Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN III CLINICAL EXPOSURE II

SAKIT KEPALA PRIMER MIGRAINE UMUM

Disusun Oleh:
Jason Leonard Wijaya
01071180063
Dibimbing Oleh:
Dr. Pamela Tifanny

PUSKESMAS SEPATAN
PERIODE 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
BAB 1

Illustrasi Kasus

Identitas Pasien :

Nama : Ibu. F

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tinggi Badan : 163 cm

Berat Badan : 57 kg

Alamat : Karet, Sepatan

Status: Sudah Kawin

Jumlah anak: 2

Metode Anamnesis: Autoanamnesis

a. Keluhan Utama

Rasa nyeri yang berdenyut di bagian kepala sejak 2 minggu yang lalu

b. Keluhan tambahan

Mual dan badan terasa lemas

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu F datang ke Puskemas Sepatan dengan keluhan utama rasa nyeri yang berdenyut di
daerah kepala. Sakit kepala yang pasien rasakan terasa di seluruh bagian kepala. Nyeri
kepala yang pasien keluhkan terjadi pada 2 minggu silam, sejak saat itu, setidaknya setiap
hari terjadi 1-2 kali serangan dan setiap serangan berlangsung kira-kira selama 7 jam.
Keluhan yang pasien rasakan biasanya timbul pada saat pasien melakukan pekerjaan
rumah tangga seperti mengepel, mencuci, dan memasak. Ibu F mengalami keluhan ini
sejak kemarin Sedangkan, dengan beristirahat Ibu F dapat merasa lebih baik karena ketika
beristirahat atau pada saat minum obat, sakit kepala pasien hilang. Selain itu, pasien sudah
pernah mengkonsumsi obat sakit kepala (Bodrex – Paracetamol) untuk meredahkan nyeri
kepala, tetapi rasa sakit kepala hanya hilang sesaat dan akan kembali lagi. Selain nyeri
kepala, pasien kerap kali merasa mual dan tubuhnya lemas pada saat serangan datang.
Ketika ditanya mengenai skala rasa sakit yang Ibu F rasakan, dari skala 0-10, Ibu F
mengaku rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien berada di angka 4. Tidak ditemukan
demam.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

e. Riwayat Keluarga

- Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit diabetes, asma, jantung, atau TB.

- Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi

f. Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, menimum-minuman alkohol, maupun


mengkomsusmsi obat-obatan dalam jangka panjang. Pasien gemar membeli makanan di
pinggir jalan dan senang meminum kopi di pagi dan malam hari (2 gelas per hari)

g. Riwayat Social Ekonomi

Kegiatan sehari-hari pasien adalah sebagai ibu rumah tangga dan lingkungan disekitar
rumahnya dinilai cukup bersih.

h. Riwayat alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi

i. Pemeriksaan Fisik

· Status Generalis :

- Kesan umum : Sakit Ringan

- Kesadaran : GCS 15 (Compos Mentis)

- Berat badan : 57 kg

- Tinggi badan : 163 cm

· Tanda-tanda Vital :
- Tekanan darah : 120/90 mmHg

- Pulse rate : 94x/menit (reguler)

- Respiratory Rate : 17x/menit

- Suhu : 36.5 ℃

Kulit keseluruhan - Normal


- Tidak ada sianosis/kebiruan
- Tidak ada jaundice/kekuningan
- Tidak ada edema
- Elastisitas dan turgor normal
Kepala dan Wajah Bentuk - Tidak ada deformitas (normosefali)
(Normal cephal) kepala
Rambut - Rambut berwarna hitam dengan beberapa
pemutihan rambut
- Rambut tersebar merata
Fungsi - Pergerakan kepala normal
- Tidak ada keterbatasan gerak
Mata - Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- Pupil bulat (+/+)
- Bentuk sama bulat dan isokor (+/+)
- Mata normal
Jantung Inspeksi - Ictus cordis tidak terlihat
- Tidak ada lesi, memar, atau bekas operasi
- Tidak ada spider navy
- Bentuk dada normal (tidak ada
excavatum/carinatum/barrel chest)
Palpasi - Tidak ada heave, lift, atau thrill
Perkusi - Batas jantung normal, tidak ada
cardiomegaly
Auskultasi - Suara jantung normal (S1, S2 normal, tidak
ada murmur dan S3, S4 gallop), tidak ada
palpitasi

