Disusun Oleh:
Jason Leonard Wijaya
01071180063
Dibimbing Oleh:
Dr. Sia, Elizabeth Ariel Setiawan
PUSKESMAS KRESEK
PERIODE 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
BAB 1
Illustrasi Kasus
Identitas Pasien :
Nama : Anak R
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : -
Alamat : Kresek
Metode Anamnesis: Alloanamnesis
a. Keluhan Utama
Luka di daerah tangan dan kaki yang disertai dengan darah dan nanah
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang bersama Ibu pasien ke Puskesmas Kresek dengan keluhan gatal yang ia mulai
rasakan sejak 1 minggu yang lalu di daerah tangan dan kaki (di punggung dan telapak tangan
dan kaki pasien). Rasa gatal pada awalnya hanya terasa di kedua tangan, kemudian selang
beberapa hari gatal juga mulai terasa di kedua kaki. Selain rasa gatal, ditemukan banyak
bentolan-bentolan merah di sela-sela tangan dan kaki pasien. Menurut pasien, lokasi dimana
Ia merasa paling gatal terletak di sela-sela jari tangan dan kaki dan rasa gatal biasanya akan
lebih sering timbul dan bertambah gatal pada malam hari. Selain itu, pasien juga memiliki
luka di daerah tangan dan kaki akibat menggaruk bentolan-bentolan untuk meredahkan rasa
gatal yang menyebabkan kulit pasien mengeluarkan darah dan nanah. Pasien belum pernah
berobat atau mengkonsumsi obat untuk meredakan keluahnnya. Tidak ada ruam kemerahan
lain selain yang telah dipaparkan sebelumnya. Pasien tidak disertai gejala lain seperti demam.
Keluarga pasien mengalami hal serupa, akan tetapi tidak separah pasien (tidak mengelurakan
darah dan nanah). Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit hipertensi, diabetes,
diabetes, asma, jantung, TB.
f. Riwayat Imunisasi
� � �
� � � � � �
�
� � � � �
� � � �
� � � �
� � �
�
�
�
�
�
g. Riwayat Kehamilan
Ibu pasien ketika hamil tidak mengalami sakit yang berat (morbiditas kehamilan) dan ibu
pasien sering mengunjungi puskesmas untuk kontrol ketika masa kehamilan (perawatan
antenatal)
h. Riwayat Kelahiran
Keadaan bayi:
2. Panjang: 49 cm
3. Langsung menangis
4. Kelainan (-)
Kognitif: mengoceh,
mengenal wajah,
membedakan suara, belajar
mengunyah dan makan
12-18 bulan Tinggi Badan: 78 cm Motorik: belajar berjalan,
mulai bermain, dan
Berat Badan: 10,3 kg
koordinasi mata mengalami
kemajuan
Kognitif: keterampilan
tangan mengalami
kemajuan (menggunting
kertas, dll), menyanyi,
membuat coretan
4-5 tahun Tinggi Badan: 102 cm Motorik: dapat berdiri pada
satu kaki, mulai dapat
Berat Badan: 15,6 kg
menari, melakukan gerakan
olah tubuh, keseimbangan
tubuh membaik
j. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan bersekolah, bermain di lingkungan terbuka, dan makan makanan
yang dimasak di rumah
k. Riwayat Social Ekonomi
Kegiatan sehari-hari pasien adalah bersekolah dan tinggal di daerah perkampungan. Tetangga
pasien juga banyak yang mengalami keluhan serupa
l. Riwayat alergi
· Tanda-tanda Vital :
- Suhu : 36.7℃
RESUME
Pasien datang ke Puskesmas Kresek dengan keluhan gatal di kedua tangan dan kaki sejak 1
minggu yang lalu (di punggung dan di telapak tangan dan kaki pasien). Ditemukan ruam
berupa papul di tangan dan kaki pasien yang disertai dengan nanah. Menurut pasien, lokasi
yang paling gatal terletak di sela-sela jari tangan dan kaki dan rasa gatal, biasanya akan lebih
sering timbul dan bertambah gatal pada malam hari. Ditemukan terowongan-terowongan
yang Nampak di kulit pasien. Ditemukan papul eritema di telapak kaki, punggung kaki, dan
telapak, tangan, yang beukuran 0,2 x 0,2 cm dan abses di telapak kaki dengan ukuran 2 cm x
1,5 cm
Diagnosis Utama
