Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS

ILMU KESEHATAN ANAK

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Disusun Oleh:
Jason Leonard (01073210089)
Sri Dharen (01073210158)

Pembimbing:
dr. Anita Halim, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE- RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
PERIODE OKTOBER - DESEMBER 2023
TANGERANG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
DAFTAR TABEL 2
DAFTAR GAMBAR 3
BAB I (ILUSTRASI KASUS) 4
1.1. Identitas Pasien 4
1.2. Anamnesis 4
1.3. Pemeriksaan Fisik 7
1.4. Pemeriksaan Penunjang 12
1.5. Resume 18
1.6. Diagnosis Kerja 18
1.7. Diagnosis Banding 18
1.8. Tata Laksana 19
1.9. Prognosis 19
1.10. Follow Up 19
BAB II (ANALISA KASUS) 23
DAFTAR PUSTAKA 29
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Algoritma Tatalaksana Kejang Demam …………………………………… 25


BAB I
ILUSTRASI KASUS

1.1. Identitas Pasien

Nama: An. BM

Jenis Kelamin: Laki-laki

Tanggal Lahir: 8 Februari 2022

Umur : 1 tahun 10 bulan

Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen

Nomor Rekam Medis : RSUS.01-10-XX-XX

Alamat: Tangerang

Tanggal Masuk RS: 16 November 2023

Tanggal Pemeriksaan : 17 November 2023

Tempat Pemeriksaan : Siloam RSUS Karawaci

1.2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien di bangsal lantai 5 Siloam
RSUS Karawaci pada tanggal 17 November 2023.

Keluhan Utama
Kejang kaku seluruh tubuh 1 jam SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD pada hari Kamis, 16 November 2023 dengan keluhan kejang 1 jam
SMRS. Awalnya ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam di pagi hari secara mendadak,
saat diukur suhu 38C dan telah diberikan obat demam dari pantat lalu suhu menurun. Setelah +/-
4 jam ibu pasien mengatakan demam muncul kembali dan diukur suhu 39C sehingga dibawa ke
IGD. Saat di perjalanan, pasien mengalami kejang yang dideskripsikan kaku kelojotan seluruh
tubuh dengan mata mendelik keatas +/- 1 menit. Sebelum kejang ibu pasien mengatakan pasien
rewel dan gelisah. Setelah kejang pasien menangis, muntah (-), BAB dan BAK spontan disangkal.
Saat di IGD pasien telah diberikan diazepam rektal 5 mg dan parasetamol 125 mg rektal. Pukul
18.00 saat di IGD, ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam dengan suhu 39.4C dan
kejang dengan pola yang sama seperti kejang sebelumnya dengan durasi 5 menit dan setelah
kejang pasien menangis. Pasien diberikan diazepam rektal 5 mg dan parasetamol 125 mg rektal.
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mengalami kelemahan sisi tubuh atau penurunan kesadaran
setelah kejang. Keluhan batuk, pilek, sesak, nyeri telinga, dan diare disangkal. Pasien tidak
memiliki riwayat trauma kepala.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada April 2023 sebanyak 2 kali dan Oktober
2023 sebanyak 1 kali namun tidak konsumsi obat apapun. Pasien sempat melakukan x-ray thorax
dengan hasil pneumonia 8 bulan yang lalu dan sudah diberikan pengobatan.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat kejang ataupun kejang demam disangkal pada keluarga pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien sedang tidak menjalani pengobatan rutin dan tidak memiliki riwayat pengobatan
rutin.

Riwayat Kehamilan Ibu dan Persalinan


Pada saat mengandung, setiap bulan Ibu pasien memeriksa kondisi kandungan ke dokter
spesialis obstetri dan ginekologi. Pada saat mengandung, Ibu pasien tidak pernah sakit dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan rutin. Pasien merupakan anak satu-satunya, lahir cukup bulan dengan
metode sectio caesarea atas indikasi letak sungsang dengan berat badan lahir 2750 gram dan
panjang badan lahir 47 cm.