RESUME

Ibu F datang ke Puskesmas Sepatan dengan keluhan rasa nyeri di bagian kepala sejak 2
minggu yang lalu. Rasa nyeri yang pasien rasakan seperti berdenyut terus menerus. Selain
itu pasien juga merasa mual dan lemas pada saat serangan. Pasien mengaku setidaknya
dalam sehari dapat terjadi 1-2 serangan. Pasien sudah pernah mengkonsumsi paracetamol
untuk meredahkan keluhannya, tetapi sakit kepala akan datang kembali setelah beberapa
saat. Rasa nyeri yang dirasakan pasien timbul pada saat pasien melakukan pekerjaan
rumah tangga dan menghilang pada saat beristirahat dan meminum paracetamol. Dari
skala 1-10 pasien mengaku rasa sakit kepala yang ia rasakan berada di skala 8. Selain itu,
setelah dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa pada saat itu tekanan darah pasien
berada di angka 120/80 mmHg.

Diagnosis Utama

- Sakit Kepala Primer – Migren umum

Diagnosis Banding

- Sakit Kepala Primer – Migren Klasik

- Sakit Kepala Primer – Tipe Tegang

- Sakit Kepala Primer – Atipikal

Pemeriksaan Penunjang : -

Tata laksana (diberikan oleh Puskesmas) :

· Farmakologis

- Sumatriptan 50 mg/2 jam sekali (jika terjadi serangan) dengan dosis


maksimum 300 mg/hari

· Non- farmakologis

- Istirahat cukup

- Minum obat teratur


- Menjaga pola makan

- Olahraga teratur

Prognosis
Ad vitam: Bonam
Ad Functionam: Bonam
Ad sanationam: Bonam
BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Nyeri/sakit kepala atau Cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di kepala atau merupakan
sensasi tidak nyaman yang dirasakan di daerah kepala. Nyeri kepala merupakan salah satu
gangguan sistem saraf yang paling umum dialami oleh masyarakat. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa dalam kurun waktu 1 tahun, 90% dari populasi dunia mengalami
setidaknya 1 kali nyeri kepala [1].
2.2 Klasifikasi
Sakit kepala atau Cephalgia pada umumnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder, kemudian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
2.2.1 Sakit Kepala Primer
Gangguan nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang sifatnya “idiopatik”, nyeri
kepala yang tidak terkait dengan kondisi patologi atau penyebab lain yang mendasari.
Berdasarkan pemeriksaan neurologis dan tes pencitraan biasanya normal, tidak peduli
seberapa parah gejala. Kejadian nyeri kepala primer lebih sering terjadi dibandingkan
nyeri kepala sekunder. Sakit Kepala Primer memiliki beberapa sub-tipe di antaranya
[2]:
Nyeri Sifat Nyeri Lokasi Lama Frekuensi Gejala
Kepala Nyeri Ikutan
Migren Berdenyut Unilateral/Bilate 6-48 jam Sporadik Mual,
Umum ral Beberapa muntah,
kali dalam malaise,
satu bulan fotofobia
Migren Berdenyut Unilateral 3-12 jam Sporadik Prodrome
Klasik Beberapa visual, mual,
kali dalam muntah,
satu bulan malaise,
fotofobia
Klaster Menjemuka Unilateral, 15-20 Serangan Lakrimasi
n, tajam orbital menit berkelomp ipsilateral,
ok dengan wajah
remisi merah,
lama hidung
tersumbat,
horner
Tipe Tumpul, Difus, bilateral Terus- Konstan Depresi,
Tegang ditekan menerus kecemasan
(ansietas)
Neuralgi Ditusuk- Dermatome 15-60 Beberapa Zona pemicu
a tusuk Syaraf V detik kali dalam nyeri
trigemin sehari
us
Atipikal Tumpul Unilateral/Bilate Terus- Konstan Depresi,
ral menerus psikosis
Sinus Tumpul/taja Di atas sinus Bervaria Sporadic Rinore
m si Konstan
Lesi Bervariasi Diawali dengan Bervaria Bervariasi, Papiledema,
Desak nyeri di si, semakin deficit
ruang unilateral progresif sering neurlogikfok
hingga bilateral al, gangguan
mental,
kejang

