Anda di halaman 1dari 16

ISLAM NUSANTARA;

STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH


TANTANGAN GLOBAL
Taufik Bilfagih
billfagih@gmail.com

Abstract
The collapse of Communism in the 1990s, marked the raise of the Global era; the era when
nations are liberated from the essence and existence of local ethnics, language, culture
and religion. This means local and national identities will be degraded by globalisation
processes and replaced by global identity which contains transnational ideas. They consists
of views, ideas, suggestions, topics, concepts, and values which are contracted on the basis
of new paradigms, dogmas, doctrines for a global community that has no identity, open,
and freeto take choices. This community focusses on attitudes that put forward to respect
values and idolised money as the center of life dinamies.
NU with its archipelagoic Islam tries to protect Islamic communities (ummah) from the
globalisation bombardment. NU realizes the extent of responsibility to preserve and
mantain the continuity of national culture as heritage from the thread of globalisation.
This article aims to discuss the archipelagoc islam which becomes NU’s ultimate weapon
in the cultural strategy.
Keywords: Archipelagoc Islam, NU, Globalisation.
Pasca runtuhnya komunisme pada dasawarsa 1990-an yang ditandai kehadiran era
global, yaitu era pembebasan bangsa-bangsa dari esensi dan eksistensi etnis, bahasa,
budaya dan agama bersifat lokal dan sektarian. Ini berarti, identitas lokal dan nasional
bangsa-bangsa di seluruh dunia akan terhapus oleh proses globalisasi untuk diganti
dengan identitas masyarakat global yang bersifat trans-nasional, di mana pandangan-
pandangan, gagasan-gagasan, ide-ide, wacana-wacana, konsep-konsep, dan nilai-nilai
ditegakkan di atas paradigma, dogma dan doktrin baru masyarakat global yang tanpa
identitas, terbuka, bebas, menentukan pilihan, yang kiblat jiwa dan pikirannya terfokus
dan berorientasi kepada sikap mengutamakan, menghormati, memuliakan, dan memuja
uang sebagai inti dari dinamika kehidupan.

53
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016

NU dengan konsep Islam Nusantaranya, mencoba membentengi umat dari gempuran


globalisasi tersebut. NU menyadari beratnya tugas menjaga kelestarian, keterpeliharaan,
kontinuitas kebudayaan nasional warisan leluhur dari terjangan gelombang globalisasi.
Maka tulisan ini bermaksud untuk membahas tentang Islam Nusantara yang belakangan
menjadi “senjata” pamungkas NU sebagai strategi kebudayaan.
Kata Kunci; Islam Nusantara, NU, Globalisasi

A. PENDAHULUAN Sesungguhnya kelompok pertama ini juga


berambisi menyeragamkan seluruh budaya
Semenjak kran demokrasi terbuka lebar
yang ada di dunia menjadi satu, sebagaimana
dengan simbol jatuhnya rezim Orde Baru,
yang dipraktekkan Nabi Muhammad. Budaya
Indonesia menjadi lahan empuk bagi banyak
yang berbeda dianggap bukan sebagai bagian
ideologi berkunjung. Bahkan kunjungan ter-
dari Islam. Sementara kelompok kedua meng-
sebut belakangan mengarah pada agenda
inginkan Islam dihadirkan sebagai nilai yang
bermukim hingga menggeser identitas ke-
bisa memengaruhi seluruh budaya yang ada.
bangsaan. Ideologi yang dimaksud utamanya
Islam terletak pada nilai, bukan bentuk fisik
mengenai gagasan keagamaan (Islam) berasal
dari budaya itu. Kelompok yang kedua ini
dari dua arah berbeda, Islam Arab dengan gaya
memaknai universalitas ajaran Islam sebagai
fundamentalisme dan Ideologi Barat dengan
yang tidak terbatas pada waktu dan tempat,
pola liberalismenya. Lebih jauh, kehadiran
sehingga bisa masuk ke budaya apapun.
kedua ideologi impor ini menyebabkan umat
Ahmad Baso “memvonis” kedua kelompok
sulit membedakan antara budaya dan agama.
itu dengan istilah Wahabi-Salafi dan Liberal-
Pada titik ini, gagasan keislaman berbasis
Sekuler. Ia menulis tentang kedua kelompok
identitas lokal menjadi lokomotif baru untuk
Islam tersebut sama-sama menawarkan
melayani kunjungan ideologi-ideologi ter-
pikiran-pikiran menggoda dan mengenakkan
sebut. Nampaknya, dari sinilah istilah Islam
– tapi di belakangnya menipu! Mereka ber-
Nusantara mendapatkan nilai subtansinya.
iklan tentang “kecap nomor satu” tentang
Kendati demikian, Islam Nusantara men-
paham dan ajaran mereka. Kelompok liberal
jadi trend lebih mencuat pada tahun 2015 lalu.
memasang iklan “umat Islam perlu mencerah-
Publik diramaikan oleh pagelaran Isra Mi’raj di
kan pikirannya, supaya tidak menjadi sasaran
Istana Negara yang menampilkan pembacaan
empuk kelompok-kelompok teroris”. Demikian
ayat suci al Qur’an dengan langgam Jawa.
pula kelompok-kelompok Wahabi memasang
Keramaian tersebut lebih terasa di media
iklan “umat Islam perlu menegakkan syariat
massa dan sosial. Banyak kelompok yang
Islam supaya Indonesia bias keluar dari krisis
menganggap peristiwa itu sebagai sesuatu
multidimensi” – katanya.1 Iklan yang dimainkan
yang menyesatkan, ada juga pemahaman
oleh kelompok yang membawa ideologi
dari kelompok berbeda yang memahaminya
transnasional ini nyatanya ingin melepaskan
sebagai sesuatu yang khas dan positif.
tradisi masyarakat Islam Nusantara dalam
Kedua kelompok saling bersahut-sahutan
mengekspresikan keberagamaannya. Dari
dengan klaim kebenaran masing-masing. Tak
heran, suasana menjadi gaduh. Terlalu jelas, 1
Ahmad Baso, Agama NU Untuk NKRI, Cet. II (Jakarta; Pustaka Afid,
2015) h. 92
kelompok pertama terjebak pada Arabsentris.

