Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN IV CLINICAL EXPOSURE III

SCABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER

Disusun Oleh:
Jason Leonard Wijaya
01071180063
Dibimbing Oleh:
Dr. Sia, Elizabeth Ariel Setiawan

PUSKESMAS KRESEK
PERIODE 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
BAB 1
Illustrasi Kasus

Identitas Pasien :
Nama : Anak R
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : -
Alamat : Kresek
Metode Anamnesis: Alloanamnesis
a. Keluhan Utama

Gatal di daerah tangan dan kaki sejak 1 minggu yang lalu


b. Keluhan tambahan

Luka di daerah tangan dan kaki yang disertai dengan darah dan nanah
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang bersama Ibu pasien ke Puskesmas Kresek dengan keluhan gatal yang ia mulai
rasakan sejak 1 minggu yang lalu di daerah tangan dan kaki (di punggung dan telapak tangan
dan kaki pasien). Rasa gatal pada awalnya hanya terasa di kedua tangan, kemudian selang
beberapa hari gatal juga mulai terasa di kedua kaki. Selain rasa gatal, ditemukan banyak
bentolan-bentolan merah di sela-sela tangan dan kaki pasien. Menurut pasien, lokasi dimana
Ia merasa paling gatal terletak di sela-sela jari tangan dan kaki dan rasa gatal biasanya akan
lebih sering timbul dan bertambah gatal pada malam hari. Selain itu, pasien juga memiliki
luka di daerah tangan dan kaki akibat menggaruk bentolan-bentolan untuk meredahkan rasa
gatal yang menyebabkan kulit pasien mengeluarkan darah dan nanah. Pasien belum pernah
berobat atau mengkonsumsi obat untuk meredakan keluahnnya. Tidak ada ruam kemerahan
lain selain yang telah dipaparkan sebelumnya. Pasien tidak disertai gejala lain seperti demam.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.


e. Riwayat Keluarga

Keluarga pasien mengalami hal serupa, akan tetapi tidak separah pasien (tidak mengelurakan
darah dan nanah). Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit hipertensi, diabetes,
diabetes, asma, jantung, TB.
f. Riwayat Imunisasi

Tabel 1 Riwayat Imunisasi

� � �
� � � � � �

� � � � �
� � � �
� � � �
� � �



g. Riwayat Kehamilan

Ibu pasien ketika hamil tidak mengalami sakit yang berat (morbiditas kehamilan) dan ibu
pasien sering mengunjungi puskesmas untuk kontrol ketika masa kehamilan (perawatan
antenatal)

h. Riwayat Kelahiran

Tempat kelahiran: puskesmas

Cara persalinan: spontan

Masa gestasi: Cukup

Keadaan bayi:

1. Berat lahir: ±2900 gram

2. Panjang: 49 cm
3. Langsung menangis

4. Kelainan (-)

i. Riwayat Tumbuh Kembang

Usia Pertumubuhan (Tinggi Perkembangan (Motorik +


Badan + Berat Badan) Kognitif)
0-3 bulan Tinggi Badan: 62 cm Motorik: menggerakan
beberapa bagian tangan,
Berat Badan: 4,5 kg
kepala, dan mulai belajar
memiringkan tubuh

Kognitif: mulai mengenal


suara, bentuk benda, dan
warna
6-9 bulan Tinggi Badan: 67 cm Motorik: dapat menegakan
kepala, belajar tengkurap
Berat Badan: 8,1 kg
sampai dengan duduk, dan
memainkan ibu jari kaki

Kognitif: mengoceh,
mengenal wajah,
membedakan suara, belajar
mengunyah dan makan
12-18 bulan Tinggi Badan: 78 cm Motorik: belajar berjalan,
mulai bermain, dan
Berat Badan: 10,3 kg
koordinasi mata mengalami
kemajuan

Kognitif: mulai belajar


berbicara, mempunyai
ketertarikan terhadap jenis-
jenis benda, muncul rasa
ingin tahu
2-3 tahun Tinggi Badan: 88 cm Motorik: sudah pandai
berlari, berolahraga, dan
Berat Badan: 12,2 kg
meloncat