Riwayat Nutrisi
Pasien mengkonsumsi makanan keluarga yang sama dengan orang tua pasien dan makan
sebanyak 3 kali sehari dimana terdapat nasi, sayur, daging dan buah. Pasien saat ini masih
mengkonsumsi susu formula sehari 2-3x terutama sebelum tidur. Pasien mendapatkan asi eksklusif
saat 6 bulan pertama kehidupan

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Ibu pasien mengatakan saat ini pasien sudah dapat mengerti perintah seperti bila disuruh
untuk menendang bola, mengambil mainan dan pasien sudah dapat berbicara mama, papa, makan,
minum, dan bobo. Pasien dapat meminta yang diinginkan seperti makanan tanpa menangis. Pasien
juga dapat berjalan dengan baik tanpa terjatuh dan terkadang berjalan cepat menurut ibu pasien.

Riwayat Imunisasi
Pasien menerima imunisasi lengkap sesuai program pemerintah hingga 1 tahun yaitu
terakhir PCV 3 akan tetapi karena pasien sempat jatuh sakit, imunisasi ditunda hingga saat ini.

Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan atau benda tertentu.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan


Pasien tinggal di rumah bersama kedua orang tua dan nenek pasien. Pasien berasal dari
keluarga dengan tingkat sosio-ekonomi menengah.
1.3. Pemeriksaan Fisik

1.3.1. Tanda - Tanda Vital (16/11/23)

GCS : E4M6V5 (Compos Mentis)

Suhu : 39.4 C

Nadi (HR) : 188 x/min

Laju napas (RR) : 40 x/min

SpO2 : 98% on room air

1.3.2. Status Gizi dan Antropometri

BB: 12,6 kg
TB : 88 cm
BB/U : 0 SD +2 (mendekati 0) → Berat badan normal sesuai usia
TB/U: 0 SD +2 (mendekati 0) → Perawakan normal sesuai usia
BB/TB : 0 SD +1 → Status Gizi Baik
BBI: 12,3 kg

Kesan: Status gizi baik dengan perawakan normal


1.3.3. Pemeriksaan Fisik Pada 16 November 2023

Status Deskripsi

Kulit Ikterik (-), ruam (-), pucat (-)

Kepala Normosefali, ubun-ubun besar tertutup, rambut hitam dan tersebar merata

Wajah Normofasies
Status Deskripsi

Mata Konjungtiva anemis (-) Sklera ikterik (-)


Pupil bulat isokor 2 mm/2mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Pergerakan bola mata baik ke segala arah

Hidung Napas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)


Simetris, deviasi septum (-), edema konka (-)

Telinga Simetris, bentuk normal, sekret (-/-)

Mulut Bibir sianosis (-), Mukosa lembab, Perdarahan gusi (-)

Tenggorokan T1/T1 tenang


Arkus faring simetris (-), deviasi uvula (-), faring hiperemis (-)

Leher Pembesaran KGB (-)

Thorax Inspeksi:
Bentuk dada normal, pectus excavatum (-), pectus carinatum (-), barrel
chest (-)
Palpasi:
Ictus cordis teraba, pengembangan dinding dada simetris statis dan
dinamis
Perkusi:
Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi:
Bunyi jantung S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Suara paru vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Status Deskripsi

Abdomen Inspeksi:
Supel, distensi (-), bekas luka (-)
Auskultasi:
Bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Perkusi:
Timpani seluruh regio abdomen
Palpasi:
nyeri tekan (-), turgor baik, hepatomegali (-),
splenomegali (-)

Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, deformitas (-)

Punggung Tidak diperiksa

Genitalia Tidak diperiksa

Nervus
CN. I : tidak dilakukan
Kranialis

CN. II : RCL (+/+), RCTL (+/+), pupil bulat isokor 2mm/2mm

CN. III, IV, VI: ortoforia, ptosis (-), Gerakan bola mata bebas ke segala arah,
doll’s eye manuver (+)

CN. V : tidak dilakukan

CN. VII : tidak dilakukan

CN. VIII : tidak dilakukan


Status Deskripsi

CN. IX, X: pasien dapat menelan dengan baik

CN. XI : tidak dilakukan

CN. XII : deviasi lidah (-), atrofi (-)

Motorik
Normotonus (+), spastik (-), flasid (-), tremor (-)

Refleks Fisiologis: tidak dapat dilakukan


Patologis: Babinski (-)

