Laporan Kasus I Clinical Exposure III - Suspek Faringitis Bakteri
Laporan Kasus I Clinical Exposure III - Suspek Faringitis Bakteri
Disusun Oleh:
Jason Leonard Wijaya
01071180063
Dibimbing Oleh:
Dr. Sia, Elizabeth Ariel Setiawan
PUSKESMAS KRESEK
PERIODE 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
BAB 1
Illustrasi Kasus
Identitas Pasien :
Nama : Bapak. N
Umur : 44 tahun
Alamat : Kresek
a. Keluhan Utama
Datang dengan keluhan demam yang terjadi sejak 2 hari yang lalu yang tidak kunjung
membaik
b. Keluhan tambahan
Mual, muntah, nyeri menelan, pusing kepala dan juga penurunan nafsu makan sejak 2 hari
yang lalu
Bapak N datang ke Puskesmas Kresek pada tanggal 21 Januari 2020 dengan keluhan
demam yang Ia alami sejak 2 hari yang lalu. Selain demam pasien juga mengalami mual,
muntah, pusing kepala, nyeri menelan, dan serta mengalami penurunan nafsu makan
sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengaku bahwa pasien memuntahkan isi perut paling tidak
sebanyak 1 gelas sebanyak 2 kali dalam kurun waktu 2 hari dan berwarna kuning. Pasien
juga mengaku mengalami penurunan nafsu makan. Pasien mengaku demam yang ia alami
stabil (tidak terjadi demam yang naik-turun). Bapak J mengaku mengalami demam
dengan suhu tubuh 38.6 C. Pasien mengaku akan bertambah nyeri telannya ketika
memakan gorengan dan merokok. Dari skala 1-10 pasien mengaku rasa nyeri telan
berada di skala 4 dari 10. Sejak 2 hari yang lalu hingga pada saat pasien datang ke
puskesmas, keluhan yang dirasakan tidak mengalami perubahan. Pasien belum
mengkonsumsi obat untuk meredahkan keluhannya. Pasien tidak pernah berkunjung ke
dokter sebelumnya untuk berkonsultasi tentang keluhan yang dialaminya. Adanya sesak
napas pada pasien disangkal.
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya (kira-kira 1 tahun yang lalu).
e. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, diabetes, asma, jantung, atau TB pada keluarga pasien
disangkal
f. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merokok sebanyak 1 kotak rokok di setiap harinya selama kurang
lebih 20 tahun. Kebiasaan menimum-minuman alkohol, maupun mengkomsusmsi obat-
obatan dalam jangka panjang pasien disangkal
Kegiatan sehari-hari pasien adalah bekerja di jalanan dan lingkungan disekitar rumahnya
dinilai cukup bersih.
h. Riwayat alergi
i. Pemeriksaan Fisik
● Status Generalis :
- Berat badan : 60 kg
● Tanda-tanda Vital :
- Suhu : 38.5 ℃
Centor Score
- Demam
- Anterior Cervical lymphadenopathy
- Tidak ada batuk
- Eksudat tonsil
Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1.
1-3: 40% terinfeksi streptococcus group A
4 : 50% terinfeksi streptococcus group A
Score pasien: 2 (Demam dan tidak ada batuk)
RESUME
Bapak. N datang ke Puskesmas Kresek pada tanggal 21 Januari 2020 dengan keluhan demam
yang terjadi sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengaku demam yang dialami relative stabil.
Pasien mengaku bahwa kemarin Ia sudah mengukur suhu tubuh dan terukur 38.6 C. Selain
itu, pasien juga disertai dengan nyeri telan, mual, muntah dan nyeri menelan. Dari skala 1-10
pasien mengaku rasa nyeri menelan pada skala 4. Ditemukan faring hiperemis.