54
ISLAM NUSANTARA; STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL .... -- Taufik Bilfagih

sini, keadaan Indonesia mendapat tantangan Saw mengungkapkan bahwa agama ini me-
scara global. miliki lima ajaran pokok, yaitu “Islam adalah
Fenomena “gaduhnya” sosial-religius di bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan selain
Indonesia, nampaknya tak luput dari meng- Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
guritanya arus globalisasi. Ideologi impor yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, melak-
telah disampaikan sebelumnya, juga bagian sanakan puasa dan menunaikan haji—bagi
dari fakta keberadaan globalisasi. Untuk itu, yang mampu”. Selain itu Islam memiliki dua
tulisan sederhana ini akan mengkaji fenomena pedoman yang selalu dirujuk, Alquran dan
Islam Nusantara sebagai bagian dari strategi Hadits. Keduanya memuat ajaran yang mem-
kebudayaan. Kerangka tulisan ini berusaha bimbing umat manusia beserta alam raya ke
akan mencari titik temu Islam dan kebudaya- arah yang lebih baik dan teratur.3
an Nusantara, termasuk membaca strategi Nusantara adalah istilah yang meng-
organisasi Islam terbesar di dunia, NU dalam gambarkan wilayah kepulauan dari Sumatera
menghadang arus globalisasi.2 hingga Papua. Kata ini berasal dari manuskrip
berbahasa Jawa sekitar abad ke-12 sampai ke-
B. PEMBAHASAN 16 sebagai konsep Negara Majapahit. Sementara
a. Pengertian Islam Nusantara dalam literatur berbahasa Inggris abad ke-19,
Banyak kalangan yang menolak labelisasi Nusantara merujuk pada kepulauan Melayu.
Nusantara pada Islam. Karena bagi mereka Ki Hajar Dewantoro, memakai istilah ini pada
Islam berlaku universal dan tidak bisa di- abad 20-an sebagai salah satu rekomendasi
sempitkan dengan pelabelan dengan sesuatu untuk nama suatu wilayah Hindia Belanda.
apapun. Lebih jauh, menambahkan kata Karena kepulauan tersebut mayoritas berada
Nusantara telah menghilangkan identitas di wilayah negara Indonesia, maka Nusantara
rahmatan lil ‘alamin dari Islam sebagai agama biasanya disinonimkan dengan Indonesia.
yang sempurna. Pendapat mereka ini tidak Istilah ini, di Indonesia secara konstitusional
salah, namun sesungguhnya tidaklah relevan juga dikukuhkan dengan Keputusan Presiden
dengan apa yang menjadi subtansi Islam (Kepres) MPR No.IV/MPR/1973, tentang
Nusantara itu sendiri. Garis Besar Haluan Negara Bab II Sub E. Kata
4
Islam berarti “penyerahan, kepatuhan, ke- Nusantara ditambah dengan kata wawasan.
tundukan, dan perdamaian”. Nabi Muhammad Melalui pengertian Islam dan Nusantara di
atas, maka Islam Nusantara merupakan ajaran
2
Hal lain yang turut menjadi sasaran empuk globalisasi adalah
agama yang terdapat dalam Alquran dan Hadits
fenomena terkait faktor uang sebagai kiblat dalam segala aspek
kehidupan yang sering disebut sebagai money oriented, pada yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad
dasarnya merupakan fenomena perubahan yang mengemuka yang diikuti oleh penduduk asli Nusantara
di Indonesia sepanjang dasawarsa 2000-an pasca runtuhnya
orde baru yang ditandai euphoria reformasi di segala bidang
(Indonesia), atau orang yang berdomisili di
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Perubahan social- dalamnya. Namun jika dikaitkan dengan pan-
politik-ekonomi-budaya bahkan agama yang berkembang
dangan setiap muslim atau organisasi Islam
menunjuk kepada indikasi berkembang-luasnya sistem dan
tatanan yang berorientasi uang seperti libidonomic, justitionomic, tertentu, seperti NU, konsep Islam Nusantara
educationomic, bahkan religionomic dimana “pasar bebas” akan menjadi kompleks. Hal ini terlihat ketika
menjadi keniscayaan di segala aspek kehidupan sosial-politik-
budaya-agama dan ideology masyarakat global yang terbuka dan 3
Khabibi Muhammad Lutfi; Islam Nusantara; Relasi Islam dan
anonym tersebut. Pernyataan ini disampaikan oleh Agus Sunyoto Budaya Lokal, Jurnal Shahih Vol 1, Juni 2016. h. 3
pada momen rakernas Lesbumi PBNU Maret 2016. 4
Ibid.

55
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016

NU menjadikan Muktamar ke-33 di Jombang nilai-nilai yang sudah terkandung dalam suatu
untuk meluncurkan tema Islam Nusantara wilayah tertentu.6
secara resmi, yakni “Meneguhkan Islam Untuk menjawab sangkaan terhadap pe-
Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan labelan kata Nusantara dalam Islam, maka
dunia”, begitu terlihat para tokoh di dalamnya buku Islam Nusantara Ijtihad Jenius dan
memiliki konsep dan perspektif yang berbeda- Ijma’ Ulama Indonesia, karya Ahmad Baso
beda. dapat dijadikan rujukan untuk memahami
Sekali lagi, sebagaimana yang telah dise- Islam Nusantara secara gamblang. Pada buku
butkan sebelumnya, perdebatan istilah Islam tersebut, Ahmad Baso menulis bahwa Islam
Nusantara terletak pada label kata “nusantara” Nusantara diibaratkan sebagai pertemuan
yang mengikuti kata “Islam”. Kata ini bisa me- dua bibit pohon unggulan yang berbeda jenis,
mengaruhi makna Islam yang tidak hanya namun ketika disatukan dalam proses per-
dimaknai secara normatif, tapi juga variatif. silangan akan menghasilkan sebuah bibit
Ketika Islam dan Nusantara menjadi frase baru yang lebih unggul. Persilangan Islam
Islam Nusantara, artinya sangat beragam. dan Nusantara diperlukan untuk memeroleh
Tergantung cara padang atau pendekatan ke- genius baru dengan karakter atau sifat-sifat
ilmuan yang dipakai. Sementara itu, menurut unggulan yang diinginkan. Bibit ini akan
guru besar filologi Islam UIN Jakarta Oman tumbuh sehat dan mampu bertahan dalam
Fathurrahman, Islam Nusantara yang dimak- situasi dan cengkeraman lingkungan manapun,
sud bukan Islam yang normatif tapi Islam toleran dan adaptif terhadap lingkungannya
empirik yang terindegenisasi. “Oleh kerena itu sehingga bisa tumbuh dan besar dengan sehat,
kita mencoba merumuskan sebuah kalimat, tidak cepat aus, rusak atau gagal tumbuh.
Islam Nusantara itu adalah Islam Nusantara Dengan persilangan dua spesies berbeda itu
yang empirik dan distingtif sebagai hasil maka diharapkan muncul spesies baru yang
interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, pe- populis, kualitas peradaban yang tinggi serta
nerjemahan, vernakularisasi Islam universal tahan banting terhadap berbagai kondisi
dengan realitas sosial, budaya, dan sastra di dan tantangan. Dan spesies baru itulah yang
Indonesia.”5 Sedangkan menurut Akhmad disebut Islam Nusantara. Maka kalau kita
Sahal, dalam memahami Islam Nusantara, yakin betul Islam Nusantara itu adalah hasil
harus meyakini ada dimensi keagamaan dan persilangan dua bibit unggul maka ijtihad
budaya yang saling berjalin-kelindan satu kunyit lebih mendukung keunggulan kekayaan
sama lain. Dimensi ini adalah suatu cara Islam alam Nusantara kita dibandingkan, misalnya
berkompromi dengan batas wilayah teritorial mengimpor habbatussawda (jinten hitam). 7
yang memiliki akar budaya tertentu. Hal ini Selain itu, penting juga untuk mengetahui
mengakibatkan Islam sepenuh-penuhnya penjelasan KH. Mustofa Bisri tentang Islam
tidak lagi menampilkan diri secara kaku dan Nusantara ini. Baginya, kata Nusantara itu akan
tertutup, namun menghargai keberlainan. salah maksud jika dipahami dalam struktur
Islam dengan begitu sangat mengakomodir na’at-man’ut (penyifatan) sehingga berarti,
5 6
Pernyataan ini disampaikan pada forum bertema “Islam Akhmad Sahal (eds.), Islam Nusantara Dari Ushul Fiqh hingga
Nusantara sebagai Islam Mutamaddin Menjadi Tipe Ideal Dunia Paham Kebangsaan, Cet. I (Bandung: Mizan Pustaka, 2015), h. 33.
Islam” Pra Muktamar NU ke-33 di Makassar Sulawesi Selatan, 7
Ahmad Baso, Islam Nusantara Ijtihad Jenius dan Ijma’ Ulama
tahun 2015 lalu. Indonesia, Jilid I,Cet. I (Jakarta: Pustaka Afid, 2015), h. 17-18.