Tanda Kuduk kaku (-), kaku kuduk (-), kerniq (-/-), laseque (-/-), Brudzinski 1 (-),
Rangsang Brudzinski 2 (-)
Meningeal

1.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 16/11/2023
Penilaian Darah Lengkap (16/11/23)

Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan

Haemoglobin 12,40 g/dL 10.8 - 12.8

Hematokrit 37,00 % 35 - 43

Eritrosit (RBC) 4,29 106/uL 3.6 - 5.2

Leukosit (WBC) 8,30 103/uL 6.00 - 17.00

Hitung Jenis

Basofil 0 % 0-1

Eosinofil 2 % 1-3

Neutrofil Batang 3 % 2-6

Neutrofil Segmen 76 H % 50-70

Limfosit 11 % 25-40

Monosit 8 % 2-8

Trombosit 143 L 103/uL 150.00 - 440.00


Penilaian Darah Lengkap (16/11/23)

Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan

Haemoglobin 12,40 g/dL 10.8 - 12.8

Hematokrit 37,00 % 35 - 43

Eritrosit (RBC) 4,29 106/uL 3.6 - 5.2

Leukosit (WBC) 8,30 103/uL 6.00 - 17.00

Hitung Jenis

ESR 22 H mm/hours 0-10

MCV 86,20 fL 73 - 101

MCH 28,99 pg 23 - 31

MCHC 33,59 g/dL 26 - 34

Biokimia

GDS 160 H mg/dL 30 - 100

Elektrolit

Sodium 134 mmol/L 135-145


Penilaian Darah Lengkap (16/11/23)

Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan

Haemoglobin 12,40 g/dL 10.8 - 12.8

Hematokrit 37,00 % 35 - 43

Eritrosit (RBC) 4,29 106/uL 3.6 - 5.2

Leukosit (WBC) 8,30 103/uL 6.00 - 17.00

Hitung Jenis

Kalium 3,9 mmol/ L 3,6-5,0

Chloride 101 mmol/L 98-107

Urinalisis pada tanggal 16/11/2023

Urinalisis (16/11/23)

Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan

Macroscopic

Color Yellow
Appearance Slightly Clear
Cloudy

Specific Gravity 1.030 1.000 - 1.030

pH 5.5 4.50 - 8.00

Leukocyte Esterase Negative cells/uL Negative

Nitrit Negative Negative

Protein Negative mg/dL

Glucose Negative mg/dL

Keton Negative mg/dL

Urobilinogen 0.2 mg/dL 0.10 - 1.00

Bilirubin Negative Negative

Occult Blood (2+) 80 cells/uL Negative

Microscopic

Erythrocyte 5H cells/uL 0-3

Leucocyte 3 cells/uL 0 - 10
Epithel 1+ (1+)

Casts Negative Negative

Crystals Amorph (1+)

Others Bacteria (1+)

Interpretasi:
- Trombositopenia
- Hitung jenis leukosit → shift to the right, disertai leukosit yang normal →
infeksi virus
- Peningkatan ESR → infection & inflammatory marker
- Hematuria mikroskopik, bakteri (+)

X Ray Thorax PA (16/11/23)

Temuan:
Paru: Bercak pada perihiler kanan kiri
Mediastinum: Normal
Trakea dan Bronkus: Normal
Hilus: Normal
Pleura: Normal
Diafragma: Normal
Jantung: Normal
CTR: < 50%
Vertebra thorakal dan tulang-tulang lainnya: Normal
Jaringan Lunak: Normal
Abdomen yang tervisualisasi: Normal
Leher yang tervisualisasi: Normal

