio-
ner. Kuesioner ini hanya diberikan pada siswa Hasil
kelompok eksperimen. (6) analisis miskonsepsi
Miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada
siswa yang resistan. Bertolak dari hasil evaluasi siswa sehubungan dengan konsep (subjek dan
pada tahap kelima, dilakukan penelusuran ter- predikat)
hadap miskonsepsi-miskonsepsi siswa yang telah
dapat diubah menjadi konsepsi ilmiah dan yang Pada bagian ini dikemukakan temuan-te-
masih resistan. Pada tahap keenam ini, dilakukan muan tentang pengetahuan awal dan miskon-
interviu klinis terhadap siswa yang miskonsepsi- sepsi-miskonsepsi pada siswa kelas eksperimen
nya telah berubah menjadi konsepsi ilmiah, dan dan kelas kontrol di kedua sekolah terkait dengan
siswa yang miskonsepsinya masih resistan untuk unsur-unsur inti kalimat, yaitu Subjek (S) dan
menelusuri latar penyebabnya. (7) merevisi stra- Predikat (P). Sajian diawali dengan temuan ten-
tegi pengubahan konsepsi dengan memanfaat tang pengetahuan awal dan miskonsepsi pada
kan informasi yang diperoleh pada tahap keenam siswa kelas VII SMPN 3 Singaraja. Selanjutnya,
di atas. Strategi pengubahan konsepsi yang sudah dipaparkan temuan tentang pengetahuan awal
direvisi ini dirumuskan dalam bentuk modul dan miskonsepsi pada siswa kelas VII SMPN 2
kecil yang sekaligus berfungsi sebagai rekomen- Singaraja.
dasi penelitian ini. Data penelitian ini dikumpul-
kan dengan tes, pedoman interviu, dan kuesioner. A. Pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa
Data tentang pengetahuan awal siswa di- kelas eksperimen tentang S dan P di SMPN 3
deskripsikan secara naratif. Selanjutnya, untuk Singaraja
memperoleh gambaran tentang miskonsepsi-
Berdasarkan pretest dan interviu klinis ten-
miskonsepsi yang terdapat pada siswa dan ba-
tang S dan P yang dilakukan pada siswa kelas
gaimana perubahannya setelah proses pem-
eksperimen, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut.
belajaran, maka data yang diperoleh tes awal dan
Setelah dikategorikan unsur-unsur pembentuk
tes akhir dianalisis secara deskriptif dan pe-
subjek menjadi empat kategori, yaitu: (a) jenis
nyimpulannya dinyatakan dengan persentase.
benda yang membentuknya, (b) keinsanan (orang
Dari deskripsi tersebut, terlihat pula mis-
atau bukan orang), (c) kelas kata yang memben-
41 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, Nomor 5, April 2010, hlm.36 - 46

tuknya, dan (d) posisinya dalam kalimat, dapat bagian besar siswa (93%) mempunyai konsep
dideskripsikan temuan-temuan sebagai berikut. bahwa subjek itu hanya diduduki oleh orang
Sebagian besar siswa (93%), mempunyai konsep (yang melakukan suatu pekerjaan). Ditinjau dari
bahwa subjek itu hanya berupa benda hidup dan kelas kata yang membentuknya, 10 orang siswa
semua siswa (100%) mempunyai konsep bahwa (67%) mempunyai konsep bahwa subjek itu
subjek itu hanya diduduki oleh orang (yang hanya diduduki oleh kelas kata benda, sedangkan
melakukan suatu pekerjaan). Ditinjau dari kelas kelas kata yang lainnya tidak bisa membentuk
kata yang membentuknya, para siswa (27%) atau menduduki subjek. Sementara itu, dilihat
mempunyai konsep bahwa subjek itu hanya di- dari posisinya, semua siswa (100%) mempunyai
duduki oleh kelas kata benda, sedangkan kelas konsep bahwa subjek hanya menduduki posisi
kata yang lainnya tidak bisa membentuk atau awal dalam kalimat.
