Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

NYERI KEPALA

disusun oleh:
dr. Rizka Ratmilia

Pembimbing:
dr. Keman Turnip
dr. Omar Akbar

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. M. SALAMUN


BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau
merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala.1 Nyeri
kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum dialami oleh
masyarakat. Telah dilakukan penelitian sebelumnya bahwa dalam 1 tahun, 90% dari
populasi dunia mengalami paling sedikit 1 kali nyeri kepala. Menurut WHO dalam
banyak kasus nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh penderitanya sepanjang
hidupnya.

Nyeri kepala diklasifikasikan oleh International Headache Society, menjadi


nyeri kepala primer dan sekunder. Yang termasuk ke dalam nyeri kepala primer
antara lain adalah: nyeri kepala tipe tegang (TTH - Tension Type Headache), migrain,
nyeri kepala cluster dan nyeri kepala primer lain, contohnya hemicrania continua.
Nyeri kepala primer merupakan 90% dari semua keluhan nyeri kepala. Nyeri kepala
juga dapat terjadi sekunder, yang berarti disebabkan kondisi kesehatan lain.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi
Nyeri kepala atau headache, dimana pada orang awam sering disebut sebagai
istilah sakit kepala, pening kepala dan lain-lainnya, adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke
daerah belakang kepala (area oksipital dan daerah tengkuk). Berdasarkan kausanya,
digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer
adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur
atau sejenisnya. Sedangkan nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang jelas
terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur atau sejenisnya. Kronis progresif
menunjukkan kemungkinan nyeri kepala sekunder, yaitu nyeri kepala lebih dari tiga
bulan, yang mengalami pertambahan dalam derajat berat, frekuensi dan durasinya
serta dapat disertai munculnya defisit neurologis yang lain selain nyeri kepala.2-5

2.2 Klasifikasi
Secara garis besar nyeri kepala dibagi menjadi dua macam; primer dan
sekunder. Pada nyeri kepala primer, nyeri kepala merupakan keluhan utama, artinya
nyeri kepala tersebut bukan timbul karena ada kelainan yang mendasari. Dengan kata
lain, nyeri kepala merupakan penyakit tersendiri, dengan patofisiologi tersendiri pula.
Nyeri kepala primer yang utama berdasarkan klasifikasi The International
Classification of Headache Disorders edisi 2 tahun 2004 (ICHD-2), adalah: (1)
migren dengan dan tanpa aura, (2) nyeri kepala tipe tegang (tension-type headache),
dan (3) nyeri kepala klaster (cluster headache). Sedangkan nyeri kepala sekunder
dapat dibagi menjadi nyeri kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala
dan leher, nyeri kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, nyeri kepala
yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial, nyeri kepala akibat adanya zat
atau withdrawal, nyeri kepala akibat infeksi, nyeri kepala akibat gangguan
homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher,
telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, nyeri kepala
akibat kelainan psikiatri, neuralgia kranial dan sentral, serta nyeri kepala lainnya.

Klasifikasi dan perbedaan nyeri kepala primer:


Lama Gejala
Nyeri kepala Sifat nyeri Lokasi Frekuensi
nyeri ikutan

Migren umum Berdenyut Unilateral 6-48 jam Sporadik, Mual,


atau beberapa kali muntah,
bilateral sebulan malaise,
fotofobia

Migren klasik Berdenyut Unilateral 3-12 jam Sporadik, Prodoma


beberapa kali visual, mual,
sebulan muntah,
malaise,
fotofobia

Klaster Menjemukan, Unilateral, 15-120 Serangan Lakrimasi


tajam orbita menit berkelompok ipsilateral,
dengan wajah merah,
remisi lama hidung
tersumbat,
horner

Tipe tegang Tumpul, Difus, Terus Konstan Depresi,


ditekan bilateral menerus ansietas
2. 2. 1 Migren
Definisi
Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri kepala
dengan serangan nyeri yang berlansung 4 72 jam. Nyeri biasanya unilateral,
sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh
aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.3

Etiologi dan Faktor Risiko Migren


Etiologi migren yaitu perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi
esterogen dan progesteron pada fase luteal siklus menstruasi, makanan (26,9%),
vasodilator (histamin seperti pada anggur merah, natriumnitrat), vasokonstriktor
(tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan pada makanan (MSG), stress
(79,7%), rangsangan sensorik seperti sinar yang terang menyilaukan (38,1%) dan bau
yang menyengat baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, faktor fisik
seperti aktifitas fisik yang berlebihan (aktifitas seksual) dan perubahan pola tidur,
perubahan lingkungan (53,2%), alcohol (37,8%), merokok (35,7%).Faktor resiko
migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga, wanita, dan usia muda. 3