1.5. Resume
Pasien, an. BM usia 1 tahun 10 bulan datang dengan keluhan kejang 1 jam SMRS. Awalnya
mengalami demam di pagi hari secara mendadak, saat diukur suhu 38C dan telah diberikan obat
demam dari pantat lalu suhu menurun. Setelah +/- 4 jam demam muncul kembali dan diukur suhu
39C sehingga dibawa ke IGD. Saat di perjalanan, pasien mengalami kejang yang dideskripsikan
kaku kelojotan seluruh tubuh dengan mata mendelik keatas +/- 1 menit. Sebelum kejang ibu pasien
mengatakan pasien rewel dan gelisah. Setelah kejang pasien menangis.. Saat di IGD pasien telah
diberikan diazepam rektal 5 mg dan parasetamol 125 mg rektal. Pukul 18.00 saat di iGD, ibu pasien
mengatakan pasien mengalami demam dengan suhu 39.4C dan kejang dengan pola yang sama
seperti kejang sebelumnya dengan durasi 5 menit dan setelah kejang pasien menangis. Pasien
diberikan diazepam rektal 5 mg dan parasetamol 125 mg rektal. Pada pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan adanya demam dengan suhu 39,4 C dan pada pemeriksaan status generalis dan
pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan patologis.

1.6. Diagnosis Kerja


1. Kejang demam kompleks
2. Infeksi virus akut

1.7. Diagnosis Banding


1. Kejang demam sederhana
2. Epilepsi
3. Meningoensefalitis

1.8. Tata Laksana


Non Medikamentosa
- Rawat inap
- Monitor KU dan TTV
- IVDF D5 ¼ NS 500 ml per 12 jam
Medikamentosa:
- Paracetamol syrup 7,5 ml PO apabila suhu > 38 C
- Diazepam 10 mg suppository per rectal apabila kejang

1.9. Prognosis

Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

1.10. Follow Up

Follow up Hari Ke-1 (17/11/2022)

S Pada hari ini pasien masih demam (pada pukul 07:00 WIB suhu terukur 38,9 C,
suhu tubuh sempat turun menjadi 36,9 C pada pukul 12:00, demam kembali
pada 15:00 suhu terukur 38,3 C, dan suhu tubuh kembali turun menjadi 36,4 C
pada pukul 19:00. Pasien tidak kejang. Pasien tidak memiliki gangguan makan
dan minum. Pasien tidak mengalami gangguan dalam berkemih dan buang air
besar.

O KU: tampak sakit sedang


Kesadaran: pasien dapat bergerak aktif dan menangis kencang akan tetapi
masih sering tertidur
HR: 127x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 30x/menit, tidak ada retraksi
SpO2: 97% on room air
T: 36.6 C

Status Generalis
Mata: CA (-), SI (-), edema palpebra (-)
Mulut: sianosis(-), mukosa kering(-)
Thorax: pengembangan dada simetris, retraksi (+), vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Cor: iktus kordis tidak terlihat, S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: nyeri tekan (-), datar, distensi(-), bu (+)
Ekstremitas: akral hangat, crt <2 detik

Pemeriksaan Neurologis
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), brudzinski (-), lasegue (-), kernig
(-)
Nervus kranialis: CN II, III, IV, VI, IX, X, XII dalam batas normal
Motorik: normotonus
Refleks Fisiologis: tidak dapat dikaji
Refleks Patologis: babinski (-)

A Kejang demam kompleks dengan infeksi virus akut

P - Paracetamol syrup 7,5 ml PO apabila suhu > 38 C


- Diazepam 10 mg suppository per rectal apabila kejang
- IVDF D5 ¼ NS 500 ml per 12 jam
- Monitor KU dan TTV

Follow Up hari ke-2 (18/11/2023)


S Pada hari ini pasien sudah tidak demam, pasien tidak mengalami kejang. Pasien
tidak memiliki masalah dalam menerima asupan makanan dan minuman. Pasien
tidak memiliki keluhan terkait gangguan berkemih atau pada saat BAB.

O KU: tampak sakit sedang


Kesadaran: pasien dapat bergerak aktif dan menangis kencang
HR: 124x/menit, reguler, kuat angkat
RR: 28x/menit, tidak ada retraksi
SpO2: 97% on room air
T: 36.8 C

Status Generalis
Mata: CA (-), SI (-), edema palpebra (-)
Mulut: sianosis(-), mukosa kering(-)
Thorax: pengembangan dada simetris, retraksi (+), vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Cor: iktus kordis tidak terlihat, S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: nyeri tekan (-), datar, distensi(-), bu (+)
Ekstremitas: akral hangat, crt <2 detik