menduduki subjek. Sementara itu, dilihat dari Sama halnya dengan subjek, setelah dika-
posisinya, semua siswa (100%) mempunyai kon- tegorikan unsur-unsur pembentuk predikat men-
sep bahwa subjek hanya menduduki posisi awal jadi empat kategori, yaitu: (a) jenis benda yang
dalam kalimat. membentuknya, (b) keinsanan (orang atau bukan
Sama halnya dengan subjek, setelah dikate- orang), (c) kelas kata yang membentuknya, dan
gorikan unsur-unsur pembentuk predikat menjadi (d) posisinya dalam kalimat, dapat dideskripsi-
empat kategori, yaitu: (a) jenis benda yang mem- kan temuan-temuan sebagai berikut. Ditinjau dari
bentuknya, (b) keinsanan (orang atau bukan o- kelas katanya, 14 orang siswa (93%) mempunyai
rang), (c) kelas kata yang membentuknya, dan konsep bahwa predikat hanya diduduki oleh kata
(d) posisinya dalam kalimat, dapat dideskripsi- kerja. Kelas kata yang lain tidak bisa menduduki
kan temuan-temuan sebagai berikut. Ditinjau dari predikat tersebut. Sementara itu, semua siswa
kelas katanya, sepuluh orang siswa (67%) mem- (100%) mempunyai konsep bahwa predikat itu
punyai konsep bahwa predikat hanya diduduki hanya menduduki posisi di tengah kalimat. Posisi
oleh kata kerja. Kelas kata yang lain tidak bisa awal dan belakang atau akhir kalimat tidak bisa
menduduki predikat tersebut. Sementara itu, se- diduduki oleh P.
bagian besar siswa (93%) mempunyai konsep
bahwa predikat itu hanya menduduki posisi di C. Pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa
tengah kalimat. Posisi awal dan belakang atau kelas eksperimen tentang S dan P di SMPN 2
akhir kalimat tidak bisa diduduki oleh P. Singaraja

Berdasarkan pretest dan interviu klinis ten-


B. Pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa tang S dan P yang dilakukan pada siswa kelas
kelas kontrol tentang S dan P di SMPN 3 eksperimen, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut.
Singaraja
Setelah dikategorikan unsur-unsur pembentuk
Berdasarkan pretest dan interviu klinis ten- subjek menjadi empat kategori, yaitu: (a) jenis
tang S dan P yang dilakukan pada siswa kelas benda yang membentuknya, (b) keinsanan (orang
kontrol, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut. atau bukan orang), (c) kelas kata yang memben-
Setelah dikategorikan unsur-unsur pembentuk tuknya, dan (d) posisinya dalam kalimat, dapat
subjek menjadi empat kategori, yaitu: (a) jenis dideskripsikan temuan-temuan sebagai berikut.
benda yang membentuknya, (b) keinsanan (orang Semua siswa (100%), mempunyai konsep bahwa
atau bukan orang), (c) kelas kata yang memben- subjek itu hanya berupa benda hidup dan 2 orang
tuknya, dan (d) posisinya dalam kalimat, dapat siswa (13%) mempunyai konsep bahwa subjek
dideskripsikan temuan-temuan sebagai berikut. itu dibentuk oleh benda mati. Semua siswa
Semua siswa (100%) mempunyai konsep bahwa (100%) mempunyai konsep bahwa subjek itu
subjek itu hanya berupa benda hidup dan se- hanya diduduki oleh orang (yang melakukan su-
Ida Bagus Putrayasa, Penerapan Model Konstruktivisme Berpendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran… 42

atu pekerjaan) dan 2 orang (13%) mempunyai diduduki oleh orang (yang melakukan suatu pe-
konsep bahwa subjek itu diduduki oleh bukan kerjaan) dan 7 orang siswa (47%) mempunyai
orang. Ditinjau dari kelas kata yang mem- konsep bahwa subjek itu diduduki oleh bukan
bentuknya, para siswa (20%) mempunyai konsep orang. Ditinjau dari kelas kata yang mem-
bahwa subjek itu hanya diduduki oleh kelas kata bentuknya, 14 orang siswa (93%) mempunyai
benda, sedangkan kelas kata yang lainnya tidak konsep bahwa subjek itu hanya diduduki oleh
bisa membentuk atau menduduki subjek. Se- kelas kata benda, sedangkan kelas kata yang lain-
mentara itu, dilihat dari posisinya, semua siswa nya tidak bisa membentuk atau menduduki
(100%) mempunyai konsep bahwa subjek hanya subjek. Sementara itu, dilihat dari posisinya, se-
menduduki posisi awal dalam kalimat. mua siswa (100%) mempunyai konsep bahwa
Sama halnya dengan subjek, setelah dika- subjek hanya menduduki posisi awal dalam
tegorikan unsur-unsur pembentuk predikat men- kalimat.
