2015
Abstrak jurnal : Gangguan delusi (waham) umumnya dianggap sulit untuk diobati. Obat
antipsikotik lebih sering digunakan dan ada peningkatan minat pada potensi peran dari terapi
psikologis seperti terapi perilaku kognitif (CBT) pada pengobatan gangguan delusi. Studi ini
bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan (obat antipsikotik, anti depresan, penstabil
mood) dan psikoterapi dibanding dengan placebo pada gangguan delusi. Jurnal yang di review
menggunakan metode randomized control trial. Dari 141 kutipan hanya 1 yang memenuhi
kriteria inklusi. Semua penulis ulasan mengekstrak data secara independen untuk satu uji coba
yang memenuhi syarat. Untuk data dikotomis, kami menghitung rasio risiko (RR) dan interval
kepercayaan 95% (CI) berdasarkan niat untuk mengobati dengan model efek tetap. Jika
memungkinkan, kami menghitung risiko komparatif ilustratif untuk hasil utama. Untuk data
kontinu, kami menghitung perbedaan rata-rata (MD), sekali lagi dengan model efek tetap. Kami
menilai risiko bias dari studi yang disertakan dan menggunakan pendekatan GRADE untuk
menilai kualitas bukti. Kelompok terapi obat 6/12 pulang lebih awal dibandingkan dengan 1/6
dari kelompok CBT tetapi perbedaan tidak signifikan 1 RCT, n = 17, RR 0.17, CI 0.02 to 1.18,
bukti kualitas sedang. Penggunaan terapi CBT hanya akan mempengaruhi harga diri dan fungsi
sosial.
Analisis jurnal :
Kesimpulan : Terapi CBT bukan berarti tidak ada gunanya namun hanya mempengaruhi aspek
harga diri dan fungsi sosial klien. Pengobatan delusi tidak bisa disama ratakan pada semua klien
harus mempertimbangkan bentuk delusi, latar belakang dan tingkat keparahannya. Sementara
terapi obat lebih universal ( setiap pasien dengan gangguan jiwa pasti diberikan terapi obat ).
Daftar pustaka :