Tabel 1.1 Jenis-jeins Nyeri Kepala Primer

2.2.2 Sakit Kepala Sekunder


Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang diakibatkan oleh kondisi patologis
tertentu, sehingga terjadi peningkatan tekanan intracranial atau kelainan struktur
anatomi yang mengakibatkan nyeri kepala. Beberapa contoh nyeri kepala sekunder
beserta penyebabnya adalah [2]:
2.2.2.1 Nyeri kepala akibat trauma pada kepala atau leher
2.2.2.1.2 Nyeri Kepala Pasca Trauma Akut
2.2.2.1.3 Nyeri Kepala Pasca Trauma Kronik
2.2.2.2 Nyeri kepala akibat gangguan vaskular pada kranial/servikal
2.2.2.2.1 Gangguan cerebrovascular iskemik akut
2.2.2.2.2 Hematoma intracranial
2.2.2.2.3 Perdarahan subarachnoid
2.2.2.2.4 Unruptured vascular malformation
2.2.2.2.5 Arteritis
2.2.2.2.6 Carotid/vertebral artery pain
2.2.2.2.7 Venous thrombosis
2.2.2.2.8 Hypertensi Arterial
2.2.2.3 Nyeri kepala akibat gangguan non vaskular pada intracranial
2.2.2.3.1 High Cerebrospinal fluid pressure
2.2.2.3.2 Low Cerebrospinal fluid pressure
2.2.2.3.3 Infeksi Intracranial
2.2.2.3.4 Intracranial sarcoidosis
2.2.2.3.5 Kanker intracranial
2.2.2.4 Nyeri kepala akibat suatu substansi
2.2.2.5 Nyeri kepala akibat infeksi
2.2.2.5.1 Infeksi virus
2.2.2.5.2 Infeksi bakteri
2.2.2.6 Nyeri kepala akibat gangguan homeostasis
2.2.2.6.1 Hypoxia
2.2.2.6.2 Hypercapnia
2.2.2.6.3 Hypoxia dan Hypercapnia
2.2.2.6.4 Hypoglycemia
2.2.2.6.5 Dialysis

2.2.2.7 Nyeri kepala akibat gangguan pada kranial, leher, mata, telinga, hidung, rongga sinus,
gigi, mulut, atau struktur wajah atau kranial lainnya
2.2.2.8 Nyeri kepala akibat gangguan psikiatri

2.3 Epidemiologi

Menurut World Health Organization (WHO) nyeri kepala biasanya dirasakan berulang

kali oleh penderita sepanjang hidupnya. Kurang lebih dalam satu tahun 90% dari

populasi dunia mengalami paling sedikit satu kali nyeri kepala, Di Indonesia sendiri,

nyeri kepala merupakan salah satu keluhan yang sering dilaporkan. Penelitian yang
dilakukan oleh Iqbal pada tahun 2004 didapatkan hasil bahwa dari 55 pasien nyeri kepala

yang datang 2 berobat ke Poliklinik Sefalgia Bagian Neurologi RSUP H. Adam Malik

Medan, 20 orang pasien diantaranya adalah pria (36,4%) dan 35 orang pasien lainnya

adalah perempuan (63,6%), selain itu didapatkan 6 orang penderita dengan nyeri kepala

migraine (10,9%) dan 49 orang penderita lainnya dengan nyeri kepala TTH (89,1%).