jadi empat kategori, yaitu: (a) jenis benda yang Sama halnya dengan subjek, setelah dika-
membentuknya, (b) keinsanan (orang atau bukan tegorikan unsur-unsur pembentuk predikat men-
orang), (c) kelas kata yang membentuknya, dan jadi empat kategori, yaitu: (a) jenis benda yang
(d) posisinya dalam kalimat, dapat dideskripsi- membentuknya, (b) keinsanan (orang atau bukan
kan temuan-temuan sebagai berikut. Ditinjau dari orang), (c) kelas kata yang membentuknya, dan
kelas katanya, 11 orang siswa (73%) mempunyai (d) posisinya dalam kalimat, dapat dideskripsi-
konsep bahwa predikat hanya diduduki oleh kata kan temuan-temuan sebagai berikut. Ditinjau dari
kerja dan 1 orang siswa (6,7%) mempunyai kelas katanya, 10 orang siswa (67%) mempunyai
konsep bahwa predikat tersebut dibentuk oleh konsep bahwa predikat diduduki oleh kata kerja,
kata sifat. Kelas kata yang lain tidak bisa 8 orang siswa (53%) predikat diduduki oleh ke-
menduduki predikat tersebut. Sementara itu, 13 las kata sifat, dan 1 orang (6,7%) predikat didu-
orang siswa (87%) mempunyai konsep bahwa duki oleh kelas kata bilangan. Kelas kata yang
predikat itu hanya menduduki posisi di tengah lain tidak bisa menduduki predikat tersebut. Se-
kalimat. Posisi awal dan belakang atau akhir mentara itu, semua siswa (100%) mempunyai
kalimat tidak bisa diduduki oleh P. konsep bahwa predikat itu hanya menduduki
posisi di tengah kalimat. Posisi awal dan bela-
D. Pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa kang atau akhir kalimat tidak bisa diduduki oleh
kelas kontrol tentang S dan P di SMPN 2 P.
Singaraja
Efektivitas strategi pengubahan konsepsi
Berdasarkan pretest dan interviu klinis ten-
yang berupa konflik kognitif dalam mengu-
tang S dan P yang dilakukan pada siswa kelas bah miskonsepsi siswa pada pembelajaran
kontrol, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut. subjek dan predikat
Setelah dikategorikan unsur-unsur pembentuk
subjek menjadi empat kategori, yaitu: (a) jenis Berdasarkan identifikasi dan klarifikasi ter-
benda yang membentuknya, (b) keinsanan (orang hadap pengetahuan awal siswa serta miskon-
atau bukan orang), (c) kelas kata yang memben- sepsi-miskonsepsi yang terdapat pada diri siswa,
tuknya, dan (d) posisinya dalam kalimat, dapat telah diterapkan strategi pengubahan konsepsi
dideskripsikan temuan-temuan sebagai berikut. untuk mengubah miskonsepsi siswa menuju
14 orang siswa (93%) mempunyai konsep bahwa konsepsi ilmiah. Strategi tersebut terdiri atas 2
subjek itu hanya berupa benda hidup dan 7 orang unit, yaitu 1 unit untuk pokok bahasan subjek,
siswa (47%) mempunyai konsep bahwa subjek dan 1 unit untuk pokok bahasan predikat. Kedua
itu bisa berupa benda mati. 12 orang siswa (80%) unit tersebut masing-masing dikategorikan atas 4
mempunyai konsep bahwa subjek itu hanya kategori, yakni: jenis benda, keinsanan, kelas
kata yang membentuk subjek dan predikat
43 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, Nomor 5, April 2010, hlm.36 - 46

tersebut, dan posisinya dalam kalimat. Strategi Berdasarkan strategi pengubahan konsepsi
pengubahan konsepsi tersebut hanya diterapkan di atas, secara keseluruhan, strategi pengubahan
pada kelas eksperimen. Efektivitas strategi ter- konsepsi subjek dan predikat dapat menurunkan
sebut dalam mengubah miskonsepsi siswa me- miskonsepsi sebesar 41%, dari 73% menjadi
nuju konsepsi ilmiah dapat dilihat dari analisis 32%. Hal ini berarti pula bahwa telah terjadi pe-
data pada uraian di bawah ini. ningkatan pemahaman konsep ilmiah tentang
1) Strategi pengubahan konsepsi 1 subjek dan predikat sebesar 41%.
