Anda di halaman 1dari 21

BAB V

DINAMIKA ROTASI
A. Rumus-rumus
Momen inersia
Sebuah benda yang diam akan cenderung mempertahankan kedudukannya yang diam,
begitu juga ketika benda bergerak maka akan tetap mempertahankan gerakannya. Ketika
sebuah benda berotasi, maka terdapat besaran yang mempertahankan untuk berotasi atau
melawan rotasi tersebut jika dari kondisi diam. Sifat ini dikarenakan benda memiliki sifat
inersia.
Momen inersia adalah sifat yang dimiliki oleh sebuah benda untuk mempertahankan
posisinya dari gerak berotasi. Semakin besar nilai momen inersia siatu benda maka
semakin sukar diputar. Dengan melihat Gambar 5.1,
secara matematis dituliskan sebagai
I = mr 2

FISIKA
m1
dengan I adalah momen inersia – dalam kg ⋅ m 2 , m
m3 v
massa benda – dalam kg, dan r jarak pusat massa v r1
r3
terhadap sumbu putar – dalam m. v m2
r2
Jika sistem terdiri dari banyak benda, maka nilai
momen inersia gabungannya adalah penjumlahan

yaitu

Untuk sistem kontinu


DASAR I
momen inersia dari semua benda terhadap porosnya,

n
I = I1 + I 2 + ... + I n = ∑ mi ri 2
i =1
Gambar 5.1.

I = ∫ r 2 dm

ITS
dengan dm adalah elemen massa dari suatu sistem
dm = λ dl ; untuk elemen panjang
= σ dA ; untuk elemen luasa
= ρ dv ; untuk elemen volume d
TB
Dalil sumbu sejajar
Jika suatu benda (sistem benda) dptar terada sebuah poros
yang memiliki jarak d terhadap titik pusat massa (Gambar
5.2), maka besarnya momen nersianya adalah Gambar 5.2.
I = I 0 + md 2

dengan I0 adalah momen nersia benda ketika sumbu puas berada di pusat massa dan
d jarak pusat massa terhadap sumb putar.

Torsi
Torsi adalah ”gaya” yang menyebabkan benda bergerak melingkar. Secara matematika,
r r r
τ = r ×F
τ = rF sin θ
dengan τ adalah torsi – dalam N.m, F gaya; dalam N, r jarak antara gaya terhadap poros –
dalam m, θ sudut yang dibentuk antara lengan gaya terhadap gaya – dalam derajat (o)
(perhatikan Gambar 5.3).

V-1
F
F sin θ

Poros θ
F cos θ
r
Gambar 5.3.
Ketika sebuah benda bergerak melingkar, maka percepatan yang terjadi adalah percepatan
anguler (sudut) α.
d 2θ
α= 2
dt
Hubungan antara torsi dan percepatan sudut adalah
τ = Iα
dengan α adalah percepatan sudut – dalam rad s 2 .

Momentum sudut
r r r
L = mr × v

Hukum kekekalan momentum sudut


Sebuah benda yang mengalami rotasi dengan kecepatan sudut ω akan memiliki
r
momentum sudut L yang sama,
Iω = Iω '

Hukum kekekalan energi mekanik


Benda yang berotasi, maka benda tersebut memiliki energi kinetik rotasi, yang besarnya
adalah
1
EK rotasi = I ω 2
2
Ketika sebuah benda bergerak menggelinding tanpa selip v
(Gambar 5.4), maka benda akan mengalami gerak rotasi
dan gerak translasi, sehingga besarnya energi kinetiknya
adalah r
EK = EK translasi + EK rotasi ω
fs
1 1
= mv 2 + I ω 2
2 2 Gambar 5.4.
Saat benda mengalami gerakan dari titik A ke titik B,
hukum kekekalan energi mekaniknya adalah
EK A + EPA = EK B + EPB
( EK rotasi ) A + ( EKTranslasi ) A + EPA = ( EK rotasi ) B + ( EKTranslasi )B + EPB
1 2 1 2 1 1
mv A + I ω A + mghA = mvB2 + I ω B2 + mghB
2 2 2 2

V-2
Kesetimbangan benda tegar
Sebuah sistem akan dikatakan setimbang jika resultan gaya-gaya yang bekerja pada sistem
itu sama dengan nol. Berdasarkan hukum pertama Newton, benda akan mengalami
kesetimbangan translasi jika ∑ F = 0 , namun jika benda mengalami kesetimbangan
rotasi jika ∑τ = 0 .
Sebuah benda mengalami kesetimbangan benda tegar apabila mengalami kesetimbangan
translasi dan kesetimbangan rotasi. Pada Gambar 5.5, misalnya, berlaku
(1) ∑ F = 0
∑F = H −T = 0
x x

∑ Fy = T + V − W y b −W = 0
(2) ∑τ = 0 T
Ty

1 
∑τ = T (L sinθ ) − Wb  L  − W L = 0 Poros
Tx

FISIKA
poros
2  H

V W
½L wb

Gambar 5.5.