Epidemiologi Migren
Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75%
diantaranya adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya
muncul pada usia 10 40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50
tahun. Migren tanpa aura lebih sering dibandingkan migren yang disertai aura dengan
persentasi 9 : 1.4

Klasifikasi Migren
Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa aura, dan
migren kronik (transformed). Migren dengan aura adalah migren dengan satu atau
lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa
disfungsi batang otak, paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur-angsur
lebih dari 4 menit, aura tidak bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit kepala mengikuti
aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit. Migren tanpa aura adalah
migren tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral dan terkena pada periorbital.
Migren kronik adalah migren episodik yang tampilan klinisnya dapat berubah
berbulan- bulan sampai bertahun-tahun dan berkembang menjadi sindrom nyeri
kepala kronik dengan nyeri setiap hari.4

Patofisiologi Migren
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teori vaskular,
adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah otak berkonstriksi
sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai pada korteks visual dan menyebar ke
depan. Penyebaran frontal berlanjut dan menyebabkan fase nyeri kepala dimulai.
Teori cortical spread depression, dimana pada orang migrain nilai ambang
saraf menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlaku short-lasting wave
depolarization oleh pottasium-liberating depression (penurunan pelepasan kalium)
sehingga menyebabkan terjadinya periode depresi neuron yang memanjang.
Selanjutnya, akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas neuron
ketika melewati korteks serebri. Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya
vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf
trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene
related). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan
merangsang pengeluaran mediator inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi
neuron. CGRP juga bekerja pada arteri serebral dan otot polos yang akan
mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain itu, CGRP akan bekerja pada post
junctional site second order neuron yang bertindak sebagai transmisi impuls nyeri.4

Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan lokus
sereleus sehingga terjadi peningkatan kadar epinefrin. Selain itu, sistem ini juga
mengaktifkan nukleus dorsal rafe sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin.
Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan menyebabkan konstriksi dari
pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah
diotak akan merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang
maka dapat terjadi aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin maka akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial yang akan
menyebabkan nyeri kepala pada migrain.4

Diagnosa Migren
Migren kadangkala sulit untuk didiagnosis karena gejalanya dapat menyerupai
gejala sakit kepala lainnya. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah dengan
menggunakan kriteria International Headache Society yaitu, seseorang didiagnosis
migren jika mengalami 5 atau lebih serangan sakit kepala tanpa aura (atau 2 serangan
dengan aura) yang sembuh dalam 4 sampai 72 jam tanpa pengobatan dan diikuti
dengan gejala mual, muntah, atau sensitif terhadap sinar dan suara.
Kriteria diagnosis bagi migren tanpa aura dikemukakan oleh HIS
sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan, diantaranya :
a. Nyeri kepala berlangsung 4-74 jam (bila tidak diobati atau
pengobatan gagal)
b. Nyeri kepala sekurang-kurangnya memenuhi 2 kriteria:
- Lokasi unilateral
- Sifat berdenyut
- Intensitas nyerinya sedang atau berat
- Agravasi (bertambah berat) atau mengganggu aktivitas
c. Sewaktu berlangsung nyeri nyeri kepala terdapat sekurang-
kurangnya satu gejala:
- Nausea dan/atau muntah
- Fatofobia dan fonofobia
d. Tidak disebabkan gejala lain

Kriteria diagnosis bagi migren dengan aura dikemukakan oleh HIS


sekurangnya terdapat 2 serangan, diantaranya:
a. Aura terdiri dari satu gejala berikut (tanpa kelemahan motorik):
- Gejala visual: cahaya berkunang-kunang, bercak atau garis,
atau penglihatan hilang
- Gejala sensoris: semutan atau rasa baal
- Gejala gangguan bicara
b. Sekurangnya ada 2 gejala berikut:
- Gejala visual homonim dan/atau gejala sensorik unilateral
- Sekurangnya 1 gejala aura yang muncul gradual 5 menit
dan/atau berbagai gejala aura muncul berurutan selama 5
menit
- Tiap gejala berlangsung 5 menit, namun 60 menit
c. Nyeri kepala mulai sewaktu aura atau mengikuti aura dalam waktu
60 menit
d. Tidak disebabkan gangguan lain

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain (jika ada indikasi) adalah
pencitraan (CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.