Pemeriksaan Neurologis
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), brudzinski (-), lasegue (-), kernig
(-)
Nervus kranialis: CN II, III, IV, VI, IX, X, XII dalam batas normal
Motorik: normotonus
Refleks Fisiologis: tidak dapat dikaji
Refleks Patologis: babinski (-)

A Kejang demam kompleks dengan infeksi virus akut

P - Paracetamol syrup 7,5 ml PO apabila suhu > 38 C


- Diazepam 10 mg suppository per rectal apabila kejang
- IVDF D5 ¼ NS 500 ml per 12 jam
- Monitor KU dan TTV

Follow Up hari ke-3 (19/11/2023)

S Pada saat ini pasien sudah tidak demam dan tidak mengalami kejang. Nafsu
makan dan minum pasien baik. Pasien tidak memiliki keluhan terkait gangguan
berkemih atau pada saat BAB.

O KU: tampak sakit sedang


Kesadaran: pasien dapat bergerak aktif dan menangis kencang
HR: 120/menit, reguler, kuat angkat
RR: 30x/menit, tidak ada retraksi
SpO2: 98% on room air
T: 36.6 C

Status Generalis
Mata: CA (-), SI (-), edema palpebra (-)
Mulut: sianosis(-), mukosa kering(-)
Thorax: pengembangan dada simetris, retraksi (+), vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Cor: iktus kordis tidak terlihat, S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: nyeri tekan (-), datar, distensi(-), bu (+)
Ekstremitas: akral hangat, crt <2 detik

Pemeriksaan Neurologis
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), brudzinski (-), lasegue (-), kernig
(-)
Nervus kranialis: CN II, III, IV, VI, IX, X, XII dalam batas normal
Motorik: normotonus
Refleks Fisiologis: tidak dapat dikaji
Refleks Patologis: babinski (-)

A Kejang demam kompleks dengan infeksi virus akut

P - Paracetamol syrup 7,5 ml PO apabila suhu > 38 C


- Diazepam 10 mg suppository per rectal apabila kejang
- IVDF D5 ¼ NS 500 ml per 12 jam
- Rencana pulang
- Edukasi mengenai kejang demam (kapan harus memberikan obat dan
membawa anak ke rumah sakit)

BAB II
ANALISA KASUS

Pasien atas nama BM usia 1 tahun 10 bulan datang dengan keluhan kejang 1 jam SMRS. Awalnya
mengalami demam di pagi hari secara mendadak, saat diukur suhu 38C dan telah diberikan obat
demam dari pantat lalu suhu menurun. Setelah +/- 4 jam demam muncul kembali dan diukur suhu
39C sehingga dibawa ke IGD. Saat di perjalanan, pasien mengalami kejang yang dideskripsikan
kaku kelojotan seluruh tubuh dengan mata mendelik keatas +/- 1 menit. Sebelum kejang ibu pasien
mengatakan pasien rewel dan gelisah. Setelah kejang pasien menangis.. Saat di IGD pasien telah
diberikan diazepam rektal 5 mg dan parasetamol 125 mg rektal. Pukul 18.00 saat di iGD, ibu pasien
mengatakan pasien mengalami demam dengan suhu 39.4C dan kejang dengan pola yang sama
seperti kejang sebelumnya dengan durasi 5 menit dan setelah kejang pasien menangis. Pasien
diberikan diazepam rektal 5 mg dan parasetamol 125 mg rektal. Pada pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan adanya hipertermia dan pada pemeriksaan status generalis dan pemeriksaan
neurologis tidak ditemukan adanya kelainan patologis. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
trombositopenia, hitung jenis leukosit shift to the right disertai leukosit yang normal menandakan
infeksi virus. Selain itu, terdapat peningkatan ESR yang merupakan indikator adanya infeksi. Pada
pemeriksaan urinalisis ditemukan adanya hematuria mikroskopik, occult blood, dan bakteri.

