Anda di halaman 1dari 15

Jason Leonard Wijaya

01071180063

LAPORAN I CLINICAL EXPOSURE II


BACTERIAL FARINGITIS

Disusun Oleh:
Jason Leonard Wijaya
01071180063
Dibimbing Oleh:
Dr. Pamela Tifanny

PUSKESMAS SEPATAN
PERIODE 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
Jason Leonard Wijaya
01071180063

BAB 1

Laporan Kasus 1Illustrasi Kasus

Identitas Pasien :

Nama : Anak. M

Umur : 14 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Tinggi Badan : 162 cm

Berat Badan : 61 kg

Alamat : Kemiri

Nomor rekam medis : 3312

Metode Anamnesis: Autoanamnesis

a. Keluhan Utama

Batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu

b. Keluhan tambahan

Demam, nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 3 hari yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu hingga
datang ke puskesmas batuk tidak mengalami perubahan (tidak tambah parah atau redah).
Batuk yang dialami pasien merupakan batuk berdahak dengan warna dahak kehijuan tetapi
tidak ditemukan darah. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri pada saat menelan sejak
2 hari yang lalu. Menurut pasien, dari skala 1- 10 rasa sakit yang dirasakan pasien terdapat
Jason Leonard Wijaya
01071180063

pada skala 8. Selain adanya nyeri telan, pasien juga mengeluhkan demam tinggi yang ia
rasakan terus menerus (suhu 38.2℃) sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengaku bahwa terjadi
penurunan nafsu makan akibat rasa nyeri pada saat menelan, tetapi tidak ada penurunan berat
badan yang signifikan. Pasien juga tidak mengorok ketika tidur dan sesak napas. Pasien tidak
pernah pergi berobat ke dokter sebelumnya untuk berkonsultasi tentang keluhan yang ia
rasakan baru-baru ini. Pasien sudah mengkonsumsi Panadol (paracetamol) sejak kemarin
dan terjadi penurunan suhu badan, tetapi demam akan timbul kembali dalam beberapa saat.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

e. Riwayat Keluarga

Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa dan tidak ada keluarga pasien
yang memiliki penyakit hipertensi, diabetes, diabetes, asma, jantung, TB.

f. Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, menimum-minuman alkohol, maupun


mengkomsusmsi obat-obatan dalam jangka panjang.

g. Riwayat Social Ekonomi

Kegiatan sehari-hari pasien adalah bersekolah dan lingkungan disekitar rumahnya bersih.

h. Riwayat alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi

i. Pemeriksaan Fisik

· Status Generalis :

- Kesan umum : Sakit Sedang

- Kesadaran : GCS 15 (Compos Mentis)

- Berat badan : 65 kg

- Tinggi badan : 160 cm


Jason Leonard Wijaya
01071180063

- Tumbuh kembang: Baik

- Status gizi: Gizi lebih

· Tanda-tanda Vital :

- Tekanan darah : 110/80 mmHg

- Pulse rate : 90x/menit (reguler)

- Respiratory Rate : 18x/menit

- Suhu : 38.2℃

- Tidak ada ikteris/jaundice/kekuningan


Kulit
- Tidak ada kemerahan
keseluruhan
- Tidak ada edema

Bentuk Bentuk kepala normosefali


kepala
Kepala dan
wajah (Normal Rambut - Rambut berwarna hitam
cephal) - Rambut tersebar merata
- Pergerakan kepala normal
Fungsi
- Tidak ada keterbatasan gerak (range of motion)
- Mata cembung

- Skelera iterik (-/-)

Mata - Konjugtiva anemis (-/-)

- Pupil bulat (+/+)

- Bentuk sama besar dan isokor (+/+)


Jason Leonard Wijaya
01071180063

- Penampakan hidung normal

- Pernapasan cuping hidung (-/-)

- Septum deviasi (-)


Hidung
- Darah kering (-/-)

- Masa (-/-)

- Discharge (-/-)

- Bentuk normal (+/+)

- Auricula hiperemis (-/-)


Telinga
- Nyeri tekan tragus (-/-)

- Serumen (+/+)

- Bibir cyanosis (-)

- Uvula ditengah (+)

- Tonsil (T1/T1)

- Tonsil hiperemis (-)


Mulut
- Detritus (-)

- Faring hiperemis (+)

- Edema (-)

- Pus (-)

- Lidah kotor (-)

- Papila (+)

Thorax
Jason Leonard Wijaya
01071180063

- Scars (-)

- Bekas operasi (-)


Inspeksi
- Ictus Cordis (-)

- Diskolorisasi (-)

Palpasi - Ictus Cordis teraba (-)


Jantung
Perkusi Batas jantung normal

- S1-S2 reguler

- S3 (-)
Auskultasi
- S4 (-)

- Scars (-)

- Barrel chest (-)

- Pactus excavatum (-)

- Pactus carinatum (-)

Paru-paru Inspeksi
- Retraksi (-)

- Diskolorisasi (-)