Diagnosis Utama
Diagnosis Banding
- Faringits Viral
- Tonsilitis
Tata laksana:
Menjaga asupan cairan dan gizi Menjaga kebersihan mulut dan tangan
I. Definisi
Faringitis adalah peradangan dari mukosa pada faring atau tonsilopalatina. Pada umumnya,
faringitis akut merupakan bagian dari infeksi orofaring akut yaitu tonsilofaringitis atau
bagian dari rinofaringitis. Faringitis akut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, yang
biasanya ditandai dengan nyeri tenggorokan, demam, faring yang hiperemis dan eksudat,
pembesaran kelenjar getah bening leher dan badan terasa lemas.1
II. Etiologi
Faringitis pada umumnya dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, iritan, trauma, alergi,
dan lain-lain. Virus yang biasanya merupakan faktor pencetus faringitis akut di antaranya
Rhinovirus, Parainfluenza, Adenovirus, Epsteinn-Barr virus, Coxsackievirus, dan Herpes
virus. Sedangkan bakteri yang dapat menyebabkan faringitis yaitu, Streptococcus ß
hemolyticus group A, Chlamydia, Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae,
Neisseria gonorrhoeae. Selain bakteri dan virus, jamur juga dapat menyebabkan faringitis.
Jamur spesies Candida merupakan spesies jamur yang paling sering menyebabkan faringitis
akut, akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi pada manusia pada umumnya. Hal ini biasanya
menyerang seseorang yang menderita imunokompromis seperti orang dengan HIV/AIDS,
lupus, atau orang-orang yang meminum obat immunosuppressant. Mengkonsumsi makanan
yang merupakan iritan dapat menjadi penyebab faringitis akut atau dapat memperberat
faringitis.1
III. Epidemiologi
Setiap tahunnya diperkirakan ada ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan
akibat faringitis. Anak-anak ataupun orang dewasa biasanya mengalami 3 sampai 5 kali
infeksi virus saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Akan tetapi penyakit faringitis lebih
banyak timbul pada anak-anak. Diperkirakan 15 hingga 30% kasus faringitis pada anak-anak
usia sekolah dan 10% kasus pada orang dewasa. Faringitis biasanya paling sering terjadi pada
musim dingin akibat infeksi dari Streptococcus ß hemolyticus group A.3
IV. Klasifikasi
Infeksi dari Streptococcus ß hemolyticus group A adalah pencetus faringitis bakteri akut
pada sebagian besar anak-anak dan terkadang juga dapat menyerang orang dewasa.
Keluhan yang timbul pada umumnya dapat meliputi nyeri kepala hebat, muntah, demam
tinggi, dan terkadang tidak disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tonsil
yang membesar, kelenjar limfa leher anterior yang membesar, kenyal dan nyeri apabila
ada penekanan, faring tonsil yang hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya.
Setelah beberapa hari kemudian dapat timbul bercak petechiae pada palatum dan faring.2
V. Tata Laksana
VI. Edukasi
- Menghimbau keluarga untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
makan bergizi, suplemen dan olahraga secara rutin.
- Menghimbau keluarga untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dapat
mengiritasi tenggorokan.
- Menghimbau keluarga dan pasien untuk selalu menjaga kebersihan mulut.
- Menghimbau keluarga untuk mencuci tangan secara teratur.5
BAB 3
Case Reasoning
Bedasarkan anamnesis yang telah dilakukan dan pemaparan penyakit diatas pasien Bapak N
disuspek terkena faringitis bakteri. Keluhan yang dialami oleh pasien bermula pada saat bakteri
masuk ke dalam tubuh pasien, dimana tubuh mendeteksi bakteri dan memicu terjadinya
inflamasi/radang sebagai respon pertahanan tubuh. Hal ini mengakibatkan keluhan-keluhan
seperti sakit kepala, demam, dan nyeri telan dapat timbul. Diagnosis kerja yang dilakukan dapat
diperjelas dengan gejala yang pasien alami sesuai dengan pemaparan gejala yang telah
dijelaskan, yaitu demam tinggi (38.5℃), sulit menelan akibat nyeri telan, sakit kepala, dan
penurunan nafsu makan. Selain itu, pemeriksaan fisik mulut menunjukkan adanya hiperemis
pada faring pasien. Untuk bacterial faringitis sendiri, bakteri yang paling sering menyebabkan
penyakit ini adalah Streptococcus ß hemolyticus group A. Biasanya bakteri ini dapat tertular
melalui kontak langsung dengan air ludah orang yang terinfeksi. Untuk mengkonfirmasi
diagnosis ini, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti kultur dari throat swab.