56
ISLAM NUSANTARA; STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL .... -- Taufik Bilfagih

“Islam yang dinusantarakan.” Akan tetapi b. Islam Nusantara, NU dan Globalisasi


akan benar bila diletakkan dalam struktur Sekali lagi, tema seputar Islam Nusantara
idhafah (penunjukan tempat) sehingga berarti benar-benar mendapatkan momentumnya
“Islam di Nusantara”.8 Melalui penjabaran ini, pada Muktamar NU ke-33 di Kota Santri
setidaknya turut meminimalisir perspektif Jombang, Jawa Timur. Kendati demikian, tetap
keliru dari suatu kelompok yang salah dalam saja ia bukan lagi tema yang baru, tetapi tentu
memahami Islam Nusantara. Akan tetapi, ada alasan kuat kenapa dalam Muktamar ter-
penunjukkan tempat juga berarti menguak sebut, NU mengusung tema, Meneguhkan
unsur-unsur yang ada dalam suatu tempat Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia
tersebut. Maka, akhirnya dalam konteks dan Dunia, tidak hanya menegaskan ideologi
Nusantara, perlu kemudian merangkul watak namun lebih dari itu untuk menyemai per-
dan karakteristiknya. adaban yang toleran dan damai. Tema tersebut
Agar tidak terjebak pada pemaknaan juga menggambarkan bahwa posisi strategis
Islam Nusantara, penulis berpendapat bahwa NU di Indonesia dan dunia sebagai pengusung
istilah Islam Nusantara yang secara kebetulan Islam rahmatan lil ‘alamin. Sejak awal, NU
semakin menggaung pada momen Muktamar menerima Pancasila dan Negara Kesatuan
ke 33 NU itu, merupakan terusan dari dua Republik Indonesia (NKRI) yang berwawasan
istilah yang pernah menjadi trend pada masa kebangsaan ini bukan suatu keputusan yang
kepemimpinan PBNU dua periode sebelumnya. pragmatis, melainkan berdasarkan pemikiran
Pribumisasi Islam ala Abdurahman Wahid yang mendalam yang merujuk pada sejarah
dan Mewaspadai Islam Transnasional di era bangsa ini sebagaimana diajarkan dan di-
kepemimpinan PBNU oleh Hasyim Muzadi. prakarsai oleh para wali dan ajaran Nabi
Sementara, Said Agil Siradj melanjutkan Muhammad Saw. Hal ini pun telah tertuang
“proyek” dari dua gerakan sebelumnya dengan dalam Piagam Madinah.
membunyikan istilah Islam Nusantara. Namun, Islam Nusantara ala NU merupakan bentuk
jika dikaji lebih jauh, bunyi-bunyi ketiga istilah respon terhadap globalisasi. Menurut Najib
tersebut tidak sekadar sensasi pergerakan NU. Burhani, sebagaimana dikutip oleh Akhmad
Tema-tema ini adalah upaya serius NU dalam Sahal, Islam Nusantara yang dipahami sebagai
membentengi umat, dan Negara Kesatuan manifestasi dari sikap menghadapi globalisasi
Republik Indonesia (NKRI) dari gempuran tersebut dapat digambarkan dengan istilah
globalisasi.9 “langgamnya Nusantara, tapi isinya Islam.
Bajunya Indonesia tapi badannya Islam”.
Lebih jauh, Akhmad Sahal memahami Islam
8
Edi AH Iyubenu, “Ontran-Ontran Islam Nusantara...”, dalam Opini Nusantara ala NU tersebut sebagai wujud dari
Jawa Pos, 24 Juli 2015
9
Inti dari Pribumisasi Islam, Islam Transnasional dan Islam
kontekstualisasi Islam ketika dilihat dari per-
Nusantara yakni ingin merespon dinamika corak masyarakat Islam spektif ushul fiqih. 10 NU benar-benar memper-
Indonesia yang begitu beragam dalam mengimplementasikan
timbangkan perubahan situasi dan kondisi
nilai-nilai ajaran Islam. Hanya memang, NU memiliki pandangan
unik melalui gagasan-gagasan tersebut. Melalui istilah itu pula, masyarakat, dengan menjadikan prinsip ke-
NU memperlihatkan konsistensinya dalam menjaga Negara maslahatan sebagai tolok ukurnya. Bahkan NU
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari gempuran ideologi-
ideologi impor. Sebagai bahan bacaan, silahkan baca buku menekankan pembaruan pemahaman Islam
Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita, Agama
Masyarakat Negara Demokrasi, Cet. I, (The Wahid Institute 2006). 10
Akhmad Sahal (eds.), Islam Nusantara Dari Ushul…”, h. 28.

57
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016

karena perubahan konteks geografis (dari besar Islam Nusantara untuk berdiri terdepan
Arab ke Nusantara). dalam memajukan peradaban Islam global.
Ormas keagamaan terbesar di Indonesia Dengan peradaban Islam wasathiyah (jalan
ini sesungguhnya merupakan representasi tengah) Islam Nusantara dapat memberikan
sejarah peradaban Islam Nusantara yang sudah kontribusi peradaban dunia lebih damai dan
berlangsung begitu lama. NU telah berhasil harmonis. Harapan seperti ini, oleh Azyumardi
menjelma sebagai organisasi keagamaan yang Azra, 12 kian meningkat di tengah berlanjutnya
mencerminkan tipologi dengan karakter dan konflik di negara-negara Muslim dunia Arab,
watak yang khas. Pun demikian, NU bukanlah Asia Selatan, Asia Barat dan Afrika. Untuk itu,
satu-satunya wadah yang dianggap sebagai NU dan Muhammadiyah serta ormas-ormas
organisasi dengan ajaran asli Islam. Sebab Islam wasathiyah lain, tidak hanya perlu
Islam yang kaffah hanyalah merujuk kepada meningkatkan pemikiran dan amal usaha di
sosok Nabi Muhammad Saw. semata; tidak dalam negeri, tetapi juga harus lebih ekspansif
ada yang lain. Apalagi Islam sejak zaman menyebarkan Islam wasathiyah ke manca-
Rasulullah hingga sekarang telah melintasi negara. Dengan begitu, Islam Nusantara dapat
pergulatan waktu sangat panjang. Dinamika berdiri paling depan dalam mewujudkan
realitas yang terus berkembang selama belasan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
abad itu terbendung membungkus kehidupan Pada Halaqah Kebudayaan Islam Nusan-
umatnya. Hal demikian mempertegas atas tara; Menjaga Tradisi Dari Aras Lokal di Tengah
relasi simbiosis mutualisme antara teks Islam Tantangan Global yang digelar oleh PWNU
dan realitas umat yang tak terpisahkan. Oleh Lesbumi Sulawesi Utara, Agus Sunyoto mem-
karena itu ia sangat tidak perlu dipancung agar berikan informasi secara gamblang tentang
terberai, bahkan atas nama menjaga keaslian defenisi Islam Nusantara. Menurutnya Islam
Islam sekalipun. Dalam lanskap demikianlah, Nusantara adalah Islam yang rill – dengan aneka
kursi Islam Nusantara tepat diletakkan. macam varian perbedaan dan kesamaannya –
Sebuah gagasan kreatif untuk menghidupkan yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
teks-teks primer Islam dan warisan pemikiran sebagian besar penduduk Indonesia terutama
para ulama salaf dalam bingkai dinamika penduduk yang beridentitas Nahdliyyin atau
kekinian dan kedisinian.11 Ahlusunnah Wal-Jama’ah an-Nahdliyyah, yaitu
Menurut Azyumardi Azra, Islam Nusan- Islam hasil interaksi, kontekstualisasi, indi-
tara seperti diwakili oleh NU memiliki ham- genisasi, vernakularisasi antara Islam yang
pir seluruh potensi untuk kemajuan guna berasal dari berbagai negeri di dunia dengan
mewujudkan peradaban yang rahmatan lil realitas sosial, budaya sastra pendidikan dan
alamin. Modal besarnya adalah kekayaan dan pengetahuan sudah ada di Indonesia. Itu
keragaman lembaga mulai dari masjid, sekolah, memiliki arti Islam Nusantara adalah Islam
madrasah, pesantren, perguruan tinggi, rumah hasil asimilasi, akulturasi dan sinkretisasi
sakit dan klinik, panti penyantunan sosial, antara Islam Universal dengan anasir-anasir
koperasi, hingga usaha ekonomi lain. Sehingga lokal melalui ijtihad dan qiyas yang dilakukan
banyak kalangan asing sejak akhir 1980-an, kalangan sufi yang sangat ‘longggar’ dalam
semisal Fazlur Rahman memandang potensi memaknai dan mengaplikasikan dakwah
12
Azyumardi Azra, “Islam Indonesia Berkelanjutan”, dalam Opini
11
Edi AH Iyubenu, “Ontran-Ontran Islam Nusantara…”, Kompas, 3 Agustus 2015.

