Bacaan Karakter Mbs Dan Usaha
Bacaan Karakter Mbs Dan Usaha
Karakteristik MBS
&
Urusan Yang Menjadi Kewenangan dan Tanggung Jawab Sekolah
Kelompok 6 :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dengan judul “ Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Urusan Yang
Menjadi Kewenangan Dan Tanggungjawab Sekolah ”.
Dalam penyusunan makalah atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, bimbingan bapak ibu dosen dan teman-teman. Sehingga,
kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Institut Seni
Indonesia Denpasar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
PEMBAHASAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).........................................................3
2.1.1 Output yang Diharapkan............................................................................................3
2.1.2 Proses.........................................................................................................................4
2.1.3 Input Pendidikan......................................................................................................10
2.2 Urusan Yang Menjadi Tanggung Jawab Sekolah Dalam Pelaksanaan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS)......................................................................................................13
2.2.1 Pengelolaan Proses Belajar Mengajar...................................................................14
2.2.2 Perencanaan dan Evaluasi.....................................................................................14
2.2.3 Pengelolaan Kurikulum........................................................................................15
2.2.4 Pengelolaan Ketenagaan (Pendidik dan Tenaga Kependidikan)..........................15
2.2.5 Pengelolaan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan)............................................16
2.2.6 Pengeloaan Keuangan...........................................................................................16
2.2.7 Pelayanan Siswa...................................................................................................16
2.2.8 Hubungan Sekolah-Masyarakat............................................................................16
2.2.9 Pengelolaan Kultur Sekolah..................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................................19
3.1 Simpulan.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
iii
PEMBAHASAN
1
Manajemen Berbasis Sekolah juga memungkinkan penggunaan teknik
pembelajaran dengan mengikuti paradigma baru terkait dengan pengembangan
kemampuan peserta didik yang mempunyai karakter serta nilai yang baik yang
kemudian dilaksanakan dan diterapkan dalamkehidupan sehari-hari dalam
masyarakat. Namun tidak sedikit yang tidak tahu atau kurang paham dengan
beberapa karakteristik yang melekat pada sistem Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dan juga bagaimana urusan yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam
pelaksanaan MBS ini.
2
PEMBAHASAN
3
2.1.2 Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik
proses sebagai berikut:
Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang
kuat dalam mengoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber
daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah
satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi,
tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan
secara terencana dan bertahap.
4
Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen
dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif
prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah yang
tangguh memiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya sekolah, terutama
sumberdaya manusia, untuk mencapai tujuan sekolah.
Sekolah dengan MBS memiliki lingkungan sekolah yang aman dan tertib.
Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman
sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable
learning). Karena itu, sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang
aman, nyaman, dan tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang dapat
menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini, kepala sekolah memegang peranan
yang sangat penting.
5
5. Sekolah Memiliki Budaya Mutu
6
8. Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki karakteristik bahwa partisipasi
warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian kehidupannya. Hal ini dilandasi
oleh keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki;
makin besar pula rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.
7
12. Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
8
Apabila hal ini berhasil dilakukan, orangtua peserta didik perlu
memberikan semangat dan dorongan untuk peningkatan program yang akan
datang. Akan tetapi, jika program tersebut kurang berhasil, orangtua siswa dan
masyarakat berhak meminta pertanggungjawaban dan penjelasan sekolah atas
kegagalan program MBS yang telah dilakukan. Dengan cara seperti ini, sekolah
tidak akan main-main dalam melaksanakan program pada tahun-tahun yang akan
datang.
9
2.1.3 Input Pendidikan
10
3. Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
11
6. Input Manajemen
Input manajemen yang dimaksud meliputi: tugas yang jelas, rencana yang
rinci dan sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana,
ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi warga
sekolahnya untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif
dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.
Karakteristik MBS juga bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat
mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar,
pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber daya dan
administrasi.
12
5. Akuntabilitas, melakukan analisis kebutuhan, perencanaan
pengembangan, dan evaluasi kinerja sesuai visi misi untuk
mencapai tujuan dan target sekolah, menyediakan kesejahteraan
personal sekolah yang cukup dan pantas.
6. Sekolah tersebut menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran
7. Sekolah merupakan agen perubahan
8. Adanya komunikasi yang efektif antara warga sekolah
9. Kepemimpinan yang efektif (memiliki kepribadian, manajerial,
kewirausahaan)
10. Adanya kolaboratif team work dan memiliki tujuan bersama
11. Adanya learning to discovery, dan adanya stakeholders.
13
2.2.1 Pengelolaan Proses Belajar Mengajar.
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah
diberi kebebasan memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan
pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,
karakteristik siswa, karakteristik guru, dan kondisi nyata sumberdaya yang
tersedia di sekolah. Secara umum, strategi/metode/teknik pembelajaran dan
pengajaran yang dipilih harus pro-perubahan yaitu yang mampu menumbuhkan
dan mengembangkan daya kreasi, inovasi dan eksperimentasi peserta didik untuk
menemukan kemungkinan-kemungkinan baru. Pembelajaran dan pengajaran
kontekstual, pembelajaran kuantum, pembelajaran kooperatif, adalah contoh-
contoh yang dimaksud dengan pembelajaran yang pro-perubahan.