Hampir setiap orang mengalami nyeri kepala. Sebagian besar nyeri kepala tidak

berkaitan dengan kerusakan otak. Nyeri kepala biasanya terjadi akibat ketegangan pada

otot-otot di leher, kulit kepala dan dahi yang berkaitan dengan rasa cemas, stres atau

kelelahan. Nyeri kepala dapat pula diakibatkan oleh pembengkakan membran mukosa

yang melapisi sinus sebagai respon terhadap infeksi dan alergi saluran nafas, gangguan

mata yang di sertai ketegangan otot mata, dilatasi pembuluh-pembuluh darah serebrum,

peningkatan tekanan intrakranium dan peradangan atau pembengkakan pada daerah otak

itu sendiri.

2.4 Etiologi

Adapun beberapa penyebab dari sakit kepala, yaitu [3]:

 Penggunaan obat yang berlebihan (acetaminophen/triptans)

 Stress

 Kekurangan jam tidur

 Mengkonsumsi kafein dalam jumlah yang tidak wajar

 Penyakit atau infeksi (meningitis, neoplasm, sinusitis, sakit gigi)

2.5 Faktor Resiko

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami sakit
kepala di antaranya [4]:

 Gaya makan yang tidak sehat (jarang makan)

 Jam tidur yang tidak normal (berlebih/kurang)


 Merokok

 Mengkonsumsi alkohol dengan batas yang tidak wajar

 Masalah mental (depresi atau kecemasan)


2.6 Tata Laksana

Tata laksana farmakologis [5]

 Pengobatan Abortif

- Analgesik Spesifik: analgesik yang hanya bekerja sebagai peredah nyeri kepala,
biasanya digunakan untuk kasus berat atau respon buruk terhadap NSAID
(ergotamine, dihydroergotamin, dan golongan Triptan yang merupakan agonis
selektif reseptor serotonin pada 5-HT1

- Ergotamin dan DHE diberikan pada migraine sedang-berat jika analgesik non-
spesifik tidak berhasil untuk meredahkan nyeri kepala atau menimbulkan efek
samping. Biasanya, ergotamine akan dikombinasikan dengan caffeine untuk
menambah absorpsi ergotamine sebagai analgesik (hindari pada pasien yang
sedang mengandung, memiliki riwayat HT yang tidak terkendali, penyakit
serebrovaskuler, dan gagal ginjal)

- Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotofobia dan fonofobia. Obat ini
diberikan pada migraine berat atau yang tidak memberikan respon terhadap
analgesik non-spesifik. Dosisl awal yang diberikan adalah 50 mg dengan dosis
maksimal 200 mg dalam kurun waktu 24 jam

- Analgesik non-spesifik yaitu analgesik yang dapat diberikan pada nyeri lain selain
nyeri kepala, dapat menolong pada migraine intensitas ringan-sedang

 Pengobatan Preventif

Pengobatan preventif harus dikonsumsi tanpa melihat adanya serangan atau tidak.
Pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu episodic, jangka pendek (sub-akut), atau
jangka panjang (kronis). Pada serangan episodic, pengobatan preventif diberikan apabila
faktor pencetus dikenal dengan baik, sehingga dapat diberikan analgesik sebelumnya.
Terapi preventif jangka pendek diberikan apabila pasien akan terkena faktor resiko yang
telah dikenal dalam jangka waktu tertentu (ex: migraine menstrual). Sedangkan terapi
preventif kronis diberikan dalam waktu beberapa bulan bahkan tahun tergantung dari
respon pasien. Berikut beberapa contoh dari obat-obatan yang digunakan sebagai
pengobatan preventif beserta dosis nya:

- Propanolol (40-240 mg/hari)

- Nadolol (20-160 mg/hari)

- Metoprolol (50-100 mg/hari)

- Timolol (20-60 mg/hari)

- Atenolol (50-100 mg/hari)

- Amitriptilin (10-200 mg/hari)

- Nortriptilin (10-150 mg/hari)

- Fluoksetin (10-80 mg/hari)

- Mirtazapin (15-45 mg/hari)

- Valproat (500-1000 mg/hari)