58
ISLAM NUSANTARA; STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL .... -- Taufik Bilfagih

Islam.13 Secara teknis, Islam Nusantara, masih dari bangunan mitos. Banyak dari
menurut Agus Sunyoto, itu adalah “proyek” kita berkata, Masyarakat Nusantara
NU-isasi di kalangan umat Islam yang ada di dahulu adalah penyembah batu, pohon
Indonesia. Setiap ‘kantong-kantong’ muslim dan tempat-tempat yang dianggap
yang belum mengerjakan amaliah14 ber NU, keramat. Ini adalah sesuatu yang
maka NU secara struktur maupun kultur syirik dan menyesatkan. Walisongo
memiliki peran untuk melakukan sosialisasi itu adalah mitos, jika pun ia ada, maka
dan mewarnai wilayah tersebut. sesungguhnya mereka adalah pelaku
Lebih jauh, Agus Sunyoto menggambarkan bid’ah yang ajarannya masih dilestari-
bahwa NU-isasi semata bukan karena ingin kan hingga sekarang.
menegaskan bahwa cara ber Islam ala NU 2) Hancurkan bukti-bukti sejarahnya agar
adalah yang paling benar. Melainkan sebagai tak bisa dibuktikan kebenarannya;
wujud dari mempertahankan tradisi15 ber- begitu banyak peninggalan berupa
agama (Islam Nusantara) yang sudah lama pusaka atau pustaka hilang tak tentu
dibangun oleh para ulama Indonesia. Sebab, rimbanya, sehingga masyarakat sulit
era global saat ini menjadi momok terhadap mendapatkan rujukan untuk menge-
identitas bangsa yang berpotensi membentuk tahui dan mengkaji kekayaan warisan
masyarakat menjadi lupa atas kediriannya leluhur.
sebagai manusia Nusantara. 3) Putuskan hubungan mereka dengan
Nyatanya, kehilangan identitas adalah se- leluhurnya, katakan bahwa leluhurnya
buah kesempatan bagi bangsa lain untuk me- itu bodoh dan primitive; sejarah ten-
lakukan pelemahan dan kolonialisasi. Dalam tang leluhur sudah dimanipulasi sede-
bukunya yang berjudul “Architects of Deception- mikian rupa sehingga masyarakat
the Concealed History of Freemasonry”, Juri menganggap untuk maju mesti men-
Lina, seorang penulis asal Swedia, berpendapat contoh bangsa lain. Ini membuat
bahwa ada tiga cara untuk melemahkan dan masyarakat menderita “inferiority
menjajah suatu negeri: complex”, perasaan rendah diri, jika
1) Kaburkan sejarahnya; dengan cara ini, berhadapan dengan bangsa lain.
setiap masyarakat akan menganggap
bahwa leluhurnya sebagai orang- c. Sekilas Masuknya Islam di Indonesia
orang yang tidak jelas dan tercipta dan Proses Terbentuknya Nilai dan
13
Tradisi Islam Nusantara
Pemaparan Agus Sunyoto dalam Halaqah Kebudayaan Islam
Nusantara; Menjaga Tradisi Dari Aras Lokal di Tengah Tantangan Pembahasan kali ini tidak bermaksud
Global yang digelar oleh PWNU Lesbumi Sulawesi Utara, 10 Maret untuk mengurai sejarah panjang Islamisasi di
2016.
14
Amaliah yang dimaksud adalah sebuah kegiatan ritual ala NU
Indonesia, melainkan lebih ke soal bagaimana
sebagai tradisi keagamannya, seperti; tahlilan, ziarah, manaqiban kemudian pembentukan peradaban masya-
dan lain sebagainya.
rakat Nusantara melalui pengaruh Islam
15
Gagasan Muhammad al-Jabiri tentang tradisi menjadi
rekomendasi bacaan. Menurut al-Jabiri, tradisi (al-turaats) adalah baik dari segi nilai dan tradisi peninggalan
“sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita, yang berasal ulama terdahulu dalam mensyiarkan Islam
dari masa lalu, apakah itu masa lalu kita atau masa lalu orang lain,
ataukah masa lalu tersebut adalah masa lalu yang jauh maupun di Nusantara. Membincang Islam Nusantara
dekat”. Baca Muhammad Abed al-Jabiri, Post Tradisionalisme maka titik temu utamanya berada pada sejarah
Islam, Terj. Ahmad Baso (Yogyakarta: LKiS, 2000), h. 24

59
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016

masuk dan dinamikanya. Secara teoritis, Mereka mempraktekkan tradisi Islam dengan
sebagaimana yang berkembang di ruang- menggunakan pakaian bersih dan memeli-
ruang akademik, Islam masuk ke Indonesia hara kebersihan badan, pakaian dan tempat
setidaknya ada empat teori yang dihubung- tinggal serta rumah-rumah ibadahnya. Dalam
kan: (1) Islam disiarkan dari India; (2) Islam kehidupan sehari-hari, mereka bergaul dengan
disiarkan dari Arab; (3) Islam disiarkan mereka menampakkan sikap sederhana,
dari Persia; (4) Islam disiarkan dari Cina. dengan tutur kata yang baik, dan sikap sopan
Teori yang menyatakan Islam berasal dari sesuai dengan tuntutan akhlak al-karimah,
wilayah-wilayah tersebut didasarkan pada jujur, suka menolong, terutama ikut mem-
asumsi kesamaan mazhab: Syafi’iy, kesamaan berikan pengobatanpengobatan terhadap
batu nisan, kemiripan sejumlah tradisi dan orang yang sakit, suka menolong orang yang
arsitektur ke empat wilayah tersebut dengan ditimpa kecelakaan tanpa pamrih. Mereka
Nusantara.16 mengajarkan hidup yang baik, pemeliharaan
Kapan Islam pertama datang di kepulauan kebersihan, hidup hormat-menghormati,
Nusantara, secara sederhana dapat dikatakan tolong menolong, hidup bermasyarakat, me-
bahwa benar-benar tidak dapat prediksi secara nyayangi alam dan tumbuh-tumbuhan, me-
pasti. Batu-batu nisan dengan tulisan Arab mahami makna alam sekitar, melakukan
yang ada sejak berabad-abad lampau telah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan
ditemukan di beberapa tempat di separuh kepada pencipta, serta melakukan amal baik
kepulauan ini bagian barat. Namun demikian, dan menghindari perbuatan jahat, agar mereka
tidaklah jelas apakah batu-batu nisan tersebut mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan
merupakan pertanda awal munculnya tempat yang abadi di kampung akhirat. Sikap seperti
pemukiman Islam atau hanya menandakan itu menjadi daya tarik bagi penduduk pribumi
tempat peristirahatan terakhir muslim- yang saat itu memeluk agama Hindu atau
muslim asing; atau bahkan mungkin batu- Budha. Mereka tertarik akan kepribadian
batu nisan ini hanyalah batu pemberat yang kaum Muslim, sehingga mereka melihat
dibuang oleh kapal-kapal dagang yang lewat. adanya cahaya iman pada kaum Muslim itu
Biasanya, kapal-kapal membawa barang- dan menarik mereka untuk memeluk Islam.
barang berat, semacam batu nisan, untuk Dengan demikian, penguasa menilai, ajaran-
dipakai sebagai pemberat dalam perjalanan ajaran Islam tidak mengganggu stabilitas
laut mereka. Walau begitu, barangkali yang pemerintahan, bahkan ikut mempererat
lebih penting adalah bahwa pada umumnya persatuan.17
Islam masuk di Indonesia secara damai. Meski demikian, Islam belumlah meng-
Dalam catatan sejarah diketahui, bahwa alami pertumbuhan yang signifikan. Barulah
masuknya Islam Nusantara melalui poses pada kedatangan Walisongo18, Islam di
mission sacre yaitu proses dakwah bi al- Nusantara berkembang pesat hingga menjadi
hal yang dibawakan oleh para muballigh agama yang dianut sebagian besar penduduk
sekaligus sebagai pedagang. Proses tersebut 17
M. Abdul Karim, Islam Nusantara, cet I (Yogtakarta: Pustaka Book
pada mulanya dilakukan secara individual. Publisher, 2007), h. 44-45
18
Walisongo dimaknai secara khusus yang dihubungkan dengan
16
Lebih lengkapnya, silahkan lihat Agus Sunyoto, Atlas Walisongo; keberadaan tokoh-tokoh keramat di Jawa, yang berperan penting
Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songi Sebagai Fakta dalam usaha penyebaran dan perkembangan Islam pada abad ke
Sejarah, Pustaka IIMaN, Depok. 2012 Cet. I. h. 337 15-16 Masehi.