Diagnosis banding pertama yang saya ambil adalah viral faringitis karena gejala yang terjadi
pada pasien yang mengalami viral faringitis memiliki beberapa kesamaan dengan gejala pada
bacterial faringitis yaitu demam, sulit menelan akibat nyeri telan, bdan batuk berdahak. Pada
pemeriksaan fisik pun dapat ditemukan kesamaan di antara viral faringits dan bacterial faringitis
yaitu ditemukannya faring yang hiperemis. Pada viral faringitis, dahak yang dikeluarkan
biasanya berwarna putih dan viral faringitis dapat disertai rinnorhea. Viral faringits juga dapat
menimbulkan demam, tapi jika dibandingkan dengan bacterial faringitis, pasien viral faringitis
cenderung mengalami demam yang tidak terlalu tinggi. Dengan beberapa hal yang sudah
disebutkan, maka diagnosis banding viral faringitis dapat disingkirkan.
Sedangkan diagnosis banding kedua yang saya ambil adalah tonsilitis karena gejala yang terjadi
pada tonsilitis mempunyai beberapa kesamaan seperti sulit menelan karena nyeri telan, dan
demam.Tetapi diagnosis ini dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan fisik, pasien dengan
penyakit tonsilitis biasanya dapat ditemukan pembengkakan tonsil dan biasanya terdapat white
spot (tonsil stone) pada tonsil. Selain itu, diagnosis banding tonsillitis dapat disingkirkan melalui
anamnesis, dimana pada pasien ini tidak ditemukan adanya nyeri yang menjalar ke telinga,
adanya plummy voice, dan bau mulut, dimana pada pasien dengan tonsillitis terdapat keluhan
serupa. Pada pasien ini tidak ditemukan pembengkakan dan white spot pada tonsil.
Bedasarakan pemaparan teori yang sudah dijelaskan pasien, dapat diberikan paracetamol untuk
meredahkan demam dan juga dapat diberikan amoxicillin 3 x 250 mg selama 10 hari ke depan
serta pemberian paracetamol 2 x 500 mg untuk menurunkan demam sebagai tatalaksana
medicamentosa. Selain itu, pasien juga dihimbau untuk menjaga daya tahan tubuh dengan
menjaga asupan cairan dan nutrisi, memiliki waktu istirahat yang cukup, menjaga kebersihan
mulut dan tangan, serta menghabiskan antibiotic yang telah diberikan. Selama gejala faringitis
masih berlangsung, alangkah baiknya jika pasien dapat menghindari konsumsi makanan yang
dapat mengiritasi tenggorokan (seperti gorengan). Komplikasi dari bacterial faringitis sendiri
adalah demam reumatik, gangguan ginjal (glomerulonephrithis), atau bisa juga menyebabkan
abses pada tonsil atau jaringan tenggorokan lain. Penyakit faringitis bakterial ini memiliki
prognosis yang baik karena bacterial faringitis tidak mengancam kelangsung hidup pasien (Ad
vitam: Bonam) dan tidak akan menganggu fungsi organ pasien (Ad functionam: Bonam). Jika
pasien mengikuti terapi pengobatan dengan benar, maka dapat dipastikan bahwa pasien akan
sembuh (Ad sanationam: Bonam). Untuk menghindari terulangnya penyakit ini, disarankan agar
tidak melakukan kontak langsung terhadap air ludah dari orang yang terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler. Boies. Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC.
1997. (Adam dan Boies, 1997)
2. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed. ke-8. Mcgraw-Hill. 2003
(Lee, 2003)
4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu
penyakit dalam , 6 ed. Indonesia: Interna Publishing; 2014.