- Topiramat (50-200 mg/hari)

- Gabapentin (900-3600 mg/hari)

- Verapamil (80-640 mg/hari)

- Flunarizin (5-10 mg/hari)

- Nimodipin (30-60 mg/hari)

Tata laksana non-farmakologis [5]:


- Perubahan pola hidup (pola makan, pola tidur)

- Menghindari pemicu/faktor resiko (makanan, aktivitas, aroma)

- Teratur berolahraga

- Mengurangi efek obat-obatan estrogen (wanita)

- Berhenti merokok
BAB 3

Analisa Kasus

Bedasarkan anamnesis yang telah dilakukan dan pemaparan penyakit diatas Ibu F didiagnosa
dengan nyeri kepala primer jenis migraine umum.

Diagnosis kerja dapat ditegakkan dengan gejala yang pasien alami sesuai dengan pemaparan
gejala yang telah dijelaskan, yaitu sakit kepala berdenyut, terjadi di semua daerah kepala
(bilateral), dengan serangan 1-2 kali sehari di mana setiap serangan berlangsung selama
kurang lebih 7 jam, dan disertai dengan gejala lain seperti mual dan lemas (malaise). Maka
dari itu, menurut pemaparan yang tertera di Bab 2, Ibu F didiagnosa dengan cephalgia primer
atau nyeri kepala jenis migren umum.

Untuk nyeri kepala primer jenis migraine umum, tidak ada penyebab pathologis yang
menyebabkan, melainkan disebabkan oleh faktor-faktor yang biasanya dipengaruhi oleh gaya
hidup seperti kurangnya nutrisi, jam tidur yang tidak normal, hingga masalah kesehatan
mental.

Sedangkan diagnosis banding pertama yang saya ambil adalah nyeri kepala primer jenis
migraine klasik karena gejala yang terjadi pada pasien dengan nyeri kepala primer jenis
migraine klasik mempunyai beberapa gejala yang sama seperti nyeri kepala berdenyut, satu
serangan dapat berlansgung dari 3 jam hingga 12 jam, dan juga disertai dengan mual dan
malaise. Tetapi diagnosis banding ini dapat disingkirkan karena nyeri kepala primer jenis
migraine klasik hanya terjadi secara unilateral atau hanya di satu sisi kepala, dimana keluhan
nyeri kepala yang pasien alami terjadi secara bilateral. Selain itu, nyeri kepala primer jenis
migraine klasik biasanya disertai dengan prodrome visual, dimana nyeri kepala primer jenis
migraine umum biasanya tidak disertai dengan prodrome visual. Maka dari itu diagnosis
banding nyeri kepala primer jenis migraine klasik dapat disingkirkan.

Sedangkan, diagnosis banding kedua yang saya ambil adalah nyeri kepala primer jenis
tegang karena gejala yang terjadi pada pasien dengan nyeri kepala primer jenis tegang
memiliki beberapa kesamaan dengan gejala pada nyeri kepala primer migraine umum yaitu
nyeri kepala yang terjadi secara bilateral dan durasi serangan yang realtif lama. Tetapi, jika
dilihat dari ciri khas nyeri dari nyeri kepala primer tipe tegang, nyeri kepala primer jenis
tegang biasanya menimbulkan rasa nyeri seperti tertekan benda tumpul, sedangkan rasa nyeri
yang ditimbulkan nyeri kepala primer jenis migraine umum biasanya menimbulkan sensasi
berdenyut di daerah kepala. Selain berdasarkan karakteristik nyeri yang ditimbulkan, nyeri
kepala primer jenis tegang biasanya disertai dengan gangguan mental seperti depresi dan
kecemasan, dimana pada nyeri kepala primer jenis migraine umum biasanya disertai dengan
rasa mual, malaise, dan fotofobia. Maka dari itu diagnosis banding nyeri kepala primer jenis
tegang dapat disingkirkan.