60
ISLAM NUSANTARA; STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL .... -- Taufik Bilfagih

pribumi. Apalagi dalam catatan historiografi, kebudayaan Hindu-Budha yang diadopsi


kehadiran Walisongo diasumsikan sebagai Walisongo di Jawa. Melalui wayang inilah
tokoh waliyullah sekaligus tokoh waliyul amri, Walisongo memanfaatkannya sebagai sarana
yaitu sebagai orang-orang yang dekat dengan untuk mengenalkan ajaran Islam. Lebih
Allah yang terpelihara dari kemaksiatan jauh, kesenian rakyat tersebut dikonstruk
(waliyullah), dan juga sebagai orang-orang Walisongo dengan teologi Islam sebagai
yang memegang kekuasaan atas hukum kaum pengganti dari teologi Hindu. Hingga saat
muslimin, pemimpin masyarakat, yang ber- ini pakem cerita asli pewayangan masih
wenang menentukan dan memutuskan urusan merupakan kisah-kisah dari kitab Mahabarata
masyarakat, baik dalam bidang keduniawian dan Ramayana yang merupakan bagian dari
maupun urusan keagamaan (waliyul amri).19 Hindu. Walisongo mengadopsi kisah-kisah ter-
Historiografi lokal memang mencatat sebut dengan memasukkan unsur nilai-nilai
keberadaan tokoh-tokoh beragama Islam Islam dalam plot cerita pewayangan. Namun,
pra-Walisongo secara sepintas dalam kisah- prinsipnya yang diadopsi Walisogo hanya
kisah legenda. Namun, belum terdapat instrumen budaya Hindu yang berupa wayang,
sumber-sumber yang menjelaskan adanya dan kemudian memasukkan nilai-nilai Islami
sebuah gerakan dakwah Islam yang bersifat untuk menggantikan filsafat dan teologi
massif dan tersistemtisasi.20 Baru, setelah Hindu-Budha yang terdapat di dalamnya.
kisah tokoh Sunan Ampel dan Raja Pandhita Sebagai contoh, Walisongo memodifikasi
dituturkan datang ke Majapahit, jaringan makna konsep “Jimat Kalimah Shada” yang
kekerabatan tokoh penyebar dakwah Islam asalnya berarti “jimat kali maha usada” yang
di Surabaya dan Gresik itu dapat diketahui bernuansa teologi Hindu menjadi bermakna
sebagai jaringan pusat-pusat kekuatan (center “azimah kalimat syahadah”. Frase yang
power) dari dakwah Islam di suatu tempat terakhir merupakan pernyataan seseorang
tertentu. Bahkan melalui jaringan gerakan tentang keyakinan bahwa tiada Tuhan selain
kekuatan politik kekuasaan dalam bentuk Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan
Kerajaan Demak, Cirebonm Banten, disusul Allah. Keyakinan tersebut merupakan spirit
Banjarmasin, Pontianak, Gowa, Tallo, Ternate, hidup dan penyelamat kehidupan bagi setiap
Tual, Sumbawa, yang mendorong tumbuhnya orang.21 Dalam cerita pewayangan, Walisongo
kota-kota bercorak Islam di pesisir. tetap menggunakan term tersebut untuk
Kehadiran Walisongo yang secara bijak mempersonifikasikan senjata terampuh bagi
menyebarkan Islam nusantara diantaranya manusia. Hanya saja, jika perspektif Hindu,
membangun teologi Islam dengan wayang jimat tersebut diwujudkan dalam bentuk benda
tanpa menyinggung masyarakat pribumi simbolik yang dianggap sebagai pemberian
yang notabenenya beragama Hindu-Budha Dewa, maka Walisongo medesakralisasi
pada masa itu. Wayang merupakan bentuk formula tersebut sehingga sekadar sebagai
19
pernyataan tentang keyakinan terhadap
Sangat mungkin jika keberadaan tokoh Walisongo sebagai guru
rohani yang sarat dengan hal-hal mistis, yang diliputi cerita- Allah dan rasul-Nya. Dalam perspektif Islam,
cerita bersifat adiduniawi, lebih mengedepankan daripada hal
21
lain karena konsep dakwah yang diterapkan oleh Walisongo lebih Pola inilah yang dipahami oleh Abdurahman Wahid sebagai
mengembangkan ajaran tasawuf. Lengkapnya di Agus Sunyoto, pribumisasi Islam. Jejaknya masih terlihat sampai saat ini dalam
Atlas Wali Songo…, h. 116. bentuk penyesuaian ajaran Islam yang menggunakan bahasa
20
Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo…, h. 141 Arab menjadi bahasa setempat, tempat Walisongo berdakwah.