Kognitif: keterampilan
tangan mengalami
kemajuan (menggunting
kertas, dll), menyanyi,
membuat coretan
4-5 tahun Tinggi Badan: 102 cm Motorik: dapat berdiri pada
satu kaki, mulai dapat
Berat Badan: 15,6 kg
menari, melakukan gerakan
olah tubuh, keseimbangan
tubuh membaik

Kognitif: mulai belajar


membaca, menghitung,
menggambar, mewarnai,
dan merangkai kalimat
dengan baik

j. Riwayat Kebiasaan

Pasien memiliki kebiasaan bersekolah, bermain di lingkungan terbuka, dan makan makanan
yang dimasak di rumah
k. Riwayat Social Ekonomi

Kegiatan sehari-hari pasien adalah bersekolah dan tinggal di daerah perkampungan. Tetangga
pasien juga banyak yang mengalami keluhan serupa
l. Riwayat alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi


Pemeriksaan Fisik
· Status Generalis :

- Kesan umum : Sakit ringan

- Kesadaran : GCS 15 (Compos Mentis)

- Berat badan : 17.3 kg

- Tinggi badan : 117 cm

· Tanda-tanda Vital :

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Pulse rate : 95x/menit

- Respiratory Rate : 15 x/menit

- Suhu : 36.7℃

Kulit keseluruhan - Sianosis/kebiruan (-)


- Jaundice (-)
- Elastisitas dan turgor normal
- Tidak ada keringat berlebihan (diaphoresis)
Kepala, Rambut, Kepala - Bentuk kepala normosefali
dan leher Rambut - Rambut berwarna hitam
- Rambut tersebar merata
Fungsi - Pergerakan kepala normal
- Tidak ada keterbatasan gerak
Mata* - Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- Mata normal
- Pupil Bulat (+/+)
- Bentuk sama besar dan isokor(+/+)
Hidung* - Penampakan hidung normal
- Nafas cuping hidung (-/-)
- Hidung simetris
- Septum Deviasi (-/-)
- Darah Kering (-/-)
- Massa (-/-)
- Discharge (-/-)
Telinga* - Sekret (-/-)
- Serumen (-/-)
- Darah (-/-)
- Nyeri tekan mastoid (-/-)
- Tidak ada gangguan fungsi pendengaran
Mulut - Sianosis (-)
- Tidak ada gusi berdarah
- Mulut tidak kering
- Stomatitis (-)
- Tidak pucat
- Tidak ada luka pada sudut bibir
Leher* - Retraksi supra sternal (-)
- Deviasi trakeal (-)
- Peningkatan JVP (-)
- Pembesaran kelenjar limfatik (-)
Thorax*
Jantung* Inspeksi - Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi - Ictus cordis tidak teraba
Perkusi - Batas jantung normal, tidak ada
pembesaran
Auskultasi - Suara jantung normal (S1, S2 normal, tidak
ada murmur dan gallop), tidak ada palpitasi
Paru-paru* Inspeksi - Gerakan napas paru-paru simetris
- Barrel chest (-)
- Pectus Excavatum (-)
- Pectus Carinatum (-)
- Massa (-)
- Lesi (-)
- Ruam (-)
- Tidak ada bekas luka
- Retraksi intercostal
- Retraksi supraklavikular (-)
Palpasi - Taktil fremitus normal dan simetris di
kedua lapang paru, tidak ada peningkatan
atau penurunan
Perkusi - Perkusi paru normal
- Batas paru hepar normal
Auskultasi - Auskultasi normal
Abdomen* Inspeksi - Caput medusa (-)
- Bentuk abdomen membesar
- Tidak ada bekas luka
- Bentuk perut normal
- Darm contour (-)
- Darm steifung (-)
Auskultasi - Ada gerakan peristaltic
- Tidak ada bunyi metalik
- Tidak ada bruit
- Abdomen normal
Perkusi - Shifting dullness (-)
- Timpani di seluruh lapang perut
Palpasi - Nyeri tekan (-)
- Hepatomegaly (-)
- Splenomegaly (-)
- Ballotement test (-/-)
- CVA (-/-)
- Murphey sign (-)
- McBurney (-)
Ekstremitas* Inspeksi - Tidak ada sianosis
- Tidak ada deformitas
- Clubbing finger (-)
- White nails (-)
- Palmar erythema (-)
Palpasi - Ekstremitas hangat
- Edema (-)
Fungsi - Pergerakan normal, tidak ada keterbatasan
gerak

Status Dermatologis Ad region: punggung tangan, telapak kaki,


dan punggung kaki
Didapatkan effloresensi berupa papul dan
abses benbentuk bulat,
berbatas tegas dan dengan susunan papul
diseminata dan susunan abses
yang soliter. Ukuran papul kira-kira 0,2 cm x
0,2 cm dan ukuran abses
Diperkiran sebesar 2 cm x 1,5 cm.