B. Contoh soal

DASAR I
1. Katrol berbentuk piringan yang berjari-jari 5 cm dan
bermassa M=1000 gram menanggung dua buah benda
bermassa m1=300 gram dan m2=200 gram melalui tali
(massa tali diabaikan) seperti pada Gambar 5.6. Jika
m 1
licin
M

m2
mula-mula benda m2 berjarak 80 cm di atas permukaan
tanah, maka tentukanlah

ITS
a. percepatan masing-masing benda,
b. tegangan tali di kedua sisi katrol,
c. kecepatan benda m2 pada saat mencapai permukaan
tanah.
Penyelesaian:
Gambar 5.6
0,8 m

a. Perhitungan percepatan benda 1 dan benda 2


Pada persoalan ini terdapat tiga benda yang mengalami gerakan. Benda 1 dan
benda 2 bergerak translasi, sedangkan benda 3 bergerak rotasi.
 Benda 1
( )
r r
T1
∑ F 1 = m1a 1
T1 = m1a1 (1)

W1
 Benda 2
(∑ F )
r r
T2 2
= m2 a 2
W2 − T2 = m2 a 2
m2
T2 = W2 − m2 a 2 (2)

W2

V-3
 Benda 3 (katrol)
Gerakan rotasi benda 3 mematuhi hukum kedua Newton untuk gerak rotasi
r r
∑τ r= Iα
r r
r × F = Iα
Katrol berputar searah jarum jam, arah torsi oleh T2 masuk bidang Gambar sebaliknya
arah torsi oleh T1 keluar bidang Gambar . Dengan menganggap arah torsi masuk bidang
Gambar sebagai arah positif, maka
1  a 
T2 R sin 90 − T1 R sin 90 =  MR 2  
T1
R  2  R 
(T2 − T1 )R = 1 MR 2 a
T2
2 R
(T2 − T1 ) = Ma
1
(3)
2
Substitusi Pers.(1) dan Pers.(2) ke Pers.(3) memberikan
1
W2 − m2 a 2 − m1 a1 = Ma
2
Dengan menganggap bahwa tali bersifat tidak elastis (kaku) maka percepatan sistem
adalah a1 = a2 = a , sehingga
m2 g
a=
M
m1 + m2 +
2
=
( (
0,2kg ) 10m/s 2 ) = 2m / s 2 (4)
1
0,3kg + 0,2kg + kg
2
Jadi percepatan benda m1 dan m2 adalah a = 2m/s 2 .
b. Perhitungan tegangan tali
Tegangan tali T1 dihitung dengan mensubstitusikan nilai a1 pada Pers.(4) ke dalam
Pers.(1)
T1 = m1a1
(
= (0,3kg ) 2m/s 2 )
T1 = 0,6 N
Sedangkan tegangan tali T2 dihitung dengan mensubstitusikan nilai a2 pada Pers.(4) ke
dalam Pers.(2)
T2 = W2 − m2 a 2
= m2 g − m2 a2
( ) ( )
= (0,2kg ) 10m/s 2 − (0,2kg ) 2m/s 2
= 1,6 N
c. Perhitungan kecepatan benda m2 saat mencapai tanah
Karena benda m2 bergerak dengan percepatan konstan maka kecepatannya ketika
mencapai tanah dapat dihitung menggunakan rumusan GLBB
v 2 = v02 + 2ah
v 2 = 0 + 2 × 2m/s 2 × 0,8m
v 2 = 3,2(m/s )
2

V-4
v = 3,2 m/s
Jadi kecepatan benda 2 ketika mencapai tanah adalah v = 3,2 m/s .

2. Sebuah benda massa m=0,2 kg berada pada posisi (2,3,-4) dalam meter, bergerak dengan
r
( )
kecepatan v = iˆ − ˆj + 3kˆ m/s. Berapakah besar momentum sudut benda tersebut.
Penyelesaian: r
Momentum sudut suatu benda didapatkan dari perkalian silang antara posisi ( r ) dan
r r
momentum linear benda ( p = m v ),
r r r r r
L = r ×m v = m r ×v
Seperti dijelaskan pada bab I, maka untuk mendapatkan nilai suatu perkalian silang dapat
dihitung dengan menggunakan cara Saruss (cara determinan), yaitu
i j k
r
( )
L = m 2 3 − 4 = 0,2 (9 - 4)iˆ + (-4 - 6) ˆj + ( - 2 - 3)kˆ

(
1 1 −3

(
FISIKA
)
= 10iˆ - 20 jˆ- 10kˆ kg.m 2 /s

L = 10 2 + 20 2 + 10 2 )
1
2

= 600 kg.m 2 /s
L = 10 6 kg.m 2 /s

DASAR I
Jadi momentum sudut benda tersebut adalah L = 10 6 kg.m 2 /s .

3. Sebuah mesin Atwood tersusun seperti pada Gambar 5.7


dengan m1 = 0,50 kg dan m2 = 0,40 kg. Mula-mula m1 dan

ITS
m2 diam. Bila sejak dilepas benda m2 menempuh jarak 80
cm dalam waktu 6 s, maka berapakah momen inersia katrol
tersebut.
Penyelesaian: m2
Karena kedua benda bergerak dengan percepatan konstan
yang sama, maka rumusan GLBB untuk gerakan m1 m1
memberikan
1 1 0 ,8 c m
∆y = vo t + a t 2 = 0 + a ( 6s )
2

2 2
0,8 m = a ( 36s 2 )
1 Gambar 5.7.
2
0, 4
a= cm/s 2
9
Langkah selanjutnya tinjau gerakan masing-masing benda.
Perhatikan Gambar 5.8 yang memperlihatkan komponen-komponen gaya yang bekerja
pada masing-masing benda.
Pada gerak translasi benda 1 berlaku
( )
r r
∑ F 1 = m1a 1
W1 − T1 = m1 a