61
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016

kalimah syahadah tersebut sebagai “kunci Sepenggal kisah Walisogo inilah terlihat
Surga” yang berarti sebagai formula yang betapa Islam pada masa awal kehadirannya
akan mengantarkan manusia menuju kese- di Nusantara mampu bersimbiosis dengan
lamatan di dunia dan akhirat. Maksudnya, budaya lokal yang sudah barang tentu pula
“syahadat” tersebut dalam perspektif muslim mengedepankan prinsip-prinsip yang sama.
mempunyai kekuatan spiritual bagi yang Pola ini akhirnya kemudian menjadi strategi
mengucapkannya. Hal ini merupakan per- dakwah yang tidak serta merta memposisikan
nyataan seorang muslim untuk hidup dengan masyarakat lokal sebagai objek yang salah
teguh memegangi prinsip-prinsip ajaran Islam dan harus “dibenarkan”. Dalam Islam, nilai-
sehingga meraih kesuksesan hidup di dunia nilai universal seperti keadilan, persamaan,
dan akhirat. Pemaknaan baru tersebut tidak dan kemanusiaan, menempati porsi yang
akan mengubah pakem cerita, tetapi telah luas. Sehingga itu, melalui metode Walisongo
mampu membangun nilai-nilai Islam dalam dengan pewayangan sebegaimana tersebut di
cerita pewayangan. Walisongo juga meng- atas, mampu menjadikan ruang ideologisasi
gunakan kesenian wayang untuk membangun masyarakat setempat untuk masuk dan
konstruksi sosial, yakni membangun masya- mencintai Islam. Begitulah kearifan dan
rakat yang beradab dan berbudaya.22 kebijaksanaan Walisongo dalam menyebarkan
Melalui pewayangan ini, Walisongo juga Islam di nusantara. Penyebaran Islam di
menambahkan dalam cerita tema yang berisi kepulauan ini sangat mampu menghargai
visi sosial kemasyarakat Islam, baik dari sistem tradisi lokal yang telah dikuasai Hindu-Budha..
pemerintahan, hubungan bertetangga, hingga
pola kehidupan keluarga dan kehidupan d. Strategi NU
pribadi. Pada agenda ini, Walisongo bahkan me- Meski Islam merupakan agama yang
munculkan figur-figur baru yang sebenarnya datang dari luar Indonesia, namun catatan
tidak ada dalam kisah asli Mahabarata maupun sejarah, sebagaimana yang telah dibahas di
Ramayana. Figur-figur yang paling dikenal luas atas, membuktikan kehadirannya berada pada
adalah punakawan yang berarti mentor yang titik ketenangan, kedamaian dan berhasil
bijak bagi para Pandawa. Walisongo banyak membaur (baca: asimilasi) dengan tradisi
memperkenalkan ajaran-ajaran Islam (aqidah, masyarakat Nusantara. Selain karena Islam
syariah, dan akhlak) melalui plot cerita yang memang merupakan agama damai, para
dibangun berdasarkan perilaku punakawan penyebar Islam masa-masa awal mampu men-
tersebut. 23 jalankan dakwahnya dengan piawai. Bagi NU,
22
Suparjo, dalam Alma’arif Islam Nusantara: Studi Epistimologis tradisi dakwah yang dilakukan Walisogo, tidak
dan Kritis, Analisis; Jurnal Studi Keislaman. Vol. 15 Nomor 2, hanya menjadi khasanah peninggalan sejarah.
Desember 2015. h. 280
23
Nama-nama punakawan sendiri (Semar, Nala Gareng, Petruk, dan
Hingga saat ini, NU memposisikan dakwah
Bagong) sebagai satu-kesatuan sebenarnya merepresentasikan
karakteristik kepribadian Muslim yang ideal. Semar, berasal dari kependekan dari frase fatruk ma siwa Allah yang berarti seorang
kata ismar yang berarti seorang yang mempunyai kekuatan fisik yang berorientasi dalam segala tindakannya kepada Tuhan. Ia
dan psikis. Ia sebagai representasi seorang mentor yang baik bagi merepresentasikan orang yang mempunyai konsen sosial yang
kehidupan, baik bagi raja maupun masyarakat secara umum. tinggi dengan dasar kecintaan pada Tuhan. Bagong berasal
Nala Gareng berasal dari kata nala qarín yang berarti seorang dari kata bagha yang berarti menolak segala hal yang bersifat
yang mempunyai banyak teman. Ia merupakan representasi dari buruk atau jahat, baik yang berada di dalam diri sendiri maupun
orang yang supel, tidak egois, dan berkepribadian menyenangkan di dalam masyarakat. Lihat Suparjo, dalam Alma’arif Islam
sehingga ia mempunyai banyak teman. Petruk merupakan Nusantara: Studi Epistimologis dan Kritis…, h. 280

62
ISLAM NUSANTARA; STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL .... -- Taufik Bilfagih

Walisongo serta tradisi peninggalannya se- Islam. Kedua ideology transnasional ini men-
bagai amaliah dan sebuah kekhasan yang jadi sama-sama mempengaruhi masyarakat
harus dilestarikan. Maka tak heran, NU pun Indonesia, khususnya muslim, dalam men-
kemudian dianggap sebagai organisasi ke- jalankan praktek keagamaannya. Jika yang
agamaan yang tradisional. pertama mengkampanyekan Islam di
Said Agil Siradj menulis, sebagai Indonesia bernuansa Arab ditambah dengan
organisasi sosial keagamaan NU memiliki adanya tindakan mengkafir-kafirkan muslim
komitmen yang tinggi terhadap gerakan ke- yang menjalankan praktek ibadah sesuai
bangsaan dan kemanusiaan, karena NU konteks lokal, maka yang kedua bekerja untuk
menampilkan Islam Ahlusunnah wal Jamaah membentuk pribadi muslim lebih liberal dan
(Aswaja) ke dalam tiga pilar ukhuwah yaitu; mengarah pada proses sekurelisasi. Sesung-
ukhuwah Islamiyah; ukhuwah wathoniyah; guhnya, tidak ada yang salah dari penyebaran
dan ukhuwah insaniah. Ukhuwah Islamiyah kedua ideologi tersebut, namun agenda
merupakan landasan teologis atau landasan globalisasi yang terdapat di dalamnya, dapat
iman dalam menjalin persaudaraan ter- “merusak” tatanan peradaban Nusantara
sebut dan ini sekaligus merupakan entry sebagai kekuatan khas tersendiri. Lagi-lagi,
point dalam mengembangkan ukhuwah yang kekhawatiran proses kolonialisasi sebagai-
lain.agar keimanan ini terefleksikan dalam mana yang disebutkan oleh Juri Lina di atas
kebudayaan dan peradaban, maka keper- akan benar-benar terwujud. Atas dasar itulah
cayaan teologis ini perlu diterjemahkan ke Islam Nusantara menjadi bamper dalam
dalam realitas sosiologis dan antropologis melayani proses globalisasi.
ini kemudian ukhuwah Islamiyah diterapkan Kendati demikian, kaidah yang menyebut-
menjadi ukhuwah wathoniyah (solidaritas kan “al-muhafadzah ‘ala al-qadimal-shalih, wa
kebangsaan).24 al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah” (memelihara
Tantangan umat hari ini, utamanya NU, tradisi lama yang baik dan mengambil sesuatu
adalah globalisasi yang memperhadapkannya yang baru yang lebih baik), akan menjadi
dengan kenyataan bahwa para penyebar filterisasi atas bermunculannya tradisi yang
Islam25 saat ini yang tak kuasa beradaptasi dibawa oleh ideologi impor tadi. Sehingga
dengan keberadaan Nusantara. Telah dibahas setiap masyarakat Islam Nusantara telah
sebelumnya, bahwa dalam konteks masyarakat membentuk kepribadiannya sebagai kom-
Islam Nusantara, globalisasi bergerak melalui ponen yang bijak dan selalu toleran terhadap
dua jalur, fundamentalisme26 dan Liberalisme perkembangan zaman. Kesadaran ini tentunya
24
Said Aqil Siradj, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara Menuju wujud dari pemakluman atas kehadiran
Masyarakat Mutamaddin, Cet. II (Jakarta Pusat: LTN NU, 2015), h. ideologi transnasional tidaklah dilihat secara
83
25
Tidak bisa dipungkiri, muballigh yang tidak memahami tradisi
hitam-putih. Disinilah pentingnya organisasi
Nusantara, selalu membenturkan antara Islam dan Kebudayaan. sekelas NU berperan untuk membentengi
Budaya dipandang seolah sebagai produk manusia yang tidak
jam’iyahnya. Melalui dakwah Islam Nusantara,
pantas dipertahankan. Bahkan, dalam anggapan mereka, budaya-
budaya tertentu mengarahkan pada praktek syirik. Sementara
bagi kalangan yang berpandangan liberal, kebudayaan nusantara agama lainnya, melainkan berasal dari agama Kristen Protestan.
dianggap sebagai produk masa lalu, primitif dan tak perlu Untuk mengetahui wacana tentang fundomentalisme Islam
dilestarikan. Disinilah globalisasi berproses. ini silahkan baca Mujiburrahman. Mengindonesiakan Islam;
26
Sebenarnya istilah “fundomentalisme” belakangan menjadi Representasi dan Ideologi. (Yogyakarta; Pustaka Pelajar 2008). h.
kontroversi. Istilah ini bukan berasal dari Islam atau agama- 4.