Diagnosis Banding
Nyeri kepala migren tanpa aura sering kali sulit dibedakan dengan nyeri
kepala tegang (tension headache), nyeri kepala claster (cluster headache), dan
gangguan peredaran darah sepintas (transient ischemic attacks).

Terapi Migren
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis dan fisiologis,
mencegah berlanjutnya dilatasi ekstrakranial, menghambat aksi media humoral
(misalnya serotonin dan histamin), dan mencegah vasokonstriksi arteri intrakranial
untuk memperbaiki aliran darah otak. Manajemen dasar yang direkomendasikan yaitu
dengan analgesic sederhana

a. Terapi umum
1. Menghindari pencetus
2. Jika ada factor psikogenik, harus dihilangkan
3. Pada sepertiga wanita sebabnya ialah kontrasepsi oral, ini dapat
diganti
b. Terapi abortif dan simtomatik
1. Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen,
yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migraine.
2. Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk
menghentikan serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga
digunakan untk mencegah migrain haid.
3. Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan dalam
mengobati migrain.
Dosis: 1 mg pada awalnya, diikuti 1 mg tiap jam, maksimal 5 mg
tiap serangan atau 10 mg/ minggu
4. Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana,
asetaminofen, dan dikloralfenazon.
Dosis isometheptana: 2 kapsul pada awalnya, diikuti 1 kapsul/jam,
maksimal 5 kapsul tiap serangan.
5. Analgesik, mengandung butalbital yang sering memuaskan pada terapi
6. Opioid analgesik, pada umumnya lapang perantaranya memberikan
hasil yang mengecewakan
7. Korticosteroid unsur yang membutuhkan waktu singkat untuk
mengurangi tingkat nyeri migraine
8. Isometheptene, tidak dapat digunakan pada vasokonstriktor
c. Terapi preventif
1. Pencegahan farmakologi, diantaranya :
- Ergotamine 1 mg, 2 kali sehari
- Bellergal (ergotamine 0,3 mg, belladonna 0,1 mg, fenobarbital 20
mg) 2-4 kali perhari
- Metisergid 4-8 mg perhari, dosis terbagi
- -bloker (propanolol) 80-160 mg, terbagi
- Amitriptilin 50-75 mg, dosis terbagi atau diminum saat akan
tidur
- Fenitoin 200-400 mg/hari
- Ibufrofen 400 mg, 3 kali perhari
2. Pencegahan non-farmakologi, diantaranya :
- Terapi relaksasi
- Terapi tingkah laku

Pencegahan Migren

Pencegahan migren adalah dengan mencegah kelelahan fisik, tidur


cukup, mengatasi hipertensi, menggunakan kacamata hitam untuk
menghindari cahaya matahari, mengurangi makanan (seperti keju, coklat,
alkohol, dll.), makan teratur, dan menghindari stress.5

2. 2. 2 Tension Type Headche (TTH)


Definisi
Tension type headache disebut pula muscle contraction headache merupakan
nyeri tegang otot yang timbul karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan
tengkuk (m.Splenius kapitis, m.Temporalis, m.Maseter, m.Sternokleidomastoideus,
m.Trapezius, m.Servikalis posterior, dan m.Levator skapule). Sakit kepala tipe ini
banyak terdapat pada wanita masa menopause dan premenstrual.
TTH didefinisikan sebagai serangan nyeri kepala berulang yang berlangsung
dalam hitungan menit sampai hari, dengan sifat nyeri yang biasanya berupa rasa
tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat, dirasakan di seluruh kepala, tidak
dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala penyerta nya tidak menonjol.

Klasifikasi
1. Episodik , jika serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari
dalam 1 tahun).
2. Kronik, jika serangan minimal 15 hari perbulan selama paling sedikit 3
bulan (180 hari dalam 1 tahun).
Tension headache kronik dibagi 2 macam, yaitu:
a) Short-duration, jika serangan terjadi kurang dari 4 jam.
b) Long-duration, jika serangan berlangsung lebih dari 4 jam.