V-5
T1 = W1 − m1a
= m1g - m1a
T1 T2
 0,04  a
= 0,5kg × 10 - m/s
2

 90  T2
T1
T1 = 4,98N m2

Sedangkan pada gerak translasi benda 2 berlaku m1

( )
r r W2
∑ 2 = m2 a 2
F
0 ,8 c m
W1
T2 − W2 = m2 a 2
Karena percepatan benda 1 dan benda 2 sama
a1 = a 2 = a
maka Gambar 5.8.
T2 − W2 = m 2 a
T2 = W2 + m 2 a = 0 ,4 kg × 10 m s 2 − 0 ,4 kg × 0 ,044 m s 2
= 4 N − 0 ,08 N
T2 = 3 ,92 N
Momen gaya yang bekerja pada katrol adalah
∑τ = Iα
a
T1 r − T2 r = I
r
(4,98 − 3,92)0,05 = I 0,0444
0,05
0,053 = I × 0,88
I

= 0,05 kg.m 2
I

Jadi momen inersia katrol adalah = 0,05 kg.m 2 .

4. Sebuah drum kosong dengan diameter 0,6 m, panjang 1,2 m, dan massa 10 kg
menggelinding tanpa tergelincir dari A ke B sejauh adalah 10 m pada sebuah bidang
miring yang meniliki sudut kemiringan 30o terhadap horisontal (Gambar 5.9). Tentukan
kecepatan linier pusat massa drum ketika mencapai dasar bidang miring.

30o B

Gambar 5.9.

Penyelesaian:
Drum yang bergerak mengelinding tanpa tergelincir pada bidang miring yang tidak licin
melakukan gerak translasi dan rotasi.

V-6
Dengan menggunakan hukum kekekalan energi mekanik, maka diperoleh bahwa
E A = EB
EK A + EPA = EK B + EPB
Karena drum bergerak menggelinding (berotasi), maka energi kinetiknya merupakan
gabungan dari energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi, sehingga
(EK translasi ) A + (EK rotasi ) A + EPA = (EK translasi )B + (EK rotasi )B + EPB
1 2 1 2 1 1
mv A + Iω A + mgh A = mv B2 + Iω B2 + mghB
2 2 2 2
dengan vA dan vB adalah kecepatan linier pusat massa silinder ketika di titik A dan di
titik B. Dengan menganggap bahwa hB adalah 0 dan hA =h , diperoleh
2
1 1 v 
0 + 0 + mgh = mv B2 + mR 2  B  + 0
2 2 R
v B = gh
2

FISIKA
vB = g AB sin 30°
= 10m/s 2 10m 0,5
= 50 m/s
Jadi kecepatan linier drum ketika mencapai dasar bidang miring adalah v B = 50 m/s .

Gambar 5.10). DASAR I


5. Sebuah bola pejal berjari-jari 5 cm menggelinding tanpa tergelincir sejauh 50cm di atas
meja (koefisien gesek µ = 0 ,2 dan tinggi meja 80 cm) dengan kecepatan 4 m/s (lihat

Tentukanlah kecepatan bola ketika meninggalkan permukaan meja dan kecepatan bola
ketika sampai pada permukaan tanah.

ITS 0 ,5 m
80 cm

Gambar 5.10.

Penyelesaian:
Kecepatan bola yang menggelinding dapat dihitung menggunakan teorema kerja-energi
oleh gaya tak konservatif,
− ∫ f .dx = ∆EK

=
1
2
( )
1
(
m v B2 − v A2 + I ω B2 − ω A2
2
)
Karena gaya konservatif yang terlibat adalah gaya gesek antara meja dan bola f = µN
maka

( ) ( )
X2
1 1
− ∫ µNdx = m v B2 − v A2 + I ω B2 − ω A2
X1
2 2
Bola bergerak dari A ke B sejauh x m diperoleh

V-7
− µN x = ( 1
2
) 1
(
m v B2 − v A2 + I ω B2 − ω A2
2
)
(1
) 1
− µm g x = m v B2 − v A2 + I ω B2 − ω A2
2 2
( )
1 mR 2  v B2 v A2 
1
2
(
− µ m g x = m v B2 − 4 2 + )  −
2 2  R 2 R 2 

2
( 2
) (
− 0,2 × 10m/s 2 × 0,5m = v B2 − (4m/s ) + v B2 − (4m/s )
1 1
4
) 2

44
v B2 = m 2 /s 2
3
44
vB = m/s
3
Ketika meninggalkan meja bola bergerak melengkung (kombinasi gerak peluru pusat
massa bola dan gerak rotasi bola terhadap pusat massanya) dengan kecepatan awal
44
vB = m/s dalam arah mendatar. Karena sesaat ketika meninggalkan meja bola dalam
3
keadaan berotasi, maka kecepatan bola ketika mencapai tanah dapat dicari dengan
menggunakan kekekalan energi mekanik bola antara ketika di titik B (tepi meja) dan di
titik C (tanah) dengan menyertakan energi kinetik rotasi bola.
EM B = EM C
(EK translasi )B + (EK rotasi )B + EPB = (EK translasi )C + (EK rotasi )C + EPC
1 1 1 1
mv 2B + IωB2 + mgh B = mv C2 + IωC2 + mgh C
2 2 2 2
Dengan mengambil titik acuan tanah sebagai titik 0 (hB=0), diperoleh
2 2
1 2 11  v  1 11  v 
mvB +  mR 2   B  + mghB = mvC2 +  mR 2   C  + mghC
2 22  R  2 22  R 
3 2 3
vB + 10m/s 2 × 0,8m = vC2 + 0
4 4
3 44 3
( m/s ) + 8 ( m/s ) = vC2
2 2