Diagnosis banding ketiga yang saya ambil adalah nyeri kepala primer jenis atipikal karena
nyeri kepala primer jenis atipikal juga memiliki beberapa kesamaan gejala seperti durasi
serangan yang relative lama dan nyeri kepala yang terjadi secara bilateral. Akan tetapi nyeri
kepala primer jenis atipikal menimbulkan sensasi seperti tertusuk benda tumpul, dimana
nyeri kepala primer jenis migraine umum menimbulkan sensasi berdenyut. Selain itu, nyeri
kepala primer jenis atipikal dapat disertai dengan gangguan mental seperti depressi dan
psikosis dan nyeri kepala primer jenis migraine umum biasanya disertai dengan mual,
malaise, dan fotofobia, maka dari itu diagnosis banding nyeri kepala primer jenis atipikal
dapat disingkirkan.

Bedasarakan pemaparan teori yang sudah dijelaskan, nyeri kepala dapat diatasi dengan
pengobatan abortif (untuk meredahkan nyeri kepala) dan pengobatan preventif (untuk
mencegah serangan). Beberapa contoh obat yang digunakan dalam pengobatan abortif adalah
ergotamine, dihydroergotamine, dan sumatriptan. Selain itu untuk pengobatan preventif dapat
diberikan obat seperti propranolol, nadolol, dan metoprolol.

Menurut pemaparan, tatalaksana yang telah diberikan oleh puskemas sudah tepat dengan
memberikan sumatriptan yang merupakan salah satu obat yang digunakan sebagai metode
pengobatan abortif dengan anjuran pakai 50 mg setiap 2 jam apabila terjadi serangan dengan
dosis maksimal 300 mg/hari.

Menurut saya, selain diberikan obat yang bersifat abortif juga harus diberikan obat yang
bersifat preventif karena menurut saya akan jauh lebih baik jika pasien tidak harus merasakan
nyeri kepala terlebih dahulu lalu baru meminum obat. Salah satu obat yang dapat digunakan
untuk mencegah serangan nyeri kepala adalah propranolol yang dapat dikonsumsi sebanyak
10-20 mg pertablet sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

Jika tidak ditangani dengan tepat atau tidak segera ditangani, nyeri kepala migraine jenis
umum dapat menyebabkan rasa sakit yang bertambah parah dan di suatu titik dapat
menyebabkan stroke iskemik.

Untuk penyakit nyeri kepala jenis migraine umum, prognosis pasien ini cenderung mengarah
ke arah yang baik, dimana pasien dengan nyeri kepala primer jenis migraine umum beresiko
sangat kecil untuk dapat mengancam kelangsung hidup pasien (Ad vitam: Bonam). Selain
itu, penyakit nyeri kepala primer tipe migraine umum juga tidak dapat menganggu fungsi
organ pasien (Ad functionam: Bonam). Jika ditangani dengan tepat dan cepat, dan pasien
mengikuti terapi pengobatan dengan benar, maka dapat dipastikan bahwa pasien akan
membaik atau bahkan sembuh (Ad sanationam: Bonam). Untuk menghindari terulangnya
penyakit ini, disarankan agar pasien menjalankan terapi secara teratur dan menghindar dari
faktor pemicu dan menjaga pola hidup.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sabilla Jatmiputri S. Nyeri Kepala [Internet]. Eprints.undip.ac.id. 2017 .Available from:


http://eprints.undip.ac.id/56222/3/SyifaSabillaJatmiputri_22010113120106_Lap.KTI_Ba
b2.pdf. [cited 9 November 2019].

2. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Patofisiologi edisi 6.Jakarta : EGC.2003.

3. Markam, S, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Harsono (ed), Gajah Mada Universitas


Press, Yogyakarta

4. Lukas R. Risk Factors for Headache. Winchester Hospital [Internet].


Winchesterhospital.org. 2018. Available from:
https://www.winchesterhospital.org/health-library/article?id=19555. [cited 7 November
2019].

5. Marsis O, Thabrany H, M Faqih D. Panduan Praktis Klinis. 1st ed. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia; 2017.

Anda mungkin juga menyukai