Berdasarkan anamnesis dapat dipikirkan pasien mengalami kejang demam dikarenakan terjadi
demam terlebih dahulu dengan suhu diatas 38C lalu diikuti dengan kejang dan terjadi pada rentang
usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun dimana pasien berusia 1 tahun 10 bulan. Kejang demam tidak
disebabkan oleh proses intrakranial di mana pada pasien ini tidak terdapat adanya riwayat trauma
kepala, penurunan kesadaran, muntah proyektil, kelemahan salah satu sisi tubuh, dan pada
pemeriksaan neurologis pupil pasien ternilai isokor dengan penilaian refleks cahaya positif, serta
tidak ditemukannya refleks patologis dan tanda-tanda rangsang meningeal. Kejang demam terbagi
menjadi kejang demam sederhana/ simple febrile seizure dan kejang demam kompleks/ complex
febrile seizure. Kejang demam yang dialami pasien masuk ke dalam klasifikasi kejang demam
kompleks karena pasien mengalami kejang berulang dalam 24 jam (kejang berulang dapat
diartikan adanya kejang 2x atau lebih dalam 24 jam dan di antaranya pasien sadar). 1

Pada pemeriksaan penunjang darah lengkap, ditemukan adanya neutrofilia dimana dapat
dipikirkan adanya infeksi bakteri, namun dengan klinis yaitu pola demam pasien dimana akut dan
mendadak tinggi dapat dipikirkan infeksi virus akut. Pada hasil pemeriksaan darah didapat kadar
leukosit yang normal dan peningkatan neutrofil segmen, hal ini dapat terjadi karena neutrofil
merupakan responden pertama terhadap infeksi viral, neutrofil perifer akan terpanggil dan migrasi
dari neutrofil ke pusat infeksi mencegah diseminasi virus. Hiperglikemia juga terjadi pada pasien
ini yang dapat disebabkan oleh kondisi stres sehingga homeostasis glukosa terganggu baik dari
metabolisme maupun sensitivitas dan sekresi insulin. Respon dari stres ini di mediasi oleh axis
HPA dimana terdapat hormon counter-regulatory yang membuat peningkatan glikogenolisis dan
glukoneogenesis. Pada pasien ini juga terjadi trombositopenia ringan dimana hal ini dapat
disebabkan oleh platelet yang menempel dengan neutrofil dan membentuk agregasi dan
menimbulkan fagositosis dari platelet lainnya, selain itu platelet dapat menempel pada
imunoglobulin virus sehingga menimbulkan aktivasi, agregasi dan pembuangan dengan aktivasi
dari protease activating receptor (PAR). Pemeriksaan analisis hematologi tidak dapat mendeteksi
platelet yang menempel pada leukosit atau pun agregasi dari platelet sehingga menimbulkan hasil
pseudotrombositopenia. Peningkatan dari ESR menunjukkan adanya infeksi karena sel darah
merah mudah tersedimentasi/ turun saat kondisi inflamasi seperti adanya infeksi, kanker, atau pun
gangguan autoimun.2, 3, 4

Hasil dari pemeriksaan urinalisis didapatkan adanya occult blood/ darah samar +2, serta
terdapatnya peningkatan eritrosit (5) dan adanya bakteri (1+) pada pemeriksaan mikroskopik (5).
Awalnya dapat kami pikirkan bahwa pasien ini menderita infeksi saluran kemih dan hal ini yang
menjadi pencetus dari kejang demam yang terjadi pada pasien. Akan tetapi, pada urinalisis pasien
leukosit esterase ternilai negatif, selain itu keluhan demam pasien turun tanpa pemberian antibiotik,
jadi dapat kami pikirkan bahwa hasil yang diperoleh adalah sebuah hasil positif palsu. Hasil positif
palsu yang diperoleh mungkin dapat diakibatkan oleh kontaminasi yang terjadi pada saat
mengambil sampel urin di mana dapat terjadi oksidasi dari strip urinalisis dengan zat hipoklorit
(pemutih) yang terdapat pada wadah penampung urin sehingga hasil yang diperoleh menunjukan
adanya darah pada urin pasien. Sedangkan, hasil positif palsu dari adanya bakteri pada urin pasien
juga dapat diperoleh pada saat pengambilan sampel (dapat terjadi pada saat strip urinalisis terkena
kulit pasien atau wadah penampung urin). Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak
diperlukan pada pasien ini dikarenakan tidak terdapat bangkitan kejang fokal. Pemeriksaan pungsi
lumbal juga tidak disarankan pada pasien ini dikarenakan pasien tidak terdapat tanda rangsang
meningeal dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi sistem saraf pusat.5