4 3 4
3 2
19 ( m/s ) = vC
2

4
76
vC2 = ( m/s )
2

3
76
vC = m/s
3
44
Dengan demikian kecepatan bola saat meninggalkan meja adalah v B = m/s ,
3
76
sedangkan kecepatan bola ketika mencapai tanah adalah vC = m/s .
3

V-8
6. Sebuah batang panjang 1 m dengan salah satu ujungnya A
dijadikan poros (Gambar 5.11). Batang dilepaskan dari O
keadaan horisontal (posisi A). Hitunglah kecepatan sudut
dan kecepatan linier ujung batang pada posisi B yaitu 30o
ketika batang membentuk sudut 30o terhadap vertikal.
Penyelesaian: B

Pada gerakan batang yang melakukan rotasi terhadap poros,


maka berlaku hukum kekekalan energi yaitu Gambar 5.11.
EK A + EPA = EK B + EPB
1 2 1
I ω A + mghA = I ωB2 + mghB
2 2
dengan I adalah momen inersia batang yang besarnya adalah
1
I = Ml 2
3

FISIKA
Pada kondisi batang mendatar (posisi A), maka kecepatan sudut batang adalah NOL,
sehingga
11 2 2 1
0 + mgl = ml ωB + mg l cos 30
23 2
1 2 1 1
g = lωB + g
6 2 2
 1 1
g 1 −  = lωB2
 4 6
ωB2 =
18 g 9 g
4l
9g
= DASAR I
2l
g
ω= =3

ITS
2l 2l
10
=3 = 3 5 rad s
2 ×1
Kecepatan sudut dari batang ketika berada 30o terhadap vertikal (di titik B) adalah
ω = 2 5 rad s .
Kecepatan linier dari ujung batang adalah
v = ωL
= 2 5 rad s ×1m
=2 5 m s
Jadi kecepatan linier ujung batang adalah v = 2 5 m s .

7. Sebuah tempat pemutar CD (CD player) mula-mula berputar dengan kecepatan sudut
20 rad/s. Tiba-tiba pemutar itu ditumpuki CD yang bermassa 0,5 kali lebih besar dari
massanya. Tentukanlah kecepatan sudut pemutar setelah tertumpuki CD tersebut.
Penyelesaian:
Gerakan rotasi benda ketika mengitari suatu sumbu putar mematuhi hukum kekekalan
momenum sudut,
Lawal = Lakhir
I 1ω1 + I 2ω 2 = I 1ω1' + I 2ω 2'

V-9
Keadaan awal sistem berupa piringan pemutar CD, sedangkan keadaan akhir berupa dua
piringan pemutar dan piringan CD yang bergabung sesumbu, karena itu kekekalan
momentum sudut sistem dituliskan sebagai
I 1ω1 + I 2ω 2 = (I 1 + I 2 )ω akhir
I 1ω 0 + I 2 .0 = (I 1 + I 2 )ω akhir
Dengan menganggap massa CD adalah m1, massa CD adalah m2, dan kedua CD berjari-
jari sama R1=R2=R, maka
I1
ω akhir = ω
(I 1 + I 2 ) 0
1
m1 R12
= 2 ω0
1 1
m1 R1 + m2 R2
2 2

2 2
1
m1 R12
= 2 ω
1 1 m1 2 0
m1 R1 +
2
R1
2 2 2
1
m1 R 2
= 2 ω0
1 1
m R + m1 R
2 2

2 1 4
4
= 20rad/s
6
40
ω akhir = rad/s
3
40
Jadi kecepatan sudut sistem setelah CD dimasukkan adalah ω akhir = rad/s .
3

8. Pada sebuah sistem katrol seperti tampak pada Gambar 5.12.


Massa dan jari-jari katrol adalah M dan R, sedangkan massa benda
yang tergantung adalah m. Jika benda m bergerak turun sejauh h R
dari keadaan diam, maka dengan menggunakan prinsip kekekalan
energi mekanik tentukanlah kecepatan benda ketika mencapai
tanah.
Penyelesaian:
Pada sistem ini berlaku hukum kekekalan energi mekanik, yaitu m

EK1 + EP2 = EK2 + EP2


1 1 Gambar 5.12.
0 + mgh = mv 2 + Iω 2 + 0
2 2
1 v
dengan I = MR 2 adalah momen inersia katrol dan ω = kecepatan sudutnya, sehingga
2 R
didapatkan
2
1 11  v 
0 + mgh = mv 2 +  MR 2   + 0
2 22  R 

V-10
1
 4 gh  2
v= 
 2m + M 
1
 4 gh  2
Jadi kecepatan benda ketika menyentuh tanah adalah v =   .
 2m + M 

9. Sebuah benda bermassa m bergerak dari keadaan diam


pada sebuah bidang lengkung. Setelah turun sejauh jarak
vertikal h benda menumbuk ujung sebuah batang panjang
l dan bermassa M yang tergantung secara vertikal dengan
ujung kedua berfungsi sebagai poros, seperti pada c
c

Gambar 5.13. Berapakah kecepatan linier benda saat


menumbuk ujung batang.
Penyelesaian:
Energi mekanik yang dimiliki benda adalah kekal,

1
FISIKA
sehingga besarnya kecepatan benda tepat sesaat sebelum
menumbuk ujung batang dapat dihitung menggunakan
hubungan;
1
mgh A + mv A2 = mghB + mv B2
2 2
Gambar 5.13.