63
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016

menurut Said Aqil Siradj, NU secara serius ber- 3. Tasamuh (toleran)


upaya untuk mengkampanyekan pemahaman Melalui toleransi, NU mengimplemensikan
terhadap realitas. Dalam sejarahnya upaya sikap keberagaman dan kemasyarakatan
pemahaman manusia terhadap realitas meng- yang menghargai kebhinekaan. Keraga-
gunakan beberapa cara, antara lain meng- man hidup menuntut sebuah sikap yang
gunakan bayan ilahi (pemahaman dari Tuhan) sanggup untuk ,menerima perbedaan
yaitu Al Qur’an dan bayan nabawi yaitu pendapat dan menghadapinya secara
Sunnah. Selain itu juga dilakukan dengan toleran. Toleran yang tetap diimbangi oleh
menggunakan bayanul aqli (pemahaman akal) keteguhan sikap dan pendirian.
yaitu ijma dan qiyas, maka lahirlah ilmu fikih,
sehingga masyarakat mampu menjalankan NU melihat globalisasi melalui optik yang
agama dengan terinci dan operasional.27 lebih besar dan bijak, laju arus informasi dan
Agar tidak kaku membaca realitas dengan urbanisasi yang menerpa masyarakat hingga
menggunakan cara bayan ilahi, nabawi dan aqli, sendi-sendi peradaban, dan melewati batas dan
maka NU memiliki sikap tawassuth, tawazun sekat-sekat identitas suku, bangsa, geografis
dan tasamuh sebagai prinsip ajaran Islam bahkan agama menjadi hal yang tidak bisa
Ahlusunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Dengan dihindari. Nafas peradaban begitu kencangnya
sikap ini pula, masyarakat semakin akan berdenyut seakan mencoba menuju intensitas
memperoleh penyegaran dalam memahami tertingginya. Problem ini mau tidak mau
agama. Ini menunjukan kematangan, sehingga menghadapkan masyarakat pada sesuatu yang
tidak dangka, tidak emosional, tetapi penuh disebut “Keragaman”, dimana segala aktifitas
keikhlasan karena semuanya dijalankan untuk dan sendi kehidupan membuka peluang bagi
mengabdi, yaitu pengabdian kepada Allah dan bertemunya bermacam dan beragam identitas,
khidmat pada umat. etnik, bangsa dan agama bertemu dalam satu
1. Tawassuth (moderat) waktu dan satu tempat. Kekayaan, kekhasan,
Ini adalah sikap keberagaman yang tidak bahkan keindahan budaya Nusantara perlahan
terjebak pada titik-titik ekstrem. Melalui mengalami pengkikisan. Oleh kelompok yang
sikap ini, setidaknya mampu menjemput membawa ideologi impor menganggap bahwa
setiap kebaikan dari berbagai kelompok. tradisi Nusantara harus dijauhkan dari realitas
Kemampuan untuk mengapresiasikan kehidupan masyarakat. Kolaborasi agama
kebaikan dan kebenaran dari berbagai dan budaya yang telah dirumuskan oleh para
kelompok memungkinkan jamiyah NU leluhur perlahan akan mengalami jalan buntu.
untuk tetap berada di tengah-tengah. Konsekuensi NU dengan sikap ”jalan
2. Tawazun (seimbang) tengah” tersebut berdampak pada anggapan
Keseimbangan merupakan sikap keber- miring oleh sebagian orang. Terlalu toleran
agaman dan kemasyarakatan yang ber- pada budaya lokal, baik sistem kepercayaannya
sedia memperhitungkan berbagai sudut maupun sistem seni budaya dan tradisi
pandang dan kemudian mengambil posisi Nusantara, membuat NU dituduh sebagai
yang seimbang dan proporsional. pemuja roh nenek moyang, pembuat bid’ah
dan mengakui adanya tuhan selain Allah. NU
Said Aqil Siradj, Islam Sumber 27 menjaga keutuhan ajaran dan kehormatan para
Inspirasi Budaya Nusantara…., h. 208

64
ISLAM NUSANTARA; STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL .... -- Taufik Bilfagih

Walisongo dan lainnya dengan membangun Ma’ahid Islamiyah (RMI).


makam dan menjaganya, mengingat jasa 2. Membangun wacana independen dalam
mereka. Karena itu, oleh kelompok Islam memaknai kearifan lokal dan budaya
modernis dan puritan, NU dianggap pengidap Islam Nusantara secara ontologis dan
TBC (takhayul, bid’ah dan churafat).28 epistemologis keilmuan.
3. Menggalang kekuatan bersama sebagai
e. Saptawikrama; Tujuh Strategi anak bangsa yang bercirikan Bhinneka
Kebudayaan Islam Nusantara Tunggal Ika untuk merajut kembali per-
Tradisi keagamaan Islam Nusantara yang adaban Maritim Nusantara.
berkembang sebagai peninggalan ulama 4. Menghidupkan kembali seni budaya yang
terdahulu merupakan kekayaan identitas. beragam dalam ranah Bhnineka Tunggal
Mulai dari praktek keagamaan yang berkaitan Ika berdasarkan nilai kerukunan, ke-
dengan memperingati kematian seseorang, damaian, toleransi, empati, gotong royong,
syukuran/selamatan, ziarah dan sebagainya dan keunggulan dalam seni, budaya dan
telah menjadi identitas masyarakat Islam ilmu pengetahuan.
Nusantara yang oleh pengaruh globalisasi 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan
perlahan mengalami penyusutan. Hal ini, komunikasi untuk mengembangkan gera-
mengantarkan NU untuk selalu siap dari semua kan Islam Nusantara.
sisi. Oleh karenanya, muncullah kemudian 6. Mengutamakan prinsip juang berdikari
strategi lain yang dikelola oleh NU dalam sebagai identitas bangsa untuk meng-
menghadapi arus globalisasi bagi masyarakat hadapi tantangan global.
nusantara, yakni dengan dirumuskannya
Saptawikrama (tujuh strategi kebudayaan) Dari sini pentingnya NU untuk mengambil
Islam Nusantara. Konsep gerakan ini dilahir- peran strategis dalam melanjutkan agenda
kan saat rakernas Lesbumi PBNU29 pada gerakan berbasis dakwah Islam Nusantara.
26 Januari 2016. Tujuh langkah strategi ke- Melalui domainnya, NU pun menentukan
budayaan (Al Qowaid As Sab’ah) tersebut arah sikap dalam mensosialisasikan Islam
adalah, sebagai berikut; Nusantara pada makna yang subtansial.
Menghimpun dan mengkonsolidasi Strategi NU tentang dakwah Islam Nusantara
gerakan yang berbasis adat istiadat, tradisi yakni dengan meningkatkan refleksi atau
dan budaya Nusantara. kelanjutan dari proses dinamika dalam per-
1. Mengembangkan model pendidikan sufis- juangan kebangsaan – bersama rakyat, di
tik (tarbiyah wa ta’lim) yang berkaitan tengah rakyat dan akhirnya kembali ke rakyat.
erat dengan realitas di tiap satuan pen- Sejak awal NU berdiri di baris paling depan
didikan, terutama yang dikelola lembaga menjawab tantangan keras musuh-musuh
pendidikan formal (ma’arif) dan Rabithah bangsa. Jam’iyah NU, berani menanggung
28
resiko besar dan berat. Keberanian, dan
Said Aqil Siradj, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara…., h. 78
29
Lesbumi PBNU saat ini dinahkodai oleh Agus Sunyoto. Sepanjang memiliki inisiatif dalam mengambil keputusan
tahun 2016, Lesbumi selalu aktif dalam kampanye dakwah Islam demi membela tradisi rakyat, tradisi Islam
Nusantara, termasuk ditingkatan daerah. Bahkan, Saptawikrama
menjadi ikon penganugerahan yang diberikan bagi seseorang Nusantara.
maupun kelompok yang telah memberikan sumbangsih tentang
kerja-kerja seni dan budaya sebagai khasanah Islam Nusantara.