- Scabies dengan Infeksi Sekunder
Diagnosis Banding
- Psoriasis
- Eczema
- Skabies Krustosa
Pemeriksaan Penunjang : -
Pemeriksaan Penunjang yang disarankan: Kerokan kulit, tes tinta, videodermatoskopi
Tata laksana :
Puskesmas Yang disarankan
Farmakologis: Farmakologis:
- Ad vitam
Bonam
- Ad functionam
Bonam
- Ad sanationam
Bonam
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabei var. Hominis atau
yang biasa dikenal dengan the itch, budukan, gudik, gatal agogo, atau kudis sangat mudah
menular. Penularan penyakit ini bisa terjadi secara langsung atau tidak langsung. Penularan
secara langsung dapat terjadi jika seseorang yang terkena scabies melakukan kontak
langsung dengan orang normal, contohnya ibu yang bermain dan bersentuhan dengan
anaknya yang menderita skabies atau penderita yang hanya sebatas bergandengan tangan
dengan orang yang tidak terinfeksi. Penularan secara tidak langsung biasanya berasal dari
lingkungan, misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain1.
2.2 Tanda Cardinal
2.4 Etiologi
Penyebab penyakit scabies adalah infestasi tungau Acarus scabiei atau pada manusia dikenal
sebagai Sarcoptes scabiei Var. hominis. Sarcoptes scabiei merupakan golongan filum
Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili Sarcoptes. Secara morfologis,
Sarcoptes scabiei berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan bagian
punggung lebih lonjong dibandingkan perut, dan tidak berwarna. Tungau betina berukuran
lebih besar daripada tungau jantan yaitu 300-350 mikron, di mana yang jantan hanya
berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa dari Sarcoptes scabiei mempunyai 4 pasang
kaki, 2 pasang kaki depan dan 2 pasang kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai
menjadi dewasa berlangsung selama satu bulan. Yang menjadi pembeda di antara sarcoptes
scabiei betina dan sarcoptes scabiei jantan terdapat pada jumlah cambuk. Pada sarcoptes
scabiei betina, cambuknya terletak pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Tungau jantan hanya
4
memiliki bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 saja .
2.5 Epidemiologi
Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis.
Di beberapa negara berkembang, prevalensi dari penyakit skabies dilaporkan berkisar antara
6-27% dari populasi umum dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja.
Di negara maju, prevalensi penyakit skabies sama untuk semua kelompok usia dan skabies
pada anak-anak masih merupakan suatu masalah besar. Di Indonesia sendiri penyakit skabies
belum memiliki angka yang pasti, namun berdasarkan laporan Departemen Kesehatan,
skabies menempati urutan 3 dari 10 urutan penyakit kulit terbesar pada pelita IV. Frekuensi
penyakit scabies tidak memandang jenis kelamin4.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Kerokan kulit dilakukan di daerah sekitar papula. Hasil kerokan diletakkan di atas kaca
objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian ditutup dengan kaca penutup dan
diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis skabies positif apabila ditemukan tungau,
nimpa, larva, telur atau kotoran Sarcoptes scabiei5.
2.6.2 Test Tinta
Metode tes tinta dilakukan pada trowongan di dalam kulit yang dilakukan dengan cara
menggosok papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papul yang telah terisi
tinta lalu didiamkan selama 20-30 menit. Tinta kemudian diusap atau dihapus dengan
kapas yang dibasahi alcohol. Tes dinyatakan positif jika tinta masuk dan membentuk
gambaran khas berupa garis berliku-liku yang mengindikasikan adanya terowongan5.