1 2 θ

DASAR I
mgh + 0 = 0 + mv B
2
Ketika terjadi tumbukan benda dan ujung batang, berlaku hukum kekekalan momentum
linier antara sebelum tumbukan (p) dan setelah tumbukan (p’).
p = p'
Sesaat setelah tumbukan, batang berayun dan jika kecepatan benda saat menumbuk batang
adalah vB dan kecepatan batang setelah tumbukan adalah v’d diperoleh

dengan
ITS
mv B = mv d' + Iω

1
vd' = ω d dan I = Md 2 . diperoleh
3
1
m 2 gh d = mvd' + Md 2ω
3
3m 2 gh
vd' =
3m + M

10. Sebuah tangga dibuat dari dua batang identik dengan panjang 2 m dan berat 60 N dengan
cara menyambungkan kedua ujung batang. Pada jarak 0,5 m dari masing-masing ujung
kedua, kedua batang dihubungkan dengan tali sepanjang 1 m hingga membentuk sebuah
tangga yang diam (berada dalam keadaan setimbang) di atas lantai licin seperti pada
Gambar 5.14. Hitunglah tegangan tali penghubung kedua batang tersebut.

V-11
1,50 m

1,00 m 0,50 m

Gambar 5.14.

Penyelesaian:
Sistem batang penyusun tangga berada dalam keadaan setimbang hanya bila memenuhi
r r
syarat kesetimbangan translasi ( ∑ F = 0 ) dan kesetimbangan rotasi ( ∑τ = 0 ) .
∑F y =0
FN = W = 60N
Besarnya torsi yang bekerja pada ujung batang (terhadap P) adalah
1  3 
FN ( l sin θ ) − 60  l sin θ  − T  sin θ  = 0
2  4 
60N ( 2m sin θ ) − 60N (1m sin θ ) − T (1,5m sin θ ) = 0

Dari Gambar 5.15 didapatkan nilai sin θ sebesar


0, 5
sin θ = atau θ = 19, 5° .
1, 5

Gambar 5.15.

Sehingga nilai tegangan talinya adalah 7,1 N.

11. Silinder homogen yang berjari-jari R (Gambar 5.16) diputar N1


terhadap sumbunya dengan kecepatan sudut ω0. Dalam keadaan fk1
berputar, silinder ini ditempatkan pada pojok suatu ruang. Jika
N2
koefisien gesek antara dinding/lantai dengan silinder adalah µ.
Setelah berapa putaran silinder akan berhenti jika hanya silinder
berputar ditempat. fk 2
W
Penyelesaian:
Karena benda pada awalnya mengalami gerak melingkar dan Gambar 5.16.
kemudian berhenti, maka terjadi perubahan energi kinetik sebesar

V-12
1 2 1  mR 2  2
Ek '− Ek 0 = 0 − Iω 0 = −  ω 0
2 2  2 
Besarnya perubahan energi kinetik tersebut adalah
 mR 2ω 02 
∆Ek =  
 4 
Karena silinder tidak bergerak translasi, maka percepatan liniernya adalah nol, sehingga
resultan gaya-gayanya dapat dituliskan sebagai
∑ Fx = 0
N1 + µN 2 = mg
dan
∑F y =0
N 2 = µN 1

FISIKA
Jumlah putaran roda hingga berhenti dapat dicari dengan menggunakan prinsip kerja-
energi. Untuk menentukan kerja perlu ditentukan panjang lintasannya. Dengan
menggunakan panjang lintasan sekali putaran 2πR , maka besarnya usaha oleh gaya gesek
adalah
W = (µN 2 + µN 1 )2πnR
Karena usaha oleh gaya gesek tersebut sama dengan perubahan energi kinetik roda, maka
W = ∆EK

atau

n=
4
=
1+ µ 2
DASAR I
mR 2ω 02 2πnR(1 + µ )mg

ω 02 R (1 + µ 2 )
8πµg (1 + µ )

ITS
12. Sebuah cakram homogen berjari-jari R=20 cm dan
bermassa 7300 gram memiliki lubang seperti pada
Gambar 5.17. Hitunglah momen inersia cakram jika
diputar terhadap pusatnya.
Penyelesaian:
Benda yang berotasi pada suatu sumbu putar memiliki r 2r
besaran yang disebut momen inersia
n
I = ∑ mi ri2
i =1
Dari Gambar 5.9 terlihat bahwa terdapat lubang pada Gambar 5.17.
cakram. Besarnya momen inersia lubang terhadap sumbu
putar (pusat cakram) dapat ditentukan dengan
menggunakan dalil sumbu sejajar, yaitu
I l = I O + ml d 2
dengan Io adalah momen inersia lubang jika sumbu putarnya berada pada pusat massa
(pusat lubang) dan d adalah jarak antara pusat massa terhadap sumbu putar, dalam hal ini
adalah R’. Sehingga besarnya momen inersia dari lubang adalah

V-13
1
Il = ml r 2 + ml r 2
2
3
= ml r 2
2
Untuk lubang, maka nilai momen insersi-nya bertanda negatif karena berupa lubang,
sehingga besarnya momen inersia dari cakram tersebut adalah
I = Ic − Il
1 3
= mR 2 − ml r 2
2 2
2
1 3 1 
Karena nilai r=1/2 R, maka nilai mimen inersianya adalah I = mR 2 − ml  R  .
2 2 2 