Unit pembelajaran 1 digunakan sebagai
strategi untuk mengubah miskonsepsi siswa, Tingkat penguasaan siswa tentang konsep-
yaitu konsepsi siswa tentang subjek. Hasilnya konsep subjek dan predikat
menunjukkan bahwa terdapat penurunan mis-
Tingkat penguasaan siswa tentang konsep-
konsepsi sebesar 27%, yaitu dari mula-mula 84%
konsep tata kalimat, khususnya yang menyang-
menjadi 57%.
kut unsur-unsur inti kalimat (subjek dan pre-
2) Strategi pengubahan konsepsi 2
dikat), baik pada kelas eksperimen maupun kelas
Unit pembelajaran 1 digunakan sebagai
kontrol di SMPN 3 dan SMPN 2 dapat diuraikan
strategi untuk mengubah miskonsepsi siswa,
sebagai berikut.
yaitu konsepsi siswa tentang predikat. Hasilnya
Dari hasil perhitungan (uji signifikansi),
menunjukkan bahwa terdapat penurunan mis-
diperoleh nilai thitung 7,498 , berdasarkan db = N1
konsepsi sebesar 22%, yaitu dari mula-mula 92%
+ N2 = 28 dan taraf signifikansi 5% ditemukan
menjadi 70%.
ttab= 2,048. Ini berarti thitung > ttab, dengan
Berdasarkan strategi pengubahan konsepsi
demikian hasil penelitian signifikan, Ho ditolak
di atas, secara keseluruhan, strategi pengubahan
dan sebaliknya Ha diterima.
konsepsi subjek dan predikat dapat menurunkan
Berdasarkan uji signifikansi di atas dapat
miskonsepsi sebesar 49%, dari 76% menjadi
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tentang
27%. Hal ini berarti pula bahwa telah terjadi pe-
unsur subjek dan predikat yang menggunakan
ningkatan pemahaman konsep ilmiah tentang
model pembelajaran konstruktivisme berpen-
subjek dan predikat sebesar 49%. Kondisi ini
dekatan inkuiri (7,33) lebih baik daripada pres-
terjadi pada siswa kelas VII SMPN 3 Singaraja.
tasi belajar siswa yang menggunakan model
Sementara itu, kondisi yang terjadi di
konvensional (5,96) Hal ini terjadi pada siswa
SMPN 2 Singaraja dapat dipaparkan seperti di
kelas VII SMPN 3 Singaraja. Sementara itu,
bawah ini.
tingkat penguasaan siswa kelas VII SMPN 2
1) Strategi pengubahan konsepsi 1
Singaraja dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
Unit pembelajaran 1 digunakan sebagai
Dari hasil perhitungan (uji signifikansi)
strategi untuk mengubah miskonsepsi siswa,
diperoleh nilai thitung 11,483, berdasarkan db =
yaitu konsepsi siswa tentang subjek. Hasilnya
N1+ N2 = 28 dan taraf signifikansi 5% ditemukan
menunjukkan bahwa terdapat penurunan mis-
ttab=2,048. ini berarti thitung > ttab, dengan
konsepsi sebesar 20%, yaitu dari mula-mula 82%
demikian hasil penelitian signifikan, Ho ditolak
menjadi 62%.
dan sebaliknya Ha diterima.
2) Strategi pengubahan konsepsi 2
Berdasarkan uji signifikansi di atas dapat
Unit pembelajaran 1 digunakan sebagai
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tentang
strategi untuk mengubah miskonsepsi siswa,
unsur subjek dan predikat yang menggunakan
yaitu konsepsi siswa tentang predikat. Hasilnya
model pembelajaran konstruktivisme berpende-
menunjukkan bahwa terdapat penurunan mis-
katan inkuiri (6,80) lebih baik daripada prestasi
konsepsi sebesar 21%, yaitu dari mula-mula 91%
belajar siswa yang menggunakan model kon-
menjadi 70%.
vensional (5,60).