- Pernapasan statis dinamis, tidak ada paru yang


tertinggal
Jason Leonard Wijaya
01071180063

- Chest expansion : Pernapasan statis dinamis,


tidak ada pernapasan tertinggal
Palpasi
- Taktil vokal fermitus simetris

- Seluruh lapang paru terdengar sonor (+)


Perkusi

- Seluruh lapang paru terdengar vesikular (+)

- Ronchi (-)
Auskultasi
- Wheezing (-)

RESUME

Anak M datang ke Puskemas Sepatan dengan keluhan utama batuk yang sudah dialami sejak
3 hari yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu hingga pasien datang ke puskesmas, pasien tidak
mengalami perubahan. Batuk yang dialami pasien merupakan batuk berdahak dengan warna
kehijauan. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri telan sejak 2 hari yang lalu. Dari skala 1-
10 pasien mengeluh nyeri telan rasa sakit dari nyeri telan yang pasien rasakan berada pada
skala 8. Pasien juga mengeluh demam tinggi dan sakit kepala sejak 2 hari yang lalu. Pasien
mengaku mengalami penurunan nafsu makan. . Pasien juga mengaku terjadi penurunan nafsu
makan karena nyeri telan yang dialami pasien. Pasien sempat meminum panadol, terjadi
penurunan suhu tetapi demam akan datang kembali dalam beberapa saat. Suhu tubuh pasien
38.2℃ dan ditemukan faring pasien yang hiperemis.

Diagnosis Utama

- Bacterial Faringitis
Jason Leonard Wijaya
01071180063

Diagnosis Banding

- Viral Faringitis

- Tonsilitis

Pemeriksaan Penunjang : -

Tata laksana :

· Farmakologis (diberikan oleh Puskesmas)

- Amoxicillin 250 mg 3x1

Merupakan antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti


faringitis streptokokus, pneumonia streptokokus, infeksi kulit, dll.

Untuk faringitis, amoxicillin dapat diberikan selama 7-10 hari

- Paracetamol 500 mg 2x1

Paracetamol atau asetaminofen adalah obat penurun demam dan rasa nyeri

Untuk mengurangi demam, paracetamol dapat diberikan tiap 4-6 jam sekali.

· Non- farmakologis

- Istirahat

- Tidak memakan-makanan yang digoreng dan banyak mengkonsumsi buah dan


sayur

Prognosis :

- Ad vitam
Bonam
- Ad functionam
Bonam
- Ad sanationam
Jason Leonard Wijaya
01071180063

Bonam

BAB 2

Tinjauan Pustaka

I. Definisi

Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring atau dapat juga
tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu
tonsilofaringitis akut atau bagian dari influenza (rinofaringitis). Faringitis akut adalah infeksi
pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri
tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher
dan malaise [1].

II. Etiologi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40−60%),
bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Faringitis bisa disebabkan oleh virus
maupun bakteri. Virus yang menyebabkan faringitis yaitu Rhinovirus, Adenovirus,
Parainfluenza, Coxsackievirus, Epstein –Barr virus, Herpes virus. Sedangkan bakteri yang
dapat menyebabkan faringitis yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia,
Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria gonorrhoeae. Jamur yang
dapat menyebabkan faringitis yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita
Jason Leonard Wijaya
01071180063

imunokompromis yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi makanan yang merangsang
sering merupakan faktor pencetus atau yang memperberat [1].

III. Epidimiologi

Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis.
Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3−5 kali infeksi virus pada saluran
pernafasan atas termasuk faringitis. Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada
populasi anak-anak. Kira-kira 15−30% kasus faringitis 12 pada anak-anak usia sekolah dan
10% kasus faringitis pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada musim dingin yaitu akibat
dari infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak
kurang dari tiga tahun [1].

IV. Klasifikasi

Faringitis dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu

- Viral Faringitis

Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), Virus
influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain. Gejala dan tanda biasanya
terdapat demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan
tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus dan
Cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi
vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Pada adenovirus juga
menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epstein bar virus menyebabkan
faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran
kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis
yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri 13 menelan, mual
dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat, limfadenopati
akut di leher dan pasien tampak lemah. [2]

- Bacterial Faringitis

Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab faringitis akut pada


orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan tanda biasanya penderita
Jason Leonard Wijaya
01071180063

mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah, kadangkadang disertai demam dengan
suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring
dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian
timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri apabila ada penekanan [3]..

V. Tata Laksana

Tata laksana farmakologi

- Anti virus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60−100
mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak kurang
dari lima tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali pemberian/hari [3]..

- Faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya Streptococcus group A


diberikan antibiotik yaitu penicillin G benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau
amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama sepuluh hari dan pada dewasa 3x500
mg selama 6−10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan
kortikosteroid karena steroid telah menunjukkan perbaikan klinis karena dapat menekan
reaksi inflamasi. Steroid yang dapat diberikan berupa deksametason 3x0,5 mg pada dewasa
selama tiga hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari dibagi tiga kali pemberian selama
tiga hari [3].