13. Sebuah katrol berjari-jari 10 cm memiliki momen inersia sebesar 104 gr.cm2 . Jika pada
ujung katrol dikenakan gaya sesaat sebesar F = 0,5 t + 0,3 t 2 N pada bagian tepinya.
Tentukanlah percepatan linier tepi katrol pada saat t=2 s.
Penyelesaian:
Ketika sebuah katrol dikeai gaya pada sisi tepinya, maka katrol tersebut akan berotasi
pada sumbunya. Persamaan gerak rotasinya adalah
r r r r
τ = Iα = R × F
τ = R F sin 90 o = R F
Selama 2 s, besarnya gaya yang bekerja adalah
( )
F (2) = 0,5 × 2 + 0,3 × 2 2 N
−1
= 2,2 × 10 N
Jadi besarnya momen gaya yang bekerja pada katrol adalah
τ = 2 ,2 × 10 −1 N.m
sedangkan percepatan sudutnya adalah
τ 2,2 × 10 −1 N.m
α= =
I 10 −3 kg.m 2
rad
= 220 2
s
Dengan menggunakan hubungan a = α .R maka percepatan linier tepi piringan didapatkan
sebesar a = 220 × 10−1 m s 2

14. Batang massa 10 kg dan panjang 1 m diikat pada salah


satu ujungnya dengan sebuah tali sehingga membentuk ß
sudut θ=60o dan β=30o, sedangkan ujung lainnya
dilubangi dan dijadikan poros (engsel). Ujung batang
yang terikat dengan tali digantungi beban sebesar
M=2,00 kg (perhatikan Gambar 5.18). Jika sistem dalam
keadaan setimbang, tentukanlah
a. tegangan tali
θ M
b. gaya horisontal dan vertikal yang dialami oleh poros.
Gambar 5.18.

V-14
Penyelesaian:
a. Dari Gambar 5.18, dapat diuraikan gaya-gaya yang bekerja pada setiap sisi sistem
seperti Gambar 5.19.
Syarat kesetimbangan translasi dan rotasi seperti
yang dibahas pada contoh soal sebelumnya sesuai
hukum pertama Newton resultan gaya-gaya yang
bekerja pada setiap sumbu sama dengan nol. ß

Fx − Tx = 0
T
Fx − T cosθ = 0 θ Ty (1)
Tx
Fy + Ty − Wb − W = 0
θ
Fy + T sin θ − Wb − W = 0 Fy F W (2)
Syarat yang kedua agar benda dalam keadaan Fx Wb
setimbang adalah jumlah momen gaya yang 1
b sin θ

FISIKA
2
bekerja juga sama dengan NOL. Dalam hal ini
adalah momen gaya terhadap poros, sehingga Gambar 5.19.
1
Wb b sin θ + W b sin θ − Ty b sin θ = 0
2
1
Wb + W − T sin θ = 0

DASAR I
2
W + 2W
T= b
2 sin θ
m g + 2 mg
T= b
2 sin θ
10kg ⋅10 m s 2 +2 ⋅ 2kg10 m s 2

ITS
=
2 ⋅ sin30°
=140N
Jadi tegangan talinya adalah T=140 N.
b. Gaya horisontal dan vertikal pada poros.
Besarnya gaya yang bekerja pada poros dapat dicari dengan menggunakan Pers.(1) dan
Pers.(2), yaitu

Fx = T cosθ
= 140N cos 30°
Fx =70 3N
Fy =Wb +W - T sinθ
=m b g+Mg-140sin30°
( )
= (10kg ) ×10 m s 2 + 2kg × 10 m s 2 - (140N ) ×0,5
=120N-70N
=50N
Jadi besarnya gaya horisontal yang bekerja pada poros adalah Fx =70 3N , sedang gaya
vertikalnya adalah Fy =50N .

V-15
15. Jarak antara sumbu roda depan dan belakang sebuah truk adalah 2 m (Gambar 5.20). Jika
massa truk adalah 1500 kg dan pusat massanya terletak pada jarak 1,5 m dari roda depan,
tentukanlah besarnya beban yang dipikul oleh masing-masing roda.
Penyelesaian:
Dalam keadaan setimbang (kendaraan dalam keadaan berhenti), maka syarat setimbang
adalah ∑τ = 0 .

Gambar 5.20
Sebagai contoh diambil momen gaya terhadap poros roda belakang (B)
∑τ A = 0
N B ( AB ) − m g ( AP ) = 0
N B × (2) − 1500 × 10 × (0,5) = 0
N

N B = 2250
Besarnya beban yang ditanggung oleh roda depan (A) adalah
∑ τ B =0
N A ( AB ) -m g ( BP ) =0
N A ⋅ 2m = 1500kg ⋅10 m s 2 × 0,5m
N A =3750N
Jadi besarnya beban yang diterima oleh roda depan adalah N A =3750N dan roda belakang
N

N B = 2250 .

16. Sebuah tangga serba sama panjang 3 m dan bermassa 5 kg disandarkan


pada sebuah tembok licin, sedangkan ujung lainnya menyangga pada
lantai kasar (Gambar 5.21). Jika koefisien gesek statis dan kinetis
berturut-turut adalah 0,4 dan 0,3, tentukanlah sudut kemiringan
minimum (θ) tangga agar tangga tidak terpeleset jatuh.
Penyelesaian: θ
Gaya-gaya yang bekerja pada tangga diilustrasikan seperti Gambar 5.22. Gambar 5.21.
N’ adalah gaya normal pada dinding oleh tangga. N’
Berdasar pada hukum kedua Newton, syarat agar tangga dalam
θ
keadaan setimbang adalah ∑τ = 0 . dan ∑ F = 0 artinya
tangga tidak terpeleset dan tidak berotasi. Dari Gambar tampak
bahwa N W

Komponen gaya-gaya dalam arah sumbu x


∑ Fx = 0 O fs

fs − N ' = 0 Gambar 5.22.