2.6.3 Videodermatoskopi
Tatalaksana yang akan dilakukan kepada orang dengan penyakit scabies berupa tatalaksana
farmakologi dan tatalaksana non-farmakologi
2.7.1 Tatalaksana farmakologi
- Sulfur presipitatum (belerang endap), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Kekurangannya adalah dapat menimbulkan bau, dapt mengotori
pakaian dan terkadang dapat menimbulkan iritasi. Penggunaan belerang endap ini
dapat dipakai pada bayi yang berumur kurang dari 2 tahun
- Gama benzena heksa klorida (gammexane) dengan kadar 1% berupa krim atau
lotion, efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Pada umumnya obat ini hanya diberikan satu kali saja, kecuali jika masih
ada gejala diulangi seminggu kemudian
- Krotamiton dengan kadar 10% berupa krim atau lotion, mempunyai dua efek
sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
- Istirahat cukup
2.8 Komplikasi
Jika tidak ditangani segera, maka penyakit scabies dapat menyebabkan komplikasi di
antaranya7:
- Infeksi Bakteri
BAB 3
Case Reasoning
Bedasarkan anamnesis yang telah dilakukan dan pemaparan penyakit diatas Anak R
didiagnosa menderita penyakit scabies dengan infeksi sekunder.
Diagnosis yang dilakukan dapat diperjelas dengan adanya 2 atau lebih tanda cardinal dari
penyakit scabies yaitu nocturnal Pruritus Nokturna, terdapat terowongan (kunikulus) pada
tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan berbentuk garis berkelok-
kelok, dan penyakit yang menyerang sekelompok orang (keluarga pasien). Selain itu, juga
terjadi infeksi sekunder yang ditandai abses yang timbul di lesi telapak kaki pasien.
Penyakit scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei Var. hominis. Biasanya tungau
akan bersarang di epidermis penderita dan akan tahan terhadap air panas dan sabun.
Sedangkan diagnosis banding pertama yang saya ambil adalah psoriasis karena gejala yang
terjadi mempunyai beberapa kesamaan seperti rasa gatal dan menimbulkan ruam. Tetapi
diagnosis ini dapat disingkirkan karena rasa gatal yang pasien rasakan biasanya timbul di
malam hari sedangkan rasa gatal yang ditimbulkan oleh penyakit psoriasis waktunya tidak
menentu. Selain itu, orang dengan psoriasis biasanya menimbullkan kesan kulit bersisik
dimana pada penyakit scabies tidak ditemukan kulit bersisik. Penyakit psoriasis dapat
menimbulkan kekuan hingga pembengkakan sendi, dimana pada penyakit scabies tidak dapat
menyebabkan kekakuan dan pembengkakan sendi. Maka dari itu diagnosis banding psoriasis
dapat disingkirkan.
Sedangkan, diagnosis banding kedua yang saya ambil adalah eczema karena gejala yang
terjadi pada pasien yang mengalami eczmea memiliki beberapa kesamaan dengan gejala pada
penyakit skabies yaitu timbulnya ruam dan terasa sangat gatal. Tetapi, jika dilihat dari
penyebabnya, eczema dapat timbul akibat stress, alergi, benda yang dapat menyebabkan
iritasi kulit, dan produk perawatan kulit yang tidak cocok. Sedangkan penyakit scabies
bukanlah penyebab alergi tetapi disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei Var. hominis.
Selain itu, penyakit scabies sangat khas dengan lesi papul dan terdapat “terowongan” di
lapisan epidermis sedangkan eczema tidak menimbulkan “terowongan”. Jika dilakukan
pengerokan kulit, maka pasien dengan scabies akan menunjukan adanya telur, larva, atau
mungkin tungau scabies dimana orang dengan eczema tidak ditemukan adanya telur, larva
atau tungau scabies. Maka dari itu diagnosis banding eczema dapat disingkirkan.