Diagnosis banding kejang demam sederhana dapat disingkirkan karena berdasarkan kriterianya
berlangsung kurang dari 15 menit, bentuk kejang tonik - klonik dan tidak berulang dalam 24 jam.
Pada pasien ini, kejang berulang dalam 24 jam sehingga diagnosis banding kejang demam
sederhana dapat disingkirkan. Diagnosis banding epilepsi juga dapat disingkirkan, karena
berdasarkan definisinya epilepsi merupakan serangan kejang berulang tanpa provokasi dengan
interval lebih dari 24 jam dimana pada pasien ini interval kejang kurang dari 24 jam. Pada pasien
ini terdapat adanya provokasi yaitu demam sehingga dapat disingkirkan. Diagnosis banding
meningoensefalitis dapat disingkirkan karena pada anamnesis pasien tidak mengalami muntah
proyektil dimana terjadinya muntah proyektil dapat mengindikasikan adanya peningkatan tekanan
intrakranial. Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan penurunan kesadaran serta tidak adanya
tanda rangsang meningeal.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien sudah tepat dimana disebabkan oleh virus sehingga
diperlukan tatalaksana suportif, seperti pada pasien ini mengalami demam dapat diberikan
parasetamol sebagai antipiretik. Diberikan secara supositoria dikarenakan pada pasien ini
mengalami kejang sehingga tidak dapat diberikan secara oral, selain itu mencegah muntah
sehingga obat tidak bekerja selain itu pembuluh darah vena pada rektum tebal sehingga absorpsi
obat lebih baik dan langsung menuju sirkulasi darah tanpa melewati hati. Dosis yang diberikan
yaitu 125 mg sudah tepat dikarenakan dosis parasetamol 10-15 mg/kgBB setiap pemberian dimana
berat badan pasien 12,6 kg sehingga dapat diberikan 126 mg - 189 mg. Pada saat di bangsal pasien
diberikan paracetamol syrup 7,5 ml bila suhu tubuh > 38C, dosis yang diberikan juga sudah tepat
dimana sediaan paracetamol syrup 120mg/5ml, dimana pada pasien ini diberikan 7,5 ml sehingga
sebesar 180mg.

Berdasarkan perhitungan cairan rumatan dengan Holiday Segar, pasien diberikan cairan sebanyak
1130 ml/ hari ditambah dengan adanya demam 39C sehingga +24% sehingga total cairan adalah
1.401,2 = 1400 ml/ hari dengan kebutuhan elektrolit Na 37,8 mEq/hari dan K 25.2 mEq/hari.
Pasien diberikan cairan rumatan yaitu D5 ¼ NS yang mengandung Na 38,5 mEq/L, Cl 38,5 mEq/L,
dan dekstrosa 50 g/L dengan total kalori 200 kcal/ kolf. Pada pasien diberikan 1000ml/ hari
Recommended Dietary Allowance (RDA) pada pasien ini dibutuhkan 1230 kcal per hari
berdasarkan perhitungan menurut usia tinggi (2 tahun) dan RDA pasien (1-3 tahun: 100
kcal/kgbb/hari). Pemberian MPASI pada pasien ini terdiri atas ⅔ dari total jumlah kalori per hari,
maka dari itu jumlah kebutuhan kalori yang berasal dari MPASI adalah 820 kcal, sedangkan ⅓
dari jumlah kebutuhan kalori per hari pada pasien ini (410 kcal) dapat diperoleh melalui ASI.
Sehingga pemberian ASI atau susu formula pasien dapat dikurangi sebanyak 400 kcal/ hari.
Menurut kami pasien tidak memiliki kesulitan dalam menerima asupan secara oral ataupun tanda
dehidrasi sehingga tidak diperlukan cairan parenteral.

Pemberian obat kejang saat di IGD adalah diazepam rektal dengan dosis 10mg dikarenakan berat
badan melebihi 1 2 kg atau dosis 0,5 - 0,75 mg/kg. Pada pasien ini tidak disarankan dalam
pemberian karena tidak termasuk dalam indikasi pemberian profilaksis antikonvulsan intermiten
dan rumatan
Gambar 2.1 Algoritma Tatalaksana Kejang Demam

Pasien dirawat di rumah sakit atas indikasi kejang demam kompleks karena untuk dipantau tanda-
tanda vital dan bangkitan kejang kembali.