V-16
Komponen gaya-gaya dalam arah sumbu x
∑ Fy = 0
N −W = 0
Sedangkan jumlah momen gayanya dapat diambil terhadap O
l
∑τ O = N ' l sin θ − mg 2 cosθ = 0
1
N ' l sin θ = mg cosθ
2
sin θ mg mg 1
= = =
cosθ 2 f s 2 µ s mg 2 µ s
1
tan θ =
2 × 0,4
θ min = 51o

FISIKA
Jadi sudut minimum agar tangga tidak terpeleset adalah 51o terhadap horisontal.

C. Soal-soal
1. Pada sistem katrol yang tersusun seperti pada
Gambar 5.23, dua benda masing-masing bermassa
m1 dan m2 = 2,00 kg menggantung pada sisi-sisi
M

DASAR I
katrol (berbentuk piringan, bermassa M=0,25 kg m1
dan berjari-jari R= 5,00 cm) melalui tali (massa tali
diabaikan). Benda m1 diam di atas bidang miring m2
yang memiliki koefisien gesek µs 0,4 dan µk=0,3.
a. Tentukanlah massa m1 dan tegangan tali supaya Gambar 5.23.
sistem berada-katrol berada dalam keadaan tepat

ITS
akan bergerak,
b. Pertanyaan yang sama dengan soal di a) tetapi untuk massa katrol yang diabaikan.
2. Sebuah sistem dua katrol sesumbu menanggung beban bermassa
m1= 0,50 kg dan m2=1,00 kg melalui tali-tali yang massanya R1
diabaikan, seperti pada Gambar 5.24. Katrol berbentuk piringan R2
berjari-jari R1 =10,0 cm dan R2=4 cm, serta memiliki momen
inersia I= 1,7 kg.m2 Tentukanlah
a. percepatan masing-masing beban,
b. tegangan tali masing-masing.

m2 m1

Gambar 5.24.

3. Batang sepanjang 1,00 m dan bermassa 0,50 kg salah satu ujungnya dikaitkan pada
tembok yang sekaligus berfungsi sebagai poros sehingga batang dapat berputar.
Mula-mula batang diam menggantung, kemudian ujung bawahnya ditembak dengan
sebuah peluru bermassa 10 gram dan berkecepatan 40m/s hingga batang berayun.
Tentukanlah simpangan maksimum yang dapat dicapai batang jika
a. tumbukan peluru batang bersifat lenting sempurna,
b. tumbukan peluru batang bersifat tidak lenting sama sekali.

V-17
4. Pada Gambar 5.25, sebuah bola pejal bermassa
500 gram dan berjari-jari 2 cm dilepas dari A
titik A kemudian menggelinding di sepanjang
5m
lintasan licin berbentuk seperempat lingkaran
berjari-jari 5,00 m. Tentukanlah kecepatan
bola ketika sampai di titik B. B

Gambar 5.25.
5. Sebuah silinder pejal dengan jari-jari R, panjang l
dan bermassa m dililit dengan tali seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.26). Sesaat setelah
dilepas silinder berputar) mengikuti lilitan tali.
Buktikan bahwa percepatan linier silinder adalah
2g
a= .
3

Gambar 5.26.

6. Sebuah katrol hendak digunakan untuk menaikkan air ke dalam ember dari sebuah sumur.
Jika massa air dan ember adalah 5 kg, sedangkan massa adalah katrol 1 kg dan jari-jari
5cm, maka tentukanlah
a. besar gaya minimum tegangan tali agar ember bisa naik,
b. energi mekanik yang diperlukan untuk menaikkan air dan ember jika kedalaman
sumur adalah 10,0 m.

7. Mobil dengan berat 10.000 N mogok pada sebuah jalanan miring yang berkemiringan 37o
terhadap horisontal. Sebuah sistem katrol digunakan untuk menarik mobil tersebut dengan
tali (massanya diabaikan) agar bisa naik. Jika katrol bermassa 2,00 kg dan berjari-jari
10cm, serta koefisien gesek antara jalan dan roda mobil adalah 0,20, maka berapakah gaya
tegangan tali minimum agar mobil mampu bergerak naik.

8. Sebuah batang yang panjangnya 1,00 m dan bermassa 50,0 gram diputar dengan sumbu
putar yang terletak pada salah satu titik pada batang. Tentukanlah momen inersia batang
jika
a. sumbu putar terletak pada ¾ panjang batang,
b. sumbu putar terletak pada ½ panjang batang,
c. salah satu ujungnya diberi tali sepanjang 10,0 cm (massa tali diabaikan).

9. Sebuah batang bermassa 1000 gram memiliki lubang di ¾ dari panjangnya. Lubang
tersebut dijadikan sebagai poros sehingga batang dapat bergerak bebas. Ketika batang
berada dalam keadaan setimbang (menggantung vertikal), ujung bawahnya ditembak
dengan peluru bermassa 10 gram hingga peluru bersarang di batang. Batang kemudian
berayun dengan simpangan maksimum 30o. Tentukanlah
a. kecepatan batang sesaat setelah ditembak peluru,
b. kecepatan peluru saat mengenai batang.