14
2.2.3 Pengelolaan Kurikulum
Saat ini telah terjadi desentralisasi sebagian pengelolaan kurikulum dari
pemerintah pusat ke sekolah melalui Permendiknas 22/2006, 23/2006, dan
24/2006. Pengelolaan kurikulum yang dimaksud dinamakan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Pemerintah Pusat hanya menetapkan standar dan
sekolah diharapkan mengoperasionalkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Dalam kondisi
seperti ini, sekolah dipersilakan memilih cara-cara yang paling sesuai dengan
kondisi masing-masing. Sekolah dapat mengembangkan (memperdalam,
memperkaya, memperkuat, memperluas, mendiversifikasi) kurikulum, namun
tidak boleh mengurangi standar isi yang telah tertuang dalam Permendiknas
22/2006. Selanjutnya sekolah berhak mengembangkan KTSP ke dalam silabus,
materi pokok pembelajaran, proses pembelajaran, indikator kunci kinerja, sistem
penilaian, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Sekolah dibolehkan memperkaya mata pelajaran yang diajarkan, artinya,
apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, yang seharusnya, dan yang
dapat diajarkan. Demikian juga, sekolah dibolehkan mendiversifikasi kurikulum,
artinya, apa yang diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan
selaras dengan karakteristik peserta didik. Selain itu, sekolah juga diberi
kebebasan untuk mengembangkan muatan local dan pengembangan diri.
15
2.2.5 Pengelolaan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan)
Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari
pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga pengembangan. Hal ini didasari
oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas,
baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang
sangat erat kaitannya secara langsung dengan proses belajar mengajar.
16
2.2.9 Pengelolaan Kultur Sekolah
Kultur sekolah (pisik dan nir-pisik) yang kondusif-akademik merupakan
prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang aktif, kreatif,
inovatif, efektif, dan menyenangkan. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
optimisme dan harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan
sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered
activities) adalah contoh-contoh kultur sekolah yang dapat menumbuhkan
semangat belajar siswa. Kultur sekolah sudah merupakan kewenangan dan
tanggungjawab sekolah sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih
intensif dan ekstentif.
17
komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
tinggi, melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan/program/
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, melakukan kerjasama dengan
masyarakat, dan menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan
berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
18
PENUTUP
3.1 Simpulan
Seperti yang diketahui bahwa MBS atau Manajemen Berbasis
Sekolah merupakan suatu paradigma baru yang ada di ranah pendidikan Indonesia
yang memursatkan pada perkembangan anak bukan hanya tau, tapi juga paham
akan nilai dan sadar akan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
karakteristiknya, MBS berkaitan dengan pendekatan sistem, yaitu input, proses,
dan output digunakan untuk memandunya. Pada output terdapat dua klasifikasi
yakni output berupa prestasi akademik dan oitput berupa prestasi non akademik.
Sedangkan dalam pendekatan proses berkaitan dengan beberapa hal diantaranya
proses belajar mengajar. Dan dalam input terdapat beberapa hal diantaranya
memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas, dll. sumberdaya tersedia
dan siap, staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi, memiliki harapan prestasi
yang tinggi, fokus pada pelanggan (khususnya siswa), dan adanya input
manajemen serta evaluasi.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2007 desentralisasi urusan-urusan pendidikan harus dalam koridor peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Perlu digaris bawahi disini bahwa
desentralisasi bukan berarti semua urusan di limpahkan ke sekolah. Artinya, tidak
semua urusan di desentralisasikan sepenuhnya ke sekolah, sebagian urusan masih
merupakan kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah, pemerintah propinsi,
pemerintah kabupaten/kota, dan sebagian urusan lainnya diserahkan ke sekolah.
Jadi secara visual, urusan-urusan yang didesentralisasikan atau yang sebagian
menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah, yaitu: proses belajar mengajar,
perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengelolaan kurikulum, pengelolaan
ketenagaan, pengelolaan peralatan dan perlengkapan, pengelolaan keuangan,
pelayanan siswa, hubungan sekolah-masyarakat, dan pengelolaan kultur sekolah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Nurkolis, 2003. Manajemen Berbasis sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:
Grasindo.
Wardani, D. N., Toenlioe, A. J. E., & Wedi, A. (2018). Daya Tarik Pembelajaran
Di Era 21 Dengan Blended Learning. Jurnal Kajian Teknologi
Pendidikan (JKTP), 1(1), 13–18.
https://core.ac.uk/download/pdf/287323676.pdf
20