Diagnosis banding ketiga yang saya ambil adalah penyakit scabies krustosa, dimana terdapat
sama-sama disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei Var. hominis, tetapi penyakit scabies
klasik dengan penyakit scabies krustosa memiliki beberapa gejala yang berbeda. Pada
penyakit scabies klasik, lesi biasanya berupa papul, vesikel, atau pustule sedangkan pada
penyakit scabies krustosa bentuk lesi biasanya berupa hyperkeratosis tebal dan luas. Jika
dilihat dari predileksi, scabies klasik biasanya berpredileksi di sela jari tangan dan kaki,
lipatan kulit (siku, ketiak, payudara, dan bokong), bahu, punggung, inguinal, dan genital.
Sedangkan penyakit scabies krustosa biasa berpredileksi di telapak tangan dan kaki, kulit
kepala, telinga, dan sikut. Jika dilihat dari tingkat intensitas rasa gatal, penyakit scabies
umum biasanya lebih terasa gatal terutama di malam hari sedangkan penyakit scabies
krustosa biasanya memiliki intensitas gatal yang lebih ringan. Jika dilihat dari jumlah kutu
secara pemeriksaan mikroskopis, jumlah kutu untuk penyakit scabies klasik biasanya <20
tungau dari seluruh permukaan kulit, dimana jumlah kutu pada orang dengan scabies
krustosa biasanya 4000 tungau per gram kulit, terutama di lesi berkrusta. Berdasarkan alasan-
alasan sebelumnya, maka kita dapat menyingkirkan diagnosis banding scabies berkrusta.
Bedasarakan pemaparan teori yang sudah dijelaskan, penyakit scabies klasik dapat diobati
dengan skabisid misalnya sulfur presipitatum, emulsi benzyl-benzoas, gammexane,
krotamiton, dan permetrin. Tatalaksana farmakologis yang telah diberikan oleh puskemas
kepada Anak R sudah tepat, yaitu pemberian krim permetrin 5% yang dioleskan di seluruh
badan pasien kecuali di daerah muka. Selain itu, selain pasien, seluruh anggota keluarga atau
penghuni rumah diharuskan untuk mengoleskan salep permetrin disekujur badannya juga.
Tidak hanya itu, untuk membasmi tungau Sarcoptes scabiei Var. hominis yang berada di
lingkungan, seluruh barang di rumah yang terbuat dari kain/tekstil semuanya harus di cuci
atau direbus dengan air panas. Pasien juga dihimbau untuk beristirahat dengan cukup,
menjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi setiap hari, makan makanan yang bergizi,
mencegah penularan dengan cara tidak bersentuhan dengan orang yang tidak terinfeksi atau
berbagi dalam memakai barang. Selain itu pasien dihimbau untuk tidak menggaruk lesi agar
tidak terjadi infeksi yang lebih parah.
Jika tidak ditangani dengan tepat atau tidak segera ditangani, penyakit scabies klasik akan
menyebabkan beberapa komplikasi mengingat seperti penyakit scabies krustosa dan juga
dapat menimbulkan infeksi sekunder
Untuk penyakit scabies, pasien memiliki prognosis yang baik, mengingat penyakit scabies
klasik tidak akan mengancam kelangsungan hidup pasien (Ad vitam: Bonam). Selain itu,
penyakit scabies klasik juga tidak dapat menganggu fungsi organ pasien (Ad functionam:
Bonam). Jika ditangani dengan tepat dan pasien mengikuti terapi pengobatan juga
membersihkan lingkungan dengan benar, maka dapat dipastikan bahwa pasien akan sembuh
(Ad sanationam: Bonam). Untuk menghindari terulangnya penyakit ini, disarankan agar
pasien untuk tidak bersentuhan langsung atau berbagi pemakaian barang dengan orang yang
terinfeksi skabies.
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko R.P., Djuanda A., Sularsito S.A. et al 2013. Skabies Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI, pp 122-5.
7. Wolff K.,& Johnson R.A., 2009. Fitzpatrick’s, Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 6 th ed. New York: McGraw-Hill, pp. 45.