*tidak dilakukan (hasil yang diharapkan)

RESUME
Pasien datang ke Puskesmas Kresek dengan keluhan gatal di kedua tangan dan kaki sejak 1
minggu yang lalu (di punggung dan di telapak tangan dan kaki pasien). Ditemukan ruam
berupa papul di tangan dan kaki pasien yang disertai dengan nanah. Menurut pasien, lokasi
yang paling gatal terletak di sela-sela jari tangan dan kaki dan rasa gatal, biasanya akan lebih
sering timbul dan bertambah gatal pada malam hari. Ditemukan terowongan-terowongan
yang Nampak di kulit pasien. Ditemukan papul eritema di telapak kaki, punggung kaki, dan
telapak, tangan, yang beukuran 0,2 x 0,2 cm dan abses di telapak kaki dengan ukuran 2 cm x
1,5 cm
Diagnosis Utama
- Scabies dengan Infeksi Sekunder

Diagnosis Banding
- Psoriasis

- Eczema
- Skabies Krustosa

Pemeriksaan Penunjang : -
Pemeriksaan Penunjang yang disarankan: Kerokan kulit, tes tinta, videodermatoskopi
Tata laksana :
Puskesmas Yang disarankan
Farmakologis: Farmakologis:

 Krim Pemetrin 5%  Krim Pemetrin 5%


Dioleskan di seluruh tubuh Dioleskan di seluruh tubuh
berdasarkan takaran yang berdasarkan takaran yang
dianjurkan (1-5 tahun: 7,5 gr, dianjurkan (1-5 tahun: 7,5 gr,
6-12 tahun: 15 gr, dewasa: 30 6-12 tahun: 15 gr, dewasa: 30
gr) kecuali di daerah muka, gr) kecuali di daerah muka,
setelah 10 jam krim pemetrin setelah 10 jam krim pemetrin
dibersihkan dengan sabun dibersihkan dengan sabun
Non-Farmakologis: Non-Farmakologis:

 Menerapkan terapi farmakologis ke  Mengoleskan salep pada seluruh


seluruh anggota keluarga/penghuni anggota keluarga sesuai aturan
rumah  Merebus semua barang yang terbuat
 Merebus semua barang yang terbuat dari kain/tekstil dengan air mendidih
dari kain/tekstil dengan air mendidih untuk membasmi kutu scabies
untuk membasmi kutu scabies  Menghidari kontak langsung dengan
 Menghidari kontak langsung dengan orang yang tidak terkena untuk
orang yang tidak terkena untuk mecegah penularan
mecegah penularan  Menghindari memakai barang yang
 Menjaga sanitasi lingkungan telah bersentuhan dengan penderita
 Membersihkan tubuh secara teratur  Menjaga kebersihan lingkungan
 Membersihkan tubuh secara teratur
Prognosis :

- Ad vitam
Bonam
- Ad functionam
Bonam

- Ad sanationam
Bonam

BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabei var. Hominis atau
yang biasa dikenal dengan the itch, budukan, gudik, gatal agogo, atau kudis sangat mudah
menular. Penularan penyakit ini bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung. Penularan
secara langsung dapat terjadi jika seseorang yang terkena scabies melakukan kontak
langsung dengan orang normal, contohnya ibu yang bermain dan bersentuhan dengan
anaknya yang menderita skabies atau penderita yang hanya sebatas bergandengan tangan
dengan orang yang tidak terinfeksi. Penularan secara tidak langsung biasanya berasal dari
lingkungan, misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain1.
2.2 Tanda Cardinal

Penyakit scabies memiliki 4 tanda cardinal yaitu2:


- Pruritus Nokturna

- Penyakit menyerang manusia secara berkelompok

- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna


putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau dapat berkelok-kelok, dan rata-
rata panjang

- Ditemukannya tungau dengan pemeriksaan mikroskopis

2.3 Faktor Risiko

Faktor risiko dari penyakit scabies meliputi beberapa hal, yaitu3:


- Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti tinggal di asrama,
pesantren, atau tempat penampungan

- Higiene yang buruk

- Sosial ekonomi rendah seperti di panti asuhan dsb

- Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas

2.4 Etiologi

Penyebab penyakit scabies adalah infestasi tungau Acarus scabiei atau pada manusia dikenal
sebagai Sarcoptes scabiei Var. hominis. Sarcoptes scabiei merupakan golongan filum
Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes. Secara morfologis,
Sarcoptes scabiei berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan bagian
punggung lebih lonjong dibandingkan perut, dan tidak berwarna. Tungau betina berukuran
lebih besar daripada tungau jantan yaitu 300-350 mikron, di mana yang jantan hanya
berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa dari Sarcoptes scabiei mempunyai 4 pasang
kaki, 2 pasang kaki depan dan 2 pasang kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai
menjadi dewasa berlangsung selama satu bulan. Yang menjadi pembeda di antara sarcoptes
scabiei betina dan sarcoptes scabiei jantan terdapat pada jumlah cambuk. Pada sarcoptes
scabiei betina, cambuknya terletak pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Tungau jantan hanya
4
memiliki bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 saja .
2.5 Epidemiologi

Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis.
Di beberapa negara berkembang, prevalensi dari penyakit skabies dilaporkan berkisar antara
6-27% dari populasi umum dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja.
Di negara maju, prevalensi penyakit skabies sama untuk semua kelompok usia dan skabies
pada anak-anak masih merupakan suatu masalah besar. Di Indonesia sendiri penyakit skabies
belum memiliki angka yang pasti, namun berdasarkan laporan Departemen Kesehatan,
skabies menempati urutan 3 dari 10 urutan penyakit kulit terbesar pada pelita IV. Frekuensi
penyakit scabies tidak memandang jenis kelamin4.
2.6 Pemeriksaan Penunjang

2.6.1 Kerokan Kulit

Kerokan kulit dilakukan di daerah sekitar papula. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca
objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian ditutup dengan kaca penutup dan
diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis skabies positif apabila ditemukan tungau,
nimpa, larva, telur atau kotoran Sarcoptes scabiei5.
2.6.2 Test Tinta

Metode tes tinta dilakukan pada trowongan di dalam kulit yang dilakukan dengan cara
menggosok papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papul yang telah terisi
tinta lalu didiamkan selama 20-30 menit. Tinta kemudian diusap atau dihapus dengan
kapas yang dibasahi alcohol. Tes dinyatakan positif jika tinta masuk dan membentuk
gambaran khas berupa garis berliku-liku yang mengindikasikan adanya terowongan5.
2.6.3 Videodermatoskopi

Videodermatoskopi dilakukan menggunakan mikroskop video dengan pembesaran seribu


kali selama 5 menit. Umumnya metode ini masih harus dikonfirmasi dengan hasil
kerokan kulit5.
2.7 Tatalaksana

Tatalaksana yang akan dilakukan kepada orang dengan penyakit scabies berupa tatalaksana
farmakologi dan tatalaksana non-farmakologi
2.7.1 Tatalaksana farmakologi

- Sulfur presipitatum (belerang endap), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Kekurangannya adalah dapat menimbulkan bau, dapt mengotori
pakaian dan terkadang dapat menimbulkan iritasi. Penggunaan belerang endap ini
dapat dipakai pada bayi yang berumur kurang dari 2 tahun

- Emulsi benzil-benzoas dengan kadar 20-25%, efektif terhadap semua stadium,


diberikan setiap malam selama tiga hari.

- Gama benzena heksa klorida (gammexane) dengan kadar 1% berupa krim atau
lotion, efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Pada umumnya obat ini hanya diberikan satu kali saja, kecuali jika masih
ada gejala diulangi seminggu kemudian

- Krotamiton dengan kadar 10% berupa krim atau lotion, mempunyai dua efek
sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

- Permetrin dengan kadar 5% dalam bentuk krim, kurang toksik dibandingkan


gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam.
Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di
bawah umur 12 bulan.