65
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016

NU memandang, leberalisme dan radika- terukur. Jika sikap, laku dan pola masyarakat
lisme yang berkembang saat ini juga telah me- Nusantara dalam mengekspresikan keagama-
runtuhkan sendi-sendi kehidupan Indonesia, annya dipandang keliru, tanpa melihat sub-
baik di bidang politik ketatanegaraan, di tansi filosofisnya, niscaya Islam sejak awal
bidang ekonomi dan termasuk di bidang tidak akan mudah berkembang di negeri
kebudayaan. Islam Nusantara menentang ini. Para muballigh, telah mampu membaca
segala bentuk ideology destruktif tersebut. secara kritis terhadap kondisi masyarakat
NU, hingga saat ini, yang cukup intens dalam lokal. Mereka pun begitu longgar dalam meng-
menentang ideologi impor tersebut, karena artikulasikan agama dengan budaya setempat.
dengan strategi kebudayaannya, NU berusaha Apalagi penyebaran dan dakwah Islam di
membangun karakter bangsa sebagai langkah Nusantara berdasar pada ajaran tasawwuf
untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara dan prilaku kesufian yang membuat Islam
yang sejahtera dan berdaulat. nusantara menjadi Islam yang khas, Islam yang
substansial-universal, bukan Islam formalistik
C. PENUTUP belaka yang tidak mampu memisahkan dan
Globalisasi merupakan tantangan berat membedakan antara mana yang Arabisasi dan
yang dihadapi oleh NU. Ancaman ini mengarah mana yang Islamisasi. Oleh karena itu, di sini
kepada basis keagamaan rakyat, Islam dapat juga fahami bahwa Islam formalistik
Nusantara (Aswaja) dan pilar kebangsaan adalah Islam yang lebih mementingkan kulit
Indonesia, terutama dalam hal kedaulatan daripada isi.
ekonomi. Memahami gempuran globalisasi Belakangan, akibat dari konsekuensi glo-
yang dapat menggemboskan tradisi Islam balisasi, laku menjalankan ekspresi agama
Nusantara, maka NU mendapatkan momen- dan budaya mendapat gesekan yang menguras
tumnya untuk intens dengan isu-isu Islam energi. Banyak aspek Islam Nusantara diang-
Nusantara. Apalagi kehadiran globalasasi di- gap bertentangan dengan doktrin Islam yang
barengi dengan isu kedaulatan ekonomi yang asli. Kelompok transnasional secara khusus
kini sedang digerogoti oleh kapitalisme neolib. tidak menyetujui praktik-praktik tradisional,
Islam Nusantara tidak dipahami sebagai seperti melakukan ziarah dan memanjat-
gerakan baru, lembaga keagamaan baru, kan doa untuk orang-orang suci yang sudah
bahkan bukanlah ideologi baru. Ia menjadi mati. Dalam argumentasi mereka, bahwa
term penting untuk mensikapi fakta per- praktik-praktik tersebut bersifat heterodoks.
adaban yang semakin mengalami perubahan Menurut mereka, pendekatan terhadap Islam
drastis. Gerakan tradisionalisme30 NU menjadi yang semacam itu sebenarnya mewakili per-
penyeimbang atas laku kehidupan yang begitu campuran antara kepercayaan pra-Islam,
kompleks. Pemaknaan atas tradisi masyarakat Hindu, Budha, animisme dengan ide-ide Islam.
Nusantara membutuhkan pemakluman yang NU menyadari, bahwa proses pembentukan
30
identitas keagamaan masyarakat Nusantara
Ungkapan tradisionalisme Islam sebagaimana diletakkan pada
NU sering dipahami sebagai penggabungan antara pandangan dapat menjadi salah satu contoh proses
dunia Jawa yang bersifat mistik, yaitu pandangan dunia abangan pergulatan antara agama Islam dengan tradisi
dan priyayi, dengan ajaran doktrin dan praktif dasar Islam.
Pernyataan ini disampaikan oleh Greg Barton dalam bukunya, yang telah dilakoni sejak awal. Penerimaan
Biografi Gus Dur; The Authorized Biography of Abdurahman terhadap pengaruh Islam tentu tidak terjadi
Wahid. Cet. IX (Yogyakarta, LKiS, 2010), h. 68.

66
ISLAM NUSANTARA; STRATEGI KEBUDAYAAN NU DI TENGAH TANTANGAN GLOBAL .... -- Taufik Bilfagih

secara serta-merta begitu saja, namun melalui Jenius dan Ijma’ Ulama Indonesia, Jakarta:
proses negosiasi yang terus menerus bergulir. Pustaka Afid.
Ketika masyarkat Nusantara telah menerima Karim, M. Abdul. 2007. Islam Nusantara.
ajaran Islam, mereka mengintegrasikannya Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
dan memadukannya dengan tradisi mereka. Muhammad Lutfi, Khabibi. 2016. Islam
Bentuk perpaduan ini merupakan suatu Nusantara; Relasi Islam dan Budaya Lokal.
integrasi yang utuh dan tak terpisahkan serta Jurnal Shahih
membentuk identitas keagamaan mereka, Mujiburrahman. 2008. Mengindonesiakan
yang merupakan tahap lebih jauh daripada Islam; Representasi dan Ideologi.
sinkretistme. Ketika sinkretisme dipahami Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
sebagai perpaduan dan pencampuran antara Sahal, Akhmad. 2015. Islam Nusantara Dari
symbol-simbol dan elemen-elemen dari Islam Ushul Fiqh hingga Paham Kebangsaan,
dan tradisi lokal, maka keagamaan masyarakat Bandung: Mizan Pustaka.
Nusantara sudah jauh membentuk simbiosis, Siradj, Said Aqil. 2015. Islam Sumber Inspirasi
sebagai perpaduan yang utuh dan harmonis Budaya Nusantara Menuju Masyarakat
antara keyakinan Islam dan tradisi mereka. Mutamaddin.Jakarta Pusat: LTN NU
Maka, menghargai konteks inilah, menjadikan Sunyoto, Agus. 2101 Atlas Walisongo; Buku
NU terus membentenginya. Dengan prinsip Pertama yang Mengungkap Wali Songi
tasamuh, tawassuth dan tawazun serta dilahir- Sebagai Fakta Sejarah, Depok; Pustaka
kannya saptawikrama, maka NU menjaga IIMaN.
Indonesia. Demikianlah Islam Nusantara yang Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku, Islam
dijadikan strategi NU dalam menghadapi Anda, Islam Kita, Agama Masyarakat
tantangan global. Negara Demokrasi, The Wahid Institute.

DAFTAR PUSTAKA
AH Iyubenu, Edi. 2015 Ontran-Ontran Islam
Nusantara. Opini Jawa Pos
al-Jabiri, Muhammad Abed. 2000. Post
Tradisionalisme Islam, Terj. Ahmad Baso.
Yogyakarta: LKiS.
Alma’arif, 2015. Islam Nusantara: Studi
Epistimologis dan Kritis, Analisis; Jurnal
Studi Keislaman.
Azra, Azyumardi. 2015. Islam Indonesia Berke-
lanjutan, Opini Kompas.
Barton, Greg. 2010. Biografi Gus Dur; The
Authorized Biography of Abdurahman
Wahid. Yogyakarta, LKiS.
Baso, Ahmad. 2015. Agama NU Untuk NKRI,
Jakarta; Pustaka Afid.
-----------------. 2015. Islam Nusantara Ijtihad

67
68

Anda mungkin juga menyukai