Etiologi
Faktor-faktor penyebab dari TTH bukan merupakan infeksi virus ataupun
bakteri melainkan tetapi keadaan-keadaan seperti stres, kecemasan, depresi, konflik
emosional, kelelahan.
Nyeri kepala yang timbul adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres,
kecemasan, depresi, konflik emosional atau kelelahan. Respon fisiologis yang terjadi
meliputi refleks vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot
skelet kulit kepala (scalp), wajah, leher dan bahu secara terus menerus.

Patofisiologi
Meskipun nyeri kepala tegang otot ini sangat umum ditemukan,
patofisiologinya masih tetap tidak jelas. Penelitian menunjukkan bahwa
mekanisme nyeri kepala ini tergantung terhadap otot yang terlibat yakni otot
wajah, leher dan bahu. Patomekanisme nyeri kepala tegang otot ini masih
menjadi bahan penilitian tetapi telah ada beebrapa teori -teori yang diduga
menyebabkan nyeri kepala jenis ini.
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala
ini adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya
terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m.
sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator
scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri kepala ini
mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang lebih besar
daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah terserang sakit
kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat dipicu oleh posisi
tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan k etegangan pada otot
ataupun posisi tidur yang salah. Ada juga yang mengatakan bahwa pasien
dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif terhadap nyeri secara umum
atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot.
Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang
menghasilkan kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang
menyebabkan terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme
yang akhirnya akan menyebabkan n yeri.
Para peneliti sekarang mulai percaya bahwa nyeri kepala ini bisa
timbul akibat perubahan dari zat kimia tertentu di otak - serotonin, endorphin,
dan beberapa zat kimia lain yang membantu dalam komunikasi saraf. Ini
serupa dengan perubahan biokimia yang berhubungan dengan migren.
Meskipun belum diketahui bagaimana zat-zat kimia ini berfluktuasi, ada
anggapan bahwa proses ini mengaktifkan jalur nyeri terhadap otak dan
mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri. Pada satu sisi,
ketegangan otot di leher dan kulit kepala bisa menyebabkan sakit kepala pada
orang dengan gangguan zat kimia. Di sisi lain, ketegangan otot bisa
merupakan hasil dari perubahan zat kimia ini.
Karena nyeri kepala tipe ini dan migren melibatkan perubahan yang mirip
pada otak, beberapa peneliti percaya bahwa kedua tipe sakit kepala ini
berhubungan. Beberapa ahli berpendapat bahwa migren bisa disebabkan oleh
nyeri kepala tegang otot yang berulang. Migren bisa dibedakan saat nyeri
yang terasa menjadi sangat hebat. Ada juga yang beranggapan migren yang
ringan adalah suatu jenis nyeri kepala tegang otot yang ringan.

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang bisa digolongkan dalam nyeri kepala tipe tegang adalah :
Nyeri kepala bersifat konstan dan terus menerus.
Terasa berat seperti tertekan atau seperti terikat, diperas, mau meledak.
Tempat sakitnya tidak dapat ditentukan
Frekuensi, fluktuasi, dan intensitas nyeri sangat bervariasi. Biasanya
akan bertambah pada masa-masa penuh tekanan seperti pubertas, pindah
sekolah, masalah pekerjaan atau perkawinan.
Biasanya nyeri kepala tipe tegang dikaitkan dengan kelainan yang disebut
spasmohilia. Kelainan ini adalah kecenderungan seseorang yang ototnya lebih
mudah untuk kontraksi (tegang). Spasmohilia memiliki kemungkinan
diturunkan atau ada faktor keluarga. Selain itu juga akan ditanyakan mengenai
kemungkinan adanya stres fisik maupun psikis.

Diagnosis
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya
dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan -
sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai
mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan-sedang hingga berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit
kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,
insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan
rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaa neurologik tidak ditemukan kelainan apapun. TTH biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CTscan kepala maupun MRI.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari TTH adalah sakit kepala pada spondilo-artrosis
deformans, sakit kepala pasca trauma kapitis, sakit kepala pasca punksi lumbal,
migren klasik, migren komplikata, cluster headache, sakit kepala pada arteritis
temporalis, sakit kepala pada desakan intrakranial, sakit kepala pada penyakit
kardiovasikular, dan sakit kepala pada anemia.
Terapi Tension Type Headache (TTH)
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus dibimbing untuk
mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat termasuk bed rest , massage, dan atau
latihan biofeedback. Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan atau
mucles relaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk
kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia (asetaminofen, aspirin,
ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam bentuk
kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas pengobatan.6
Menurut konsensus IX PERDOSSI , terapi farmakologis pada TTH 10
Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 minggu:
a. Analgetik: Aspirin 1000 mg/hari, Acetaminofen 1000mg/hari, NSAID
(Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, Tolfenamic 200-
400 mg/hari, Asam mefenamat, Fenoprofen, Ibuprofen 800 mg/hari,
diklofenak 50-100 mg/hari) Pemberian analgetik dalam waktu lama dapat
menyebabkan iritasi Gastrointestinal, Penyakit ginjal dan hati, serta
gangguan fungsi platelet.
b. Kafein (Analgetik Adjuvant) 65 mg
c. Kombinasi 325 aspirin , acetaminophen + 40 mg kafein.