Tata laksana non-farmakologi

- Edukasi :

1. Memberitahu keluarga untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi


makan bergizi dan olahraga teratur.

2. Memberitahu keluarga untuk menghindari makan-makanan yang dapat


mengiritasi tenggorok.

3. Memberitahu keluarga dan pasien untuk selalu menjaga kebersihan mulut.

4. Memberitahu keluarga untuk mencuci tangan secara teratur.


Jason Leonard Wijaya
01071180063

BAB 3

Case Reasoning

Bedasarkan anamnesis yang telah dilakukan dan pemaparan penyakit diatas pasien Anak M
didiagnosa terkena bacterial faringitis.

Diagnosis yang dilakukan dapat diperjelas dengan gejala yang pasien alami sesuai dengan
pemaparan gejala yang telah dijelaskan, yaitu batuk berdahak dengan dahak yang berwarna
kehijauan, demam tinggi (38.2℃, sulit menelan akibat nyeri telan, sakit kepala, dan
penurunan nafsu. Selain itu, pemeriksaan fisik mulut menunjukkan adanya hiperemis pada
faring pasien.
Jason Leonard Wijaya
01071180063

Untuk bacterial faringitis sendiri, bakteri yang paling sering menyebabkan penyakit ini
adalah Streptococcus ß hemolyticus group A. Biasanya bakteri ini dapat tertular melalui
kontak langsung dengan air ludah orang yang terinfeksi.

Sedangkan diagnosis banding pertama yang saya ambil adalah tonsilitis karena gejala yang
terjadi pada tonsilitis mempunyai beberapa kesamaan seperti sulit menelan karena nyeri
telan, dan demam.Tetapi diagnosis ini dapat disingkirkan karena pada pemeriksaan fisik,
pasien dengan penyakit tonsilitis biasanya dapat ditemukan pembengkakan tonsil dan
biasanya terdapat white spot (tonsil stone) pada tonsil. Pada pasien ini tidak ditemukan
pembengkakan dan white spot pada tonsil.

Sedangkan, diagnosis banding kedua yang sama ambil adalah viral faringitis karena gejala
yang terjadi pada pasien yang mengalami viral faringitis memiliki beberapa kesamaan
dengan gejala pada bacterial faringitis yaitu demam, sulit menelan akibat nyeri telan, bdan
batuk berdahak. Pada pemeriksaan fisik pun dapat ditemukan kesamaan di antara viral
faringits dan bacterial faringitis yaitu ditemukannya faring yang hiperemis. Pada viral
faringitis, dahak yang dikeluarkan biasanya berwarna putih dan viral faringitis dapat disertai
rinnorhea. Viral faringits juga dapat menimbulkan demam, tapi jika dibandingkan dengan
bacterial faringitis, pasien viral faringitis cenderung mengalami demam yang tidak terlalu
tinggi . Dengan beberapa hal yang sudah disebutkan, maka diagnosis banding viral faringitis
dapat disingkirkan.

Bedasarakan pemaparan teori yang sudah dijelaskan pasien Anak M dapat diberikan
paracetamol untuk meredahkan demam dan juga dapat diberikan amoxicillin 50
mg/kgBB yang dibagi 3 kali sehari selama 10 hari ke depan sebagai tatalaksana
medicamentosa. Selain itu, pasien juga dihimbau untuk menjaga daya tahan tubuh dengan
rajin berolaraga dan memiliki waktu istirahat yang cukup. Selama gejala faringitis masih
berlangsung, alangkah baiknya jika pasien dapat menghindari konsumsi makanan yang
dapat mengiritasi tenggorokan (seperti gorengan)

Komplikasi dari bacterial faringitis sendiri adalah demam reumatik, gangguan ginjal
(glomerulonephrithis), atau bisa juga menyebabkan abses pada tonsil atau jaringan
tenggorokan lain.
Jason Leonard Wijaya
01071180063

Pasien ini memiliki prognosis yang baik karena bacterial faringitis tidak mengancam
kelangsung hidup pasien (Ad vitam: Bonam) dan tidak akan menganggu fungsi organ
pasien (Ad functionam: Bonam). Jika pasien mengikuti terapi pengobatan dengan benar,
maka dapat dipastikan bahwa pasien akan sembuh (Ad sanationam: Bonam). Untuk
menghindari terulangnya penyakit ini, disarankan agar tidak melakukan kontak langsung
terhadap air ludah dari orang yang terinfeksi. Kemungkinan adanya reccurent infection
juga tidak terlalu besar.

REDAFTAR PUSTAKA

1. FRENSI

2. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jakarta Pusat: Media Aesculapius, 2014.

3. Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, J. Larry Jameson, Anthony S. Fauci, Dan L.


Longo, Joseph Loscalzo. Harrison's Principles of Internal Medicine, 19th ed. United
States: McGraw-Hill Professional; 2015.
Jason Leonard Wijaya
01071180063

4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar
ilmu penyakit dalam , 6 ed. Indonesia: Interna Publishing; 2014.

Anda mungkin juga menyukai