Salep yang dianjurkan harus digunakan oleh seluruh anggota keluarga/penghuni


rumah agar pengobatan efektif dan untuk mencegah terulangnya penyakit6.
2.7.2 Tatalaksana non-farmakologi

- Menjaga kebersihan dan mandi secara teratur setiap hari

- Merebus/mencuci dengan air mendidih semua barang yang terbuat dari


tekstil/kain di rumah

- Menghindari kontak langsung dengan orang yang terkena scabies


- Menghindari pemakaian bersama barang-barang dari orang dengan skabies

- Menjaga asupan nutrisi

- Tidak menggaruk luka

- Istirahat cukup

2.8 Komplikasi

Jika tidak ditangani segera, maka penyakit scabies dapat menyebabkan komplikasi di
antaranya7:
- Infeksi Bakteri

- Norwegian scabies atau kudis berkrusta

BAB 3
Case Reasoning

Bedasarkan anamnesis yang telah dilakukan dan pemaparan penyakit diatas Anak R
didiagnosa menderita penyakit scabies dengan infeksi sekunder.
Diagnosis yang dilakukan dapat diperjelas dengan adanya 2 atau lebih tanda cardinal dari
penyakit scabies yaitu nocturnal Pruritus Nokturna, terdapat terowongan (kunikulus) pada
tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan berbentuk garis berkelok-
kelok, dan penyakit yang menyerang sekelompok orang (keluarga pasien). Selain itu, juga
terjadi infeksi sekunder yang ditandai abses yang timbul di lesi telapak kaki pasien.
Penyakit scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei Var. hominis. Biasanya tungau
akan bersarang di epidermis penderita dan akan tahan terhadap air panas dan sabun.
Sedangkan diagnosis banding pertama yang saya ambil adalah psoriasis karena gejala yang
terjadi mempunyai beberapa kesamaan seperti rasa gatal dan menimbulkan ruam. Tetapi
diagnosis ini dapat disingkirkan karena rasa gatal yang pasien rasakan biasanya timbul di
malam hari sedangkan rasa gatal yang ditimbulkan oleh penyakit psoriasis waktunya tidak
menentu. Selain itu, orang dengan psoriasis biasanya menimbullkan kesan kulit bersisik
dimana pada penyakit scabies tidak ditemukan kulit bersisik. Penyakit psoriasis dapat
menimbulkan kekuan hingga pembengkakan sendi, dimana pada penyakit scabies tidak dapat
menyebabkan kekakuan dan pembengkakan sendi. Maka dari itu diagnosis banding psoriasis
dapat disingkirkan.
Sedangkan, diagnosis banding kedua yang saya ambil adalah eczema karena gejala yang
terjadi pada pasien yang mengalami eczmea memiliki beberapa kesamaan dengan gejala pada
penyakit skabies yaitu timbulnya ruam dan terasa sangat gatal. Tetapi, jika dilihat dari
penyebabnya, eczema dapat timbul akibat stress, alergi, benda yang dapat menyebabkan
iritasi kulit, dan produk perawatan kulit yang tidak cocok. Sedangkan penyakit scabies
bukanlah penyebab alergi tetapi disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei Var. hominis.
Selain itu, penyakit scabies sangat khas dengan lesi papul dan terdapat “terowongan” di
lapisan epidermis sedangkan eczema tidak menimbulkan “terowongan”. Jika dilakukan
pengerokan kulit, maka pasien dengan scabies akan menunjukan adanya telur, larva, atau
mungkin tungau scabies dimana orang dengan eczema tidak ditemukan adanya telur, larva
atau tungau scabies. Maka dari itu diagnosis banding eczema dapat disingkirkan.
Diagnosis banding ketiga yang saya ambil adalah penyakit scabies krustosa, dimana terdapat
sama-sama disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei Var. hominis, tetapi penyakit scabies
klasik dengan penyakit scabies krustosa memiliki beberapa gejala yang berbeda. Pada
penyakit scabies klasik, lesi biasanya berupa papul, vesikel, atau pustule sedangkan pada
penyakit scabies krustosa bentuk lesi biasanya berupa hyperkeratosis tebal dan luas. Jika