Pada tipe kronis:


a. Antidepresan
Jenis trisiklik : amitryptilin, sebagai obat teurapetik maupun pencegahan
TTH.
b. Anti anxietas
Baik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada penderita dengan
komorbid anxietas. Golongan yang sering dipakai benzodiazepine dan
butalbutal, namun obat ini bersifat adiktif. 10
Pencegahan Tension Type Headache (TTH)
Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan olahraga
teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching), meditasi, dan
biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan
behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau
mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.6

2. 2. 3 Cluster Headache
Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) adalah nyeri kepala yang datang
berulang sesuai siklus tertentu. Nyeri kepala klaster merupakan nyeri kepala yang
sangat kuat. Nama lainnya adalah nyeri kepala jam weker karena biasanya sakit
terjadi di tengah malam disaat pasien sedang tidur.6
Serangan nyeri kepala yang berpola demikian dapat terjadi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan. Diantaranya ada periode sembuh yang juga berlangsung
berbulan-bulan bahkan beberpa tahun.
Nyeri kepala klaster, yang juga dikenal sebagai suicide headache, dengan
nyeri berat pada satu sisi kepala, biasanya disertai dengan keluarnya air mata dan
hidung tersumbat atau berair, dan hanya mengenai satu sisi kepala.6
Beberapa faktor risiko untuk terjadinya nyeri kepala klaster, antara lain: kulit
hitam, laki-laki, pemakai alkohol, merokok, usia antara 13-20 tahun atau 35-50 tahun.
Jarang ada riwayat keluarga sakit kepala tersebut karena penyakit ini tidak menurun.6

Epidemiologi
Cluster headache adalah penyakit yang langka. Dibandingkan dengan migren,
cluster headache 100 kali lebih lebih jarang ditemui. Di Prancis prevalensinya tidak
diketahui dengan pasti, diperkirakan sekitar 1/10.000 penduduk, berdasarkan
penelitian yang dilakukan di negara lainnya. Serangan pertama muncul antara usia 10
sampai 30 tahun pada 2/3 total seluruh pasien. Namun kisaran usia 1 sampai 73 tahun
pernah dilaporkan. Cluster headache sering didapatkan terutama pada dewasa muda,
laki-laki, dengan rasio jenis kelamin laki-laki dan wanita 4:1. Serangan terjadi pada
waktu-waktu tertentu, biasanya dini hari menjelang pagi, yang akan membangunkan
penderita dari tidurnya karena nyeri.2,5

Etiologi
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut:6
Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi pembuluh darah
sekitar.
Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
Pelepasan histamin.
Letupan paroxysmal parasimpatis.
Abnormalitas hipotalamus.
Penurunan kadar oksigen.
Pengaruh genetik
Diduga faktor pencetus cluster headache antara lain:
Glyceryl trinitrate.
Alkohol.
Terpapar hidrokarbon.
Panas.
Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
Stres.
Positron emision tomografi (PET) scanning dan Magnetic resonance imaging
(MRI) membantu untuk memperjelas penyebab cluster headache yang masih kurang
dipahami. Patofisiologi dasar dalam hipotalamus gray matter. Pada beberapa
keluarga, suatu gen autosom dominan mungkin terlibat, tapi alel-alel sensitif aktivitas
kalsium channel atau nitrit oksida masih belum teridentifikasi. Vasodilatasi arteri
karotis dan arteri oftalmika dan peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan
vasodilator dapat dipicu oleh refleks parasimpatetik trigeminus. Variasi abnormal
denyut jantung dan peningkatan lipolisis nokturnal selama serangan dan selama
remisi memperkuat teori abnormalitas fungsi otonom dengan peningkatan fungsi
parasimpatis dan penurunan fungsi simpatis. Serangan sering dimulai saat tidur, yang
melibatkan gangguan irama sirkadian. Peningkatan insidensi sleep apneu pada
pasien-pasien dengan cluster headache menunjukan periode oksigenasi pada jaringan
vital berkurang yang dapat memicu suatu serangan.7