Ida Bagus Putrayasa, Penerapan Model Konstruktivisme Berpendekatan Inkuiri Dalam Pembelajaran… 44

Komentar siswa terhadap model konstruk- (1983) yang mengatakan bahwa unsur inti
tivis yang berpendekatan inkuiri dalam mem- kalimat adalah predikat, dan yang paling banyak
pelajari konsep-konsep subjek dan predikat mengisi unsur predikat dalam kalimat adalah
Analisis data komentar siswa terhadap kelas kata kerja. Konsep-konsep inilah yang me-
model pembelajaran konstruktivisme berpen- nguasai pikiran siswa tentang predikat tersebut,
dekatan inkuiri dengan menggunakan statistik sehingga tidak ada kelas kata yang lain bisa
deskriptif diperoleh rerata (Xo) = 51,45 dan sim- membentuk predikat, selain kata kerja itu sendiri.
pangan baku (So) = 6,14. Dengan mengkon- Miskonsepsi siswa tentang subjek dan pre-
firmasi Xo dan So terhadap kriteria kualifikasi, dikat menurun ketika dalam pembelajaran di-
maka dapat disimpulkan bahwa komentar siswa terapkan strategi pengubahan konsepsi dengan
terhadap model pembelajaran konstruktivisme konflik kognitif. Hal ini sesuai dengan hasil pe-
berpendekatan inkuiri positif dan dapat memberi- nelitian yang dihasilkan oleh Sadia (1996), yang
kan kemudahan dalam mempelajari unsur inti menunjukkan bahwa konflik kognitif dalam
kalimat (subjek dan predikat). Mereka merasa pembelajaran konsep-konsep IPA (energi, panas)
memperoleh kesempatan yang cukup untuk dapat menurunkan miskonsepsi-miskonsepsi
menggali sendiri tentang unsur-unsur inti kalimat siswa. Sehubungan dengan penelitian yang dila-
(subjek dan predikat) melalui pertanyaan-perta- kukan ini, dengan konflik kognitif, siswa diberi-
nyaan yang mereka ajukan kepada gurunya, da- kan konsep-konsep tentang subjek dan predikat,
pat bertukar pikiran dengan teman sejawatnya, yang dalam konsep-konsep tersebut dijelaskan
menjadi lebih kreatif dalam menyusun per- bahwa subjek dan predikat tersebut dibentuk
tanyaan-pertanyaan berdasarkan pengetahuan oleh empat hal. Keempat hal tersebut mencakup:
yang dimilikinya untuk menemukan jawaban (1) jenis benda (benda hidup dan benda mati)
atas permasalahan yang diberikan oleh guru, yang membentuk subjek dan predikat; (2) ke-
minat dan motivasi belajarnya menjadi lebih insanan (orang atau bukan orang) yang mem-
tinggi, dan proses belajar dirasakannya lebih ber- bentuk subjek dan predikat tersebut; (3) kelas
makna. kata (benda, kerja, sifat) yang membentuk subjek
dan predikat tersebut, dan (4) posisi (awal, te-
ngah, dan akhir) subjek dan predikat tersebut
Pembahasan
dalam kalimat.
Secara umum, pengetahuan awal siswa Dengan menerapkan strategi konflik kog-
tentang subjek dan predikat mengalami mis- nitif, miskonsepsi-miskonsepsi siswa tentang
konsepsi. Miskonsepsi siswa yang paling me- subjek dan predikat menurun, yang tadinya mis-
nonjol adalah bahwa subjek kalimat hanya bisa konsepsi menjadi konsep ilmiah. Artinya, tingkat
dibentuk oleh orang dan kelas kata benda. Jenis penguasaan siswa tentang konsep-konsep subjek
lain dan kelas katas yang lain tidak bisa dan predikat menjadi semakin baik. Dengan
menduduki subjek tersebut. Hal ini sesuai konflik kognitif ini pula, penerapan model
dengan teori yang dikemukakan oleh Sutan konstruk-tivisme berpendekatan inkuiri menjadi
Takdir Alisyahbana (1978) dan Robert-Burton efektif diterapkan dalam pembelajaran Bahasa
(1997) yang mengatakan bahwa subjek adalah Indonesia, khusunya yang menyangkut unsur-
benda atau sesuatu yang dibendakan. Konsep unsur inti kalimat (subjek dan predikat). Dengan
inilah yang sangat melekat pada pikiran siswa, efektifnya penerapan model konstruktivisme ber-
sehingga tidak ada yang lain bisa membentuk pendekatan inkuiri dalam pembelajaran Bahasa
subjek, selain benda itu sendiri. Demikian pula Indonesia (khususnya subjek dan predikat) ini,