dilihat dari predileksi, scabies klasik biasanya berpredileksi di sela jari tangan dan kaki,
lipatan kulit (siku, ketiak, payudara, dan bokong), bahu, punggung, inguinal, dan genital.
Sedangkan penyakit scabies krustosa biasa berpredileksi di telapak tangan dan kaki, kulit
kepala, telinga, dan sikut. Jika dilihat dari tingkat intensitas rasa gatal, penyakit scabies
umum biasanya lebih terasa gatal terutama di malam hari sedangkan penyakit scabies
krustosa biasanya memiliki intensitas gatal yang lebih ringan. Jika dilihat dari jumlah kutu
secara pemeriksaan mikroskopis, jumlah kutu untuk penyakit scabies klasik biasanya <20
tungau dari seluruh permukaan kulit, dimana jumlah kutu pada orang dengan scabies
krustosa biasanya 4000 tungau per gram kulit, terutama di lesi berkrusta. Berdasarkan alasan-
alasan sebelumnya, maka kita dapat menyingkirkan diagnosis banding scabies berkrusta.
Bedasarakan pemaparan teori yang sudah dijelaskan, penyakit scabies klasik dapat diobati
dengan skabisid misalnya sulfur presipitatum, emulsi benzyl-benzoas, gammexane,
krotamiton, dan permetrin. Tatalaksana farmakologis yang telah diberikan oleh puskemas
kepada Anak R sudah tepat, yaitu pemberian krim permetrin 5% yang dioleskan di seluruh
badan pasien kecuali di daerah muka. Selain itu, selain pasien, seluruh anggota keluarga atau
penghuni rumah diharuskan untuk mengoleskan salep permetrin disekujur badannya juga.
Tidak hanya itu, untuk membasmi tungau Sarcoptes scabiei Var. hominis yang berada di
lingkungan, seluruh barang di rumah yang terbuat dari kain/tekstil semuanya harus di cuci
atau direbus dengan air panas. Pasien juga dihimbau untuk beristirahat dengan cukup,
menjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi setiap hari, makan makanan yang bergizi,
mencegah penularan dengan cara tidak bersentuhan dengan orang yang tidak terinfeksi atau
berbagi dalam memakai barang. Selain itu pasien dihimbau untuk tidak menggaruk lesi agar
tidak terjadi infeksi yang lebih parah.
Jika tidak ditangani dengan tepat atau tidak segera ditangani, penyakit scabies klasik akan
menyebabkan beberapa komplikasi mengingat seperti penyakit scabies krustosa dan juga
dapat menimbulkan infeksi sekunder
Untuk penyakit scabies, pasien memiliki prognosis yang baik, mengingat penyakit scabies
klasik tidak akan mengancam kelangsungan hidup pasien (Ad vitam: Bonam). Selain itu,
penyakit scabies klasik juga tidak dapat menganggu fungsi organ pasien (Ad functionam:
Bonam). Jika ditangani dengan tepat dan pasien mengikuti terapi pengobatan juga
membersihkan lingkungan dengan benar, maka dapat dipastikan bahwa pasien akan sembuh
(Ad sanationam: Bonam). Untuk menghindari terulangnya penyakit ini, disarankan agar
pasien untuk tidak bersentuhan langsung atau berbagi pemakaian barang dengan orang yang
terinfeksi skabies.
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko R.P., Djuanda A., Sularsito S.A. et al 2013. Skabies Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI, pp 122-5.

2. Harahap M., 2000. Ilmu Penyakit Kulit. 1 st ed. Hipokrates. Jakarta

3. Sungkar. S, 2000, Skabies, Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta

4. WHO. 2005. Epidemiology and Management of Common Skin Disease in Children in


Developing Countries. WHO/FCH/CAH/05.12.

5. Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.


6. Baker F., 2010. Scabies Management. Paediatri Child Health. Vol 6: 775-7.

7. Wolff K.,& Johnson R.A., 2009. Fitzpatrick’s, Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 6 th ed. New York: McGraw-Hill, pp. 45.

Anda mungkin juga menyukai