Selain itu, ada baiknya kita memberikan edukasi pada keluarga pasien terkait dengan kejang
demam. Umumnya prognosis kejang demam sangat baik, jadi alangkah baiknya kita
menginformasikan hal ini kepada orang tua pasien untuk mengurangi rasa cemas dan memberi
ketenangan. Selain itu, apabila anak dengan riwayat kejang demam mengalami demam dengan
suhu >38 C, maka dapat diberikan obat penurun panas dan dikompres air hangat pasa bagian dahi
dan ketiak. Kejang demam dapat terjadi secara berulang, jadi kita juga harus memberikan
pemaparan mengenai hal-hal apa saja yang dilakukan jika nantinya anak kembali mengalami
kejang yakni:1

1. Tetap tenang, jangan panik


2. Longgarkan pakaian di sekitar leher
3. Bila anak tidak sadar, miringkan anak untuk mencegah aspirasi
4. Jangan masukkan sesuatu ke dalam mulut
5. Ukur suhu, catat/videokan bentuk kejang, dan ukur durasi kejang
6. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang
7. Berikan diazepam rektal apapila kejang >5 menit (bila sudah berhenti, jangan diberikan)
8. Menghimbau orang tua untuk membawa anak ke dokter/rumah sakit terdekat bila kejang
berlangsung 5 menit atau lebih, tidak berhenti dengan diazepam rektal, suhu tubuh >40 C,
atau setelah kejang anak tidak sadar atau lumpuh.

Selain itu kita sebagai tenaga kesehatan juga harus memberi edukasi mengenai cara pemberian
diazepam rektal. Berikut langkah-langkah cara pemberian diazepam rektal:

1. Baringkan anak dalam posisi miring


2. Putar dan lepaskan penutup obat dari leher tabung obat kejang, oleskan sedikit pada
permukaan tabung
3. Masukkan leher tabung ke dalam anus, lalu tekan tabung
4. Untuk usia <3 tahun, masukkan setengah dari leher tabung obat kejang
5. Jepitkan bokong sebelum mengeluarkan tabung (pada saat hendak mengeluarkan tabung,
jari pemberi obat harus tetap menekan tabung agar obat tidak kembali masuk ke dalam
tabung)
6. Tahan kedua bokong selama 3-4 menit agar cairan obat tidak mengalir keluar.

Selain itu, kita sebagai tenaga kesehatan juga harus menjelaskan efek samping obat-obatan yang
diberikan. Efek samping dari pemberian diazepam meliputi gangguan hati, gangguan perilaku,
gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi gerakan (ataksia), iritabilitas, dan rasa kantuk berlebih
(sedasi).

Prognosis dari kejang demam umumnya baik, karena tidak mengancam nyawa (ad vitam: bonam)
dan tidak mengganggu fungsi organ (ad functionam: bonam), akan tetapi kejang demam dapat
terjadi berulang dan akan berhenti umumnya pada usia 5 tahun (ad sanationam: dubia ad bonam)
DAFTAR PUSTAKA

1. Ismael, S., Pusponegoro, H. D., Widodo, D. P., Mangunatmadja, I., & Handryastuti, S.
Rekomendasi penatalaksanaan kejang demam. 2016. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
2. Raadsen M, Du Toit J, Langerak T, van Bussel B, van Gorp E, Goeijenbier M.
Thrombocytopenia in Virus Infections. J Clin Med. 2021 Feb 2021;10(4):877
3. Argyropoulos T, et.al. Stress hyperglycemia in children and adolescents as a prognostic
indicator for the development of type 1 diabetes mellitus. Front Pediatr. 2021; 9:1-8
4. Tishkowski K, Gupta V. Erythrocyte sedimentation rate. Treasure Island. StatPearls. 2023
5. Shaikh N, et.al. Biomarkers that differentiate false positive urinalysis from true urinary
tract infection. Pediatr Nephrol. 2020;35(2):321-329.

Anda mungkin juga menyukai