halnya dengan predikat, bahwa dalam konsep siswa merasa senang dan berkomentar positif ter-
siswa, predikat tersebut hanya bisa dibentuk oleh hadap penerapan model tersebut. Penerapan mo-
kata kerja. Hal ini senada dengan pendapat Hatch del tersebut dapat memberikan kemudahan pada
45 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 43, Nomor 5, April 2010, hlm.36 - 46

mereka dalam mempelajari konsep-konsep sub- dan predikat mengalami penurunan. (2) Strategi
jek dan predikat. Pengetahuan yang digali dan di- pengubahan konsepsi dengan konflik kognitif
konstruksinya sendiri dengan aktif, kreatif, serta cukup efektif menurunkan miskonsepsi siswa
menggunakan logika, menjadi tahan lama ber- tentang unsur subjek dan predikat. (3) Tingkat
semayam dalam otak atau pikirannya. Mereka penguasaan siswa tentang subjek dan predikat yang
juga dengan mudah mentransfer pengetahuan diajarkan dengan model konstruktivisme ber-
tersebut kepada orang lain atau teman-teman pendekatan inkuiri lebih baik daripada siswa yang
sejawatnya dalam mempelajari konsep-konsep diajarkan dengan model konvensional. (4) Ko-
kebahasaan. mentar siswa terhadap penerapan model konstruk-
tivisme berpendekatan inkuiri dalam pembelajaran
PENUTUP unsur subjek dan predikat adalah postif. Ber-
dasarkan simpulan tersebut, disarankan kepada
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipaparkan pengajar bahasa Indonesia (khususnya konsep-
hal-hal sebagai berikut. (1) Sebelum dilakukannya konsep kalimat), agar menerapkan model konstruk-
treatment terhadap kelas eksperimen ditemukan tivisme berpendekatan inkuiri sebagai salah satu
miskonsepsi-miskonsepsi siswa tentang unsur alternatifnya.
subjek dan predikat. Namun, setelah dilakukan
treatment, miskonsepsi siswa tentang unsur subjek

DAFTAR RUJUKAN
Bodner, G.M. 1986. Constructivism: a theory of Sadia, W. 1996. Pengembangan model belajar
knowledge. Journal of Chemical Education. konstruktivis dalam pembelajaran IPA di Sekolah
Vol.63, No.10. Menengah Pertama (SMP). Disertasi. PPS IKIP
Bruce, W.C. & J.K. Bruce. 1992. Teaching with inquiry. Bandung.
Maryland: Alpha Publishing Company, Inc. Shymansky, J.A. & Keyle, W.C. 1992. Establishing a
Cleaf, D.W.V. 1991. Action in elementary social studies. research agenda: critical issues of science
Singapore: Allyn and Bacon. curriculum reform. JRST. Vol.30, Issues 7.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas Sund & Trowbridge. 1973. Teaching science by
Eltinge, E.M. 1993. Linguistic content analysis: a method inquiry in the scondary school. Columbus:
to measure science as inquiry in textbooks dalam Charles E. Merrill Publishing Comapany.
Jounal of Research in Science Teaching Vol.30 Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan perubahan konsep
No.l PP. 65-83 (1993). pendidikan fisika. Jakarta: PT Gramedia.
Fosnot, C.T. 1989. Equiring teachers equiring learners: Tasker, R. 1992. Effective teaching: what can a
a constructivist approach for teaching. New constructivist view of learning offer? ASTJ.
York: Teachers College Press. Vol.38, No.1.
Hatch, E.M. 1983. Psycholinguistics. Tokyo: Newbury Wahab, A. 2000. Meningkatkan belajar melalui
House Publisher, Inc. pemantapan budaya akademik organisasi
Kuslan, L. & A.H. Stone. 1969. Teaching children perguruan tinggi sebagai kunci memasuki
science: an inqury approachs. California: milenium ketiga. (Orasi Ilmiah). Disampaikan
Wadsworth Publishing Company, Inc. dalam Rangka Dies Natalis dan Wisuda STKIP
Pasundan Cimahi, Tanggal, 29 April 2000.
Murray, T., et al. 2003. Two approaches to supporting
Bandung: STKIP Pasundan Cimahi.
scientific inquiry skills in post-scondary education:
simulation-based inquiry and coached hypothesis
investigation. http://helios.hampshire.edu/-tjmCCS/

Anda mungkin juga menyukai