Patofisiologi
Patofisiologi cluster headache masih belum diketahui dengan jelas, akan
tetapi teori yang masih banyak dianut sampai saat ini antara lain:
Cluster headache timbul karena vasodilatasi pada salah satu cabang arteri
karotis eksterna yang diperantarai oleh histamine intrinsic (Teori Horton).6
Serangan cluster headache merupakan suatu gangguan kondisi fisiologis otak
dan struktur yang berkaitan dengannya, yang ditandai oleh disfungsi
hipotalamus yang menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi otonom.
Hal ini menimbulkan defisiensi autoregulasi dari vasomotor dan gangguan
respon kemoreseptor pada korpus karotikus terhadap kadar oksigen yang
turun. Pada kondisi ini, serangan dapat dipicu oleh kadar oksigen yang terus
menurun. Batang otak yang terlibat adalah setinggi pons dan medulla
oblongata serta nervus V, VII, IX, dan X. Perubahan pembuluh darah
diperantarai oleh beberapa macam neuropeptida (substansi P, dll) terutama
pada sinus kavernosus (teori Lee Kudrow).6

Manifestasi Klinis
Nyeri kepala yang dirasakan sesisi biasanya hebat seperti ditusuk-tusuk pada
separuh kepala, yaitu di sekitar, di belakang atau di dalam bola mata, pipi, lubang
hidung, langit-langit, gusi dan menjalar ke frontal, temporal sampai ke oksiput. Nyeri
kepala ini disertai gejala yang khas yaitu mata sesisi menjadi merah dan berair,
konjugtiva bengkak dan merah, kelopak mata tampak sedikit menurun atau mata yang
sakit menyipit, hidung tersumbat, sisi kepala menjadi merah-panas dan nyeri tekan.
Serangan biasanya mengenai satu sisi kepala, tapi kadang-kadang berganti-ganti
kanan dan kiri atau bilateral. Nyeri kepala bersifat tajam, menjemukan dan menusuk
serta diikuti mual atau muntah. Nyeri kepala sering terjadi pada larut malam atau pagi
dini hari sehingga membangunkan pasien dari tidurnya.6
Serangan berlangsung sekitar 15 menit sampai 5 jam (rata rata 2 jam) yang
terjadi beberapa kali selama 2-6 minggu. Sedangkan sebagai faktor pencetus adalah
makanan atau minuman yang mengandung alkohol. Serangan kemudian menghilang
selama beberapa bulan sampai 1-2 tahun untuk kemudian timbul lagi secara cluster
(berkelompok).5

Gambar 2.1 Ciri khas Cluster Headache

Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh International
Headache Society (IHS) adalah sebagai berikut:8,9,10
a.Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b.Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri
temporal selama 15-180 menit bila tidak di tatalaksana.
c.Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
1.Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2.Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3.Edema kelopak mata ipsilateral
4.Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5.Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6.Kesadaran gelisah atau agitasi
d.Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e.Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
Kebanyakan penderita mengalami nyeri kepala klaster berulang. Selama
periode klaster tersebut, sakit kepala dapat muncul setiap hari, terkadang sampai
beberapa kali dalam sehari. Periode klaster biasanya berlangsung antara 6-12 minggu.
Waktu dimulai dan durasi setiap periode klaster dapat sama dari periode ke periode.
Nyeri kepala klaster dibedakan menjadi 2 bentuk : tipe episodik (80 %) dan tipe
kronik (20%). Pada tipe kronik, periode klaster berlangsung lebih dari 1 tahun tanpa
remisi atau remisinya berlangsung kurang dari 14 hari.6

Gambar 2.2 Lokasi nyeri pada Cluster headache

Penatalaksanaan Cluster headache


Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 15-180 menit sering
memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat. Berikan
oksigen inhalasi dengan kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit. Triptan:
Sumatriptan 20 mg intranasal efektif pada pengobatan akut cluster headache.
Dihidroergotamin 1 mg intarmuskular efektif pada pengobatan akut cluster headache.
Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk mengobati serangan
akut cluster headache. Pasien tidur telentang dengan kepala dimiringkan ke belakang
ke arah lantai 30 dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes nasal dapat digunakan dan
dosisnya 1 mllidokain 4% yang dapat diulang setekah 15 menit.7,10