V-18
10. Sebuah silinder pejal berjari-jari R=5,00 cm dan panjangnya 30,0 cm mula-mula diam
di puncak suatu bidang miring (titik A) yang bersudut kemiringan 30o terhadap horisontal
seperti pada Gambar 5.27. Silinder kemudian meluncur ke titik B yang berada pada
ketinggian 1,50 m di atas horisontal. Dari titik B silinder menggelinding menuju titik C
sejauh 2,50 m. Silinder kemudian meneruskan perjalanannya di atas bidang datar kasar
(µ= 0,4) hingga akhirnya berhenti di titik D. Tentukanlah
a. kecepatan silinder saat di C,
b. jarak antara titik C ke titik D.

A licin
B
Kasar,
u=0,3
1,5 meter D
30 o C Kasar, u=0,4

FISIKA
4 meter
Gambar 5.27.
11. Baling-baling sebuah pembangkit listrik tenaga angin didesain berjari-jari girasi 0,75 m
dan bermassa 70,0 kg. Berapakah besarnya momen gaya yang dibutuhkan agar baling-
baling tersebut mampu berputar pada percepatan sudut 4,00 putaran/s2.

DASAR I
12. Sebuah bola pejal berjari-jari 1,00 cm dan massa 200 gram yang mula-mula diam di atas
permukaan datar kasar ditembak dengan peluru yang berkecepatan 10,0 m/s. Bola
kemudian menggelinding tanpa tergelincir. Jika koefisien gesek antara bola dengan
permukaan lintasan adalah 0,20 dan tumbukan yang terjadi adalah lenting sempurna,
maka tentukanlah
a. jarak yang ditempuh bola hingga berhenti,
b. usaha gaya gesek yang bekerja pada bola.

ITS
13. Sebuah benda massa 500 kg dipindahkan dari lantai 1 ke lantai 2 sejauh 4 m dengan
mesin pengangkat yang menggunakan sistem katrol. Jika katrol yang digunakan adalah
berbentuk piringan dengan diameter 40,0 cm dan massa 10,0 kg, maka berapa daya yang
diperlukan agar benda dapat terpindahkan dalam waktu 10,0 detik.

14. Sebuah daun jendela yang massanya 10,0 kg dan panjang


1,20 m dirancang untuk dapat membuka ke-atas oleh
engselnya. Tentukan berapa besar gaya yang dialami oleh 30
o

engsel jika jendela terbuka 30o terhadap vertikal dengan


memberi penyangga dari batang yang massanya 0,50 kg
pada bagian bawah (lihat Gambar 5.28).
Gambar 5.28.
15. Sistem katrol tersusun seperti pada Gambar 5.29. Massa benda m2 =4,00 kg , m3 = 3,00
kg, massa dan jari-jari kedua katrol sama besar masing-masing M=500 gram dan R=4,0
cm, serta koefisien gesek semua permukaan adalah µs 0,4 dan µk=0,3. Tentukanlah massa
m1 dan tegangan tali jika sistem berada dalam keadaan setimbang (diam), dapatkan kedua
nilai tersebut jika massa katrol diabaikan

V-19
M m2 M

m1

37
m3

Gambar 5.29.

16. Sebuah cincin tipis berjari-jari 0,5 cm dan


massa 20 gram, menggelinding sejauh 1 m 1 m
pada sebuah bidang miring (bersudut
kemiringan 15o terhadap horisontal) yang
berada pada ketinggian 80 cm di atas tanah 15

seperti tampak pada Gambar 5.30.


Tentukanlah 80 c m
a. kecepatan cincin ketika meninggalkan
bidang miring,
Gambar 5.30.
b. jarak mendatar yang mampu ditempuh
cincin ketika sampai di permukaan tanah
17. Sebuah jembatan jembatan 50,0 m didesain seperti pada Gambar 5.31. Jika sebuah mobil
yang bermassa 720 kg berhenti tepat di tengah-tengah jembatan.
a. Gambar kan gaya-gaya yang bekerja pada setiap sisi-sisi jembatan,
b. tentukanlah besarnya torsi yang diterima oleh masing-masing sisi jembatan.

Gambar 5.31.

18. Sebuah batang tipis memiliki panjang 1,00 m dan massa


200 gram (Gambar 5.32). Jika 5 buah benda yang m1 m2 m4 m5
m3
masing-masing bermassa 20 gram diletakkan pada posisi
0 m, 0,25 m, 0,5 m, 0,75 m dan 1 m dari salah satu Gambar 5.32.
ujungnya, maka tentukanlah momen inersia sistem
apabila sistem berputar dengan sumbu putar terletak pada
a. salah satu ujung batang,
b. titik pusat massa batang,
c. benda ke-2.

V-20
19. Sebuah yoyo bermassa M tersusun atas 2 cakram identik berjari-jari R yang dipisahkan
oleh piringan kecil berjari-jari r setebal t. Jika kerapatan bahan cakaram dan piringan
diasumsikan sama, tantukanlah gaya minimum pada tali agar yoyo bergerak.

20. Sebuah bola pejal bermassa m dan jari-jari r menggelinding tanpa selip pada sebuah
bidang miring yang bersudut kemiringan 60o terhadap horisontal. Bola kemudian
meneruskan perjalanannya pada lintasan lingkaran licin berjari-jari R (lihat Gambar 5.33).
Dari ketinggian h berapakah bola mampu mencapai titik titik B?

FISIKA Gambar 5.33.

DASAR I
ITS

V-21

Anda mungkin juga menyukai