Pencegahan Cluster headache


Jika peeriode nyeri kepala klaster dimulai, maka adanya faktor tertentu
(misalnya pemakaian alkohol atau obat-obatan tertentu, seperti nitrogliserin) dapat
memicu terjadinya nyeri kepala yang berat. Maka harus dihindari selama periode
nyeri kepala klaster.
Obat-obat pencegahan pun harus dimulai sejak serangan nyeri kepala klaster
terjadi. Obat-obat yang digunakan tergantung dari durasi dan keteraturan dari
serangan nyeri kepala klaster, antara lain berupa:
Calcium channel blocker, biasanya merupakan pilihan pertama untuk
mencegah nyeri kapal klaster dan sering diberikan bersama obat lain.
Kortikosteroid
Ergotamin, dapat digunakan sebelum tidur untuk mencegah terjadinya
serangan pada malam hari. Ergotamin cukup efektif namun tidak dapat
dikombinasiakn dengan triptan, dan hanya dapat digunakan dalam
waktu singkat.
Litium karbonat
Melatonin
Blok saraf
Pengobatan profilaksis berguna untuk mengurangi panjang periode dari
serangan klaster dan untuk menghindari terapi yang berlebihan saat serangan. Apabila
sakit kepala berlangsung kronis dan tidak ada respon terhadap pengobatan lain, atau
tidak bisa mentoleransi efek samping pengobatan lain, terapi pembedahan
dipertimbangkan.

Prognosis
Nyeri kepala klaster dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
Kehilangan sensasi wajah
Kelemahan otot pada kepala
Mungkin berisiko lebih tinggi untuk terjadi sindrom Horner
BAB III
LAPORAN KASUS

ANAMNESA
A. Identitas Penderita
Nama : Nn. V
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum menikah
Alamat : Ds. Mundakjaya 07/05
No. RM : 29-02-92
Tanggal masuk : 18 Oktober 2017
Tanggal pemeriksaan : 18 Oktober 2017
B. Data Dasar
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2017 di IGD pkl 09:30
1. Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 2 hari SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala hebat yang semakin
memberat sejak 2 hari SMRS. Nyeri kepala dirasakan pada sisi
sebelah kanan, pasien merasa seperti ditusuk dan ditarik-tarik hingga
ke bagian belakang kepala. Pasien juga merasa nyeri menjalar ke
depan dekat mata kanan. Mata pada sisi kepala yang sakit sering
menjadi berair. Pasien sudah sering mengalami keluhan serupa sejak
2 bulan yang lalu. Nyeri terasa hilang timbul, jika sedang timbul atau
serangan bisa terjadi selama 30 menit sampai berjam-jam. Nyeri
kepala tidak berkurang jika istirahat. Pasien juga mengeluh hidung
tersumbat, batuk (-), mual (+), muntah (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat tekanan darah tinggi : (-)
b. Riwayat kencing manis : (-)
c. Riwayat sakit ginjal : disangkal
d. Riwayat sakit jantung : disangkal
e. Riwayat sakit liver : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
g. Riwayat mondok : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi : (+) ayah pasien
DM : (-)
Jantung : Disangkal
Liver : Disangkal
Ginjal : Disangkal

5. Riwayat Alergi
RiwayatAlergi

Tahun Bahan/Obat Gejala

- - -

6. Riwayat Kebiasaan
Olahraga teratur Disangkal.

Makan Sebelum masuk RS, pasien makan 2-3kali sehari,


porsinya 1 piring nasi dengan lauk pauk (tahu
tempe, daging/ikan/telur/ayam) dan sayur. Jarang
mengkonsumsi buah.

Merokok Disangkal

Alkohol Disangkal

Obat bebas Disangkal

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang wanita berusia 22 tahun sebagai mahasiswi.
Pasien tinggal sendiri di rumah kos, terkadang ditemani oleh
temannya. Pasien berobat dengan BPJS kelas III.

8. Anamnesis Sistem
Keluhan Utama : nyeri kepala hebat sejak 2 hari SMRS

a. Kulit : Keringat dingin (-), kuning (-).


b. Kepala :Pusing(-), nggliyer (-), berkunang-
kunang (-), nyeri kepala (+), rambut

mudah rontok (-)

c. Sistem Indera
Mata : Pandangan mata kabur (-), sklera

ikterik (-), mata merah (+)

Hidung : mimisan (-), pilek (-), tersumbat (+)


Telinga :pendengaran berkurang (-), darah (-),

telinga berdenging (-)

d. Mulut : bibir kering (-), sulit berbicara (-),


sariawan (-),perdarahan gusi (-), lidah

kotor (-), tepi lidah hiperemis(-), atrofi

papila lidah (-)

e. Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-)


f. Sistem respirasi :sesak nafas (-), tidur mendengkur(-)
g. Sistem kardiovaskuler :sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri
dada (-), berdebar-debar(-)

h. Sistem gastrointestinal :mual (+),sakit perut (-), muntah (-),


susah BAB (-), tinja lembek, warna

coklat, darah (-), lendir (-)

i. Sistem muskuloskeletal : nyeri otot (-), kesemutan (-)


j. Sistem genitourinaria :sering kencing malam hari (-), nyeri
BAK (-),gatal (-)

k. Sistem neuropsikiatri :kejang (-), gelisah (-), mengigau (-),


bingung (-)

I. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 18 Oktober 2017

1. Keadaan Umum : Compos mentis,lemas, keringat dingin (-),


GCS E4V5M6
2. Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84 x/ menit, irama reguler

Frekuensi Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,50C per axillar

VAS :9

3. Kulit : pucat (-), turgor menurun (-), lembab (-), ikterik (-),
hiperpigmentasi (-)
4. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban (-)
5. Mata : konjungtiva pucat(-/-), berair (+/-) sklera ikterik (-/-),
pupil isokor dengan diameter (3mm/3mm), reflek cahaya
(+/+).
6. Telinga : nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-),keluar sekret
(-/-), keluar darah (-/-)
7. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-),epistaksis (-), gangguan
fungsi pembauan (-), septum deviasi (-)
8. Mulut : Bibir sianosis (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-),luka
pada sudut bibir (-), lidah tremor (-), papil lidah atrofi(-),
gusi berdarah (-)
9. Leher : JVP R+2 cm, pembesaran limfonodi cervical (-)
10. Thorax : Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal (-), spider nervi (-), sela iga
melebar (-/-)
11. Cor : SI II tunggal, murmur (-), gallop (-)
12. Pulmo : sonor, SDV di seluruh lapang paru, suara tambahan (-)
13. Abdomen : simetris, bising usus (+) Normal, timpani seluruh lapang
abdomen, supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
14. Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), akral hangat
15. Pemeriksaan Neurologis
1. Refleks Fisiologis
- Biceps (+1/+1)
- Triceps (+1/+1)
- Achilles (+1/+1)
- Patella (+1/+1)
2. Refleks Patologis
- Babinski (-/-)
- Oppenheim (-/-)
- Chaddock (-/-)
- Gordon (-/-)
- Hoffman trommer (-/-)
- Schaeffer (-/-)
3. Pemeriksaan Sensoris
+ +

+ +

4. Pemeriksaan Motorik
5 5

5 5

5. Nervus Cranialis I - XII: dbn

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Laboratorium Darah (18 Oktober 2017)
Hasil Satuan Rujukan
Pemeriksaan

HEMATOLOGI RUTIN

Hb 14,2 g/dl 13,5-17,5

HCT 35 % 33-45

9,4 103/l 4.5 11.0


AL

AT 310 103/l 150 450

4,50 106/l 4.1 -5.1


AE

KIMIA KLINIK

Gula Darah 68 mg/dl 60-140


Sewaktu
23 u/l <31
SGOT

SGPT 28 u/l <34

Creatine 1,02 mg/dl 0,9-1,3

22 mg/dl <50
Ureum

IV. Diagnosis IGD : Cluster Headache dd migrain


Diagnosis Sp. S : Migrain
V. Penatalaksanaan
Terapi IGD : Oksigenasi 7 lpm facial mask
Injeksi Ketorolac 1 ampul
Injeksi Ranitidine 1 ampul
Terapi Selanjutnya : Konsul dengan dokter Sp. S
Rawat di Ruangan
Oksigenasi 6 lpm facial mask (15 menit awal serangan)
IVFD Futrolit 20 tpm
Injeksi Ketorolac 2 x 1 (I di IGD)
Injeksi Ranitidine 2 x 1 (I di IGD)
Fluoxetin (20 mg) 2 x 1 p.o
Depacote (250 mg) 2 x 1 p.o

VI. Prognosis
Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai